• Tidak ada hasil yang ditemukan

publikasi e-penulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "publikasi e-penulis"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

1

e-Penulis

2007

Publikasi e-Penulis

e-Penulis merupakan publikasi elektronik yang diterbitkan secara berkala oleh

Yayasan Lembaga SABDA

untuk memperlengkapi masyarakat Kristen Indonesia, khususnya para penulis Kristen, dengan pengetahuan tentang pelayanan literatur Kristen

dan keterampilan di bidang tulis-menulis. Publikasi e-Penulis menyajikan bahan-bahan yang berupa artikel seputar pelayanan literatur Kristen, keterampilan tulis-menulis,

tulisan pembaca, dan juga analisa bahasa.

Bundel Tahunan Publikasi Elektronik e-Penulis (http://sabda.org/publikasi/e-penulis) Diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA

(2)

Daftar Isi

e-Penulis 027/Januari/2007: Menulis di Internet ... 5

Dari Redaksi ... 5

Artikel: Internet: Media Penulisan Interaktif ... 6

Artikel 2: Menulis Dan Memercayakan Tulisan Di Internet ... 10

Tips: Menulis di Internet ... 14

Surat Pembaca ... 15

Stop Press ... 15

e-Penulis 028/Februari/2007: Dasar-Dasar Jurnalistik ... 17

Dari Redaksi ... 17

Artikel: Dasar-Dasar Jurnalistik ... 18

Artikel 2: Judul Berita Di Surat Kabar ... 22

Tips: Beberapa Patokan Dalam Menulis ... 25

Stop Press ... 27

e-Penulis 029/Maret/2007: Menulis Cerita Anak ... 29

Dari Redaksi ... 29

Artikel: Dasar-Dasar Penulisan Cerita Anak-Anak ... 30

Artikel 2: Berkreativitas Dengan Menulis Cerita Anak ... 33

Renungan: Prapaskah : Sisi Indah Kematian ... 36

Tips: Menulis Cerita Anak ... 37

Stop Press ... 39

e-Penulis 030/April/2007: Menumbuhkan Budaya Menulis pada Anak ... 41

Dari Redaksi ... 41

Artikel: Menumbuhkan Budaya Menulis Pada Anak ... 42

Artikel 2: Biarlah Anak Mengekspresikan Dirinya Dengan Menulis ... 45

Tokoh Penulis: Enid Blyton ... 48

Renungan: Paskah : Bersaing Atau Bergabung ... 51

e-Penulis 031/Mei/2007: Membuat Media Penulisan Gereja ... 52

Dari Redaksi ... 52

(3)

Artikel 2: Memanfaatkan Warta Jemaat Sebagai Media Komunikasi dan Pembinaan57

Tips: Format Media ... 60

Stop Press ... 62

e-Penulis 032/Juni/2007: Pelatihan Menulis... 63

Dari Redaksi ... 63

Artikel: Manfaat Pelatihan Menulis Sebagai Pendukung Dalam Menulis ... 64

Pojok Kata: EYD Itu Rumit? ... 67

Tips: Membentuk Kelompok Pelatihan Menulis ... 69

e-Penulis 033/Juli/2007: Menyampaikan Gagasan dalam Bahasa Tulis ... 72

Dari Redaksi ... 72

Artikel: Menyampaikan Gagasan Lewat Tulisan ... 73

Tokoh Penulis: Victor Hugo (1802-1885) ... 76

Pojok Bahasa: Betulkah Bentuk Mengkritisi? ... 77

Tips: Ikat Gagasan Anda Dan Wujudkan Dalam Tulisan ... 80

e-Penulis 034/Agustus/2007: Meringkas, Menyadur, dan Mentranskrip... 82

Dari Redaksi ... 82

Artikel: Meringkas, Menyadur, dan Mentranskrip; ... 83

Pojok Bahasa: Lebih Dekat Dengan Preposisi "Di" dan "Pada" ... 86

Tips: Cara Membuat Ringkasan ... 89

Stop Press ... 91

e-Penulis 035/September/2007: Menghindari Bias dalam Tulisan ... 93

Dari Redaksi ... 93

Artikel: Menghindari Bias Dalam Tulisan ... 94

Tokoh Penulis: Leo Tolstoy ... 97

Pojok Bahasa: Kalimat Tanpa Objek Atau Pelaku ... 99

Tips: Jenis Tulisan Dan Strukturnya ... 102

Stop Press ... 103

e-Penulis 036/Oktober/2007: Penulisan Karya Ilmiah ... 106

Dari Redaksi ... 106

Artikel: Memahami Struktur Karya Tulis Ilmiah ... 107

(4)

Pojok Bahasa: Penerbit dan Anak Perusahaannya ... 116

Stop Press ... 118

e-Penulis 037/November/2007: Tulisan sebagai Cerminan Budaya ... 119

Dari Redaksi ... 119

Artikel: Mewariskan Budaya Lewat Tulisan ... 120

Artikel 2: Teenlit Sebagai Cermin Budaya Remaja Perkotaan Masa Kini ... 125

Pojok Bahasa: Translasi Berdimensi Budaya ... 128

Stop Press ... 130

e-Penulis 038/Desember/2007: Mengoptimalkan Internet Untuk Menulis ... 132

Dari Redaksi ... 132

Artikel: Pemanfaatan Media Internet Untuk Menulis ... 133

Artikel 2: Dunia Maya Sebagai Tempat Menggali dan Berkreasi Bagi Penulis ... 137

Refleksi: Natal Sebagai Perwujudan Kasih Allah ... 141

Stop Press ... 142

Publikasi e-Penulis 2007 ... 144

Sumber Bahan Penulis Kristen ... 144

Yayasan Lembaga SABDA – YLSA ... 144

(5)

e-Penulis 027/Januari/2007: Menulis di

Internet

Dari Redaksi

Salam sejahtera,

Apa yang hendak saya tulis tahun ini? Mungkin inilah pertanyaan yang muncul di benak dan pikiran para penulis. Pergelutan pencarian ide, pengumpulan referensi, penulisan, hingga penyuntingan naskah mungkin juga menjadi bagian perencanaan para penulis. Lalu setelah menyelesaikan suatu tulisan, tentunya muncul pula pertanyaan lain. Hendak ke mana tulisan ini akan dipublikasikan?

Dahulu, pertanyaan tersebut akan menemukan jawabannya dalam media cetak.

Maksudnya, kita akan diberi pilihan, antara memublikasikan tulisan kita di buletin lokal, gereja, majalah dinding, surat kabar, majalah, maupun tabloid. Kini, alternatif lain telah hadir pula bagi kita lewat keberadaan internet.

Sejumlah fasilitas, baik bagi pemula maupun bagi mereka yang mahir, telah tersedia. Kita bisa memanfaatkan rumah virtual pribadi alias situs web bikinan sendiri untuk wadah tulisan kita. Untuk yang lebih interaktif, kita tinggal mendaftar di salah satu situs penyedia blog, lalu mulai menulis. Ada juga forum-forum diskusi bagi para penulis.

Masalahnya, bagaimana kita memercayakan tulisan kita di dunia maya tersebut? Sajian perdana di tahun 2007 berikut kiranya dapat menolong kita untuk memanfaatkan dunia internet sebagai wadah untuk mengasah sekaligus membagi kemampuan menulis kita.

(6)

Artikel: Internet: Media Penulisan Interaktif

Oleh: Kristina Dwi Lestari

Perkembangan dunia internet yang sedemikian pesat tidak sekadar memberi peluang bagi para pengembang peranti lunak maupun keras. Dunia internet juga tidak sekadar dimanfaatkan oleh para korporat bisnis yang berupaya melebarkan sayap bisnisnya. Kini, keberadaan internet pun telah menghadirkan nilai yang amat positif bagi para penulis.

Berbagai fasilitas telah dapat dimanfaatkan oleh para penulis, baik mereka yang masih dalam taraf pemula, maupun mereka yang sudah mahir. Mulai dari situs web statis hingga blog yang lebih menawarkan aspek interaktif. Semuanya tergantung kebutuhan para penulis terkait.

Alam yang Bebas

Salah satu yang ditawarkan internet bagi penulis adalah kebebasan. Dunia internet membuat para penulis dapat berinteraksi dengan bebas. Para penulis tidak perlu merasa takut oleh editor yang bagi sebagian orang mungkin menjadi sosok yang ditakuti. Jadi, yang harus mereka lakukan ialah terus mengasah kemampuan menulis.

Salah satu wadah yang bisa digunakan untuk menyalurkannya ialah situs web. Beberapa orang yang mulai tertarik untuk menulis di internet, mungkin mencari-cari "halaman rumah" alias "homepage" gratis. Setelah melakukan desain seperlunya, berbagai tulisan pun dikategorikan sesuai kebutuhan dan dimasukkan ke "rumah" tersebut.

Akan tetapi, fasilitas yang disediakan saat ini justru memberikan sisi interaktif. Ada banyak orang yang mulai menulis di berbagai blog. Bahkan seiring perkembangan waktu, lalu lintas blog telah berlangsung semakin pesat. Beberapa orang termasuk para penulis mulai melirik blog, selain atas alasan adanya kebebasan juga karena ada

beberapa kesamaan seperti jenis blog, kedekatan geografis atau visi dan ideologi, ungkap Rane "jaf" Hafied. Adanya interaksi antarblogger, adu argumen dan pendapat dilihat sebagai sebuah kekuatan yang luar biasa.

Hal yang Penting untuk Diperhatikan Saat Menulis di Situs Web

(7)

a. Topik, gagasan utama, dan kesimpulannya harus cepat terlihat dan cepat diketahui.

b. Struktur gagasan:

o gagasan utama ada di bagian "atas" layar;

o gagasan pendukung dan informasi tambahan ada di bawahnya.

c. Struktur isi dan struktur situs web bisa dikenali dengan mudah oleh pengunjung.

d. Susunan yang sederhana adalah yang terbaik; batasi satu gagasan menjadi

beberapa kata saja, berupa kalimat, frase, atau paragraf. Robert Gunning memberikan rumus apakah kalimat itu mudah atau tidak untuk dipahami, yaitu dengan rumus FOG INDEX (dalam Putra 2006: 48). Rumus ini pada awalnya digunakan untuk mengukur kemampuan menulis para jurnalis dalam bahasa Inggris dan ternyata rumus ini relevan juga digunakan di semua bahasa termasuk bahasa Indonesia. Cara mengukurnya adalah dengan menghitung jumlah rata-rata kata per kalimat ditambah persentase kata bersuku tiga atau lebih kemudian dibagi 2,5.

e. Hindari istilah-istilah teknis kecuali jika istilah itu memiliki tujuan yang jelas dan memiliki definisi.

f. Data, detail, dan kekompleksan informasi sebaiknya dibahas di halaman yang

berikut dan harus ditempatkan secara logis.

g. Isi dari halaman berikutnya harus bisa diketahui dari tautannya (link) dan harus

konsisten dengan halaman sebelumnya.

h. Informasi yang lebih rinci bisa diakses melalui tautan untuk mencetak.

i. Hilangkan hal-hal yang berlebihan jika itu mengurangi pesan Anda walaupun

terkesan penting.

j. Periksalah ejaan lalu bacalah kembali halaman Anda.

k. Selalu berfokus pada pesan. Sediakan alamat kontak dan undanglah pengunjung

situs untuk mengirimkan tanggapan, komentar, saran, atau pertanyaan yang dapat meningkatkan efektivitas situs web Anda; abaikan setiap tanggapan yang tidak bermutu.

l. Memformat:

o setiap desain halaman harus konsisten,

o gunakan tabel, kolom 1/2 baris, untuk menempatkan teks di tengah

monitor (80% atau selebihnya) untuk membuat batas kanan dan kiri,

o berikan jarak antarparagraf agar mudah dibaca.

m. Pilihan penggunaan grafik sebaiknya ditujukan untuk:

o memperkuat teks,

o menggali teks lebih dalam,

o menandai teks,

o mengganti teks,

Namun, bila justru tidak berarti dan mengganggu sebaiknya penggunaan grafik dihindari.

(8)

Selanjutnya, Landsberger juga memberikan beberapa catatan yang perlu kita hindari manakala menulis di situs web.

a. Sesuaikan dengan ukuran monitor.

Hal ini berkaitan dengan proses cepatnya membaca. Ketika menulis di kertas, Anda dapat membacanya dengan cepat, melompat dari judul ke paragraf kemudian membolak-balik halaman. Dokumen tersebut dapat kita baca dengan mudah karena mata kita sudah terlatih dan dapat menyesuaikan diri dengan media kertas. Namun, tidak demikian dengan monitor komputer. Bila monitor berukuran kecil, kita akan kesulitan untuk membaca karena resolusi tampilannya. Tak jarang teks akan memenuhi layar dan terkadang terlalu lebar. Gaya

penulisannya pun berbeda. Padahal ketika melihat suatu halaman web,

penjelajah (yaitu Anda) ingin cepat mengetahui apakah halaman tersebut sesuai dengan yang dicari atau tidak. Untuk mengatasinya, diperlukan pendekatan "bottom-down". Jadi, semua simpulan atau ringkasan diletakkan di bagian atas. Pendekatan seperti ini memang terkesan terlalu mengamati bagian permukaan saja. Namun, kita perlu menyadari bahwa jutaan situs web bersaing dalam memberikan informasi. Jika situs web Anda ditulis dengan jelas dan langsung mengemukakan intinya, Anda akan dianggap berhasil menyampaikan informasi.

b. Hindari penyajian teks yang terlalu panjang.

Ada beberapa situs web yang dibangun dengan rancangan yang buruk. Namun, yang terburuk adalah halaman yang kelebihan teks. Penyajian teks yang sangat panjang menuntut ketekunan untuk menemukan bagian yang kita butuhkan. Lagipula, mata kita akan kelelahan lebih dulu sebelum menemukan bagian tersebut. Bukan berarti halaman yang dipenuhi oleh teks tidak cocok untuk situs web. Namun, situs web justru akan menjadi efektif dalam menyampaikan

informasi bila dicetak, lalu dibaca. Apalagi membaca halaman web 25% lebih lambat daripada membaca kertas.

c. Penggunaan grafik yang berlebihan.

Situs web yang kelebihan grafik juga akan menimbulkan masalah. Grafik yang terlalu besar tidak hanya akan memakan banyak waktu dalam pengunduhannya tapi juga membuat pesan Anda menjadi tidak jelas. Grafik yang berkedip-kedip dan melompat-lompat di layar juga akan mengganggu pembacanya. Lalu, iklan yang tidak berhubungan dengan informasi yang disajikan juga akan membuat keseluruhan penyampaian menjadi tidak jelas. Penyajian gambar yang tidak sesuai juga akan membingungkan penjelajah untuk mencari informasi yang diinginkannya. Alhasil, penjelajah akan melewati informasi yang disajikan.

(9)

Bahan Bacaan

• Hafied, Rane "jaf". "Suara Komunitas Blogger: Community Power Yang Mau

Dibawa Kemana?" Dalam http://ryosaeba.wordpress.com/tag/uneg-uneg/.

• Landsberger, Joe. "Writing Effective Web Pages". Dalam

http://www.osmania.ac.in/e-ducation/Study%20Guides/writing_content.htm.

• Putra, R. Masri Sareb. 2006. "Teknik Menulis Berita dan Feature". Indeks: Jakarta.

• Tartono, S. 2005. "Menulis di Media Massa Gampang". Pustaka Nusatama:

(10)

Artikel 2: Menulis Dan Memercayakan Tulisan Di Internet

Kebebasan berekspresi. Itulah yang ditawarkan dalam dunia internet. Sejak zamannya halaman web yang statis, berbagai "homepage" pribadi pun bertaburan. Mulai dari yang memanfaatkan halaman gratisan, sampai kepada yang berbayar. Untuk memberi kesan interaktif, tak jarang alamat kontak via e-mail pun dilampirkan di halaman tersebut. Tidak puas dengan interaksi yang memakan waktu cukup lama, fasilitas untuk

"ngerumpi" (chatting) pun disediakan pula. Belakangan berkembang "shout box", model rumpi yang sedikit berbeda.

Kini, masa-masa halaman statis sudah bergeser. Meski masih banyak yang

menawarkan halaman-halaman gratisan untuk digarap, tren yang berhembus saat ini ialah halaman-halaman situs model blog. Teknologi yang dihadirkan saat ini sudah memungkinkan bagi siapa saja untuk berinteraksi langsung dengan pemilik atau pengelola situs terkait. Tentu saja tanpa menggunakan e-mail karena fasilitas mengomentari suatu seksi tertentu sudah disediakan.

Apa pun jenis halamannya, satu hal yang jelas ialah bahwa semua ini sangat berkaitan erat dengan dunia tulis-menulis. Tak jarang orang menggunakan halaman situs

pribadinya sebagai media untuk menuangkan ide-idenya. Sehingga berbagai genre tulisan pun hadir berseliweran di dunia internet.

Ancaman Pembajakan

Negara kita sangat terkenal sebagai negara dengan tingkat pembajakan yang tinggi. Tidak hanya dalam hal perangkat lunak komputer, dalam dunia literatur, hal seperti ini juga patut dicermati. Saya pernah menemukan sebuah buku yang murni diterjemahkan dari halaman internet. Tidak tahu apakah penerjemah dan pihak penerbit telah

mendapatkan izin atau tidak.

Tidak sebatas itu, berbagai penerbit gelap banyak menerjemahkan karya-karya asing tanpa identitas hak cipta mana pun. Misalnya saja buku-buku komik. Sejak beberapa tahun lalu, komik-komik Jepang banyak yang dibajak dan diedarkan di Indonesia. Ketika menemukannya, kita dapat langsung mengenali komik-komik tersebut sebagai barang-barang bajakan. Kualitas tinta cetakan yang tidak baik, kertas yang kalah mutunya dari yang resmi, tidak adanya sensor, dan buruknya hasil terjemahan.

Bagaimana dengan literatur-literatur lain, semisal novel dan buku-buku teks?

Tampaknya tidak jauh berbeda. Malahan, tidak sedikit buku-buku yang sudah resmi malah dicetak secara mandiri dan dijual kembali dengan harga relatif murah.

(11)

Konsep Teknokrasi

Tampaknya, lebih mudah bagi kita untuk yakin bahwa karya tulis kita bakalan dibajak daripada tidak sama sekali. Namun, pandangan ini sebenarnya merupakan pandangan yang jauh dari konsep yang ditawarkan dalam dunia internet.

Dunia internet sebenarnya mengandung konsep teknokrasi. Teknokrasi merupakan yang menggabungkan teknologi dan demokrasi. Konsep ini diakui sebagai suatu solusi terbaik untuk menjalankan suatu negara.

Secara sederhana, teknokrasi dapat disebut sebagai suatu penerapan ilmu

pengetahuan kepada masyarakat. Teknokrasi juga dapat dilihat sebagai suatu rencana untuk masyarakat di mana teknologi digunakan untuk kebaikan orang banyak,

ketimbang memberi keuntungan yang maksimal bagi segelintir orang.

Konsep teknokrasi dalam dunia internet terlihat di antaranya melalui Wikimedia. Dalam situs yang disebut sebagai ensiklopedia terbesar ini, setiap pengunjung dapat

menemukan apa yang ia butuhkan. Bahkan siapa saja diundang untuk

menyumbangkan pengetahuan atau informasi tertentu untuk dibagikan kepada setiap orang. Dengan demikian, informasi atau pengetahuan tersebut tidak hanya dimiliki oleh satu orang, tetapi dapat diperoleh siapa saja yang berminat. Begitulah kira-kira dunia di Wikipedia.

Tidak hanya di Wikipedia. Pada prinsipnya, setiap halaman situs, termasuk blog, yang menyampaikan informasi, khususnya yang berharga, sudah mempraktikkan konsep teknokrasi tersebut. Tentu terlepas dari motivasi dasar orang tersebut. Tidak usah heran bila Anda justru menemukan situs blog dengan pembahasan yang sangat teknis. Atau sebuah situs pribadi yang berisi kumpulan cerita pendek dan puisi.

Bagaimana dengan interaksi? Seperti dikemukakan sebelumnya, belakangan ini

interaksi jauh lebih variatif. Fasilitas untuk mengomentari tulisan sudah disediakan oleh para penyedia situs blog. Tidak cukup dengan itu, "kotak teriak" (shout box) juga

disediakan. Semuanya memungkinkan pengunjung untuk mengomentari tulisan pada saat itu juga.

Tautan-Tautan yang Berharga

Dalam dunia internet, tautan ke halaman(-halaman) situs yang memiliki keserupaan tema dengan situs kita pada dasarnya akan menaikkan nilai. Sebuah blog yang banyak ditautkan oleh blog-blog lain, menjadikan blog tersebut berharga. Dengan demikian, tidak sekadar jumlah pengunjung, jumlah tautan pun memberi nilai tersendiri di samping tingkat keseringan pemutakhiran isi.

(12)

tahap ini, kita melihat ada kemiripan seperti yang kita temukan ketika berhadapan dengan artikel-artikel ilmiah yang dilengkapi dengan catatan akhir atau daftar pustaka.

Menghargai Karya Tulis Orang

Kalau ditelusuri, problem yang terjadi di sekitar kita tampaknya menyangkut problem diri. Kita masih belum terbiasa untuk menghargai orang-orang yang berjerih payah menghasilkan suatu karya. Lihat saja berapa besar kerugian yang bisa ditimbulkan akibat pembajakan VCD atau DVD, sebagaimana dalam bidang literatur.

Khusus dalam penulisan di internet, terkadang kita bisa menemukan sebuah artikel blog yang diposting oleh (mungkin) pengelolanya, yang ternyata merupakan kutipan penuh dari artikel lain. Lebih parah lagi, tidak ada informasi mengenai dari mana artikel tersebut diambil. Hal ini tentu semakin menunjukkan sikap tidak menghargai karya orang lain.

Internet memang dunia yang penuh kebebasan. Kita bebas berekspresi di sana. Kita bebas menjelajah ke mana pun, sejauh kita butuhkan. Bahkan kita dapat memanfaatkan begitu banyak bahan tulisan di sana.

Hanya saja, kita perlu mengingat etikanya. Meski berada di alam maya, dunia internet jelas memiliki etika yang berlaku. Misalnya, ketika berkunjung ke sebuah situs, langkah tersebut hampir sama dengan ketika kita memasuki rumah teman kita. Tidak heran bila disertakan pula formulir buku tamu sebagai respons kita kepada pengelola.

Ketika mengutip, kita juga tidak lepas dari etika seperti ketika kita hendak meminjam buku teman kita. Meski tidak disebutkan secara tertulis, sebenarnya kita wajib

menghubungi penulis suatu artikel atau pengelola situs tertentu ketika kita hendak menggunakan artikel di dalamnya, khususnya bila melebihi batas yang ditentukan, misalnya satu bab. Dan seperti ketika menulis artikel ilmiah, kita sangat wajib

mencantumkan sumber artikel yang kita kutip atau ambil; siapa penulisnya, di mana alamat URL-nya, di situs apa.

Mulai Memercayakan Tulisan

Kita tidak akan pernah lolos dari ancaman pembajakan. Namun, ancaman ini tidak seharusnya membuat kita ragu atau malah takut untuk menulis di internet. Sebaliknya, kita perlu menanamkan dalam benak kita pikiran positif (tanpa harus menjadi penganut positivisme), bahwa tulisan kita bukan tidak mungkin bermanfaat bagi orang lain. Bila mengaitkan hal ini dengan kekristenan, kita malah bisa mulai berpikir bahwa tulisan kita bisa saja membawa orang lebih dekat kepada Kristus.

Meski tidak bisa dicegah sepenuhnya, kita bisa saja mencantumkan catatan kecil di akhir artikel kita. Misalnya, dengan mencantumkan kalimat-kalimat seperti berikut.

(13)

• Untuk menggunakan artikel di atas, silakan hubungi penulisnya via e-mail.

• Mohon tidak mengutip artikel di atas tanpa seizin penulisnya.

Sebaliknya, ketika kita mengutip tulisan orang lain dalam artikel yang kita tulis, sebaiknyalah kita mencantumkan sumbernya. Dengan demikian, kita sudah menunjukkan itikad baik menghargai jerih payah penulisnya.

Nah, bagaimana dengan tulisan ini? Tentu saja boleh digunakan secara bebas untuk tujuan nonkomersial. Diambil dari:

Situs : Pelitaku

Penulis : Indonesia-saram

(14)

Tips: Menulis di Internet

Menulis untuk media internet berbeda dengan menulis untuk media cetak. Perilaku pengguna internet saat menjelajah web sangat memengaruhi cara penulis menyajikan isi (content) untuk media internet. Penelitian perilaku pembaca situs berita di internet yang dilakukan oleh para ahli dari Stanford University dan The Poynter Institute, yang hasilnya tidak jauh berbeda dari penelitian serupa yang dilakukan oleh Jakob Nielsen, menyimpulkan bahwa perilaku pembaca media internet -- atau pengguna internet-- adalah seperti berikut ini.

• Pertama kali melihat teks (78%), bukan foto atau grafik. Atau secara umum,

pengguna internet pertama kali tertarik pada judul, ringkasan tulisan, atau "caption".

• Tidak membaca kata per kata, tetapi lebih banyak memindai (scan) (79%, hanya

16% yang membaca kata per kata) tampilan situs terutama kata-kata yang di-highlight, jenis huruf berbeda, penyajian dengan butir-butir (seperti tulisan ini).

• Lebih menyukai judul yang tepat pada sasaran (straightforward) dibandingkan

judul yang lucu atau cantik.

• Membaca ringkasan atau tulisan yang pendek bukan yang panjang karena

membaca di komputer 25% lebih lambat dibandingkan membaca media cetak.

• Tidak berlama-lama di satu situs. Pengguna Internet tidak sabaran. Pengguna

Internet memiliki wewenang penuh untuk pindah atau tetap di satu situs. Kunjungan selama sepuluh menit sudah termasuk lama. Itulah sejumlah pedoman ketika ingin menulis untuk media internet (disarikan dari artikel

karangan Jacob Nielsen -- "1, 2, 3, 4" -- dan bukunya yang berjudul "Design Web Usability", artikel Wendy Boulding, dan artikel lainnya).

• Buatlah judul yang sederhana (simple) dan tepat sasaran (straightforward).

Ingatlah bahwa judul itu seperti tanda lalu lintas yang akan mengarahkan pengunjung.

• Jangan menggunakan kalimat-kalimat pemasaran (marketing) yang kosong dan

tidak diinginkan pembaca.

• Buat tulisan yang membantu pembaca agar dapat memindai (scannable),

misalnya dengan subjudul, "highlight" kata-kata penting dengan warna yang berbeda, cetak tebal, jenis huruf, ukuran huruf, "hypertext/hyperlink".

• Sebaiknya, tulisan pendek tapi ringkas. Paling tidak jumlah kata tulisan media

tersambung (online) paling banyak 50% dari tulisan umumnya di media cetak. Satu alinea idealnya hanya terdiri dari 65 karakter.

• Jika perlu uraian yang panjang, harus dipecah-pecah menjadi beberapa judul

tulisan, yang tersambung melalui "multiple hyperlink". Selain itu, pembaca tidak suka tulisan yang panjang dan harus men-"scroll" jauh ke bawah.

• Tulisan dengan gaya "news you can use" membantu pembaca mencari informasi

yang mereka inginkan dengan lebih cepat.

• Gunakan tabel atau poin/angka urut ke bawah (seperti contoh tulisan ini).

(15)

• Sebisa mungkin menerapkan prinsip piramida terbalik -- yang penting di atas, uraian selanjutnya. Cara penulisan piramida terbalik membantu pembaca mendapatkan informasi yang penting segera tanpa harus membaca sampai selesai.

Dan akhirnya menulis -- di media mana pun -- tetap saja menulis, jadi tetap pulalah berpegang pada pedoman penulisan standar.

Bahan diedit seperlunya dari:

Nama situs : ceritanet: situs nir-laba untuk karya tulis, Edisi 2, Senin 15 Januari 2001

Penulis : Harry Suryadi

Alamat URL : http://www.ceritanet.com/2inter.htm

Surat Pembaca

Dari: Edo <detektif_edo(at)xxxx>

> Boleh kah saya meminta kiat-kiat menulis esai yang baik.

>tkhs >regard

>detektif_edo

Redaksi:

Salam sejahtera,

Untuk mengetahui hal-hal seputar penulisan esai, silakan membaca e-Penulis Edisi 018/April/2006. Saudara bisa membuka arsip kami di alamat:

• http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/018/

Saudara juga dapat menemukan artikel berjudul "Menulis Esai Singkat" di alamat:

• http://pelitaku.sabda.org/node/211

Silakan baca juga artikel "Apakah Esai Itu?", masih di situs Pelitaku dengan alamat:

• http://pelitaku.sabda.org/node/210

Kiranya bermanfaat.

Stop Press

Bahan Untuk Pemimpin Kristen Dari E-Leadership

(16)

pemimpin-pemimpin yang baik berdasar prinsip Kristen. Dalam setiap edisi, Anda akan memperoleh artikel-artikel tentang kepemimpinan dari sudut kristiani, tips, inspirasi, sumber kepemimpinan, dan informasi lain yang dapat digunakan untuk memperlengkapi para pemimpin, pelatih, dan hamba-hamba Tuhan yang memiliki beban dalam

kepemimpinan Kristen di Indonesia. Jadi, tunggu apa lagi? Mari bergabung dengan milis publikasi e-Leadership dan ikutlah ambil bagian dalam memajukan kepemimpinan dengan prinsip Kristen di Indonesia.

• <subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org> [berlangganan]

• http://www.sabda.org/publikasi/leadership/ [arsip]

(17)

e-Penulis 028/Februari/2007: Dasar-Dasar

Jurnalistik

Dari Redaksi

Salam sejahtera,

Pada 9 Februari 2007 yang lalu, pers kita telah berusia 61 tahun. Dalam rangka

memperingati Hari Pers Nasional, pada tanggal tersebut diadakan pula Konvensi Media Massa yang bertempat di Samarinda, Kalimantan Timur. Tema yang diambil dalam konvensi tersebut, yaitu Pers dan Kemiskinan, yang dianggap sangat tepat dengan kondisi bangsa kita saat ini.

Berkenaan dengan peringatan itu pulalah e-Penulis kali ini menghadirkan topik

jurnalistik kepada para pembaca sekalian. Dengan sejumlah artikel seputar jurnalistik, kami berharap wawasan Anda akan semakin terbuka. Siapa tahu Anda berminat untuk mendalami bidang jurnalistik lewat jalur akademik?

(18)

Artikel: Dasar-Dasar Jurnalistik

Oleh: Kristina Dwi Lestari

Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.

Apa Itu Jurnalistik?

Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic

journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).

Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan.

a. Skeptis

Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.

b. Bertindak (action)

Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.

c. Berubah

Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.

d. Seni dan Profesi

(19)

e. Peran Pers

Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.

Berita

Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata "berita" atau "news". Lalu apa itu berita? Berita (news) berdasarkan batasan dari Kris Budiman adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa. "News" sendiri mengandung pengertian yang penting, yaitu dari kata "new" yang artinya adalah "baru". Jadi, berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu mengedepankan aktualitas. Dari kata "news" sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan "north", "east", "west", dan "south". Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi harus dari keempat sumber arah mata angin tersebut.

Selanjutnya berdasarkan jenisnya, Kris Budiman membedakannya menjadi "straight news" yang berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas, sering disebut sebagai berita keras (hard news). Sementara "straight news" tentang hal-hal semisal olahraga, kesenian, hiburan, hobi, elektronika, dsb., dikategorikan sebagai berita ringan atau lunak (soft news). Di samping itu, dikenal juga jenis berita yang

dinamakan "feature" atau berita kisah. Jenis ini lebih bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek insani (human interest). Sebuah "feature" tidak terlalu terikat pada nilai-nilai berita dan faktualitas. Ada lagi yang dinamakan berita investigatif (investigative news), berupa hasil penyelidikan seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya.

Nilai Berita

Sebuah berita jika disajikan haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti berikut.

1. Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.

2. Aktual: terbaru, belum "basi".

3. Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.

4. Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang

penting/terkenal.

5. Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).

(20)

1. sesuatu yang unik,

2. sesuatu yang luar biasa,

3. sesuatu yang langka,

4. sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting,

5. menyangkut keinginan publik,

6. yang tersembunyi,

7. sesuatu yang sulit untuk dimasuki,

8. sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,

9. pemikiran dari tokoh penting,

10.komentar/ucapan dari tokoh penting,

11.kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan

12.hal lain yang luar biasa.

Dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.

Anatomi Berita dan Unsur-Unsur

Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Judul atau kepala berita (headline). 2. Baris tanggal (dateline).

3. Teras berita (lead atau intro).

4. Tubuh berita (body).

Bagian-bagian di atas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering didengar ialah susunan piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Atau dengan kata lain, lebih menekankan hal-hal yang umum dahulu baru ke hal yang khusus. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat

pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita (Budiman 2005) . Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap bagiannya, terutama pada tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek nonfaktual yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini.

Untuk itu, sebuah berita harus memuat "fakta" yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W + 1H. Hal ini senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).

1. Who - siapa yang terlibat di dalamnya?

2. What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?

(21)

4. Why - mengapa peristiwa itu terjadi?

5. When - kapan terjadinya?

6. How - bagaimana terjadinya?

Tidak hanya sebatas berita, bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom (column), pojok dan surat pembaca.

Sumber Berita

Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi,

sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005: 67) berikut ini.

1. Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.

2. Proses wawancara.

3. Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.

4. Partisipasi dalam peristiwa.

Kiranya tulisan singkat tentang dasar-dasar jurnalistik di atas akan lebih membantu kita saat mengerjakan proses kreatif kita dalam penulisan jurnalistik.

Sumber bacaan:

• Budiman, Kris. 2005. "Dasar-Dasar Jurnalistik: Makalah yang disampaikan dalam

Pelatihan Jurnalistik -- Info Jawa 12-15 Desember 2005. Dalam www.infojawa.org.

• Ishwara, Luwi. 2005. "Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar". Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

(22)

Artikel 2: Judul Berita Di Surat Kabar

Oleh: Raka Sukma Kurnia

Ketika membaca surat kabar, umumnya mata kita akan tertuju pada judul beritanya terlebih dahulu. Tatkala judul beritanya menarik, barulah kita meneruskan membaca artikel tersebut.

Memang harus diakui bahwa judul berita berperan penting untuk menggiring pembaca agar menelusuri isi berita yang disampaikan. Namun, kalau kita perhatikan, judul-judul dalam surat kabar itu bukanlah judul-judul yang baik. Coba saja simak judul-judul berita berikut yang diambil dari hari Rabu, 21 Februari 2007, dari tiga surat kabar berbeda.

a. Yusril Tak Tuding Ketua KPK Korupsi ("Kompas", halaman 1)

b. Kegagalan Pemerintah Ancam Keamanan Negara ("Kompas", halaman 2)

c. Ketua DPR: Tindak Tegas Yusril! ("Solopos", halaman 1)

d. Messi dan Eto'o perkuat Barca ladeni Liverpool ("Solopos", halaman 1) e. Presiden Harus Tertibkan Menterinya ("Seputar Indonesia", halaman 1) f. I1 Divo Bius Penggemar Jakarta ("Seputar Indonesia", halaman 16)

Kalau melihat dari aspek kebakuan secara morfologis, judul-judul berita di atas bukanlah judul-judul yang baik. Mari kita lihat lebih mendalam.

Pada contoh (a), kata "tak" merupakan bentuk singkat dari "tidak". Lalu,

meskipun kata "tuding" pada prinsipnya merupakan jenis verba atau kata kerja, tidaklah jelas apakah Yusril "menuding" (Ketua KPK) atau malah "dituding" (Ketua KPK). Bagi yang mengikuti berita ini dari siaran televisi, tentu dapat menjawabnya. Namun, andaikan kita tidak memiliki skemata (pengetahuan latar) tertentu mengenai kasus tersebut, judul tersebut tentu membingungkan.

Dengan melakukan pendekatan yang sama, kita bisa menilai bahwa contoh-contoh lainnya pun bukanlah judul yang baik. Pada contoh-contoh (c), misalnya, kata "menyerukan" atau "meminta", justru digantikan dengan tanda titik dua (:). Selain itu, penggunaan kata dasar "tindak" pada prinsipnya juga kurang tepat,

seharusnya "menindak".

(23)

Keenam judul berita itu sebaiknya ditulis sebagai berikut.

g. Yusril Tidak Menuding Ketua KPK Melakukan Korupsi

h. Kegagalan Pemerintah Mengancam Keamanan Negara

i. Ketua DPR Meminta Pihak Berwajib untuk Menindak Tegas Yusril

j. Messi dan Eto'o Memperkuat Barca Guna Meladeni Liverpool

k. Presiden Harus Menertibkan Menterinya

l. Il Divo Membius Para Penggemarnya di Jakarta

Meski demikian, faktanya model penulisan judul yang melesapkan (menghilangkan) prefiks maupun unsur kata lain tampaknya justru menjadi ciri khas tersendiri dalam penulisan judul surat kabar. Padahal, sebagaimana dikemukakan wartawan senior, H. Rosihan Anwar, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku.

Setidaknya, ada beberapa alasan mengapa judul-judul yang disajikan justru menyalahi kaidah.

a. Penekanan aspek komunikatif Penulisan judul berita tampaknya dibuat

sedemikian rupa agar pembaca langsung dapat menangkap isi berita. Hal ini sangat bermanfaat bagi para penikmat berita yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk membaca.

b. Menghadirkan rasa ingin tahu pembaca.

Pelesapan unsur-unsur tertentu, terutama berupa kata, tak pelak lagi merupakan suatu cara untuk memikat pembaca. Seperti pada contoh (b), "Kegagalan

Pemerintah Ancam Keamanan Negara". Pembaca tentu dapat bertanya, kegagalan dalam hal apa yang mengancam keamanan negara? Untuk mengetahuinya, tentu saja ia harus membaca berita selengkapnya.

c. Kebijakan pihak surat kabar.

Dalam kasus penulisan judul di "Solopos", pihak "Solopos" tampaknya

menjadikan model penulisan judul yang sedikit menyerupai kalimat itu sebagai ciri khas mereka. Hal ini mungkin patut disayangkan karena jelas melanggar kaidah penulisan judul, bahwa setiap huruf pertama kata-kata yang menjadi judul karangan -- termasuk judul berita pada surat kabar -- harus ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan, partikel, dan konjungsi.

d. Peralihan media

Tidak jarang peralihan media penyampaian informasi menghadirkan nuansa bahasa yang berbeda. Selain berkenaan juga dengan tujuan penulisan judul tersebut, hal ini mungkin lebih tepat lagi bila ditujukan pada penyajian isi berita. Karena tidak jarang kita menemukan paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat.

Bagaimanapun juga, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang masih terus

(24)

yang hanya baku bagi ragam bahasa jurnalistik. Alasannya, pertimbangan keberagaman pembaca, penekanan aspek komunikatif, di mana berita dapat

disampaikan setepat-tepatnya, tampaknya menjadi hal paling penting. Mungkin itu pula sebabnya aspek tatabahasa, meskipun diperhatikan, bukan menjadi hal utama.

Sumber-sumber:

• Anwar, Rosihan. 2004. "Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi". Yogyakarta: Media Abadi.

• "Il Divo Bius Penggemar Jakarta", dalam "Seputar Indonesia", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 16.

• "Kegagalan Pemerintah Ancam Keamanan Negara", dalam "Kompas", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 2.

• "Ketua DPR: Tindak Tegas Yusril!" dalam "Solopos", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 1.

• Koesworo, F.X., J.B. Margantoro, dan Ronnie E. Viko. 1994. "Di Balik Tugas Kuli

Tinta". Surakarta: Sebelas Maret University Press dan Yayasan Pustaka Nusatama.

• "Messi dan Eto'o perkuat Barca ladeni Liverpool", dalam "Solopos" Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 1.

• "Presiden Harus Tertibkan Menterinya", dalam "Seputar Indonesia", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 1.

(25)

Tips: Beberapa Patokan Dalam Menulis

Oleh: H. Rosihan Anwar

Pada awalnya sudah kita katakan bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.

Dalam hubungan itu, marilah kita tetapkan beberapa patokan dalam menggunakan bahasa jurnalistik.

Pengarang Amerika Ernest Hemingway yang memenangkan Hadiah Pulitzer dan

Hadiah Nobel di waktu mudanya menjadi wartawan surat kabar Kansas City Star. Di situ dia sambil bekerja diberi pelajaran tentang prinsip-prinsip penulisan berita. Pelajaran itu baik sekali dijadikan pedoman oleh wartawan Indonesia, apakah dia bekerja pada kantor berita, surat kabar, majalah, atau pada radio dan televisi. Prinsip yang diajarkan kepada Hemingway ialah sebagai berikut.

Gunakan kalimat-kalimat pendek

Bahasa ialah alat bagi menyampaikan cipta dan informasi. Bahasa diperlukan untuk komunikasi. Wartawan perlu ingat supaya apa yang disampaikannya kepada khalayak (audience) betul-betul dapat dimengerti orang. Kalau tidak demikian, maka gagallah wartawan itu karena dia tidak komunikatif namanya. Salah satu cara, dia harus berusaha menjauhi penggunaan kata-kata teknik ilmiah atau kalau terpaksa juga, dia harus menjelaskan terlebih dahulu apakah arti kata-kata tersebut. Dia harus menjauhi kata-kata bahasa asing. Kalau maksud tercapai dengan memakai perkataan "ikut-sertanya", "keikutsertaan", maka baiklah diurungkan niat menuliskan perkataan yang lebih sulit, yaitu "partisipasi".

Maka prinsip yang dipegang ialah:

Gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang.

Khalayak media massa, yaitu pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi terdiri dari aneka ragam manusia dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang berbeda-beda, dengan minat perhatian, daya tangkap, kebiasaan yang berbeda-beda pula. Mencapai khalayak yang beraneka ragam dengan berhasil merupakan masalah yang berat bagi wartawan. Bagaimanakah caranya supaya sedapat mungkin bertemu? Injo Beng Goat, pemimpin redaksi harian "KengPo" di Jakarta tahun 1950-an

mempunyai semacam rumus. Dia berkata kalau dia hendak menulis tajuk rencana, maka yang dibayangkan di depan matanya ialah pembaca yang pukul rata

berpendidikan sederhana, katakanlah tamat SMP. Dengan patokan demikian dia berusaha menulis sesederhana dan sejernih mungkin.

(26)

Gunakan bahasa sederhana dan jernih pengutaraannya.

Kalimat bahasa Indonesia bersahaja sifatnya. Ia terdiri dari kata pokok atau subjek (S), kata sebutan atau predikat (P), dan kata tujuan atau objek (O). Misalnya, kalimat "Si Amat (S) pergi ke pasar (P) membeli sebuah pena". Kalimat demikian sudah lengkap berdiri sendiri. Karena terpengaruh oleh jalan bahasa Belanda atau bahasa Inggris, ada orang Indonesia yang biasa pula menulis kalimat yang panjang, berbentuk "compound sentence", kalimat majemuk dengan induknya dan anaknya yang dihubungkan dengan kata sambung. Misalnya, dia menulis, "Si Amat pergi ke pasar beli sebuah pena yang mana merupakan pemborosan tenaga oleh karena telah dikatakan kepadanya bahwa pena itu dapat juga dibeli di toko seberang rumahnya sehingga segala sesuatu lebih mudah jadinya". Dengan menggunakan kalimat majemuk, pengutaraan pikiran kita mudah terpeleset menjadi berbelit-belit dan bertele-tele. Sebaiknya, wartawan

menjauhkan diri dari kesukaan memakai kalimat majemuk karena bisa mengakibatkan tulisannya menjadi "woolly" alias tidak terang.

Maka prinsip yang dipegang ialah:

Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk.

Membuat berita menjadi hidup bergaya ialah sebuah persyaratan yang dituntut dari wartawan. Berita demikian lebih menarik dibaca. Bandingkanlah, misalnya, kalimat yang berbunyi, "Si Amat dipukul babak belur oleh si Polan" dengan kalimat yang berbunyi, "Si Polan memukul si Amat babak belur".

Tidakkah terasa kalimat yang kedua jauh lebih hidup bergaya? Kecuali tentunya jika fokus hendak dijuruskan pada si Amat yang membuat kalimat pertama dapat

dipertanggungjawabkan, maka umumnya cara menulis dengan kalimat kedua, yaitu dalam bentuk aktif lebih disukai dalam dunia jurnalistik. Kalimat pasif jarang dipakai, walaupun ada kalanya dia dapat menimbulkan kesan kuat.

Bagaimanapun juga, usahakanlah melaksanakan prinsip:

Gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan kalimat pasif.

Wartawan muda sering kali suka terhanyut menulis dengan mengulangi makna yang sama dalam berbagai kata. Ini dapat dipahami, apalagi jika dia hendak berkecimpung dalam dunia lirik dan puisi. Dia mengira dengan demikian tulisannya menjadi lebih indah. Misalnya, dia menulis kalimat berikut, "Siapa nyana, siapa kira, siapa sangka hati Bobby hancur-luluh, runtuh-berderai karena gadis jelita elok rupawan si manis Yatie". Bahasa jurnalistik tidak menghajatkan hal demikian karena kata-kata yang dipakai harus efisien dan seperlunya saja. Kembang-kembang bahasa harus dihindarkan. Bahasa jurnalistik harus hemat dengan kata-kata.

(27)

Gunakan bahasa padat dan kuat

Kembali kepada pengarang Ernest Hemingway, ia mengemukakan sebuah prinsip lain dalam penulisan berita. Kita bisa menulis umpamanya kalimat berikut, "Wartawan Sondang Meliala tidak menghendaki penataran wartawan olahraga". Kalimat ini secara teknis dinamakan berbentuk negatif (lihat perkataan "tidak menghendaki"). Akan tetapi, dengan arti yang persis sama, kita bisa pula menulis, "Wartawan Sondang Meliala menolak penataran wartawan olahraga". Kalimat ini dinamakan berbentuk positif (perkataan "menolak" positif sifatnya dibandingkan dengan perkataan "tidak

menghendaki" yang mengandung perkataan "tidak" dan karena itu bersifat negatif. Manakala di antara kedua kalimat tadi yang kita pilih? Hemingway menasihatkan supaya sedapat-dapatnya kita menulis dalam bentuk kalimat positif.

Maka prinsip yang dipegang ialah:

Gunakan bahasa positif, bukan bahasa negatif.

Demikianlah secara selayang pandang diberikan tadi suatu gambaran ikhtisar atau "overview" tentang bahasa jurnalistik Indonesia.

Definisinya diberikan, sifat-sifat khasnya dicirikan, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.

Pendasarannya diunjukkan, yaitu harus berdasar bahasa baku.

Pokok-pokok aturan tata bahasa Indonesia tidak boleh diabaikannya.

Ejaan baru ditaatinya.

Dalam pertumbuhan kosa kata, dia mengikuti dan mencerminkan perkembangan masyarakat. Diambil dan diedit seperlunya dari:

Judul buku : Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi Judul artikel : Ikhtisar Bahasa Jurnalistik Indonesia

Penulis : H. Rosihan Anwar

Penerbit : Media Abadi, Yogyakarta 2005

Halaman : 15 -- 19

Stop Press

Berita PESTA: Info Aktual PESTA

(28)

alumni PESTA. Meski demikian, Anda juga dapat mengetahui pelayanan PESTA Online dengan menjadi pelanggan buletin ini. Sebab dengan berlangganan publikasi ini, Anda akan mendapatkan jadwal penyelenggaraaan kursus yang diadakan secara gratis ini, termasuk seluruh aktivitas yang terjadi di seputar pelayanan PESTA Online. Selain itu, buletin ini juga menghadirkan artikel yang dapat menjadi refleksi kehidupan masyarakat Kristen, kesaksian dari peserta kursus PESTA, dan ulasan situs atau milis pendidikan elektronik baik dari dalam maupun luar negeri. Tunggu apa lagi, segera daftarkan diri Anda di buletin Berita PESTA.

• < daftar-berita-pesta(at)sabda.org > [berlangganan]

• http://www.pesta.org/ [situs]

(29)

e-Penulis 029/Maret/2007: Menulis Cerita

Anak

Dari Redaksi

Salam sejahtera,

Nama-nama seperti Hans Christian Andersen, Grimm bersaudara, Astrid Lindgren, ataupun Erich Kastner merupakan nama-nama yang sudah dikenal dalam dunia penulisan anak. Dengan cara masing-masing, mereka telah menaklukkan dunia lewat imajinasi yang penuh kreativitas. Sepertinya mereka menulis cerita dengan begitu mudah. Padahal menulis cerita untuk anak, tidaklah semudah yang kita bayangkan, meskipun tidak juga sulit.

Pada dasarnya, cerita anak memiliki struktur dan unsur yang tidak berbeda dengan fiksi lain. Namun, tampaknya justru dalam hal tersebutlah terasa kompleksitasnya. Tiga tulisan yang kami sertakan dalam edisi kali ini kiranya dapat membuka wawasan sekaligus mendorong Anda untuk mencoba menulis cerita anak.

Mengingat saat ini kita memasuki masa Prapaskah, kami juga turut menyertakan

sebuah renungan. Kiranya dapat mempersiapkan setiap kita menjelang Jumat Agung, 6 April 2007 dan Paskah, 8 April 2007 mendatang. Selamat menyambut Paskah!

(30)

Artikel: Dasar-Dasar Penulisan Cerita Anak-Anak

Oleh: Korrie Layun Rampan

Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikatif. Di samping itu, pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak dan keberadaan jiwa dan sifat anak-anak-anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak-anak-anak yang digemari. Dengan kata lain, cerita anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan memengaruhi mereka.

Kompleksitas cerita anak-anak ditandai oleh strukturnya yang tidak berbeda dari

struktur fiksi untuk orang dewasa. Dengan demikian, organisasi cerita anak-anak harus ditopang sejumlah pilar yang menjadi landasan terbinanya sebuah bangunan cerita. Sebuah cerita akar, menjadi menarik jika semua elemen kisah dibina secara seimbang di dalam struktur yang isi-mengisi sehingga tidak ada bagian yang terasa kurang atau terasa berlebihan.

Secara sederhana sebuah cerita sebenarnya dimulai dari tema. Rancang bangun cerita yang dikehendaki pengarang harus dilandasi amanat, yaitu pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Namun, amanat ini harus dijalin secara menarik sehingga anak-anak tidak merasa membaca wejangan moral atau khotbah agama. Pembaca dihadapkan pada sebuah cerita yang menarik dan menghibur dan dari bacaan itu anak-anak (atau orang tua mereka) dapat membangun pengertian dan menarik kesimpulan tentang pesan apa yang hendak disampaikan pengarang. Umumnya, tema yang dinyatakan secara terbuka dan gamblang tidak akan menarik minat pembaca.

Pilar kedua adalah tokoh. Secara umum, tokoh dapat dibagi dua, yaitu tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis). Tokoh utama ini biasanya disertai tokoh-tokoh sampingan yang umumnya ikut serta dan menjadi bagian kesatuan cerita.

Sebagai tokoh bulat, tokoh utama ini mendapat porsi paling istimewa jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh sampingan. Kondisi fisik maupun karakternya digambarkan secara lengkap, sebagaimana manusia sehari-hari. Di samping itu, sering pula dihadirkan tokoh datar, yaitu tokoh yang ditampilkan secara satu sisi (baik atau jahat) sehingga dapat melahirkan tanggapan memuja ataupun membenci dari para pembaca.

Penokohan harus (seharusnya) memperlihatkan perkembangan karakter tokoh. Peristiwa-peristiwa yang terbina dan dilema yang muncul di dalam alur harus mampu membawa perubahan dan perkembangan pada tokoh hingga lahir identifikasi pembaca pada tokoh yang muncul sebagai hero atau sebagai antagonis yang dibenci.

(31)

ke kawasan lain karena latarnya tidak dapat dipindahkan ke kawasan lain karena

latarnya tidak menunjang tokoh dan peristiwa-peristiwa khas yang hanya terjadi di suatu latar tertentu saja. Dengan kata lain, latar menunjukkan keunikan tersendiri dalam rangkaian kisah sehingga mampu membangun tokoh-tokoh spesifik dengan sifat-sifat tertentu yang hanya ada pada kawasan tertentu itu. Dengan demikian, tampak latar memperkuat tokoh dan menghidupkan peristiwa-peristiwa yang dibina di dalam alur, menjadikan cerita spesifik dan unik.

Alur merupakan pilar keempat. Alur menuntut kemampuan utama pengarang untuk menarik minat pembaca. Dengan sederhana alur dapat dikatakan sebagai rentetan peristiwa yang terjadi di dalam cerita.

Alur dapat dibina secara lurus, di mana cerita dibangun secara kronologis. Peristiwa demi peristiwa berkaitan langsung satu sama lain hingga cerita berakhir. Alur juga dapat dibangun secara episodik, di mana cerita diikat oleh episode-episode tertentu, setiap episodenya ditemukan gawatan, klimaks, dan leraian. Khususnya pada cerita-cerita panjang, alur episodik ini dapat memberi pikatan karena keingintahuan pembaca makin dipertinggi oleh hal-hal misterius yang mungkin terjadi pada bab selanjutnya. Alur juga dapat dibangun dengan sorot balik atau alur maju (foreshadowing). Sorot balik adalah paparan informasi atau peristiwa yang terjadi di masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini, sementara "foreshadowing" merupakan wujud ancang-ancang untuk menerima peristiwa-peristiwa tertentu yang nanti terjadi.

Sebuah cerita tidak mungkin menarik tanpa peristiwa dan konflik. Peristiwa-peristiwa yang terjadi menimbulkan konflik tertentu, seperti konflik pada diri sendiri (person-against-self); konflik tokoh dengan orang lain (person-against-person); dan konflik antara tokoh dan masyarakat (person-against-society). Dengan alur yang pas karena peristiwa-peristiwa yang sinkronis dengan konflik umumnya meyakinkan pembaca anak-anak dan hal itulah yang membawa mereka senang, takut, sedih, marah, dan sebagainya. Dengan bantuan bahasa yang memikat, anak-anak merasa senang untuk terus membaca.

Pilar kelima adalah gaya. Di samping pilar-pilar lainnya, gaya menentukan keberhasilan sebuah cerita. Secara tradisional dikatakan bahwa keberhasilan sebuah cerita bukan pada apa yang dikatakan, tetapi bagaimana mengatakannya. Kalimat-kalimat yang enak dibaca; ungkapan-ungkapan yang baru dan hidup; suspense yang menyimpan kerahasiaan; pemecahan persoalan yang rumit, namun penuh tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa kemanusiaan, dan sebagainya merupakan muatan gaya yang membuat pembaca terpesona. Di samping sebagai tanda seorang

pengarang, gaya tertentu mampu menyedot perhatian pembaca untuk terus membaca. Bersama elemen lainnya seperti penggunaan sudut pandang yang tepat, pembukaan dan penutup yang memberi kesan tertentu, gaya adalah salah satu kunci yang

(32)

Judul buku : Teknik Menulis Cerita Anak

Judul artikel : Dasar-Dasar Penulisan Cerita Anak

Penulis : Korrie Layun Rampan

Penerbit : Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati, Yogyakarta 2003

(33)

Artikel 2: Berkreativitas Dengan Menulis Cerita Anak

Disusun oleh: Kristina Dwi Lestari

Perkembangan psikologi anak memunyai ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan

perkembangan balita bahkan remaja. Perbedaan tersebut menurut Fawzia Aswin Hadits dalam tulisannya yang berjudul "Psikologi Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar", perkembangan itu meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, bahkan perkembangan sosial emosionalnya. Dalam seminarnya yang bertema "Tahap Perkembangan Anak dan Mengenal Cara Belajar Anak", Dra. Tuti Gunawan menegaskan bahwa kecerdasan anak bisa ditemukan dalam bentuk kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial (ruang), kecerdasan kinetis jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasan interpribadi, dan kecerdasan lingustik seperti membaca, menulis, dan lain sebagainya.

Seorang penulis, baik karya fiksi atau nonfiksi, pada umumnya harus bertanggung jawab akan tulisannya. Pendapat, gagasan, pemikiran, dan perasaannya harus bermanfaat bagi orang lain.

Cerita anak adalah cerita yang sederhana, akan tetapi kompleks. Kesederhanaan itu terlihat dalam wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga akan lebih enak dibaca dan komunikatif. Selain untuk membantu daya imajinasi anak, cerita anak juga akan membantu daya kreativitas mereka. Penulis cerita anak harus mengalihkan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak. Keberadaan jiwa dan sifat anak-anak yang tersirat dalam sebuah cerita nantinya menjadikan cerita anak tersebut digemari. Berikut hal-hal penting yang perlu diketahui untuk membantu Anda saat akan menulis cerita anak.

Posisi Penulis Cerita Anak

Kedudukan penulis, dalam hal ini penulis cerita anak, sangatlah sentral. Hal ini

disebabkan karena penulislah yang menulis, menerbitkan, menjual, memilih, membeli, dan menyampaikan kepada anak. Anak-anak hanya disuguhi dan yang bertanggung jawab adalah penulis.

Jika Anda mempunyai ketertarikan untuk menjadi penulis cerita anak, ternyata bakat saja tidaklah cukup. Kegiatan menulis harus diawali dari kesiapan diri kita untuk

menulis. Berikut hal penting menurut Titik W.S. (2003: 26) yang harus dimiliki saat Anda menulis cerita anak, di antaranya adalah sebagai berikut.

• Bakat

• Kemauan atau niat

• Wawasan luas

• Kaya imajinasi

• Disiplin

(34)

• Persepsi

• Tangguh, tidak mudah putus asa

• Menguasai teknik menulis

• Memahami bahasa, yang berkaitan dengan kemampuan bahasa dalam

penguasaan idiom dan kosa kata

Struktur Bacaan Anak

Aspek struktur yang menentukan sebuah bangun cerita anak sesuai pemaparan Riris K.T. Sarumpaet (2003: 111-121), di antaranya adalah sebagai berikut.

Alur

Dalam cerita fiksi kita tahu bahwa bangun yang menentukan atau mendasarinya adalah alur. Alurlah yang menentukan sebuah cerita menarik atau tidak. Dan hal penting dari alur ini adalah konflik. Karena konfliklah yang menggerakkan sebuah cerita. Konflik pula yang bisa menyebabkan seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel ketika membaca sebuah cerita. Alur cerita anak biasanya dirancang secara kronologis, yang menaungi periode tertentu dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam periode tertentu. Alur lain yang digunakan adalah sorot balik. Alur sorot balik digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik ini dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan biasanya akan membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun.

Tokoh

Tokoh adalah "pemain" dari sebuah cerita. Tokoh yang digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tak akan menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak mereka gandrungi. Hal penting dalam memahami tokoh adalah penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam membantu pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam cerita-cerita.

Latar

Waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi dan tempat di mana cerita itu terjadi menunjukkan latar sebuah cerita. Misalnya dalam cerita kesejarahan, penciptaan waktu yang otentik ini sangatlah penting untuk memahami sebuah cerita.

Tema

(35)

juga, bahwa tema jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu, tema disampaikan kepada anak secara tersamar.

Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, tema harus terjahit dalam bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi.

Gaya

Bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan itulah yang disebut dengan gaya. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah cerita fiksi adalah pilihan kata. Apakah panjang atau pendek, biasa atau tidak, membosankan atau menggairahkan. Kata-kata yang digunakan haruslah tepat dengan cerita itu. Karena kita tahu bahwa pilihan kata akan menimbulkan efek tertentu.

Hal lain adalah masalah kalimat. Kalimat dalam cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan kalimat tunggal. Kita bisa menggunakan kalimat kompleks asalkan logis dan langsung mengarah kepada apa yang ingin disampaikan.

Beberapa prinsip dalam menulis cerita anak yang diuraikan di atas kiranya semakin membantu Anda dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki untuk menulis sebuah cerita anak. Sebuah cerita yang syarat pesan moral bagi anak tanpa harus menggurui mereka, dan mampu mengintregasikan elemen di atas dalam jalinan cerita yang menyenangkan. Selamat berkreativitas lewat cerita anak. Sumber Bacaan

• Gunawan, Tuti. 2007. Makalah dalam seminar "Tahap Perkembangan Anak dan

Mengenal Cara Belajar Anak".

• Hadits, Fawzia Aswin. 2003. Psikologi Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar,

dalam "Teknik Menulis Cerita Anak". Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati.

• S., Titik W. 2003. Menulis, dalam "Teknik Menulis Cerita Anak". Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati.

• Sarumpaet, Riris K. Toha. 2003. Struktur Bacaan Anak, dalam "Teknik Menulis

(36)

Renungan: Prapaskah : Sisi Indah Kematian

Bacaan: Yohanes 17:20-26

Seorang guru sekolah minggu mengajukan serangkaian pertanyaan kepada beberapa anak usia lima tahun untuk membantu mereka memahami bahwa memercayai Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga. Ia bertanya, "Jika Kakak menjual semua harta Kakak dan memberikan uang hasil penjualannya pada gereja, apakah Kakak dapat masuk surga?" "Tidak," jawab mereka. "Bagaimana jika Kakak menjaga kebersihan di dalam dan sekeliling gereja?" Seorang yang lain menjawab, "Tidak." "Jika Kakak mengasihi keluarga Kakak, berbaik hati pada hewan, dan memberi permen kepada setiap anak yang Kakak jumpai, akankah Kakak masuk surga?" "Tidak!" tegas seorang anak. Lalu sang guru sekolah minggu itu bertanya, "Bagaimana caranya agar Kakak masuk surga?" Seorang anak lelaki berseru, "Kakak harus mati dulu!"

Sang guru tak menduga akan mendapatkan jawaban demikian, tetapi anak itu benar. Alkitab menyatakan bahwa kita semua pasti meninggalkan tubuh kita yang terdiri dari daging dan darah (1 Kor. 15:50-52). Kita semua pasti mati sebelum memasuki hadirat-Nya, kecuali jika kita masih hidup saat Yesus datang kembali.

Pengkhotbah Inggris Charles Haddon Spurgeon menangkap kebenaran ini dalam khotbah bertemakan "Mengapa Mereka Meninggalkan Kita". Ia menunjukkan bahwa doa Yesus dalam Yohanes 17:24 terjawab setiap kali seorang kristiani meninggal. Ia meninggalkan tubuhnya dan memasuki hadirat Juru Selamat, tempat ia dapat

memandang kemuliaan-Nya. Sungguh menjadi penghiburan bagi orang percaya! Inilah sisi indah kematian. Apakah Anda pun meyakini hal yang sama?

KETIKA ORANG KRISTEN MENINGGAL,

SEBENARNYA MEREKA BARU MEMULAI KEHIDUPAN

Diambil dan diedit seperlunya dari: Publikasi e-Renungan Harian

Edisi : Minggu, 23 Mei 2004

Penulis : Herb Vander Lugt

(37)

Tips: Menulis Cerita Anak

Oleh: Raka Sukma Kurnia

Menulis cerita anak bisa dibilang gampang-gampang susah. Keluasan kosakata yang dimiliki orang dewasa, apalagi yang memiliki wawasan luas belum menjamin cerita yang disajikan akan mengena pada anak-anak. Juga tidak cukup hanya dengan

menghadirkan cerita-cerita fantasi dari negeri dongeng. Tidak pula hanya dengan "pada zaman dahulu kala" atau "pada suatu ketika" dan frasa-frasa sejenisnya.

Meskipun ditujukan untuk anak-anak, kita tetap perlu mengetahui beberapa aspek penting yang perlu dipersiapkan sebelum mulai menulis.

Aspek nilai moral

Aspek ini merupakan aspek yang penting dalam cerita anak. Sebuah cerita anak yang tidak disertai nilai moral apa pun akan menjadi sebuah cerita yang tidak bernilai. Oleh karena itu, kita harus menentukan nilai moral yang hendak disampaikan dalam cerita. Berkenaan dengan nilai moral, dua hal berikut ini perlu diperhitungkan.

a. Pertama-tama, tentukanlah nilai moral utama yang hendak disampaikan.

Penentuan ini perlu dilakukan sebelum kita mulai menulis cerita. Tujuannya, agar cerita yang ditulis tidak berakhir dengan tidak bernilai sama sekali. Menulis sambil mengalir memang tidak menutup kemungkinan terbangunnya nilai moral tertentu. Akan tetapi, cerita yang dihasilkan bisa tidak memiliki nilai utama. Padahal nilai utama inilah yang penting disampaikan.

b. Setelah nilai utama ditentukan, jabarkan pula nilai-nilai moral pendukung. Hal ini

tidak mutlak ditentukan sebelum penulisan; bisa saja dilakukan sembari menulis. Untuk itu, gunakan nilai moral utama itu sebagai panduan sehingga keseluruhan cerita menghadirkan nilai-nilai moral yang saling terkait satu dengan lainnya.

Anggaplah kita hendak menyajikan pesan moral "belajar itu penting". Nilai-nilai moral pendukung di seputarnya bisa saja berupa "belajar dari buku akan membuka wawasan", "koleksi buku bisa menjadi langkah membangun perpustakaan pribadi", "belajar dari alam membawa pengenalan yang lebih dekat pada alam", dan lain-lain. Penyajiannya bisa diarahkan ke arah keberhasilan (positif) atau kegagalan (negatif), tergantung penekanannya.

Aspek struktur cerita

(38)

a. Umumnya, tema tidak terlalu berbeda jauh dengan nilai moral utama cerita. Karena sebelumnya kita telah menentukan nilai tersebut, penentuan tema dapat dianggap telah kita lakukan.

b. Alur yang paling sederhana ialah alur maju. Alur seperti ini dapat digunakan

untuk menghadirkan cerita anak yang pendek. Bila berminat menulis cerita yang panjang, variasi alur dapat dilakukan sepanjang kita masih mampu menjaga konsistensi penyampaian cerita.

c. Ada baiknya merinci karakter-karakter yang akan disertakan dalam cerita, baik itu

tokoh protagonis, maupun antagonis. Pada tahap ini, kita bisa sekaligus

menentukan nama-nama tokoh tersebut. Rincian karakter tokoh akan membantu kita untuk konsisten ketika mulai menulis cerita.

d. Latar merupakan bagian yang juga menentukan dalam cerita. Untuk itu, kita perlu

memerhatikan kaitan antara latar waktu dengan tempat. Suasana menjelang malam, misalnya, bisa dilengkapi dengan nuansa yang mulai menggelap, warna langit yang memerah di ufuk barat, lampu-lampu yang mulai dinyalakan, dan nuansa-nuansa lainnya.

e. Unsur gaya berkenaan dengan bagaimana menyampaikan cerita. Termasuk di

sini urusan pilihan kata dan kalimat. Untuk kedua hal ini, sebaiknya gunakan pilihan kata yang cocok untuk anak-anak -- gunakan kata-kata konkret daripada abstrak; kalimat yang digunakan juga sebaiknya kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami. Di sini pulalah kita harus tentukan, hendak menggunakan sudut pandang mana dalam cerita yang kita tulis. Yang jelas, kita harus konsisten dalam menggunakan sudut pandang, apakah hendak memakai sudut pandang orang pertama atau ketiga.

Aspek kerangka cerita

Setelah menentukan seperti apa struktur dari cerita yang hendak ditulis, kini saatnya kita menuangkan ide-ide kita dalam kerangka karangan. Susunlah kerangka karangan sejelas-jelasnya.

Kerangka karangan yang hanya terdiri dari beberapa kata bisa menyulitkan. Meski pada dasarnya tidak mutlak, ada baiknya menyusun kerangka dengan satu atau dua kalimat sehingga ketika hendak menjabarkannya, kita tidak kebingungan.

Aspek bahasa

Karena cerita yang akan kita tulis adalah cerita anak, kita harus lebih memerhatikan penggunaan bahasa dalam cerita. Itulah sebabnya, pengetahuan luas tidak akan berguna kecuali disertai dengan kemampuan menerjemahkan kalimat menjadi bahasa yang mudah dimengerti anak-anak. Aspek ini jelas berkaitan dengan unsur kelima dari cerita, yaitu gaya.

(39)

• Setiap kali akan menggunakan kata, istilah, dan ungkapan yang khusus, hendaknya diuji dengan sebuah pertanyaan, "Apakah anak- anak mengerti dengan kata, istilah, atau ungkapan ini?"

• Hindari penggunaan kalimat yang ruwet. Kalimat yang ruwet biasanya

diakibatkan struktur yang salah atau gagasan yang dikemukakan terlalu banyak sehingga sulit ditata.

• Hindari kalimat yang terlalu panjang. Kalimat seperti itu biasanya mengandung

bagian atau anak kalimat dan keterangan yang terlalu banyak. Sebaiknya, gunakan kalimat yang hanya terdiri dari dua bagian, induk dan anak kalimat.

Aspek referensi

Aspek ini merupakan aspek penting dalam suatu penyajian cerita anak. Sebelum mulai menulis cerita, selain memikirkan keempat aspek sebelumnya, kita harus memiliki bahan-bahan pengaya cerita terlebih dahulu. Bahan-bahan pengaya ini bisa disebut sebagai bahan referensi. Bahan-bahan ini tidak hanya akan memperkaya penceritaan kita nantinya, tapi juga membantu kita dalam menghadirkan fakta-fakta umum.

Apa saja sumber-sumber referensi yang bisa kita gunakan untuk menulis cerita anak? Ada beberapa yang bisa kita manfaatkan, yaitu:

• film anak-anak;

• buku cerita anak-anak;

• buku pelajaran anak;

• buku ensiklopedia;

• alam sekitar.

Kelima aspek di atas kiranya membantu Anda dalam menyajikan sebuah cerita anak yang baik. Selamat berkarya

Stop Press

e-Binaanak: Memperlengkapi Para Pelayan Anak

Melayani Tuhan melalui anak-anak yang Dia kasihi tentu saja memerlukan

perlengkapan yang cukup. Selain melalui firman Tuhan, tentu saja sumber-sumber lain sebagai pelengkap untuk mengembangkan kemampuan dan wawasan dalam

melakukan pelayanan anak sangat diperlukan. Salah satu sumber yang dapat

(40)

informasi dari e-BinaAnak yang dikirimkan ke alamat e-mail Anda. Tertarik? Mari bergabung, yuk.

Untuk berlangganan silakan kirimkan e-mail Anda ke:

• <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Untuk melihat arsip-arsip edisi terdahulu silakan akses:

• http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/

Untuk melihat ribuan informasi lain seputar pelayanan anak silakan akses:

(41)

e-Penulis 030/April/2007: Menumbuhkan

Budaya Menulis pada Anak

Dari Redaksi

Salam Sejahtera,

Belakangan ini, pandangan bahwa menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan, termasuk oleh anak-anak, tampaknya mulai berubah. Hal ini terbukti dari adanya fenomena munculnya penulis cilik yang mewarnai pustaka kita. Bermula dari iseng menuangkan perasaan ke dalam tulisan, menulis cerita tentang sebuah perjalanan atau cerita tokoh yang menjadi imajinasinya, ternyata malah memperlihatkan bahwa mereka adalah calon penulis cilik yang berbakat.

Penggalakan budaya menulis kepada anak-anak memang sudah sepatutnya menjadi perhatian kita bersama, seiring digalakkannya kegiatan membaca. Edisi e-Penulis kali ini sengaja menyoroti hal tersebut. Kiranya membantu Anda memotivasi anak-anak di sekitar Anda untuk memaksimalkan bakat menulisnya. Jangan lewatkan pula Asah Pena yang kali ini mengulas Enid Blyton, yang memulai karier kepenulisannya ketika berusia empat belas tahun.

Dalam rangka memperingati Paskah 2007, selain menyertakan sebuah renungan Paskah, kami juga turut mengucapkan SELAMAT PASKAH 2007! Kiranya kuasa kebangkitan Kristus membangkitkan semangat kita untuk turut bersaksi melalui dunia literatur.

(42)

Artikel: Menumbuhkan Budaya Menulis Pada Anak

Dirangkum oleh: Puji Arya Yanti

Kegiatan menulis, pada dasarnya, merupakan kegiatan yang baik dilakukan oleh anak. Dengan menulis, kreativitas anak dapat ditingkatkan. Demikianlah salah satu alasan menulis yang dikemukakan Caryn Mirian-Goldberg dalam bukunya, "Daripada Bete Nulis Aja!".

Dengan menulis, seorang anak ibarat membenamkan diri dalam proses kreatif. Karena ketika ia menulis, itu berarti anak menciptakan sesuatu, yang juga berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, mengalami keraguan dan kebingungan, sampai akhirnya menemukan pemecahan. Dan ketika proses kreatif tersebut semakin dilatih, anak akan semakin mudah untuk mengalihkan keahliannya kepada bidang lain yang juga

membutuhkan solusi kreatif, seperti sekolah maupun kegiatan-kegiatan lainnya.

Dari kegiatan menulis ini pula anak dapat memperoleh manfaat, di antaranya sebagai berikut.

• Anak dapat menyatakan perasaannya tentang apa yang dialami dalam bentuk

tulisan.

• Anak dapat menyatukan pikiran ketika menuangkan ide dengan kata-kata.

• Anak dapat menunjukkan kasih kepada sesama, misalnya dengan menulis surat

ucapan terima kasih atau ulang tahun kepada orang tua, teman, atau bahkan guru.

• Anak bisa meningkatkan daya ingat dengan cara membuat dan menulis informasi

tentang sesuatu.

Referensi

Dokumen terkait

At this stage, do not show the video as pupils should learn to pick up the sounds first before associating the sounds with the letters. After that, they will learn how

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEARAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR. DATA SOP INISIATIF BAESKRIM POLRI SATRESKRIM SEMESTER 2

terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran.

Perbandingan secara kualitatif ini dapat didukung dengan menggunakan Pre- Analisis Inversi pada Gambar 6 dimana merupakan proses yang dilakukan untuk mengehtahui nilai

Kemudian juga, Abul-Fadhl al ‘Iraqi (wafat 806 H) –beliaulah yang menjuluki Ibnu Hajar dengan sebutan al Hafizh, mengagungkannya dan mempersaksikan bahwa Ibnu

(2) Fakta atau observasi yang digunakan sebagai landasan di dalam merumuskan kesimpulan dari penalaran yang dilakukna di dalam menjelaskan struktur gejala yang diteliti, adalah

2 Aceh Barat Daya 3 Aceh Besar 4 Aceh Jaya 5 Aceh Selatan 6 Aceh Singkil 7 Aceh Tamiang 8 Aceh Tengah 9 Aceh Tenggara 10 Aceh Timur 11 Aceh Utara 12 Bener Meriah 13 Bireuen 14 Gayo

[r]