• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Sejarah Hukum acara syarief

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Sejarah Hukum acara syarief"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Sejarah Hukum

Syarif Muhammad Yahya

Pendahuluan

Secara historis zaman terus berkembang melalui hirarkis perkembangan yang terus dibarengi pula dengan perubahan-perubahan sosial, dimana dua hal ini selalu berjalan beriringan. Keberadaan manusia yang dasar pertamanya bebas, menjadi hal yang problematis ketika ia hidup dalam komunitas sosial. Kemerdekaan dirinya mengalami benturan dengan kemerdekaan individu-individu lain atau bahkan dengan mahlukyang lain. Sehingga ia terus terikat dengan tata kosmik, bahwa bagaimana ia harus berhubungan dengan dengan orang lain, dengan alam, dengan dirinya sendiri maupun dengan Tuhannya. Maka muncullah tata aturan, norma atau nilai-inilai yang menjadi kesepakatan universal yang harus ditaati. Dimana manusia harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaaan. Ia harus memegangi aturan yang berlaku mengatur hidup manusia.1

Munculnya teori hukum tidak dapat dilepaskan dari lingkungan zaman yang terus berkembang, karena teori hukum hadir sebagai salah satu jawaban yang diberikan terhadap permasalahan hukum atau menggugat satu pemikiran hukum yang dominan pada suatau masa. Oleh karena itu, meskipun teori hukum mengajukan pemikiran secara universal tapi dalam peoses perkembangannya berjalan secara bijaksana. 2

Dalam perkembangannya Teori Hukum memiliki berbagai macam aliran, dari teokrasi, madzhab hukum alam, aliran positivisme sampai teori hukum sejarah, dan masing-masing memiliki perpesktif berbeda tentang hukum. Pada makalah ini penulis akan menguraikan tentang kajian teori hukum sejarah yang digegas oleh Friedrich Carl von Savigny, seorang yuris Jerman yang sukses membuat Jerman tidak mengkodifikasi hukum perdata selama hampir 100 tahun.

Definisi Sejarah

1 Abdul Ghfur Anshori, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press, 2006, hal 1

(2)

Istilah sejarah dalam bahasa Arab dikenal dengan tarikh, dari akar kata arrakha

(a-rk-h), yang berarti menulis atau mencatat, dan catatan tentang waktu serta peristiwa. Akan tetapi, istilah tersebut tidak hanya berasal dari kata ini, ada yang berpendapat bahwa istilah sejarah berasal dari istilah bahasa Arab syajaroh, yang berarti pohon atau silsilah. Makna silsilah inl ebih tertuju pada makna padanan tarikh, termasuk padanan pengertian abad, mitos, legenda dan seterusnya. Syajaroh berarti terjadi. Sedangkan

syajarah an-nasab berarti pohon silsilah.

Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal- muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi. Meskipun demikian, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal dari bahasa Yunani, historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia,

bahasa Jerman geschihte, yang bermakna yang terjadi, dan dalam bahasa Belanda dikenal dengan geschiedenis.

Menurut pengertian istilah, kata sejarah juga memiliki beberapa versi. Redaksi R.G Collingwood, misalnya mendefinisikan sejarah sebagai ungkapan ‘history is the history of thought (sejarah adalah sejarah pemikiran), history is kind of research or

inquiry (sejarah adalah sejenis penelitian atau penyelidikan). Collingwood memaknai

sejarah (dalam arti penulisan sejarah historiografi), seperti membangun dunia fantasi (are people who build up a fantasy world). 3

Teori Hukum Sejarah

Aliran teori sejarah dipelopori Friedrich Carl von Savigny (Volk geist) hukum kebiasaan sebagai sumber hukum formal. Hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama sama dengan masyarakat. Pandangannya bertitik tolak bahwa di dunia ini terdapat banyak bangsa dan tiap-tiap bangsa memiliki “volksgeist” jiwa rakyat. Savigny berpendapat bahwa semua hukum berasal dari adat-istiadat dan kepercayaan dan bukan berasal dari pembentukan undang-undang .4 Penggegas teori ini melihat hukum sebagai entitas yang organis-dinamis. Hukum menurut teori ini, dipandang

3 . Moh Hsbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah. Bandung, CV Pustaka Setia 2012., halal 21-22

(3)

sebagai sesuatu yang natural, tidak dibuat, melainkan hidup dan berkembang bersama masyarakat. Hukum bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis karena akan senantiasa berubah seiring dengan perubahan tata nilai di masyarakat. Hukum bersumber dari jiwa rakyat (volksgeist) dan karenanya undang-undang tidak begitu penting. Cerminan jiwa suatu bangsa tercermin dari hukumnya dan karenanya, teori hukum hukum tidak dibuat, melainkan ditemukan dan bersumber dari jiwa rakyat.5

Asal Usul Teori Sejarah Hukum

Mazhab Teori Sejarah lahir pada awal abad ke-19, yaitu pada tahun 1814. Lahirnya mazhab ini ditandai dengan diterbitkannya manuskrip yang ditulis oleh Friedrich Karl von Savigny yang berjudul “Vom Beruf unserer Zeit fur Gezetgebung und

Rechtwissenschaft” (tentang seruan masa kini akan undang-undang dan ilmu hukum) .

Friedrich Karl von Savigny dipandang sebagai perintis lahirnya mazhab Sejarah .

Kelahiran mazhab yang dirintis oleh Savigny ini dipengaruhi oleh buku yang berjudul “L’ esprit des Lois” (Semangat Hukum) karangan Montesquieu (1689-1755) yang terbit pada tahun 1748. Dalam buku tersebut, Montesquieu mengemukakan bahwa ada relasi yang kuat antara jiwa suatu bangsa dengan hukum yang dianutnya . Hukum yang dilandasi dan dianut suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh jiwa bangsa yang direpresentasikan oleh nilai-nilai dan tatanan sosial yang ada. Nilai dan tatanan sosial itu bersifat dinamis, sehingga berimplikasi pada dinamisnya hukum. Dengan kata lain bahwa dinamisasi nilai-nilai dan tatanan sosial menyebabkan dinamisasi pada hukum yang diperpegangi masyarakat.6 Teori sejarah hukum secara garis besar merupakan reaksi terhadap tiga hal:

1. .Rasionalisme Abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan akal, dan prinsip-prinsip dasar yang semuanya berperan pada filsafat hukum. Karena mengandalkan jalan pikiran deduktif tanpa mempehatikan fakta sejarah, kehuusan dan kondisi nasional.

5http://panglimaw1.blogspot.com/2011/10/inti-ajaran-mazhab-sejarah.html. diakses tanggal 11

November 2013 jam 10:12 Wib

6http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarah-hukum.html, Diakses tanggal 12 November

(4)

2. Semangat Revolusi Perancis yang menentang wewenang tradisi dengan misi kosmopolitannya (kepercayaan pada rasio dan daya kekuatan tekad manusia untuk mengatasi lingkungannya, yaitu seruannya ke penjuru dunia).

3. Pendapat yang berkembang saat itu yang melarang hakim menafsirkan hukum karena undang-undang dianggap dapat memecahkan semua masalah hukum. Selain tiga poin diatas,, terdapat faktor lain, yaitu masalah kodifikasi hukum Jerman setelah berakhirnya masa Napoleon Bonaparte, yang diusulkan oleh Thibaut (1772-1840). Karena dipengaruhi oleh keinginannya akan kesatuan negara, ia menyatakan keberatan terhadap hukum yang tumbuh berdasarkan sejarah. Hukum itu sukar untuk diselidiki, sedangkan jumlah sumbernya bertambah banyak sepanjang masa, sehingga hilanglah keseluruhan gambaran darinya. Karena itulah harus diadakan perubahan yang tegas dengan jalan penyusunan undang-undang dalam kitab.

Savigny menolak hukum tersebut dengan argumen, asal usul kodifikasi hukum Perdata Jerman bersumber dari Code Civil Perancis sedangkan Code Civil Perancis sebenarnya bersumber dari kode Romawi. Oleh karena itu Savigny mengatakan bahwa hukum Jerman tentulah tidak sama dengan hukum bangsa lain, sehingga apabila hendak membuat kodifikasi hukum haruslah bersumber pada hukum kebiasaan masyarakat/bangsa Jerman yang melalui bantuan para ahli hukum untuk merumuskan prinsip – prinsip hukum dari hukum kebiasaan tersebut.7

Tokoh- Tokoh Sejarah Hukum:

1. Friedrich Karl von Savigny (1770-1861)

Menurut Savigny, hukum timbul bukan karena perintah penguasa atau karena kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa itu. Jiwa bangsa itulah yang menjadi sumber hukum. Pandangan Savigny ini bertentangan pula dengan Positivisme Hukum. Ia mengingatkan bahwa untuk membangun hukum, studi terhadap sejarah suatu bangsa mutlak diperlukan.

2. Puchta (1798-1846)

Puchta berpendapat bahwa hukum suatu bangsa terikat pada jiwa bangsa yang bersangkutan. Hukum tersebut menurut Puchta dapat berbentuk (1) langsung berupa adat

(5)

istiadat, (2) melalui undang-undang, (3) melalui ilmu hukum dalam bentuk karya para ahli hukum.

Menurut Puchta, keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa bangsa harus disahkan melalui kehendak umum masyarakat yang terorganisasi dalam negara. Negara mengesahkan hukum itu dengan membentuk undang-undang. Puchta mengutamakan pembentukan hukum dalam negara sedemikian rupa sehingga akhirnya tidak ada tempat lagi bagi sumber-sumber hukum lainnya yakni praktek hukum dalam adat istiadat bangsa dan pengolahan ilmiah hukum oleh ahli-ahli hukum.

3. Henry Summer Maine (1822-1888)

Maine dianggap sebagai pelopor Mazhab Sejarah di Inggris. Salah satu penelitiannya yang terkenal adalah tentang studi perbandingan perkembangan lembaga-lembaga hukum yang ada pada masyarakat sederhana dan masyarakat yang telah maju, yang dilakukannya berdasarkan pendekatan sejarah.kesimpulan penelitian itu kembali memperkuat pemikiran von Savigny yang membuktikan adanya evolusi pada berbagai masyarakat dalam situasi sejarah yang sama.8

Pokok dan Doktri Ajaran Teori Hukum

1. Pokok Ajaran (Ideologi Hukum) Savigny

Kesadaran sebangsa karena kebutuhan bathiniah, mengeksklusifkan (beda) dengan bangsa lain, yang tidak mempunyai asal-usul yang sama, hukum tumbuh bersama pertumbuhan bangsa/rakyat dan menjadi kuat bersama dengan kekuatan bangsa dan akhirnya mati ketika suatu bangsa kehilangan kebangsaannya.9 Inti mazhab sejarah von Savigny berpangkal pada pendapat yang menyatakan bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam bangsa. Tiap-tiap bangsa tersebut punya

Volkgeist (jiwa rakyat) sendiri-sendiri. Jiwa rakyat ini berbeda-beda, baik menurut

waktu dan menurut tempat. Jadi, tidak masuk akal jika terdapat hukum yang berlaku universal dan pada semua waktu, kata von Savigny. Hukum, menurut von Savigny, sangat bergantung atau bersumber pada jiwa rakyat. Hukum menurut von Savigny berkembang dari suatu masyarakat sederhana yang pencerminannya nampak dalam

8 Raditya Kuntoro Op.Cit.

(6)

tingkah laku semua individu kepada masyarakat yang modern dan kompleks di mana kesadaran hukum rakyat itu tampak pada apa yang diucapkan ahli hukumnya.

Inti dari mazhab sejarah von Savigny diurainya dalam buku“Von Beruf unserer

Zeit fur Gesetzgebung und Rechtswissenschsft” (tentang tugas jaman kita bagi

pembentuk undang-undang dan ilmu hukum).10

2. Doktrin-doktrin dari Mazhab Sejarah

a. Hukum itu ditemukan bukan dibuat, pertumbuhan hukum merupakan proses yang tidak disadari dan organis; maka dari itu perundang-undangan adalah tidak begitu penting dibandingkan dengan kebiasaan.

b. Hukum yang mulai tumbuh sebagai hubungan hukum/sikap tindak yang sudah dipahami dalam masyarakat-masyarakat primitif kearah hukum yang lebih kompleks dalam peradaban modern, menyebabkan kesadaran hukum rakyat tidak dapat lagi menjelma secara langsung, tetapi diwakili oleh sarjana hukum, yang merumuskan prinsip-prinsip hukum secara teknis. Pembentukan Undang-undang adalah tahap akhir.

c. Hukum tidak mempunyai daya laku universil. Tiap bangsa memperkembangkan kebiasaan hukumnya sendiri; Hal tersebut dikarenakan “Volkgeist” (jiwa bangsa) menjelmakan dirinya pada hukum rakyat.

3. Pandangan Savigny Terhadap Kodifikasi

Ia memandang rendah kekaguman pada kodifikasi hukum, yang modern di Prusia, Austria dan Perancis (yang meniru Kodifikasi Romawi). Menurutnya perlu studi ilmiah tentang system hukum tertentu, dalam perkembangan yang kontinyu dan tiap-tiap generasi mengadaptasikan hukum itu sesuai dengan kebutuhannya (contoh: “corpus juris” di Romawi sebelum terbentuk disesuaikan dengan kebutuhannya).

(7)

4. Keyakinan Savigny

a. Ilmu Hukum lebih baik dari pembaharuan hukum.

b. Kesadaran (hukum) rakyat adalah sumber bagi segala hukum dan dalam peradaban yang termaju. Oleh karena itu sarjana hukumlah yang merumuskan kesadaran hukum rakyat menjadi prinsip-prinsip hukum. 5. Penentang Ajaran Savigny

Besseler, Eichorn dan Gierke (Rationel Positivisem) menolak konsepsi romantisem Savigny tentang paranan sejarah hukum sebagai penggarap kesadaran hukum rakyat, karena hukum yang hidup dikalangan rakyat berbeda dengan ilmu pengetahuan yang teknis dan artifisil (asli) dari sarjana hukum.

6. Kelemahan Ajaran Savigny

Adalah suatu aspek yang ironis dari ajaran Savigny dan Puchta, bahwa sementara menekankan “watak kebangsaan dari segala hukum”, mereka sendiri mengambil inspirasi dari hukum Romawi dan dalam karya-karya utamanya menyesuaikan (hukum Romawi) dengan kondisi modern.11

Selain hal diatas, Kelemahan dari teori Savigny, adalah tidak mengakui pentingnya kodifikasi hukum. Padahal dalam masyarakat modern, ketentuan hukum yang tertulis diperlukan demi terwujudnyaa kepastian hukum. Terutama untuk menghindari tindakan kesewenang-wenangan dari kekuasaan yang absolut. Kelemahan lain bahwa dengan mengakui hanya hukum yang hidup di tengah masyarakat dan mengabaikan arti pentingnya hukum kodifikasi, maka dapat menimbulkan ketidak pastian hukum. Sebab seringkali hukum yang hidup di tengah masyarakat berbentuk hukum tidak tertulis, tersimpan dalam memorie pada pemangku hukum, dan para pemangku hukum tidak tertulis lambat laun meninggal dan dilanjutkan oleh pemangku hukum berikutnya yang memiliki perbedaan pemahaman dan tafsir atas hukum tidak tertulis itu, sehingga pada suatu saat dan suatu tempat muncul tafsir tafsir hukum adat yang tidak sama atas sebuah masalah.12

(8)

Madzhab Teori Sejarah Hukum di Indonesia

Banyak teori yang dimunculkan oleh ahli hukum untuk mencoba menemukan dan menggagas ide tentang pengembanan hukum termasuk didalamnya pembentukan atau pembaharuan hukum. Masing-masing teori berupaya mengajukan argumentasi atas pendapatnya dengan menonjolkan keunggulan dari teori yang telah mereka bangun. Biasanya suatu teori lahir sebagai akibat atau reaksi terhadap teori yang mendahuluinya. Reaksi tersebut bisa berupa penolakan dan bisa juga justru memberikan dasar pijakan yang lebih kuat terhadap teori sebelumnya.

Kelebihan pemikiran hukum dari madzab sejarah adalah sikap tegas yang mengatakan bahwa hukum itu merupakan derivasi nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Dalam kaitan itu dapat diasumsikan bahwa hukum yang demikian akan mempunyai daya berlaku sosiologis. Oleh karena hukum pasti sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat. Tegasnya, satu-satunya sumber hukum menurut madzab ini adalah kesadaran hukum suatu bangsa. Selanjutnya, kebaikan madzab ini adalah ditempatkannya kedudukan hukum kebiasaan sejajar dengan undang-undang tertulis. Sikap semacam ini dapat mencegah kepicikan orang akan wujud hukum yang utuh.

Di Indonesia pengaruh ajaran madzab sejarah sangat dirasakan, yakni dengan lahirnya cabang ilmu hukum baru yang dikenal sebagai hukum adat, yang dipelopori oleh Van Vollenhoven, Ter Haar serta tokoh-tokoh hukum adat lainnya. Demikian juga bagi para ahli sosiologi, saran Savigny memperteguh keyakinan mereka bahwa antara sistem hukum dan sistem sosial lainnya terdapat hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Keyakinan semacam itu akan menghasilkan suatu produk hukum yang akan memiliki daya berlaku sosiologis.

Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa bagi Indonesia, pemikiran dan sikap madzab ini terhadap hukum telah memainkan peranan yang penting dalam mempertahankan (” preservation”) hukum adat sebagai pencerminan dari nilai-nilai kebudayaan (asli) penduduk pribumi dan mencegah terjadinya “pembaratan”

(westernisasi) yang terlalu cepat, kalau tidak hendak dikatakan berhasil mencegahnya

samasekali, kecuali bagi sebagian kecil golongan pribumi.

(9)

tidak langsung dapat dikatakan sebagai pengaruh tidak langsung mazhab sejarah bagi pemikiran hukum di Indonesia. Di Nusa Tenggara Barat gerakan ini mulai diawali di desa Lebah Sempaga dan Desa Bagu yang telah membuat Balai Mediasi Desa yang sudah mengarah kepada penggalian budaya dan kebiasaan masyarakat.13

Madzhab Teori Sejarah Hukum Dalam Syariah Islam

Dalam kajian Qowaidul Fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih) terdapat satu kaidah adat yang dijadikan pijakan oleh para mujtahid sebagai salah satu sumber hukum Syariah Islam yaitu kaidah Al-aadah Muhakkamah14. Dalil dari kaidah adat yang muhakkamah ini

adalah hadis Nabi Saw :

هللاادنع وهف ائيس نوملسملا هاءر امو نسح هللا دنع وهف انسح نوملسملا هاءر ام

ءيس

.

"Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam, maka baik pula di sisi Allah, dan apa saja yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, maka menurut Allah-pun digolongkan sebagai perkara yang buruk" (HR. Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari Ibnu Mas'ud)

Al-Qur'an maupun Al-hadis sebagai sumber utama syariah Islam memberikan ruang dan tempat yang cukup agar manusia dapat mengatur sendiri hal-hal teknis yang paling pas pada ruang, tempat dan waktu yang berbeda. Contoh kongkrit dari kaidah

al-adah muhakkamah ini seperti: ketentuan mahar mistl15 dalam akad nikah, standar batas

lama dan tidaknya waktu haid dan nifas, dan lain sebagainya.

Batasan-batasan tersebut ditentukan berdasarkan adat kebiasaan yang berlaku baik pada masyarakat secara menyeluruh, atau daerah tertentu atau kebiasaan secara individu.

Penutup

13 http://saepudinonline.wordpress.com/2011/06/09/pengaruh-pemikiran-mazhab-sejarah-dalam-pembaharuan-hukum/ Diaskes pada tanggal 12 November 2013 Jam 8:44 Wib.

14 Zakaria Al-ansori, Ghoyatul Wushul, Darul Fikr,Beirut 2002. hal 249

(10)

Savigny sebagai pengegas Madzhab teori Sejarah melihat hukum sebagai entitas yang organis-dinamis. Hukum dipandang sebagai sesuatu yang natural, tidak dibuat, melainkan hidup dan berkembang bersama masyarakat.

Hukum bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis karena akan senantiasa berubah seiring dengan perubahan tata nilai di masyarakat. Hukum bersumber dari jiwa rakyat (volksgeist) dan karenanya undang-undang tidak begitu penting. Cerminan jiwa suatu bangsa tercermin dari hukumnya dan karenanya, teori hukum hukum tidak dibuat, melainkan ditemukan dan bersumber dari jiwa rakyat.

Savigny berpangkal pada pendapat yang menyatakan bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam bangsa. Tiap-tiap bangsa tersebut punya Volkgeist (jiwa rakyat) sendiri-sendiri. Jiwa rakyat ini berbeda-beda, baik menurut waktu dan menurut tempat. Jadi, tidak masuk akal jika terdapat hukum yang berlaku universal dan pada semua waktu.

Kelemahan teori sejarah ala Savingy adalah tidak mengakui adanya kodifikasi hukum Padahal dalam masyarakat modern, ketentuan hukum yang tertulis diperlukan demi terwujudnyaa kepastian hukum. Terutama untuk menghindari tindakan kesewenang-wenangan dari kekuasaan yang absolut.

Teori sejarah hukum ternyata telah dipakai oleh Undang-undang Negara Indonesia , pemikiran dan sikap madzab ini terhadap hukum telah memainkan peranan yang penting dalam mempertahankan (” preservation”) hukum adat sebagai pencerminan dari nilai-nilai kebudayaan (asli) penduduk pribumi dan mencegah terjadinya “pembaratan”

(westernisasi) yang terlalu cepat, kalau tidak hendak dikatakan berhasil mencegahnya

samasekali, kecuali bagi sebagian kecil golongan pribumi.

Dalam syariah Islam, konsep hukum adat telah dilegalkan keberadaannya sebagai pegangan hukum yang digali oleh para mujtahid dalam kajian Aadah Muhakkamahnya.

Daftar Pustaka

(11)

Purnadi Purbacaraka dan M Chidir Ali, Disiplin Hukum,. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990

Anshori, Abdul Ghfur. Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press, 2006

Moh Hsbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah. Bandung, CV Pustaka Setia 2012

Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi. Bandung, Pengantar Filsafat Hukum: Mandar Maju. 2002

S Praja, Juhaya. Teori Hukum dan Aplikasinya, Bandung . Pustaka Setia 2011

http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarah-hukum.html

http://saepudinonline.wordpress.com/2011/06/09/pengaruh-pemikiran-mazhab-sejarah-dalam-pembaharuan-hukum/

http://panglimaw1.blogspot.com/2011/10/inti-ajaran-mazhab-sejarah.html

http://radityakuntoro.blogspot.com/2012/02/aliran-aliran-filsafat-hukum.html.

Referensi

Dokumen terkait

Proses pencetakan adonan ada pada gambar (3) di atas, sebagai berikut: a) Isi cetakan sampai adonan membumbung sebanyak 6- 7 sekop (sekop tidak penuh, tapi ½ sekop). Isi

Makalah ini menyajikan beberapa teknik optimasi program perkalian matriks yang ditujukan untuk memaksimalkan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada prosesor multicore

Puji syukur yang teramat dalam saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Segala, atas percikan kasih, hidayat, dan taufiq-Nya sehingga Skripsi dengan judul

Pengaruh komunikasi teurapetik bidan terhadap nyeri persalinan pada ibu bersalin di ruang kebidanan dan bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie. A,

pendampingan IKM dan ( recovery) ekonomi Masyarakat Terdampak Covid – 19 mampu menyelesaikan permasalahan yang berkenaan dengan desain produk dan dapat memasarkan

Tingginya nilai LPR yang dihasilkan oleh pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit 30 g/tanaman baik pada pengamatan 28-21 hari dan 42-35 hari, hal ini dikarenakan

Dalam penelitian ini dapat di- simpulkan bahwa faktor struktural, kultural serta proses reproduksi sosial menyebabkan kesenjangan sosial dan tingkat prasejahte- ra warga Desa

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material.. Konsep materialitas pada