• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA DA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA DAN IORA Jauzaa Anandya Rizki dan Shafa Nabila

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran Jakarta”

Jalan RS Fatmawati, Pangkalan Jati, Cilandak, Pangkalan Jati, Cinere, Kota Jakarta Selatan, Jawa Barat 16514

e-mail: j.anandyas.nabila@gmail.com

ABSTRACT

With the vision of its maritime fulcrum, Jokowi's government stressed on expand Indonesian involvement in the indo-pacific region because Indonesia is a country with the largest quantity of islands separated by sea and straits and flanked by two large oceans. As one of the countries in the Indian Ocean, Indonesia needs to exploit it’s potentials, both in the field of resources and as the largest trade routes in the world, especially for oil and gas. To support that vision, we argue that the IORA (Indian Ocean Rim Association) is the most appropriate container because it is the only regional organization located in the Indian Ocean. IORA was initiated by Nelson Mandela in 1995, but was officially established in 1997. During Indonesia's chairmanship at IORA (2015-2017) it became an opportunity for Indonesia to influence the implementation of the IORA agenda to be more in line with national interest. As we can conclude, The Indian Ocean is a great opportunity for Indonesia to realize the Global Maritime Fulcrum. The existence of several points of intersection between the IORA agenda and Indonesian national interest that can be utilized properly. However, the challenge for Indonesia is that IORA itself is a relatively young regional organization, with its members having their own interests, this is how Indonesia should be able to influence the region as a whole. With that in mind, the government needs to develop an appropriate strategy so that the agenda that will be offered by Indonesia during the lead of IORA can push for its national interest while benefiting more parties in the region. Also, the government need to strengthen the maritime security so that Indonesian economy also grow stronger.

(2)

ABSTRAK

Dengan visi poros maritimnya, pemerintahan Jokowi menekankan untuk memperluas keterlibatan Indonesia di kawasan Indo-pasifik, sebab Indonesia adalah negara dengan kepulauan terluas yang dipisahkan oleh laut dan selat serta diapit 2 samudra besar. Sebagai salah satu negara yang berada di Samudra Hindia, Indonesia perlu memanfaatkan potensi-potensi dalam samudra Hindia, baik dalam bidang sumber daya maupun sebagai jalur perdagangan terbesar di dunia, khususnya minyak dan gas. Untuk dapat mencapai hal itu, kami berargumen bahwa IORA (Indian Ocean Rim Association) merupakan wadah yang paling tepat karena IORA satu-satunya organisasi regional yang berada di Samudra Hindia. IORA sendiri diinisiasi oleh Nelson Mandela pada tahun 1995, namun baru berdiri secara resmi pada tahun 1997. Pada masa keketuaan Indonesia di IORA (periode 2015-2017) pun menjadi suatu peluang bagi Indonesia untuk dapat memengaruhi pelaksanaan agenda IORA agar lebih sesuai dengan kepentingan nasional. Kami menyimpulkan bahwa kawasan samudra Hindia merupakan peluang besar bagi Indonesia demi mewujudkan poros maritim dunia. Adanya beberapa titik temu antara agenda IORA dan kepentingan nasional Indonesia yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Namun tantangan Indonesia ialah IORA sendiri merupakan organisasi regional yang masih relatif muda dengan anggota-anggotanya yang memiliki kepentingan yang beragam, disinilah bagaimana Indonesia harus bisa memengaruhi kawasan secara keseluruhan. Untuk itu, pemerintah perlu menyusun strategi yang tepat agar agenda yang akan ditawarkan Indonesia selama memimpin IORA bisa memerjuangkan kepentingan nasional serta menguntungkan lebih banyak pihak di kawasan ini. Kami membagi paper ini menjadi beberapa bagian yaitu, pendahuluan, isi dan kesimpulan. Dalam menulis paper ini, kami menggunakan perspektif konstruktivis

(3)

Pendahuluan

Samudra Hindia merupakan samudra ketiga terbesar di dunia dengan luas 73.56 juta km². Yang dilintasi oleh 40% jalur perdagangan laut dunia. Jalur perdagangan yang melewati dikenal sebagai jalur sutera, jalur kayu manis, dan jalur rempah. Kawasan ini berbatasan dengan Antartika di sisi selatan, Indo-Tiongkok di sisi timur, Afrika dan Semenanjung Arab di sisi barat. 2,7 milyar atau setara dengan sepertiga penduduk dunia dari 21 negara dan setengah negara anggota G-20 bertempat di samudra ini. Selain itu, negara-negara di pesisir Samudra Hindia juga menyimpan 60% uranium, 40% emas, 80% penyimpanan permata dan bermacam-macam bahan tambang lainnya. Di kawasan ini juga terdapat 55% cadangan minyak bumi dan 40% gas1.

Gambar 1. Peta perdagangan dunia

Sumber: http://negeripelangi.com/id/blog/2012/04/08/mp3ei-depot-peti-kemas-jaya-dilaut-sejahtera-di-darat

Sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Samudra Hindia, Indonesia harus bisa memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang ada. Terlebih lagi mengingat wilayah Indonesia yang dilalui jalur perdagangan Samudra Hindia. Sebagai penghubung antara

(4)

Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, Indonesia memiliki potensi dagang yang besar. Alhasil total 40% kegiatan perdagangan di Samudra Hindia melalui Indonesia. Dengan keuntungan-keuntungan geografis ini, Jokowi melihat adanya peluang untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Maka dari itu Jokowi memiliki lima pilar dalam visi poros maritim nya yang akan kami jelaskan di dalam pembahasan.

Poros maritim dapat dipahami dalam tiga makna atau unsur. Pertama, poros maritim dapat dilihat sebagai sebuah visi atau cita-cita mengenai Indonesia yang ingin dibangun. Dalam konteks ini, gagasan poros maritim merupakan sebuah seruan besar untuk kembali ke jati diri Indonesia atau identitas nasional sebagai sebuah negara kepulauan, yang diharapkan akan mewujud dalam bentuk Indonesia sebagai kekuatan maritim yang bersatu (unity), sejahtera (prosperity), dan berwibawa (dignity)2.

Kedua, poros maritim juga dapat dipahami sebagai sebuah doktrin, yang memberi arahan mengenai tujuan bersama (a sense of common purpose). Sebagai doktrin, Jokowi mengajak bangsa Indonesia melihat dirinya sebagai ”Poros Maritim Dunia, Kekuatan di Antara Dua Samudra”. Doktrin ini menekankan realitas geografis, geostrategis, dan geoekonomi Indonesia yang masa depannya tergantung, dan pada saat yang bersamaan ikut memengaruhi, dinamika di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik3.

Ketiga, gagasan poros maritim Jokowi tidak berhenti pada level abstraksi dan konseptualisasi. Gagasan itu menjadi operasional ketika platform Jokowi juga memuat sejumlah agenda konkret yang ingin diwujudkan dalam pemerintahannya ke depan. Misalnya, rencana pembangunan ”tol laut” untuk menjamin konektivitas antarpulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, pembangunan pelabuhan, perbaikan transportasi laut, serta fokus pada keamanan maritim, mencerminkan keseriusan dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Dengan kata lain, gagasan poros maritim juga bagian penting dari agenda pembangunan nasional4.

Kebijakan ini didasarkan pada asumsi negara bahwa wilayah maritim merupakan kekuatan nasional selain aspek wilayah daratan, sebab laut merupakan jalur perdagangan untuk membawa barang-barang berat seperti sumber daya ke berbagai belahan dunia, karena jalur darat tidak bisa membawa logistik barang dengan kapasitas yang besar. Untuk itu,

2 Rizal Sukma. 2014. Gagasan Poros Maritim. Diakses melalui

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/08/21/080000726/Gagasan.Poros.Maritim. 17 Oktober 2017 3 Ibid.

(5)

diperlukan strategi pengelolaan yang transparan, akuntabel, dan profesional serta tata kelola maritim yang tepat. Dengan posisi Indonesia yang strategis sebagai negara kepulauan, Indonesia bisa menjadi heartland dengan orientasi pada geopolitik maritim.

Masalah yang selama ini muncul terkait dengan permasalahan maritim adalah masalah instrumental, struktural, dan kultural. Masalah instrumental kemaritiman sangat terkait dengan berbagai aturan, regulasi dan kebijakan yang berkenaan dengan kemaritiman. Sampai dengan saat ini memang sudah cukup banyak aturan perundang-undangan yang mengatur mengenai aspek maritim, pengelolaan laut, perikanan dan potensi perairan Indonesia, namun belum banyak aturan turunan di tingkat Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Perda dan lain sebagainya yang mengatur secara detail, teknis dan nyata tentang pembangunan kemaritiman. Di samping itu, masih ada antar aturan yang satu dengan aturan yang lain bertentangan dan tumpang tindih sehingga memerlukan sinkronisasi dan harmonisasi antar peraturan perundang-undangan kemaritiman di Indonesia.

Masalah struktural kemaritiman sangat berhubungan dengan lembaga, struktur dan badan yang menangani masalah kemaritiman. Kementerian Koordinator Kemaritiman baru saja terbentuk dalam Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla sehingga masih memerlukan waktu yang sangat panjang untuk penyesuaian dan sinergi dengan instansi pemerintahan terkait. Sementara itu, kementerian yang lain belum sepenuhnya memprioritaskan kepada kebijakan kemaritiman sehingga diperlukan langkah koordinasi antar lembaga, kementrian, dan instansi pemerintahan lainnya untuk sama-sama membuat kebijakan dengan pengarusutamaan pada apsek kemaritiman, termasuk lembaga di pemerintahan daerah yang menangani potensi kelautan.

Masalah kultural kemaritiman sangat berhubungan dengan mind set, culture set,

(6)

Untuk melaksanakan visi Jokowi, kami berargumen bahwa IORA (Indian Ocean Rim Association) merupakan wadah yang ideal. Selain itu, terdapat kesamaan kepentingan antara negara anggota, yaitu mengenai keamanan maritim seperti pemberantasan illegal fishing, piracy, drug smuggling, human trafficing, dll. Lalu di sektor ekonomi sebagai jalur perdagangan dan pariwisata. Saat ini IORA beranggotakan 21 negara dan tujuh negara mitra dialog. Selain itu, terdapat juga dua organisasi peninjau di IORA yaitu Indian Ocean Tourism Organization (IOTO) dan Indian Ocean Research Group (IORG)5. IORA memiliki enam

wilayah prioritas, antara lain: (1) keselamatan maritim dan keamanan. (2) manajemen risiko bencana. (3) perdagangan dan fasilitasi investasi. (4) manajemen perikanan. (5) akademik, ilmu pengetahuan dan teknologi kerjasama. (6) pariwisata dan pertukaran budaya. Terdapat

shared ideas antar lima pilar poros maritim jokowi(internal) dan enam prinsip utama

IORA(eksternal). Sehingga tercapainya kesepakatan untuk menanggulangi common problem

to common interest dengan negara-negara yang berada dikawasan Samudra Hindia. Selain itu, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi panutan bagi negara lain dengan cara mengajarkan cara memberdayakan laut yang tepat apabila visi ini tercapai. Poros maritim hanya akan sekadar menjadi gagasan semata apabila tidak diimplementasikan dengan memperkuat keamanan nasional dan kontribusi di IORA.

Lalu, muncul pertanyaan mengenai apakah IORA menjadi wadah bagi Indonesia untuk mencapai kepentingan nasionalnya? Kami mebagi paper ini menjadi beberapa bagian, yaitu pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan, pembahasan yang berisi tentang keamanan laut, kebijakan luar negri Jokowi dan IORA, kesimpulan dan daftar pustaka. Kami menggunakan paradigma konstruktivisme dan penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan metode studi pustaka (library research) yang bersifat ex facto6.

Pembahasan

Konstruktivisme memiliki fokus bahwa sistem internasional disusun oleh ide, bukan oleh kekuatan material. Selain itu, teori sosial merupakan teori yang lebih umum tentang dunia sosial. Dalam teori sosial, kaum konstruktivis menekankan konstruksi realitas sosial. Dunia sosial adalah dunia kesadaran (conciousness) manusia: pemikiran dan keyakinan, ide dan konsep, bahasa dan diskursus. Finnemore berpendapat bahwa identitas dan kepentingan

(7)

didefinisikan oleh kekuatan-kekuatan internasional, yaitu oleh norma-norma perilaku yang ditanamkan dalam masyarakat internasional7.

Konstruktivisme menekankan bahwa norma dan institusi memiliki pengaruh dalam merumuskan kepentingan nasional dan dapat memengaruhi arah tujuan dari kepentingan nasional itu sendiri. Hal ini berdasar pada pemikiran konstruktivisme yang beranggapan bahwa kepentingan nasional merupakan suatu hal yang dikonstruksikan oleh aktor. Terdapat 4 konsep dalam konstruktivisme, yaitu (1) speech act yang berarti upaya aktor untuk menyampaikan kepentingannya, keberhasilan speech act ditentukan oleh bahasa yang digunakan aktor. (2) existential threat, yaitu sesuatu yang memiliki potensi untuk menjadi ancaman. (3) referent object, objek yang terancam dan perlu dilindungi, (4) audience adalah pihak-pihak yang ingin dipengaruhi oleh aktor.

Indonesia sudah mulai memahami perkembangan yang sedang berkembang dalam politik global, yaitu dengan adanya Kebijakan Poros Maritim Dunia sebagai agenda utama pemerintahan Jokowi. Serta, Indonesia memiliki letak geografis yang diapit Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dikuatkan dengan program dan kegiatan yang tertuang dalam doktrin Trisakti, Nawacita, dan revolusi mental. Arus utama wilayah maritim perlu diapresiasi oleh berbagai pihak mengingat selama ini belum pernah ada semangat untuk mengembangkan semangat kemaritiman dalam pembangunan nasional Indonesia yang diadaptasi dari pemerintahan Ir. Soekarno.

Presiden Joko Widodo menegaskan konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada 5 pilar utama8, yaitu: (1) Membangun kembali budaya maritim Indonesia. (2) Menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama. (3) Memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim. (4) Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa dan negara dan bukan memisahkan. (5) Membangun kekuatan

7 Robert Jackson, Georg Sorensen. 2013. Studi Hubungan Internasional: Teori dan Pendekatan edisi ke-5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 400-401

(8)

maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.

Kebijakan Poros Maritim Dunia yang dijalankan melalui diplomasi untuk penyelesaian permasalahan ancaman non tradisional menjadi prioritas utama mengingat Indonesia saat ini telah lama merasakan kerugian dari ancaman-ancaman non tradisional dan tradisional, maka dari itu Indonesia harus memperkuat militer nya serta dukungan dari pemerintrah pusat, daerah, dan masyarakat agar tercapainya kebijakan ini.

Melalui kebijakan Poros Maritim Dunia, Indonesia fokus kebijakan luar negeri archipelagic- berorientasi pada lima bidang utama: (1) "diplomasi maritim" untuk mempromosikan penyelesaian sengketa perbatasan negara; (2) menjaga integritas negara teritorial, kedaulatan maritim, keselamatan dan kesejahteraan sosial di pulau-pulau terluar; (3) menjaga sumber daya nasional dan zona ekonomi eksklusif (ZEE); (4) mengintensifkan diplomasi pertahanan; dan (5) mengurangi persaingan maritim antara negara-negara besar dan mempromosikan penyelesaian damai sengketa teritorial di wilayah tersebut9.

Berbagai pihak mengingat selama ini belum pernah ada semangat untuk mengembangkan semangat kemaritiman dalam pembangunan nasional Indonesia yang diadaptasi dari pemerintahan Ir. Soekarno.

Presiden Joko Widodo menegaskan konsep Indonesia sebagai poros maritim dunia sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada lima pilar utama10, yaitu: (1) Membangun kembali budaya maritim Indonesia. (2) Menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama. (3) Memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim. (4) Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan dan pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa dan negara, bukan memisahkan. (5) Membangun kekuatan

9 Nurul Fadillah dan Putri Saprilia. 2017. Doktrin Maritim Indonesia dan Masalah Keamanan. Diakses melalui http://khodijahismail.com/wp-content/uploads/2017/03/DOKTRIN-MARITIM-INDONESIA-1.pdf 26 Oktober 2017. Hlm. 14

(9)

maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.

Kebijakan Poros Maritim Dunia yang dijalankan melalui diplomasi untuk penyelesaian permasalahan ancaman nontradisional dan tradisional, maka dari itu Indonesia harus memperkuat militernya serta dukungan dari pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat agar tercapainya kebijakan ini.

Melalui kebijakan Poros Maritim Dunia, Indonesia berfokus pada kebijakan luar negri archipelagic –berorientasi pada lima bidang utama: (1) diplomasi maritim untuk mempromosikan penyelesaian sengketa perbatasan negara; (2) menjaga integritas negara teritorial, kedaulatan maritim, keselamatan dan kesejahteraan sosial di pulau-pulau terluar; (3) menjaga sumber daya nasional dan zona ekonomi eksklusif (ZEE); (4) mengintensifkan diplomasi pertahanan; dan (5) mengurangi persaingan maritim antara negara-negara besar dan mempromosikan penyelesaian damau sengketa teritorial di wilayah tersebut.11

Hal ini menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk memahami bahwa, secara geopolitik, Indonesia12: (1) memiliki garis pantai yang sangat panjang di Samudra Hindia. Kepulauan Indonesia terhubung Samudra Hindia dengan (alam Indo-Pasifik dari Indonesia) Samudra Pasifik. (2) wilayah kepulauan negara yang masih kurang diperhatikan (ignorance ke domain maritim). (3) Poros Maritim Dunia adalah “wake up call” setelah hibernasi panjang. (4) Pilar Poros Maritim Dunia: (a) budaya maritim, (b) ekonomi maritim, (c) infrastruktur maritim, (d) diplomasi maritim, dan (e) keamanan dan pertahanan maritim.

Meski begitu, tantangan politik dan militer yang Indonesia hadapi dalam mewujudkan Kebijakan Poros Maritim Dunia sangat besar, terutama pada perkembangan geopolitik di Samudra Hindia. Dalam menyikapi persaingan kekuatan utama telah menjadi perhatian strategis bagi para pembuat kebijakan Indonesia. Kebangkitan Cina dan India merupakan aspek yang paling menonjol dari transformasi strategis yang berlangsung di wilayah tersebut. Meskipun volume yang signifikan dari investasi bilateral dan perdagangan regional, kompetisi untuk keunggulan geopolitik telah semakin menjadi fitur dominan dari hubungan

11 Nurul Fadillah dan Putri Saprilia. 2017. Doktrin Maritim Indonesia dan Masalah Keamanan. Diakses melalui http://khodijahismail.com/wp-content/uploads/2017/03/DOKTRIN-MARITIM-INDONESIA-1.pdf 26 Oktober 2017. Hlm. 14

12 Riefqi Muna, Indonesia and the Indian Ocean in the Wake of IORA, diunduh melalui

(10)

Sino-AS. Perkembangan terakhir lebih lanjut menunjukan bahwa Cina dan India berpotensi akan terlibat dalam kompetisi maritim di Samudra Hindia dan Asia Tenggara dalam jalur laut. Visi maritim Presiden Joko Widodo telah memberikan momentum politik untuk menaksir realitas strategis berkembang di Indonesia. Pemerintahannya sangat tertarik untuk membina kemitraan maritim dengan Cina. Secara khusus, Indonesia berusaha untuk mendapatkan keuntungan US$ 40 Milyar dari “jalur sutra baru” yang merupakan rencana Beijing dengan membangun dua pelabuhan di Kuala Tanjung dan Bitung. Dari perspektif Rizal Sukma, seorang tokoh ulama Indonesia dan penasihat kebijakan luar negri Presiden Joko Widodo, mengatakan bahwa rencana maritim kedua negara yang saling menguntungkan dan tumpang tindih dalam hal konektivitas dan diplomasi.13

Di sisi lain, memertahankan kemapanan dalam “bebas dan aktif” sebagai prinsip tetap menjadi pedoman kebijakan luar negri Indonesia untuk menghindari persaingan konfrontatif dengan kekuatan utama. Dalam upaya untuk membentuk tatanan Indo-Pasifik, Pemerintahan Jokowi bertujuan menghubungkan Indonesia dengan wilayah Samudra Hindia. Melalui peran di IORA pada akhir 2015, akan membawa perhatian regional yang lebih besar untuk doktrin maritim negara dan kerjasama di bidang-bidang strategis.14

IORA (Indian Ocean Rim Association) pada awalnya diinisiasi oleh Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, pada tahun 1995 di Mauritius, namun baru berdiri secara resmi pada 6-7 Maret 1997. Pendirian organisasi ini dilatarbelakangi pasca perang dunia ke II ketika hegemoni Inggris berakhir dan persaingan negara superpower di regional ini memuncak15. Nama awal dari organisasi ini adalah Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) namun diubah menjadi IORA pada Pertemuan Tingkat Mentri ke-13 di Perth dengan tujuan meningkatkan kesadaran publik bahwa forum ini adalah penyatu negara-negara Samudra Hindia sebagai suatu kawasan. Untuk menjalankan Kebijakan Poros Maritim Dunia, tentu diperlukan kontribusi dari pihak eksternal, yaitu IORA. IORA merupakan satu-satunya organisasi yang meliputi negara-negara dari lima sub-region, Asia Tenggara, Asian Selatan, Timur Tengah, Afrika Timur dan Australia. Organisasi ini berdiri karena adanya kesamaan kepentingan nasional, yaitu dalam meningkatkan keamanan, sosial-budaya dan ekonomi di kawasan Samudra Hindia. Namun, sejak 20 tahun

13 Iis Gindarsah, Indonesia’s Maritime Doctrine and Security Concerns. hlm. 6. 14 Iis Gindarsah, Indonesia’s Maritime Doctrine and Security Concerns, op. cit, hlm. 9.

15 Satya Wira Wicaksana. Nilai Strategis Indian Ocean Rim Association Bagi Indonesia Dalam Penerapan Poros Maritim Tahun 2015. Diakses melalui

(11)

berdiri IORA masih tergolong organisai regional yang lemah dan sulit untuk diimplementasikan.16 Hal ini terjadi karena: (1) ketiadaan inisiatif out of the box dari negara-negara anggota. Kerja sama yang dilakukan masih berkutat seputar pembahasan kerja sama tanpa implementasi jelas dan membumi. Akibatnya, kerja sama terjebak pada pertemuan-pertemuan konsultatif dan elitis. (2) ketiadaan kepemimpinan. Untuk menggerakkan kerja sama perlu kepemimpinan kuat salah satu negara anggota, sebagaimana tesis Bremmer (2013). Harus ada negara yang berani investasi konkret di luar kegiatan business as usual seperti workshop dan seminar. (3) IORA belum dapat menunjukkan manfaat nyata kepada para anggota dibandingkan kerja sama lainnya di kawasan yang lebih dinamis dan menjanjikan, seperti APEC dan RCEP.17 Tetapi, IORA telah menunjukan perkembangan pada saat keketuaan India pada tahun 2011-2013 dan Australia pada tahun 2013-2015, realisasi komitmen kerja sama berbagai bidang terwujud dalam sejumlah platformnyam, yaitu Council of Minister (COM), Committee of Senior Officials (CSO), Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG), Indian Ocean Rim Business Forum (IORBF), Working Group on Trade and Investment (WGTI), TROIKA (fora dengan format Ketua IORA, Wakil Ketua IORA dan Ketua IORA sebelumnya) dan Working Group of Heads of Mission (WGHM)18.

Sebagai ketua periode 2015-2017, Indonesia dituntut untuk tetap dapat memertahankan perkembangan beberapa tahun terakhir. Langkah Indonesia sebagai ketua IORA adalah dibentuknya IORA Concord. Pembahasan mengenai dibentuknya program ini dimulai saat IORA Ministrial Meeting tanggan 23 Oktober 2015 yang bertempat di Kota Padang, Indonesia dan pada tanggal 27 Oktober 2016 lalu, telah disepakati bersama bahwa draf IORA Concord akan disampaikan saat IORA Leader’s Summit pada tanggal 5-7 Maret 2017 di Jakarta.19 Tujuan dari IORA Concord sendiri ialah menjaga stabilitas keamanan dan mewujudkan kesejahteraan para negara anggota. Ancaman yang masih perlu diatasi antara lain, isu keamanan maritim, peredaran narkoba, penyelundupan manusia, pencurian ikan, pembajakan, perkembangan ekonomi, dan perubahan iklim.

16 Riefqi Muna, Indonesia and the Indian Ocean in the Wake of IORA, diakses melalui

http://asiapacific.anu.edu.au/blogs/indonesiaproject/files/2016/02/muna-2016feb25-IORA-and-Indonesia3.pdf 17 Oktober 2017 hlm. 8

17 Andre Notohamijoyo. 2017. Kepemimpinan RI di Samudera Hindia. Diakses melalui

http://nasional.kompas.com/read/2017/04/04/22421711/kepemimpinan.ri.di.samudra.hindia 17 Oktober 2017 18 http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-regional/Pages/IORA.aspx diakses 17 Oktober 2017

(12)

Dalam konstruktivisme terdapat empat variable; (1) speech act (2) Existential Threats (3) Referent object (4) Audience. Kami berpendapat bahwa Indonesia telah menjadikan IORA sebagai media dalam menyebarkan ide Poros Maritim Dunia. IORA juga merupakan instrumen untuk memengaruhi negara-negara yang terlibat untuk mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara yang sedang mengembangkan maritimnya dalam kapitalisasi sumber daya dan militer. Selain itu, IORA juga merupakan arena bagi Indonesia dan Indonesia sudah aktif terlibat dalam beberapa agenda, termasuk KTT. Indonesia berperan cukup aktif dalam KTT tahun 2015 di Padang, sehingga menghasilkan IORA Concord. Indonesia juga merupakan satu-satunya negara yang menetapkan tema di bawah masa keketuaannya dan berupaya untuk memperkokoh tiga isu, yaitu blue economy, women empowerment dan demokrasi tata pemerintahan yang baik, pemberantasan korupsi serta hak asasi manusia. Dalam konteks inilah, speech act poros maritim dunia disebarluaskan melalui organisasi regional. Indonesia, sebagai negara yang lemah, terutama dalam keamanan maritimnya, tentu sangat perlu meningkatkan kualitas diplomasinya. Indonesia paham betul existential threat mengandung makna bahwa Indonesia dengan keterbatasan pertahan militernya, menghadapi ancaman tradisional serta non-tradisional dalam penerapan visi PMD. Akibatnya, IORA adalah media untuk mencari kerjasama keamanan. Selain itu, Indonesia memahami bahwa objek vital yang menjadi potensi sumber daya maritim selama ini belum maksimal, sehingga dengan adanya IORA sebagai audience penyenyebaran ide Poros Maritim Dunia, Indonesia bisa menjadi mitra dan meningkatkan kerjasama dalam IORA dalam bidang diplomasi.

Kesimpulan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Fathun, La Ode Muhammad. 2016. Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi. Yogyakarta: MIHI UMY. diakses melalui http://thesis.umy.ac.id/index.php? opo=bibliography&id=69421 diakses 18 Oktober 2017

Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2013 Pengantar Studi Hubungan Internasional: Teori dan Pendekatan edisi ke-5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lisbet. 2016. Indian Ocean Rim Association dan Kepentingan Indonesia. Majalah Info Singkat Vol. VIII, No. 20/II/P3DI/Oktober/2016. Diakses melalui

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-20-II-P3DI-Oktober-2016-69.pdf 17 Oktober 2017

Muna, Riefqi. 2016. Indonesia and the Indian Ocean in the Wake of IORA. diakses melalui

http://asiapacific.anu.edu.au/blogs/indonesiaproject/files/2016/02/muna-2016feb25-IORA-and-Indonesia3.pdf , pada tanggal 17 Oktober 2017

Subagyo, Agus. (2015). KESIAPAN DAERAH DALAM MEWUJUDKAN VISI INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Jurnal Kybernologi (Indonesia Journal For The Science of

Government). Volume III. 1-16. Diakses melalui

https://www.researchgate.net/publication/317822309_KESIAPAN_DAERAH_DALA

M_MEWUJUDKAN_VISI_INDONESIA_POROS_MARITIM_DUNIA pada tanggal

17 Oktober 2017

Wicaksana, Satya Wira. 2017. Nilai Strategis Indian Ocean Rim Association Bagi Indonesia Dalam Penerapan Poros Maritim Tahun 2015. JOM FISIP Vol. 4 no. 1. diakses

Gambar

Gambar 1. Peta perdagangan dunia

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari definisi atau pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari harga pokok produksi ada lah biaya-biaya yang digunakan selama proses

Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah: historis, antropologi, politik, pendidikan dan agama. Selanjutnya, metode

Bila kompensasi yang diterima telah sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, maka karyawan akan termotivasi dalam bekerja dan hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi prestasi kerja

Dengan adanya komponen-komponen zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI, maka bayi yang diberikan ASI akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan

1) Advantages of Sight Word Strategy, they are: a) Lack of students decoding skills. b) Students’ vocabulary is limited. c) Students' do not understand the sentence. d) Students

Penelitian tugas akhir ini dilakukan di PT Sucofindo (Persero) Cabang Utama Surabaya yang merupakan sebuah perusahaan jasa inspeksi pertama di Indonesia yang

Persamaan dengan penelitian ini sama –sama menggunakan variabel independen tata kelola perusahaan yaitu kepemilikan institutional, kepemilikan manajerial, komposisi

K-Nearset Neighbor telah digunakan untuk beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Ricky Imanuel (2014) pada penelitian “Analisis Prediksi Tingkat