• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relativisme ketika agama pendidikan dan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Relativisme ketika agama pendidikan dan (1)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Kemalasan Berjubah Relativisme: Ketika Nilai Kebenaran Ditakar Dengan Nilai Ekonomis, Refleksi Kritis Pendidikan Postmodernisme.

Pramoedya Ananta Toer memberikan meme yang sangat inspiratif terkait nilai hidup, katanya: “Barang siapa tidak tahu bersetia kepada asas, dia terbuka terhadap segala kejahatan: dijahati atau menjahati”. Nilai mencari asas hidup [dasar kebenaran] itu penting dimiliki oleh setiap manusia. Ketika mencari asas hidup berarti kita memiliki tujuan hidup yang jelas, jika memiliki tujuan hidup maka kebebasan yang bermakna dalam hidup ini akan didapat. Namun, sebaliknya jika tidak memiliki tujuan hidup maka akan memiliki kebebasan yang tidak bermakna. Ketika memiliki tujuan hidup maka perjuangan untuk mendapatkan sesuatu yang diyakini benar akan diusahakan. Pemahaman yang benar tentang nilai hidup [kebenaran] sangat penting karena kebenaran tidak relatif. Relativisme dan absurdisme bukan milik orang yang dalam hidupnya ingin menemukan kebenaran sebagai dasar dalam menilai segala sesuatu untuk dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Dengan mengetahui kebenaran maka dapat dipastikan dapat dibongkarnya apa yang ingin ditutup-tutupi oleh orang jahat yang berusaha memanipulasi kebenaran. Kebenaran tidak boleh dipalsukan dan dimanipulasi. Jika kebenaran ditemukan maka kebenaran tersebut dapat diukur, dinilai dan akhirnya diketahui mana yang benar dan mana yang salah seiring waktu. selain itu juga untuk menemukan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat, mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan bagi banyak pihak.

(2)

Pembiaran cara berpikir seperti di atas karena tidak ada pembanding kebenaran dari situasi kungkungan/keterikatan tersebut, kurangnya figur teladan dan pemikiran kritis generasi muda saat ini dalam menyikapi setiap situasi hidup yang menyangkut nilai kebenaran merupakan pemicu, mungkin mereka sudah kecanduan ancaman, tekanan, teror dan doktrinasi sehingga mematikan saraf geli, saraf malu dan sarat kritis, dipaksa harus menikmati dengan diam dan dongkol dalam hati itu lebih baik. Analisa kritis terhadap nilai kebenaran tersebut mati karena kesesatan berpikir yang merupakan cara paling enak bagi kemalasan kita dalam berpikir dan bekerja keras, distimulasipun masih kurang reflektif dan responsif seolah mengalam stroke otak akut sehingga tidak berdaya.

Kebiasaan pembanding kebenaran [berbeda sudut pandang kebenaran] belum tertanam kuat, berbeda pendapat sering dianggap musuh, tataran filosofis yang fundamental dan liberal selalu dibenturkan pasti berbeda dan bermusuhan. Kebiasaan berargumentasi dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat hanya sebatas hafalan dari Pancasila tanpa terimplimentasi baik di masyarakat. karena berbeda pendapat dianggap musuh maka lawan bicara bisa menggunakan cara-cara diluar pemikiran kritis untuk mengeluarkan kebijakan atau keputusan, menghindari kesepakatan bersama, mengkhianati keputusan bersama demi hidden agenda masing-masing tercapai.

Maka dalam menerima suatu kebenaran di masyarakat terdapat dua opsi: pertama, menerima nilai kebenaran karena tekanan, ancaman dan doktrinasi otoritas lebih menyenangkan dibanding harus membangun dan menghidupi kelompok pembanding yang kritis. Romo Benny mengatakan dalam acara Mata Najwa “saat ini kita hidup dalam dunia kematian, mematikan nilai kejujuran, mematikan nilai kesetiaan, mematikan integritas hidup” ini merupakan opsi kedua. Pembiaran tersebut membuat kita mati dan tidak berani frontal dengan relativisme kebenaran yang dibangun oleh para pemalas tapi bertopeng akademisi karena punya gelar pendidikan tinggi ataupun mahasiswa yang sedang belajar di perguruan tinggi, bermulut besar seolah kritis tetapi fallacy yang dipelihara.

Denny Siregar pernah menjelaskan dengan lugas tentang secangkir ilmu paham dimana ini dapat menjadi alat bantu untuk melihat bahwa fallacy dalam berpikir jangan dipelihara, kita harus kritis tapi tentu rendah hati. Dijelaskan bahwa tingkat terbawah dalam ilmu adalah: Tingkat pertama adalah PAHAM, ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu itu tidak membutakannya, malah menjadikan dia kaya. Kajian kritis dan analitis dilakukan terhadap nilai kebenaran. Yang bersangkutan harus memahami betul apa itu kebenaran yang ditelitinya setelah itu dengan kerendahan hatinya akan mengambil sikap dan menjadikan itu nilai hidup.

Tingkat kedua adalah KURANG PAHAM, orang kurang paham akan terus belajar sampi dia paham akan nilai kebenaran itu, dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul-simpul pemahaman yang benar. disinilah letak pemikiran kritis yang tidak malas, berjuang keras samapai mendapat titik kebenaran yang akan menjadi nilai hidupnya kelak.

(3)

Tingkat keempat [tertinggi] adalah GAGAL PAHAM, ini muncul lebih karena kesombongan, karena merasa berilmu dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain. Tidak lagi mau menerima masukkan dan nasihat dari siapapun, atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu dan nasihat dari yang dia suka saja, bukan ilmu yang disampaikan yang dilihat tetapi siapa yang menyampaikan ? Hatinya tertutup, akal pikirannya tertutup, pendengarannya tertutup dan tentu logikanya juga tertutup. Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri [kadang berdiam diri ketika diminta pendapat, ketika kesepakatan sudah diambil malah bersikap sendiri sesuai keinginannya yang berbeda dengan keputusan awal], parahnya lagi ia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu, menjadi bahan tertawaan orang yang paham. dia tetap dengan dirinya dan dia bangga dengan ke-gagal paham-annya. Mengapa paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi? karena orang semakin rendah hati [perlu diingat ini bisa ditiru karena kemunafikan, suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang sering menjadi senjata orang gagal paham yakni dizolimi] semakin membumi, menunduk, merendah. dia menjadi bijaksana, karena akhirnya dia tahu bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum di ketahui, dia merasa se-akan-akan dia tidak tahu apa-apa. Dia terus menerima ilmu dari manapun ilmu itu datang, dia tidak melihat siapa yang berbicara tetapi melihat apa yang disampaikan. DIA PAHAM. Ilmu seperti air dan air hanya mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Semakin dia merendahkan hatinya semakin tercurah ilmu kepadanya. sedangkan GAGAL PAHAM itu ilmu tingkat tinggi [dewa], dia seperti balon gas yang berada di atas awan, terbang tinggi dengan kesombongannya, memandang kecil orang yang di bawah tapi tidak sadar orang yang di bahwa melihat dia di atas kecil juga. dia merasa akulah kebenaran [tidak berani diuji dengan kritis nilai kebenarannya, kata kunci POKOKNYA, HARUS], masalahnya dia tidak punya pijakan berpikir yang kuat sehingga mudah tertiup angin, sikap yang diambil tidak dipikirkan baik-baik sehingga bisa saja berbeda nantinya [inilah mengapa orang berkhianat], perubahan arah dan sikap menjadi habitusi tanpa kejelasan yang pasti. Akhirnya lupa jalan pulang dan tersesat dengan pemahamannya yang akhirnya dibinasakan oleh kesombongannya. Dia akan mengakui ke-gagal paham-nya dengan penyesalan yang sangat amat dalam. Ilmu itu open ending makin digali makin terasa dangkal. Jadi kalau ada orang yang merasa sudah tahu segalanya berarti dia tidak tahu apa-apa. Paparan bagian ini mau menjelaskan mari jangan bermalasan dengan ke-gagal paham-an yang ada berpikirlah kritis dengan terus mencari pemahaman [kebenaran] itu.

Akhirnya, takaran ekonomis yang akan dipakai, apa untungnya buat saya dan buat kalian? ketika kebenaran diukur dengan keuntungan maka nilai kebenaran yang luhur dan tanpa batas mulai dapat diturunkan dan diperjual belikan karena sudah punya tag price, harganya berapa?. Disinilah mulai terjadi transaksi, disinilah masuk kapital yang menjadi isme [sistem] seperti sebuah lingkaran setan yang kadang menghibur dan menyusahkan manusia malas tadi. Jika saya aman, mendapat untuk dan kelihatan eksis maka saya harus berani menurunkan tafsiran kebenaran, fleksibilitas harus bermain dan bunglonismepun ikut bermain. Menjilat, berkhianat merupakan bentuk kepuasan hasrat para pemalas berjubah akademisi. Lebih berani anak kecil yang tegas dan lantang mengatakan “eee...om bohong ya” tanpa merasa tertekan, malu dan harus takut nanti tidak dapat permen atau dimarahi. Mereka berani karena nilai kebenaran belum terdistorsi oleh harga, angka, posisi, keuntungan saya apa.

(4)

kebenaran jangan pikirkan dampak perkataan tersebut”. Jauhi kemalasan berpikir yang menjebak kita ke relativisme kebenaran, kritisi dan analisa kebenaran tersebut dan jangan mematikan nurani dan nilai hidup kita yang benar dalam menilai kebenaran.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan dan aktivitas yang terjadi dalam perusahaan akan berjalan dengan baik, jika perusahaan hendaknya menetapkan anggaran dengan memisahkan antara biaya-biaya yang

Kuat tekan yang paling tinggi diperoleh setelah melakukan curing selama 24 jam pada suhu 65˚C yaitu mencapai lebih dari 60 MPa untuk campuran yang menggunakan

Berdasarkan temuan kelemahan yang terdapat pada aktivitas fungsi sumber daya manusia, maka diberikan saran yang dapat digunakan sebagai masukan bagi manajemen

- Variabel yang digunakan dalam permodelan probabilitas adalah, Biaya Perjalanan berdasarakan jarak, Biaya Perjalanan berdasarakan waktu, Waktu Perjalanan berdasarkan

Mengingat al-Minangkabawi merupakan putra bangsa asli Indonesia serta Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy‘ari menjadi tokoh besar Islam modernis dan Islam tradisionalis yang satu

Salah satu faktor keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan ditentukan oleh kesanggupan individu dalam menerima keadaan dirinya sendiri. Kenyataanya tidak

(b) Hasil positif uji kloranil (terbentuknya warna coklat dari asam amino bebas) terhadap resin yang menggandeng fragmen peptida F3 bergugus pelindung Fmoc pada

Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan, sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan