• Tidak ada hasil yang ditemukan

290354900 Lomba Simposium Guru 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "290354900 Lomba Simposium Guru 2015"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PONDOK PESANTREN ABU HURAIRAH

SMP/SMA ISLAM FULLDAY

MATARAM, NTB

2015

Disusun oleh:

KURNIAWAN ARIZONA, M.Pd.

IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI KEMAGNETAN

BERBASIS INKUIRI (MTDKBI) MELALUI STRATEGI

KOOPERATIF TERHADAP PENINGKATAN SIKAP

ILMIAH, KECAKAPAN SOSIAL DAN HASIL

(2)
(3)

Simposium Guru Nasional 2015 iii Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya karya ini dapat terselesaikan. Karya ini berjudul “Implementasi Media Tiga Dimensi Kemagnetan Berbasis Inkuiri (MTDKBI) Melalui Strategi Kooperatif Terhadap Peningkatan Sikap Ilmiah, Kecakapan Sosial dan Hasil belajar kognitif Siswa”. Penulisan karya ini sebagai

salah satu bentuk usaha memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran di sekolah.

Penyusunan karya ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Mudir dan Kabid Akademik Pondok Pesantren Abu Hurairah atas dukungan dan izin yang telah diberikan.

2. Kepala Sekolah dan Staf Pengajar SMP, SMA Islam Fullday dan MA Plus Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram atas dukungan dan motivasi tiada henti.

3. Bapak Dr. Ahmad Harjono, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., atas motivasi untuk terus berkarya. 5. Bapak Kepala Sekolah, Staf pengajar, pegawai, dan siswa-siswa SMPN 10

Mataram atas izin, fasilitas dan waktu yang diberikan.

6. Istriku tersayang Ramdhani Sucilestari, M.Pd., yang senantiasa mendampingi dan memberikan masukan serta koreksi yang sangat berarti dalam penyusunan karya ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pembelajaran IPA.

Mataram, 31 Oktober 2015

(4)

Media pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pembelajaran. Pada penelitian ini telah dibuat media tiga dimensi kemagnetan (MTDK) yang memiliki karakteristik murah, sederhana dan mudah untuk diimplementasikan. Ciri khas lainya, MTDK yang berbasis inkuiri (BI) yang mengikuti sintaks model pembelajaran inkuiri yang tertuang dalam panduan inkuiri kemagnetan siswa (PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS) yang melatih siswa untuk berpikir dan bersikap ilmiah. Implementasi MTDKBI melalui strategi pembelajaran kooperatif secara tidak langsung memupuk kecakapan sosial siswa ketika mereka bekerjasama dan berkomunikasi dalam kelompok mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kecakapan sosial, sikap ilmiah, dan hasil belajar hasil belajar kognitif siswa dari implementasi MTDKBI yang diintegrasikan melalui strategi kooperatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu dengan desain penelitian one group pretest post design. Instrumen penelitian berupa angket kecakapan sosial, angket sikap ilmiah, dan tes hasil belajar hasil belajar kognitif yang diberikan pada awal dan akhir penelitian. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan menunjukkan bahwa implementasi MTDKBI melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kecakapan sosial, sikap ilmiah, dan hasil belajar kognitif siswa.

(5)

Simposium Guru Nasional 2015 v Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Tiga Dimensi Kemagnetan (MTDK) ... 4

2.2 Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 5

2.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 6

2.4 Sikap Ilmiah ... 8

2.5 Kecakapan Sosial ... 9

2.6 Hasil Belajar Kognitif ... 10

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL 3.1 Karakteristik MTDKBI ... 11

3.2 Peningkatan Kecakapan Sosial, Sikap Ilmiah, dan Hasil belajar kognitif Siswa dengan MTDKBI melalui Strategi Kooperatif ... 12

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1 Simpulan ... 17

4.2 Rekomendasi... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(6)

Halaman

(7)

Simposium Guru Nasional 2015 vii Halaman

Gambar 3.1 Data pretes, postes dan N-gain sikap ilmiah,

(8)

Halaman

Lampiran 1. Biodata Penulis... 20

Lampiran 2. RPP ... 21

Lampiran 3. Instrumen Kecakapan Sosial ... 42

Lampiran 4. Instrumen Sikap Ilmiah ... 47

Lampiran 5. Instrumen Hasil Belajar Kognitif ... 53

Lampiran 6. Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa... 60

Lampiran 7. Lembar Hasil Inkuiri Kemagnetan Siswa ... 82

Lampiran 8. Buku Saku Kemagnetan Siswa... 111

(9)

Simposium Guru Nasional 2015 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Substansi IPA berkaitan dengan mempelajari fenomena alam secara sistematis. Penekanannya pun tidak terbatas pada penguasaan konsep, tapi diperlukan proses-proses penemuan ala ilmuan. Hal inilah yang melandasi salah satu tujuan dari pembelajaran IPA di jenjang SMP yaitu siswa ditekankan untuk melakukan serangkaian kegiatan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan berperilaku ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting dalam menumbuhkan kecakapan hidup siswa. Sayangnya, implementasi pembelajaran Fisika secara umum di SMP masih dilandasi dengan pendekatan teacher oriented yang secara tidak langsung berimplikasi terhadap sikap ilmiah dan kecakapan sosial siswa yang belum terbina dengan baik.

Pembelajaran fisika SMP memerlukan sebuah media khususnya pada materi-materi yang bersifat abstrak misalnya materi-materi kemagnetan. Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran yang mampu menjembatani suatu yang abstrak menjadi konkret. Sebuah media pembelajaran telah dibuat peneliti yaitu media dimensi kemagnetan (MTDK). Pembuatan media ini bertujuan untuk memberi pengalaman secara langsung kepada siswa, penyajian materi kemagnetan secara konkret, dan menghindari verbalisme. MTDK yang dibuat, dikemas dalam pembelajaran berbasis inkuiri (BI) yang dituangkan dalam panduan inkuiri kemagnetan siswa (PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS), sebagaimana yang ditekankan oleh kaum konstruktivis dengan harapan dapat mendukung perkembangan sikap ilmiah dan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

(10)

untuk mengembangkan kecakapan sosial siswa. Peneliti memilih strategi kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Division) dengan tujuan agar siswa terangsang oleh tugas yang diberikan dan aktif mencari pemecahan masalah dengan belajar bersama dan saling membantu dalam kelompoknya. Di samping itu, siswa juga dilatih untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi antar anggota kelompok. Implementasi penggunaan MTDKBI yang diintegrasikan dengan strategi kooperatif tersebut diharapkan dapat menciptakan suasana akademik yang lebih mendukung terjadinya perubahan paradigma pembelajaran. Pembelajaran yang sebelumnya lebih berorientasi pada materi (subject matter) dan berpusat pada guru (teacher-centered) sebagai otoritas tunggal di kelas dapat bergeser menuju ke pola pembelajaran Fisika yang lebih berorientasi pada kegiatan belajar siswa (student-centered). Dalam hal ini, siswa dapat terlibat secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya dan guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa.

Perpaduan antara MTDKBI dengan strategi kooperatif tipe STAD dapat mendorong terjadinya suasana belajar aktif dan dinamis, serta memberikan pengaruh yang lebih positif terhadap perkembangan sikap ilmiah, kecakapan sosial, dan hasil belajar hasil belajar kognitif fisika siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana karakteristik MTDKBI yang dibuat?

b. Bagaimana peningkatan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar kognitif siswa dengan implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui karakteristik MTDKBI yang dibuat.

(11)

Simposium Guru Nasional 2015 3 a. Hasil penelitian ini dapat menambah kekayaan khasanah keilmuan dalam bidang

pembelajaran IPA khususnya bidang Fisika pada jenjang pendidikan SMP. b. Dapat memberikan bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan bahwa perlu

(12)

KAJIAN TEORI

2.1 Media Tiga Dimensi Kemagnetan (MTDK)

Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya

adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran (Muhson, 2010). Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kegunaan praktis dari media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: a) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, b) media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya dan mungkinkan peserta didik untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, c) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu (Sanjaya, 2011).

(13)

Simposium Guru Nasional 2015 5 Salah satu model pembelajaran konstruktivis yang diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan MTDK untuk meningkatakan pemahaman dan sikap ilmiah siswa adalah pembelajaran berbasis inkuiri (BI). Menurut Bass et al. (2009) pembelajaran inkuiri merupakan suatu pendekatan di dalam mempelajari dan memahami alam sekitar melalui serangkaian kegiatan meliputi merumuskan pertanyaan, melakukan investigasi, observasi, dan menjelaskan hasilnya.

National Science Education Standard (NSES) menjelaskan inkuiri dalam pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar melalui kegiatan beraneka segi yang mengikutsertakan kegiatan observasi; membuat pertanyaan; memeriksa buku dan sumber lain dari informasi untuk melihat apa yang telah diketahui sebelumnya; merencanakan investigasi; memeriksa ulang apa yang telah diketahui di pandang dari sudut kegiatan eksperimen; menggunakan alat untuk mengumpulkan data; menganalisis dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, menjelaskan dan memprediksi, serta mengkomunikasikan hasil (Muchtar & Arsidah, 2009).

Hinduan, et al. (2007) menekankan, melibatkan siswa secara aktif dalam proses inkuiri ilmiah selama pembelajaran merupakan tuntunan dasar dalam pelajaran Fisika. Harapan bahwa pembelajaran IPA mampu menanamkan dan membudayakan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri, berdampak pada peran guru yang bergeser dari penyampai pengetahuan menjadi agen pendidikan yang lebih memfokuskan pada aktivitas siswa. Menurut Hamalik (2011) proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, narasumber dan penyuluh kelompok. Siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.

Pembelajaran berbasis inkuiri dalam penelitian ini diadaptasi dari Gulo (2008); Jufri (2008); Bass, et al. (2009) yang dituangkan dalam lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS) dengan tahapan sebagai berikut,

a. Mengajukan Pertanyaan dan Permasalahan

(14)

Setelah masalah berhasil distrukturkan oleh siswa, siswa diharapkan dapat mengajukan hipotesis untuk menjelaskan ide ataupun gagasan mereka yang dituangkan dalam LHIKS.

c. Mengumpulkan Data

Pada tahap ini siswa melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskannya. Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan mereka menetapkan cara melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesisnya, sedangkan guru hanya menyediakan sarana seperti LHIKS, MTDK, lembar panduan inkuiri kemagnetan siswa (PIKS) dan sebagainya yang diperlukan siswa dalam eksperimen. Setelah itu siswa mengumpulkan data yang diperlukannya. Data yang dihasilkan dapat berupa data mentah, tabel, dan grafik.

d. Analisis Data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh, baik data kualitatif maupun kuantitatif. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau salah. Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Apabila hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

e. Membuat Kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa yang ditulis pada LHIKS.

2.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif

(15)

Simposium Guru Nasional 2015 7 kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok bersifat heterogen.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang paling sering digunakan dan sangat dianjurkan oleh para ahli pendidikan (Rusman, 2010). Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas (cara pembelajaran dan jenis kegiatan siswa), tujuan (tingkat ketergantungan siswa untuk menyelesaikan tugas), dan penghargaan (reward) kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok terbaik (Ibrahim et al., 2000). Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar rendah (Ludgren, 1994; Nur et al., 1987) yang dikutip oleh Ibrahim et al. (2000) sebagai berikut: a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, c) memperbaiki kehadiran, d) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, e) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, f) konflik antar pribadi berkurang, g) sikap apatis berkurang, h) motivasi lebih besar atau meningkat, i) hasil belajar lebih tinggi, dan j) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

(16)

temannya di Universitas John Hopkin. STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan salah satu strategi kooperatif yang banyak diteliti di berbagai ranah pelajaran termasuk IPA. Rusman (2010) memaparkan, dalam strategi kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok. Menurut Ibrahim (2000); Arends (2008); Slavin (2011), jumlah anggota dalam satu kelompok 4-5 orang yang harus heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Sintaks strategi kooperatif tipe STAD tersaji pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sintaks Strategi Kooperatif Tipe STAD

Sintaks Kegiatan

Pembagian Kelompok

Guru membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa yang heterogen dari segi jenis kelamin, etnis, dan kemampuan akademik. Presentasi Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, dan lain-lain. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Kegiatan Belajar

dalam Tim

Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberi kontribusi. Selama tim bekerja guru melakukan pengamatan, memberi dorongan, membimbing dan memberi bantuan jika diperlukan.

Pelaksanaan Kuis (Evaluasi)

Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu dan tidak dibenarkan bekerjasama. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan memahami bahan ajar.

Perhitungan Skor

Setiap siswa diberikan skor dasar dari skor kuis sebelumnya atau skor yang sudah dimiliki siswa. Hal ini bertujuan untuk memancing motivasi siswa agar belajar lebih baik dari sebelumnya.

Pemberian Penghargaan

Guru dapat memberi penghargaan berupa sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya kepada kelompok siswa yang berhasil mencapai kriteria yang sudah ditentukan oleh guru.

(Sumber: Rusman, 2010) 2.4 Sikap Ilmiah

(17)

Simposium Guru Nasional 2015 9 jenjang sekolah menengah diarahkan untuk mengacu pada Project 2061 NSES yaitu curiosity (rasa ingin tahu), honesty (kejujuran), openness (keterbukaan), dan skepticism (skeptis). Sementara yang ditetapkan BSNP (2006) tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, menjelaskan bahwa mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, teliti, terbuka, tanggung jawab, disiplin, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Menurut Arifin (2007) yang mengacu pada pendapat Brotowidjoyo, orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki 7 sikap ilmiah: sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan.

Indikator sikap ilmiah yang diteliti yaitu: rasa ingin tahu, kejujuran, keterbukaan, skeptis, objektivitas, ketelitian, kedisiplinan, tanggung jawab, keberanian dalam kebenaran, dan berpikir ke depan.

2.5 Kecakapan Sosial

Kecakapan sosial dapat dipilah menjadi dua yaitu kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama (Tim Broad Based Education, 2003).

a. Kecakapan berkomunikasi

(18)

(Puskur, 2007b).

b. Kecakapan bekerjasama

Bekerja dalam kelompok atau tim merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dielakkan sepanjang hidup manusia. Salah satu hal yang diperlukan untuk bekerja dalam kelompok adalah kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu dikembangkan agar siswa terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya kompleks. Kerjasama yang dimaksud adalah adanya saling pengertian dan membantu antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan dapat membangun semangat komunitas yang harmonis (Puskur, 2007b). Kecakapan sosial yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kecakapan berkomunikasi lisan, kecakapan berkomunikasi tulisan dan kemampuan bekerjasama.

2.6 Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2004). Usman (2005), menganggap hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang direncanakan guru sebelumnya.

(19)

Simposium Guru Nasional 2015 11 PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1 Karakteristik MTDKBI

Sebuah media pembelajaran yang dibuat peneliti yaitu media tiga dimensi kemagnetan (MTDK). Dari segi ketersediaan alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan, MTDK mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah. MTDK merupakan media yang sangat sederhana dan mudah untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Magnet yang digunakan terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Memaksimalkan pemanfaatan dari magnet-magnet tersebut sebagai media pembelajaran pada materi kemagnetan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi kemagnetan.

Kelebihan dari MTDK adalah media yang digunakan sederhana, namun dapat membantu siswa memahami materi kemagnetan menjadi lebih baik. Media pembelajaran tidak harus mahal dan canggih, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam mempertinggi proses pembelajaran (Sudjana & Rivai, 2011). Selain itu yang paling penting adalah MTDK dapat dipraktekkan langsung oleh siswa baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Implementasi MTDK dalam proses pembelajaran berbasis inkuiri (BI) dengan mengikuti sintaks model pembelajaran inkuiri yang tertuang dalam panduan inkuiri kemagnetan siswa (PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS) yang melatih siswa untuk berpikir dan bersikap ilmiah. Implementasi MTDKBI melalui strategi pembelajaran kooperatif secara tidak langsung memupuk kecakapan sosial siswa ketika mereka bekerjasama dan berkomunikasi dalam kelompok mereka.

(20)

magnet yang berbeda-beda terhadap kekuatan gaya tarik magnet. Siswa juga dapat menyelidiki lebih mendalam melalui percobaan hubungan jarak suatu magnet terhadap kekuatan gaya tarik magnet. Siswa pun dapat mengaplikasikan dan memanfaatkan magnet dalam beberapa keperluan misalnya pembuatan kompas, generator dan motor listrik sederhana.

3.2 Peningkatan Sikap Ilmiah, Kecakapan Sosial, dan Hasil belajar kognitif Siswa dengan MTDKBI melalui Strategi Kooperatif

Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar hasil belajar kognitif fisika siswa. Sikap ilmiah siswa yang awalnya 71,9 meningkat menjadi 87,28 atau terjadi peningkatan sebesar 52%. Kecakapan sosial siswa yang awalnya 76,41 meningkat menjadi 90,87 atau terjadi peningkatan sebesar 61%. Nilai pretest hasil belajar kognitif siswa sebesar 50 meningkat menjadi 73,52 pada postesnya dengan peningkatan sebesar 49% (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Data pretes, postes dan N-gain kecakapan sosial, sikap ilmiah, dan hasil belajar hasil belajar kognitif siswa

a. Sikap ilmiah siswa

Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa. Penerapan pembelajaran dengan MTDKBI melatih siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah seperti ilmuan

71.9

87.28

52%

76.41

90.87

61%

50

73.52

49%

(21)

Simposium Guru Nasional 2015 13 kesatuan dengan MTDKBI, siswa dilatih untuk merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data serta membuat kesimpulan. Secara tidak langsung hal ini akan melatih dan menanamkan sikap ilmiah pada siswa yang diperlukan untuk menjadi seorang calon ilmuan (scientist).

Implementasi MTDKBI yang dipadukan dengan strategi kooperatif menjadi salah satu jawaban dari persoalan yang terjadi selama ini dalam memompa sikap ilmiah siswa agar menjadi lebih baik. Sikap ilmiah hendaknya menjadi bekal bagi setiap siswa sebelum merespon sesuatu baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan. Sikap ilmiah yang ditanamkan melalui proses pembelajaran dapat melatih pembentukan karakter siswa yang termuat dalam indikator sikap ilmiah yaitu rasa ingin tahu, kejujuran, keterbukaan, skeptis, objektivitas, kedisiplinan, tanggung jawab, keberanian dalam kebenaran, berpikir ke depan dan ketelitian.

Siswa dilatih rasa ingin tahu dan berpikir ke depan dengan membuat rumusan masalah dan hipotesis dalam LHIKS. Kejujuran mereka diasah dengan melaksanakan eksperimen sesuai dengan prosedur yang ada pada PIKS, mengerjakan kuis dan menjawab pertanyaan oleh guru tanpa membuat kecurangan dengan menyontek maupun bertanya pada temannya. Kedisiplinan, mereka diajarkan agar dalam mengerjakan eksperimen diusahakan tepat waktu. Ketelitian mereka ditempa dengan melaksanakan percobaan seteliti mungkin sebelum data yang diperoleh diolah kemudian mengulangi lagi percobaan yang mereka lakukan. Skeptis mereka dilatih dengan tidak langsung percaya terhadap asumsi atau hipotesis yang mereka bangun namun harus dibuktikan terlebih dahulu melalui percobaan, mengumpulkan, dan menganalis data serta memverifikasikan dengan literatur (Buku Saku Kemagnetan Siswa). Keberanian dalam kebenaran dan objektivitas mereka dilatih ketika menulis data hasil penelitian sesuai dengan eksperimen walaupun berbeda dari hipotesis dan literatur yang ada.

(22)

kelompoknya.

b. Kecakapan sosial siswa

Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan kecakapan sosial siswa. Hal ini karena siswa dilatih untuk berkomunikasi dan berkerjasama melalui kegiatan percobaan dengan MTDK yang dipandu dengan PIKS dan LHIKS. Secara tidak langsung kegiatan ini menjadikan siswa berinterakasi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan serangkaian tugas pada LHIKS. Setiap siswa dalam kelompoknya akan saling bertanya mengenai prosedur percobaan dan penggunaan alat dan bahan agar sesuai dengan yang diharapkan pada PIKS. Siswa terlihat lebih aktif karena ada tugas yang lebih kompleks yang harus mereka selesaikan. Siswa menemukan jawaban dengan memverifikasikan data melalui eksperimen, sehingga komunikasi dan kerjasama yang terjadi tidak terbatas pada materi yang tertuang pada buku saja.

Salah satu ciri khas dari MTDKBI terletak pada memberikan peluang kepada siswa untuk melakukan eksperimen dengan mengikuti PIKS yang telah disediakan ala ilmuan. Siswa-siswa yang berada pada setiap kelompok secara tidak langsung akan saling bertanya (berkomunikasi lisan) dan bekerjasama untuk melakukan

kegiatan eksperimen pada MTDKBI yang telah disediakan serta

mengkomunikasikan dalam bahasa tulisan pada LHIKS, sehingga terjalin komunikasi dan kerjasama yang baik antara siswa satu dengan yang lain.

Jufri & Jekti (2010) menyatakan bahwa salah satu karakteristik khas dari kegiatan inkuiri dalam bidang sains adalah pemberian peluang bagi siswa untuk berlatih mengkomunikasikan hasil kegiatan belajarnya melalui penulisan laporan ilmiah sederhana. Hal senada juga dikemukakan Suma (2010), yakni dalam inkuiri siswa belajar aktif secara fisik dan mental melalui pengalaman langsung, mengajukan pertanyaan, mencari jawaban dari berbagai sumber, mengambil keputusan dari berbagai alternatif jawaban.

(23)

Simposium Guru Nasional 2015 15 tengah makin krisisnya budaya santun dalam berkomunikasi dan mengikisnya etika dalam berinteraksi antar sesama.

c. Hasil belajar kognitif Siswa

Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Aktivitas belajar melalui MTDKBI dapat menjadi sarana bagi siswa untuk mengembangkan kompetensi yang berkaitan dengan indikator pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam mengoperasikan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran memberikan pengalaman belajar secara langsung, sehingga siswa melalui tahapan pembelajaran yang berkesan. Proses pembelajaran seperti ini berdampak pada pengetahuan yang diperoleh sulit untuk dilupakan oleh siswa dibandingkan hanya dengan mendengar penjelasan guru atau sekedar membaca buku. Seperti yang dinyatakan Sanjaya (2011), menurut Piramida Pengalaman Dale, semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan diperoleh dan sebaliknya.

Kegiatan inkuiri dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk membangun informasi dan konsep secara mandiri. Seperti yang dipaparkan oleh Slavin (2011) salah satu prinsip terpenting psikologi pendidikan adalah guru tidak diperkenankan memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa hendaknya membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan cara menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasannya. Menurut Nur dan Wikandari (2000) siswa mendapat keuntungan jika mereka dapat melihat dan melakukan sesuatu daripada hanya sekedar mendengar ceramah. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memecahkan sendiri masalah yang dihadapi atau di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban dari masalah. Oleh karena itu guru dituntut memfasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran yang berbasis inkuiri.

(24)

dan memahami konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan konsep tersebut dengan teman sebayanya. Strategi pembelajaran kooperatif tidak hanya berimplikasi pada hasil belajar tersedia bagi semua siswa, tetapi juga mengakibatkan proses pemikiran siswa lain tersedia bagi semua orang. Belajar secara kooperatif secara tidak langsung akan memberikan pembelajaran kepada siswa bagaimana cara teman-teman sejawatnya berhasil menyelesaikan masalah dalam satu kelompok melalui pendekatan mereka.

(25)

Simposium Guru Nasional 2015 17 SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. MTDKBI merupakan media pembelajaran yang sederhana dan mudah

dimplementasikan dalam proses pembelajaran. Penggunaan MTDKBI bertujuan untuk memberi pengalaman secara langsung kepada siswa dalam melakukan eksperimen, siswa memperoleh materi kemagnetan secara konkret, dan menghindari verbalisme.

b. Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar kognitif siswa.

4.2 Rekomendasi

a. Pembelajaran Fisika bagi siswa hendaknya dilakukan dengan media berbasis inkuiri yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki.

b. Pembelajaran Fisika tidak hanya menekankan pada penguasaan konten (hasil belajar hasil belajar kognitif) tetapi juga pada aspek kecakapan sosial dan sikap ilmiah yang penting dimiliki oleh siswa sebagai bekal hidup.

c. Media tiga dimensi dan perangkat berbasis inkuiri yang telah diimplementasikan hanya masih pada materi kemagnetan sehingga perlu diterapkan pada materi fisika yang lain.

(26)

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessinga Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman, Inc.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar) Edisi Ketujuh. Helly, P. S. & Sri, M. S. (Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Arifin, E. Z. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah Lengkap dengan Kaidah

Bahasa Indonesia yang Benar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. Bass, J. E., Contant, T. L. dan Carin, A. A. 2009. Teaching Science as Inquiry.

Boston: Pearson Inc.

BSNP. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP/MTs. Jakarta: BSNP dan Depdiknas.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Grava Media. Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, O. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.

Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hassard, J. & Dias, M. 2009. The Art of Teaching Science. London: Oxford University Press.

Hinduan, A., Setiawan, W., Siahaan, P. & Suyan, I. 2007. Pendidikan Fisika. Dalam Ali, M. Ibrahim, R. Sukmadinata, N.S. Sudjana, D. & Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press. Ibrahim, M., Rachmadiati, F., Nur, M. & Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Program Pascasarjana UNESA. Surabaya: University Press.

Jufri, A. W. 2008. Implementasi Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Tantangan dan Harapan Bagi Guru Pelajaran Sains. Prosiding Seminar Nasional PMIPA FKIP UNRAM ”Pengembangan Profesionalisme Pendidik Menghadapi Tantangan Pembelajaran Matematika dan Sains”. Mataram: Universitas Mataram.

Jufri, A. W & Jekti, D. S. D. 2010. Efektivitas Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri dengan Strategi Kooperatif dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 17(2): 159-164.

Muchtar, Z. & Arsidah P. 2009. Penerapan Metode Inquiry Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Struktur Atom. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 4: 35-40.

Muhson, A. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia VIII (2): 1-10.

Nur, M. & Wikandari, P.P. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Pusat Matematika dan IPA Sekolah. Program Pascasarjana UNESA. Surabaya: University Press. Puskur. 2007a. Naskah Akdemik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA.

(27)

Simposium Guru Nasional 2015 19 Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, W. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jilid II Edisi Kesembilan. Penerjemah Marianto Samosir. Jakarta: Indeks.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. Sudjana, N. & Rivai, A. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Suma, K. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Peningkatan Penguasaan Konten dan Penalaran Ilmiah Calon Guru Fisika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran 43 (6): 47-55.

Tim Broad Based Education Depdiknas. 2003. Pola Pelaksanaan Kecakapan Hidup melalui Pendekatan Kecakapan Hidup melalui Pendidikan Berbasis Luas. Surabaya: SIC.

Usman, U. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.

(28)

Lampiran 1. Biodata Penulis

Kurniawan Arizona

Lingkungan Karang Baru Selatan, Kecamatan Selaparang Kota Mataram, NTB.

HP : +6287775894877 Email :kurniawaan@gmail.com

Penulis Kurniawan Arizona, S.Si.,M.Pd. lahir di Sakra Lombok Timur pada tanggal 16 April 1987. Pendidikan dasar dan menengah ditempuh di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Pendidikan S1 pada Program Studi Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya dan S2 pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Mataram. Penulis adalah seorang guru yang mengajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika di SMP-SMA Fullday dan MA Plus Abu Hurairah

(29)

KELAS IX

SMPN 10 MATARAM

RENCANA

PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN I

(Kelas Eksperimen Perpaduan MTDK-BI

dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD)

Kurniawan Arizona,M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMPN 10 MATARAM

(30)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I

(Perpaduan MTDK-BI dan STAD Pertemuan 1)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Sekolah : SMPN 10 Mataram

Mata Pelajaran : IPA/Fisika

Kelas/Semester : Kelas IX/ Semester II Materi Pembelajaran : Kemagnetan

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi dasar

4.1 Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet C. Indikator

1. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa bahan yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet.

2. Siswa dapat menjelaskan tentang kutub magnet 3. Siswa dapat menggambarkan garis gaya magnet

4. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya magnet dapat menembus benda non magnetis. D. Tujuan pembelajaran

1. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa bahan yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet melalui eksperimen dengan tepat berbantuan media tiga dimensi kemagnetan (MTDK), Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa (PIKS) 1, dan Lembar Hasil Inkuiri Kemagnetan Siswa (LHIKS) 1.

2. Siswa dapat mengidentifikasi kedua kutub magnet dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.

3. Siswa dapat menjelaskan bahwa magnet selalu memiliki dua buah kutub melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.

4. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya tarik paling kuat pada suatu magnet berada pada kedua kutubnya dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.

(31)

6. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya magnet dapat menembus benda non magnetis melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.

E. Materi Pembelajaran

1. Klasifikasi bahan magnetik dan non magnetik 2. Kutub magnet

3. Medan magnet

4. Gaya magnet dapat menembus benda non magnetis F. Model dan Metode Pembelajaran

Model pembelajaran : MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD Metode pembelajaran : Eksperimen, penugasan, dan diskusi kelompok

PROSES BELAJAR MENGAJAR

memperkenalkan diri dan mengecek kehadiran siswa

2. Apersepsi dan motivasi Mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa

Apa yang kalian ketahui tentang magnet?

3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan teknik pembelajaran

1. Merespon dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru

2. Siswa mencoba mengingat pengetahuan yang mereka miliki tentang magnet.

Siswa memberi umpan balik dengan menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru 3. Siswa memperhatikan dan

memahami tujuan dan teknik pembelajaran yang akan mereka lalui

1. Mengorganisasi siswa untuk duduk dalam tatanan kooperatif (fase 1). 2. Guru mempresentasikan secara

umum materi ke siswa (fase 2). 3. Guru memfasilitasi siswa dalam kelompok kooperatif melakukan percobaan menggunakan MTDK sesuai dengan petunjuk yang ada pada PIKS 1 (fase 3).

1. Siswa duduk dalam kelompok kooperatif (fase 1)

2. Siswa mendengar penjelasan guru dengan baik (fase 2) 3. Siswa mempersiapkan bahan dan

(32)

Kegiatan

4. Guru memberi pertanyaan pengarah (rumusan masalah) kepada siswa melalui PIKS 1 (fase 4).

5. Guru memfasilitasi siswa untuk mengumpulkan data dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan MTDK yang dipandu dengan PIKS 1 dan dituang dalam LHIKS 1 (fase 5). 6. Guru memfasilitasi siswa untuk

mengeinterpretasi dan menganalisis data berbantuan PIKS 1 dan LHIKS 1 (fase 6).

7. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan berbantuan PIKS 1 dan dituang dalam LHIKS 1 (fase 7).

8. Guru memberi kuis secara individu kepada siswa dan tidak dibenarkan untuk bekerjasama. Materi kuis yang diberikan sesuai dengan indikator RPP dengan bentuk soal pilihan ganda (fase 8).

9. Guru mengoreksi dan menghitung skor yang dicapai oleh siswa untuk menentukan kelompok dan siswa yang berhasil mencapai nilai tertinggi (fase 9).

10. Memberi penghargaan kepada kelompok dan siswa yang meraih skor paling tinggi (fase 10).

4. Siswa mencoba untuk memberi dugaan/jawaban sementara (hipotesis) terhadap rumusan masalah (pertanyaan pengarah) yang tertuang pada PIKS 1 (fase

4)

5. Siswa melakukan serangkaian percobaan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan MTDK yang dipandu dengan PIKS 1 dan hasilnya dituang pada LHIKS 1 (fase 5).

6. Siswa menginterpretasi dan menganalisis data berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Hasilnya ditulis pada LHIKS 1 (fase 6).

7. Siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang mereka lakukan (fase 7).

8. Siswa menjawab kuis (tes) yang diberikan oleh guru menurut kemampuan mereka sendiri (fase

8).

9. Mengoreksi jawaban dari anggota kelompok lain (fase 9)

10. Menerima penghargaan sesuai dengan perolehan skor tertinggi yang ditujukan pada kelompok dan individu terbaik (fase 10).

(33)

III.Penutup

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Alokasi Waktu

Nilai yg ditanamkan

1. Guru menyimpulkan pelajaran

2. Guru memberi tugas mandiri untuk membaca ringkasan materi

1. Memperhatikan dan ikut memberi andil dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Siswa merespon tugas yang

diberikan oleh guru.

5’ •Menjadi pendengar yang baik •

Menyum-bangkan ide •Peduli

G. Sumber Belajar 1. MTDK 2. LHIKS 1 3. PIKS 1

4. Ringkasan Materi Kemagnetan

H. Penilaian Hasil Belajar

(34)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I

(Perpaduan MTDK-BI dan STAD Pertemuan 2)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Sekolah : SMPN 10 Mataram

Mata Pelajaran : IPA/Fisika

Kelas/Semester : Kelas IX/ Semester II Materi Pembelajaran : Kemagnetan

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi dasar

4.1 Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet C. Indikator

1. Siswa dapat menjelaskan pengaruh suhu, jarak, ukuran dan bentuk magnet terhadap besarnya gaya tarik magnet

D. Tujuan pembelajaran

1. Siswa dapat menganalisis pengaruh suhu terhadap besarnya gaya tarik magnet melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 2 dan LHIKS 2.

2. Siswa dapat menganalisis pengaruh jarak terhadap besarnya gaya tarik magnet melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 2 dan LHIKS 2.

3. Siswa dapat menganalisis pengaruh ukuran terhadap besarnya gaya tarik magnet melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 2 dan LHIKS 2.

4. Siswa dapat menganalisis pengaruh bentuk terhadap besarnya gaya tarik magnet melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 2 dan LHIKS 2.

E. Materi Pembelajaran Gejala Kemagnetan

F. Model dan Metode Pembelajaran

(35)

PROSES BELAJAR MENGAJAR

memperkenalkan diri dan mengecek kehadiran siswa

2. Apersepsi dan motivasi

Mengaitkan pelajaran dengan materi sebelumnya

Bagaimana pengaruh ukuran magnet terhadap kekuatan gaya tariknya?

3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

1. Merespon dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru

2. Siswa mencoba mengingat pengetahuan yang mereka miliki tentang magnet.

Siswa memberi umpan balik dengan menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru 3. Siswa memperhatikan dan

memahami tujuan dan teknik pembelajaran yang akan mereka lalui

1. Mengorganisasi siswa untuk duduk dalam tatanan kooperatif (fase 1). 2. Guru pempresentasikan secara umum

materi ke siswa (fase 2). 3. Guru memfasilitasi siswa dalam

kelompok kooperatif melakukan percobaan menggunakan MTDK sesuai dengan petunjuk yang ada pada PIKS 2 (fase 3).

4. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat pertanyaan (rumusan masalah) melalui PIKS 2 dengan memberikan rumusan hipotesis (fase

4).

5. Guru memfasilitasi siswa untuk mengumpulkan data dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan MTDK yang dipandu dengan PIKS 2 dan dituang dalam LHIKS 2 (fase 5). 6. Guru memfasilitasi siswa untuk

mengeinterpretasi dan menganalisis data berbantuan PIKS 1 dan LHIKS 1 (fase 6).

1. Siswa duduk dalam kelompok kooperatif (fase 1)

2. Siswa mendengar penjelasan guru dengan baik. (fase 2)

3. Siswa mempersiapkan bahan dan alat MTDK, LHIKS 2, ringkasan materi, dan mempelajari petunjuk yang ada pada PIKS 2 (fase 3).

4. Siswa mencoba untuk membuat pertanyaan sesuai dengan dugaan sementara (hipotesis) yang diberikan pada PIKS 2 (fase 4) 5. Siswa melakukan serangkaian

percobaan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan MTDK yang dipandu dengan PIKS 2 dan hasilnya dituang pada LHIKS 2 (fase 5).

6. Siswa menginterpretasi dan menganalisis data berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Hasilnya ditulis pada LHIKS 2 (fase 6).

(36)

Kegiatan

7. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan berbantuan PIKS 2 dan dituang dalam LHIKS 2 (fase 7).

8. Guru memberi kuis secara individu kepada siswa dan tidak dibenarkan untuk bekerjasama. Materi kuis yang diberikan sesuai dengan indikator RPP dengan bentuk soal pilihan ganda (fase 8).

9. Guru mengoreksi dan menghitung skor yang dicapai oleh siswa untuk menentukan kelompok dan siswa yang berhasil mencapai nilai tertinggi (fase 9).

10. Memberi penghargaan kepada kelompok dan siswa yang meraih skor paling tinggi (fase 10).

7. Siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang mereka lakukan (fase 7).

8. Siswa menjawab kuis (tes) yang diberikan oleh guru menurut kemampuan mereka sendiri (fase

8).

9. Mengoreksi jawaban dari anggota kelompok lain (fase 9)

10. Menerima penghargaan sesuai dengan perolehan skor tertinggi yang ditujukan pada kelompok dan individu terbaik (fase 10).

7’

1. Guru menyimpulkan pelajaran

2. Guru memberi tugas mandiri untuk membaca ringkasan materi

1. Memperhatikan dan ikut memberi andil dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Siswa merespon tugas yang

diberikan oleh guru.

(37)

H. Penilaian Hasil Belajar

(38)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I

(Perpaduan MTDK-BI dan STAD Pertemuan 3)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Sekolah : SMPN 10 Mataram

Mata Pelajaran : IPA/Fisika

Kelas/Semester : Kelas IX/ Semester III Materi Pembelajaran : Kemagnetan

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi dasar

4.1 Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet C. Indikator

1. Siswa dapat membuat magnet.

2. Siswa dapat menjelaskan penyebab hilangnya sifat kemagnetan suatu bahan D. Tujuan pembelajaran

1. Siswa dapat menganalisis proses pembuatan magnet dengan cara gosokan melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 3 dan LHIKS 3.

2. Siswa dapat menganalisis proses pembuatan magnet dengan cara induksi melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 3 dan LHIKS 3.

3. Siswa dapat menganalisis proses pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik (mengalirkan arus DC) melalui eksperimen dengan tepat berbantuan media tiga dimensi kemagnetan MTDK, PIKS 3 dan LHIKS 3.

4. Siswa dapat menjelaskan penyebab hilangnya sifat kemagnetan dengan tepat berbantuan ringkasan materi, MTDK, PIKS 3 dan LHIKS 3.

E. Materi Pembelajaran

1. Pembuatan dan menghilangkan sifat magnet

F. Model dan Metode Pembelajaran

(39)

PROSES BELAJAR MENGAJAR

memperkenalkan diri dan mengecek kehadiran siswa

2. Apersepsi dan motivasi

Mengaitkan pelajaran dengan materi sebelumnya

Bagaimana cara membuat magnet?

3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

1. Merespon dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru 2. Siswa mencoba mengingat

pengetahuan yang mereka miliki tentang magnet.

Siswa memberi umpan balik dengan menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru 3. Siswa memperhatikan dan

memahami tujuan dan teknik pembelajaran yang akan mereka lalui

1. Mengorganisasi siswa untuk duduk dalam tatanan kooperatif (fase 1). 2. Guru mempresentasikan secara

umum materi ke siswa (fase 2). 3. Guru memfasilitasi siswa dalam kelompok kooperatif melakukan percobaan menggunakan MTDK sesuai dengan petunjuk yang ada pada PIKS 3 (fase 3).

4. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat pertanyaan (rumusan masalah) yang dipandu melalui PIKS 3 (fase 4).

5. Guru memfasilitasi siswa untuk merumuskan hipotesis yang dipandu melalui PIKS 3 (fase 5).

6. Guru memfasilitasi siswa untuk mengumpulkan data dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan MTDK yang dipandu dengan PIKS 3 dan dituang dalam LHIKS 3 (fase 6).

1. Siswa duduk dalam kelompok kooperatif (fase 1)

2. Siswa mendengar penjelasan guru dengan baik. (fase 2) 3. Siswa mempersiapkan bahan dan

alat MTDK,LHIKS 3, ringkasan materi, dan mempelajari petunjuk yang ada pada PIKS 3 (fase 3).

4. Siswa mencoba untuk membuat rumusan masalah yang

dituangkan pada LHIKS 3 (fase

4).

5. Siswa memberi dugaan/jawaban sementara (hipotesis) terhadap rumusan masalah yang telah dibuat (fase 5).

(40)

Kegiatan

7. Guru memfasilitasi siswa untuk mengeinterpretasi dan menganalisis data berbantuan PIKS 3 dan LHIKS 3 (fase 7).

8. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan berbantuan PIKS 3 dan dituang dalam LHIKS 3 (fase 8).

9. Guru memberi kuis secara individu kepada siswa dan tidak dibenarkan untuk bekerjasama. Materi kuis yang diberikan sesuai dengan indikator RPP dengan bentuk soal pilihan ganda (fase 9).

10. Guru mengoreksi dan menghitung skor yang dicapai oleh siswa untuk menentukan kelompok dan siswa yang berhasil mencapai nilai tertinggi (fase 10).

11. Memberi penghargaan kepada kelompok dan siswa yang meraih skor paling tinggi (fase 11).

7. Siswa menginterpretasi dan menganalisis data berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Hasilnya ditulis pada LHIKS 3 (fase 7).

8. Siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang mereka lakukan (fase 8).

9. Siswa menjawab kuis (tes) yang diberikan oleh guru menurut kemampuan mereka sendiri (fase

9).

10. Mengoreksi jawaban dari anggota kelompok lain (fase 10)

11. Menerima penghargaan sesuai dengan perolehan skor tertinggi yang ditujukan pada kelompok dan individu terbaik (fase 11).

8’

1. Guru menyimpulkan pelajaran

2. Guru memberi tugas mandiri untuk membaca ringkasan materi

1. Memperhatikan dan ikut memberi andil dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Siswa merespon tugas yang

diberikan oleh guru.

(41)

H. Penilaian Hasil Belajar

(42)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I

(Perpaduan MTDK-BI dan STAD Pertemuan 4)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Sekolah : SMPN 10 Mataram

Mata Pelajaran : IPA/Fisika

Kelas/Semester : Kelas IX/ Semester II Materi Pembelajaran : Kemagnetan

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi dasar

3.2 Mendeskripsikan pemanfaatan kemagnetan dalam produk teknologi C. Indikator

1. Siswa dapat menjelaskan manfaat kemagnetan dalam pembuatan motor listrik D. Tujuan pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan manfaat kemagnetan dalam pembuatan motor listrik melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 4 dan LHIKS 4.

2. Siswa dapat menjelaskan hubungan besar tegangan terhadap kecepatan putaran motor listrik melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 4 dan LHIKS 4.

3. Siswa dapat menjelaskan hubungan diameter lilitan terhadap kecepatan putaran motor listrik melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 4 dan LHIKS

4. Siswa dapat menjelaskan hubungan jumlah lilitan terhadap kecepatan putaran motor listrik melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 4 dan LHIKS 4. 5. Siswa dapat menjelaskan hubungan jarak terhadap kecepatan putaran motor listrik

melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 4 dan LHIKS 4. E. Materi Pembelajaran

Manfaat kemagnetan dalam produk teknologi F. Model dan Metode Pembelajaran

(43)

PROSES BELAJAR MENGAJAR

memperkenalkan diri dan mengecek kehadiran siswa

2. Apersepsi dan motivasi Mengaitkan pelajaran dengan pengetahuann awal yang dimiliki siswa

Apa yang kalian ketahui tentang manfaat magnet dalam kehidupan sehari-hari?

3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan teknik pembelajaran

1. Merespon dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru

2. Siswa mencoba mengingat pengetahuan yang mereka miliki tentang magnet.

Siswa memberi umpan balik dengan menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru

3. Siswa memperhatikan dan memahami tujuan dan teknik pembelajaran yang akan mereka lalui

1. Mengorganisasi siswa untuk duduk dalam tatanan kooperatif (fase 1). 2. Guru mempresentasikan secara

umum materi ke siswa (fase 2). 3. Guru memfasilitasi siswa dalam kelompok kooperatif melakukan percobaan menggunakan MTDK sesuai dengan petunjuk yang ada pada PIKS 4 (fase 3).

4. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat pertanyaan (rumusan masalah) yang dipandu melalui PIKS 4 (fase 4).

5. Guru memfasilitasi siswa untuk merumuskan hipotesis yang dipandu melalui PIKS 4 (fase 5).

6. Guru memfasilitasi siswa untuk mengumpulkan data dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan MTDK yang dipandu dengan PIKS 4 dan dituang dalam LHIKS 4 (fase 6).

1. Siswa duduk dalam kelompok kooperatif (fase 1)

2. Siswa mendengar penjelasan guru dengan baik. (fase 2) 3. Siswa mempersiapkan bahan dan

alat MTDK, LHIKS 4, ringkasan materi, dan mempelajari

petunjuk yang ada pada PIKS 4 (fase 3).

4. Siswa mencoba untuk membuat rumusan masalah yang

dituangkan pada LHIKS 4 (fase

4).

5. Siswa memberi dugaan/jawaban sementara (hipotesis) terhadap rumusan masalah yang telah dibuat (fase 5).

(44)

Kegiatan

7. Guru memfasilitasi siswa untuk mengeinterpretasi dan menganalisis data berbantuan PIKS 4 dan LHIKS 4 (fase 7).

8. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan berbantuan PIKS 4 dan dituang dalam LHIKS 4 (fase 8).

9. Guru memberi kuis secara individu kepada siswa dan tidak dibenarkan untuk bekerjasama. Materi kuis yang diberikan sesuai dengan indikator RPP dengan bentuk soal pilihan ganda (fase 9).

10. Guru mengoreksi dan menghitung skor yang dicapai oleh siswa untuk menentukan kelompok dan siswa yang berhasil mencapai nilai tertinggi (fase 10).

11. Memberi penghargaan kepada kelompok dan siswa yang meraih skor paling tinggi (fase 11).

7. Siswa menginterpretasi dan menganalisis data berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Hasilnya ditulis pada LHIKS 4 (fase 7).

8. Siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang mereka lakukan (fase 8).

9. Siswa menjawab kuis (tes) yang diberikan oleh guru menurut kemampuan mereka sendiri (fase

9).

10.Mengoreksi jawaban dari anggota kelompok lain (fase 10)

11.Menerima penghargaan sesuai dengan perolehan skor tertinggi yang ditujukan pada kelompok dan individu terbaik (fase 11).

8’

1. Guru menyimpulkan pelajaran

2. Guru memberi tugas mandiri untuk membaca ringkasan materi

1. Memperhatikan dan ikut memberi andil dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Siswa merespon tugas yang

diberikan oleh guru.

(45)

H. Penilaian Hasil Belajar

(46)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I

(Perpaduan MTDK-BI dan STAD Pertemuan 5)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Sekolah : SMPN 10 Mataram

Mata Pelajaran : IPA/Fisika

Kelas/Semester : Kelas IX/ Semester II Materi Pembelajaran : Kemagnetan

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi dasar

3.2 Mendeskripsikan pemanfaatan kemagnetan dalam produk teknologi C. Indikator

1. Siswa dapat menjelaskan manfaat magnet dalam pembuatan generator listrik 2. Siswa dapat menjelaskan manfaat magnet dalam pembuatan kompas

3. Siswa dapat menjelaskan manfaat magnet dalam pembuatan mesin pengangkut besi dan baja

D. Tujuan pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan manfaat kemagnetan dalam pembuatan generator listrik melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 5 dan LHIKS 5.

2. Siswa dapat menjelaskan manfaat kemagnetan dalam pembuatan kompas melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 5 dan LHIKS 5.

3. Siswa dapat menjelaskan manfaat kemagnetan dalam pembuatan mesin pengangkut besi dan baja melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 5 dan LHIKS 5.

E. Materi Pembelajaran

Manfaat kemagnetan dalam produk teknologi F. Model dan Metode Pembelajaran

(47)

PROSES BELAJAR MENGAJAR

memperkenalkan diri dan mengecek kehadiran siswa

2. Apersepsi dan motivasi Mengaitkan pelajaran dengan pengetahuann awal yang dimiliki siswa

Pernahkah kalian melihat kompas? Tahukah kalian kompas terbuat dari apa?

3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan teknik pembelajaran

1. Merespon dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru

2. Siswa mencoba mengingat pengetahuan yang mereka miliki tentang magnet.

Siswa memberi umpan balik dengan menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru

3. Siswa memperhatikan dan memahami tujuan dan teknik pembelajaran yang akan mereka lalui

1. Mengorganisasi siswa untuk duduk dalam tatanan kooperatif (fase 1). 2. Guru mempresentasikan secara

umum materi ke siswa (fase 2). 3. Guru memfasilitasi siswa dalam kelompok kooperatif melakukan percobaan menggunakan MTDK sesuai dengan petunjuk yang ada pada PIKS 5 (fase 3).

4. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat pertanyaan (rumusan masalah) yang dipandu melalui PIKS 5 (fase 4).

5. Guu memfasilitasi siswa untuk merumuskan hipotesis yang dipandu melalui PIKS 5 (fase 5).

6. Guru memfasilitasi siswa untuk mengumpulkan data dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan MTDK yang dipandu dengan PIKS 5 dan dituang dalam LHIKS 5 (fase 6).

1. Siswa duduk dalam kelompok kooperatif (fase 1)

2. Siswa mendengar penjelasan guru dengan baik. (fase 2) 3. Siswa mempersiapkan bahan dan

alat MTDK,LHIKS 5, ringkasan materi, dan mempelajari petunjuk yang ada pada PIKS 5 (fase 3).

4. Siswa mencoba untuk membuat rumusan masalah yang

dituangkan pada LHIKS 5 (fase

4).

5. Siswa memberi dugaan/jawaban sementara (hipotesis) terhadap rumusan masalah yang telah dibuat (fase 5).

(48)

Kegiatan

7. Guru memfasilitasi siswa untuk mengeinterpretasi dan menganalisis data berbantuan PIKS 5 dan LHIKS 5 (fase 7).

8. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan berbantuan PIKS 5 dan dituang dalam LHIKS 5 (fase 8).

9. Guru memberi kuis secara individu kepada siswa dan tidak dibenarkan untuk bekerjasama. Materi kuis yang diberikan sesuai dengan indikator RPP dengan bentuk soal pilihan ganda (fase 9).

10. Guru mengoreksi dan menghitung skor yang dicapai oleh siswa untuk menentukan kelompok dan siswa yang berhasil mencapai nilai tertinggi (fase 10).

11. Memberi penghargaan kepada kelompok dan siswa yang meraih skor paling tinggi (fase 11).

7. Siswa menginterpretasi dan menganalisis data berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Hasilnya ditulis pada LHIKS 5 (fase 7).

8. Siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang mereka lakukan (fase 8).

9. Siswa menjawab kuis (tes) yang diberikan oleh guru menurut kemampuan mereka sendiri (fase

9).

10. Mengoreksi jawaban dari anggota kelompok lain (fase 10)

11. Menerima penghargaan sesuai dengan perolehan skor tertinggi yang ditujukan pada kelompok dan individu terbaik (fase 11).

8’

1. Guru menyimpulkan pelajaran

2. Guru memberi tugas mandiri untuk membaca ringkasan materi

1. Memperhatikan dan ikut memberi andil dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Siswa merespon tugas yang

diberikan oleh guru.

(49)

H. Penilaian Hasil Belajar

(50)

Lampiran 3. Instrumen Kecakapan Sosial

KISI-KISI DAN KRITERIA ANGKET KECAKAPAN SOSIAL SISWA

No

Soal Kriteria Indikator Deskriptor

1 +

Kecakapan Komunikasi Lisan

Mendengar penjelasan guru dengan penuh perhatian

2 + Tidak memotong pembicaraan guru secara tiba-tiba

3 + Mengajukan pertanyaan dengan sopan

4 + Menghargai pendapat teman

5 - Tidak egois dengan menganggap pendapat sendiri yang paling benar

6 - Berani mengajukan pendapat

7 - Menyampaikan pendapat dengan baik dan sopan

8 - Memperbaiki kesalahan guru dengan

memperhatikan adab yang baik

9 - Menyimpulkan hasil percobaan atau diskusi 10 + Mengkritik gagasan orang lain dengan tepat

11 +

Kecakapan Komunikasi Tertulis

Menulis dengan tulisan yang baik dan rapi

12 - Pemilihan kata atau kalimat yang benar saat menjawab soal

13 + Penggunaan tanda baca yang benar

14 - Penulisan jawaban secara sistematis dan runtut 15 - Menulis satuan dari suatu besaran

16 - Menyajikan data-data yang diperoleh dalam bentuk tabel

17 + Menuliskan hasil pekerjaan harus secara lengkap dan komunikatif

18 + Menggunakan kata yang baku dalam penulisan 19 - Menulis sumber pustaka dari buku yang dirujuk 20 + Menyajikan data-data dalam bentuk grafik

21 +

Kecakapan Bekerjasama

Saling membantu dalam kegiatan eksperimen

22 + Mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kesepakatan kelompok

23

-Percaya dengan potensi diri yang dimiliki dengan tidak hanya mengandalkan kemampuan anggota kelompok yang pintar

24 - Tidak bersifat individual dalam kerja kelompok

25 + Berperan aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok

(51)

No

Soal Kriteria Indikator Deskriptor

27 - Berani mengakui kekurangan dengan minta bantuan kepada orang lain saat praktek

28 + Permasalahan kelompok adalah tanggung jawab bersama anggota kelompok

29 + Adanya pembagian tugas yang jelas pada saat melakukan percobaan

(52)

ANGKET KECAKAPAN SOSIAL SISWA

Nama :……… NIS :………..

Kelas :……… Sekolah :………..

Tujuan : Untuk mengetahui kecakapan sosial siswa terhadap mata

pelajaran Fisika khususnya materi “Kemagnetan”

Petunjuk : Berikan tanda rumput (√) pada kolom yang sudah disediakan sesuai dengan tanggapan dan pendapat Anda pribadi. Oleh karena itu tidak perlu Anda diskusikan jawaban tersebut dengan teman Anda.

Keterangan :

SS = Sangat setuju

S

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

No Uraian Tanggapan

SS S R TS STS

1 Mendengar penjelasan guru dengan penuh perhatian adalah hal yang harus saya lakukan

2 Saya tidak boleh memotong pembicaraan guru secara tiba-tiba karena perbuatan ini tidak baik

3

Saya akan segera mengajukan pertanyaan dengan meminta ijin terlebih dahulu jika belum memahami penjelasan guru

4 Saya akan menghargai pendapat teman saat mengemukakan pendapat

5

Saya menganggap pendapat sendiri yang paling benar, walaupun bertentangan dari teori dan data hasil pengamatan

6 Saya tidak perlu menyampaikan pendapat karena takut dicemooh apabila pendapat saya salah

7

Saat saya menyampaikan pendapat, tidak harus memperhatikan akhlak yang baik, yang penting pernyataan dikemukakan benar.

8

Ketika guru salah, sebaiknya langsung didebat dan menganggap guru itu bodoh karena dapat

menyesatkan siswa lainnya.

9 Membuat kesimpulan dari hasil percobaan suatu hal yang tidak penting.

10

(53)

No Uraian Tanggapan

SS S R TS STS

11 Tulisan yang rapi dan baik ketika menulis jawaban adalah hal penting untuk dimiliki oleh siswa

12

Pemilihan kata atau kalimat yang benar saat menjawab soal tidak perlu saya lakukan, yang penting konsepnya benar

13

Penggunaan tanda baca yang benar adalah hal yang seharusnya diperhatikan, karena dapat mengubah arti bacaan

14 Penulisan jawaban secara sistematis dan runtut tidak perlu untuk dilakukan oleh siswa

15 Menulis satuan suatu besaran tidak harus dilakukan, yang penting nilainya benar

16 Saya tidak perlu membuat data-data yang diperoleh dalam bentuk tabel, karena rumit untuk dilakukan

17 Menuliskan hasil pekerjaan harus secara lengkap dan komunikatif (mudah dipahami pembaca)

18 Menggunakan tata bahasa yang baku dalam penulisan hendaknya dilatih mulai sekarang

19 Menulis sumber pustaka hanya membuat pekerjaan menjadi lama dan membuang-buang waktu

20 Mengolah data-data dalam bentuk grafik adalah suatu hal yang sangat penting dalam penyajian data

21

Membantu teman satu kelompok dalam kegiatan eksperimen merupakan hal yang sangat penting untuk kesuksesan bersama.

22

Bertanggung jawab sesuai dengan pembagian tugas yang telah disepakati sebaiknya dilakukan oleh setiap siswa

23 Hanya mengandalkan teman yang pintar ketika bekerja kelompok

24 Tidak perlu memperhatikan anggota kelompok yang lain, yang penting diri sendiri paham

25 Ikut berperan aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok

26 Menasehati anggota kelompok yang tidak aktif dengan cara yang baik demi kesuksesan bersama

27 Meminta bantuan kepada orang lain saat praktek atau proses pembelajaran hanya menjatuhkan harga diri

28 Setiap permasalahan selama itu adalah tugas kelompok, harus dihadapi bersama

29

Pembagian tugas yang jelas dalam satu kelompok akan memperlancar dan memudahkan jalannya percobaan

(54)

Keterangan :

Penskoran untuk angket sikap ilmiah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Untuk pernyataan dengan kriteria positif: Jawaban SS = skor 5, jawaban S = skor 4, jawaban N = skor 3, jawaban TS = skor 2, dan jawaban STS = skor 1. 2) Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: Jawaban SS = skor 1, jawaban S =

skor 2, jawaban N = skor 3, jawaban TS = skor 3 dan jawaban STS = skor 4. 3) Menentukan Skor Maksimal Ideal (SMI) dan Skor Mentah

(55)

Lampiran 4. Instrumen Sikap Ilmiah

KISI-KISI DAN KRITERIA ANGKET SIKAP ILMIAH SISWA

No

Soal Kategori Indikator Deskriptor

1

-Sikap ingin tahu

Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya maka ia berusaha mencari tahu

2 + Senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa

3 +

Kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah

4 + Memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen

5 - Menunjukkan kegiatan yang tinggi terhadap kegiatan eksperimen

6

-Sikap jujur

Melakukan praktikum sesuai dengan prosedur

7 - Melaporkan praktikum sesuai dengan hasil yang didapatkan

8 + Mengerjakan ujian dengan jujur

9 - Tidak merubah data untuk membenarkan hipotesis yang telah diajukan

10 + Mengolah dan menganalisis data sesui dengan petunjuk yang telah ditetapkan

11

-Sikap terbuka

Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya

12 + Terbuka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya

13 + Menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain

14

-Terbuka dengan teori-teori baru yang kelihatannya menyimpang dengan apa yang selama ini dianggap benar asalkan memiliki argumen yang kredibel dan logis.

15 + Mencari informasi dari berbagai sumber

16

-Sikap skeptis

Tidak langsung begitu saja menerima pengetahuan baru tanpa ada bukti dan argumen yang kuat

17 - Berusaha mengumpulkan keterangan dari berbagai sumber seperti buku, guru, dan eksperimen (percobaan)

18 + Kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan

Gambar

Gambar 3.1. Data pretes, postes dan N-gain kecakapan sosial, sikap ilmiah,dan hasil belajar hasil belajar kognitif siswa
Grafik 3.3 Pengaruh jumlah lilitan terhadap kekuatan gayatarik magnet
Grafik 3.4 Pengaruh besar tegangan terhadap kekuatan gayatarik magnet
Grafik 5.1 Pengaruh besar tegangan terhadap kecepatan putaran motor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Contohnya, kalau sebelumnya National Gobel tidak mengetahui adanya beberapa pemasok yang sama menyuplai komponen atau barang yang sama ke perusahaan Matsushita lainnya,

Jika ada pintu rumah yang tidak dikunci rapat maka ada anggota keluarga yang tidak pergi.. Jika semua pintu rumah ditutup rapat maka semua anggota

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, maka siswa dihadapkan pada kegiatan yaitu (1) guru memberikan penjelasan/wacana mengenai materi matematika termasuk memberikan

perpustakaan perpustakaan secara bertahap dapat mengejar ketinggalannya dari perpustakaan-perpustakaan yang lebih maju dan lebih modern serta dapat mengoptimalkan

Proses kerja pada pengerjaan dengan mesin milling dimulai dengan mencekam benda kerja (gambar 1), kemudian dilanjutkan dengan pemotongan dengan alat potong yang disebut cutter

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Penyelesaian Pendidikan Program Magister Teknik Sipil.

Dalam tubuh manusia, sekitar 3 juta sel mati setiap menit.. Partikel debu yang ditemukan di rumah sebagian besar berasal dari kulit mati