KEARIFAN LOKAL SUKU BAYAN LOMBOK 1. HUKUM ADAT MASYARAKAT DESA SEGENTER BAYAN
Salah satu hukum adat yang berlaku di masyarakat desa Segenter Bayan seperti kegiatan perkawinan dan adanya pelanggaran terhadap hokum adat. Kasus perkawinan yang kerap terjadi misalnya ada pengantin pria yang tidak mau membayar atau melunasi maharnya atau dikenal dengan sebutan Nyaur Dosa, maka pengantin laki-laki tersebut akan diusir dari kampong adat Segenter. Kapan ia bisa membayar maharnya tersebut, baru ia boleh kembali lagi ke kampungnya.
Suku Sasak juga sangat arif menjaga kelestarian lingkungan dan alam sekitar. Sumber mata air Mandala yang terkenal karena kejernihannya adalah satu dari sembilan mata air di kaki Rinjani yang menjadi kebanggaan masyarakat Desa Bayan. Mereka sangat menjaga keberadaan mata air tersebut sehingga terdapat aturan yang dibuat khusus oleh pemangku adat (awiq-awiq). Awiq-awiq adalah peraturan mengenai larangan merusak hutan adat (pawang), termasuk larangan mencemari mata air Mandala. Setiap orang dilarang menebang hutan tanpa seijin pemangku adat apalagi membakar hutan. Apabila ada yang melanggar, akan dikenakan denda seekor kambing, uang Rp10.000,- dan beras satu gantang (sekira 3,125 kg). Upacara panen kerap diadakan di kawasan hutan adat tersebut yang juga merupakan tempat bagi sumber mata air Mandala.
Hukum adat yang berlaku di Bayan berbeda antara setiap Bayan. Contoh hukum adatnya yaitu tidak boleh menikah dibulan Ramadhan, kalau ada yang melanggar akan dikenakan denda 1 kerbau.
2. SISTEM PERNIKAHAN MASYARAKAT DESA SEGENTER BAYAN
Adat pernikahan di Bayan sama seperti adat suku sasak yaitu dengan cara “merariq” atau menculik.
Jika menikah dengan sesame orang Bayan, syarat mahar yaitu 2 sapi yang bertujuan untuk menjalin silahturahmi. Tetapi jika menikah dengan orang luar atau yang bukan suku Bayan maka mahar yang dikeluarkan adalah 4 sapi.