• Tidak ada hasil yang ditemukan

S JKR 1001546 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S JKR 1001546 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

kelangsungan satu Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia misalnya, haruslah lebih mengedepankan pendidikan secara formal dikarenakan dengan dikarenakan dengan pendidikan akan

menjamin terjadinya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan sumber daya manusia yang baik tersebut, akan mingkatkan pula tarap hidup bangsa Indonesia.

Dewasa ini terdapat kecenderungan bahwa untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, masyarakat lebih memilih pendidikan formal atau jalur sekolah meskipun tidak mengabaikan pendidikan di keluarga dan masyarakat yang bersifat informal dan non-formal. Masyarakat beranggapan bahwa melalui pendidikan formal atau sekolah, akan terjamin peluang untuk kehidupan masa depan yang lebih baik, atau lebih dikenal dengan ungkapan bahwa pendidikan sekolah merupakan investasi bagi kehidupan di masa yang akan datang.

(2)

Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melaui kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan salah satu kegiatan dalam program kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah program kurikuler yang alokasi waktunya tidak ditetapan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasioal (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran bagi siswa yang dilakukan baik di dalam sekolah maupun di

luar sekolah dan di luar jam pelajaran biasa. Pola pembelajaran yang diberikan dalam ekstrakurikuler bersifat sangat beragam seperti PRAMUKA, PASKIBRA, PMR, Olahraga (Basket, Sepakbola, Beladiri, dll), dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dalam teori-teori modern kegiatan belajar mengajar harus dibangun berdasarkan hubungan timbal balik antara guru dan siswa, yakni kedua belah pihak berperan dan berbuat baik secara aktif di dalam suatu kerangka kerja dan dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir yang seyogianya dipahami dan disepakati bersama.

(3)

mengarahkan segala sumber dan menggunakan strategi belajar mengajar yang tepat. Sebagai perencana guru harus bisa menetapkan apa yang harus dilakukan dalam kegiatan proses belajar mengajar sehingga tujuan yang diharapkan tercapai setelah diadakan kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran guru harus bisa menggunakan berbagai macam model pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk membuat pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dikenal banyak model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dianggap dapat

meningkatkan partisipasi aktif siswa adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siwa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Slavin dalam Juliantine (2011, hlm. 57) “Hakekat pembelajaran kooperatif adalah bekembangnya sikap kerjasama antar siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, artinya pembelajaran Cooperative Learning merupakan strategi pembelajaran gotong royong.”

Pada model pembelajaran kooperatif ini guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam proses belajar mengajar, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran. Kelebihan pada pembelajaran kooperatif ini menurut Risal (2011, http://www.kelebihan-dan-kelemahan-model.html) yaitu :

1. Siswa dapat terlibat secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasanabelajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis

2. Dapata mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa

3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat

(4)

5. Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengambangkan poteni dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya

6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna pada dirinya

Jika dikaitkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, pembelajaran menggunakan model kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling bekerjasama, saling membantu, saling mendiskusikan dan saling mengemukakan pendapat untuk

mengasah keterampilan dan pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing mengenai materi yang sedang dipelajari.

Materi pembelajaran di sekolah dilakukan pada kegiatan intra-kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra-kurikuler seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dan pencak silat merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di ekstra-kurikuler SMP PLUS MUTHAHHARI.

Pencak silat selain sebagai sarana bela diri, pencak silat juga memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam belajar pencak silat terdapat empat aspek yang dikembangkan di setiap kegiatannya yaitu :

1. Aspek Olahraga 2. Aspek Seni 3. Aspek Bela Diri 4. Aspek Mental Spiritual

(5)

mempunyai keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara wirama (irama), wirasa (perasaan), wiraga (ketetapan gerakan).

Pencak silat merupakan salah satu kegiatan olahraga yang dilakukan secara individual. Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif diterapkan untuk menggugah partisipasi siswa saat pembelajaran berlangsung. Jadi maksudnya, dengan model pembelajran kooperatif diharapkan ketika seorang siswa melakukan gerakan pencak silat seni tepak paleredan, siswa lainnya tidak diam melainkan harus ikut berpartisipasi aktif dengan membantu, dan menganalisa gerakan yang sedang

dilakukan temannya.

Partisipasi siswa berarti keikutsertaan siswa dalam suatu kegiatan yang ditunjukkan dengan prilaku fisik dan psikisnya. Belajar yang baik akan terjadi apabila siswa berpartisipasi aktif secara tanggung jawab dalam proses belajar. Keaktifan siswa ditunjukkan dengan partisipasinya. Partisipasi diperlukan dalam pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan maksudnya siswa harus aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

(6)

seorang guru pendidikan jasmani dituntut untuk berpikir secara kreatif dan inovatif dalam menggunakan berbagai model dan pendekatan pembelajaran yang tepat demi mengoptimalkan siswa belajar.

Penulis tertarik untuk menindaklanjutinya dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan fokus penelitian “Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam Meningkatkan Partisipasi Aktif Belajar Siswa pada Pembelajaran Aktivitas Pencak Silat Seni Tepak Paleredan pada Ekstrakurikuler di SMP PLUS MUTHAHHARI Kabupaten Bandung.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang terkait dengan pembelajaran aktivitas pencak silat seni paleredan yang terjadi pada ekstrakurikuler di SMP PLUS MUTHAHHARI Kabupaten Bandung dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Kurangnya partisipasi aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran aktivitas pencak silat.

2. Singkatnya waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran.

3. Tempat yang sempit dalam melaksanakan proses pembelajaran.

4. Metode yang digunakan oleh guru monoton selalu berpusat pada guru itu sendiri tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

C. Rumusan Masalah Penelitian

(7)

pembelajaran Cooperative Learning dalam meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran aktivitas pencak silat seni paleredan pada ekstrakurikuler SMP PLUS MUTHAHHARI Kabupaten Bandung?”

D. Tujuan Penelitian

Melalui penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi aktif belajar siswa dalam pembelajaran aktivitas pencak silat seni paleredan melalui implementasi model pembelajaran Cooperative Learning pada ekstrakurikuler di SMP PLUS MUTHAHHARI Kabupaten Bandung.

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori yang sudah ada dan menyempurnakannya terkait dengan proses pembelajaran aktivitas pencak silat seni paleredan pada ekstrakulikuler Sekolah Menengah Pertama (SMP)

2. Secara Praktis

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang sangat besar bagi semua pihak terkait masalah proses pembelajaran aktivitas pencak silat seni paleredan di Sekolah Menengah Pertama, diantaranya:

a. Bagi Guru

(8)

b. Bagi siswa

Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik serta siswa menjadi lebih antusias terhadap aktivitas pembelajaran pencak silat seni paleredan pada ekstrakulikuler Sekolah Menengah Pertama (SMP).

c. Bagi SMP PLUS MUTHAHHARI

Hasil penelitian akan memberikan sumbangan praktis untuk sekolah tersebut dalam rangka perbaikan proses pembelajaran aktivitas pencak silat seni paleredan.

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I. Latar Belakang Penelitian, dalam Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

BAB II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan konsep atau teori yang relevan dengan judul penelitian serta

diuraikan mengenai kerangka pemikiran penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III. Metode Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis yang meliputi: Definisi operasional, metode penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam Bab ini mengemukakan mengenai deskripsi dari hasil penelitian yang meliputi gambaran umum objek penelitian, gambaran variabel yang diamati, analisis data, dan pengujian hipotesis serta pembahasannya.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Verawati Hansen dan Juniarti (2014) dengan menggunakan variabel penelitian berupa family control, size, sales growth,

Dari tabel 6 didapatkan kerusakan saraf tipe demyelinating dan tipe campuran lebih banyak ditemukan pada pasien yang telah menderita DM >5 tahun dibanding yang

1.2 Unit ini berlaku untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, meliputi: penggunaan Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai; pekerjaan

Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar selenium dengan kadar TSH ( r = 0.384; p = 0.001) pada anak sekolah di daerah endemik GAKI, tetapi tidak terdapat hubungan

KONTEKS ORGANISASI: STRUKTUR FORMAL LINGKUNGAN BUDAYA STRATEGI PENGHARGAAN, SISTEM- KONTROL KONTEKS ORGANISASI: STRUKTUR FORMAL LINGKUNGAN BUDAYA STRATEGI PENGHARGAAN, SISTEM-

Berdasarkan penelitian sebelumnya, belum ada penelitian tentang kompres yang menggunakan kelompok kontrol, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

Tingkat akurasi metode multiple kernel support vector machine yang dihasilkan untuk data ekspresi gen leukimia yaitu 85% dan untuk data tumor usus besar sebesar

Dengan melihat hasil pengujian yang diperoleh, maka pembuatan sistem ini telah memenuhi tujuan awal dari penelitian, yaitu membuat sistem navigasi gedung SMK Pancasila