• Tidak ada hasil yang ditemukan

EJAAN DAN PETUASI Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EJAAN DAN PETUASI Di Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

EJAAN DAN PETUASI

 Apriliandi

Ade Shintia

Afif Sholahudin

Ahmad Afifudin

Jaelani Abdullah

 Riska

 Shela Wati

 Yuthika Zahra

Fakultas Ekonomi Manejemen

Universitas Yarsi

(2)

Pendahuluan

.

pertama kami ingin mengucapkan

terimakasih atas rahmat Allah SWT. Alasan kami memiliih

topik ini sebagai pembahasan kami karena kami memiliki

rasa kepedulian terhadap. Penulisan ejan dan tanda baca

yang benar. Di karena kan anak-anak pada zaman sekarang

sudah lu cara penulisan ejaan dan tanda baca yang benar.

Banyak ejaan aru yang bermunculan setiap satu decade.

Namun hanya segelintir yang masih menggunakan nya

dengan baik dan benar. Di sanalah kami tergerak untuk

menunjukan bahwa dalam ilmu Bahasa Indonesia terdapat

ejaan dan tanda baca yang baik dan benar. Ejaan dari rezim

ke rezim juga berubah-ubah. Tercatat Indonesia sudah tiga

kali mengganti dalam ejaan. Dari masa presiden Soekarno

sampai Presiden zaman sekarang. Awal nya ejaan Bahasa

Indonesia banyak sekali yang mengapdobsi dari konsonan

Belanda. Lalu seiring berubah nya masa maka ejaan

(3)

Pengertian Ejaan

Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf, atau serta penggunaan tanda bacanya. Tiap negara mempunyai aturan ejaan tersendiri dalam

melambangkan bunyi-bunyi bahasa negaranya. Demikian juga di Indonesia, tercatat ada 6 sejarah ejaan yang pernah dikenal di Indonesia. Dari enam ejaan tersebut, ada 3 ejaan yang pernah diberlakukan bahkan salah satunya tetap dipakai sampai saat ini yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan 3 ejaan lainnya belum sempat di terapkan atau dipakai di Indonesia karena berbagai faktor.

Dasar yang paling baik dalam melambangkan bunyi-ujaran atau bahasa adalah satu bunyi-ujaran yang mempunyai fungsi untuk membedakan arti harus

dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Dengan demikian pelukisan atas bahasa lisan itu akan mendekati kesempurnaan, walaupun kesempurnaan yang dimaksud itu tentulah dalam batas-batas ukuran kemanusiaan, masih bersifat relatif. Walaupun begitu literasi (penulisan) bahasa itu belum memuaskan karena kesatuan intonasi yang bulat yang menghidupkan suatu arus-ujaran itu hingga kini belum dapat diatasi. Sudah diusahakan bermacam-macam tanda untuk tujuan itu tetapi belum juga memberi kepuasan. Segala macam tanda baca untuk

menggambarkan perhentian antara, perhentian akhir, tekanan, tanda tanya, dan lain-lain adalah hasil dari usaha itu. Tetapi hasil usaha itu belum dapat

menunjukkan dengan tegas bagaimana suatu ujaran harus diulang oleh yang membacanya.

Segala macam tanda baca seperti yang disebut di atas disebut tanda baca atau

pungtuasi.

Walaupun sistem ejaan sekarang didasarkan atas sistem fonemis, yaitu satu tanda untuk satu bunyi, namun masih terdapat kepincangan-kepincangan. Ada fonem yang masih dilambangkan dengan dua tanda (diagraf ), misalnya ng, ny, kh, dan sy. Jika kita menghendaki kekonsekuenan terhadap prinsip yang dianut, maka diagraf-diagraf tersebut harus dirubah menjadi monograf (satu fonem satu tanda). Di samping itu masih terdapat kekurangan lain yang sangat mengganggu terutama dalam mengucapkan kata-kata yang bersangkutan, yaitu ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja yakni e (pepet) dan e (taling). Ini

(4)

Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana

melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana

menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menulils seluruh kata di sana. Apakah kita harus memisahkan kata bunga menjadi

bu – nga atau b – unga . Semuanya ini memerlukan suatu peraturan umum, agar jangan timbul kesewenangan.

Batasan: Keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu

(pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.

Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/ Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:

Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu :

1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang. 2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

3. Tanda diakritik, seperti koma ain, hamzah dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.

4. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

Ejaan Soewandi

(5)

menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan Republik Indonesia meresmikan ejaan baru yang dikenal dengan nama Ejaan Republik, yang menggantikan ejaan sebelumnya. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu :

1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur.

2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak,

pak, maklum, rakjat.

3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada anak2 (anak-anak), ber-jalan2 (berjalan-jalan), ke-barat2-an (kebarat-baratan).

4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

Pada Kongres II Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Prof. Dr. Prijono mengajukan Pra-saran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlunya penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia.

Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)

Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerja sama dengan Malaysia dengan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama ini, terbentuklah Ejaan Melindo yang diharapkan pemakaiannya berlaku di kedua negara paling lambat bulan Januari 1962. Namun, perkembangan hubungan politik yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini kembali gagal

diberlakukan.

Pada awal Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang sekarang menjadi Pusat Bahasa kembali menyusun Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun, hasil perubahan ini juga tetap banyak mendapat pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal kembali.

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan

(6)

menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokanpemakaian ejaan itu.

Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa

Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 ( Amran Halim, Ketua ), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat

putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurkan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut : 1. Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan

dj djalan, djauh j jalan, jauh J pajung, laju y payung, layu nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat tj tjukup, tjutji c cukup, cuci

ch tarich, achir kh tarikh, akhir

2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi

sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya. F maaf, fakir

v valuta, universitas z zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai a : b = p : q

(7)

4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan, dan di atau ke sebagai kata depan dibeda- kan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang ikutinya.

di- (awalan) di (kata depan)

ditulis di kampus dibakar di rumah dilempar di jalan dipikirkan di sini ketua ke kampus kekasih ke luar negeri kehendak ke atas

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. Contoh : Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.

Perubahan:

Indonesia (pra-1972)

Malaysia (pra-1972)

Sejak 1972

tj ch c

dj j j

ch kh kh

nj ny ny

sj sh sh

j y y

oe* u u

(8)

Perbedaan dengan ejaan sebelumnya

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci

 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak

 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang

 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk

 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat

 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir

 awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi,

sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan. Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca sesuai EYD.

Petuasi (tanda baca)

(9)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh: Saya suka makan nasi.

Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Contoh:

 Irwan S. Gatot

 George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contoh: Dwiki Halla

Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh:

 Dr. (doktor)

 S.E. (sarjana ekonomi)

 Kol. (kolonel)

 Bpk. (bapak)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum "dan"]

Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

 Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

(10)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.

Contoh:

 Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

 Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:

Ketua : Axel Wakil Ketua : Putri Sekretaris : Helena Wakil Sekretaris : Michelle Bendahara : Tio

Wakil bendahara : Dikel

Tanda titikdua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Contoh:

Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!" Rex : "Siap, Boss!"

Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.

Contoh:

(11)

(ii) Surah Yasin:9

(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Contoh:

 p-e-n-g-u-r-u-s

 8-4-1973

Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

Bandingkan:

 ber-evolusi dengan be-revolusi

 dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).

 Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

1a. Tanda pisahem (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.

Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.

Contoh:

Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom —telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.

Contoh:

 1919–1921

 Medan–Jakarta

(12)

2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).

Contoh:

 dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65

 antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499

 −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.

Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.

Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Contoh:

 Kapan ia berangkat?

 Saudara tahu, bukan?

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:

 Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

 Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. Tanda Seru (!)[sunting sumber]

(13)

emosi yang kuat. Contoh:

 Alangkah mengerikannya peristiwa itu!

 Bersihkan meja itu sekarang juga!

 Sampai hati ia membuang anaknya!

 Merdeka!

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Contoh:

 Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.

 Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

anda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

(14)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh:

 "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

 Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia." Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Contoh:

 Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

 Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.

 Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh:

 Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

 "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Contoh: feed-back 'balikan'

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:

 No. 7/PK/1973

 Jalan Kramat III/10

(15)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Contoh:

 Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)

 Malam 'lah tiba. ('lah = telah)

 1 Januari '88 ('88 = 1988)

Referensi

Dokumen terkait

O&M adalah agar tunanetra dapat memasuki setiap lingkungan, baik yang sudah dikenal maupun belum dikenal, dengan aman, efisien, luwes, dan mandiri

serangga yang menjadi hama, pengamatan gejala yang ditimbulkan, tingkat kerusakan pada bibit di persemaian yang berumur 4-11 bulan dan keadaan umum lokasi penelitian

Selain dengan itu Ridho Baharudin Ar Rosyid siswa perwakilan kelas XI IPA 1, juga memberikan tanggapan sebagai berikut: “Ya tentu saja, saya selalu menanamkan hal

Beberapa penelitian yang terkait dengan deteksi kedipan mata telah banyak dilakukan sebelumnya untuk berbagai macam tujuan, antara lain: mendeteksi kelelahan pada

Rancangan sistem informasi akuntansi penjualan tunai dibuat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi di dalam perusahaan dengan mengadakan perancangan struktur organisasi

Program sistem informasi geografis pemetaan kebutuhan sarana prasarana sekolah negeri di Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara memuat 18 tampilan halaman yang

Secara garis besar, komponen ETTV sama dengan komponen dalam formula OTTV yang juga memperhitungkan beban panas konduksi dari permukaan masif fasad serta beban

 Menjawab pertanyaan tentang materi Proses daur ulang dan 3 R (reuse, reduse, recycle) yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan. 