• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Motivasidan Komitmen Terhadap Partisipasi Anggota Pada Koperasi Karyawan PT. Bank Central Asia, Tbk Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Motivasidan Komitmen Terhadap Partisipasi Anggota Pada Koperasi Karyawan PT. Bank Central Asia, Tbk Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan landasan bagi peneliti dalam melakukan

penelitiannya. Penelitian-penelitian mengenai komitmen, partisipasi dan motivasi

dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan akademis dalam maupun luarnegeri.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Tri Yuni Sulistyowati (2015),

menggunakan variabel pelayanan, kinerja pengurus, motivasi dan partisipasi

dengan judul “pengaruh pelayanan, kinerja pengurus koperasi, dan motivasi

berkoperasi terhadap partisipasi anggota koperasi pegawai Republik Indonesia

(KPRI) Eka Karya Kabupaten Kendal”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti

seberapa besar pengaruh pelayanan, kinerja pengurus, dan motivasi terhadap

partisipasi anggota koperasi pegawai Republik Indonesia (KPRI) Eka Karya

Kabupaten Kendal. Penelitian ini dilakukan terhadap 83 responden anggota

koperasi KPRI. Hasil penelitian menunjukkan pelayanan, kinerja pengurus, dan

motivasi secara simultan berpengaruh terhadap partisipasi anggota berkoperasi.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Siti Za’imatun Nisa (2015),

menggunakan variabel pendidikan perkoperasian, motivasi anggota dan partisipasi

anggota berkoperasi dengan judul ”pengaruh pendidikan perkoperasian dan

motivasi anggota terhadap partisipasi anggota koperasi mahasiswa universitas

negeri yogyakarta (Kopma UNY)”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti

(2)

berkoperasi. Penelitian ini dilakukan terhadap 98 responden yang merupakan

anggota Kopma UNY yang telah menjadi anggota selama satu tahun di Kopma

UNY. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan positif antara pendidikan

perkoperasian dan motivasi anggota terhadap partisipasi anggota Kopma UNY.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Choeriyah (2015), menggunakan

variabel motivasi dan loyalitas anggota serta variabel partisipasi. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh motivasi

berkoperasi dan loyalitas anggota terhadap partisipasi anggota di KUD Mekar

Ungaran Kabupaten Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

anggota aktif KUD Mekar Ungaran berjumlah 859 orang. Metode pengambilan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif persentase dan

analisis regresi linier berganda. Hasil secara simultan motivasi berkoperasi dan loyalitas anggota secara bersama sama mempengaruhi partisipasi anggota KUD

Mekar Ungaran. Secara parsial motivasi berkoperasi berpengaruh positif terhadap

partisipasi anggota, loyalitas anggota berpengaruh positif terhadap partisipasi

anggota. Rekapitulasi penelitian terdahulu terkait dengan partisipasi, motivasi dan

komitmen dalam organisasi dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Rekapitulasi Penelitian Terdahulu Terkait Dengan Partisipasi,

Motivasi dan Komitmen Dalam Organisasia

Peneliti Judul Variabel Tujuan Hasil pe nelitian

(3)

Peneliti Judul Variabel Tujuan Hasil pe nelitian

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif

dan signifikan partisipasi anggota di

(4)

Peneliti Judul Variabel Tujuan Hasil pe nelitian dan loyalitas anggota secara bersama sama positif antara kinerja

koperasi dan

(5)

Peneliti Judul Variabel Tujuan Hasil pe nelitian

The path coefficient of civil servant

(6)

fungsinya akan berhasil jika mengikutsertakan partisipasi semua komponen dan

unsur yang ada dalam organisasi. Dengan demikian yang bisa menghidupkan

sarana untuk memperbaiki kehidupan yang berdasar atas kegotong royongan atau

kekeluargaan tidak lain adalah partisipasi anggota, seperti yang dikemukan oleh

pendapat Ninik Widiyanti (2007:65) bahwa partisipasi anggota diukur dari

kesediaan anggota itu untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak

keanggotaan serta bertanggungjawab jika sebagian besar anggota koperasi sudah

melakukan kewajiban dan tanggungjawab maka partisipasi anggota koperasi

tersebut dikatakan baik, namun apabila sebaliknya maka partisipasi anggota

koperasi tersebut dikatakan buruk.

Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung

keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek

yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan.

Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu memperoleh

dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada dalam organisasi. Tanpa

dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan program-program

manajemen tidak akan berhasil dengan baik. Hendar dan Kusnadi (2000:61)

mengatakan bahwa partisipasi pada koperasi dapat berupa partisipasi kontribusi

dan dan dapat pula partisipasi intensif. Kedua jenis partisipasi tersebut timbul

sebagai akibat peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai

(7)

a. Para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan

pertumbuhan koperasi dalam kontribusi keuangan (simpanan pokok, simpanan

wajib dan simpanan sukarela).

b. Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan, dan proses

pengawasan terhadap jalannya koperasi. Partisipasi ini disebut kontributif.

Dalam kedudukannya sebagai pelanggan/pemakai para anggota memanfaatkan

berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh koperasi dalam menunjang

keperasi dalam menunjang kepentinganya. Partisipasi ini disebut partisipasi

intensif.

Partisipasi merupakan bagian penting dan juga vital dalam pembangunan

koperasi. Partisipasi tidak dapat diasumsikan sebagai suatu yang “given” atau sesuatu yang demikian saja terjadi secara otomatis dalam keberadaan suatu

koperasi. Terdapat banyak koperasi dengan tingkat partisipasi anggota yang

rendah, namun beberapa diantaranya tetap dapat memberikan manfaat yang

memuaskan bagi para anggotanya. Akan tetapi, tanpa partisipasi anggota,

kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektivitas anggota

dalam rangka mencapai kinerja koperasi, akan lebih besar.

Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah

penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertanggung jawab. Partisipasi

anggota sering dianggap baik sebagai alat pengembangan maupun sebagai tujuan

akhir itu sendiri. Selain itu, melibatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan

dan tindakan sebagai suatu tujuan pengembangan ataupun sebagai tujuan akhir itu

(8)

penting partisipasi dalam mencapai keberhasilan koperasi sesuai dengan

kepentingan anggota. Dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak

disadari, partisipasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Partisipasi

adalah berbagai bentuk peran serta anggota organisasi dalam menggunakan tenaga

dan pikiran serta waktunya dalam mewujudkan tujuan organisasi (Hasibuan,

2005). Partisipasi adalah tanggungjawab pekerja yang didasari pada kesadaran

penuh dalam mentaati dan mematuhi serta mengerjakan semua tugas

pekerjaannya dengan baik (Malthis, Jackson 2002).

Ditinjau dari segi etimologis, kata partisipasi merupakan pinjaman dari

bahasa Belanda “participatie” atau dari bahasa Inggris “Participation” (sukanto,1983). Dalam bahasa Latin disebut “Participatio” yang berasal dari kata kerja “Partipare” yang berarti ikut serta, sehngga partisipasi mengandung

pengertian aktif yaitu adanya kegiatan atau aktivitas. Davis dan Newstrom (2004)

berpendapat bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional

orang-orang dalam situasi kelompok. Dan mendorong mereka untuk memberikan suatu

kontribusi demi tujuan kelompok, dan juga berbagai tanggung jawab dalam

pencapaian tujuan.

Menurut Sajogyo (2002) “Partisipasi” adalah suatu proses dimana

sejumlah pelaku bermitra punya pengaruh dan membagi wewenang di dalam

prakarsa “pembangunan”, termasuk mengambil keputusan atas sumberdaya.

Menurut Rauf, Nasution dalam Sri Yuliyati, mengemukakan partisipasi terhadap

(9)

menunjukkan sikap dan mewujudkan peranannya terhadap koperasi guna

meningkatkan kesejahteraanya.

Secara umum, partisipasi dapat di artikan sebagai keterlibatan diri

seseorang dalam suatu kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung atau

suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam kegiatan

bersama dalam situasi sosial tertentu. Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya

mengalami keterlibatan di dalam dirinya, yang sifatnya lebih dari pada

keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Dengan keterlibatan dirinya juga,

berarti ketrlibatan pikiran dan perasaanya.

Menurut Wiranata, Suhenda modul ekonomi koperasi mengatakan arti

penting dari partisipasi adalah:

a. Partisipasi berasal dari kata participation yang secara harfiah berarti mengikutsertakan pihak lain.

b. Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugasnya akan lebih berhasil

apabila pemimpin tersebut mampu meningkatkan partisipasi dari semua

komponen atau unsur yang dimiliki perusahaan/lembaganya.

c. Dengan meningkatkan partisipasi, berarti semua komponen/unsur yang ada

akan merasa lebih dihargai sehingga dapat diharapkan semangat dan

kegairahan kerja serta tanggung jawab dan rasa turut memiliki.

d. Melalui partisipasi, pihak manajemen koperasi dapat mengetahui apa yang

menjadi kepentingan para anggotanya. Dan seberapa banyak serta kualitas

(10)

e. Partisipasi diperlukan untuk mengatasi penampilan yang kurang baik, dari

menghilangkan kemungkinan salah tindak dari pihak manajemen, dan

membuat kebijaksanaan yang diambil oleh pengurus memiliki landasan kuat

dari para anggota, sehingga apabila terjadi kerugian dari kegiatan usaha yang

dilakukan para anggota aka merasa legowo dalam ikut menanggung kerugian

tersebut, karena mereka merasa turut bertanggung jawab.

Partisipasi anggota dipengaruhi oleh kemampuan dan kemauan anggota untuk

berpartisipasi, kemampuan anggota untuk berpartisipasi dipengaruhi oleh

bimbingan atau penyuluhan yang dilakukan koperasi. Bimbingan atau penyuluhan

ini dapat berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap anggota. Bila anggota

sudah memiliki pengetahuan, keterampilan, modal serta sikap positif terhadap

koperasi berarti anggota memiliki kemampuan untuk berpartisipasi. Kemauan

anggota koperasi untuk berpartisipasi merupakan reaksi psikis dalam diri

seseorang manusia, untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan

kesempatan yang ada. Kemauan ini berhubungan dengan aspek sikap seperti

emosi dan perasaan yang dipengaruhi oleh besarnya pelayanan koperasi,

kedekatan tempat tinggal, motivasi anggota koperasi, daya tarik terhadap kegiatan

(11)

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat dijelaskan bahwa tanggungjawab

merupakan bentuk peran serta anggota organisasi dalam menggunakan tenaga dan

pikiran serta waktunya dalam mewujudkan tujuan organisasi yang didasari pada

kesadaran penuh dalam mentaati dan mematuhi serta mengerjakan semua tugas

pekerjaannya dengan baik.

Menurut Ropke (2003 : 52), partisipasi dalam koperasi dijelaskan dalam

tiga aspek sebagai berikut :

a. Anggota “berpartisipasi” dalam memberikan kontribusi atau menggerakkan

sumber-sumber dayanya.

b. Anggota “berpartisipasi” dalam pengambilan keputusan (perencanaan,

implementasi/ pelaksanaan dan evaluasi).

c. Anggota “berpartisipasi” / berbagi keuntungan.

Jika partisipasi dilakukan, kebijakan koperasi tidak akan berdasar pada perkiraan

mengenai apa yang diinginkan oleh anggota, akan tetapi berdasar pada

kepentingan dan kebutuhan anggota itu sendiri, seperti yang dinyatakan melalui

upaya-upaya partisipasinya.

2.2.1.2. Faktor Positif dan Negatif Partisipasi Anggota

1. Faktor Positif Partisipasi Anggota

Beberapa koperasi yang berhasil dalam mempertahankan partisipasi anggota

dimunculkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut,

yaitu:”

(12)

b. Latihan berkesinambungan bagian calon anggota dan anggota

c. Kunjungan-kunjungan lapangan dari para penggerak koperasi yang

berkesinambungan, diaolog informal dengan anggota setempat.

d. Para anggota dan pengurus melaksanakan rapat-rapat dengan berhasil baik,

membuat kartu anggota dan pembukuan yang benar, menerbitkan laporan

keuangan bulanan.

e. Menanamkan dan mempertahankan sikap-sikap mental yang

baru/kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan aneka simpanan pemberiaan pinjaman

dan aspek-aspek lain untuk kerja sama dalam koperasi.

f. Para angggota membuat rencana koperasi.

g. Penerbitan publikasi yang teratur disebarluaskan kepada para anggota

koperasi.

h. Latihan bagi para anggota untuk memahami, menganalisis koperasi-koperasi,

mengadakan perjanjian, persatuan, pada saat permulaan.

i. Program silang pinjam yang saling melengkapi dalam jaringan koperasi

(simpan-pinjam, asuransi bersama).

j. Memelihara pendanaan dari dalam secara teratur.

k. Kesalahan-kesalahan koperasi di masa lampau menjadi tantangan bagi para

anggota koperasi dan pengurus.

l. Para anggota dirangsang untuk mengetahui masalah-masalah koperasi,

keadaan-keadaan, keterbatasan keuangan, kebutuhan-kebutuhan, dan

kemajuannya

(13)

Partisipasi anggota dalam beberapa koperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor

negatif, yaitu :

a. Kurangnya pendidikan anggota, antara lain dalam bentuk latihan anggota dan

calon anggota yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi lokal

b. Feodalisme dan paternalisme dari para pengurus koperasi dalam hubungan

dengan para anggota

c. Kurangnya tindak lanjut yang konsisten dan pengamatan dari rencana-rencana

organisasi yang telah disepakati bersama

d. Manipulasi yang dibuat oleh bermacam-macam individu menyebabkan

timbulnya erosi rasa ikut serta memiliki dari para anggota terhadap koperasi

mereka masing-masing

e. Kartu anggota tidak dibuat dengan baik menimbulkan ketidakjelasan transaksi

antar anggota dengan koperasinya ataupun sebaliknya

f. Kurangnya manajemen yang teratur dan keterampilan manajerial dari

pengurus koperasi

g. Kurangnya rencana pengembangan profesional untuk mengimbangi

perkembangan dinamika kebutuhan para anggota

h. Kurangnya penyebaran informasi tentang penampilan koperasi, seperti neraca,

biaya, manfaat, dan laporan statistik yang lain

i. Pengalaman-pengalaman dan praktek-praktek koperasi yang buruk di masa

lampau

(14)

2.2.1.3. Bentuk – Bentuk Partisipasi

Partisipasi anggota koperasi berarti memiliki keterlibatan mental dan

emosional terhadap koperasi, memiliki kontribusi kepada koperasi dan berbagai

tanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi maupun koperasi.

Dilihat dari segi dimensinya menurut Hendar dan Kusnadi (1999:61),

partisipasi terdiri dari:

1. Partisipasi dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (voluntary)

Partisipasi dipaksakan terjadi karena paksaan undang-undang atau keputusan

pamerintah untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan pekerjaan. Sedangkan partisipasi sukarela terjadi karena

kesadaran untuk ikut serta berpartisipasi.

2. Partisipasi formal dan partisipasi informal

Partisipasi yang bersifat formal, biasannya tercipta suatu mekanisme formal

dalam pengambilan keputusan. Sedangkan partisipasi yang bersifat informal,

biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan

sehubungan dengan partisipasi.

3. Partisipasi Langsung dan partisipasi tidak langsung

Partisipasi langsung terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan,

membahas pokok persoalan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang

lain. Sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi apabila terdapat wakil yang

membawa inspirasi orang lain yang akan berbicara atas nama anggota dengan

kelompok yang lebih tinggi tingkatannya.

(15)

Partisipasi kontributif yaitu kedudukan anggota sebagai pemilik dengan

mengambil bagian dalampenetapaan tujuan, pembuatan keputusan dan proses

pengawasan terhadap jalannya perusahaan Koperasi. Sedangkan partisipasi

insentif yaitu kedudukan anggota sebagai pelanggan/pemakai dengan

memanfaatkan berbagai potensipelayanan yang disediakan oleh perusahaan

dalam menunjang kepentinganya.

Bentuk-bentuk partisipasi anggota dihubungkan dengan prinsip identitas ganda

anggota, sebagaimana dikemukakan oleh Alfred Hanel dalam Tim IKOPIN (

2000:49) yaitu :

1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik:

a. Memberikan kontibusinya dalam bentuk keuangan terhadap pembentukan

dan pertumbuhan perusahaan koperasinya dan melalui usaha-usaha

pribadinya.

b. Mengambil bagian dalam penetapan tujuan pembuatan keputusan dan

dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan koperasinya.

c. Anggota harus turut serta dalam mengambil keputusan ,evaluasi dan

pengawasan terhadap jalannya perusahaan Koperasi yang biasanya

dilakukan pada waktu rapat anggota.

d. Anggota harus turut serta melakukan kontribusi modal melalui berbagai

bentuk simpanan untuk memodali jalannya perusahaan koperasi.

e. Anggota harus turut serta menanggung resiko usaha koperasi yang

disebabkan oleh kesalahan manajemen.

(16)

Koperasi berupaya menyediakan keperluaan anggota. Anggota sebagai

pengguna, pelanggan, pekerja atau nasabah, anggota harus turut serta

memanfaatkan pelayanan barang dan jasa yang disediakan oleh koperasi.

Untuk memasuki dan mempertahankan atau memelihara hubungannya dengan

koperasi, apabila insentif yang diperoleh lebih besar daripada kontribusi yang

harus diberikan maka mereka akan melanjutkan kerjasama dengan koperasi.

Pendapat lain mengenai partisipasi dikemukakan oleh Ropke (2003:52)

dengan membagi tipe-tipe partisipasi anggota menjadi :

1. Partisipasi dalam menggerakan atau mengkontribusikan sumberdaya.

2. Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan, implementasi atau

pelaksanaan, evaluasi).

3. Partisipasi anggota dalam menikmati manfaat.

Menurut Syamsuri dalam disertasinya yang berjudul “Daya Hidup

Koperasi dan Implikasinya terhadap Kesejahteraan Anggota”, mengemukakan

bahwa menurut teori partisipasi ada tiga jenis partisipasi yaitu :

1. Partisipasi Alinatif

Partisipasi alinatif ini dapat dikatakan seperti hubungan antara orang asing

yang bermusuhan, yaitu dimana pihak yang satu mau memaksakan dan

memanipulasikan kepentingannya kepada pihak lainnya.

2. Partisipasi Kalkulatif

Partisipasi kalkulatif berorientasi kepada keuntungan seperti terjadi pada

hubungan-hubungan bisnis.

(17)

Partisipasi moral berorientasi pada komitmen-komitmen berdasarkan

internalisasi norma-norma dan identifikasi kewibawaan atau karena

tekanan-tekanan kelompok.

Partisipasi yang terjadi pada anggota koperasi di Indonesia merupakan

kombinasi dari ketiga jenis partisipasi tersebut, dengan kadarnya berjenjang

dari jenis partisipasi kalkulatif, moral, dan alinatif

Syamsuri juga mengemukakan bahwa partisipasi anggota dalam koperasi

terdiri dari :

1. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan

Partisipasi dalam pengambilan keputusan akan dilihat dari :

a. Banyaknya kehadiran dalam rapat

b. Aktivitas dalam rapat

c. Cara menyampaikan pendapat (usul, saran)

Dalam manajemen koperasi, Rapat Anggota itu merupakan komponen manajemen

yang terpenting sebab rapat anggota itu memiliki kekuasaan tertinggi dalam

koperasi. Rapat anggota bertugas untuk Mengesahkan anggaran Dasar, Anggaran

Rumah Tangga, Program Kerja dan rencana anggaran belanja koperasi. Oleh

karena itu partisipasi anggota dalam rapat-rapat koperasi sangat diperlukan.

Partisipasi yang diharapkan dari anggota itu bukan sekedar kehadirannya saja tapi

juga aktivitasnya dalam proses rapat tersebut dalam bentuk sumbang

pendapat/saran agar bisa dihasilkan suatu keputusan rapat yang bermutu yang bisa

(18)

bermutu itu adalah yang menguntungkan anggota khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

2. Partisipasi Modal

Koperasi sebagai badan usaha juga memerlukan modal untuk membiayai

usaha-usahanya. Sumber modal ada dua yaitu :

a. Modal intern (modal sendiri) yang dihimpun dari para anggota dalam

bentuk simpanan-simpanan yaitu : simpanan pokok, simpanan wajib, dan

simpanan sukarela.

b. Sumber modal kedua adalah modal luar (asing) berupa pinjaman-pinjaman

dari pihak ketiga (bank, perorangan, swasta).

3. Partisipasi Usaha

Partisipasi usaha yaitu merupakan partisipasi anggota koperasi dalam

kegiatan-kegiatan usaha yang dilakukan oleh koperasi. Misalkan koperasi

konsumsi, partisipasi usaha yaitu melakukan kegiatan-kegiatan pembelian dalam

usaha koperasi tersebut.

4. Partisipasi Pengawasan

Partisipasi pengawasan yaitu merupakan partisipasi anggota dalam mengawasi

segala kegiatan operasional koperasi maupun laporan keuangan koperasi,

meskipun dalam koperasi telah ada pengawasan khusus yaitu Badan Pemeriksa

tapi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (UU No.12/67 pasal 13 ayat 6)

yang mengatakan: ”Setiap anggota koperasi mempunyai hak yang sama untuk :

melakukan pengawasan atas jalannya organisasi dan usaha-usaha Koperasi

(19)

Partisipasi anggota tak lepas dari ada tidaknya dan besar kecilnya manfaat

yang dirasakan anggota. Selain itu, partisipasi pengawasan dan pengambilan

keputusan dari anggota bisa meningkat bila para anggota menganggap memiliki

kepentingan yang berarti untuk mereka mempertahankan atau amankan, misalnya

karena anggota memiliki tabungan yang cukup besar di koperasi. Partisipasi

anggota dalam koperasi juga dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap koperasi

yang dimasukinya dan tentang para pengelola koperasi yang bersangkutan.

Partisipasi itu bukan milik masyarakat kalangan menengah atas saja tapi juga

milik golongan masyarakat bawah sepanjang tenaga pendorongnya tersedia

bedanya barangkali hanya pada besar kecilnya atau pada motif yang

mendorongnya. Motivasi partisipasi kalangan bawah lebih bersifat untuk

memenuhi kebutuhan vitalnya sedang untuk kalangan yang lebih tinggi untuk

memenuhi kebutuhan pernyataan atau aktualisasi dirinya.

2.2.1.4. Proses Pembentukan Partisipasi Dalam Koperasi

1. Anggota Koperasi Sebagai Individu dan Usaha Ekonomi

Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Yang

dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap orang/individu yang mampu

melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan

sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar koperasi. Koperasi dapat memiliki

anggota luar biasa yang persyaratan, hak dan kewajiban keanggotaannya

(20)

Berpegang pada prinsip/pengertian koperasi, maka ada beberapa prinsip, yaitu

sebagai berikut:

a. Keanggotan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi

dalam lingkup usaha koperasi.

b. Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindahtangankan.

c. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap

koperasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

Setiap anggota mempunyai kewajiban, yaitu sebagai berikut:

a. Mematuhi Anggaran Dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan

yang telah disepakati dalam rapat anggota.

b. Berpartisipasi dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas

kekeluargaaan.

Setiap anggota mempunyai hak sebagai berikut:

a. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam rapat

anggota.

b. Memilih dan/atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas.

c. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam Anggaran

Dasar.

d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat

anggota baik diminta maupun tidak diminta.

e. Memanfatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesame

(21)

f. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut

ketentuan dalam Anggaran Dasar.

2. Partisipasi Anggota

Partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam memacu kegiatan dan

untuk mempertahankan ikatan pemersatu di dalam koperasi. Koperasi harus

memiliki kegiatan-kegiatan tertentu untuk menjabarkan bentuk-bentuk partisipasi

dan memacu manfaat bersama, ketika berbagai manfaat diperoleh melalui

upaya-upaya bersama para anggota. Koperasi diharapkan mempunyai manfaat yang

dapat didistribusikan secara adil dan merata sesuai dengan kontribusi mereka

kepada koperasi dalam aneka kegiatan-kegiatan koperasi. Atas dasar itu koperasi

diharapkan menanamkan dasar-dasar distribusi pemanfaatan dari hasil atau

pelayanan-pelayanan yang bersifat ekonomis dan sosial untuk mempertahankan

semangat kebersatuan anggota-anggota dan kesetiaan mereka kepada semangat

koperasi.

Dasar pemanfaatan hasil-hasil dan pelayanan koperasi yang adil dapat juga

dilihat sebagai suatu tatanan di dalam menanamkan partisipasi yang baik dari

anggota sesuai kebutuhan yang dirasakan. Cara pandang koperasi sebagai suatu

sistem yang hidup, maka perlu dipahami konsep partisipasi anggota sebagai suatu

unsur yang paling uatama. Atas dasar itu, partisipasi anggota dalam koperasi

diibaratkan darah dalam tubuh manusia. Dipandang dari kenyataan bahwa untuk

mempertahankan diri, pengembangan, dan pertumbuhan suatu koperasi

tergantung pada kualitas dan partisipasi anggota-anggotanya. Oleh karena itu para

(22)

misi, tujuan umum, sasaran, kemampuan untuk menguji kemampuan dalam

memecahkan permasalahan dan perubahan-perubahan lingkungan.

Partisipasi dalam koperasi ditujukan pula untuk menempatkan para

anggota menjadi subyek dari pengembangan koperasi, anggota harus terlibat di

dalam setiap langkah proses pengembangan koperasi dari tingkat penetapan

tujuan, sasaran atau penyusunan strategi, serta pelaksanaan untuk merealisasikan

dan pengendalian sosial sesuai kepentingan anggota. Partisipasi sebagai mana

telah dipertimbangkan hendaklah memasukkan rasa memiliki dan rasa

bertanggung jawab dengan tekanan tertentu padapentingnya pendapat bersama

yang dihasilkan oleh para anggota. Kualitas partisipasi tergantung pada interaksi

dari ketiga variabel berikut:

1. Anggota atau penerima manfaat,

2. Manajemen,

3. Program.

Partisipasi anggota dalam pelayanan yang diberikan oleh koperasi akan

terwujud jika terjalin kesesuaian antara anggota, program dan organisasi yang ada.

Kesesuaian pertama, yaitu antara variabel anggota/penerima manfaat dengan

variabel program, merupakan kesesuaian antara kebutuhan anggota dengan

pelayanan dan sumber-sumber daya yang disediakan koperasi sebagai output dari

program. Program dapat diartikan sebagai kegiatan usaha mendasar yang dipilih

oleh organisasi (seperti memasok output, dan/atau membeli hasil produksi

anggota, menjual barang-barang konsumsi). Perbedaan antara koperasi fungsi

(23)

diversifikasi di program dan outputnya. Kesesuaian kedua, yaitu antara anggota

dengan (manajemen) organisasi. Anggota harus mampu dan mau

mengartikulasikan kebutuhan mereka dalam keputusan organisasi. Yang ketiga,

kesesuaian antara program dan (manajemen) organisasi, yaitu kesesuaian antara

syarat-syarat/kepentingan tugas program dan kemampuan manajemen koperasi.

Efektifitas keseluruhan dari partisipasi ditentukan oleh tingkat kesesuaian ketiga

variabel ini.

2.2.1.5. Pengukuran Partisipasi

Pengukuran partisipasi anggota berkaitan dengan peran ganda anggota

sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Dalam kedudukannya sebagai

pemilik, (a) para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan

pertumbuhan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (simpanan pokok,

simpanan wajib, simpanan sukarela atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan

pada koperasi) dan (b) mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan

keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya koperasi. Partisipasi

semacam ini disebut partisipasi kontributif.

Koperasi dalam kedudukannya sebagai pelanggan/pemakai, para anggota

koperasi memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh koperasi

dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi

insentif. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan tentang indikator

(24)

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran,

keaktifan, dan penyampaian/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik

bagi koperasi)

2. Partisipasi dalam bentuk kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan,

simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan frekuensi

menyimpan simpanan, penyertaan modal)

3. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha,

jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi,

besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan,

besaran pembelian atau penjualan barang maupun jasa yang dimanfaatkan,

cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan)

4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara

penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya usaha

koperasi).

2.2.2. Konsep Motivasi

2.2.2.1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin movio atau motio yang berarti gerakan

atau menggerakkan juga motium yang berarti sebab atau alasan, dan pendapat dari

Flippo (2002:173) bahwa motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan

manusia pada tujuan tertentu. Martoyo (2001:68) memberikan rumusan motivasi

merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu

(25)

individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Danim

(2004:15) mengasumsikan motivasi sebagai aktivitas individu untuk menentukan

kerangka dasar tujuan dan penentuan perilaku untuk mencapai tujuannya. Oleh

karena itu, paling tidak dalam motivasi terdapat tiga unsur esensial (1) faktor

pendorong atau pembangkit motif, baik internal dan eksternal, (2) tujuan yang

ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk

mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi merupakan faktor pendorong dalam

mempengaruhi perilaku seseorang.

Motivasi juga didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu

berdasarkan dari berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhannya. Adapun pemotivasian dapat diartikan sebagai pemberian

motif-motif sebagai pendorong agar orang bertindak, berusaha untuk mencapai tujuan

organisasional (Silalahi, 2002:341). Motivasi adalah proses yang dimulai dengan

defisiensi fisiologis atau psikogis yang menggerakkan perilaku atau dorongan

yang ditujukan untuk tujuan dan insentif (Luthans, 2005:270). Dalam konteks

sistem, motivasi mencakup tiga elemen yang berinteraksi dan saling tergantung :

1. Kebutuhan. Kebutuhan tercipta saat tidak adanya keseimbangan fisiologis atau

psikologis. Misalnya kebutuhan muncul saat sel dalam tubuh kehilangan

makanan atau air atau ketika tidak ada orang lain yang bertindak sebagai

teman atau sahabat. Meskipun kebutuhan psikologi mungkin berdasarkan

defisiensi, tapi terkadang juga tidak. Misalnya, individu dengan kebutuhan

kuat untuk maju mungkin mempunyai sejarah pencapaian yang konsisten.

(26)

yang sering digunakan secara bergantian) terbentuk untuk mengurangi

kebutuhan. Dorongan fisiologis dapat didefinisikan sebagai kehilangan

petunjuk. Dorongan fisiologis dan psikologis adalah tindakan yang

berorientasi dan menghasilkan daya dorong dalam meraih insentif. Hal

tersebut adalah proses motivasi.

3. Insetif. Pada akhir sikluas motivasi adalah insentif, didefinisikan sebagai

semua yang akan mengurangi sebuah kebutuhan dan dorongan. Dengan

demikian, memperoleh insentif akan cenderung memulihkan keseimbangan

fisiologis atau psikologis dan akan mengurangi dorongan.

2.2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Organisasi

Faktor yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi antara lain adalah:

1. Budaya

Budaya organisasi pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti

oleh para anggota organisasi, termasuk anggota organisasi yang berada dalam

hirarki organisasi. Norma tersebut dapat terlihat dari kebiasaan-kebiasaan

rutinitas yang diterapkan dari organisasi. Budaya organisasi mampu menjadi

faktor kunci keberhasilan organisasi tetapi dapat pula menjadi faktor utama

kegagalan organisasi. Budaya ini berbeda-beda tiap organisasi, ada organisasi

yang memiliki budaya yang kuat dan ada pula yang memiliki budaya

organisasi yang lemah. Budaya organisasi banyak berpengaruh pada pola

perilaku dalam bidang; (1) Nilai-nilai perusahaan (masalah baik-buruk,

(27)

(3) Gaya kepemimpinan dalam melakukan wewenang.

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan hal yang saling terkait dengan adanya unsur kader

penggerak, adanya peserta yang digerakkan, adanya komunikasi, adanya

tujuan organisasi dan adanya manfaat yang tidak hanya dinikmati oleh

sebagian anggota. Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan

atau manajer mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan,

kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama

masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah-masalah personalia, distribusi imbalan,

gaya komunikasi, cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik

dan tindakan pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, dan

interaksi antar kelompok.

3. Iklim Organisasi

Iklim organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi

yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya yang

mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi

yang berpengaruh terhadap motivasi pada pelaku organisasi. Faktor - faktor

yang mempengaruhi iklim organisasi yaitu ;

a. Kehangatan

Kehangatan (warmth) adalah perasaan terhadap suasana yang bersahabat dan lebih ditekankan pada kondisi keramahan atau persahabatan dalam

kelompok yang informal, serta hubungan baik antar anggota, penekanan

(28)

b. Dukungan

Dukungan (support) adalah hal-hal yang terkait dengan dukungan dan

hubungan antar sesama anggota yaitu perasaan yang saling menolong.

2.2.2.3. Jenis – Jenis Motivasi

Secara umum motivasi terbagi menjadi dua yaitu :

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari kesadaran seseorang

untuk melakukan sesuatu dengan sendirinya. Misalnya karena ada dorongan

bahwa organisasi itu sangat menarik dan menantang untuk diikuti. Motivasi

ini juga sering disebut motivasi murni, yakni motivasi yang sebenarnya timbul

dari dalam diri sendiri. Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Beberapa

faktor pendukung motivasi intrinsik organisasi diantaranya adalah :

a) Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang melaksanakan fungsi yang

ditugaskan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima. Atau

tingkatan sejauh mana anggota bertanggung jawab terhadap organisasi.

Tanggungjawab dalam organisasi merupakan hal yang patut

diperhitungkan dalam melaksanakan tugas-tugas dalam suatu organisasi.

Karena dengan adanya tanggung jawab penuh berarti dorongan untuk

melakukan kewajiban terhadap tugas tertentu dapat meningkatkan kinerja

dari organisasi

b) Pengakuan dan penghargaan

(29)

dihormati dan dihargai orang lain sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki. Prestasi dan status dimanisfestasikan oleh banyak hal yang

digunakan sebagai simbol status digunakan sebagai simbol status.

Kebutuhan ini artinya adalah respek diri dan respek orang lain.

c) Kebutuhan untuk merealisasikan diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang

sehingga membutuhkan penyaluran kemampuan dan potensi diri dalam

bentuk nyata. Artinya tiap orang ingin tumbuh membangun pribadi dan

mencapai hasil. Kebutuhan merealisasikan diri adalah kebutuhan

aktualisasi diri yang menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan

dan potensi optimal untuk mencapai prestasi yang sangat memuaskan yang

sulit dicapai orang lain.

d) Percaya diri

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang

bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk

memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Orang yang memiliki

kepercayaan diri merasa yakin akan kemampuan dirinya sehingga bisa

menyelesaikan masalahnya.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor – faktor dari

luar. Adapun yang termasuk ke dalam faktor pendukung motivasi ekstrinsik

adalah sebagai berikut :

(30)

Jika hubungan antara pengurus dan anggota terjalin dengan baik dengan

memperioritaskan komunikasi yang efektif maka keserasian dalam

organisasi dapat berjalan dengan baik pula

b) Pengembangan

Organisasi perlu melakukan usaha peningkatan kualitas sumber daya

manusia melalui pengembangan berupa mengikutsertakan pengawai

organisasi dalam pendidikan, pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilannya.

c) Kebijakan dan administrasi

Peninjauan kembali tentang kebijakan dan administrasi organisasi yang

berpihak kepada kepentingan anggota, seperti merespon keluhan anggota

serta memberi tanggapan terhadap keluhan yang sedang dihadapi.

2.2.2.4. Pengukuran Motivasi

Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur.

Pada umumnya, yang banyak diukur adalah motivasi sosial dan motivasi biologis.

Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi menurut (Notoatmodjo, 2010:

27-28) yaitu :

b. Tes Proyektif

Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam

diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan

orang, maka kita beri stimulus yang harus diinterprestasikan. Salah

(31)

Apperception Test (TAT). Dalam test tersebut diberikan gambar dan diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam teori Mc

Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu

kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk power ( n-power), kebutuhan untuk berafiliasi (n-aff). Dari isi cerita tersebut kita dapat menelaah motivasi yang mendasari diri klien berdasarkan

konsep kebutuhan diatas.

c. Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah

dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi. Sebagi

contoh adalah EPPS (Edward’s Personal Preference Schedule). Kuesioner tersebut terdiri dari 210 nomer dimana pada

masing-masing nomor terdiri dari dua pertanyaan, diminta memilih salah satu

dari dua pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan dirinya. Dari

pengisian kuesioner tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis

kebutuhan yang dalam tes tersebut, kebutuhan mana yang paling

dominan dari dalam diri kita. Contohnya antara lain, kebutuhan untuk

berprestasi, kebutuhan akan keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi

dengan orang lain, kebtuhan untuk membina hubungan dengan lawan

jenis, bahakan kebutuhan untuk bertindak agresif.

d. Observasi Perilaku

(32)

sehingga dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan

motivasinya. Misalnya, untuk mengukur keinginan untuk berprestasi,

diminta untuk memproduksi origami dengan batas waktu tertentu.

Perilaku yang diobservasi adalah, apakah menggunakan umpan balik

yang diberikan, mengambil keputusan yang berisiko dan

mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja.

2.2.3. Konsep Komitmen

2.2.3.1. Pengertian Komitmen

Menurut Luthan (1992:125) sebagai suatu sikap, komitmen organisasi

sering didefinisikan sebagai :

1. Suatu keinginan yang kuat menjadi anggota suatu organisasi tertentu.

2. Suatu kesediaan yang tinggi menjalankan usaha atas nama organisasi.

3. Suatu kepercayaan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi.

Menurut Mathis (2001), komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat

kepercayaan dan penerimaan tentang kerja terhadap tujuan organisasi dan

mempunyai keinginan untuk tetap ada dalam organisasi tersebut. Dengan kata

lain, adalah suatu sikap tentang kesetiaan anggota kepada organisasi menyatakan

perhatiaan mereka kepada kepada kesejahteraan dan kesuksesan organsiasi

selanjutnya.

Menurut Steers dalam Kuncoro (2002) mendefinisikan komitmen

organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi),

keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan

(33)

bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya.

Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana

anggota sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya.

Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal,

karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan

tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.

Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan

dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan

keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi.

Sedangkan Mathis dan Jackson Sopiah (2008) mendefinisikan komitmen

organisasional sebagai derajat dimana anggota percaya dan mau menerima

tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan

organisasinya. Mowday dalam Ermaisaf (2011) ada beberapa indikator komitmen

organisasi yaitu:

1. Penerimaan terhadap tujuan organisasi

2. Kinerja untuk pekerja keras

3. Hasrat untuk bertahan menjadi bagian organsisasi.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen

merupakan suatu keadaan anggota yang memihak dan peduli kepada organisasi

tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam

organisasi itu. Bentuk keterpihakan dan kepedulian anggota tersebut dapat

(34)

berkurangnya membuang-buang waktu dalam bekerja dan berkurangnya

kemungkinan meninggalkan lingkungan kerja.

2.2.3.2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Komitmen

Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi menurut Mayer

dan Allen dalam Partina (2005) sebagai berikut :

1. Karakteristik pribadi individu

Karakteristik pribadi terbagi ke dalam dua variabel, yaitu variabel demografis

dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup gender, usia,

status pernikahan, tingkat pendidikan dan lamanya seseorang bekerja pada

suatu organisasi. Variabel disposisional mencakup kepribadian dan nilai yang

dimiliki anggota organisasi. Hal-hal lain yang tercakup ke dalam variabel

disposisional ini adalah kebutuhan untuk berprestasi dan etos kerja yang baik.

Selain itu kebutuhan untuk berafiliasi dan persepsi individu mengenai

kompetensinya sendiri juga tercakup ke dalam variabel ini. Variabel

disposisional ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen

berorganisasi karena adanya perbedaan pengalaman masing-masing anggota

dalam organisasi tersebut.

2. Karakteristik organisasi

Karakteristik organisasi adalah struktur organisasi, desain kebijaksanaan

dalam organisasi dan bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut

disosialisasikan.

(35)

Pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan motivasi anggota

organisasi selama berada dalam organisasi, perannya dalam organisasi

tersebut dan hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor atau pemimpinnya. Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja

tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap.

Menurut Stum dalam Sopiah (2008:164) mengemukakan ada 5 faktor

yang berpengaruh terhadap komitmen organisasional:

a. Budaya keterbukaan

b. Kepuasan kerja

c. Kesempatan personal untuk berkembang

d. Arah organisasi dan

e. Penghargaan kerja yang sesuai dengan kebutuhan.

2.2.3.3. Bentuk – Bentuk Komitmen Organisasi

Bentuk- bentuk komitmen organisasional ada tiga yaitu: komitmen afektif

(affective commitment), komitmen continuance (continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment). Penjelasan dari ketiga dimensi komitmen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komitmen afektif (affective commitment) yaitu keterlibatan emosi pekerja

terhadap organisasi. Komitmen ini dipengaruhi dan atau dikembangkan

apabila keterlibatan dalam organisasi terbukti menjadi pengalaman yang

(36)

dengan semakin baik atau menghasilkan kesempatan untuk mendapatkan skill

yang berharga.

2. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment) yaitu

keterlibatan komitmen berdasarkan biaya yang dikeluarkan akibat keluarnya

pekerja dari organisasi. Komitmen ini dipengaruhi dan atau dikembangkan

pada saat individu melakukan investasi. Investasi tersebut akan hilang atau

berkurang nilainya apabila individu beralih dari organisasinya.

3. Komitmen normatif (normative commitment) yaitu keterlibatan perasaan

pekerja terhadap tugas-tugas yang ada di organisasi. Komitmen normative

dipengaruhi dan atau dikembangkan sebagai hasil dari internalisasi tekanan

normatif untuk melakukan tindakan tertentu, dan menerima keuntungan yang

menimbulkan perasaan akan kewajiban yang harus dibalas.

Keputusan seseorang tetap bertahan di organisasi memiliki motivasi yang

berbeda-beda. Seseorang dengan komitmen efektif yang kuat, bertahan di

organisasi karena memang dia menyukai organisasi itu, sedangkan seseorang

dengan komitmen continuance yang kuat bertahan di organisasi, karena alasan kebutuhan hidup sebagai dorongan utamanya. Sedangkan seseorang dengan

komitmen normatif yang kuat, tetap bertahan di organisasi, karena alasan

moralitas. Namun demikian, apapun sumber komitmen, secara substansial wujud

komitmen adalah sama yaitu penerimaan individu terhadap tujuan-tujuan dan

nilai-nilai organisasi, kesediaan individu berupaya untuk mencapai tujuan

(37)

Oleh karena itu, pada penelitian ini wujud dari komitmen dioperasionalkan

sebagai single construct.

Menurut Steers dan Porter dalam Partina (2005), komitmen dikenal

sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen memiliki dua komponen

yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku. Sikap mencakup identifikasi

dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, di mana penerimaan ini

merupakan dasar komitmen. Identifikasi tampak melalui sikap menyetujui

kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa

kebanggaan menjadi bagian dari organisasi. Sikap juga mencakup keterlibatan

seseorang sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di organisasi tersebut.

Seorang yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan

tanggungjawab pekerjaan yang diberikan padanya. Ada 3 bentuk komitmen

organisasional, yaitu :

1. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment), yaitu komitmen

yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan

kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan

berinvestasi pada organisasi

2. Komitmen terpadu (cohesion commitment), yaitu komitmen anggota

terhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota

lain di dalam organisasi.

3. Komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen anggota pada

(38)

Norma-norma yang dimiliki organisasi sesuai dan mampu memberikan

sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya.

2.2.3.4. Proses Terjadinya Komitmen Organisasi

Bashaw dan Grant (dalam Amstrong, 1994) menjelaskan bahwa

komitmen anggota terhadap organisasi merupakan sebuah proses

berkesinambungan dan merupakan sebuah pengalaman individu ketika bergabung

dalam sebuah organisasi.

Dessler (1999:159) mengemukakan sejumlah cara yang bisa dilakukan

untuk membangun komitmen anggota pada organisasi, yaitu:

1. Memiliki Karismatik (Make it charismatic); menjadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu yang karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan,

dasar bagi setiap anggota dalam berperilaku, bersikap dan bertindak.

2. Membangun Tradisi (Build the tradition); Segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah sebagai suatu tradisi yang secara terus-menerus

dipelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.

3. Memiliki Prosedur Pengaduan Yang Komprehensif (Have comprehensive grievance procedures); Bila ada keluhan atau komplain dan pihak luar ataupun dan internal organisasi maka organisasi harus memiliki prosedur

untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.

(39)

5. Menciptakan Komunitas (Create a sense of community); Jadikan semua unsur dalam organisasi sebagai suatu community di mana di dalamnya ada nilai-nilai kebersamaan, rasa memiliki, kerja sama, berbagi, dan lain-lain.

6. Membangun Nilai Kesamaan (Build value-based homogeneity); Membangun nilai-nilai yang didasarkan adanya kesamaan. Setiap anggota organisasi

memiliki kesempatan yang sama, misalnya untuk promosi maka dasar yang

digunakan untuk promosi adalah kemampuan, ketrampilan, minat, motivasi,

kinerja, tanpa ada diskriminasi.

7. Tidak Membedakan (Share and share alike); Sebaiknya organisasi membuat kebijakan di mana antara level bawah sampai yang paling atas tidak terlalu

berbeda atau mencolok dalam kompensasi yang diterima, gaya hidup,

penampilan fisik, dan lain-lain.

8. Peningkatan, Pemanfaatan Dan Kerjasama Tim (Emphasize barn raising, cross-utilization, and teamwork); Organisasi sebagai suatu community harus bekerja sama, saling berbagi, saling memberi manfaat dan memberikan

kesempatan yang sama pada anggota organisasi. Misalnya perlu adanya rotasi

sehingga orang yang bekerja di "tempat basah" perlu juga ditempatkan di

"tempat yang kering". Semua anggota organisasi merupakan suatu tim kerja.

Semuanya harus memberikan kontribusi yang maksimal demi keberhasilan

organisasi tersebut.

9. Kebersamaan (Get together); Adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota organisasi sehingga kebersamaan bisa tedalin. Misalnya, sekali-kali

(40)

keluarga, pertandingan olah raga, seni, dll. yang dilakukan oleh semua

anggota organisasi dan keluarganya.

10. Mendukung Pengembangan (Support employee developmen); Hasil studi menunjukkan bahwa anggota akan lebih memiliki komitmen terhadap

organisasi bila kinerja organisasi dapat ditingkatkan.

11. Berkomitmen Untuk Aktualisasi (Commit to Actualizing); Setiap anggota diberi kesempatan yang sama untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal

di organisasi sesuai dengan kapasitas masing-masing.

12. Mengembangkan Potensi (Provide first-year job challenge); anggota yang masuk ke organisasi dengan membawa mimpi dan harapannya,

kebutuhannya. Berikan bantuan yang kongkret bagi anggota untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mewujudkan impiannya. Jika

pada tahap-tahap awal anggota memiliki persepsi yang positif terhadap

organisasai maka anggota akan cenderung memiliki kinerja yang tinggi pada

tahap-tahap berikutnya.

13. Memberikan Promosi (Promote from within); Bila ada lowongan jabatan, sebaiknya kesempatan pertama diberikan kepada pihak intern perusahaan.

14. Menyediakan Kegiatan Pembangunan (Provide developmental activities);

Bila organisasi membuat kebijakan untuk merekrut anggota dari dalam

sebagai prioritas maka dengan sendirinya hal itu akan memotivasi anggota

untuk terus tumbuh dan berkembang personalnya, juga jabatannya.

(41)

muncul dengan sendirinya. Misalnya, anggota merasa aman karena organisasi

tersebut membuat kebijakan memberikan kesempatan kepada anggota untuk

lebih aktif.

16. Membangun Komitmen (Commit to peoplefirst values); Membangun komitmen anggota pada organisasi merupakan proses yang panjang dan tidak

bisa dibentuk secara instan. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar

memberikan perlakuan yang benar pada masa awal anggota memasuki

organisasi. Dengan demikian anggota akan mempunyai persepsi yang positif

terhadap organisasi.

17. Memiliki Data (Put it in writing); Data-data tentang kebijakan, visi, misi, semboyan, filosofi, sejarah, strategi, dll. organisasi sebaiknya dibuat dalam

bentuk tulisan, bukan sekedar bahasa lisan.

18. Menanamkan Nilai-Nilai (Hire "Right-Kind" managers); Bila pimpinan ingin menanamkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan, disiplin, dll

pada bawahan, sebaiknya pimpinan sendiri memberikan teladan dalam

bentuk sikap dan perilaku sehari-hari.

19. Bertindak (Walk the talk); Tindakan jauh lebih efektif dan sekedar kata-kata. Penjelasan diatas mengemukakan bahwa proses terjadinya komitmen anggota

pada organisasi berbeda-beda. Pada fase awal (initial commitment), faktor yang

mempengaruhi terhadap komitmen anggota pada organisasi adalah:

1. Karakteristik individu

2. Harapan-harapan pada organisasi

(42)

Fase kedua disebut sebagai commitment during early employment. Pada fase ini anggota sudah bekerja beberapa tahun. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

komitmen anggota pada organisasi adalah pengalaman kerja yang ia dapat pada

tahap awal dia bekerja, bagaimana pekerjaannya, bagaimana sistem

penggajiannya, bagaimana gaya supervisinya, bagaimana hubungan dia dengan

teman sejawat atau hubungan dia dengan pimpinannya. Semua faktor ini akan

membentuk komitmen awal dan tanggung jawab anggota pada organisasi yang ia

akhirnya akan bermuara pada komitmen anggota pada awal memasuki dunia

kerja. Fase ketiga yang diberi nama commitment during later career. Faktor yang berpengaruh terhadap komitmen pada fase ini berkaitan dengan investasi,

mobilitas kerja, hubungan sosial yang tercipta di organisasi dan

pengalaman-pengalaman selama ia bekerja.

2.2.3.5. Pengukuran Komitmen

Dalam konsep teori organisasi, telah dijelaskan bahwa komitmen

organisasi itu merupakan hal yang penting bagi organisasi terutama untuk

menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan. Namun untuk memperoleh

komitmen yang tinggi, diperlukan kondisi-kondisi yang memadai untuk

mencapainya. Berikut ini sejumlah cara yang digunakan untuk membangun

komitmen tersebut.

Pada teori sosialisasi kelompok, idealnya satu organisasi sudah menuntut

komitmen organisasi sejak pertama masuk sehingga efisiensi biaya dapat ditekan,

(43)

melakukan hal tersebut tidak mudah. Karena sistem seleksi atau rekrutmen untuk

mengukur komitmen itu belum mampu mendeteksi adanya komitmen untuk

mengukur komitmen itu belum mampu mendeteksi adanya komitmen ini dan

komitmen ini dapat berubah seirama dengan perkembangan zaman.

Apabila metode observasi gagal mendeteksi, komitmen kerja bisa

dibangun melalui sosialisasi kelompok. Upaya ini akan berhasil manakala para

anggota memiliki kecocokan value dengan organisasi. Namun bila pertemuan

kepentingan antara anggota dan kelompok belum dicapai, maka komitmen masih

akan rendah, dan bahkan bisa berbuntut terjadinya konflik internal.

Dalam teori pertukaran sosial, komitmen organisasi dapat dicapai apabila

organisasi sesuai dengan yang diharapkan anggotanya, dan sebaliknya yang

diharapkan organisasi sesuai dengan besarnya kontribusi anggota. Dengan prinsip

ini, maka komitmen akan dicapai sejak awal. Oleh karena itu, kesepakatan reward

dan cost antara kedua belah pihak menjadi dasar terbangun tidaknya komitmen

organisasi.

Komitmen organisasi akan bersifat dinamis bila teori kategorisasi diri

digunakan untuk menjelaskannya. Karena kategorisasi diri ini setiap saat berubah

seiring dengan perubahan anggota untuk mengidentifikasikan dirinya pada

kelompok. Meskipun kategorisasi diri itu selalu terjadi dalam organisasi,

komitmen organisasi akan bisa dibangun melalu proses similarisasi sifat

antar-anggota. Artinya selama perbedaan struktur organisasi tidak dibuat jelas

(44)

2.3. Hubungan Antar Variabel

2.3.1. Hubungan Motivasi Anggota dengan Partisipasi Anggota

Hubungan antara motivasi dengan partisipasi menunjukkan bawah motif

berorganisasi dalam koperasi yaitu menaruh pengharapan terhadap organisasi

koperasi tersebut seperti mendapat insentif atau pembagian sisa hasil usaha.

Anggota koperasi tidak akan termotivasi untuk mencapai tingkat produktivitas

yang tinggi apabila mereka merasa bahwa harapannya itu tidak direalisasikan atau

tidak dapat tercapai. Apabila mereka didorong untuk berupaya mencapai tujuan

yang tidak realistis, maka mereka akhirnya akan berhenti mencoba dan lebih suka

mencapai hasil yang lebih rendah daripada yang sebenarnya dicapainya.

Partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap

program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengkorbankan

kepentingan diri sendiri. Partisipasi dinyatakan sebagai keikutsertaan seseorang

didalam suatu kelompok atau kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan sesuai

dengan tanggungjawab dan kewajiban yang diberikan kepadanya, oleh sebab itu

untuk menggerakkan partisipasi seseorang dapat dilakukan dengan memperbaiki

kondisi sosial, ekonomi maupun politik. Disamping itu melibatkan motivasi dan

meningkatkan pengetahuan serta pengalaman. Menurut Ropke (2012:39)

melibatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan dan tindakan sebagai suatu

tujuan pengembangan ataupun sebagai tujuan akhir yang memiliki manfaat yang

besar.

Partisipasi anggota dalam koperasi menjadi hal yang sangat penting dalam

(45)

pemilik sekaligus sebagai pelanggan koperasi. Sebagai pemilik koperasi, anggota

harus berupaya mendukung pembentukan dan pertumbuhan koperasi dalam

bentuk kontribusi keuangan dan mengambil bagian dalam penetapan tujuan serta

pembuatan keputusan guna untuk mencapai tujuan koperasi. Sementara itu

sebagai anggota koperasi, anggota harus menjamin keberlangsungan usaha

koperasi dengan memanfaatkan potensi dan layanan usaha yang disediakan oleh

koperasi.

2.3.2. Hubungan Komitmen Anggota dengan Partisipasi Anggota

Banyak faktor yang dipertimbangkan oleh seseorang untuk menjadi

anggota koperasi. Faktor tersebut antara lain meliputi: karakteristik individu,

kepribadian, attitude, proses belajar, kemampuan, persepsi, serta motivasi yang

dapat membentuk komitmen organisasional, sehingga berdampak pada partisipasi

anggota. Partisipasi anggota koperasi dapat dibedakan dalam dua dimensi yaitu

sesuai dengan peran ganda anggota (dual indentity) : (1) peran anggota sebagai pemilik adalah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembentukan

koperasi, dalam bentuk kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembentukan

koperasi, dalam bentuk kontribusi keuangan yang dapat berupa : penyertaan

modal, pembentukan cadangan dan simpanan. Dalam kedudukannya sebagai

pemilik anggota juga ikut mengambil bagian dalam: penetapan tujuan, proses

pengawasan dan pembuatan keputusan terhadap tata kehidupan koperasi. Peran ini

(46)

memanfaatkan berbagai potensi/kesempatan yang disediakan oleh koperasi dalam

menunjang kepentingan-kepentingannya.

Menurut Harsey (2007) ketika seseorang bergabung dalam organisasi

koperasi maka dituntut memiliki komitmen dalam diri anggota. Komitmen

organisasional merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas dan merupakan

proses berkelanjutan seseorang mengekspresikan perhatiannya untuk kesuksesan

organisasi. Rendahnya komitmen menimbulkan persoalan bagi pihak organisasi

karena komitmen adalah komoditas mahal yang menentukan keberhasilan

organisasi tersebut.

Komitmen yang rendah mencerminkan kurangnya tanggungjawab

seseorang dalam perannya. Komitmen melibatkan tekanan-tekanan normatif yang

masuk dalam internalisasi individu. Tekanan inilah yang menyebabkan individu

tetap bekerja di organisasi tersebut. Komitmen adalah keinginana kuat untuk tetap

sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai

keinginan organisasi dan keyakinan terhadap penerimaan nilai dan tujuan

organisasi. Komitmen diartikan kemampuan seseorang dalam menjalankan

kewajiban, bertanggungjawab dan janji yang membatasi seseorang untuk

melakukan sesuatu. Seseorang yang bergabung dalam organisasi koperasi dituntut

(47)

2.3.3. Hubungan Motivasi Dan Komitmen Anggota Terhadap Partisipasi

Anggota

Menurut Hendar (2010:171) meskipun partisipasi pada koperasi bersifat

kesadaran, perusahaan koperasi harus tetap memberikan motivasi tertentu

terhadap anggota agar partisipasi menjadi efektif. Hal ini diperlukan agar

pertumbuhan koperasi selalu meningkat dari waktu ke waktu. Agar anggota

koperasi termotivasi untuk berkoperasi maka koperasi harus menyediakan

produk-produk yang dibutuhkan oleh para anggotanya, sehingga anggota termotivasi

untuk membelinya. Jika tidak maka partisipasi anggota akan menurun dari waktu

ke waktu dan koperasi tidak lagi menjadi pilihan anggota untuk mencapai tujuan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penyediaan pelayanan berupa barang ataupun jasa

sesuai dengan kebutuhan anggota sangat penting untuk memotivasi anggota dalam

berkoperasi. Dengan motivasi yang tinggi dari anggota untuk berkoperasi maka

partisipasi aktif anggota juga akan efektif.

Komitmen anggota terhadap koperasi tidak akan menjadi masalah apabila

apa yang diharapkan anggota dapat terpenuhi oleh koperasi. Komitmen organisasi

memegang peranan penting bagi peningkatan kinerja yang baik. Karena

pengabaian terhadap komitmen organisasi akan menimbulkan suatu kerugian.

Peningkatan komitmen anggota terhadap koperasi merupakan hal yang sangat

penting bagi partisipasi anggota karena merupakan bagian dalam bentuk

keterlibatan dan kesetiaan kepada koperasi. Komitmen dalam organisasi koperasi

menunjukkan kepercayaan, kemampuan dan keinginan yang kuat untuk

(48)

2.4. Kerangka Konseptual

Motivasi merupakan kesiapan dorongan dari individu untuk melakukan

kegiatan yang diadakan oleh koperasi untuk mencapai tujuan. Motivasi

merupakan penggerak yang mengarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai.

Dorongan dapat direfleksikan melalui pemenuhan kebutuhan, hasrat dan

keinginan anggota. Dengan adanya dorongan atau motivasi yang besar pada

anggota dapat mengarahkan sikap dan tindakan untuk satu tujuan. Motivasi

membutuhkan keuletan dan ketekunan yang dapat mengartikan usaha yang keras

untuk mencapai tujuan.

Komitmen didefinisikan sebagai kekuatan relatif individu dalam

melibatkan dirinya dengan organisasi. Komitmen dapat dikarakteristikkan dalam

tiga dimensi, yaitu :

1. Keyakinan yang kuat akan misi dan tujuan organisasi

2. Kemauan untuk berkorban demi tujuan organisasi

3. Memiliki keinginan untuk membina hubungan jangka panjang dengan

organisasi.

Ketiga dimensi tersebut tidak hanya tampak dalam bentuk perilaku yang nyata

namun juga perlu tertanam dalam perasaan. faktor-faktor yang mempengaruhi

komitmen yaitu efektivitas komunikasi, kualitas fungsional, kualitas tehnik, dan

kepercayaan.

Partisipasi anggota sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan yang

diselenggarakan koperasi. Partisipasi merupakan bentuk peran serta anggota

Gambar

Gambar 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Pada frasil penelitian diketahui dari 60 responden proporsi antara gambaran diri dengan penerimaan fisik remaja putri didapat bahwa diantara 30 responden yafig rnempunyai

Penelitian ini dilatar belakangi karena pengetahuan warga tentang tax amnesty masih kurang maka perlu sosialisasi tetapi proses sosialisasi yang dilakukan tidak

Tidak Setuju , karena kesempatan karyawan untuk mengembangkan karirnya sangat terbatas.. Memberikan jumlah gaji yang sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersamaa. 2 10 7 0

Putri Novita Sari (2012) berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Aksara Jawa Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Kartu Bergambar dengan Penguatan Pohon Prestasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepribadian dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha pada para pedagang kuliner Pagaruyung Medan..

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih terbatasnya kemampuan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dalam memberikan informasi dan penyuluhan

Sedangkan andil inflasi terendah terjadi pada bulan Januari, Agustus, September, Oktober, dan Desember 2014 yang sebesar 0,00 persen atau dengan kata lain

Pada sistem ini, user memberikan input kepada sistem berupa data user serta kegemaran-kegemaran yang dimiliki oleh user berdasarkan pertanyaan yang harus dijawab