Media Massa, Penegakan Hukum dalam kasus Perbudakan Buruh di Tangerang sebagai suatu Kejahatan HAM di Indonesia: “Transparan dan Objektif ?”
Suatu Analisis
Oleh : Shendy Febriano
Kepolisian Resor Kota Tangerang menggerebek sebuah pabrik pembuatan
alumunium balok dan kuali di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi, Kecamatan
Sepatan, Kabupaten Tangerang. Pabrik yang diduga illegal ini dilaporkan telah
melakukan pelanggaran hak asasi manusia seperti menyiksa dan menyekap karyawan,
mempekerjakan karyawan di bawah umur, dan para karyawan tersebut tidak diberi
upah yang standar. Di lokasi, polisi menemukan beberapa fakta soal usaha industri
rumahan tersebut, yaitu tempat usaha industri tidak memiliki izin industri dari
Pemerintah Kabupaten Tangerang, tempat istirahat buruh berupa ruang tertutup seluas
8 meter x 6 meter tanpa ranjang tempat tidur, hanya alas tikar, kondisi yang tidak
pantas, lembab, gelap, serta kamar mandi yang kondisinya kotor karena tidak
terawat.1
Telepon genggam dan pakaian milik buruh disita oleh pemilik perusahaan dan
istrinya tanpa alasan yang jelas, ada 6 orang buruh disekap dengan dikunci dari luar,
keadaan mereka sangat memprihatinkan pada saat itu. Hak untuk kesehatan dan
komunikasi kerap diabaikan oleh pemilik perusahaan, ada indikasi praktek
“Sweatshop” dengan memperkerjakan buruh yang masih berusia di bawah 17 tahun
dengan status masih anak-anak.2
Bos pabrik panci, Yuki Irawan, menargetkan setiap buruh mencetak 200 wajan
alumunium. Jika tidak mencapai target, Yuki bakal menggiring buruh ke ruang
"pembantaian". Letaknya di dekat tangga rumah tingkat, gudang alumunium foil. 3
Sembilan buruh yang disekap dan diperlakukan seperti budak di Sepatan, Tangerang,
Banten mengaku sering diawasi oleh sejumlah pria berseragam mirip seragam
kesatuan saat mereka bekerja. Keberadaan pria bersenjata api laras panjang itu
membuat para buruh merasa ciut nyalinya untuk melawan. Akibat penyekapan yang
berlangsung selama tiga bulan itu, membuat nya trauma. Dia berangkat bersama
sembilan rekan di desanya tiga bulan lalu. Mereka diajak oleh seorang perekrut tenaga
kerja bernama Taufik asal Sumatera Selatan. Kasus penyekapan dan penyiksaan
puluhan buruh pabrik pembuatan panci dan kuali di Tangerang itu terungkap atas
laporan Junaidi dan disusul Andi Gunawan. Keduanya berhasil melarikan diri lalu
melapor ke aparat kepolisian dan pamong desa di kampung halaman mereka.4
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Tangerang Komisaris Shinto
Silitonga mengatakan pabrik panci alumunium CV Cahaya Logam—bukan pabrik
kuali seperti ditulis sebelumnya-- di Kampung Bayur Opak RT03/06, Desa Lebak
Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, hanya mengantongi surat
keterangan usaha lurah Bunder Kecamatan Cikupa. Pabrik ini liar karena tidak
mengantongi izin industri dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang.5 Bupati
2 Dikutip dari halaman artikel yang sama, diakses pada 4 Mei 2013.
3 http://www.tempo.co/read/news/2013/05/06/064478325/Sehari-Buruh-Panci-Wajib-Cetak-200-Wajan diakses pada 6 Mei 2013
4 http://www.tempo.co/read/news/2013/05/06/058478372/Korban-Perbudakan-Buruh-Panci-Kami-Diawasi-Polisi diakses pada SENIN, 06 MEI 2013
Tangerang Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnaen mencabut izin usaha dan operasional CV
Cahaya Logam, produsen panci di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi,
Sepatan, yang melakukan penyiksaan dan penyekapan terhadap buruh.6
Ada dugaan pabrik panci CV Cahaya Logam di Kampung Bayur Opak, Desa
Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang, yang memperbudak buruhnya, dibekingi aparat.
Polisi akan menyelidiki dugaan tersebut.7 Beroperasinya pabrik panci CV Cahaya
Logam di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Kabupaten
Tangerang, dalam 1,5 tahun belakangan ini diduga karena dibekingi oleh aparat.
Indikasi adanya bekingan aparat didapat setelah tim Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Tangerang melakukan investigasi. 8
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
mengatakan oknum Polisi Sektor Sepatan, Tangerang, sering menerima amplop dari
Yuki Irawan, bos pabrik panci yang menjadi tersangka penyekapan buruh. Kejadian
itu diperoleh Kontras dari saksi yang melihat langsung kejadian ini. Menurut saksi,
proses pemberian amplop ini terjadi secara terang-terangan. Warga sekitar lokasi dan
sejumlah korban pun sering melihat mobil patroli Polsek Sepatan bertamu di rumah
Yuki. Kapolsek Sepatan sempat gerah dengan perbuatan anak buahnya. Anggota
Kontras menilai, pemberian amplop ditambah seringnya oknum polisi bertamu di
rumah Yuki adalah bentuk upaya suap.9 Oleh karena itu, diharapkan aparat hukum
tidak ikut-ikutan terlibat.
6 http://www.tempo.co/read/news/2013/05/06/064478161/Izin-Usaha-Pabrik-Panci-Penyekap-Buruh-Dicabut diakses pada SENIN, 06 MEI 2013
7 http://www.tempo.co/read/news/2013/05/05/064478009/Dugaan-Beking-Aparat-di-Pabrik-Panci-Diselidiki diakses pada MINGGU, 05 MEI 2013
8 http://www.tempo.co/read/news/2013/05/05/064478006/Pabrik-Panci-Diduga-Dibekingi-Aparat diakses pada MINGGU, 05 MEI 2013
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
mengatakan ada keterlibatan anggota polisi dalam penyekapan dan penyiksaan buruh
di pabrik panci di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi, Sepatan, Kabupaten
Tangerang. Pengakuan itu diperoleh Kontras dari korban. Setidaknya 20 dari total 25
buruh yang menjadi korban penyekapan mengaku pernah melihat dua anggota Brimob
di lokasi pabrik. Kontras mengindentifikasi dua oknum Brimob itu bernama Agus dan
Nurjaman. Menurut pengakuan korban, kedua oknum Brimob ini menjadi alat
intimidasi dari empunya pabrik, Yuki Irawan, beserta centengnya. Para korban juga
mengaku sering melihat mobil dinas Polsek Sepatan terparkir di rumah Yuki.10
Yuki Irawan, 41 tahun, datang ke Desa Lebak Wangi 15 tahun lalu. Sebagai
warga pendatang, Yuki pernah mengontrak rumah petak tak jauh dari rumah gedong
bertingkatnya saat ini di Kampung Bayur Opak, Lebak Wangi Sepatan, Kabupaten
Tangerang. Pelan-pelan usaha pengolahan limbah alumunium foil menjadi alumunium
batangan sukses. Yuki, menurut Marsudin, 50 tahun. tetangga depan rumahnya,
kemudian membeli rumah bertingkat yang kini dijadikan pabrik pencetakan wajan
atau warga menyebut kenceng. Yuki dan pabriknya menjadi bahan pembicaraan
karena menyekap 25 buruh selama berbulan-bulan. Penyekapan dan penyiksaan para
buruh ini terbongkar setelah salah seorang buruh kabur. Dari usahanya itu, Yuki lantas
dikenal dekat dengan aparat desa, polisi dan tentara setempat. 11
Yang aneh, meski dianggap arogan, ada warga yang menyebut Yuki
'dermawan' karena mau menyumbang untuk pembangunan tempat ibadah.Mewakili
Komisi nasional Hak Asasi Manusia, Siane Andriani mengatakan Yuki adalah
pelanggar HAM berat. Untuk itu lembaganya tidak hanya mendesak polisi mengusut
10 http://www.tempo.co/read/news/2013/05/06/064478266/2-Anggota-Brimob-Disebut-Terlibat-Perbudakan-Buruh diakses pada SENIN, 06 MEI 2013
aparat yang membekingi Yuki, termasuk memproses hukum Kepala desa Mursan yang
melakukan pembiaran praktik pelanggaran HAM oleh Yuki.Komnas HAM juga akan
mendesak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang membayar upah yang belum
dibayarkan.Yuki pun kini meringkuk di sel penjara bersama empat centeng yang jadi
mandor pabrik. Ancaman hukuman delapan tahun penjara menantinya. Dengan begitu
kisah si bandar kenceng sudah tamat.12
Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnaen mengatakan, perbudakan
buruh pabrik panci ilegal di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi, Kecamatan
Sepatan, tidak ada bedanya dengan pabrik narkoba yang dibekingi aparat. Zaki
mengakui Kabupaten Tangerang kecolongan dalam pengawasan usaha dan
ketenagakerjaan yang dikendalikan oleh Yuki Irawan, bos pabrik panci yang sudah
beroperasi sekitar 1,5 tahun itu.13
Kejahatan seperti ini tidak hanya sekali terjadi di Indonesia, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, yang dialami TKI di luar negeri, dan masyarakat lokal
seperti pemerkosaan, pembunuhan penyiksaan fisik dan mental, dan lain sebagainya.
Kejahatan yang dilakukannya adalah pelanggaran HAM berat, karena melakukan
kewajiban yang secara langsung dilakukan dengan adanya unsur paksaan, dan
ancaman terus menerus akan dianiaya secara fisik. Hak para buruh atas kepemilikan
barang pribadi, gaji yang layak, perlakuan yang pantas, berpakaian dan makan dengan
wajar, bisa berkomunikasi dengan keluarga hingga hidup sehat dirampas dengan
seenaknya oleh pemilik perusahaan ini tanpa ada rasa belas kasihan.
12 http://www.tempo.co/read/news/2013/05/06/064478142/Bos-Pabrik-Panci-Pernah-Jadi-Bandar-Pilkades diakses pada SENIN, 06 MEI 2013
Karena usahanya itu, dia memiliki pengaruh yang kuat di desa itu, dan dekat
dengan berbagai orang penting, dari aparat desa, tentara hingga Polisi. Dia juga
pernah menjadi tim sukses kepala desa. “aliran” uang yang kencang sangat mengalir
dari kasus ini terhadap aparat-aparat hukum, serta adanya kongkalikong/sekongkol
antara aparat kepolisian dan Yuki, si Bos panci. sehingga sampai digerebek pabriknya,
si pemilik pabrik masih ‘dilindungi’ dan oknum aparat yang terlibat masih simpang
siur statusnya. Kepolisian memang tidak menyangkal kalau ada oknumnya yang
terlibat dan tidak mengetahui seluruh kejadian yang terjadi dan adanya aliran uang
yang mengalir ke kantong mereka. Mereka berjanji akan mengusut tuntas kasus ini
termasuk menindak siapa saja oknum aparat yang terlibat tanpa pandang bulu. Kita
lihat saja nanti bagaimana transparansi dan objektifitas dari penyelesaian kasus ini
serta perkembangannya hingga tuntas.
Korupsi merupakan penyakit sistemik yang menjalar diseluruh instansi,
diantaranya kepolisian dan pemerintah. Keterlibatan polisi yang kotor/korup memang
tidak bisa dipungkiri dari adanya kasus-kasus yang tidak hanya dari kasus
pelanggaran HAM saja, melainkan kasus lainnya, diantaranya Narkoba dan lalu lintas.
Pertama, mereka menyita barang bukti dari tersangka, lalu dikala ada razia, barang
bukti tersebut bukannya dimusnahkan, melainkan ditaruh kembali di kendaraan
masyarakat dan masyarakat dituduh memakai dan memilikinya yang sebenarnya tidak
mereka lakukan. Para polisi tidak mau tahu, pokoknya mereka bersalah dan harus
dihukum. Kedua, pada masalah lalu lintas, sebelum adanya surat tilang biru dan
merah yang masing-masing memiliki fungsinya, yang pertama, pelanggar mengakui
salah dan membayar sejumlah uang yang nantinya akan disetorkan ke kas negara,
kedua, pelanggar mengakui salah dan bersedia disidangkan di LLAJ/ pengadilan
mau membayar uang tilang. Jika mau membayar, uang itu tidak masuk ke kas negara,
melainkan ke kantong mereka sendiri. Dengan adanya surat tilang itu, secara
perlahan, kita bisa mencegah adanya arus gratifikasi dan korupsi di kepolisian.
Kepercayaan masyarakat terhadap hukum, transparansi penegakan hukum dan
obyektifitas aparat kepolisian, jaksa, dan lainnya di Indonesia mulai menurun
dikarenakan banyaknya jumlah aparat yang terlibat masih simpang siur statusnya serta
penanganan kasus yang cenderung lamban. Oleh karena itu, Ketegasan aparat untuk
menindak anggotanya yang terjerat kasus hukum tanpa pandang bulu perlu
dipertanyakan dan diperkuat lagi agar hal semacam ini tidak terulang lagi.
Motif menutup-nutupi dan pembalikan fakta dari suatu kejadian bisa saja
terjadi karena politisasi oleh pihak tertentu untuk mengaburkan fakta itu sendiri
dengan membungkam media, menghilangkan jejak, dan lain sebagainya untuk
menghindari jeratan hukum. Hal ini sudah biasa dikalangan jurnalis dan entusias
media. Jurnalis baik media cetak dan televisi hendaknya juga memperhatikan dan
menjalankan kode etik jurnalistik sebagai suatu acuan baku dalam menyampaikan
berita, diantaranya masih dipegangnya prinsip kejujuran, kecermatan dan
keseimbangan. Memiliki sikap dan pendirian dalam memaknai dan merespon suatu
berita. Serta professionalisme yang dijunjung tinggi sesama jurnalis. Oleh karena itu,
transparansi media massa dalam memberitakan kasus ini juga perlu dipertanyakan
objektifitas dan keotentikannya dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan