• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Me

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Me"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Melalui Pengadaan Buku Bacaan Sebagai Pendamping Buku Teks Siswa dalam Upaya Optimalisasi Proyek Jurnal Membaca pada Pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia Miftahurrahman

miftahurrahmanscout@gmail.com

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pascasarjana/S2 UNY

Abstrak

Gerakan literasi sekolah sudah dilaksanakan selama 2 tahun dan menjadi agenda nasional sejak 2015. Gambaran mengenai kegiatan literasi yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan menengah menjadi program yang wajib dilaksanakan sesuai diamanatkan dalam Permendikbud Nomor 23 tahun 2015. Muatan kebijakan pemerintah tentang penumbuhan sikap positif dan budi pekerti siswa melalui pembiasaan membaca buku selama 15 menit. Hal ini merupakan tahap awal sebagai tahap pembiasaan literasi sekolah. Melalui observasi yang dilakukan pada Februari 2017 dari lima sekolah menengah atas yang menjadi objek kajian masing-masing sekolah belum mampu menciptakan iklim literasi dengan baik. Banyak faktor penghambat dalam menjalankan tahap pembiasaan seperti belum adanya kesamaan pandangan dalam memprioritaskan gerakan literasi oleh seluruh warga sekolah termasuk masalah utama yaitu terbatasnya jumlah buku bacaan. Pada tahap pembiasaan literasi mutlak diperlukan banyak buku bacaan disamping sebagai buku penunjang pelajaran dan juga keberhasilan tahap pembiasaan literasi agar berjalan lancar sangat bergantung pada buku-buku nonpelajaran. Kajian ini berangkat dari masalah kurang maksimalnya proyek jurnal membaca siswa dan kegiatan 15 menit membaca padahal dalam buku teks siswa khususnya untuk pelajaran bahasa Indonesia proyek ini sudah terintegrasi dalam buku teks/buku wajib yang harus dilakukan siswa setiap akhir bab atau akhir kompetensi pelajaran artinya kegiatan ini memiliki bobot yang sama pentingnya dengan tugas pelajaran. Rancangan kegiatan literasi diperoleh melalui survey maupun observasi pada lima Sekolah Menengah Atas di kabupaten Sleman dan berdasarkan substansi tahap pembiasaan literasi sekolah dalam buku panduan GLS yaitu model kegiatan yang saat ini tengah menjadi agenda setiap sekolah yaitu kegiatan 15 menit membaca sebelum pelajaran dan proyek jurnal membaca siswa sedangkan konsep buku bacaan diperoleh melalui kajian pustaka yang relevan dan analisis dokumen pelajaran berupa silabus dan kurikulum 2013. Buku bacaan ini memiliki konsep pengembangan berdasarkan kompetensi pelajaran analisis teks yang meliputi teks LHO, eksposisi, anekdot, narasi, negosiasi, prosedur, dan eksplanasi dengan tujuan agar buku bacaan ini lebih menjadi pilihan guru dan siswa untuk digunakan sebagai buku pendamping buku teks siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia.

(2)

A. Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Saat ini sedang hangat dibicarakan mengenai program literasi. Pemerintah melalui lembaga formal dan nonformal sedang menggencarkan program-program yang berhubungan dengan pengembangan minat baca masyarakat Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) semenjak diumumkan hasil program membaca baik PIRLS maupun PISA Indonesia tercatat dalam urutan 42 dari 55 negara di dunia yang paling rendah minat baca masyarakatnya (PIRLS 2011, 2012: 90) begitupun kemampuan peserta didik pada jenjang sekolah menengah, Indonesia mendapat urutan 64 berdasarkan data Programme International Student Assessment (PISA) 2012. Pada PISA ada tiga kompetensi yang menjadi tolak ukur pencapaian yaitu: matematika (mathematics), membaca (readings) dan ilmu pengetahuan (science). Indonesia mampu lebih baik dari negara Afrika Selatan, Morocco, Peru, Qatar, Kuwait maupun Abu Dhabi. Hasil yang mengejutkan tersebut membuat pemerintah bergegas untuk bersama-sama dengan para komunitas maupun penggiat literasi tanah air untuk membangkitkan tradisi membaca maupun menulis masyarakat Indonesia yang telah lama ditinggalkan. Semboyan-semboyan yang menjadi slogan literasi tanah air seperti “Gerakan Literasi Bangsa (GLB)”, “Gerakan Indonesia Membaca (GIM)”, “Gempa

Literasi” dan “Gerakan Literasi Sekolah (GLS)”.

(3)

kerja sama dan saling mendukung antara pemerintah dan masyarakat, pemerintah dengan para komunitas literasi. Indonesia akan menjadi lebih baik dengan masyarakatnya yang gemar membaca.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah gerakan yang memacu semangat berliterasi warga sekolah. Sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh melibatkan semua komponen sekolah agar warganya literat sepanjang hayat dengan melibatkan publik (Buku Panduan GLS, 2016:2). Gerakan yang pertama kali dipelopori oleh Anies Baswedan. Sebenarnya gerakan literasi sudah ada jauh sebelum itu dengan istilah-istilah yang berbeda hanya saja gerakan literasi yang dimaksud menyentuh langsung ke ranah pendidikan khususnya sekolah. Gerakan Literasi pada hakikatnya bagaimana mewujudkan budaya masyarakat yang memahami, memanfaatkan, mengakses dan menggunakan sesuatu dengan cerdas melalui berbagai aktivitas berbahasa dalam kegiatan membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis. Literasi memiliki makna yang sangat luas hingga tidak bisa dibatasi dengan kegiatan membaca saja tapi bagaimana menumbuhkan budaya literasi pada peserta didik bisa dimulai dengan kegiatan membaca.

(4)

sebagai tahap pertama peserta didik diarahkan untuk membaca buku nonpelajaran atau buku pengayaan.

Berbicara tentang kegiatan membaca tentu berkaitan dengan buku. Gerakan literasi hanyalah menjadi angan-angan apabila buku yang menjadi indikator utama tidak terpenuhi dari segi kuantitas maupun kualitas. Permasalahan dengan tidak optimalnya gerakan literasi sering kali berhubungan dengan berapa jumlah buku layak baca pada suatu lembaga sekolah misalnya. Gerakan Literasi Sekolah sudah menjadi agenda nasional sejak Agustus 2015 sangat berhubungan dengan pendidikan karakter (budi pekerti) yaitu menumbuhkan sikap dan perilaku positif siswa sebagaimana diamanatkan dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2015.

Sikap dan perilaku positif siswa dapat ditumbuhkan melalui pembiasaan membaca buku. Buku yang sesuai dengan peserta didik merupakan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan untuk buku teks pelajaran (buku wajib). Buku pendidikan baik buku teks maupun buku nonteks (buku pengayaan) memiliki standarisasi dan pengelompokkan buku yang layak digunakan dalam pendidikan termuat dalam Permendikbud nomor 8 tahun 2016. Buku nonteks terdiri atas buku pengayaan, buku panduan, buku pengetahuan, dan buku pegangan.

(5)

cukup selain kurang koordinasi antar guru mata pelajaran. Kegiatan membaca hanya dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tidak tersedianya cukup banyak waktu sebenarnya tidak bisa dijadikan sebagai faktor penghambat kegiatan membaca di sekolah. Pada buku teks wajib (buku siswa) sudah terintegrasi pada setiap akhir bab pelajaran kegiatan jurnal membaca yang harus dilakukan oleh siswa dan guru memfasilitasi peserta didiknya untuk melakukan kegiatan membaca. Jurnal membaca merupakan bukti bahwa kegiatan 15 menit membaca merupakan satu kesatuan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dan tentu saja siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan hasil kegiatan membacanya di kelas dalam bentuk laporan membaca sebagaimana tugas-tugas sekolah pada umumnya. Guru bisa mengkondisikan siswa-siswanya agar waktu tercukupi untuk kegiatan tersebut.

Selain tidak tercukupnya waktu sebagai faktor penghambat juga berkaitan dengan sarana dan prasarana. Wawancara yang telah dilakukan pada bulan Februari 2017 setiap guru memiliki hambatan yang sama mengenai jumlah buku bacaan berupa buku nonteks atau buku pengayaan. Buku pengayaan memiliki posisi yang sama pentingnya dengan buku teks pelajaran bahkan dari segi isi buku pengayaan bisa lebih melengkapi (Astrini, 2013: 18). Buku pengayaan memiliki banyak kelebihan terutama bahasa, cara penyajian dan tampilan buku. Fungsi buku pengayaan adalah memperkaya materi dan menambah wawasan peserta didik.

(6)

di sisi lain pemerintah belum memberikan perhatian terhadap buku apa yang akan dibaca siswa. Pengadaan buku nonteks yang dipandang perlu sebagai penunjang kegiatan jurnal membaca atau sebagai pendamping buku teks siswa.

Pengadaan buku nonteks berisi topik yang mendukung atau berkaitan dengan bacaan-bacaan yang dipelajari dalam buku teks wajib. Topik buku pengayaan berkaitan dengan seni dan budaya nusantara dengan begitu siswa memiliki kesempatan yang besar untuk memeroleh bahan bacaan yang banyak dan membaca beraneka ragam jenis teks. Buku pengayaan berisi kumpulan teks bacaan dengan topik yang beraneka ragam berkaitan dengan kearifan lokal daerah masing-masing sangat mungkin membuat siswa tertarik untuk membacanya. Buku pengayaan bisa menampilkan foto-foto dan dokumentasi lainnya. Tampilan buku yang menarik serta jumlah halaman yang tidak terlalu tebal membuat siswa tidak cepat bosan untuk membacanya.

(7)

1. Persepsi Guru Mengenai GLS Melalui Kegiatan Jurnal Membaca

Sebaran angket dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 16-17 Februari 2017 pada lima SMA di kabupaten Sleman diperoleh data yang berkaitan dengan pelaksanaan literasi sekolah dan persepsi guru mengenai proyek jurnal membaca siswa dijelaskan melalui tabel 1 dan 2 berikut.

Tabel 1

Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

No. Aspek yang diobservasi Pilihan

ya tidak

1. Sekolah melaksanakan kegiatan 15 menit membaca dengan rutin

1 3

2. Laporan membaca yang dilakukan siswa setiap akhir

bab pelajaran 0 4

3. Kegiatan jurnal membaca direncanakan sebagai tugas

proyek harian atau tiap semester 0 4

4. Memberikan penghargaan untuk siswa yang rajin membaca dan meminjam buku

0 4

5. Membentuk badan/bidang literasi sekolah 1 3

6. Jenis-jenis lain dari kegiatan literasi yang diadakan 0 4 7. Siswa masing-masing membaca satu buku

nonpelajaran yang berbeda

0 4

8. Sekolah menyediakan peminjaman buku 3 1

9. Guru, kepala Sekolah, dan tenaga kependidikan menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca

1 3

10. Ada perpustakaan, sudut baca, dan area baca yang

nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran 1 3 11. Poster-poster, spanduk kampanye membaca di kelas,

koridor, atau area lain di sekolah 1 3

12. Seluruh warga sekolah berkomitmen/konsisten menjalankan literasi sekolah

1 3

(8)

Pelaksanaan GLS memiliki tiga tahap yaitu tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran (panduan GLS SMA, 2015: 7). Tahapan pembiasaan menuntut siswa untuk membaca buku nonpelajaran selama 15 menit sebelum atau sesudah pembelajaran setiap harinya, kedua tahap pengembangan merupakan tahap siswa melibatkan pikiran dan emosinya dalam proses membaca dan menulis tanpa ada paksaan atau penilaian akademik, dan tahap ketiga merupakan tahap pembelajaran yaitu pelaksanaan literasi sudah menjadi bagian dalam mata pelajaran di sekolah berupa tagihan akademik. Berikut merupakan hasil wawancara yang bertujuan mengungkap persepsi guru mengenai gerakan literasi sekolah dan proyek jurnal literasi/membaca.

Tabel 2

Persepsi Guru Mengenai GLS dan Proyek Jurnal Membaca Siswa

No. Aspek yang dipersepsi Jawaban

1. Pelatihan/workshop guru berkaitan dengan GLS.

Perlu dan memang saat ini disampaikan saat sosialisasi dan workshop Kurtilas.

2. Pelaksanaan kegiatan jurnal literasi atau jurnal membaca.

Belum dilaksanakan dengan baik meskipun sudah terintegrasi dalam buku teks masih sebatas kegiatan yang belum rutin dilakukan siswa.

3. Gerakan literasi sekolah ditumbuhkan melalui pembiasaan membaca buku 15 menit didukung ketersediaan jumlah buku pengayaan/nonpelajaran di perpustakaan.

Buku-buku pengayaan berupa buku sastra dan pengetahuan umum belum memenuhi jumlah yang dibutuhkan untuk itu sekolah menganggarkan dana untuk menambah jumlah buku.

4. Laporan jurnal membaca atau

mendiskusikan bacaan sebagai bentuk tindak lanjut proyek jurnal baca siswa.

Siswa mengumpulkan dalam bentuk portofolio identitas buku yang telah dibaca (judul buku, jenis buku, pengarang, penerbit, jumlah halaman, alasan membaca buku, manfaat membaca buku, paraf orangtua). Portofolio dikumpulkan tanpa ada tindak lanjut oleh guru.

5. Proyek jurnal membaca merupakan prioritas utama disamping tugas/latihan mata pelajaran.

(9)

6. Sebagai salah satu sumber belajar antara LKS dan buku pengayaan mana yang lebih dipilih.

Dua sumber belajar digunakan tergantung kebutuhan saat kompetensi diajarkan. LKS lebih dipilih karena berisi materi, latihan-latihan, dan kegiatan siswa. Lebih mengefisienkan waktu.

7. Guru mengoptimalkan pembelajaran dengan menyusun modul atau bahan ajar sendiri untuk siswa.

Pada pembelajaran/kompetensi tertentu saja. Lebih banyak guru menggunakan buku teks, LKS, dan beberapa buku referensi yang berkaitan dengan kompetensi yang diajarkan saat itu.

8. Pengadaan buku bacaan/nonpelajaran merupakan faktor krusial agar tahap pembiasaan GLS bisa berjalan.

Saat ini sebagai tahap pembiasaan gerakan literasi sekolah pengadaan buku-buku nonteks sangat dibutuhkan. Perpustakaan sekolah sebagian besar dipenuhi buku-buku pelajaran (buku teks) buku tersebut bukan bahan bacaan untuk siswa.

9. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menggunakan buku-buku penunjang selain buku teks.

Saat pembelajaran bahasa Indonesia siswa menggunakan dua buku yaitu buku siswa (buku teks) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). 10. Pengadaan buku nonteks/buku

pengayaan/buku bacaan sebagai pendamping buku teks/buku wajib.

Pengadaan buku pendamping sama halnya dengan program USAID yaitu buku-buku bacaan berjenjang perlu melihat konsep itu untuk perbandingan. Pengadaan buku-buku nonteks/nonpelajaran sebagai buku

pendamping yang digunakan dalam proses pembelajaran bahasa & sastra Indonesia perlu dicoba.

11. Buku teks/buku wajib memiliki kekurangan yang perlu dilengkapi dengan adanya buku-buku pengayaan.

Buku teks memprioritaskan pencapaian kompetensi kurikulum tidak terlalu

memperhatikan perluasan/kedalaman materi dan teks bacaan yang terbatas sehingga tidak bisa dihandalkan untuk memotivasi minat baca siswa.

12. Buku pengayaan/buku nonteks memiliki keterkaitan materi/kompetensi, topik, atau tema teks bacaan dengan buku teks/buku wajib.

(10)

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang diupayakan melalui pembiasaan membaca buku selama 15 menit maupun proyek jurnal membaca oleh siswa belum rutin dilakukan sebagian besar sekolah. Kendala yang paling utama kurangnya jumlah buku bacaan atau buku nonpelajaran yang tersedia di perpustakaan. Perpustakaan menyediakan hampir 90% katalog buku teks yang relevan dengan mata pelajaran yang dipinjamkan kepada siswa sementara buku-buku nonpelajaran yang meliputi buku-buku pengetahuan umum, keterampilan, dan karya sastra masih sangat minim ditemukan. Selain kendala buku para guru belum memiliki persepsi manfaat yang sama mengenai literasi sekolah. Laporan jurnal membaca siswa dilakukan melalui portofolio hanya dikumpulkan tanpa tindak lanjut. Tujuan proyek jurnal membaca siswa yang diupayakan sebagai pengisi waktu luang siswa di rumah dan siswa memulai dengan membaca buku nonpelajaran selama 15 menit di sekolah merupakan proses pembiasaan sesuai dengan tahapan literasi sekolah.

(11)

2. Implementasi Literasi Sekolah Melalui Pengadaan Buku Bacaan Guna Menunjang Proyek Jurnal Membaca Siswa

a. Rancangan kegiatan literasi

Pada bagian pertama dijelaskan persepsi guru mengenai literasi dan proyek jurnal membaca siswa untuk menumbuhkan kebiasaan membaca buku. Melalui hasil wawancara ditemukan bahwa buku bacaan/nonpelajaran belum menjadi pilihan saat pembelajaran sehingga solusi yang ditawarkan bagaimana meningkatkan peran buku bacaan/nonteks untuk menunjang pembelajaran di kelas sejalan dengan program literasi sekolah melalui proyek jurnal membaca sebagai upaya pembiasaan membaca buku. Pemerintah telah menerbitkan buku panduan dalam pelaksanaan literasi sekolah berupa rambu-rambu pelaksanaan yang perlu dikembangkan sesuai keadaan di sekolah. Pada bagian kedua ini akan dipaparkan implementasi literasi sekolah melalui pemberdayaan buku bacaan/nonpelajaran sebagai penunjang proyek jurnal membaca pada pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan substansi buku panduan GLS SMA.

(12)

kompetensi yang menjadi bagian besar pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam kurikulum 2013 yaitu analisis teks. Buku nonteks merupakan buku bacaan yang berisi kumpulan bahan bacaan yang mencerminkan jenis-jenis teks sesuai pembelajaran siswa SMA yaitu tujuh jenis teks.

1) Teks Laporan Hasil Observasi (LHO) 2) Teks Eksposisi

3) Teks Anekdot 4) Teks Narasi 5) Teks Negosiasi 6) Teks Prosedur 7) Teks Eksplanasi

(13)

Tabel 3

Model Kegiatan Literasi Berbantu Buku Bacaan Sebagai Pendamping Buku Teks Siswa

Kegiatan yang dilakukan Kompetensi pelajaran sesuai silabus K13

Tema Buku Bacaan

 siswa membaca buku nonteks (dihadirkan bersama buku teks siswa) selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

 guru menghadirkan buku-buku bacaan sesuai dengan kompetensi yang dipelajari saat itu.

 siswa memeroleh buku bacaan sesuai

pilihan/minatnya.  siswa melakukan

peminjaman buku bacaan melalui guru atau petugas perpustakaan.

 mengagendakan

pengembalian buku setiap minggunya.

 siswa menulis laporan dalam bentuk jurnal membaca setiap minggunya.

 mendiskusikan buku bacaan/bedah buku.  memberikan reward atau

penghargaan bagi siswa yang paling banyak membaca.

mengidentifikasi laporan hasil observasi yang

dipersentasikan dengan lisan dan tulisan.

mengidentifikasi (permasalahan, argumentasi, pengetahuan, dan rekomendasi) teks eksposisi yang didengar dan atau dibaca.

mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat.

membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen (teks narasi). mengidentifikasi butir-butir penting dari dua buku nonfiksi dan satu novel yang dibacakan. mengevaluasi

pengajuan, penawaran, dan persetujuan dalam teks negosiasi lisan maupun tertulis. mengonstruksi informasi berupa pernyataan-pernyataan umum dan tahapan-tahapan dalam teks prosedur.

buku ilmu pengetahuan, buku teknologi, buku fenomena alam, dll.

buku humaniora, buku wawasan , buku seni dan budaya

nusantara.

buku kumpulan anekdot.

buku kumpulan cerita rakyat dan kumpulan cerpen.

novel-novel, buku pengetahuan, buku wawasan.

kumpulan contoh kesepakatan jual-beli atau negosiasi.

(14)

mengidentifikasi informasi (pengetahuan dan urutan kejadian) dalam teks eksplanasi lisan dan tulisan.

buku ilmu pengetahuan, sejarah/asal-usul, fenomena alam/bencana alam, siklus pertumbuhan.

Pada tabel 3 dikemukakan kegiatan yang dilakukaan siswa yang mencakup dua kegiatan yaitu membaca buku selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dan kegiatan dalam bentuk menyusun laporan jurnal membaca di rumah. Kegiatan membaca selama 15 menit di kelas guru menghadirkan buku-buku bacaan yang relevan dengan kompetensi maupun tema pelajaran yang diajarkan saat itu dihadirkan bersama buku teks siswa. Sebagai kegiatan di rumah siswa diperbolehkan meminjam buku bacaan dalam jumlah yang dibatasi misalnya maksimal tiga buku setiap minggunya dan saat pengembalian buku siswa harus melampirkannya dalam bentuk laporan jurnal membaca. Format laporan jurnal membaca dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4

Format Laporan Jurnal Membaca Siswa

No. Judul Buku Jenis Buku Pengar ang & Penerb it Buku Jumlah Halaman Buku Halaman Buku yang Dibaca Alasan Membaca Buku Manfaat dari Membaca Buku Tersebut Paraf Orang

(15)

b. Konsep buku bacaan sebagai pendamping buku teks siswa

Bagian kedua ini menjelaskan konsep buku bacaan sebagai pendamping buku teks siswa dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Konsep buku bacaan atau buku nonteks yang digunakan dalam pembelajaran bukanlah hal yang baru salah satu program yang saat ini sudah menjalankan program buku bacaan berjenjang khusus dalam membantu meningkatkan minat baca siswa yaitu program USAID Prioritas. USAID (United State Agency for International Development) bekerja sama dengan pemerintah Indonesia memberikan bantuan berupa buku bacaan berjenjang melalui program USAID Prioritas. Buku tersebut dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Program USAID Prioritas memiliki model buku bacaan yang memiliki tingkatan-tingkatan sesuai kemampuan membaca siswa (Stuart Weston dalam USAID Prioritas 2016).

(16)

Buku bacaan merupakan bagian dari buku pengayaan. Buku pengayaan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

1. Buku pengayaan dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan tapi bukan merupakan buku acuan wajib bagi siswa.

2. Buku pengayaan berisi bahan bacaan yang memiliki keterkaitan atau secara tidak langsung dengan kompetensi pelajaran sehingga buku pengayaan dapat digunakan sebagai buku pendukung, penunjang, atau pendamping buku teks.

3. Materi atau isi buku pengayaan dapat dimanfaatkan oleh pembaca dari semua tingkatan pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca. 4. Materi atau isi buku pengayaan berguna sebagai bahan pengayaan atau

untuk memperkaya materi pelajaran.

5. Isi buku pengayaan memiliki tema atau topik tertentu (spesifik) membahas objek masalah dengan lebih khusus dibandingkan buku teks yang berisi berbagai topik atau tema pelajaran. Misalnya buku pengayaan pengetahuan hanya berisi bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan pembaca dengan memfokuskan pada satu topik atau tema tertentu.

(17)

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka buku bacaan yang digunakan sebagai pendamping buku teks siswa dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki konsep berikut.

a. Buku bacaan berisi bahan bacaan yang merupakan kumpulan teks, jenis teks dengan kesatuan topik atau tema bahasan sebagai bagian dari kompetensi pelajaran bahasa Indonesia.

b. Buku bacaan memilih tema-tema yang berhubungan dengan kearifan lokal nusantara, seni dan budaya nusantara. Topik maupun tema yang mengandung nilai luhur bangsa Indonesia.

c. Buku bacaan memiliki tema yang lebih khusus berkaitan dengan salah satu kompetensi pelajaran bahasa Indonesia dengan menghadirkan jenis-jenis teks yang menyajikan kesatuan tema atau topik.

d. Buku bacaan berisi kumpulan teks dalam satu kesatuan topik/tema atau kompetensi pelajaran disajikan dalam satu jilid buku bacaan.

e. Isi buku bacaan meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian siswa sebagai landasan utama.

f. Tema maupun topik bacaan tidak mengandung SARA menyinggung suku atau golongan tertentu dan mengancam NKRI serta tidak mengandung unsur pornografi.

(18)

3. Simpulan dan Saran Simpulan

Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari studi observasi literasi sekolah yang telah dilakukan yaitu.

a) Tahap pembiasaan literasi sekolah perlu didukung dengan pengadaan buku bacaan yang mencukupi karena buku bacaan merupakan aspek utama agar tahap pembiasaan literasi sekolah bisa berjalan.

b) Kenyataan bahwa sekolah saat ini belum mampu menciptakan iklim literasi dengan baik karena buku-buku pengayaan belum menjadi pilihan utama yang digunakan oleh guru maupun siswa.

c) Buku bacaan sebagai pendamping buku teks siswa memiliki keterkaitan secara tidak langsung dengan materi atau kompetensi pelajaran sehingga buku bacaan dapat menjadi pilihan guru dan siswa untuk mendukung pembelajaran.

d) Penggunaan buku bacaan dalam mengembangkan tahap pembiasaan literasi sekolah didasari dua kegiatan yaitu kegiatan membaca selama 15 menit dengan menghadirkan buku bacaan bersama buku teks siswa saat pelajaran dan proyek jurnal membaca di rumah. Proyek jurnal membaca dilakukan dengan meminjamkan buku bacaan pada siswa dan siswa menyusun laporan jurnal membaca saat buku bacaan dikembalikan.

(19)

(LHO), teks eksposisi, teks anekdot, teks narasi, teks negosiasi, teks prosedur, dan teks eksplanasi dengan tema kearifan lokal atau seni dan budaya nusantara.

Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai perkembangan literasi yang saat ini sebagian besar sekolah masih dalam tahap pembiasaan. Melalui hasil observasi dan rancangan implementasi literasi sekolah yang telah dibuat diharapkan.

a) Pengadaan buku bacaan sebagai buku penunjang pelajaran. Buku bacaan memiliki peran utama dalam tahap pembiasaan literasi sekolah selain sebagai penunjang pelajaran juga membangun sikap kebermanfaatan buku-buku pengayaan pada guru dan siswa.

b) Rancangan kegiatan literasi yang dibuat melalui studi ini merupakan konsep dasar yang perlu dikembangkan lebih jauh sesuai dengan kondisi sekolah. c) Buku bacaan yang dikembangkan memiliki konsep sesuai dengan pelajaran

(20)

Daftar Pustaka

Astrini, Linda. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Petunjuk. Universitas Negeri Semarang.

Azizah, Nur. 2013. Pengembangan Buku Bacaan Cerita Rakyat Bahasa Jawa Berbasis Kontekstual di Kabupaten Brebes. FBS: Universitas Negeri Semarang.

Supiandi. 2016. Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah dengan “Program Kata”. Bangka Belitung: SMA Muhammadiyah Toboali.

Suryaman, dkk. 2009. Pengembangan Model Buku Ajar Sejarah Sastra Indonesia Modern Berperspektif Gender. Jurnal CP Terakreditasi revisi IV 2010. diunduh 21 Maret 2016.

Sutrianto, dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Jenderal Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Pembelajaran Membaca di Kelas Awal (Modul Pelatihan Guru-Januari 2016/pdf file): USAID Prioritas. diunduh 25 Februari 2017.

Permendikbud tahun 2016 Nomor 24 Lampiran.03_Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia SMA/SMK/MA/MAK_Kurikulum 2013.

Laman:

Gambar

Tabel 1Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Tabel 2Persepsi Guru Mengenai GLS dan Proyek Jurnal Membaca Siswa
Tabel 3Model Kegiatan Literasi Berbantu Buku Bacaan Sebagai Pendamping Buku Teks Siswa
Tabel 4Format Laporan Jurnal Membaca Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan pemahaman aspek ekstrapolasi antara siswa yang menggunakan metode pictorial riddle inquiry dengan siswa

14 Analysis of variance of percentage root colonisation with respect to rooting media and type of mycorrhiza used in T. arborea

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan ditambah dengan satu kali tes akhir siklus I (post tes). Pada pertemuan pertama siklus

Berdasarkan dari perkembangan film pahlawan super yang beredar di Indonesia yang diproduksi marvell dan DC comic, maka timbullah ide untuk menciptakan karya fotografi

Menurut Choudhury (2004) penerapan daerah MA untuk penyimpanan buah-buahan yang tidak tepat akan menyebabkan buah-buahan mengalami kegagalan pemasakan, kerusakan dalam

Berdasarkan hasil analisis maka tim pengkaji memetakan Perda dengan skala prioritas untuk dibahas dan disahkan dalam Sidang Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

penelitiannya, menggunakan aerated filter dengan media zeolit berhasil mereduksi Besi sebesar 62%, sedangkan dalam penelitian ini penurunan konsentrasi Fe