• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD CASH FLOW A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD CASH FLOW A"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS

PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD

CASH FLOW AND PROFITABILITY

MEASURE ANALYSIS

KELOMPOK 9

AGA ADIGUNA ZACHMAN

0134141061

CALVIN LIM

0134141055

CHYNTIA OCTAVIA DHARMA

0134141012

Akuntansi 5A

(2)

1

DAFTAR ISI

BAB I ... 2

PENDAHULUAN ... 2

Operating Asset dan Financing Asset: ... 2

Operating Liabilities: ... 2

Net Operating Aset (NOA):... 3

Net Financing ... 4

Net Operating Profit After Tax... 4

BAB II ... 5

ANALISA ARUS KAS ... 5

Aktivitas Operasi ... 5

Aktivitas Investasi ... 8

Aktivitas Pendanaan ... 9

ANALISA RASIO ARUS KAS ... 10

BAB III ... 15

ANALISA PROFITABILITAS ... 15

Return On Net Operating Asset ... 15

Return On Capital Equity ... 16

BAB IV ... 16

KESIMPULAN ... 16

LAMPIRAN ... 17

(3)

2

BAB I

PENDAHULUAN

Operating Asset dan Financing Asset:

Dengan menggunakan common size analysis pada sisi liabilitas PT Tiga Pilar Sejahtera, dapat dilihat bahwa secara umum, terdapat komposisi yang cukup merata antara operating asset dan financing asset dimana masing-masing memiliki komposisi rata-rata sebesar 48.04% dan 51.96%. Komponen yang memberikan kontribusi yang cukup besar di sisi operating asset adalah akun piutang usaha sebesar 17.05%, persediaan sebesar 16.83% dan kas dan setara kas sebesar 9.31%. Selain itu dari sisi financing asset, komponen yang memiliki komposisi yang cukup besar adalah komponen aset tetap sebesar 26.92% dan perkebunan sebesar 12.84%.

Selain menggunakan common size analysis, dengan menggunakan comparative

analysis, dapat dilihat pada sisi operating asset selama tahun 2011 hingga 2015,

jumlah kas dan setara kas yang dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera cukup fluktuatif. Hal ini terlihat dari perbedaan yang sangat signifikan pada kas dan setara kas dari PT Tiga Pilar Food Sejahtera pada tahun 2012 dan 2015 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain kas dan setara kas, dari sisi

operating asset, jumlah piutang dari PT Tiga Pilar Sejahtera juga mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2011 sebesar 196.4% dikarenakan terjadinya peningkatan pada penjualan yang juga mengakibatkan peningkatan pula pada kas dan piutang usaha PT Tiga Pilar Sejahtera.

Dari sisi financing asset, tidak ada peningkatan yang terlalu signifikan yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera. Jumlah aset tetap dari PT Tiga Pilar Sejahtera selama 5 tahun terakhir terus meningkat secara stabil karena PT Tiga Pilar Sejahtera terus melakukan ekspansi usaha melalui kegiatan akuisisi. Hal serupa juga terjadi pada aset perkebunan PT Tiga Pilar Sejahtera yang mengalami peningkatan yang cukup besar di tahun 2014 dan 2015 dengan masing-masing sebesar 45.25% dan 52.36% yang disebabkan karena usaha ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan.

Operating Liabilities:

(4)

3 suatu aset kepada pihak lain yang didasarkan harga dan periode yang telah disepakati tanpa diikuti perpindahan kepemilikan aset tersebut.

Dengan menggunakan common size analysis pada sisi liabilitas PT Tiga Pilar Sejahtera, dapat dilihat bahwa pada rata-rata pada tahun 2010 hingga 2015, komposisi antara operating liabilities dan financing liabilities adalah sebesar masing 14.11% dan 85.89%. Dalam hal ini, financing liabilities memiliki porsi yang cukup besar. Hal tersebut disebabkan karena PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki porsi hutang yang cukup besar seperti hutang jangka pendek sebesar 29.88% dan hutang jangka panjang sebesar 38.68%. Dari sisi operating liabilities, porsi akun liabilitas terbesar terdapat pada akun utang pajak sebesar 6.28% dan utang dagang sebesar 4.34%

Selain menggunakan common size analysis, dengan menggunakan comparative

analysis, dapat dilihat pada tahun 2011-2012, terjadi peningkatan yang cukup

signifikan pada operating liability, yaitu sebesar 109.55%. Peningkatan tersebut disebabkan karena adanya peningkatan yang cukup signifikan pada akun-akun yang ada pada operating liability seperti utang dagang pihak berelasi sebesar 150.41%, utang dagang yang mengalami peningkatan sebesar 185.59%, dan pajak tangguhan sebesar 1008.10%.

Dari sisi financing liability, terlihat bahwa pada sejak tahun 2011 hingga 2014, peningkatan pada jumlah utang bank jangka pendek dari PT Tiga Pilar Sejahtera cenderung mengalami penurunan, namun pada tahun 2015, peningkatan dari jumlah utang bank jangka pendek tersebut hampir dua kali lipat dengan presentase peningkatan hingga sebesar 117.03%. Selain pada utang jangka pendek, dapat terlihat juga bahwa selama lima tahun terakhir, jumlah utang jangka panjang dari PT Tiga Pilar Sejahtera cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013, jumlah utang jangka panjang dari PT Tiga Pilar Sejahtera sempat mengalami penurunan sebesar 48.34%, namun pada tahun 2014, jumlah utang tersebut meningkat secara signifikan sebesar 220.31%. Penyebab peningkatan drastis tersebut adalah pada tahun 2014 TPS memperoleh fasilitas pinjaman sindikasi dengan RHB Bank Berhand sebesar 922 juta yang tidak dilakukan pada tahun 2013.

Net Operating Aset (NOA):

Dengan menggunakan comparative analysis (lampiran 1) dapat dilihat bahwa selama beberapa tahun terakhir, net operating asset dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki tren yang terus meningkat, kecuali pada tahun 2012. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, total net operating asset perusahaan mengalami penurunan sebesar 20.06% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan dari net

operating asset ini sebelumnya disebabkan karena operating asset perusahaan

yang pada tahun tersebut juga mengalami penurunan sebesar 10.52% yang mempengaruhi penurunan net operating asset.

(5)

4 beberapa tahun terakhir seperti pada tahun 2011 yang mengalami peningkatan hingga 185.5%, tahun 2013 sebesar 54.19% dan tahun 2014 sebesar 67.78%. Seperti halnya pada tahun 2012, peningkatan pada net operating asset perusahaan sebagian besar dipengaruhi oleh peningkatan pada operating asset perusahaan, karena sisi operating liabilities cenderung memiliki pertumbuhan yang cukup stabil dan memiliki nilai yang kecil sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan net operating asset.

Net Financing

Dengan menggunakan comparative analysis (lampiran 2) dapat dilihat bahwa selama beberapa tahun terakhir, net financing dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki tren yang terus meningkat, kecuali pada tahun 2012. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, total net financing perusahaan mengalami penurunan tipis sebesar 7.25% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan dari net financing ini disebabkan karena financing asset perusahaan pada tahun tersebut mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan dengan financing liabilities dan equity

sehingga menyebabkan net financing perusahaan secara keseluruhan mengalami penurunan.

Selain tahun 2012, net financing perusahaan cenderung peningkatan yang cukup stabil seperti pada tahun 2012 sebesar 54% dan 2013 sebesar 67%. Peningkatan

net financing yang cukup stabil ini dipengaruhi oleh pertumbuhan yang cukup

stabil pula pada akun financing liabilities, financing asset, dan equity.

Net Operating Profit After Tax

Dengan menggunakan comparative analysis dapat dilihat bahwa sejak tahun 2010 hingga 2016, net operating profit after tax dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki tren yang terus meningkat secara stabil, kecuali pada tahun 2011. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2011, net operating profit after tax dari PT Tiga Pilar Sejahtera mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 129.76% dari tahun sebelumnya. Baru pada tahun-tahun berikutnya, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki peningkatan pada net operating profit after tax yang cukup stabil, yaitu peningkatan yang berkisar antara 14% hingga 51%. Peningkatan secara terus menerus dan stabil dari net operating profit after tax perusahaan ini menandakan bahwa perusahaan memiliki efisiensi operasional yang baik.

Poin - poin tersebut merupakan basis untuk analisa mendalam terhadap laporan arus kas perusahaan Tiga Pilar Sejahtera

Hal material pada operating asset dan financing asset adalah komposisi financing

asset yang lebih besar serta didominasi dengan aset tetap yang tentunya

(6)

5 perusahaan pun tidak akan tinggi karena mereka masih fokus terhadap investasi Asset setiap tahunnya dan memiliki ekspektasi tinggi untuk jangka panjang.

Dalam konteks liabilities, financing liabilites yang dimiliki PT Tiga Pilar Sejahtera sangat mendominasi dengan mencapai lebih dari 80 % dalam hal komposisi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan benar-benar mengandalkan pendanaan dari liabilitiesnya demi mendanai aset tetap yang ada agar tetap trus bisa melakukan ekspansi, dan ini akan menjadi faktor penting dalam menganalisa arus kas aktivitas pendanaan yang akan memberikan kita gambaran dari tujuan perusahaan TPS melakukan pinjaman kepada bank setiap tahunnya. Sehingga akan memberikan dasar yang baik dalam memberikan asumsi saat melakukan analisa aktivitas pendanaan. Secara profitabilitas hal ini menunjukkan bahwa secara operasional memang perusahaan tidak akan berkembang growth profitnya tanpa adanya ekspansi aset tetap, hal itulah yang menjadi ekspektasi dari PT Tiga Pilar Sejahtera

Secara material, pengaruh dari NOA tidak terlalu signifikan karena pergerakan nya cukup stabil dalam 5 tahun terakhir, dan NOA ini juga merepresentasikan pergerakan pada operating cash flow, sehingga bisa menjadi dasar dalam melakukan analisa pada arus kas aktivitas operasi. Secara profitabilitas NOA juga menunjukkan profitabilitas suatu perusahaan dalam menjalankan operasional usaha nya. Sama halnya dengan NOA, tidak ada pengaruh material yang besar pada keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera, karena pergerakannya yang stabil. NOPAT sendiri merupakan salah satu basis yang relevan dalam menganalisa free

cash flow perusahaan, karena NOPAT menunjukkan keuntungan bersih yang

sudah dikurangi dengan pajak, itu berarti nilai uang yang bisa digunakan untuk keperluan lain seperti membayar utang atau menjadi modal tambahan suatu perusahaan, dan perkembangan NOPAT juga menunjukkan profitabilitas perusahaan secara riil

BAB II

ANALISA ARUS KAS

Aktivitas Operasi

Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, sumber arus kas dari aktivitas operasi dapat diperoleh dari beberapa sumber, seperti penerimaan dari pelanggan, penerimaan penghasilan bunga dan penerimaan pajak. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, sumber arus kas dari aktivitas operasi selama lima tahun terakhir umumnya didominasi oleh penerimaan dari pelanggan, dimana penerimaan dari pelanggan ini juga mendominasi arus kas masuk perusahaan secara keseluruhan.

(7)

6

pelunasan piutang usaha. Dengan menggunakan analisis secara common size, dapat terlihat bahwa selama tahun 2010 hingga 2015, arus kas masuk dari pelanggan berada pada kisaran 50-80% dari arus kas masuk secara keseluruhan, hanya saja ditahun 2010, arus kas masuk sektor ini hanya mampu berkontribusi 30% untuk arus kas masuk secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan di tahun tersebut ada arus kas masuk yang cukup besar dari pinjaman bank sehingga mengurangi nilai common size dari sisi penerimaan PT Tiga Pilar Sejahtera dari pelanggan.

Dengan melakukan pembagian secara proporsi pada arus kas masuk operasi PT Tiga Pilar Sejahtera, dapat terlihat bahwa hampir seluruh arus kas masuk dari kegiatan operasi PT Tiga Pilar Sejahtera berasal dari penerimaan dari pelanggan, yaitu sebesar 99.76%, dengan penghasilan bunga hanya memberikan kontribusi sebesar 0.23% dan penerimaan pajak hanya sebesar 0.01% dari seluruh arus kas masuk dari kegiatan operasi.

Sejak tahun 2010 hingga 2015, arus kas masuk yang berasal dari penerimaan dari pelanggan memiliki tren yang terus meningkat. Hal ini tentunya membawa dampak yang positif dari perusahaan. Namun, sayangnya tidak setiap tahun PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki arus kas operasi yang positif (arus kas operasi positif ditandai dengan arus kas masuk operasi lebih besar dari arus kas keluar operasi). Secara common size, presentase dari arus kas ini juga tidak stabil akibat dari adanya kontribusi lain seperti pinjaman uang bank pada arus kas dari aktivitas pendanaan.

Berdasarkan analisa secara common size dan proporsi, dapat dilihat bahwa arus kas masuk dari pelanggan diharapkan dapat menjadi perhatian utama yang harus dijaga oleh PT Tiga Pilar Sejahtera. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi perusahaan yang tepat untuk tetap menjaga likuiditas dari arus kas agar tetap berada dalam tren yang positif dan terus meningkat setiap tahunnya, karena penerimaan dari pelanggan adalah sumber penerimaan utama dari kegiatan operasional perusahaan, sehingga perusahaan bisa lebih mengurangi ketergantungan terhadap dana dari pinjaman luar dan sebagainya.

Dari sisi penggunaan arus kas pada aktivitas operasi PT Tiga Pilar Sejahtera, penggunaan arus kas dialoasikan untuk beberapa hal, yaitu untuk pembayaran kepada supplier dan pihak ketiga, penbayaran kepada karyawan, pembayaran pajak penghasilan, dan pembayaran atas bunga dan beban keuangan. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, penggunaan arus kas dari aktivitas operasi selama lima tahun terakhir umumnya didominasi oleh pembayaran kepada supplier dan pihak ketiga lainnya, dimana pembayaran kepada supplier ini juga mendominasi arus kas keluar perusahaan secara keseluruhan.

(8)

7

secara common size, dapat terlihat bahwa selama tahun 2010 hingga 2015, arus kas keluar berupa pembayaran kepada supplier dan pihak ketiga lainnya berada pada kisaran 30-70% dari arus kas keluar secara keseluruhan.

Selain itu, jika melakukan pembagian secara proporsi khusus pada arus kas keluar operasi PT Tiga Pilar Sejahtera, dapat dilihat bahwa rata-rata sejak tahun 2010 hingga 2015, sebagian besar arus kas keluar dari kegiatan operasi PT Tiga Pilar Sejahtera digunakan untuk pembayaran kepada supplier dan pihak ketiga lainnya, yaitu sebesar 90.79%, dilanjutkan dengan pembayaran kepada karyawan sebesar 5.66%, pembayaran atas bunga dan beban keuangan sebesar 2.60%, dan terakhir pembayaran atas pajak penghasilan sebesar 0.96%.

Selama beberapa tahun terakhir, penggunaan arus kas aktivitas operasi dari PT Tiga Pilar Sejahtera dapat dikatakan masih kurang stabil. Hal tersebut terlihat bahwa pada tahun 2010, arus kas bersih dari aktivitas operasi PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki arus kas yang negatif. Selain itu pada tahun 2011 hingga 2015, arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi juga cenderung fluktuatif meskipun memiliki arus kas yang positif.

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat tipis antara jumlah arus kas masuk utama PT Tiga Pilar Sejahtera, yaitu penerimaan dari pelanggan dengan arus kas keluar utama berupa pembayaran kepada supplier dan pihak ketiga lainnya. Selisih yang sangat tipis ini antara lain disebabkan karena lambatnya accounts receivable turnover dari PT Tiga Pilar Sejahtera jika dibandingkan dengan accounts payable turnover. Karena selisih yang sangat tipis ini, perusahaan diharapkan memberikan perhatian khusus dengan mempercepat

accounts receivable turnover atau dengan memperlambat accounts payable turnover sehingga arus kas dari aktivitas operasi dapat lebih likuid dan dapat terus konsisten menghasilkan arus kas masuk yang positif bagi perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera.

Arus kas aktivitas Operasi dari perusahaan Tiga Pilar Sejahtera, bisa dibilang dapat merepresentasikan tren dari Net Income serta Operating Income (Karena TPS sedikit memiliki non operating Income). Namun dengan adanya ketidakseimbangan antara AR Turnover dengan AP Turnover maka dapat menyebabkan keterkaitan antara arus kas aktivitas Operasi dengan Net Income menjadi kurang relevan. Selain ketidak seimbangan pada AR Turnover dan AP Turnover, faktor lain yang memberikan perbedaan tren antara Net income dan Operating Cash Flow adalah biaya non cash seperti Amortisasi maupun depresiasi yang berlebihan. namun hal ini tidak mempengaruhi keterkaitan yang ada pada perusahan TPS karena nilai depresiasi dan amortisasinya masih dalam kondisi yang proporsional jika dibandingkan dengan laba perusahaan mereka.

(9)

8 sebaliknya. Sehingga pergerakan Working Capital bisa memberkan dampak pada Arus kas aktivitas operasi.

Aktivitas Investasi

Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, sumber arus kas dari aktivitas investasi dapat diperoleh dari beberapa sumber, seperti laba penjualan aset tetap, pengembalian dari uang muka aset tetap dan pencairan investasi jangka pendek. Namun, diantara semua sumber arus kas yang ada di aktivitas investasi PT Tiga Pilar Sejahtera selama 5 tahun terakhir, dapat dilihat bahwa tidak ada satupun aktivitas yang secara konsisten memberikan arus kas positif bagi perusahaan. Selain itu, jumlah arus kas masuk pada aktivitas ini juga cukup kecil. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya, kegiatan-kegiatan merupakan sumber arus kas masuk pada aktivitas ini pada dasarnya bukan pendapatan utama dari PT Tiga Pilar Sejahtera. Dengan melakukan pembagian secara proporsi pada arus kas masuk dari kegiatan investasi PT Tiga Pilar Sejahtera, dapat terlihat bahwa sejak tahun 2010 hingga 2015, komposisi terbesar berasal dari pencairan investasi jangka pendek dengan proporsi sebesar 51.94% dan laba penjualan aset tetap sebesar 23.46%. Dari data yang disajikan, sejak tahun 2010 hingga 2015, kegiatan yang mampu memberikan arus kas masuk paling konsisten setiap tahunnya adalah kegiatan penjualan aset. Oleh karena itu, kegiatan penjualan aset ini perlu mendapat perhatian khusus dengan strategi yang tepat sehingga perusahaan dapat secara konsisten mendapatkan laba atas penjualan aset perusahaan yang tidak terpakai.

Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, penggunaan arus kas dari aktivitas investasi adalah salah satu poin utama yang menjadi tolok ukur keberhasilan bagi perusahaan dalam pengembangan bisnisnya. Sama seperti perusahaan-perusahaan lain pada umumnya dalam industri consumer goods, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki kecenderungan untuk melakukan kegiatan akuisisi aset untuk mengembangkan usaha mereka. Proses akuisisi terhadap aset itu secara langsung mempengaruhi arus kas dari aktivitas investasi perusahaan.

Jika melihat arus kas keluar dari aktivitas investasi perusahaan selama beberapa tahun terakhir, PT Tiga Pilar Sejahtera dapat dikatakan memiliki tingkat arus kas keluar yang cukup stabil. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan terjadi secara terus-menerus setiap tahunnya. Tingkat arus kas keluar dari kegiatan investasi dari PT Tiga Pilar Sejahtera yang cenderung stabil juga menunjukkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki strategi untuk terus berinvestasi pada aset tetap operasional mereka dan memberikan gambaran bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki peluang untuk terus berkembang dan bertumbuh dari sisi aset.

(10)

9

tersebut. Jika dilihat dari arus kas aktivitas investasi PT Tiga Pilar Sejahtera, hampir semua arus kas keluar yang ada pada aktivitas investasi merupakan capital expenditure yang dikeluarkan oleh PT Tiga Pilar Sejahtera. Hal tersebut dikarenakan hampir semua arus kas keluar aktivitas investasi digunakan untuk mengakuisisi aset tetap seperti tanah, pabrik, perlengkapan, dan juga perkebunan. Hal ini menunjukkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memang memiliki target pengembangan usaha secara terus menerus melalui kegiatan akuisisi. Namun, ada hal lain yang sangat disayangkan, pada dasarnya PT Tiga Pilar Sejahtera tidak memiliki sumber arus kas yang cukup dari hasil aktivitas operasi. Agar dapat memenuhi dana yang dibutuhkan untuk capital expenditure, PT Tiga Pilar Sejahtera seringkali pada akhirnya mengalami kekurangan free cash flow,

sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, perusahaan harus melakukan peminjaman uang dari bank dan pihak lainnya setiap tahunnya.

Aktivitas Pendanaan

Arus kas masuk yang memberikan proporsi paling besar di arus kas masuk PT TPS adalah arus kas dari penerimaan pelanggan. Selain itu tidak ada lagi sektor yang bisa memberikan kontribusi besar untuk arus kas masuk kecuali pinjaman dari bank, yaitu arus kas masuk dari aktivitas pendanaan.

Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan yang hampir semuanya dari pinjaman dari bank ini adalah salah satu sektor yang penting, yang membuat kegiatan dalam perusahaan terus berlangsung, karena tanpa pinjaman dari bank akan sangat sulit bagi TPS untuk mengembangkan perusahaannya. Tanpa pinjaman dari bank, arus kas secara keseluruhan itu akan negatif, dan itu akan menghambat perusahaan. Pada dasarnya pinjaman dari bank ini bisa membantu perusahaan untuk melakukan ekspansi dengan memanfaatkan arus kas masuk pendanaan untuk Capital expenditure, hal itulah yang dilakukan Capital Expenditure, meskipun Cash flow secara overall negatif, itu belum tentu buruk bagi mereka selama masih bisa beroperasi dan bisa melakukan investasi berharap future cash flow lebih baik. Selama 5 tahun ini, strategi itulah yang dilakukan oleh PT Tiga Pilar Sejahtera dengan mencoba bertahan melalui pinjaman dari bank dan terus mengembangkan usahanya.

(11)

10

Arus kas keluar pada aktivitas pendanaan PT Tiga Pilar Sejahtera, secara garis besar terbagi untuk dua tujuan. Yang pertama adalah untuk melakukan pembayaran-pembayaran utang jangka panjang yang dimiliki PT TPS. Utang-utang tersebut antara lain Utang-utang bank, Utang-utang untuk sewa pembiayaan maupun pembayaran bunga kredit investasi.

Selain untuk pembayaran Utang jangka panjang, arus kas keluar Aktivitas pendanaan juga digunakan untuk membayar dividen tunai terhadap pemilik saham dari PT TPS.

Manajemen dalam pengeluaran arus kas aktivitas pendanaan PT TPS secara keseluruhan baik, karena bisa membuat arus pada aktivitas pendanaan ini terus positif kecuali ditahun 2012. Tidak angka yang terlalu signifikan pada arus kas keluar untuk pendanaan ini, karena rata-rata secara common size hanya memiliki presentase di kisaran 1% kecuali pembayaran ke bank yang bisa mencapai 20 - 30% Hal penting yang harus menjadi perhatian adalah mengatur agar saat jatuh tempo pembayaran utang perusahaan bisa dilunasi.

Struktur Permodalan dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki struktur permodalan yang agresif dimana lebih banyak utang dibandingkan modal, terlihat pada tabel Debt to Equity Ratio 3 Tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera menitikberatkan permodalannya melalui pendanaan eksternal. Pada tahun 2015, komposisinya untuk perbandingan Utang dan Modal adalah 56,2% berbanding dengan 43,2 %.

Pengelolaan Sturktur permodalan ini juga tercermin melalui arus kas aktivitas pendanaan dari perusahaan TPS , yang terus menerus melakukan pinjaman dari bank setiap tahunnya ( Debt). Sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan penambahan modal, selain dari retained earning perushaan, penambahan modal signifikan yang dilakukan oleh PT TPS hanya terjadi pada tahun 2011 dan 2014 saat melakukan IPO dan penambahan modal langsung senilai 690.240 di 2011, lalu Rp 658.350 ditahun 2014. Selain dari pada itu PT Tiga Pilar Sejahtera bergantung pada Pinjaman dari bank untuk membiayai Aset-aset nya.

ANALISA RASIO ARUS KAS

1. Free Cash Flow

Free Cash Flow merupakan perhitungan yang menunjukkan jumlah uang yang

tidak digunakan untuk keperluan operasional, dimana uang ini bisa digunakan

untuk mengembalikan utang atau membayarkan dividen. Perhitungan Cash

Flow bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, yang pertama adalah

dengan basis Operating Cash Flow, dimana Free Cash Flow didapat melalui

Net Operating Cash Flow yang dikurnangkan ke Capital Expenditure.Cara

perhitungan Free Cash Flow ini merupakan cara tradisional dan tidak

(12)

11

Berdasarkan OCF, maka free Cash Flow yang dimiliki oleh PT Tiga Pilar

Sejahtera adalah sebagai berikut.

Terlampir pada lampiran 3, setiap tahunnya PT Tiga Pilar Sejahtera tidak

memiliki free Cash Flow, karena hampir semua Operating Cash Flow nya

dihabiskan untuk Capital expenditure, Angka negative yang dimiliki oleh Free

Cash Flow pun cukup besar. Pada dasarnya kondisi yang dialami oleh PT TPS

tidaklah seburuk itu, karena Operating Cash Flow mereka selalu meningkat,

namun perusahaan merea terus ingin melakukan ekspansi sehingga Capital

Expenditure mereka terus meningkat juga. Tidak memiliki cash flow bukan

berarti tidak mampu memberikan return, PT TPS masih bisa memberikan

dividen dengan mengandalkan arus kas aktivitas pendanaan.

PT TPS tidak boleh berkutat di kondisi seperti ini terus menerus, karena lama

kelamaan akan menghilangkan kepercayaan dari pihak luar seperti investor.

Area yang harus diperhatikan adalah Operating Cash Flow yang meskipun

meningkat, namun angkanya tidak besar.

Basis kedua untuk melakukan perhitungan Free Cash Flow adalah dengan

dasar NOPAT (Net Operating Profit after Tax) , dimana cara ini adalah

pendekatan baru yang lebih kompleks sehingga mengurangi distorsi dari

perhitungan free cash flow yang ada. Free Cash Flow dengan Basis NOPAT

ini menghitung dengan cara mengurangi nilai perubahan NOA dari NOPAT. Memang melalui cara ini tidak menunjukkan nilai cash yang “bebas” secara langsung. Perbedaan dibanding dengan cara tradisional adalah mengakui Net

Operating Profit sebagai kas, padahal tidak semuanya menjadi kas saat itu

juga.

Berdasarkan NOPAT, free cash flow dari PT Tiga Pilar Sejahtera dapat

dihitung sebagai berikut:

Terjadi perbedaan hasil yang besar antara Free Cash Flow menurut NOPAT

jika dibandingkan dengan Free Cash Flow menurut OCF. Hasil nya lebih

fluktuatif , ada yang positif, ada yang negatif. Faktor utama yang menjadi

pembeda adalah Turnover Account Receivable yang sangat lama yang Free Cash Flow (NOPAT) 2015 2014 2013 2012 2011

(13)

12

menyebabkan angka pada OCF tidak relevan. Sehingga untuk PT Tiga Pilar

Sejahtera yang memiliki AR turnover lambat, akanlah lebih relevan untuk

menggunakan basis NOPAT.

Berdasarkan Free Cash Flow basis NOPAT, kondisi keuangan PT TPS masih

belum stabil , dan hal itu dikarenakan perubahan pada net operating Asset

yang sangat fluktuatif. Sehingga hal yang harus dilakukan adalah tetap

mengkondisikan nilai net operating asset agar perubahannya berada dibawah

nilai NOPAT , tanpa harus mengurangi Capital Expenditure yang terjadi

(Aktivitas Investasi)

2. Free Cash Flow to Equity (FCFE)

Berikut adalah hasil perhitungan FCFE Bagi perusahaan TPS :

PT Tiga Pilar Sejahtera dalam beberapa tahun terakhir ini hampir selalu

memiliki nilai FCFE yang negatif, itu berarti tidak ada angka yang bisa

dibayarkan kepada Shareholders, selain dengan melakukan Pinjaman jangka

panjang, dan hal tersebutlah yang dilakukan oleh PT Tiga Pilar Sejahtera.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan nilai FCFE perusahaan itu negatif,

antara lain rugi bersih perusahaan, pembayaran utang jangka panjang yang

tinggi, investasi aset yang besar. Dan yang terjadi pada PT Tiga Pilar

Sejahtera adalah Investasi aset / Capital Expenditure yang tinggi yang

membuat nilai FCFE perusahaan berada di kondisi negatif. Memiliki FCFE

yang negatif merupakan hal yang tidak diinginkan oleh Investor, dan hal ini

mengindikasikan perusahaan TPS memerlukan modal tambahan untuk

keberlangsungan perusahaan mereka.Selain itu harus lebih memperbaiki

Capital Stucture mereka yang terlihat masih kurang stabil dengan outcome

FCFE yang selalu negatif (Kecuali ditahun 2014)

3. Free Cash Flow to the Firm Free Cash Flow to the Equity

Cash from operating activities 399185 353530 78729 128335 29662 Fixed capital investment 1088542 690231 306747 516582 803573 Net new borrowing (or minus net debt repayments) 296279 409253 -483759 -59681 610310 Free Cash Flow to the Equity -393078 72552 -711777 -447928 -163601

Free Cash Flow to the Firm

Cash from operating activities 399185 353530 78729 128335 29662 Interest Expense x (1-Tax rate) 117674 13955 43560 67061 68439 Fixed capital investment 1088542 690231 306747 516582 803573

(14)

13

FCFF yang dimiliki oleh perusahaan TPS menunjukkan angka yang negatif

dari tahun 2011 hinggan 2015, sama halnya dengan FCFE, faktor utama dari

hasil yang negatif ini adalah investasi besar yang dilakukan oleh PT TPS

selama 5 tahun belakangan ini. Angka yang negatif ini menunjukkan aktivitas

pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi setiap biaya operasional serta

biaya investasi aset perusahaan. Selain itu angka tersebut kembali

menunjukkan bahawa perusahaan TPS tidak memilki kemampuan untuk

membayarkan dividen selain melalui utang bank ataupun pinjaman lainnya.

4. Cash Flow Performance Ratios

Untuk mengukur peforma dari arus kas sebuah perusahaan, ada beberapa rasio

yang dapat digunakan oleh analis dari segi operating cash.Beberapa rasio

tersebut antara lain:

- Cash Flow to Revenue

Dari data yang telah disajikan (lampiran 4), dapat dilihat bahwa nilai cash flow to revenue dari PT Tiga Pilar Sejahtera terus mengalami fluktuasi setiap tahunnya, namun secara garis besar rasio tersebut terus meningkat. Jika dibandingkan dengan data kompetitor yaitu PT Indofood Sukses Makmur, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan PT Indofood Sukses Makmur memiliki cash flow to revenue yang lebih tinggi dibandingkan dengan PT Tiga Pilar Sejahtera. Hal tersebut menandakan bahwa PT Indofood sukses makmur memiliki kinerja operating cash yang lebih baik. Namun, secara umum, kinerja peningkatan dari PT Tiga Pilar Sejahtera lebih baik jika dibandingkan dengan PT Indofood yang secara umum fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan.

- Cash Return on Assets

Dari data (lampiran 5), dapat dilihat bahwa nilai cash return on assets dari PT Tiga Pilar Sejahtera sedikit fluktuatif, namun cenderung mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan kompetitornya, PT Indofood Sukses Makmur, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki keseluruhan rasio yang cukup kecil. Namun dari segi kinerja perusahaan, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki kinerja tahunan yang lebih baik karena selama beberapa tahun, nilai rasio dari PT Tiga Pilar Sejahtera cenderung mengalami peningkatan. - Cash Return on Equity

(15)

14

Sejahtera memiliki kinerja yang lebih baik karena secara keseluruhan nilai rasio dari PT Tiga Pilar Sejahtera mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan dari PT Indofood Sukses Makmur - Cash to Income

Dari data (lampiran 7), dapat dilihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki nilai rasio yang cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan kompetitornya yaitu PT Indofood Sukses Makmur yang secara umum mengalami kinerja yang stagnan dan bahkan menurun.

- Cash Flow per Share

Dari data (lampiran 8) dapat terlihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki nilai cash flow per share yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kompetitornya yaitu PT Indofood Sukses Makmur. Tingginya nilai ratio ini disebabkan karena PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki jumlah lembar saham yang lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah lembar saham PT Indofood Sukses Makmur.

5. Cash Flow Coverage Ratio

Cash flow coverage ratio dapat digunakan ntuk mengukur kemampuan arus kas operasi perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, termasuk kewajiban dalam bentuk utang maupun kewajiban jangka panjang perusahaan. Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur cash flow coverage dari sebuah perusahaan seperti :

- Debt Coverage

Dari data lampiran 9 dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan kompetitornya PT Indofood Sukses Makmur, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki debt coverage yang sangat kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko gagal bayar yang dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera terhadap kewajibannya jauh lebih besar dibandingkan dengan PT Indofood Sukses Makmur. Namun dari peforma pertahunnya, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki peforma ynag cukup stabil, berbeda dengan PT Indofood Sukses Makmur yang cenderung mengalami penurunan pada peforma perusahaan. - Interest Coverage

Dari data (lampiran 10) dapat dilihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki nilai interest coverage yang lebih kecil dibandingkan dengan PT Indofood Sukses Makmur. Hal ini menandakan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki risiko gagal bayar dalam memenuhi kewajibannya. Namun dari segi peforma, dapat dilihat bahwa baik PT Tiga Pilar Sejahtera maupun kompetitornya, keduanya memiliki peforma yang cenderung meningkat meskipun fluktuatif.

(16)

15

Dari data (lampiran 11) dapat dilihat bahwa secara keseluruhan PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki nilai reinvestment yang lebih rendah dibandingkan kompetitornya, namun, jika dibandingkan dengan kinerja secara keseluruhan, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki kinerja yang terus meningkat.

- Debt Payment

Dari data (lampiran 12) terlihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki nilai debt payment yang sangat kecil jika dibandingkan dengan kompetitornya. Hal ini disebabkan karena tingginya nilai debt yang dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera. Rendahnya nilai debt payment dari PT Tiga Pilar Sejahtera ini menunjukkan bahwa sangat sulit bagi perusahaan untuk hanya mengandalkan arus kas masuk dari operasi perusahaan saja untuk membayar utang perusahaan. Nilai ini berada jauh dibawah kompetitornya yang menggambarkan bahwa PT Indofood Sukses Makmur Memiliki kemampuan membayar utang lebih baik dibandingkan PT Tiga Pilar Sejahtera.

- Dividend Payment

Dari data (lampiran 13) dapat dilihat bahwa sebenarnya PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki kemampuan membayar dividen lebih baik daripada kompetitornya. Namun, Kinerja PT Tiga Pilar Sejahtera cenderung menjadi fluktuatif karena PT Tiga Pilar Sejahtera tidak secara konsisten melakukan pembagian dividennya setiap tahunnya. Jika dilihat dari jumlah arus kas operasi, PT Tiga Pilar Sejahtera dapat dinilai memiliki arus kas operasi yang cukup tipis, namun dikarenakan jumlah lembar saham beredar milik perusahaan tidak terlalu banyak, maka nilai dividend payment ini dapat meningkat.

- Investing and Financing

Secara keseluruhan (lampiran 14), akibat rendahnya arus kas operasi perusahaan, nilai investing and financing dari PT Tiga Pilar Sejahtera cenderung menjadi lebih kecil. Namun, dari segi kinerja secara keseluruhan PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki kinerja yang cenderung meningkat dan lebih stabil dibandingkan PT Indofood Sukses Makmur yang memiliki kinerja menurun dan lebih fluktuatif.

BAB III

ANALISA PROFITABILITAS

Return On Net Operating Asset

(17)

16

membeli Aset, dan dampaknya juga terhadap modal untuk operasional nya berkurang. Salah satu tujuan dari Ekspansi adalah menambah Asset tetap untuk membuat efisiensi biaya sehingga mampu mendapatkan margin profit tinggi. Masa 5 tahun ini adalah masa dimana PT TPS terus meningkatkn Operating Asset nya , namun hasilnya belum juga dirasakan, tidak ada growth yang signifikan terhadap Income perushaaan. Rasio RNOA pun telah merepresentasikan hal ini, dimana RNOA dari perushaan TPS masih cukup rendah, berada dikisaran 8 % - 13 %, kalah jauh jika dibandingkan dengan RNOA dari salah satu kompetitornya yaitu PT Indofood yang bisa mencapai kisaran 38% - 52%, bahkan dengan Asset yang lebih tinggi dibandingkan PT TPS. Tahapan dalam meningkatkan RNOA ini adalah melakukan Cost Efficiency terlebih dahulu dengan adanya Ekspansi Operating Asset yang efektif, PT Tiga Pilar Sejahtera masih ditahap ini. Lalu baru meningkatkan Turnover serta Margin Profit operasional, baru perusahaan akan mendapatkan / menikmati RNOA yang tinggi yang dicari oleh perusahaan.

Return On Capital Equity

ROCE dari perusahaan TPS pun ikut terpengaruh dengan adanya Ekspansi yang dilakukan oleh PT TPS dalam hal menambah Asset tetap, karena kebanyakan pembelian Asset tersebut pun dilakukan dengan melakukan penambahan dana dari Pinjaman Bank, atau modal lainnya, bukan dari arus kas aktivitas operasi. Sehingga nilai ROCE yang dimiliki PT TPS pun cukup rendah , dengan operating Income yang peningkatannya tidak signifikan dibandingkan dengan peningkatan modal yang digunakan yang selalu bertambah baik itu dari modal maupun hutang bank. ROCE akan meningkat tajam saat permodalan yang dilakukan oleh PT TPS berhasil membuat efisiensi biaya dan membuat margin profit yang tinggi Melalui dua rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai profitabilitas dairi perusahaan TPS cukup rendah jika dibandingan dengan kompetitornya, namun tidak bisa dibilang buruk, karena faktor utamanya adalah nilai Operating Aset dan ekspansi Aset tetap nya tinggi, dan bisa memberikan dampak pada jangka panjang.

BAB IV

KESIMPULAN

Hal yang menjadi isu utama dalam arus kas perushaan ini adalah dalam sisi operasional perusahaan stabil namun tidak bisa memberikan growth yang tinggi karena yang menjadi fokus utama perusahaan adalah melakukan ekspansi dengan banyak investasi pada aset tetap dan hal tersebut pun berdampak pada penggunaan

(18)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Net Operating Asset

Lampiran 2 : Net Financing

Lampiran 3 :

2015 2014 2013 2012 2011 2010

Operating Asset 4,463,635 3,977,086 2,445,504 1,544,940 1,726,581 666,010

Operating Liabilities 947,777 669,165 473,884 266,280 127,071 105,692

Net Operating Asset 3,515,858 3,307,921 1,971,620 1,278,660 1,599,510 560,318

-Financing Liabilities 4,146,295 3,118,767 2,192,764 1,567,843 1,409,537 1,241,189

Financing Asset 4,597,344 3,396,782 2,580,320 2,322,636 1,863,728 1,270,940

Equity 3,966,907 3,585,936 2,359,130 2,033,453 1,832,817 590,069

Net Financing 3,515,858 3,307,921 1,971,574 1,278,660 1,378,626 560,318

0

Operating cash flow 399185 353530 78729 128335 29662

Capital Expenditures 1088542 690231 306747 516582 803573

Dividend 24871 0 23408 19019 0

Free Cash Flow (OCF) -714228 -336701

(19)

18

Lampiran 4 :

Lampiran 5 :

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 0.066 0.069 0.019 0.047 0.017

PT Indofood Sukses Makmur 0.066 0.146 0.125 0.148 0.109

0.050 0.100 0.150 0.200

C A S H F L O W T O R E V E N U E

2015 2014 2013 2012 2011 PT Tiga Pilar Sejahtera 0.049 0.057 0.018 0.034 0.011 PT Indofood Sukses

Makmur 0.047 0.113 0.101 0.131 0.098

0.050 0.100 0.150

(20)

19

Lampiran 6 :

Lampiran 7 :

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 0.106 0.119 0.036 0.066 0.024

PT Indofood Sukses Makmur 0.101 0.240 0.195 0.226 0.176

0.100 0.200 0.300

C A S H R E T U R N O N E Q U I T Y

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 0.540 0.520 0.128 0.279 0.098

PT Indofood Sukses Makmur 0.572 1.266 1.134 1.079 0.727

0.500 1.000 1.500

(21)

20

Lampiran 8 :

Lampiran 9 :

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 124.024 117.845 26.907 43.860 10.137

PT Indofood Sukses Makmur 4.799 10.557 7.891 8.450 5.667

50.000 100.000 150.000

C A S H F L O W P E R S H A R E

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 0.078 0.093 0.030 0.070 0.017

PT Indofood Sukses Makmur 0.249 0.551 0.452 0.888 0.877

0.200 0.400 0.600 0.800 1.000

(22)

21

Lampiran 10 :

Lampiran 11 :

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 2.871 4.538 2.017 2.778 1.428

PT Indofood Sukses Makmur 5.330 8.166 5.065 4.710 4.203

5.000 10.000

I N T E R E S T C O V E R A G E

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 0.435 0.757 0.317 0.295 0.050

PT Indofood Sukses Makmur 0.659 1.492 0.626 1.373 1.577

0.500 1.000 1.500 2.000

(23)

22

Lampiran 12 :

Lampiran 13 :

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 0.119 0.451 0.109 0.197 0.035

PT Indofood Sukses Makmur 2.694 8.353 6.829 10.457 1.968

10.000 20.000

D E B T P A Y M E N T

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 16.050 - 3.363 6.748

-PT Indofood Sukses Makmur 2.181 7.434 4.265 4.828 4.261

5.000 10.000 15.000 20.000

(24)

23

Lampiran 14 :

Lampiran 15 :

2015 2014 2013 2012 2011

PT Tiga Pilar Sejahtera 0.087 0.224 0.069 0.101 0.017

PT Indofood Sukses Makmur 0.241 0.477 0.262 0.614 0.490

0.200 0.400 0.600 0.800

(25)

24

(26)

25

(27)

26

REFERENSI

Indofood.2016.”Laporan Keuangan Indofood2015”.Diambil dari

http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 8 Oktober 2016)

Indofood.2015.”Laporan Keuangan Indofood2014”.Diambil dari

http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 8 Oktober 2016)

Indofood.2014.”Laporan Keuangan Indofood2013”.Diambil dari

http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 8 Oktober 2016)

http://www.investopedia.com/university/ratios/cash-flow-indicator/ratio3.asp#ixzz4P7nofqV2

http://www.investopedia.com/terms/f/freecashflowtoequity.asp#ixzz4P7dslYQF

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik siswa yang diperoleh dari hasil wawancara keempat subjek memberikan hasil yang sama yaitu siswa hanya dapat memberikan jawaban soal yang beragam dan

Pada salah satu publikasi di about-elearning.com dalam Rusman (2012: 263) mengemukakan definisi e-learning adalah proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul Analisis Simpang

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan perumusan masalah: Apakah Sistem Pengendalian Intern terhadap persediaan

Oleh dari itu perlu digunakan sebuah strategi yang menempatkan siswa sebagai subyek ( pelaku ) pembelajaran dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dalam proses

(1) Pelaksanaan pencegahan dan penindakan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf g, dilakukan melalui pendekatan persuasif dengan mengedepankan upaya pemulihan atas dampak

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika IPA,

Economic and Social Performance – Community Investments – Approach Economic and Social Performance – Community Investments – Performance Economic and Social Performance –