• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL MANAJEMEN UMKM BERBASIS ANALISIS S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL MANAJEMEN UMKM BERBASIS ANALISIS S"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

437

MODEL MANAJEMEN UMKM BERBASIS ANALISIS SWOT

LILA BISMALA1) SUSI HANDAYANI2) 1,2,)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA Jl. Kapten Muchtar Basri No 3 Medan

Telp (061) 6624567 [email protected]

Abstrak

UMKM sebagai fundamen perekonomian bangsa, perkembangannya kurang menggembirakan karena kurang manajemen terhadap usahanya. Manajemen yang kurang baik menyebabkan UMKM tidak bisa berkembang dan meningkatkan tarafnya, kurang bisa mengelola usahanya dengan baik dan efisien. Kecenderungan UMKM dijalankan oleh keluarga, menyebabkan ketidakprofesionalan UMKM.

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah membangun model manajemen yang bisa diterapkan dengan praktis oleh UMKM untuk menunjang produktivitas, pengembangan usahanya. Secara umum manajemen usaha umkm (pemasaran, produksi, sdm dan keuangan) dapat diterapkan dengan memberikan pelatihan kepada pelaku umkm. Dalam perjalanannya umkm perlu dipantau secara intensif, untuk selalu memonitor manajemen yang dilakukannya.

Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, diperoleh strategi untuk memberikan pelatihan pada semua aspek, mengingat kurangnya pengetahuan yang dimiliki umkm. Membantu mengenalkan teknologi informasi merupakan pendekatan pemasaran berbasis teknologi informasi.

Kata Kunci : manajemen, produksi,sdm, pemasaran, keuangan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan sebagai pondasi perekonomian Indonesia, yang mempengaruhi roda perekonomian. Karena itu keberadaan UMKM harus disokong dan didukung oleh beragam program yang bertujuan mengembangkannya, baik dari pemerintah maupun sektor swasta.

UKM menghasilkan barang-barang konsumsi yang berciri permintaan bersifat in-elastis terhadap perubahan pendapatan, sehingga mampu bertahan di tengah krisis karena sebagian besar

usaha kecil mayoritas UMKM mengandalkan non banking financial dalam aspek pendanaan. Ketika perbankan mengalami krisis, UKM tidak terpengaruh (Suseno, dkk , 2005). UMKM jarang mengandalkan pembiayaan dari bank, sehingga terbebas dari kredit macet. Teknologi yang padat karya dan sumber daya lokal, maka produk yang dihasilkan bisa dijual dengan harga murah.

(2)

438 belum mampu menggunakan bantuan

yang telah disediakan atau telah menerima bantuan tetapi belum sanggup dikembangkan.

Dalam penelitian Winarni (2006) dan Situmorang (2008) muncul permasalahan yang sering dihadapi UKM, yaitu kurangnya permodalan, kesulitan dalam pemasaran, struktur organisasi sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, kualitas manajemen rendah, SDM terbatas dan kualitasnya rendah, kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, aspek legalitas lemah, dan rendahnya kualitas teknologi. Akibat dari permasalahan ini adalah lemahnya jaringan usaha, keterbatasan kemampuan penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya, margin keuntungan sangat kecil, dan lebih jauh lagi UKM tidak memiliki keunggulan kompetitif. (Arief Rahmana, dkk)

Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Sumut, tercatat 2,5 juta orang bergerak dalam usaha perdagangan dan industri kecil. Jika melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, total angkatan kerja di Sumut diperkirakan mencapai 6,5 juta orang di 2012. Beragamnya permasalahan UMKM yang telah diteliti, menunjukkan bahwa

kelemahan UMKM salah satunya adalah kemampuan manajemen yang lemah. Kemampuan manajemen seharusnya menjadi penunjang kegiatan UMKM menjadi lebih efektif dan efisien dalam menjalankan usahanya. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan perancangan model manajemen UMKM yang bisa diaplikasikan pada kondisi UMKM yang ada. Model akan dirancang berdasarkan analisis SWOT yang disusun.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membuat model manajemen yang sesuai dengan kondisi UKM sehingga bisa diaplikasikan lebih jauh untuk mengembangkan UMKM-UMKM yang ada di wilayah Sumatera Utara. Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui / mengidentifikasi kegiatan-kegiatan manajemen (produksi, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran) yang dilakukan oleh UMKM

2. Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan UMKM dan produknya

(3)

439

METODE

Desain dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (developmental research) dengan ciri penelitian dilakukan dalam waktu panjang (3 tahun) secara bertahap. UMKM yang dijadikan sampel memiliki jenis usaha sebagai berikut

1. Makanan ringan (keripik, kerupuk, dodol) sebanyak 10 usaha

2. Kerajinan rotan dan bamboo sebanyak 10 usaha

3. Konveksi dan bordir sebanyak 10 usaha

4. Sandal dan sepatu sebanyak 10 usaha 5. Songket, ulos dan batik, sebanyak 5

usaha

6. Tas, sebanyak 10 usaha Meubel, sebanyak 10 usaha

Teknik Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan :

1. Statistik deskriptif, dengan interpretasi nilai rata-rata skor

2. Menggambarkan/memetakan dan menganalisis matriks SWOT

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

UMKM yang ada di wilayah Sumatera Utara dapat dikatakan

membentuk kluster sendiri, yang biasanya terjadi karena turun temurun dilakukan oleh orang tua dan pendahulunya. Pembentukan lokasi usaha salah satunya ditentukan oleh kemudahan memperoleh bahan baku. Misalnya untuk kerajinan anyaman tikar dan bamboo, berada di wilayah Binjai-Stabat. Jenis usaha konveksi, bordir, perajin sepatu, tas dan sandal berada di wilayah Medan Denai dan sekitarnya, salah satunya karena dekat dengan sumber bahan baku.

Kategori jawaban responden yang dikelompokkan menjadi baik dapat diartikan bahwa apa yang menjadi pertanyaan sudah diaplikasikan pelaku ukm. Pernyataan yang bernilai sedang memiliki arti kadang-kadang diaplikasikan dan kadang-kadang tidak. Nilai jawaban tidak baik dapat diartikan bahwa hal yang dipertanyakan tersebut tidak diaplikasikaan dan bahkan pelaku ukm tidak mengetahui apa maksud dari pertanyaan tersebuut dan apa pentingnya hal tersebut untuk kelangsungan usahanya.

(4)

440 rendahnya keinginan untuk memperluas

wawasan. Nilai rata-rata penerapan manajemen produksi adalah sebesar 2,33 yang dapat dikatagorikan sedang. Manajemen produksi merupakan hal yang sangat penting, di mana melibatkan kapasitas produksi, persediaan, mutu, manusia dan system kerja, persoalan tata letak, serta beberapa hal terkait lainnya. Sebagai pelaku ukm, maka proses produksi produk ukm perlu dikelola sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien dan berdampak pada daya saing usaha. Karena minimnya pengetahuan, maka ukm dikelola berdasar atas apa yang diketahui pemiliknya saja, tanpa berusaha mencari pengetahuan tambahan. Namun hal ini tak dapat disalahkan sepenuhnya kepada pelaku ukm, karena seringkali mereka sulit mengakses pembinaan instansi besar yang memiliki program CSR.. Suatu keberuntungan bagi ukm yang mendapatkan pembinaan dari instansi tertentu. Terlalu rumitnya proses untuk berhubungan dengan pihak lain sebagai pendukung, baik itu dari segi dana maupun pembinaan, menyebabkan pelaku ukm menjalankan usaha seadanya. Kurangnya pemerataan dalam hal pembinaan dan pembiayaan merupakan salah satu hal yang harus dicermati oleh pemerintah maupun instansi yang memiliki program CSR.

Sama halnya dengan manajemen produksi, pada aplikasi aspek manajemen sumber daya manusia ini, pelaku ukm juga kurang konsisten dalam mengaplikasikannya. Sebagaimana karakteristiknya sebagai usaha kecil yang sederhana, maka pengelolaan tenaga kerja dilakukan secara sederhana.

Secara kebetulan bahwa pekerjaan sudah terbagi menjadi beberapa elemen kecil, yang mendorong pada spesialisasi. Sehingga pekerja sudah mengerjakan pekerjaan dengan spesialisasinya, walaupun ada beberapa pekerjaan yang tidak demikian. Adanya spesialisasi ini menyebabkan pekerja mengalami kejenuhan. Pelatihan diberikan dengan on the job training, karena akan membuat

pekerja terbiasa melakukan pekerjaannya. Walaupun ada pula yang khusus melatih pekerja sebelum bekerja, seperti misalnya pembuatan sepatu dan juga bordir, yang memerlukan keahlian yang berbeda.

(5)

441 terjadi penipuan oleh pedagang, atau

waktu pembayaran yang lama.

Keterbatasan akses pada teknologi menyebabkan mereka kurang mampu mengakses peluang yang lebih besar, misalnya yang dapat diperoleh ketika mereka mampu menguasai teknologi informasi, yaitu internet. Pelaku ukm menggunakan internet sebatas untuk mencari masukan untuk inovasi yang bisa mereka lakukan. Secara otomatis mereka membuat segmentasinya. Misalnya untuk usaha songket, mereka membagi segmen untuk kalangan menengah ke atas dengan harga yang cukup mahal dan bahan baku yang pasti lebih berkualitas, dan kalangan menengah ke bawah dengan harga yang lebih murah dan bahan baku yang lebih rendah kualitasnya dan proses yang dilakukan oleh mesin.

Untuk usaha sandal dan sepatu bergantung pada modal yang dimiliki. Untuk pemodal besar, mereka mampu menyediakan produk dengan bahan baku yang bagus dan memiliki segmen menengah ke atas, dengan harga relatif lebih mahal. Sedangkan pemodal kecil memfokuskan pada kalangan menengah ke bawah dengan bahan baku imitasi, harga relatif lebuh murah.

Secara umum pelaku ukm melakukan pemasaran dengan cukup baik, artinya bahwa banyak ukm yang memasarkan

produknya sampai keluar daerah, sehingga cukup dikenal oleh masyarakat di daerah lain. Hanya saja yang menjadi persoalan adalah bahwa ukm tidak membuat merk sendiri, dan membuat merk yang mendompleng merk ternama. Seperti produk busana (konveksi) yang tidak memiliki cirri khas. Hal ini dikarenakan sudah ada permintaan dari agen yang menyalurkan produknya. Artinya bahwa pelaku ukm belum berani mengambil resiko bersaing dengan memilliki nama sendiri. Hal ini dijumpai pada banyak produk, bahkan di seluruh Indonesia, yang kurang menghargai merk dalam negeri dan cenderung melakukan pemalsuan merk.

Banyak pelaku ukm yang tidak melakukan pembukuan, bahkan yang paling sederhana, dengan alasan terlalu rumit dan memerlukan kedisiplinan. Dalam dunia perbankan, adanya manajemen keuangan yang baik merupakan salah satu syarat untuk melakukan peminjaman. Peminjaman yang diberikan akan memberikan peluang usaha yang lebih besar karena dapat meningkatkan modal.

(6)

442 samping itu tidak banyak pihak

perbankan yang melakukan penelusuran jumlah pelaku ukm yang ada di wilayah Sumatera Utara untuk memberikan pendampingan. Hal ini sangat disayangkan mengingat ukm merupakan salah satu pondasi perekonomian, yang perlu ditunjang dan diperkuat pertumbuhannya.

Strategi manajemen produksi berdasar analisis SWOT :

Strategi S-O :

1. Memanfaatkan pembinaan/ pelatihan untuk mempelajari inovasi di wilayah lain

Strategi W-O :

1. Keberanian berinovasi (menjadi berbeda) dan meningkatkan mutu dengan memperhatikan kualitas bahan baku

2. Memperhatikan/ memenuhi keinginan konsumen

Strategi S-T :

1. Membentuk koperasi dan memikirkan penyaluran yang efisien

2. Membentuk proteksi produk lokal Strategi W-T:

Mempertahankan cirri khas kedaerahan Strategi manajemen pemasaran berdasarkan analisis SWOT adalah: Strategi S-O:

1. Memberikan inovasi produk yang memperkuat posisi

2. Membentuk citra merk sendiri tanpa mendompleng merk lain

Strategi W-O:

1. Memperkenalkan keluar daerah dengan teknologi informasi

2. Memperpanjang daur hidup produk dengan melakukan diferensiasi

Strategi S-T:

Memperkuat/ menonjolkan cirri khas kedaerahan

Strategi W-T:

1. Membuat kemasan yang inovatif dengan merk khas

2. Memperkenalkan wilayah usaha dengan kluster produk

Strategi manajemen sumber daya manusia berdasarkan analisis SWOT: Strategi S-O:

Memberikan pelatihan kepada sdm untuk mengembangkan kemampuan

Strategi W-O:

1. Melakukan sistem kompensasi yang memotivasi, misalnya dengan persentase

2. Melakukan perluasan pekerjaan Strategi S-T:

Memberikan pemahaman bahwa ukm merupakan sektor yang menjanjikan jika dikelola dengan baik

Strategi W-T:

(7)

443 Strategi manajemen keuangan

berdasarkan analisis SWOT adalah: Strategi S-O:

Memberikan akses pada perusahaan yang memiliki program CSR

Strategi W-O:

1. Memberikan pelatihan pengelolaan keuangan sederhana

2. Memantau hasil pelatihan Strategi S-T:

Memberikan pemodalan dengan bunga rendah

Strategi W-T:

Mencari sumber energi alternatif untuk mengatasi meningkatnya harga bbm

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, peneliti merancang model manajemen umkm yang akan dapat diaplikasikan oleh pelaku umkm. Model tersebut mengadopsi konsep manajemen yang terdiri dari manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan.

(8)

444

Gambar 1. Model Manajemen UMKM

Manajemen Produksi

- Desain produk dan kualitas - Kapasitas produksi

- Proses produksi dan tata letak

- Persediaan

- Manusia dan system kerja

Manajemen Keuangan - Neraca rugi laba

- Harga Pokok Produksi

- Modal kerja

- Manajemen kas

- Manajemen Persediaan

Manajemen Pemasaran

- Segmentasi pasar dan sasaran pasar

- Bauran pemasaran

- Perilaku konsumen

- Merk dan kualitas

- Survey pasar

Manajemen Sumber Daya Manusia

- Perencanaan sdm

- Analisis pekerjaan - Orientasi

- Pelatihan dan pengembangan

- Kompensasi

- Penilaian kinerja

Analisis Faktor Internal UMKM :

- Kekuatan

- Kelemahan

Analisis Faktor Eksternal UMKM :

- Peluang

- Tantangan

MENGEMBANGKAN PENGUKURAN KINERJA UMKM

- Omset usaha

- Kepuasan konsumen

- Kepuasan kerja - Distribusi produk

- Efisiensi dan efektivitas produksi

PENGUKURAN KINERJA

FEED BACK

(9)

445 Manajemen sumber daya manusia

merupakan fungsi perusahaan yang penting untuk memastikan bahwa sumber daya manusia (sdm) adalah manusia yang kompeten di bidangnya. Walaupun ukm merupakan perusahaan skala menengah dan kecil, namun perkembangannya juga sangat tergantung pada kompetensi sdm yang dimilikinya. Beberapa hal yang perlu dicermati sehubungan dengan msdm perusahaan adalah perencanaan sdm, analisis pekerjaan, orientasi, pelatihan dan pengembangan, kompensasi, penilaian kinerja. Perlakuan terhadap sdm pada ukm tidak akan sama dengan sdm pada perusahaan besar. Pada skala ukm, kecil kemungkinan dapat memberlakukan kompensasi sesuai besaran UMR, karena omset yang diperoleh nilainya fluktuatif. Karena itu ukm perlu merumuskan bagaimana kompensasi yang mampu meningkatkan motivasi kerja sdmnya.

Manajemen pemasaran merupakan aspek penting untuk memastikan produk sampai ke tangan konsumen, dan ada kesinambungan dalam penjualannya. Pemasaran modern telah berubah ke sistem berbasis teknologi informasi, sehingga pelaku ukm perlu untuk mengetahui pemasaran pada dunia maya. UKM perlu lebih mengenal teknologi informasi yang dapat diberdayakan untuk

memperkenalkan ke pasar yang lebih luas.

Manajemen produksi memainkan peranan penting, di mana pelaku ukm perlu memastikan keberlangsungan produksinya. Efektifitas dan efisiensi produksi berpengaruh terhadap keberadaan sumber daya manusia, dan juga penentuan harga jual produk. Pelaku ukm perlu memastikan bahwa ia mengantarkan produk yang berkualitas pada konsumen.

Manajemen keuangan akan membantu pelaku ukm mengukur peningkatan kinerja usahanya. Pencatatan yang sistematis dan terstruktur memudahkan pelaku ukm melihat di mana permasalahan yang terjadi dan mencari solusi pemecahannya.

Kriteria pengukuran kinerja ukm perlu dikembangkan sehingga ada pedoman untuk mengukur kinerjanya. Perlu memasukkan unsur konsumen, untuk mengetahui kualitas produk dari perspektif konsumen.

(10)

446 mendapatkan umpan balik bagi perbaikan

model di kemudian hari.

UKM perlu memiliki kepekaan yang lebih besar akan potensi produk yang dihasilkannya. Hal ini tentunya akan meningkatkan daya saing produknya tersebut. Keuntungan bagi produk yang mencerminkan ciri khas kedaerahan, menjadi satu nilai tambah tersendiri bagi ukm tersebut.

Dalam perjalanannya, ukm perlu melakukan analisis SWOT terhadap usahanya, sehingga nanti dapat diketahui apa saja permasalahan yang dialaminya. Hal ini dapat pula dijadikan patokan dijadikan pedoman bagi pengelolaan usaha umkm

2. Model manajemen mengadopsi fungsi perusahaan, manajemen produksi, manajemen sdm, manajemen pemasaran dan manajemen keuangan.

3. Unsur pengukuran kinerja dikembangkan sebagai kriteria evaluasi kinerja ukm.

Saran

1. Perlunya sosialisasi dan konsolidasi dari berbagai instansi yang terkait, baik pemerintah maupun swasta

DAFTAR PUSTAKA

Arief Rahmana , Yani I , Rienna O, 2012, Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Sektor Industri

Pengolahan, Jurnal Teknik

Industri, Vol. 13, No. 1, Februari 2012: 14–21

Rangkuti, Freddy, 2004, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta

Suharto, Edi, 2006. Membangun

Masyarakat Memberdayakan

Rakyat: Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan

Sosial dan Pekerjaan Sosial (edisi ke-2), Bandung: Refika Aditama SUNDAY, 29 JUNE 2008 WASPADA

ONLINE

Tambunan, Mangara, Ubaidillah, 2002, Memposisikan Usaha Kecil Menengah Dalam Persaingan Pasar Global, Membangun kekuatan Usaha Menengah sebagai Work Horse.

Anonym, 2006. Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM Di Propinsi Sumatera Utara, Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM NOMOR 1 TAHUN I – 2006 Tambunan, T., 2002. Usaha Kecil dan

Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting, Salemba, Jakarta Chris Manning, Tadjuddin Noer Effendi,

Penyunting, (2010), Urbanisasi,

Pengangguran dan Sektor

Informal di Kota, Pada Simposium

Nasional 2010: Menuju

Gambar

Gambar 1. Model Manajemen UMKM

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan SDM dengan melakukan pelatihan dan pendampingan pemasaran produk bagi pelaku UMKM di Kecamatan Patuk menggunakan sosial

Model sistem manajemen keuangan terencana dan untuk start-up bisnis UMKM yang meliputi pengelolaan keuangan diharapkan mampu melakukan pengelolaan data penjurnalan, pengelolaan

Indikator : Jumlah kegiatan pelatihan administrasi keuangan Calon koperasi sehat Indikator : Jumlah pelaku Usaha Mikro yang mengikuti sosialisasi kebijakan UMKM dan

Artikel ini ditujukan memenuhi persyaratan mata kuliah Manajemen Pemasaran Lanjutan Kolaborasi Pemerintah dan Pelaku Usaha mikro kecil dan menengah UMKM untuk mendorong UMKM menuju

Terutama untuk aspek pengelolaan atau manajemen keuangan, diharapkan pelatihan ini memang dapat membuka wawasan dan menggerakkan ibu-ibu pelaku UMKM di Desa Lembak dalam melakukan

T-Statistics dan P-Values Hipotesis Pengaruh T-Statistics P-Values Hasil H1 Literasi Keuangan => Kinerja Keuangan UMKM Pendapatan => Kinerja Keuangan UMKM Manajemen

eISSN : 2828-5646 DOI : 10.29407/dimastara.v1i2.18067 1 Pemberdayaan Masyarakat Pelaku Umkm Melalui Pelatihan Penyusunan Proposal Usaha Dan Analisis Laporan Keuangan Di Kabupaten

Oleh sebab itu pengabdi pada kesempatan ini akan melakukan pelatihan mengenai manajemen keuangan bagi para pelaku UMKM yang ada di BUMDes Amarta agar mereka dapat membuat laporan