BAB 2
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1 Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol, zat
psikoaktif yang bila dikonsumsi akan mengakibatkan kehilangan kesadaran.
Minuman beralkohol juga merupakan minuman keras yang termasuk kategori
jenis zat narkotika yang mengandung alkohol, tidak peduli berapa kandungan
alkohol didalamnya (Amiek, 2005).
Etil alkohol (C2H5OH), atau etanol yang berarti alkohol yang digunakan
dalam minuman, yang merupakan satu dari banyak alkohol yang di produksi di
alam dan di industri dengan proses fermentasi. Alkohol juga terdapat secara alami
di dalam tubuh manusia, dimana sistem produksi enzim dan disusun olehnya
(Hafen, 1977).
Minuman beralkohol dengan kandungan etanol yang lebih tinggi dapat
dihasilkan melalui proses destilasi terhadap produk yang dihasilkan melalui
proses fermentasi. Misalnya, untuk menghasilkan minuman beralkohol kadar
etanol tinggi, dengan cara mencampur produk hasil fermentasi dengan produk
2.1.1 Bahaya Alkohol
Orang-orang yang tidak mengerti dengan cermat apa yang mereka minum
dapat sangat membahayakan diri mereka sendiri. Minum minuman keras tidak
sekadar meningkatkan suhu tubuh dan memberikan perasaan senang, tetapi juga
mempengaruhi lambung, hati, ginjal, dan otak dengan cara-cara yang merugikan.
Ketika alkohol memasuki sistem pencernaan, lambung memberika pesan tolak.
Jika orang tersebut belum makan, alkohol akan cenderung mengiritasi dinding
lambung dan dapat menyebabkan peminum tersebut muntah. Adanya makanan
akan membantu tubuh menyerap minuman keras tersebut dengan lebih baik.
Lambung menyerap sekitar 20 persen alkohol, dan usus kecil menyerap sisanya.
Pada titik ini, zat kimia tersebut akan dibawa oleh aliran darah ke setiap jaringan
di dalam tubuh kecuali jaringan lemak, yang tidak dapat menguraikan alkohol.
Karena memiliki lebih sedikit lemak dalam tubuh mereka dibandingkan dengan
wanita, pria cenderung lebih tahan terhadap minuman keras daripada wanita
meskipun jika keduanya memiliki berat tubuh dan tinggi yang sama. ( Snyder,
2004 ).
2.1.1.1 Pengaruh dalam Jangka Pendek
Konsentrasi alkohol yang diminum beredar dalam darah, menimbulkan
kemeriahan ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring
meningkatnya konsentrasi alkohol dalam darah. Kemudian, efek yang dapat
2.1.1.2 Pengaruh dalam Jangka Panjang
Meminum minuman beralkohol dalam jangka panjang akan menyebabkan
terserang berbagai penyakit, seperti kerusakan jantung, tekanan darah tinggi,
stroke, kerusakan hati, kanker saluran pencernann, gangguan pencernaan,
kerusakan otak dengan perubahan kepribadian, dan sulit dalam mengingat dan
berkonsentrasi (Snyder, 2004).
2.1.2 Jenis-jenis Minuman Beralkohol
Tiga jenis dari minuman beralkohol yang biasanya digunakan adalah bir,
wine, dan minuman keras yang di destilasi (Hafen, 1977).
2.1.2.1 Bir
Pembuatan bir dan bir putih merupakan proses kuno. Air kaldu yang
berasal dari sereal gandum di panaskan dan di fermentasi. Kemudian, gandum
yang terendam di air, ragi dari jamur ditambahkan. Gandum yang terendam di air
(yang tumbuh dalam keadaan kering) yang berubah menjadi pati di dalam gula
sehingga ragi dapat bekerja. Ragi akan mengubah gula menjadi alkohol alkohol
dan gas karbon dioksida yang menjadi gelembung di dalam air. Akhirnya,
keseluruhannya tercampur untuk memberikan rasa yang menggit pada bir. Kadar
dari alkohol pada bir biasanya sekitar 3 sampai 7 persen. Bir dapat
mempertahankan beberapa air, mineral, padatan dan vitamin dari kaldu yang
2.1.2.2 Wine
Wine adalah minuman hasil fermentasi dari sari buah anggur yang di
kumpulkan dan diperas bersama-samayang terdapat di suatu tempat yang
menghasilkan buah anggur. Ada 4 golongan dari wine yaitu Natural wine,
Sparkling wine, Fortified wine, Aromatized wine (Amiek, 2005).
2.1.2.3 Minuman Keras Yang Didestilasi
Ini adalah proses pemanasan dan pendinginan kembali. Maksudnya untuk
memperoleh kadar alkohol yang lebih tinggi, karena itu untuk maksud tersebut
sering dilakukan dua atau tiga kali penyulingan, sehingga kadar alkohol yang
dihasilkan tinggi sekali. Seperti kita ketahui, bahwa titik uap dari alkohol adalah
lebih rendah daripada uap air. Jadi waktu alkohol menguap air masih tinggal,
kemudian uap alkohol tadi didinginkan kembali dan cairan ditampung pada suatu
tempat, sehingga diperoleh minuman yang jernih. Untuk memberi warna dari
cairan tadi bermacam-macam cara dilakukan, dengan jalan aging atau Blending
(Amiek, 2005)
2.1.3 Standar Mutu Minuman Beralkohol
Standar mutu minuman beralkohol telah dirumuskan dan ditetapkan oleh
Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI 01-4456-1998 menetapkan bahwa
No Kriteria uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bau - Normal
1.2 Rasa - Normal
1.3 Warna - Normal
2 Cemaran logam
2.1 Pb mg/kg Maks 0,2
2.2 Sn mg/kg Maks 40,0
2.2 Logam 2.2.1 Timbal (Pb)
Logam timbal (Pb) atau juga dikenal dengan Timah Hitam adalah sejenis
logam yang lunak dan bewarna coklat kehitaman,serta mudah dimurnikan dari
pertambangan.Dalam pertambangan,logam ini berbentuk sulfida logam (PbS)
yang juga dikenal sebagai galena. Logam Pb banyak digunakan pada industri
baterai,kabel,cat (sebagai zat pewarna),penyepuhan,pestisida dan paling banyak
digunakan sebagai zat antiletup pada bensin.
Logam Pb berbahaya bila masuk kedalam tubuh karena jenis logam ini
tidak diperlukan dan akan menimbulkan berbagai komplikasi penyakit seperti
gangguan sintetis hemoglobin darah,gangguan neurologi,gangguan pada ginjal
dan dapat menurunkan IQ pada anak kecil jika terdapat 10-20 mg/L dalam darah.
mempunyai titik lebur yang rendah sehingga mudah digunakan dan mudah
biaya produksinya.
mudah dibentuk karena logam ini lunak.
mempunyai sifat kimia yang aktif sehingga dapat digunakan untuk melapisi
logam untuk mencegah perkaratan
bila dicampur dengan logam lain membentuk logam campuran yang lebih
bagus daripada logam murninya dan lebih padat dari logam lainnya
(Kristanto,2002).
2.2.2 Timah (Sn)
Timah adalah logam putih,yang dapat ditempa dan liat pada suhu
biasa,tetapi pada suhu rendah menjadi getas karena berubah menjadi suatu
modifikasi allotropi yang berlainan. Ia meleleh pada 231,80C. Logam ini melarut
dengan lambat dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer, dengan
membentuk garam-garam timah ( II ) (stano).
Timah dapat bivalen dan tetravalen dalam senyawa-senyawanya.
Senyawa timah ( II ), stano, biasanya tak bewarna . Dalam larutan asam, ion-ion
timah ( II ) Sn2+ yang terdapat, sedangkan dalam larutan basa, kita dapatkan
ion-ion tetrahidroksostanat ( II ) atau ion-ion stanit [Sn (OH)4 ]2-. Kedua ion ini mudah
2.2.3 Batas Cemaran Logam Berat Dalam Makanan
Produk pangan yang diproduksi, diimpor, dan diedarkan di wilayah
Indonesia harus memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan,
termasuk persyaratan batas maksimum cemaran logam berat. Berdasarkan
ketetapan dari Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) pada tahun 2009, batas
cemaran logam timbal (Pb) pada minuman beralkohol adalah 0,2 mg/kg.
Sementara itu, batas cemaran maksimum untuk cemaran logam timah (Sn) pada
produk pangan yang bukan diolah dengan proses panas dan dikemas dalam kaleng
adalah 40 mg/kg (SNI, 2009).
2.3 Spektrofotometri Serapan Atom
Metode spektrofotometri serapan atom (SSA) berprinsip pada absorpsi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini
mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi
elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti
memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan
tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun
bermacam-macam. Misalkan unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi
elektron 1s22s22p63s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3s, artinya tidak
memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ke tingkat 3p dengan
energi 2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan energi 3,6 eV, masing- masing sesuai
anatara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dan
dengan intensitas maksimum. Inilah yang dikenal dengan garis resonansi.
Spektrum atomik untuk masing-masing unsur terdiri atas garis –garis resonansi.
Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spektrum yang
berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun
garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya
(Khopkar, 1990)
.2.3.1 Komponen Instrumentasi SSA
[Sumber : Day et al, 1980]
Gambar 2.1 Komponen-komponen Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Gambar 2.1 menunjukkan bentuk skema komponen-komponen dasar dari
suatu spektrofotometer serapan atom. Garis-garis absorpsi yang disebabkan oleh
zat-zat berbentuk atom jauh lebih sempit daripada pita-pita yang ditemui pada
spektrofotometer biasa. Jika pita radiasi yang diberikan monokromator cukup
berkurang untuk dihasilkan harga absorpsi yang cukup, maka suatu sumber
panjang gelombang yang sempit, yang diteruskan oleh monokromator untuk
menjalankan sistem elektronnya.
Tabung lucut katoda-cekung menjadi sumber umum pada absorpsi atomik,
tabung lucut katoda-cekung mengandung anoda dan katoda dalam suatu atmosfer
gas inert pada tekanan rendah. Tabungnya dijalankan dengan sumber tenaga yang
memberikan ratus volt. Atom- atom gas terionisasikan di dalam lucutan listrik,
dan benturan ion-ion berenergi dengan permukaan katoda mengusir atom-atom
logam yang tereksitasikan. Hal ini mengakibatkan terjadinya spektrum garis dari
logam yang menampakkan diri sebagai suatu bara di dalam ruangan pada katoda
cekung.
Suatu garis yang cocok di dalam spektrum emisi dari sumbernya dipilih
untuk dianalisa. Garis ini yang disebut garis resonansi, menunjukkan suatu
perpindahan dari suatu keadaan bereksitasi suatu atom ke keadaan dasar, dan
dengan demikian menunjukkan frekuensi yang tepat bagi absorpsi oleh atom-atom
di dalam nyala yang ada pada keadaan dasar (Day dan Underwood, 1981 ).
2.3.1.1 Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Elektroda lampu
katoda berongga biasaya terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan
unsur murni atau campuran dari unsur murni yang dikehendaki. Tanung lampu
dan jendela terbuat dari silika atau kuarsa,diisi dengan gas pengisi yang dapat
meghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang biasanya digunakan adalah Ne,Ar
tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Pb, hanya bisa digunakan
untuk pengukuran unsur Pb.
Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam :Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan,
arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas yang
bermuata positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada katoda yang
menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang tereksitasi ini
bersifat tidak stabil dan akan kembali ketingkat dasar dengan melepaskan energi
eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang dilewatkan melalui atom yang
berada dalam nyala.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan,
maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada
tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali.
2.3.1.2 Atomizer
Atomizer terdiri dari nebulizer(sistem pengabut),spray chamber
.Nebulizer
Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi
aerosol(butir-butir kabut dengan ukuran partikel 15-20µm) dengan cara menarik larutan melalui
kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas bahan bakar dan
oksidan,disemprotkan keruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus
kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan kabar,masuk kedalam
nyala,sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui saluran pembuangan.
Spray chamber
Spray chamber berfugsi untuk membuat campuran yang homogenantara
gas oksidan,bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh sebelum
memasuki burner.
2.3.1.3 Burner
Burnermerupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Lubang yang berada pada burner, merupakan lubang pemantik api, dimana pada
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal
ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai
pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan
sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang
yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri,
merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji
merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam
larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna
api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam
yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya
gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling
panas.
2.3.1.4 Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi
atom di dalam nyala,energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi
diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah
mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya berasal
dari lampu katoda berongga gas pengisi lampu katoda berongga atau logam
pengotor dalam lampu katoda berongga. Monokromator terdiri atas sistem optik
yaitu celah cermin dan kisi
2.3.1.5 Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
2.3.1.6 Rekorder
Sinyal listrik yag keluar dari detektor diterima oleh pirati yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
2.3.1.7 Tabung gas
Tabung gas pada SSA yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas asetilen. Gas asetilen pada SSA memiliki kisaran suhu ± 2.300 0C, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan
kisaran suhu ± 3.000 0C. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam
tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut,
yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air,
untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa
tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu
dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat
apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut
positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak,
karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam
tabung dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung
berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga
memiliki tekanan.
2.3.1.8 Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah
sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga
atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah
miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting
berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada SSA, dan
mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting.
2.3.1.9 Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh SSA, pada
waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan,
dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada
bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau
berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan
disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai
tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan SSA.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke
kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup.
Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan
lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke
kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi
2.3.1.10 Buangan pada SSA
Buangan pada SSA disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
SSA. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena
bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat
pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buanganditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu katoda. Bila lampu katoda menyala, menandakan bahwa alat SSA
atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat
atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam
wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering (Gandjar
dan Rohman, 2007).
2.3.2 Gangguan Pada Analisis Dengan SSA
2.3.2.1 Gangguan Spektra
Matriks sampel yang diuapkan mengandung bermacam-macam unsur lain
yang mungkin saja dapat menimbulkan gangguan spektra. Gangguan spektra
terjadi bila panjang gelombang dari unsur yang diperiksa berhimpit dengan
panjang gelombang dari atom atau molekul lain yang terdapat dalam larutan yang
(SSA) karena digunakan sumber cahaya yang spesifik untuk unsur yang
bersangkutan (Vera, 2011).
2.3.2.2 Gangguan Fisika
Sifat-sifat fisika dari larutan yang diperiksa akan menentukan intensitas
dari absorpsi atau emisi dari larutan yang diperiksa. Adanya variasi pada sampel
(misalnya ketegangan muka, bobot jenis, kekentalan) dan kecepatan gas dapat
mempengaruhi proses atomisasi. Oleh karena itu, sifat-sifat fisika dari zat yang
diperiksa dan larutan pembanding harus sama. Efek ini dapat diperbaiki dengan
pemanasan yang cepat atau operasi secara isothermal (Vera, 2011).
2.3.2.3 Gangguan Kimia
Gangguan kimia yang paling umum adalah gangguan yang disebabkan
oleh terbentuknya senyawa yang sukar menguap antara anion dengan analit. Hal
ini dapat mengurangi kecepatan atomisasi. Dalam hal tertentu gangguan ini dapat
diatasi dengan menggunakan nyala dengan suhu yang lebih tinggi, misalnya nyala
nitrogen oksida-asetilen. Hal ini juga dapat diatasi dengan menambahkan
releasing agent, yaitu kation yang dapat bereaksi dengan anion pengganggu atau
menggunakan protective agent yang akan bereaksi dengan analit membentuk
senyawa stabil dan dapat menguap. Penambahan kedua agen ini akan mencegah
2.3.3 Penyiapan Sampel
Penyiapan sampel sebelum pengukuran tergantung dari jenis unsur yang
ditetapkan, jenis substrat dari sampel, dan cara atomisasi. Pada kebanyakan
sampel, hal ini biasanya tidak dilakukan apabila atomisasi dilakukan secara
elektrotermal karena matriks dari sampel telah dihilangkan pada proses
pengarangan sebelum atomisasi. Pada atomisasi nyala kebanyakan sampel cair
dapat disemprotkan langsung ke dalam nyala setelah diencerkan dengan pelarut
yang cocok. Sampel padat biasanya dilarutkan dalam asam, tetapi ada kalanya
didahului dengan peleburan alkali (Harmita, 2006).
Unsur-unsur logam dalam matriks berikatan dengan komponen lain dalam
matriks. Untuk dapat dianalisis dengan spektrofotometer serapan atom, ikatan
tersebut harus diputus untuk mendapatkan unsur logam yang bebas. Peristiwa
pemutusan ikatan unsur logam dengan komponen lain dalam matriks disebut
peristiwa perombakan atau destruksi. Destruksi bertujuan untuk mengurai bentuk
organik dari logam menjadi bentuk logam anorganik. Terdapat dua macam cara
destruksi, yaitu destruksi kering dan destruksi basah (Vera, 2011).
2.3.3.1 Destruksi Kering
Destruksi kering merupakan perombakan organik logam dalam sampel
menajadi logam anorganik dengan cara pengabuan sampel dalam furnace dan
memerlukan suhu pemanasan tertentu. Umumnya diperlukan suhu 400-800oC
tetapi, suhu ini sangat tergantung terhadap jenis sampel yang akan dianalisis. Bila
dilarutkan dalam pelarut asam encer, baik tunggal maupun campuran kemudian
dianalisis (Vera, 2011).
2.3.3.2 Destruksi Basah
Destruksi basah dengan asam sudah digunakan secara luas untuk
penyiapan berbagai macam sampel logam. Metode ini sederhana, cepat, dan relatif
murah. Umumnya digunakan asam klorida, asam nitrat, asam perklorat, asam
fluorida, dan hidrogen peroksida. Selain itu, dapat pula digunakan campuran asam
untuk mendapatkan kondisi oksidasi yang lebih baik (Vera, 2011).
Kondisi oksidasi yang paling poten diperoleh dengan menggunakan asam
perklorat atau asam nitrat pekat dan panas yang dapat melarutkan hampir semua
logam dalam senyawa organik. Asam klorida pekat merupakan pelarut yang
sangat baik untuk oksida logam. Sementara itu, asam fluorida merupakan asam
lemah dan tidak mengoksidasi, namun asam ini berguna untuk melarutkan sampel
silikat karena ia dapat melepaskan silikat dengan cara membentuk senyawa
SiF4yang mudah menguap (Vera, 2011).
Pada umumnya, preparasi sampel dengan cara destruksi basah lebih
disukai daripada destruksi kering. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa
2.4 Metode Analisa
2.4.1 Teknik Kalibrasi
Penggunaan teknik ini tergantung dari jumlah sampel, linearitas dari kurva
kalibrasi, dan adanya gangguan dari komponen lain dalam sampel tersebut. Jika
jumlah sampel yang diperiksa banyak, maka prosedur yang paling sederhana
adalah dengan membuat satu seri larutan standar yang meliputi daerah konsentrasi
tertentu dan dari sini dibuat kurva kalibrasi (Harmita, 2006).
2.4.2 Metode Baku Dalam
Variasi aliran oksidan-bahan bakar dan nebulizer diimbangi dengan
menambahkan sejumlah baku dalam ke dalam setiap sampel. Kurva kalibrasi yang
dibentuk dengan metode ini merupakan hubungan dari perbandingan intensitas
emisi atau serapan dari unsur yang ditetapkan dengan baku dalam terhadap
konsentrasi unsur yang diperiksa. Standar yang dipilih harus mempunyai
spektrum yang dekat dengan unsur yang diperiksa dan merupakan transisi yang
serupa (Harmita, 2006).
2.4.3 Metode Addisi
Bila gangguan dari unsur lain pada matriks tidak dapat dihindarkan maka
metode addisi standar ini dapat digunakan. Metode ini dapat dipakai dengan
syarat kurva kalibrasi merupakan garis lurus melalui pusat. Apabila serapan dari
larutan dengan konsentrasi x adalah Ax dan serapan dari larutan tersebut setelah