• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PAD"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PADA BERITA KECELAKAAN MOBIL LISTRIK TUCUXI

(Analisis Isi Kuantitatif pada Jawa Pos dan Kompas periode Januari 2013 )

TITAH MRANANI

0911220035

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PADA BERITA KECELAKAAN MOBIL LISTRIK TUCUXI

(Analisis Isi Kuantitatif pada Jawa Pos dan Kompas periode Januari 2013 )

Oleh :

Titah MrananiFISIP, Universitas Brawijaya

Abstrak

Objektivitas merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan syarat sebuah berita dan menunjukkan kredibilitas media. Tujuan penelitian ini adalah melihat objektivitas surat kabar Jawa Pos dan Kompas tentang berita kecelakaan mobil listrik Tucuxi yang dikendarai Dahlan Iskan. Selain itu, penelitian ini juga ingin menguji asumsi dari Shoemaker dan Reese tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan berita. Karena ada kecenderungan bahwa sumber berita dalam kejadian ini adalah Dahlan Iskan, berpotensi mempengaruhi isi berita. Untuk melihat objektivitas berita, peneliti menggunakan konsep Objektivitas Berita Westertahl. Konsep tersebut dibagi menjadi dua dimensi yaitu Dimensi Faktualitas dan Dimensi Imparsialitas.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dan jenis penelitian yang digunakan adalah analisis isi. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dengan hasil 13 berita sesuai dengan indikator. Adapun teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah table distribusi frekuensi. Dari tabel distribusi frekuensi dapat dilhat berapa besaran frekuensi pada masing-masing indikator yang terdapat pada berita di Jawa Pos dan Kompas.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari delapan indikator yang digunakan pada penelitian ini, Kompas lebih objektif pada enam indikator, sedangkan Jawa Pos objektif pada dua indikator. Hal tersebut berarti Kompas lebih objektif dibandingkan Jawa Pos pada berita yang terkait dengan kecelakaan mobil listrik yang dialami oleh Dahlan Iskan. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa asumsi yang dikemukakan Shoemaker dan Reese tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan berita benar adanya.

(3)

Dalam beberapa tahun terakhir objektivitas berita menjadi major issue atau topik yang banyak diperdebatkan di kalangan praktisi jurnalistik dan menjadi kajian penelitian. Seperti yang diungkapan Santoso (2011, h.1) dalam penelitiannya, “Bahan perdebatan yang sering mengemuka tentang objektivitas adalah tentang definisi objektivitas itu sendiri, kriteria objektivitas, hingga pertanyaan pesimis tentang apakah ada objektivitas di dunia ini?” Selain itu masih ada pertanyaa lagi tentang objektivitas berita, misalnya saja tentang sejauh mana objektivitas media dapat diukur? Apakah objektivitas berarti wartawan sama sekali tidak boleh berpihak? Apakah objektivitas berarti segala-galanya bagi kredibilitas sebuah media?

Taufiq (n.d) juga mengatakan bahwa konsep objektivitas

dalam jurnalisme

berkembang hampir satu abad yang lalu, sebagai reaksi terhadap pelaporan yang sensasional dan didorong oleh opini yang merupakan hal biasa pada kebanyakan surat kabar zaman itu. Istilah “objektivitas” pada mulanya

dipakai untuk

menggambarkan sebuah pendekatan atau metode jurnalistik, wartawan akan berusaha menyampaikan berita dengan cara yang objektif, tanpa mencerminkan bias pribadi maupun kelompok.

Pengertian dari objektivitas dalam dunia media massa adalah suatu metode yang digunakan untuk menghadirkan suatu gambaran dunia yang sedapat mungkin jujur dan cermat dalam batas-batas praktik jurnalistik. Pengertian tersebut sebagaimana diungkapkan McQuail (2000), bahwa objektivitas pada umumnya berkaitan dengan berita dan informasi. Informasi dikatakan objektif jika akurat, jujur, lengkap, sesuai dengan kenyataan, bisa diandalkan dan memisahkan antara fakta dan opini. Informasi juga harus seimbang dan adil, dalam artian melaporkan perspektif-perspektif alternatif dalam sifat yang tidak sensasional dan tidak bias.

Pada dasarnya objektivitas berita merupakan suatu hal yang penting. Seperti yang diungkapkan Puspita (2011, h. 3) mengutip dari McQuail, “Objektivitas bisa jadi hanya merupakan salah satu syarat sebuah berita, namun objektivitas pun memiliki peranan penting sebagai kunci bagi khalayak untuk menilai apakah berita tersebut dapat dipercaya dan reliabel.”

(4)

sangat penting karena nantinya berita-berita yang dimuat pada surat kabar akan dibaca oleh khalayak.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Ardinanto dan Erdinaya (2005), bahwa media massa mempunyai peran untuk mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang terhadap nilai objek yang diberikan dalam media massa. Pemberitaan dikatakan tidak objektif jika terdapat keberpihakan kepada salah satu pihak saja. Wartawan dituntut untuk menggunakan objektivitasnya sebaik mungkin, karena hal tersebut akan mempengaruhi keakuratan berita yang disajikan. Sebagai pemberi berita yang memberikan data-data mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di dalam negeri, seorang wartawan diharapkan khalayak akan mampu menetapkan sikap serta minatnya, dimana ia harus berdiri, apakah mengikuti arus, menentang arus atau netral.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2009) dan Puspita (2011), keduanya lebih banyak membahas tentang objektivitas suatu media dalam memberitakan sesuatu fenomena atau kejadian. Puspita menggunakan satu media untuk menggambarkan tentang bagaimana pemberitaan tentang virus H5N1 di Indonesia pada surat kabar internasional. Penelitian Fransiskan menggunakan

empat media untuk menggambarkan tentang tingkat objektivitas pada berita Pemilu 2009. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua media untuk melihat objektivitas berita tentang kecelakaan mobil listrik Tucuxi yang dikendarai Dahlan Iskan. Pemilihan media berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberitaan seperti yang diungkapkan Shoemaker dan Reese. Hal ini dikarenakan ada asumsi bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi objektivitas berita.

Karena tidak bisa dipungkiri, berita pada dasarnya juga tidak dapat mutlak objektif. Seperti yang dikutip Puspita (2011) dari Gaye Tuchman meragukan bahwa objektivitas dapat diterapkan oleh seorang jurnalis dalam upayanya menghasilkan liputan yang bebas nilai dan komprehensif berdasarkan “peristiwa nyata”.

Banyak faktor yang mempengaruhi pembuatan berita. Seperti yang diungkapkan Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996) dalam bukunya yang berjudul Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content, faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan berita bisa berasal dari tingkatan individual, rutinitas media, organisasi media, ekstra media maupun dari ideologi perusahaan.

(5)

untuk menentukan apa saja yang

akan disajikan dalam

pemberitaannya kepada khalayak. Saat ini, media akan menggunakan kekuasaannya untuk membentuk opini publik sesuai dengan keinginannya, sehingga redaksi dan jurnalis dikontrol dan didikte harus memberitakan apa saja sesuai dengan ideologi media. Altschull (dalam McQuail, 2000) mengatakan bahwa isi dari media selalu merefleksikan kepentingan orang-orang yang membiayainya. Intervensi pemilik dari industri media semakin kuat, dengan memasukkan kepentingan pemilik atau perusahaan dalam konten berita. Hal ini tercermin dalam informasi publik yang dapat dikonstruksikan oleh pemilik media sebagai komoditi yang menjual, sehingga warga terekspos pada informasi yang terbatas dan cenderung homogen, serta objektivitas yang sulit didapat.

Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Shoemaker dan Reese tentang pengaruh kepemilikan media dengan berita berkaitan sangat erat. Hal ini dikarenakan saat ini media bekerja sebagai suatu sistem yang terintegrasi dengan sub sistem lainnya. Sehingga apa yang diungkapkan oleh Atkins (dalam De Beer dan Merrill 2004, h.168) bahwa “Perspektif mengenai objektivitas yaitu jurnalis haruslah tidak memihak dalam mengumpulkan, memproses dan memberikan berita

yang dapat menjadi nyata dan konkrit sehingga dapat dibuktikan oleh pembacanya”. Namun, hal tersebut saat ini sangat sulit didapatkan karena ada kecenderungan bahwa pemilik media juga memiliki kontrol untuk melihat bagaimana isi pemberitaan terkait sebuah peristiwa.

Berdasarkan penjelasan tentang faktor kepemilikan media dan pengaruhnya tersebut, dalam penelitian tentang objektivitas ini peneliti ingin melihat bagaimana kecenderungan objektivitas berita media massa yaitu Jawa Pos dan Kompas. Alasan pemilihan Jawa Pos sebagai objek pada penelitian ini adalah Dahlan Iskan merupakan mantan CEO dari Jawa Pos. Selain itu, saat ini Jawa Pos dipimpin oleh orang yang memiliki hubungan keluarga dengan Dahlan Iskan. Topik yang dipilih untuk melihat gambaran objektivitas media adalah kecelakaan yang dialami Dahlan Iskan ketika mengendarai mobil listrik Tucuxi pada Januari 2013 yang lalu.

(6)

faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan berita terbukti atau tidak.

Penelitian ini tidak meneliti tentang proses pembuatan berita. Fokus dari penelitian ini hanya ingin membuktikan kecenderungan isi komunikasi atau berita dalam penelitian ini, tentang kecelakaan yang dialami Dahlan Iskan. Menurut Shoemaker dan Reese, salah satu faktor yang mempengaruhi isi berita adalah struktur organisasi media dan sumber berita. Dalam struktur organisasi, Dahlan Iskan merupakan mantan CEO Jawa Pos. Kemudian dari segi sumber berita, Shoemaker dan Reese menyebutkan bahwa “Sumber berita, dalam hal ini bukan dipandang sebagai pihak yang netral dalam memberikan informasi, namun memiliki kepentingan tersendiri serta memberlakukan politik media dalam informasinya” (1996, h.64). Berdasarkan pendapat Shoemaker dan Reese tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pemberitaan tentang Dahlan Iskan di Jawa Pos akan dipengaruhi oleh figur Dahlan Iskan.

Untuk menguji

kecenderungan tersebut, peneliti menggunakan analisis isi. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Wimmer dan Dominick (dalam Kriyantono, 2006), fungsi dari analisis isi adalah untuk menggambarkan isi komunikasi yang tampak, dan menguji hipotesa

tentang karakter isi pesan, atau dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk menguji tentang asumsi yang diungkapkan Shoemaker dan Reese tentang faktor yang mempengaruhi pembuatan berita.

Sebagai pembanding pada penelitian ini, peneliti sekarang ini juga memilih Kompas untuk melihat objektivitas berita tentang kecelakaan mobil listrik Tucuxi. Pemilihan Kompas berdasarkan grafik pembaca surat kabar pada tahun 2009 seperti yang dilansir dari website Jawapos.com. Berdasarkan grafik yang ditampilkan sebelumnya, Kompas berada pada peringkat kedua pembaca terbanyak di wilayah Surabaya dan sekitaran Jawa Timur.

(7)

Dari hasil berbagai penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang objektivitas dan pernyataan tentang bagaimana pengaruh pemilik media, serta sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik pasal 1 bahwa “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk” (Dewan Pers, 2011), peneliti ingin melihat bagaimana gambaran komunikasi Jawa Pos dan Kompas terkait berita kecelakaan yang dialami Dahlan Iskan. Diharapkan dengan semakin jelasnya keobjektivitasan sebuah berita, media dapat memberikan informasi yang sesuai dengan realitas dan fakta yang ada dan tidak mengaburkan fakta kejadian dengan ideologi masing-masing media massa.

TINJAUAN PUSTAKA Seperti yang diungkapkan Westerthal (dalam McQuail, 2000) objektivitas setidaknya mengandung faktualitas dan imparsialitas. Faktualitas yang berarti kebenaran yang ada di dalamnya memuat akurasi (tepat dan cermat), serta mengaitkan sesuatu yang relevan untuk diberitakan (relevansi). Selain itu, imparsialitas mensyaratkan adanya keseimbangan dan kenetralan dalam mengungkapkan sesuatu.

Model yang paling mendekati objektivitas yang ideal adalah model

yang dibuat oleh Westersthal, yang mengadopsi peraturan penyiaran di Swedia, meski menghindari istilah objektivitas yang menghendaki ketidakberpihakan. Secara umum model objektivitas tersebut kedalam dua dimensi, yakni dimensi kognitif dan dimensi imparsialitas.

Sumber : Dikutip dari McQuail (dalam Eriyanto, 2011, h. 195-196)

Dimensi faktualitas berhubungan dengan kualitas infomasi dari suatu berita. Dua subdimensi besar dari faktualitas yaitu, truth (kebenaran) dan relevan. Dari subdimensi tersebut, diperkecil lagi menjadi variabel yang lebih ringkas untuk menilai keobjektivitasan sebuah berita.

Subdimensi truth dibagi menjadi tiga turunan lagi yaitu faktual, akurasi dan lengkap. Untuk turunan relevan terdiri dari normatif, jurnalistik, khlayak dan real-world, namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan jurnalistik saja.

(8)

kesempatan yang sama) dan dua sisi (Eriyanto, 2011). Variabel netral, terbagi menjadi non-evaluatif (berita tidak memberikan penilaian atau judgement). Serta variabel non-sensasional (berita tidak melebih-lebihkan fakta yang diberitakan), jadi dalam pemberitaan penulis berita tidak menggunakan kata-kata yang berlebihan atau terlalu bertele-tele pada berita yang ditayangkan. (Eriyanto, 2011).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah analisis isi, yaitu suatu teknik sistematis untuk menganalisis dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Peneliti ingin mengungkap kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik pada media cetak maupun media elektronik (Suyanto, 2005, h.127). Sementara teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, untuk mendapatkan gambaran tentang pemberitaan Dahlan Iskan pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam 13 berita yang digunakan sebagai data primer pada penelitian ini.

Penggunaan metode analisis isi, seperti yang diungkapkan Wimmer dan Dominick (dalam Kriyantono, 2006) bahwa penelitian dengan menggunakan analisis isi

banyak digunakan untuk menggambarkan isi komunikasi yang nampak.

Dalam melakukan analisis isi, peneliti mengamati objektivitas pemberitaan dari dua dimensi yaitu dimensi faktualitas dan dimensi imparsialitas. Kemudian membuat lembar pencatatan (lembar coding), langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan berita-berita yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Jenis analisis yang dilakukan untuk riset deskriptif dan menggunakan statistik deskriptif (Kriyantono, 2006, h.168). Kategori statistik deskriptif yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Tabel (Distribusi) Frekuensi. Kegunaan dari tabel ini adalah membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana (distribusi) frekuensi dari data penelitian. Tabel distribusi frekuensi dibuat setelah membandingkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dan dua koder yang telah dipilih.

PEMBAHASAN

(9)

Pemenuhan aspek Jurnalistik berdasarkan

news value

19 22,35 %

Pemenuhan Cover All Side pada Setiap Berita

13 15,3%

Jenis Fakta yang Digunakan

8 9,41%

JUMLAH 85 100%

Sumber : Diolah oleh Peneliti

Tabel Hitungan Indikator Per Paragraf pada Jawa Pos

Dua Sisi Dalam Penyajian Berita

Sumber : Diolah oleh Peneliti

Tabel Hitungan Indikator Per Berita pada Kompas berdasarkan news

value

9 16,67%

Pemenuhan Cover All Side pada Setiap

Berita

9 16,67%

Jenis Fakta yang Digunakan

6 11,11%

JUMLAH 54 100%

Sumber : Diolah oleh Peneliti

Tabel Hitungan Indikator Per Paragraf pada Kompas

Dua Sisi Dalam Penyajian Berita

Sumber : Diolah oleh Peneliti

(10)

berita kecelakaan Dahlan Iskan pada bulan Januari 2013, kemudian dibagi menjadi dua cara perhitungan, yaitu per berita dan per paragraf.

Berdasarkan perhitungan per berita, indikator kelengkapan berita menempati urutan pertama dengan skor Kompas lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Pos. Dari lima berita yang membahas tentang kecelakaan mobil listri Tucuxi, Kompas memperoleh 30 poin dan presentase 55,5%. Pada Jawa Pos, dari delapan berita yang membahas tentang kecelakaan tersebut hanya mendapat 45 poin 52,94%. Pada kategori ini, Kompas lebih objektif dibandingkan Jawa Pos.

Kategori relevansi berita dengan kaidah jurnalistik, Jawa Pos lebih objektif dibandingkan Kompas. Dari delapan berita mengenai kecelakaan yang dialami Dahlan Iskan tersebut Jawa Pos mendapat skor 19 poin dengan presentase 22,35%, sedangkan Kompas hanya mendapat 9 poin dengan presentase 16,67%.

Pada cover all side atau penyajian narasumber secara seimbang, Kompas terhitung lebih objektif dibandingkan Jawa Pos. Karena dari empat narasumber yang ditetapkan pada penelitian ini, Kompas mendapat sembilan poin dengan presentase 16,67%, sedangkan Jawa Pos mendapatkan 13

poin dari delapan berita dengan presentase 15,3%.

Indikator terakhir pada perhitungan berdasarkan per berita yaitu faktualitas berita, yaitu pemisahan antara fakta sosiologis dan fakta psikologis berita. Namun, pada penelitian ini, perhitungan kategori faktual berdasarkan sifat fakta bahan baku berita, yang terdiri dari fakta sosiologis dan fakta psikologis tersebut. Pada kategori ini, koran Jawa Pos lebih objektif karena mampu menjaga keseimbangan fakta sosiologis pada fakta psikologis pada delapan berita yang membahas tentang kecelakaan mobil listrik Tucuxi, dengan poin masing-masing empat pada fakta sosiologis maupun fakta psikologis. Pada koran Kompas yang berjumlah lima berita, penulisan berdasarka fakta psikologis lebih banyak dibandingkan dengan fakta sosiologis, yaitu dua poin untuk fakta sosiologis dan tiga poin untuk fakta psikologis.

(11)

menuliskan kalimat negatif. Pada Jawa Pos, dari delapan berita yang 40 paragraf, 37 paragraf menuliskan kalimat positif dan tiga paragraf menuliskan kalimat negatif.

Pada indikator akurasi pemberitaan dan non-evaluatif berita, penilaian berdasarkan kesesuaian antara fakta sosiologis dan fakta psikologis. Koran Kompas pada kategori ini lebih objektif dibandingkan dengan Jawa Pos. Pada koran Kompas seluruh paragraf yang berjumlah 21 tersebut memiliki kesesuaian antara fakta sosiologis dan fakta psikologisnya. Tetapi, pada koran Jawa Pos, dari 40 paragraf, hanya 30 paragraf saja yang memiliki kesesuaian antara kedua jenis fakta tersebut.

Kategori terakhir adalah kategori non-sensasional pada berita. Penilaian tersebut berdasarkan pada setiap paragraf yang mengandung kata-kata yang berlebihan atau bertele-tele. Kompas kembali menjadi yang lebih objektif, karena dalam setiap paragraf yang memberitakan tentang kecelakaan mobil listrik ini tidak menggunakan kata-kata yang berlebih-lebihan atau bertele-tele. Sedangkan pada Jawa Pos, dari 40 paragraf berita tentang kecelakaan yang menimpa Dahlan Iskan tersebut, terdapat dua paragraf yang menggunakan kata-kata sensasional.

Berdasarkan hasil pembahasan masing-masing indikator, kedua media memenuhi syarat-syarat objektivitas berita. Mulai dari unsur kelengkapan, dua sisi, akurasi data, non-evaluatif, kefaktualan berita, relevansi berita dengan news value, cover all side dan juga non-sensasional. Namun jika dilihat berdasarkan hasil perhitungan, Kompas lebih objektif dibandingkan Jawa Pos.

Dari analisis indikator objektivitas berita tersebut terlihat bahwa Kompas menuliskan berita dengan lebih objektif dibandingkan dengan Jawa Pos. Berdasarkan model tingkatan pengaruh dalam penulisan berita yang dituliskan oleh Shoemaker dan Reese (1996), berita yang dituliskan oleh Kompas dipengaruhi oleh faktor individual yang berhubungan dengan latar belakang kehidupan wartawan. Selain itu juga dipengaruhi oleh rutinitas media yang berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita yang terdiri dari proses pembuatan berita. Serta level organisasi yang berhubungan dengan struktur organisasi yang meliputi wartawan, editor, layouter, fotografer, dan lain-lain. Hal ini terlihat dari berita yang dituliskan oleh Kompas menekankan pada aspek seimbang dan netral dalam pemberitaannya.

(12)

faktor individual, faktor rutinitas media, level organisasi, serta level ideologis. Hal tersebut terlihat dari berita yang disampaikan oleh Jawa Pos terkait kecelakaan tersebut lebih banyak menampilkan sosok Dahlan Iskan. Termasuk salah satu berita yang dituliskan langsung oleh Dahlan Iskan terkait kecelakaan tersebut dan rencana pengembangan selanjutnya tentang mobil listrik. Hal tersebut bisa saja berhubungan dengan sejarah yang dimiliki Dahlan Iskan yang pernah menjabat sebagai CEO dari Jawa Pos.

Selain sejarah Dahlan Iskan dengan Jawa Pos, ada faktor lain yang membuat berita tentang Dahlan Iskan menjadi tidak objektif, yaitu hubungan keluarga antara Dahlan Iskan dengan salah satu Direktur Jawa Pos, bisa mempengaruhi isi pemberitaan Jawa Pos terkait kecelakaan mobil listrik Tucuxi. Seperti yang dijelaskan pada bab II dan gambaran umum media terkait pendekatan untuk menjelaskan isi berita, pendekatan politik-ekonomi yang disampaikan Sudibyo (2004) menjadi faktor utama bagaimana media menentukan isi media. Selain itu juga faktor politik-ekonomi ini pula yang mempengaruhi bagaimana tampilan dan kecenderungan media, dalam penelitian ini adalah Jawa Pos dalam menyajikan berita tentang Dahlan Iskan. Sehingga, berita yang berkaitan dengan Dahlan tersebut lebih banyak diekspos dibandingkan dengan koran Kompas.

SIMPULAN

(13)

JURNAL

Fransiska, N. K. E. (2009). Objektivitas pemberitaan peserta partai politik tahun 2009 dalam periode kampanye pemilihan legislatif di koran nasional. Jurnal Ilmiah

SCRIPTURA, Vol. 3, No. 2, 152 – 160. Diakses dari

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/iko pada 20 November 2013.

Halim, S. (2013). Berita televisi, kontruksi “objektivitas” yang tergesa-gesa. Paper dimuat pada jurnal academia.edu yang dimuat pada bulan September 2013. Diakses dari https://www.academia.edu/1432656/Berita_Televisi_Konstruksi_Objektivitas_yan g_Tergesa-gesa pada 17 Desember 2013.

Puspita, B. B. (2011). Kecenderungan objektivitas pemberitaan epidemi virus H5N1 dalam international herald tribune online. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 8, No.1, 1-16. Diakses dari http://jurnal.uajy.ac.id/jik/2012/05/29/volume-8-nomor-1-juni-2011-2/ pada 20 November 2013.

Santoso, E. (2011). Memaknai ulang obyektivitas dalam media massa (sebuah apresiasi pada praktik jurnalisme subyektif. Jurnal Acta diurnA Vol. 7, No. 1, 1-6. Diakses dari http://komunikasi.unsoed.ac.id/id/node/66 pada 20 Desember 2013.

BUKU

Ardinanto, E. & Erdinaya, L. K. (2005). Komunikasi massa : suatu pengantar. Bandung :

Simbiosa Rekatama Media.

Assegaf, D. H. (1982). Jurnalistik masa kini. Jakarta : Ghalia.

Bungin, B. (2001). Metode penelitian kualitatif : aktualisasi metodologis ke arah ragam

varian kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

De Beer, A. S. & John, C. M. (2004). Global jurnalism : topical issue and topical systems.

USA : Pearson Education.

Eriyanto. (2011). Analisis isi : pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan

ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

(14)

Junaedi, F. (2007). Komunikasi massa pengantar teoritis. Yogyakarta : Santusta.

Kriyantono, R. (2006). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group.

Kriyantono, R. (2008). Public relations writing. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Kusumaningrat, H. (2007). Jurnalistik teori dan praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Martono, N. (2011). Metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis data sekunder.

Jakarta : Rajawali Pers.

McQuail, D. (1992). Media performance mass communication and the public interest.

London : SAGE Publications.

McQuail, D. (2000). McQualis’s communication theory (4th Edition). London : SAGE

Publications.

Nurudin. (2007). Pengantar komunikasi massa. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Shoemaker, P. J. & Reese, S.D. (1996). Mediating the message : theories of influence on

mass media content. USA : Longman.

Singarimbun, M. & Effendi, S. (1995). Metode penelitian survey. Jakarta : LP3ES.

Sumadiria, H. (2005). Jurnalistik indonesia menulis berita dan feature. Bandung : Simbiosa

Rekatama Media.

Sumadiria, H. (2006). Jurnalistik indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Suyanto, B. (2005). Metode penelitian sosial. Jakarta : Kencana.

Turow, J. (2009). Media today an introduction to mass communication. New York :

(15)

Aswat, A.T. (2010). Objektivitas Berita Film Dokumenter “Cowboys In Paradise” di Media Online Kompas.Com (Analisis Objektivitas Berita Film Documenter “Cowboys in Paradise” di media online kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010). Diakses dari http://digilib.upnjatim.ac.id/files/disk1/4/jiptupn-gdl-anditrilan-154-7-bab4.pdf

Dewan Pers. (2011). Kode Etik Jurnalistik . Diakses pada 11 Oktober 2013, dari

http://www.dewanpers.or.id/page/kebijakan/peraturan/?id=513

Jawa Pos. (n.d). Profil jawa pos. Diakses pada 14 April 2014, dari

http://www.jawapos.co.id/profile/index.php

Kompas. (n.d). Sejarah kompas. Diakses pada 14 April 2014, dari

http://print.kompas.com/about/sejarahkompas.html

Prihandini, F. (2011). Konstruksi Media Terhadap Pansus Century (Analisis Framing Atas Berita-Berita Mengenai Pansus Century di Kompas dan Jawa Pos). Diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/29017/1/SUMMARY_SKRIPSI_Fransiska_P.pdf

Putra, J. D. (2010). Barack Obama dalam berita (Analisis Framing Berita Rencana Kedatangan dan Penundaan KedatanganBarack Obama Ke Indonesia Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Maret 2010). (Skripsi, Universitas Brawijaya, 2010)

Taufiq, V. (n.d). Jurnalisme Dasar (Objektivitas dan Keadilan). Diakses pada 11 Juni 2014,

Gambar

Tabel Hitungan Indikator Per Paragraf

Referensi

Dokumen terkait

Semoga Allah S.W.T memberikan balasan yang lebih baik kepada pihak- pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dari awal penulis belajar di D3 Teknik

bengkel yang memadai akan meningkatkan motivasi kerja siswa selama Prakerin, indus- tri juga harus mendukung kegiatan siswa se- lama Prakerin dengan menerapkan

Segala puji atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan ridho-Nya telah memberikan berbagai nikmat, utamanya nikmat iman dan islam serta nikmat kesehatan,

On the internet publication Six Easy Pieces: Essentials Of Physics Explained will truly give simple of everything to read and take

Skripsi yang berjudul, “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) terhadap Mahasiswi Keperawatan UIN Alauddin Makassar”, yang disusun

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan, baik secara parsial maupun simultan antara produk, harga, lokasi/distribusi, promosi, dan pelayanan dengan

keperawatan yang muncul pada pasien diabetes melitus adalah sebagai. berikut

There are two research questions which are presented in this study: (1) What are the errors made by the fifth semester students of the English Language Study Program