• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Keluarga di Kota Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Keluarga di Kota Palembang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Keluarga

di Kota Palembang

Analisis Singkat Hasil Pendataan Keluarga

Tahun 2008 dan 2011

Disampaikan oleh

Imron A. Hakim

pada Seminar Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011 Kota Palembang Selasa, 10 April 2012 di Hotel Swarna Dwipa Palembang

(2)

2

Perkembangan Keluarga di Kota Palembang:

Analisis Singkat Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2008 dan 2011

Oleh Imron A. Hakim1

1. Pendahuluan

Pendataan Keluarga oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) dilaksanakan setiap tahun. Cakupan wilayah pendataanya adalah seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, tentu, termasuk di Kota Palembang. Data yang dihimpun dalam Pendataan Keluarga secara garis besar adalah mencakup data Karakteristik Demografi, Keluarga Berencana, dan tahapan Keluarga Sejahtera. Hasil pendataan keluarga dijadikan acuan oleh BkkbN dalam menyusun rencana dan program kerjanya. Hasil pendataan yang dipublikasikan tersebut, dapat dimanfaatkan oleh instansi pemerintah seperti Bapeda, Dinas Sosial dan lembaga swadaya masyarakat, badan usaha dan peneliti untuk berbagai keperluan masing-masing. Meningat pelaksanaan pendataan keluarga dilakukan atau di-update setiap tahun, maka data perkembangan keluarga di suatu daerah dapat dipantau dan dianalisis untuk keperluan penyusunan suatu program pembangunan.

Makalah ini akan memaparkan secara singkat perkembangan penduduk Kota Palembang berdasarkan data yang dipublikasikan tahun 2008 dan tahun 2011. Pembahasan dilakukan dengan cara membandingkan data tahun 2008 dan tahun 2011, sehingga diperoleh gambaran tren perkembangan (dalam tiga tahun terakhir) mengenai sejumlah indikator keluarga, seperti jumlah rumah tangga, jumlah kepala keluarga (KK), tingkat pendidikan kepala keluarga, status perkawinan kepala keluarga, status pekerjaan kepala keluarga, jumlah jiwa dalam keluarga, jumlah pasangan usia subur, keikutsertaan dalam program keluarga berencana, jumlah bayi, balita dan keikutsertaanya pada program Posyandu, penduduk usia produktif dan lansia serta perkembangan keluarga sejahtera. Dengan pemaparan data keluarga ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat program aksi yang tepat sasaran, khususnya dalam membangun keluarga sejahtera.

1

(3)

3

2. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga

Wilayah Kota Palembang secara administratif dibagi menjadi 16 Kecamatan, 107 kelurahan dan pada tahun 2011 terdapat 3.970 Rukun Tetangga (RT). Jumlah RT ini bertambah sekitar 3 persen dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 3.850 RT. Kecenderungan yang sama terjadi pada jumlah rumah tangga, yaitu bertambah sekitar 6,6 persen, seperti disajikan pada Gambar 1. Meningkatnya jumlah rumah tangga ini dapat difahami karena adanya peningkatan jumlah penduduk yang membentuk keluarga baru.

Dibandingkan dengan hasil pendataan tahun 2008, jumlah keluarga di Kota Palembang pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan sekitar 8,2 persen (Gambar 2). Peningkatan jumlah keluarga merupakan konsekwensi logis dari struktur penduduk muda, dalam arti lebih banyak pada golongan usia muda, sehingga mereka membentuk keluarga baru. Perkembangan ini berimplikasi pada sejumlah aspek, diantaranya adalah penyediaan rumah/tempat tinggal bagi keluarga baru, pada saatnya ketika keluarga baru memiliki anak, maka diperlukan ketersediaan sandang pangan dan faslitas pendidikan.

Tahun 2008 Tahun 2011

290.097

310.565

Jumlah Rumah Tangga

(4)

4

3. Aspek Demografi Keluarga

a. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin

Peningkatan jumlah Kepala Keluarga (KK) relatif tidak banyak. Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 312.937 KK, dan pada tahun 2011 tercatat 340.979 bertambah 28.042 yang berarti meningkat sekitar 8,2 persen. Jenis kelamin Kepala Keluarga (KK) tidak semuanya laki-laki sebagaimana terjadi di Kota Palembang (Lihat Gambar 3). Pada tahun 2008, jumlah perempuan yang menjadi kepala sebanyak 30.239 atau 9.6 dari total KK. Pada tahun 2011 terdapat 33.172 atau 9,7 persen dari seluruh KK. Data ini menunjukkan ada peningkatan 1 persen peempuan yang menjadi KK.

Tahun 2008 Tahun 2011

312.937

340.979

Jumlah Keluarga di Kota

Palembang

meningkat 8,2%

Laki-laki Perempuan

90,4 9,6

90,3 9,7

Persentase Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin

Gambar 2. Perkembangan Jumlah keluarga

(5)

5

b. Kepala Keluarga Menurut Status Pekerjaan

Kepala Keluarga sebagian besar berstatus bekerja, baik pada tahun 2008 maupun tahun 2011. Pada Gambar 4 nampak jumlah kepala kepala keluarga yang tidak bekerja pada tahun 2011 cenderung menurun dibandingkan tahun (2008), yaitu dari 17,5 persen menjadi 13,1 persen atau menurun sekitar 4,4 persen. Dengan kata lain, KK yang bekerja pada tahun 2011 lebih banyak dibandingkan tahun 2008. Adapun jenis pekerjaan KK tidak dijumpai pada Hasil Pendataan Keluarga sehingga tidak dapat diinformasikan jenis pekerjaan apa saja yang dimasuki oleh KK di Kota Palembang.

c. Kepala Keluarga menurut Status Kawin

Jumlah Kepala Keluarga berstatus kawin pada tahun 2011 cenderung lebih banyak dibandingkan tahun 2008, yaitu masing-masing 87,0 persen dan 86,7 persen dari total KK. Data ini dapat juga dikatakan bahwa KK yang berstatus duda/janda (single parent) jumlahnya menurun dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 (Lihat Gambar 5). Informasi yang dihimpun dalam Hasil Pendataan Keluarga tidak menjelaskan faktor penyebab KK menjadi duda/janda, apakah karena perceraian atau ditinggal mati oleh pasangannya. Apabila KK yang menjadi “single

parent” karena perceraian, maka data tahun 2011 menunjukkan tren penurunan angka perceraian pada keluarga di Kota Palembang. Namun, asumsi ini perlu didukung data dari instansi terkait, seperti Kantor Urusan Agama (KUA).

Bekerja

Tidak Bekerja Persentasi KK menurut Status Pekerjaan

Tahun 2008 Tahun 2011

(6)

6

d. Status Pendidikan Kepala Keluarga

Pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Berkaitan dengan itu, pendataan keluarga mencatat status pendidikan dari setiap KK. Status pendidikan KK di Kota Palembang secara umum relatif baik, yaitu sebagian besar tamat SD+SMP dan tamat SMA. Perkembangan Status Pendidikan KK pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2008 dapat disimak pada Gambar 6. Persentase KK yang tamat perguruan tinggi cenderung meningkat, yaitu dari 11,4 persen pada tahun 2008 menjadi 12,1 persen pada tahun 2011. Kecenderungan yang sama terjadi pada KK yang tamat SMA, yaitu meningkat sekitar 2 persen. Sebaliknya, KK yang tamat SD dan SMP serta yang tidak Tamat SD cenderung menurun. Penurunan persentase yang tidak tamat SD ini dapat ditafsirkan bahwa KK yang tidak tamat SD semakin sedikit yang berarti pula bahwa tingkat pendidikan KK cenderung meningkat.

kawin duda/janda 86,7

13,3 87,0

13,0

Persentase KK Menurut Status Kawin

Tahun 2008 Tahun 2011

(7)

7

Berikut akan ditampilkan status pendidikan KK menurut jenjang pendidikan dan kecamatan di Kota Palembang, pada kondisi tahun 2008 dan 2011. Dalam makalah ini dibatasi pada KK yang Tidak tamat SD dan KK yang Tamat Perguruan Tinggi. Gambar 7 dan 8 menunjukkan KK yang tidak tamat SD menurut kecamatan.

Tidak Tamat SD

Gambar 6. Perkembangan KK menurut Status Pendidikan

(8)

8

Pada Gambar 7, dapat dilihat proporsi paling sedikit KK yang Tidak tamat SD terdapat di Kecamatan Sako (3,8 persen), sebaliknya KK yang paling banyak Tidak tamat SD berada di Kecamatan Ilir Barat I (16,2 persen). Pada urutan terbanyak kedua, KK yang tidak tamat SD bermukim di Kecamatan Ilir Barat II (15,9 persen). Gambar 8 menunjukkan persentase KK yang Tidak tamat SD pada tahun 2011. Kecamatan dengan jumlah KK yang Tidak tamat SD paling sedikit adalah Kecamatan Alang-alang Lebar (1,0%), yang pada tahun 2008 terdapat di Kecamatan Sako. Kecamatan dengan jumlah KK yang paling banyak adalah Kecamatan Ilir Barat II, yang pada tahun 2011 berada pada urutan kedua setelah Kecamatan Ilir Barat I.

Gambar 9 dan 10 menunjukkan KK yang Tamat Perguruan Tinggi menurut Kecamatan pada tahun 2008 dan 2011. Pada tahun 2008, kecamatan dengan jumlah KK yang Tamat Perguruan Tinggi paling rendah adalah Kecamatan Kertapati. Kondisi yang sama terjadi juga pada tahun 2011. Sebaliknya, kecamatan dengan jumlah KK yang Tamat Perguruan Tinggi terbanyak adalah Kecamatan Kalidoni dan Kecamatan Ilir Barat I, sedangkan pada tahun 2011 ditempati oleh Kecamatan Sukarami, kemudian

(9)

9

pada urutan kedua adalah Kecamatan Alang-alang Lebar. Data ini memberikan gambaran bahwa KK yang berpendidikan tinggi kurang berminat bertempat tinggal di Kecamatan Kertapati. Mengapa? Untuk menjawabnya diperlukan penelitian lebih lanjut.

.

-2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0

Tahun 2008 Tamat PerguruanTinggi

-2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 20,0

Tahun 2011 Tamat Perguruan Tinggi

Gambar 9. Persentase KK yang TamatPerguruan Tinggi per Kecamatan Tahun 2008

(10)

10

e. Jumlah Jiwa dalam Keluarga

Jumlah jiwa dalam keluarga pada tahun 2011 hanya relatif sedikit meningkat, yaitu sekitar 0,5 persen. Pada tahun 2008 terdapat 1.459.463 jiwa, dan pada tahun 2011 menjadi 1.466.494 atau bertambah sebanyak 7.031 jiwa. Jumlah laki-laki dan perempuan relatif seimbang dengan kecenderungan lebih banyak perempuan, baik pada tahun 2008 maupun 2011 seperti dijelaskan pada Gambar 11.

4. Jumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur

Perkembangan jumlah jiwa yang menurut kelompok umur yang didata dalam Pendataan Keluarga adalah mencakup kelompok umur 0 s.d <1 (bayi), umur 1s.d.<5 tahun (balita), umur 5-6 tahun (usia Prasekolah/PAUD), umur 7-15 tahun (usia pendidikan dasar mencakup SD+SMP, umur 16-21 tahun, umur 22-59 tahun dan kelompok umur 60 tahun ke atas. Namun dalam makalah ini hanya ditampilkan perkembangan kelompok umur 0 s.d <1 tahun (bayi), umur 1 s.d <5 tahun (balita) dan keikutsertaanya dalam program Posyandu serta kelompok usia lanjut (Lanjut).

a. Jumlah Bayi dan Keikutsertaan pada Posyandu

Jumlah bayi pada tahun 2008 tercatat 21.098 jiwa, pada tahun 2011 tercatat sebanyak 18.954 jiwa. Dengan demikian terjadi penurunan jumlah bayi sebanyak 2.144

49,5 49,6 49,7 49,8 49,9 50,0 50,1 50,2 50,3

Laki-laki Perempuan Tahun 2008 49,8 50,2 Tahun 2011 49,8 50,2

(11)

11

jiwa atau sekitar 11,3 persen. Data ini dapat mengindikasikan adanya penundaan kelahiran di kalangan pasangan usia subur, yang berarti program KB telah diadopsi oleh masyarakat. Meski demikian, diperlukan kajian dan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.

Untuk menjaga kesehatan bayi, pemerintah menyelenggarakan Pos Pelayananan terpadu (Posyandu). Keikutsertaan orangtua yang memiliki bayi dalam program Posyandu pada tahun 2011 cenderung meningkat sekitar 1,8 persen dibandingkan dengan tahun 2008 sebagaimana dapat disimak pada Gambar 12. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran orangtua yang memiliki bayi untuk memeriksakan perkembangan kesehatan anaknya semakin meningkat.

b. Balita dan Keikutsertaan pada Posyandu

Jumlah anak Balita berdasarkan hasil updating data keluarga pada tahun 2008 tercatat sebanyak 77.352 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 tercatat 72.390 jiwa. Hal ini berarti terjadi penurunan jumlah balita sekitar 4.390 jiwa atau menurun sekitar 7 persen. Kecenderungan penurunan jumlah balita ini sama dengan penurunan jumlah bayi. Di sisi lain, keikutsertaan anak balita pada program Posyandu cenderung meningkat. Pada tahun 2011 terdapat 86,3 Balita yang ikut Posyandu, sedangkan pada tahun 2008 tercatat sebanyak 82,8 persen. Hal ini berarti terjadi peningatan sekitar 3,5

Ikut Posyandu

Tidak ikut Posyandu 84,9

15,1 86,7

13,3 Tahun 2008 Tahun 2011

(12)

12

persen. Informasi ini menunjukkan bahwa kesadaran orang tua yang memiliki anak balita untuk memeriksakan kesehatan anaknya di pos pelayanan terdekat cenderung meningkat. Diharapkan, pada tahun-tahun mendatang Penyelenggaraan Program Posyandu dapat lebih diintensifkan sehingga akan lebih banyak lagi Balita yang dibawa ke Posyandu.

c. Kelompok Usia 60 tahun ke atas (Lansia)

Jumlah penduduk umur 60 tahun ke atas (disebut Lansia), pada tahun pada tahun 2008 tercatat sebanyak 82.509 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 tercatat 86.785 jiwa, yang berarti terjadi peningkatan sebanyak 4.276 (4,9 persen). Data ini menggambarkan bahwa di Kota Palembang cenderung semakin banyak penduduk Lansia. Dari sisi produktivitas, mereka sudah tergolong tidak produktif dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Namun kehadiran penduduk Lansia perlu diantisipasi dengan program-program yang cocok untuk para Lansia, seperti layanan kesehatan atau layanan lainnya yang memberikan peluang pada Lansia yang masih ingin bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Secara grafis perkembangan jumlah Lansia di Kota Palembang dapat dilihat pada Gambar 14.

Ikut Posyandu Tidak ikut Posyandu

82,8 17,2

86,3 13,7

Tahun 2011 Tahun 2008

(13)

13

5. Jumlah Wanita Usia Subur

Jumlah wanita usia subur (WUS) pada tahun 2008 tercatat 424.497 jiwa dan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 435.048 jiwa. Hal ini berati bertambah sebanyak 10.551 jiwa atau meningkat sekitar 2,4 persen. Hasil pendataan keluarga pada tahun 2011 juga menunjukkan bahwa Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung lebih banyak (256.481 PUS) dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 (231.523 PUS). Ini berarti meningkat hampir 10 persen (9,7%) dalam tiga tahun terakhir. Meningkatnya jumlah wanita usia subur dan pasangan usia subur selayaknya menjadi perhatian bagi instansi pemerintah yang berurusan dengan program keluarga berencana. Hal ini dimaksudkan agar pertambahan PUS tidak menjadi

“pemicu” bagi terjadinya “ledakan penduduk” di masa mendatang.

Dilihat berdasarkan kelompok umur, data pada tahun 2008 dan 2011 menunjukkan sedikit perbedaan. Pada kelompok usia kurang dari 20 tahun dan usia 20-29 tahun, jumlah PUS pada tahun 2011 lebih banyak dibandingkan tahun 2008. Sebaliknya pada kelompok usia 30-49 tahun terjadi penurunan sekitar 4 persen. Informasi ini mengisyaratkan agar layanan program KB termasuk KIE dan advokasi, perlu lebih memperhatikan segmentasi usia PUS, sehingga program menjadi tepat sasaran (Lihat Gambar 15).

80.000 82.000 84.000 86.000 88.000

Tahun 2008

Tahun 2011

Tahun 2008 Tahun 2011 Lansia 82.509 86.785

(14)

14

Jumlah pasangan usia subur yang mengikuti program KB relatif tidak mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir (2008-2011). Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 231.523 PUS, dan yang ikut program KB sebanyak 175.560 PUS atau 75,8 persen. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 256.481 PUS dan yang ikut program KB sebanyak 75,9 persen atau naik sekitar satu persen. Data ini mengisyaratkan perlunya upaya yang lebih kuat dan kreatif lagi untuk meningkatkan partisipsi PUS dalam program KB.

Sementara itu, alasan PUS bukan peserta KB antara lain karena sedang hamil, menginginkan segera punya anak, ingin anak ditunda dulu dan tidak ingin anak lagi. Data Tahun 2008 dan 2011 menunjukkan alasan yang terbanyak yaitu mencapai 30 persen PUS adalah tidak ingin anak lagi disusul ingin anak ditunda dulu. Dua alasan ini nampaknya perlu diperhatikan oleh petugas pelayanan KB, karena bukankan kalau tidak menginginkan anak lagi atau ingin anak tapi ditunda, semestinya PUS tersebut menjadi peserta KB namun yang bersangkutan digolongkan bukan peserta KB. Kajian lebih lanjut untuk mengetahui kelompok usia PUS yang bukan peserta KB sangat diperlukan karena data yang dipublikasikan tidak mengungkapkan hal ini.

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0

<20 thn

20-29 thn

30-49 thn

1,8

33,2

65,0 2,3

36,7

61,0

Tahun 2008 Tahun 2011

(15)

15

6. Perkembangan Keluarga Sejahtera

Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan ke dalam beberapa tahapan, yaitu Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera Plus. Tren perkembangan pentahapan keluarga sejahtera dapat disimak pada Gambar 17 sd 21. Berdasarkan data tahun 2011, persentase Keluarga Prasejahtera cenderung menurun dibandingkan tahun 2008, yaitu dari 10,2 persen menjadi 8,2 persen dari seluruh keluarga di Kota Palembang yang didata (Gambar 17). Hal ini menandakan bahwa dalam tiga tahun terakhir terjadi penurunan jumlah keluarga prasejahtera (sering juga disebut keluarga miskin) sekitar dua persen. Meskipun penurunannya relatif sedikit, tapi dengan berkurangnya jumlah keluarga prasejahtera menunjukkan adanya peningkatan tarap hidup masyarakat sebagai dampak dari pembangunan. Ke depan diharapkan jumlah keluarga pra sejahtera ini semakin sedikit bahkan tidak ada samasekali.

Pada tahun 2011, proporsi Keluarga Sejahtera I cenderung menurun dibandingkan yang ditemukan pada tahun 2008 (lihat Gambar 18). Penurunan jumlah Keluarga Sejahtera I ini diharapkan bukan karena beralih menjadi keluarga Prasejahtera, melainkan meningkat masuk di kategori Keluarga Sejahtera II. Harapan ini bukan tanpa

0,0

(16)

16

alasan, sebab pada Gambar 18 sd 21 menunjukkan adanya peningkatan persentasi keluarga Sejahtera II sd Keluarga Sejahtera III Plus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara umum, telah terjadi peningkatan tarap kesejahteraan keluarga di Kota Palembang.

1 2

31.951

10,2 27.919

8,2

Keluarga PraSejahtera Tahun 2008 Keluarga PraSejahtera Tahun 2011

Kel. Sejahtera I Tahun 2008 Kel. Sejahtera I Tahun 2011

-20.000 40.000 60.000 80.000 100.000

1

2

89.341

28,5 95.367

28,0

Gambar 17. Perkembangan Keluarga Pra Sejahtera

(17)

17

1

2

132.163

42,2 147.418

43,2

Kel. Sejahtera II Tahun 2008 Kel. Sejahtera II Tahun 2011

-50.000 100.000

1

2

55.322

17,7 65.227

19,1

Kel sejahtera III Tahun 2008 Kel sejahtera III Tahun 2011

1 2

4.160 1,3

5.048 1,5

Kel sejahtera III plus Tahun 2011 Kel sejahtera III plus Tahun 2008

Gambar 19. Perkembangan Keluarga Sejahtera II

Gambar 20. Perkembangan Keluarga Sejahtera III

(18)

18

7. Simpulan dan Rekomendasi

Hasil “updating” Pendataan Keluarga dapat menggambarkan perkembangan kondisi penduduk, khususnya Keluarga di Kota Palembang. Data ini sangat diperlukan untuk mengetahui sejumlah indikator penting dalam pembangunan seperti jumlah dan komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, kesertaan dalam program keluarga berencana, jumlah usia pendidikan dasar (7-9 tahun) yang bersekolah, tahapan keluarga sejahtera. Karena pendataan keluarga dilakukan setiap tahun, maka kita dapat memantau dan mengevaluasi pekembangan hasil pelaksanaan pembangunan, khususnya di bidang kesehatan, keluarga berencana (KB), pendidikan dan ekonomi.

Berkenaan dengan hasil pendataan keluarga, maka direkomendasikan:

a. Jika selama ini data hasil pendataan keluarga hanya dipakai oleh kalangan internal BKKBN atau instansi yang mengelola program KB dan pihak lain secara terbatas, hal ini bukan semata-mata karena datanya tidak dapat dipercaya, melainkan karena publikasi hasil pendataan yang relatif terbatas. Karena itu, penulis merekomandasikan kiranya perlu diperbanyak dan diperluas jenis dan bentuk publikasi hasil pendataan keluarga tersebut, tidak cukup hanya forum Seminar.

b. Makalah ini hanya mengungkapkan sebagian saja dari hasil pendataan keluarga di Kota Palembang, dan pembahasannya juga bersifat umum. Untuk itu direkomendasikan bagi peneliti atau penulis lain untuk melakukan analisis lebih lanjut dengan mengkaji hubungan antara variabel-variabel demografis dan sosial ekonomi keluarga dengan level kesejahteraan keluarga, kesertaan bayi atau anak balita dalam program Posyandu atau kesertaan PUS dalam program KB. Jika hal ini dilakukan akan menambah informasi yang lebih bermanfaat bagi penajaman program pembangunan.

Demikianlah pembahasan yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat.

Wallohu „alam.

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Rumah Tangga di Kota
Gambar 2. Perkembangan Jumlah keluarga
Gambar 4. Perkembangan KK menurut Status Pekerjaan
Gambar 5. Perkembangan KK menurut Status Kawin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Tidak Bermotor.. Belanja modal

“ Terhadap Kontraktor/PT Pertamina (Persero) atau pihak lain yang berkontrak dengan Kontraktor/PT Pertamina (Persero) tidak melaksanakan ekspor atas Barang Operasi yang

diperkirakan mempengaruhi lingkup, kualitas, hasil/ kinerja dan diyakini tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan persyaratan/ ketentuan, maka penawaran tidak memenuhi

 Pengendalian mutu bahan baku, proses produksi dan produk jadi diperlukan untuk menghindari produk yang tidak sesuai dan mengetahui kesesuaian produk yang

Abstrak - Jaringan transmisi pada sistem tenaga listrik berfungsi sebagai sarana untuk menyalurkan energi listrik yang dihasilkan dari pusat pembangkit ke pusat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh spiritual leadership terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer Bank Syariah di Surabaya.. Populasi dalam

Pada kalimat tersebut pengarang ingin mengingatkan kepada pembaca bahwa kita sebagai orang muslim harus berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tunggal dengan cara kita harus selalu eling

Naiknya nilai ROA dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih yang maksimal dengan menggunakan aktivanya secara