• Tidak ada hasil yang ditemukan

Templat tugas akhir S 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Templat tugas akhir S 1"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktik Lapangan

di Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field

ANALISIS KUALITAS AIR BAKU SUNGAI DENGAN

PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(2)

Laporan Praktik Lapangan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

ANALISIS KUALITAS AIR BAKU SUNGAI DENGAN

PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(3)

Judul Praktik Lapangan : Analisis Kualitas Air Baku Sungai dengan Parameter Fisika dan Kimia

Nama : Anisa Nurrahmawati

NIM : G44120062

Disetujui oleh

Dr Sri Mulijani, MSi Pembimbing I

Diah Kumala Sari, SSi Pembimbing II

Rifqi Athoillah Pembimbing III

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktik lapangan dengan judul “Analisis Kualitas Air Baku Sungai dengan Parameter Fisika dan Kimia” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Praktik lapangan dilaksanakan di Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang, Jalan Raya Mundu, Karangampel, Kabupaten Indramayu pada bulan Juli hingga Agustus 2015.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Muljani, M.Si selaku pemibimbing I, Ibu Diah Kumala Sari, S.Si sebagai pembimbing II dan Bapak Rifqi Athoillah sebagai pembimbing III yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan praktik lapangan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada analis dan staf laboratorium, yaitu Ibu Ika, Pak Ade, Pak Arsiman, Ibu Rizqa, Pak Ahdi, Ibu Qisti, Ibu Yuyun, Pak Supri, dan staf lain, serta rekan-rekan selama praktik lapang yakni Aisyah Z, Melisa N F, dan Yudhi I atas bantuan serta kerja samanya selama praktik lapangan berlangsung.

Terimakasih tak terhingga penulis ucapkan untuk orang tua dan seluruh keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yakni kimia angkatan 49. Semoga laporan praktik lapangan ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, November 2015

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ix

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1

Sejarah Singkat PT Pertamina EP 1

Profil PT Pertamina EP 1

Profil Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field 2

PENDAHULUAN 4

Latar Belakang 4

Tujuan 5

Waktu Pelaksanaan 5

Lokasi Pelaksanaan 5

METODE 5

Bahan 5

Alat 5

Metode Percobaan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 155

DAFTAR LAMPIRAN

1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field 155 2 Struktur Organisasi Laboratorium Petroleum Engineering PT. Pertamina EP

Asset 3 Field Jatibarang (Sistem Manajemen Mutu ISO/IEC 17025:2005) 155 3 Diagram alir penanganan sampel pada Laboratorium Petroleum Engineering PT

Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field 166

(6)
(7)

1

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Singkat PT Pertamina EP

PT (Perseroan Terbatas) Pertamina merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri minyak dan gas bumi di Indonesia. Sejarah terbentuknya PT Pertamina diawali dari zaman Belanda pada tahun 1800-an. Pada tahun 1968 PT Perusahaan Minyak Nasional yang disingkat PERMINA bergabung dengan PERTAMIN menjadi PERTAMINA. Pemerintah menerbitkan UU No. 8 pada tahun 1971 yang menempatkan PERTAMINA sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik negara serta menjalankan peran gandanya. Peran ganda tersebut dimaksudkan dalam hal orientasi bisnis yang terdapat di dalam lingkup kerja PT Pertamina.

Sejalan dengan dinamika industri migas dalam negeri, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001. Akibat dari penerbitan UU tersebut Pertamina melepas peran gandanya menjadi PT Pertamina (Persero) yang berperan menjadi operator murni. Peran regulator di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS pada tahun 2002, sedangkan peran regulator di sektor hilir dijalankan BPH MIGAS pada tahun 2004. Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 yang mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahan usaha hulu dengan hilir. Pada sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, panas bumi, pengelolaan transportasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio di sektor hulu. Atas dasar itulah, PT Pertamina EP didirikan pada tanggal 13 September 2005.

Profil PT Pertamina EP

PT Pertamina EP adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha di sektor hulu bidang minyak dan gas bumi meliputi eksplorasi dan eksploitasi. PT Pertamina EP memiliki semboyan “Merajut Nusantara, Melestarikan Indonesia” yang tercantum dalam web Pertamina EP. Aktivitas eksplorasi berperan penting untuk menjaga tingkat cadangan minyak dan gas serta mencegah penurunan produksi. Wilayah Kerja Pertamina EP seluas 113613.90 km2 merupakan limpahan dari sebagian besar Wilayah Kuasa Pertambangan Migas PT Pertamina (Persero). Pola pengelolaan usaha wilayah kerja seluas itu dilakukan dengan cara pengoperasian sendiri (own operation) dan kerja sama dalam bentuk kemitraan, yakni 4 proyek pengembangan migas, 7 area unitisasi, dan 39 area kontrak kerja sama kemitraan.

(8)

2

Pertamina EP memiliki visi (2014-2025) menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas dunia. Visi tersebut akan tercapai dengan melakukan misi yaitu melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas dengan penekanan pada aspek komersial dan operasi yang baik serta tumbuh dan berkembang bersama lingkungan hidup. Selain itu, Pertamina EP memiliki tata nilai/value dengan sebutan 6C yaitu Clean (bersih), Competitive (kompetitif), Confident (percaya diri), Customer Focused (fokus pada pelanggan), Commercial (komersial), dan Capable (berkemampuan).

Struktur Organisasi PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field dipimpin oleh seorang manajer yang memimpin beberapa fungsi, seperti Rencana Operasi, Produksi Onshore, Produksi Offshore, Petroleum Engineer (PE), Work Over and Well Service (WO & WS), Reliability, Availibility, and Maintenance (RAM), Legal and Relation (L & R), dan Health, Safety, Security, and Environment (HSSE). Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Profil Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field

Laboratorium Petroleum Engineering berfungsi sebagai penunjang dalam kegiatan pemboran produksi Asset 3 Jatibarang Field dibawah naungan Petroleum Engineer (PE). Laboratorium ini merupakan tempat menguji dan menganalisis baik dalam bentuk batuan maupun fluida. Selain itu, laboratorium menyediakan atau menyajikan data yang diperlukan untuk kelancaran operasi lapangan dan menyediakan beberapa percobaan penelitian serta pengujian daya guna bahan kimia yang digunakan untuk operasi lapangan. Laboratorium Petroleum Engineering merupakan laboratorium yang telah terakreditasi ISO/IEC 17025:2005. ISO merupakan kode akreditasi yang telah diterbitkan oleh International Standard of Organization.

Aktifitas yang dilakukan dalam Laboratorium Petroleum Engineering terbagi menjadi 2, yaitu aktifitas utama dan aktifitas penunjang yang lain. Aktifitas utama yang dilakukan adalah analisis air, gas, dan minyak. Analisis penunjang seperti analisis semen, lumpur pemboran, kimia produksi dan umum. Analisis air yang dilakukan dalam laboratorium meliputi analisis air formasi, air injeksi, air limbah, air bersih, dan air baku yang didapatkan dari beberapa sumur pada Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field. Analisis air dilakukan dengan metode yang sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan dengan parameter tertentu.

Analisis gas yang dilakukan dalam laboratorium ini meliputi kandungan gas yang terbawa dari dalam sumur seperti kandungan gas C1 hingga C6.

Analisis gas dilakukan dengan menggunakan kromatografi gas (Gas Chromatography) sehingga dari hasil pengukuran dapat langsung diketahui kandungan C1 hingga C6 dari tabung gas tersebut. Komposisi tersebut dapat

digunakan untuk mengetahui kegunaan gas dalam kedepannya seperti LPG. Analisis gas juga dilakukan untuk mengetahui kandungan H2S yang terdapat

dalam sampel tabung gas. Karena kandungan gas H2S yang terlalu tinggi tidak

baik untuk kesehatan pekerja yang berada di lingkungan sekitar.

(9)

3 (American Society for Testing and Materials). Beberapa parameter yang diukur dalam analisis minyak seperti pour point, flash point, spesific gravity (SG), salt content, sulfur content, viskositas kinematik, dan sebagainya.

Analisis batuan dilakukan untuk memberikan data sifat petrofisik batuan reservoir yang dibutuhkan dalam perhitungan dan analisis dalam bidang reservoir. Batuan yang dianalisis dapat berasal dari batuan inti (core) dari hasil pengeboran inti, serbuk bor, dan pasir hasil dari perawatan sumur atau sewaktu sumur produksi. Analisis semen dilakukan untuk memenuhi kriteria kualitas semen sesuai spesifikasi API 10A. Analisis semen meliputi uji kekuatan semen, uji daya tekan semen, dan lain-lain.

Selain beberapa analisis tersebut, laboratorium Petroleum Engineering melakukan analisis produk yang akan digunakan dalam laboratorium, seperti additive lumpur, pemecah emulsi (demulsifier, emulsion breaker), pour point dispersant, paraffin solvent, corrosion inhibitor, scale inhibitor, dan sebagainya.

Visi dan Misi

Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field memiliki visi menjadi laboratorium migas rujukan di Pertamina. Visi tersebut akan tercapai jika dilakukan misi yaitu menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium sesuai ISO/IEC 17025:2005.

Struktur Organisasi Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field Struktur Organisasi Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field mengikuti sistem manajemen mutu ISO/IEC 17025:2005 yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Laboratorium ini dipimpin oleh Asisten Manajer Petroleum Engineering yang bertanggung jawab dalam menjamin konsistensi pelaksanaan sistem manajemen mutu laboratorium bagi seluruh personil terkait dan memimpin aktif dalam pelaksanaan kaji ulang manajemen laboratorium. Asisten Manajer Petroleum Engineering memimpin beberapa fungsi di Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, yaitu:

a. Manajer puncak bertanggung jawab dalam menjamin konsistensi pelaksanaan sistem manajemen mutu laboratorium bagi seluruh personil terkait

b. Penanggung jawab teknik bertanggung jawab terhadap pengkajian atau penelitian konflik kepentingan yang potensial dan bertanggungjawab atas diterapkannya sistem manajemen mutu pada laboratorium

c. Penanggung jawab mutu bertanggung jawab terhadap persiapan dan data yang diperlukan bagi kegiatan kaji ulang manajemen

d. Penyelia melakukan pengkajian dan penelitian serta memahami metode standar pengambilan sampel dan pengujian

e. Penanggung jawab administrasi bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua pekerjaan administrasi dan keuangan laboratorium dilaksanakan dengan persyaratan yang ditetapkan

f. Analis bertanggung jawab terhadap perbaikan, ketelitian, dan kecermatan yang harus dilakukan dalam pengujian

(10)

4

waktu yang tersedia dan mengatur sistem penyimpanan sampel sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PT Pertamina EP merupakan perusahaan yang bergerak di bidang sektor hulu minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi dan eksploitasi. Aktivitas eksplorasi Pertamina EP memainkan peran penting untuk menjaga tingkat cadangan minyak dan gas serta mencegah penurunan produksi. Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field memiliki tiga aktivitas utama yaitu analisis air, analisis minyak, dan analisis gas. Masing-masing analisis sudah memiliki metode yang telah ditetapkan oleh standarnya, seperti minyak menggunakan metode dari ASTM (American Standard for Testing and Materials).

Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field berlokasi di Jalan Raya Mundu, Karangampel, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45823. Laboratorium ini sudah terakreditasi secara nasional oleh badan KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan mengimplementasikan sistem manajemen mutu laboratorium pada tanggal 7 September 2010. Diagram alir penanganan sampel dalam laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 3 yang menjelaskan dari sampel datang hingga proses penanganan sampel oleh masing-masing bagian yang terdapat di dalam laboratorium tersebut.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara saksama (Effendi 2003).

(11)

5 Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhuk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air (PP Nomor 82 Tahun 2001). Klasifikasi mutu air yang digunakan adalah golongan kelas I: air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Berikut beberapa parameter yang digunakan beserta standar kelas I: temperatur deviasi 3, TDS 1000 mg/L, TSS 50 mg/L, pH 6.0-9.0, COD 10 mg/L, DO min 6 mg/L, besi (Fe) 0.3 mg/L, nitrat sebagai N 10 mg/L, chromium (Cr6+) 0.05 mg/L, arsen (As) 0.05 mg/L, flourida (F) 0.5 mg/L, nitrit sebagai N 0.06 mg/L, belerang sebagai H2S 0.002 mg/L, chloride (Cl-) 600 mg/L, phenol 0.001

mg/L, bau, rasa, dan kekeruhan tidak ada batas standar kelasnya. Tujuan

Praktik lapangan ini bertujuan melakukan analisis terhadap air baku sungai dengan beberapa parameter fisika dan kimia.

Waktu Pelaksanaan

Praktik lapangan dilaksanakan di Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field selama kurang lebih 2 bulan yang terhitung dari tanggal 1 Juli hingga 31 Agustus 2015 dengan waktu kerja Senin hingga Jumat mulai pukul 07.00-16.00 WIB, sedangkan saat bulan puasa mulai pada pukul 07.00-15.00 WIB.

Lokasi Pelaksanaan

Praktik lapangan dilaksanakan di Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang yang berlokasi di Jalan Raya Mundu Karangampel, Kabupaten Indaramayu, Provinsi Jawa Barat 45823.

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan antara lain aquades tipe 1, aquades tipe 3, air baku sungai X, larutan standard AgNO3 0.2837 N, indikator Kalium

Chromat (K2CrO4), kertas saring Whatman Grade 934 AH dengan ukuran pori

(Particle Retention) 1.5 µm, kertas saring Whatman No.1, kertas saring Whatman 0.45 µm, reagen Fe-1, reagen As-1, reagen As-2, reagen Cr-3K, reagen NO2- -1, reagen Fe-1, reagen F-1, reagen Ph-1K, reagen Ph-2K.

Alat

(12)

6

pipet mohr (5 mL, 10 mL), pipet volumetrik (5 mL, 10 mL), magnetic stirrer, kertas indikator pH, cawan porselen, neraca analitik, penjepit cawan, desikator yang berisi silika gel, separator, oven 105°C, oven 180°C, pompa vakum, TSS meter, sudip, gelas ukur 100 mL, Spectroquant Pharo 300, stopwatch, iron test, tabung reaksi, labu semprot, turbidimeter, thermoreaktor, Cyberscan DO 110, nitrate test, flourida test, nitrite test, sulfide test, chloride test, phenol test.

Metode Percobaan

Preparasi sampel

Sampel air baku disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 dan corong 250 mL. Sampel air setelah penyaringan siap digunakan.

Penentuan Kekeruhan (Turbidity) Air (Metoda SNI 06-6989.25-2005)

Siapkan alat turbidimeter (turbiquant) dan bersihkan kuvet. Siapkan sampel air yang akan diukur, kemudian nyalakan alat turbidimeter dengan menekan tombol On/Off. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan Standard 1000 NTU, 10 NTU & 0.02 NTU. Isi kuvet dengan sampel yang akan diukur, bersihkan bagian luar kuvet dengan tisu. Kuvet dimasukkan ke dalam alat turbidimeter lalu tekan enter, baca & catat hasil pengujian lalu bilas kuvet dengan aquades. Setelah dicatat hasilnya kemudian matikan alat turbidimeter dengan menekan tombol On/Off.

Pengukuran pH (Metoda SNI 06-6989.11-2004)

Alat pH meter disiapkan terlebih dahulu beserta buffer 4, 7, dan 10. Tombol ON pada alat dinyalakan. Elektroda dibilas dengan aquades. Buffer pH 7 disiapkan. Tombol Cal ditekan hingga muncul “Cal 1”. Elektroda dibilas kembali dengan aquades. Buffer pH 4 disiapkan dan elektroda dimasukkan ke dalam buffer pH 4. Tombol Cal ditekan hingga muncul “Cal 2”. Elektroda dibilas kembali dengan aquades. Buffer pH 10 disiapkan dan elektroda dimasukkan ke dalam buffer pH 10. Tombol Cal ditekan hingga muncul “Cal 3” dan dibarengi dengan menekan tombol measurement “Meas”. Alat sudah siap untuk digunakan.

Sampel air yang telah disaring disiapkan. Bilas elektroda dengan aquades. Sampel dimasukkan ke dalam gelas piala kecil. Elektroda dimasukkan ke dalam sampel. Pembacaan hasil ditunggu hingga stabil (Ar & pH berhenti berkedip) dan hasil dicatat.

Penentuan kadar Cl- atau titrasi argentometri (Metoda SNI 06-6989.19-2004)

Sampel air baku yang telah disaring, ditambahkan indikator K2CrO4 dan

dititrasi dengan larutan AgNO3 0.2837 N hingga terjadi perubahan warna dari

kuning menjadi merah bata. Volume AgNO3 yang digunakan dicatat. Contoh

(13)

7 Pengukuran Padatan Terlarut (TDS/ Total Dissolved Solid) (Metoda SNI 06-6989.27-2005)

Cawan porselen dipanaskan dalam oven 105°C selama ± 1 jam. Cawan ditimbang sebanyak 3 kali ulangan hingga berat cawan tetap dan dicatat sebagai bobot A. Cawan yang telah diisi air baku dimasukkan kembali ke dalam oven 180°C selama minimal 1 jam. Sampel tersebut dibiarkan hingga uapnya mengering dan hanya tersisa residu. Jika telah hanya tersisa residu, cawan ditimbang sebanyak 3 kali ulangan dan dicatat sebagai bobot B. Contoh perhitungan metode ini terdapat pada lampiran 4.

Pengukuran Padatan Tersuspensi (TSS/ Total Suspended Solid) (Metoda SNI 06-6989.3-2004)

Kertas saring dipanaskan dalam oven 105°C selama ± 1 jam. Kertas saring ditimbang sebanyak 3 kali ulangan hingga bobot kertas saring tetap dan dicatat sebagai bobot A. Kertas saring diletakkan pada peralatan filtrasi vakum yang telah dinyalakan. Kemudian, sampel air baku divakum. Kertas saring dimasukkan kembali ke dalam oven 105°C selama minimal 1 jam. Sampel tersebut dibiarkan hingga uapnya mengering dan hanya tersisa residu. Jika telah hanya tersisa residu, kertas saring ditimbang sebanyak 3 kali ulangan dan dicatat sebagai bobot B. Contoh perhitungan pada metode ini terdapat pada lampiran 4. Penentuan Kadar Fe (MERCK –Application Note Spectroquant Iron Test)

Sampel air dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan reagen Fe-1 yang berisi fenantrolin sebanyak 6 tetes dan dicampurkan hingga semua reagen larut. Sampel dibiarkan selama 3 menit. Kuvet 50 mm cell dibilas dengan aquades dan dibilas dengan sampel yang sudah tercampur reagen. Sampel dimasukkan ke dalam kuvet dan barcode standard reagent dimasukkan ke dalam alat spectroquant. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 dengan tanda putih pada kuvet terletak/menghadap sebelah kiri serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.

Penentuan Kadar As (MERCK – Application Note Spectroquant Arsen Test)

Sampel air dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan reagen As-1 sebanyak ±0.1500 gram dan dicampurkan hingga semua reagen larut. Kemudian reagen As-2 ditambahkan sebanyak ±0.3000 gram. Sampel dibiarkan selama 20 menit. Kemudian diukur menggunakan Test Strips.

Penentuan Kadar Cr (MERCK – Application Note Spectroquant Chromium Test)

(14)

8

menit. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 dengan tanda putih pada kuvet terletak/menghadap sebelah kiri serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.

Penentuan Kadar COD (MERCK – Application Note Spectroquant COD Test)

Sampel air dipipet sebanyak 3 mL kemudian dimasukkan ke dalam cell test. Setelah itu, kocok dan dimasukkan ke dalam thermoreaktor untuk dipanaskan selama 2 jam. Setelah 2 jam dipanaskan, diamkan sampai dingin lalu sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.

Penentuan Kadar F- (MERCK – Application Note Spectroquant Flourida Test)

Sampel air dipipet sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan reagen F-1 sebanyak ±0.1500 gram dan dicampurkan hingga semua reagen larut. Sampel dibiarkan selama 15 menit. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.

Penentuan Kadar Phenol (MERCK – Application Note Spectroquant Phenol Test)

Sampel air dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam cell test. Setelah itu, ditambahkan reagen Ph-1K sebanyak ±0.1500 gram dan ditambahkan jugar reagen Ph-2K sebanyak ±0.1500 gram dicampurkan hingga semua reagen larut. Sampel dibiarkan selama 1 menit. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.

Penentuan Kadar NO2- (MERCK – Application Note Spectroquant Nitrite Test)

Sampel air dipipet sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam cell test. Setelah itu, ditambahkan reagen NO2--1K sebanyak ±0.1500 gram dan

dicampurkan hingga semua reagen larut. Sampel dibiarkan selama 10 menit. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.

Penentuan Kadar NO3- (MERCK – Application Note Spectroquant Nitrate Test)

Siapkan reagen NO3-1K sebanyak ±0.1500 gram dan ditambahkan

(15)

9

Penentuan Kadar S2- (MERCK – Application Note Spectroquant Sulfide Test)

Sampel air dipipet sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam cell test. Setelah itu, ditambahkan reagen S-1 sebanyak 1 tetes, reagen S-2 sebanyak 5 tetes dan reagen S-3 sebanyak 5 tetes kemudian dicampurkan hingga semua reagen larut. Sampel dibiarkan selama 1 menit. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Air baku sungai X menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tergolong kelas I yaitu air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Hasil uji analisis kualitas air baku sungai X terlampir pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji analisis kualitas air baku sungai X

No. Parameter Satuan U95 Hasil Standar

(16)

10

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, dimana baku mutu air kelas I mensyaratkan bahwa temperatur air sungai memiliki beda deviasi 3˚C dari kondisi temperatur alamiah lingkungan sekitarnya.

Derajat keasaman (pH) air menunjukkan keberadaan ion hidrogen di dalam air. Hal ini dikarenakan ion hidrogen bersifat asam. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8.5 (Effendi 2003). Berdasarkan hasil pengukuran, pH air sungai X menunjukkan 8.01. Parameter derajat keasaman tersebut masih berada dalam ambang batas baku mutu air sungai kelas I menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 yang mensyaratkan pH air berkisar antara 6 – 9. Tinggi rendahnya pH pada air tidak berpengaruh pada kesehatan, akan tetapi untuk air dengan pH lebih kecil dari 6.5 akan menyebabkan korosi pada metal (misalnya pipa saluran air minum) yang melarutkan unsur-unsur timbal, tembaga, cadmium, dan lain-lain. Hal ini akan bersifat racun. Demikian pula jika pH lebih besar dari 8.5 dapat membentuk endapan (kerak) pada pipa air yang kemudian menghasilkan yang bersifat racun.

Air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa tawar. Bau dan rasa air merupakan dua hal yang memengaruhi kualitas air. Bau dan rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan pengecap. Biasanya, bau dan rasa air yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa air baku sungai X ini tidak memiliki rasa dan bau, sehingga dapat dikatakan air baku sungai X memiliki kualitas yang baik.

Padatan tersuspensi merupakan padatan yang dapat menyebabkan kekeruhan dalam air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain, sehingga mengakibatkan terjadinya penggumpalan yang kemudian diikuti dengan pengendapan (Fardiaz 1992). Hasil pengukuran padatan tersuspensi (TSS) air sungai X menunjukkan nilai TSS 40.5 mg/l. Parameter padatan tersuspensi tersebut masih berada dalam ambang batas baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, dimana baku mutu air kelas I mensyaratkan bahwa padatan tersuspensi dalam air sungai maksimal 50 mg/l.

Zat padatan terlarut (TDS) adalah padatan ukuran yang lebih kecil dari pada padatan tersuspensi atau konsentrasi unsur mineral terlarut dalam air, artinya bahwa besarnya harga TDS menandakan adanya unsur mineral terlarut. Padatan ini terdiri dari senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral, dan garam (Fardiaz 1992). Salah satu cara yang umum untuk penentuan TDS adalah dengan cara menguapkan atau mengeringkan volume air yang diketahui dan kemudian menimbang sisa penguapan. Berdasarkan hasil pengukuran, TDS air baku sungai X diperoleh sebesar 310 mg/L. Ini membuktikan bahwa air baku sungai X memenuhi kriteria baku mutu air kelas I.

(17)

11 kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan. Kekeruhan di suatu sungai tidak sama sepanjang tahun. Air akan sangat keruh pada musim penghujan karena aliran air maksimum dan adanya erosi dari daratan. Hasil pengukuran kekeruhan pada air baku sungai X diperoleh sebesar 15.59 NTU, hasil ini menunjukkan air baku sungai X tidak terlalu keruh.

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter penting yang digunakan untuk mengetahui kualitas suatu perairan. Karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik (Salmin 2005). Berdasarkan hasil pengukuran, oksigen terlarut pada air baku sungai X adalah 6.30 mg/L. Konsentrasi oksigen terlarut tersebut masih memenuhi kriteria mutu air sungai kelas I. Baku mutu kadar oksigen terlarut yang dicantumkan merupakan angka batas minimum.

Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang

dijumpai dalam bentuk bebas. Unsur halogen pada perairan terdapat bentuk ion monovalen, seperti ion klorida (Cl-) yang merupakan ion halogen dalam jumlah besar dibandingkan dengan ion halogen lainnya (Hasan A 2006). Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik, termasuk air minum, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari baku mutu air kelas I. Berdasarkan hasil pengukuran air baku sungai X memiliki kadar klorida sebesar 25.18 mg/L, hal ini membuktikan bahwa kadar klorida dibawah baku mutu air kelas I.

COD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis (non biodegradable) (Ginting 2007). Hasil pengukuran dan pengamatan COD air baku sungai X adalah 24 mg/L. Konsentrasi COD ini telah melebihi baku mutu air sungai Kelas I. Hal ini menunjukkan bahwa air baku sungai X telah tercemar. Nitrat (NO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrient bagi pertumbuhan tanaman dan algae (Effendi 2003). Hasil pengamatan dan pengukuran parameter NO3-N dalam air baku sungai X adalah

< 0.5 mg/L. Konsentrasi nitrat tersebut masih memenuhi kriteria mutu air sungai kelas I. Hasil pengukuran kadar nitrit (NO2-N) dalam air baku sungai X

menunjukkan bahwa konsentrasi nitrit sebesar 0.018 mg/L. Konsentrasi nitrit tersebut masih memenuhi kriteria mutu air sungai kelas I. Menurut Effendi (2003) kadar nitrit pada perairan relatif kecil, lebih kecil daripada nitrat, karena segera dioksidasi menjadi nitrat.

Phenol merupakan salah satu dari polutan beracun yang utama. Keberadaan phenol di perairan mengakibatkan perubahan sifat organoleptik air, sehingga kadar phenol yang diperkenankan terdapat dalam air minum adalah 0,001 mg/liter (Sasongko 2006). Tetapi berdasarkan hasil pengukuran, kadar phenol sebesar 0.07 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar phenol melebihi baku mutu air sungai kelas I.

(18)

12

dipergunakan untuk air rumah tangga, cucian dan air industri. Kandungan besi dalam air dapat berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa Fe seperti Pyrite (FeS2) (Ginting 2007). Berdasarkan hasil pengukuran pada air

baku sungai X kadar Fe sebesar 0.096, kadar Fe tersebut memenuhi baku mutu air kelas I. Jika kadar besi di dalam air melebihi baku mutu air akan menimbulkan bau, rasa, warna kuning, pengendapan pada pipa, kekeruhan, merusak dinding usus dan dapat menyebabkan kematian (Slamet 2000).

Kromium merupakan unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kromium yang ditemukan di perairan adalah kromium trivalen (Cr3+) dan kromium heksavalen (Cr6+). Namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, kromium trivalen tidak ditemukan. Apabila masuk ke perairan, kromium trivalen akan dioksidasi menjadi kromium heksavalen yang lebih toksik. Kadar kromium pada baku mutu air kelas I sebesar 0.05 mg/L, sedangkan hasil pengukuran yang diperoleh <0.05 mg/L sehingga kadar kromium pada air baku sungai X masih memenuhi baku mutu air kelas I.

Nilai hidrogen sulfida (H2S) pada air baku sungai X sebesar <0.050 mg/L,

ini menunjukkan kandungan H2S pada air baku sungai X melebihi nilai standar

baku mutu. Kandungan hidrogen sulfida pada air baku sungai X adalah <0.050 mg/L. Sedangkan standar baku mutu adalah 0,002 mg/L. Tingginya kandungan hidrogen sulfida pada air baku disebabkan karena proses pembusukkan bahan-bahan organik yang mengandung belerang oleh bakteri anaerob (Poppo et al. 2008).

Sebagian besar Arsen (As) dibebaskan ke air melalui proses alami saat perubahan cuaca serta kegiatan industri, pencucian tanah dan aktivitas penduduk (Maksuk et al. 2009). Agar diketahui kadar As dalam air bersih, air sungai melebihi baku atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan PP.82 tahun 2001, baku mutu kadar As adalah 0.05 mg/L. Hasil pengukuran yang diperoleh dari air baku sungai X, kadar arsen (As) sebesar <0.02 mg/L. Hasil ini membuktikan bahwa kadar arsen pada air baku sungai X dibawah baku mutu air kelas I.

Kadar flourida (F) dalam air tanah bergantung pada sifat geologis, kimia dan fisika serta iklim dari suatu area atau daerah. Umumnya, mata air dan air sumur mengandung konsentrasi ion flourida yang lebih tinggi dibandingkan ion flourida pada air permukaan seperti danau dan sungai. Kandungan ion flourida dalam air dapat meningkat oleh adanya kegiatan manusia seperti flouridasi pada air, pembuangan limbah, dan pengaruh dari kegiatan industry (Widana et al. 2014). Pada air baku sungai X dihasilkan sebesar 0.13 mg/L, sedangkan nilai kadar baku mutu air kelas I sebesar 0.5 mg/L. Sehingga kadar flourida masih memenuhi kriteria baku mutu air kelas I.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(19)

13 tanggal 14 Desember 2001, tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, kelas I. Parameter yang melebihi ambang batas, yaitu COD, belerang sebagai H2S dan phenol.

Saran

Perlunya kerjasama antar instansi utuk dapat melaksanakan PKL. Perlu adanya prosedur yang jelas (seperti standar operasional) di tempat laboratorium. Perlu adanya kajian ulang tentang air baku dan penyebabnya. Sebaiknya dilakukan kalibrasi untuk beberapa instrument. Penggunaan APD (Alat Pengaman Diri) di lingkungan laboratorium. Hubungan diantara sesama pegawai dengan mahasiswa sudah tercipta dengan baik dan hal ini harus tetap menjadi hal yang utama dalam setiap kejadian guna terwujudnya kinerja yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Periaran. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kerjasama Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Ginting P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung (ID): Yrama Widya.

Hasan A. 2006. Dampak penggunaan klorin. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol 7(1): 90-96.

Maksuk N, Amar M, Tan M. 2009. Kadar arsenik dalam air sungai, sedimen, air sumur dan urin pada komunitas di daerah aliran sungai Musi Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Poppo A, M S Mahendra, I Ketut S. 2008. Studi kualitas perairan pantai di kawasan industri perikanan, desa pengambengan, kecamatan Negara, kabupaten jembrana. Jurnal Ecotrophic.Vol 3(2): 98-103

Rusli R. 2009. Penetapan kadar boraks pada mie basah yang beredar di Pasar Ciputat dengan metode spektrofotometri uv-vis menggunakan pereaksi kurkumin. Skripsi. Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan.Jurnal Oseana. Volume XXX, Nomor 3, 2005: 21 – 26.

Sasongko L A. 2006. Kontribusi air limbah domestik penduduk di sekitar sungai tuk terhadap kualitas air sungai Kaligarang serta upaya penanganannya. Tesis. Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.

(20)

14

Supartiwi E N. 2000. Karakteristik komunitas fitoplankton dan perifiton sebagai indikator kualitas lingkungan sungai ciujung jawa barat. Skripsi. Prodi MSP. Institut Pertanian Bogor.

(21)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1Struktur Organisasi Perusahaan PT. Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field

(22)

16

Lampiran 3 Diagram alir penanganan sampel pada Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field

(23)

17 Lampiran 4 Contoh perhitungan

Contoh Perhitungan :

Kandungan Cl- dihitung berdasarkan rumus:

Cl =

Keterangan :

V = volume AgNO3 yang terpakai (mL)

N (AgNO3) = konsentrasi AgNO3 yang digunakan 0.2837 N

V Sampel = volume sampel yang digunakan (mL) Perhitungan penentuan TDS:

TDS =

Keterangan:

A = bobot cawan bertutup (gram)

B = bobot cawan bertutup + residu kering (gram) V = volume sampel yang digunakan (mL)

Perhitungan penentuan TSS: TSS = TSS =

Keterangan:

A = bobot kertas saring (gram)

B = bobot kertas saring + residu kering (gram) V = volume sampel yang digunakan (mL)

(24)
(25)

Gambar

Tabel 1. Hasil uji analisis kualitas air baku sungai X

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan penentuan nilai asupan harian unsur mikronutrien (Ca, Fe dan Zn) pada anak-anak usia sekolah, sehingga dapat diketahui status nutrisi pada anak-anak.. Kadar unsur

Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim

Demikian menurut Bible, Sedangkan menurut Al-Qur’an, setelah Ibrahim berkumpul kembali, dia kemudian mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya yang

Para guru kelas dan guru mata pelajaran mengalami kesulitan memasukkan data nilai siswa menggunakan Microsoft Excel karena sering terjadi salah memasukan data pada cell

alam, buatan dan budaya 2,3 dan 4 Penataan lanskap prambanan untuk memperkuat citra kawasan Menentukan kebijakan baru berkaitan dengan. maraknya pembangunan dan investasi

Pengaruh model komunikasi interpersonal kiai terhadap ketaatan santri pada pengururs di Pondok Pesantren Al-Islah Sendang Agung Paciran Lamongan 2006 2010 Kualitatif dengan

serta dapat digunakan untuk melakukan analisa masalah yang telah terjadi.. Tabel 3.1 Proses pada

Dengan fasilitas internet dengan perangkat teknologi penunjangnya memungkinkan dapat dikembangkannya sistem informasi manajemen aset yang memiliki beberapa kelebihan,