• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMA PADA IKAN DAN PENGENDALIANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAMA PADA IKAN DAN PENGENDALIANNYA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ACARA II

HAMA IKAN DAN PENGENDALIANNYA

Nama : Dinda Adinapraja

NIM : B0A013013

Kelompok : 9 (Sembilan) Asisten : Samidi Rombongan : II

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELOLAAN KESEHATAN ORGANISME AKUATIK

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

(2)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lingkungan budidaya yang tertata baik belumlah cukup untuk menjamin keberhasilan usaha budidaya, karena organisme hama dapat masuk melalui berbagai media seperti air, manusia dan peralatan budidaya. Sikap pelaku budidaya untuk tidak membuang hama ikan yang sudah mati misalnya ke lingkungan, mensucihamakan peralatan yang akan digunakan serta mengolah limbah sebelum dibuang ke lingkungan adalah hal-hal yang belum sepenuhnya dilakukan secara benar. Untuk itu perawatan ikan yang meliputi pemeliharaan dengan pengelolaan lingkungan atau kualitas air, penggunaan alat-alat budidaya dengan baik dan hygienies, penanganan ikan dengan cermat hendaknya selalu dilakukan (Aulia, 1991).

Predator benih ikan umumnya merupakan binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu atau mengancam kehidupan ikan. Benih ikan yang berukuran kecil dengan kondisi tubuh yang masih lemah dan cenderung hidup berkelompok, maka benih ikan merupakan santapan empuk sang predator ketimbang ikan yang sudah berukuran dewasa. Selain itu, benih yang masih berukuran kecil tidak mampu menghindar apalagi melakukan perlawanan terhadap predator. Beberapa contoh insekta tersebut adalah : kini-kini (dari larva capung Odonanta); ucrit (Peupeundeuyan) dari larva Cybister (kumbang air); kelompok ordo Hemiptera yaitu Notonecta spp. (bebeasan), Corixa spp. (Famili Corixidae), Nepa spp. (Famili Nepidae), Belestoma indicum (Famili Belestematidae) dan lintah. Apapun bentuk serangan hama baik predator, kompetitor dan pengganggu ternyata berdampak besar dan dapat pula mengancam kelangsungan usaha budidaya. Terutama jika jumlah hama yang menyerang selain berkelompok juga dalam jumlah besar sehingga tingkat kematian ikan budidaya tinggi (Mollers, 1989).

(3)

seperti saponin, akar tuba, maupun racun buatan seperti brestan. Pencegahan lainnya melalui pemasangan saringan pada pintu pemasukan air (inlet) dan pembuatan/pemasangan pagar pengaman, penutupan wadah dengan jaring. Penggunaan perangkap tertentu sering memberikan hasil positif terhadap upaya mengatasi serangan hama pada ikan yang dibudidayakan (Aulia, 1991).

B. Tujuan

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria (Aulia, 1991).

Hama dan penyakit ikan merupakan masalah yang sering dihadapi peternak ikan. Kerugian yang ditimbulkan akibaat serangan itu sangat besar. Berdasarkan pengamatan dan penelitian, munculnya hama dan penyakit bukaan karena faktor sial yang dialami peternak, tetapi karena faktor lingkungan seperti air, tanah dan cuaca yang tidak mendukung pertumbuhan dan kesehatan ikan (Leonardo, 2010).

Tanda-tanda serangan penyakitpun sering kali tidak diketahui peternak. Oleh karena itu, peternak harus dibekali dengan pengetahuan yang memadai tentang jenis dan gejala penyakit ikan. Berbagai cara dilakukan untuk pengendlian hama dan penyakit ikan. Salah satunya dengan memberikan obat-obatan kimia. Sayangnya, selain mahal obat kimia berdaya racun cukup lama sehingga dikhawatirkan akn masuk ke jaringan tubuh ikan (Mollers, 1989).

Berdasarkan cara merugikan, hama dapat dibedakan menjadi predator (pemangsa atau mematikan atau menyiksa menggigit atau menusuk yang kemudian mati), kompetitor (penyaing, hama ini hidup bersama-sama dalam satu kolam, dia berkompetisi dalam pakan, oksigen terlarut, dan tempat ), pest ( perusak ), merugikan fasilitas tambak ( pematang dan kayu penutup pintu air ) dan vektor ( pembawa penyakit ( carier)) (Leonardo, 2010).

(5)
(6)

III. MATERI DAN METODE A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum Teknik Pengelolaan Kesehatan Organisme Akuatik acara 2 diantaranya bak pembedahan, loop glass, alat tulis, pensil warna, dan sarang alat tangkap.

Bahan yang digunakan pada praktikum Teknik Pengelolaan Kesehatan Organisme Akuatik acara 2 diantaranya beberapa sampel hama yang langsung ditangkap dilapangan (kolam setelah dibedah pemanenan)), contoh bahan kimia (pestisida : DDT dan lainnya).

B. Metode

- Sebaran sampel hama hasil tangkapan, dikolam tradisional/intensif sekitar kolam saat pemanenan

- Sampel hama diperiksa, diamati dan digambar

(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Tabel 1. Jenis-jenis hama yang ditemukan di Green House No Nama Lokasi tangkap

Jenis hama sebagai

Nama latin

Gambar

1. Keong Kolam Kompetitorpredator Pila ompullacea

2. Berudu/kecebong Kolam kompetitor Rana limnocharis

3. Serangga air Kolam Perusak Micronecta scholtzi

4. Belalang Kolam Perusak Valanga nigricornis

5 Kodok Kolam Kompetitor Fejervarya

cancrivora

6 Manusia Kolam Predator

(8)

7 Kucing Kolam Predator

Felis silvestris catus

(9)

B. Pembahasan

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria (Mollers, 1989).

Dalam Pengendalian Hama Terpadu bahwa hama bukan hanya pada serangga tetapi bisa pada vertebrata, tungau, virus, bateri, gulma dan organisme pengganggu tanaman lainnya. Hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Dalam arti yang luas bahwa hama adalah makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan kuantitas beberapa sumber daya manusia yang berupa tanaman atau binatang yang dipelihara yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk kepentingan manusia (Mollers, 1989).

(10)

Filum : Chordate transparan sehingga bagian dalam tubuhnya kelihatan, tubuhnya terdiri dari kepala dan ekor, mempunyai dua mata di bagian kepala, matanya dilindungi oleh bagian yang menyerupai selaput, bagian ekornya agak lancip.

2. Keong

Morfologi keong : Keong sawah ini bisa memiliki tinggi cangkang sampai 40 mm dengan diameter 15-25 mm; bentuknya seperti kerucut membulat dengan warna hijau-kecoklatan atau kuning kehijauan. Puncak cangkang agak runcing, tepi cangkang menyiku tumpul pada yang muda, jumlah seluk 6-7, agak cembung, seluk akhir besar. Mulut membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam. Operculum agak bundar telur, tipis, agak cekung, coklat kehitaman. Sebagaimana anggota Ampullariidae lainnya, ia memiliki operculum, semacam penutup/pelindung tubuhnya yang lunak ketika menyembunyikan diri di dalam cangkangnya.

3. Serangga Air (Anggang – Anggang) Kingdom : Animalia

(11)

Kelas : Insecta Gerakannya cepat, dapat 1,5 m/s. Memiliki rambut-rambut sangat kecil (microsetae) pada ujung tungkainya, dan merupakan predator, memiliki 4 pasang tungkai dan 1 pasang antenna, tubuhnya tersusun atas caput, thoraks dan abdomen

4. Belalang lebihsempit dari pada sayap belakang, memiliki 3 pasang kaki.

(12)

Spesies : Felis silvestris catus

Morfologi kucing : Kucing memiliki seluruh bulu yang menutupi tubuhnya, memiliki 2 buah telinga yang tertutup bulu, predator berkaki 4 ini mempunyai morfologi

Morfologi manusia : ciptaan yang paling sempurna dari semua yang ada didunia. Memiliki akal sehat yag membedakannya dengan yang lain, memiliki 2 buah mata, tangan, kaki dan telinga yang semuanya sepasang, namun hanya memiliki satu hidung. Predator ini dapat memakan apa saja yan bersifat halal dan tidak merugikan bagi tubuhnya.

(13)

tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.

8. Lumut

Klasifikasi dari lumut daun (Bryopsida sp.) Regnum : Plantae

Morfologi lumut daun, merupakan lumut sejati memiliki bagian-bagian yang merupai seperti akar (rizoid), batang dan daun, lumut dapat ditemukan diberbagai tempat seperti dipermukaan tanah, tembok, batu-batuan dan menempel dikulit pohon habitat lumut daun berada dipermukaan yang mempunyai tanah yang lembab memiliki sifat yang mirip dengan busa yang memungkinkannya menyerap dan menahan air, lumut daun tumbuh dengan tegak umumnya tinggi lumut daun kurang dari 10 cm, dan ada pula mencapai sekitar 40 cm, rizoid terusun atas sejumlah sel yang bercabang-cabang hidup berkelompok dengan membentuk hamparan tebal seperti beludru.

(14)

penanggulangan. Pemberantasan hama dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) cara yaitu : (Doni, 1995)

1. Mekanis (Fisik) : dengan cara memburu, menangkap, membunuh hama dengan menggunakan peralatan mekanis seperti jala, jaring, pancing, parang, tombak, dan cangkul. Dalam kondisi serangan hama yang sudah parah, tindakan yang dapat dilakukan adalah memindahkan ikan budidaya dan memisahkannya dari hama. Sementara itu tindakan pengendalian hama di tambak dilakukan dengan cara seperti :

 Sebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar

semua organisme mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu memperbaiki struktur tanah.

 Lubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang

dapat dilakukan penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul dengan plastik.

 Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular. Cara ini

sangat efektif jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya pembelian pestisida.

 Air yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya dengan

ijuk atau dengan saringan yang berukuran halus agar hewan-hewan liar tidak dapat masuk ke dalam petakan tambak.

2. Kimia : menggunakan bahan kimia untuk meracuni hama sehingga hama terganggu, sakit dan mati. Bahan kimia yang disarankan adalah pestisida organik seperti saponin dan akar tuba. Dalam keadaan biasa, air garam dapat diberikan untuk membunuh hama atau hewan kecil seperti lintah. Jika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan tetapi tetap harus hati-hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan dalam hal tenaga dan waktu.

(15)

seperti saponin, akar tuba, maupun racun buatan seperti brestan. Pencegahan lainnya melalui pemasangan saringan pada pintu pemasukan air (inlet) dan pembuatan/pemasangan pagar pengaman, penutupan wadah dengan jaring. Penggunaan perangkap tertentu sering memberikan hasil positif terhadap upaya mengatasi serangan hama pada ikan yang dibudidayakan (Winarto, 1980).

Secara umum, hama ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan sifat hidupnya, yaitu : (Winarto, 1980).

1. Predator

Predator secara harfiah diartikan sebagai pemangsa. Pada dasarnya predator adalah binatang yang sifatnya karnivora (pemakan daging) dengan cara memangsa atau menyantap targetnya. Predator sejatinya selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya atau kalau predatornya berukuran kecil, biasanya memiliki “senjata” yang mematikan seperti bisa, racun dan sejenisnya. Predator yang berukuran jauh lebih besar dari mangsanya, biasanya memangsa santapan dalam jumlah banyak dan biasanya dilakukan berkali-kali. Predator ini hidup menetap di kolam atau di lingkungan sekitar areal budidaya walaupun ada juga yang sekedar mampir di areal budidaya tersebut dalam rangka mencari makan atau bermigrasi (berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya).

Predator adalah hewan pemangsa yang secara sengaja maupun tidak sengaja masuk ke areal budidaya ikan dan memangsa ikan yang dibudidayakan. Jenisnya dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat dan beberapa jenis serangga/insekta air. Contohnya ikan tagih (Mystus nemurus), lele (Clarias batrachus), kakap (Lates calcalifer), bulan-bulan (Megalops cyprinides), ikan gabus atau pemangsa lainnya seperti linsang, ular atau burung (seperti bangau, kuntul, blekok, ibis,burung raja udang, dsb.) anjing, katak pada fase dewasa dan lain-lain.

2. Kompetitor

(16)

(Tilapia mossambica). Masuknya jenis organisme lain ke kolam pemeliharaan merupakan kompetitor selain dapat menyebabkan terjadinya persaingan untuk mendapatkan pakan juga akan menyebabkan terjadinya kompetisi untuk memperoleh oksigen dan ruang gerak, sehingga kompetisi yang terjadi adalah kompetisi biological requirement, yakni ruang dan makanan. Contoh hama kompetitor lainnya adalah jenis ketam, seperti yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan sebagainya.

3. Pengganggu/Pencuri

Pengganggu adalah organisme atau aktivitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang baik dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, seperti saat sampling yang tidak sesuai aturan atau cara panen yang kurang baik. Selain itu, ada juga literatur yang mengelompokkan hama ketiga ini dalam istilah ”pencuri”, yang merupakan hama menakutkan bagi petani ikan.

Selain hama predator, kompetitor dan pengganggu/pencuri, terdapat pula sekelompok hewan yang dapat digolongkan ke dalam insekta air yang membahayakan ikan budidaya yang dikenal dengan istilah predator kelompok serangga air. Golongan insekta air ini biasanya ditemukan di areal pembenihan dan pendederan ikan di mana golongan hewan ini akan menyerang dan memangsa larva dan benih ikan (Winarto, 1980).

(17)

• Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.

• Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya.

• Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolam pemeliharaan agar hama seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya.

Salah satu hama yang ditemukan dalam praktikum ini adalah keong, pengendalian hama keong mas menggunakan moluskosida sintesis, bahan kimia ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena mengandung residu seperti metaldehid, niklosamid atau klorothalonil. Penggunaan moluskosida sintesis berbahaya bagi kelangsungan hidup organisme lain di sawah dan dapat menyebabkan kematian bagi ikan - ikan, bahkan hewan peliharaan. Pencemaran lingkungan sebagai dampak dari pengendalian hama keong mas pada tanaman padi dapat dihindari dengan mencari alternative moluskosida alami dari bahan tumbuhan (Musri Musman et all, 2011).

(18)

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum Teknik Pengelolaan Kesehatan Organisme Akuatik acara 1 diantaranya:

1. Jenis – jenis hama pada ikan diantaranya predator, kompetitor, vector, dan pest. Bahayanya yaitu predator dapat memangsa ikan yang dibudidayakan. Kompetitor dapat menjadi pesaing bagi ikan yang dibudidayakan, contohnya bersaing untuk memperebutkan makan, atau tempat. Vector yaitu pembawa penyakit yang dapat menularkan penyakit pada ikan yang dibudidayakan. Dan pest dapat merugikan fasilitas tambak karena pest bersifat perusak.

(19)

DAFTAR REFERENSI

Afrianto. E, Liviawaty. E, 1992, Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Aulia, G. 1991. Penggaulanagan Hama dan Penyakit Ikan. Pustaka Ilmu. Solo.

Doni, M. 1995. Mengidentifikasi dan Pencegahan Penyakit pada Ikan. Universitas Negeri Tadulako. Sulawesi.

Leonardo. 2010. Hama Kolam serta Pencegahan Translate. London Press. London

Linnaeus, C. 1758. Classification. New York Academy of Sciences. New York.

Mollers. 1989. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. FAO. Amerika.

Noble. 1989. Karakteristik Parasitologi Dan Bakteriologi. Green Piece Indonesia. Indonesia.

Sunco, L. 2010. Pengaruh Bioflok Terhadap Daya Tahan Tubuh Terhadap Clarias batracus. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Suwigyo. 1997. Pengujian Daya Tahan Tubuh Terhadap Virus Pada Lates calcarifer Di Desa Sumbang. LPPM UNSOED. Purwokerto.

Winarto. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Suwarsito dan Hindayati M. 2011. Diagnosa Penyakit Ikan Menggunakan Sistem Pakar (Diagnozing Fish Disease Using Expert Syetem). Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto

Santos, M. J. G., Nuno G. C. F., Amadeu M. V. M. S., and Susana L . 2010. Toxic effects of molluscicidal baits to the terrestrial isopod Porcellionides pruinosus (Brandt, 1833). Departamento de Biologia & CESAM, Universidade de Aveiro, Campus Universitário de Santiago. Portugal

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis hama yang ditemukan di Green House

Referensi

Dokumen terkait

pengaruhi fluktuasi populasi hama ini di lapangan, begitu pula dengan ke- limpahannya. Faktor-faktor inilah yang dapat dimanfaatkan untuk mengen- dalikan populasi di

Adapun tujuan penyuluhan dan pelatihan ini untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para petani setempat tentang bahaya serangan hama dan penyakit serta

Untuk beberapa jenis hama terutama yang mempunyai alat mulut penghisap tidak dapat dibedakan antara L (luka) dan R (kerusakan atau kehilangan hasil) karena kedua variabel ini

Menurut Hanway dan Thompson (1987) dari sebelas fase pertumbuhan pada tanaman kedelai, fase ketujuh atau berlangsung- nya pengisian biji merupakan fase paling peka terhadap

Kerusakan akibat serangan , berupa patahnya pucuk atau bagian atas pohon baik masih segar atau sudah layu maupun sudah mati, namun ada juga yang masih tetap tegak walaupun sudah

Beberapa contoh hama pada tanaman kelapa di atas, merupakan organisme pengganggu tumbuhan yang sering di jumpai di Wilayah kerja UML Selemadeg Timur,

Serangan hama ini pada bagian akar dan juga batang utama tanaman salak dapat menyebabkan tanaman mati.Serangan hama rayap ini dapat diketahui dari adanya rumah rayap dan juga jalan

Identifikasi Hama Predator dan Organisme Penempel pada Kerang Hotate Bintang Laut Asterias amurensis Asterias amurensis atau biasa disebut dengan bintang laut Pasifik Utara Gambar 1