Aku Membaca Maka Aku
Ada
September 08, 2012 Opiniku
Jika Descartes mengatakan "aku berpikir maka aku ada"(cogito ergo sum), Karl Marx mengatakan "aku bekerja maka aku ada"(ego operor ergo sum),
Maka Saya Katakan "Aku membaca maka aku ada"(Lego ergo sum)
Berbicara tentang buku, kekuataannya atau pengaruhnya langsung mengelana ingatanku kembali ke masa beberapa tahun silam ketika aku masih SD di SDN 2 Mawasangka Kabupaten Buton Propinsi Sultra. Buku bukan sesuatu yang asing di keluargaku. Ayah-Ibuku juga kakak-kakakku adalah pecinta, sebut penggila, buku. Novel, majalah, buku-buku sejarah, apapun termasuk koran bekas sisa bungkus nasi atau makanan akan kami lahap.
Ketika televisi menyuguhkan tontonan atau berita yang bukan hanya tidak mendidik tapi juga kadang justru memperparah suatu keadaan, buku dengan kekuatannya mampu membawaku ke tempat yang bukan hanya menenangkan tapi juga memberi harapan. Membaca buku mampu menanamkan keyakinan di kepalaku bahwa selama mau berpikir, mau berusaha, mau membaca, mimpi bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Perpustakaan merupakan salah satu wadah dimana buku berada. Namun ironis, menurut Prof.Dr. Ing. Fahmi Amhar, saat ini kebanyakan perpustakaan yang lazim dikenal barangkali cuma perpustakaan sekolah atau kampus. Orang ke sana karena ada tugas dari dosen dan harus mencari literatur. Selain itu karena ingin belajar pada suasana yang nyaman, sambil sekali-sekali membaca koran hari itu. Jarang orang datang ke perpustakaan, apalagi perpustakaan non kampus, untuk membaca buku-buku bermutu yang ada di dalamnya. Perpustakaan menjadi tempat yang sepi, agak berdebu dan “angker”. Hanya peneliti yang memerlukan singgah ke sana. Para penjaganya juga kesepian, sehingga ada perpustakaan yang buka hanya kalau ada
permintaan saja.
Bisa dibayangkan berapa kali lipat perbandingannya yang membaca buku di perpustakaan dengan yang shoping di mall!!! kalau bukan ironis, apalagi namanya,,,?
Padahal Sejarah Mencatat bahwa kesuksesan seseorang atau peradaban yang besar tidak lepas dari apa yang dinamakan buku. Peradaban Islam contohnya. para pendahalu-pendahulu kita itu begitu gemilang menciptakan peradaban yang sampai kini kita mampu mencerahkan dunia. Alkindi, Al Farabi, Ibnu Arabi, Ibnu Sina, Al Ghazali, Ibnu Rusyd, Mulla Sadra, dll merupakan tokoh-tokoh yang gemar membaca, mengoleksi buku-buku dan mampu mengubah dunia. bukan
saja dunia mereka, tapi juga dunia secara umum.
Mungkin bagi dunia, mereka hanyalah seseorang, tapi seseorang mereka adalah dunianya.
Bagaimana dengan shopping? Saya kurang tahu juga kalau shoping di mall itu dapat menciptakan peradaban yang besar. Mungkin saja iya, tapi peradaban yang menciptakan generasi sampah atau sampah peradaban(asfaal safiliin).
Jika Descartes mengatakan "aku berpikir maka aku ada"(cogito ergo sum), Karl Marx mengatakan "aku bekerja maka aku ada"(ego operor ergo sum), Maka Saya Katakan "Aku membaca maka aku ada"(Lego ergo sum)
Buku adalah hasil pikiran manusia, salah satu bukti eksistensi manusia di dunia. Maka jika Rene Descartes berkata aku berpikir maka aku ada, Karl Marx berkata Aku bekerja maka aku ada , bagiku ini hampir seperti ajakan mari membaca dan rubahlah dunia. Mulai dengan memilih buku, bacaan, dan biarkan otak kita mengelana, menemukan pikiran-pikiran baru, pikiran-pikiran besar. Semakin banyak dan bermacam yang dibaca tentu lebih baik karena akan membuka wawasan kita. Buku mampu mempengaruhi dunia, membaca bisa mengubah dunia, kurasa tidak berlebihan. Aku sudah membuktikannya. Buku telah berhasil mempengaruhi, mengubah duniaku. Membuatku menemukan dunia-dunia lain, melihat dunia yang dalam kehidupan nyata belum pernah kutemui. "Aku membaca maka aku ada"? Iya.
Sumber :