Me m ulia k a n r um a h -r u m a h Alla h
Penulis: Al-Ustadz Abu Ubaidillah Muhaimin bin Subaidi
Sebidang t anah di bum i ini y ang paling dicint ai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah rum ah- rum ah- Nya (m asj id) yang di dalam nya dit egakkan ibadah kepada- Nya dan Dia di Esakan ..
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirm an :
ﹺﻝﺎﺻﺂﹾﻟﺍﻭ
ﻭﺪﻐﹾﻟﺎﹺﺑ
ﺎﻬﻴﻓ
ﻪﹶﻟ
ﺢﺒﺴﻳ
ﻪﻤﺳﺍ
ﺎﻬﻴﻓ
ﺮﹶﻛﹾﺬﻳﻭ
ﻊﹶﻓﺮﺗ
ﹾﻥﹶﺃ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﹶﻥﺫﹶﺃ
ﺕﻮﻴﺑ
ﻲﻓ
"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang " .( An Nur : 36) .
Maksud ayat ini bahwa Dia Yang Maha Tinggi m em erint ahkan kepada ham ba-ham ba- Nya agar m enj aga dan m em bersihkan m asj id dari kot oran, perm ainan, perkat aan dan perbuat an yang t idak pant as dilakukan di dalam nya. Sebagaim ana yang dikat akan Ali bin Abi Tholhah dari I bnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan para ulam a ahli t afsir yang lainnya t ent ang ayat ini bahwa Allah m elarang m elakukan sesuat u yang sia- sia di dalam nya .
Kaum Muslim in sem oga Allah m em beri t aufik kepada kit a sem ua, bahwa m asj id dibangun dengan t ujuan digunakan sebagai t em pat berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
, sholat , m enyam paikan ilm u agam a, m engadakan pem bicaraan y ang baik dan yang sej enisnya.
Oleh karena it u seyogyanya bagi set iap m uslim unt uk m em uliakan rum ah- rum ah Allah dengan m enj aga adab- adab ket ika hendak m em asukinya dan ket ika di dalam nya, di ant ara adab hendak m asuk m asj id dan ket ika berada di dalam nya sebagaim ana dit unt unkan didalam agam a kit a adalah :
1. Membersihkan mulutnya dari bau yang tidak enak ketika hendak mendatangi
masjid .
Disebut kan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam beliau bersabda:
ﹶﻜﺋﺎﹶﻠﻤﹾﻟﺍ
ﱠﻥﹺﺈﹶﻓ
ﺎﻧﺪﹺﺠﺴﻣ
ﻦﺑﺮﹾﻘﻳ
ﺎﹶﻠﹶﻓ
ﹶﺙﺍﺮﹸﻜﹾﻟﺍﻭ
ﻡﻮﱡﺜﻟﺍﻭ
ﹶﻞﺼﺒﹾﻟﺍ
ﹶﻞﹶﻛﹶﺃ
ﻦﻣ
ﻡﺩﺁ
ﻮﻨﺑ
ﻪﻨﻣ
ﻯﱠﺫﹶﺄﺘﻳ
ﺎﻤﻣ
ﻯﱠﺫﹶﺄﺘﺗ
ﹶﺔ
" Siapa yang makan bawang merah, bawang putih atau bawang bakung (jengkol, petai dan selainnya), maka sungguh janganlah dia mendekat masjid kami, karena malaikat terganggu dengan apa manusia terganggu dengannya”.
2. Membaca sholawat atas nabi dan berdoa ketika hendak masuk ketika telah
sampai pada pintunya.
Disebut kan dalam Sunan Abu Dawud dan dishahihkan Al I m am I bnu Hibban dari sahabat Abu Hum aid at au Abu Usaid Al Anshory, berkat a: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda :
ﻚﺘﻤﺣﺭ
ﺏﺍﻮﺑﹶﺃ
ﻲﻟ
ﺢﺘﹾﻓﺍ
ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ
"Ya Allah ya Tuhan kami, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku " .
Kemudian ketika keluar membaca :
ﻚﻠﻀﹶﻓ
ﻦﻣ
ﻚﹸﻟﹶﺄﺳﹶﺃ
ﻲﻧﹺﺇ
ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ
"Ya Allah ya Tuhan kami , sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dari keutamaan -Mu". Atau membaca doa-doa yang terdapat di dalam hadits-hadits shahih yang lainnya .
3. Ketika masuk mendahulukan kaki kanan, di karenakan bagian kanan itu untuk
sesuatu yang mulia , sedangkan ketika keluar melangkahkan kaki kiri, dalam
rangka memuliakan yang kanan.
Al I m am Bukhari dan Muslim t elah m engeluarkan di dalam " Shahih Keduanya " , dari Aisyah rodhiyallahu anha, dia berkat a :
ﻪﱢﻠﹸﻛ
ﻪﹺﻧﹾﺄﺷ
ﻲﻓﻭ
ﻩﹺﺭﻮﻬﹸﻃﻭ
ﻪﻠﺟﺮﺗﻭ
ﻪﻠﻌﻨﺗ
ﻲﻓ
ﻦﻤﻴﺘﻟﺍ
ﻪﺒﹺﺠﻌﻳ
ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ
ﹶﻥﺎﹶﻛ
"Bahwasanya Nabi suka mendahulukan bagian yang kanan ketika memakai sandal, bersisir, bersuci dan dalam semua urusannya (yang mulia) " .
4. Menunaikan hak masjid yaitu melakukan sholat dua rakaat sebelum duduk
(sholat tahiyatul masjid) kapanpun seseorang masuk dan walaupun sudah terlanjur
duduk sebelum sholat.
Disebut kan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Qat adah bin Rib'i Al-Anshory, dia berkat a: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda :
ﹺﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ
ﻲﱢﻠﺼﻳ
ﻰﺘﺣ
ﺲﻠﺠﻳ
ﺎﹶﻠﹶﻓ
ﺪﹺﺠﺴﻤﹾﻟﺍ
ﻢﹸﻛﺪﺣﹶﺃ
ﹶﻞﺧﺩ
ﺍﹶﺫﹺﺇ
"Jika seseorang dari kalian masuk masjid maka janganlah dia duduk (di dalamnya) sehingga dia melakukan sholat dua rakaat ".
Al I m am I bnu Hibban t elah m eriwayat kannya di dalam "Shahihnya" dari sahabat Abu Dzar bahwa dirinya t elah m asuk m asj id ( dan dia duduk sebelum sholat ) , m aka Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam berkat a kepadanya : ’Apakah kam u t elah m elakukan sholat dua rakaat ?’, dia berkat a : belum , m aka beliau kat akan : ‘berdirilah k am u dan sholat lah dua rakaat ‘" .
5. Tidak mengumumkan barang yang hilang di dalamnya .
Al-I m am Ahm ad, Muslim dan selain dari keduanya t elah m eriwayat kan hadit s dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
ﺍﹶﺬﻬﻟ
ﻦﺒﺗ
ﻢﹶﻟ
ﺪﹺﺟﺎﺴﻤﹾﻟﺍ
ﱠﻥﹺﺈﹶﻓ
ﻚﻴﹶﻠﻋ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﺎﻫﺩﺭ
ﺎﹶﻟ
ﹾﻞﹸﻘﻴﹾﻠﹶﻓ
ﺪﹺﺠﺴﻤﹾﻟﺍ
ﻲﻓ
ﹰﺔﱠﻟﺎﺿ
ﺪﺸﻨﻳ
ﺎﹰﻠﺟﺭ
ﻊﻤﺳ
ﻦﻣ
" Barang Siapa yang m endengar seseorang sedang m encari barang yang hilang di dalam m asj id , m aka hendaklah dia berkat a : Sem oga Allah t idak m engem balikannya kepadam u, sesungguhnya m asj id-m asj id it u t idaklah dibangun unt uk dem ikian ini " .
6. Tidak melakukan jual beli di dalamnya .
bersabda :
ﻚﺗﺭﺎﺠﺗ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﺢﺑﺭﹶﺃ
ﺎﹶﻟ
ﺍﻮﹸﻟﻮﹸﻘﹶﻓ
ﺪﹺﺠﺴﻤﹾﻟﺍ
ﻲﻓ
ﻉﺎﺘﺒﻳ
ﻭﹶﺃ
ﻊﻴﹺﺒﻳ
ﻦﻣ
ﻢﺘﻳﹶﺃﺭ
ﺍﹶﺫﹺﺇ
...
ﺚﻳﺪﳊﺍ
.
" Jika kalian m elihat seseorang m enjual at au m em beli sesuat u di dalam m asj id, m aka kat akanlah Sem oga Allah t idak m em berikan keunt ungan pada perdaganganm u… " .
Jual beli secara syar’i adalah t ukar m enukar barang dengan suka rela di at as sisi yang disyariat kan, m aka j ual beli it u ada em pat m acam :
.
Barang dij ual ( dit ukar) dengan barang . . Barang dij ual dengan m at a uang .. Mat a uang dij ual dengan m at a uang ( t ukar m enukar uang) baik yang sej enis sepert i rupiah dengan rupiah at au y ang t idak sej enis sepert i rupiah dengan dolar.
. Manfaat dengan hart a ( jual j asa) .
Segala sesuat u yang t ergolong dalam m akna j ual beli secara syar’i dan dilakukan di dalam m asj id m aka dia t elah m elakukan pelanggaran di dalam nya sehingga berhak didoakan kerugian sebagaim ana yang dit unjukkan di dalam hadit s ini , dan sebagian ulam a m em akruhkan m em berikan pelaj aran unt uk anak- anak ( j uga dewasa) di dalam m asj id yang dit et apkan upah di dalam nya karena t ergolong dalam j ual beli .
7. Tidak melakukan pekerjaan yang manfaatnya kembali kepada pribadi seseorang,
sedangkan jika manfaatnya kembali kepada keumuman agama kaum muslimin
seperti berlatih menggunakan pedang, mempersiapkan alat-alat perang untuk
berjihad dan yang lainnya yang tidak mengandung makna penghinaan bagi masjid,
maka tidak mengapa .
Di dalam "Shahih Bukhari dan Muslim " dari Aisyah rodhiyallahu anha , dia berkat a :
“ Sungguh aku m elihat Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam pada suat u hari di pint u kam arku, sedangkan kaum m uslim in Habasyah sedang berm ain-m ain t om bak ( berlat ihm enggunakannya) di dalam m asj id , sem ent ara Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam m enut upi aku dengan pakaiannya , m aka aku m elihat perm ainan m ereka”
.
Di dalam salah sat u lafadznya Um ar m asuk lalu m erendahkan badannya unt uk m engam bil kerikil, m aka kerikil it u dilem parkannya kepada m ereka, kem udian beliau Shalallahu ‘alahi wa sallam berkat a : " Biarkan wahai Um ar " .
8. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara
Di dalam " Shahih Bukhari " dari sahabat Sa'ib bin Yazid radhiyallahu ‘anhu
, dia berkat a : Aku pernah berdiri di dalam m asj id , m aka ada seseorang yang t elah m elem par kerikil kepadaku, lalu aku perhat ikan orangnya t ernyat a dia adalah Um ar bin Khat hab, m aka dia berkat a: “ dat angilah dua orang it u kem udian bawalah m ereka kepadaku” , lalu aku m endat anginya dengan dua orang it u , dan dia berkat a: “Siapa kalian ini at au dari m ana kalian berdua ini ?” , m aka keduanya berkat a : dari Thaif, lalu Dia ( Um ar) berkat a : “ Kalau kalian berdua dari penduduk negeri ( Madinah) ini t ent u aku cam buk kalian, karena kalian t elah m engeraskan suara di m asj id Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam ” .
9. Tidak membaca syair-syair yang mengandung makna syirik dan mungkar,
sedangkan jika mengandung makna yang benar seperti makna tauhid dan ketaatan
tidaklah terlarang selama tidak menjadikan orang lain yang ada di masjid
tersibukkan dengannya dari ibadahnya.
Terdapat di dalam " Shahih Bukhari dan Muslim " , dari sahabat Abu Hurairah bahwasanya Um ar berj alan m elewat i Hasan bin Tsabit sedang m endendangkan syair-syair di dalam m asjid , m aka Um ar m engarahkan perhat ian kepadanya dengan t idak suka , m aka Hasan berkat a : “Sungguh aku pernah m endendangkan syair ( di dalam m asj id) dan di dalam nya ada seseorang yang labih baik dari engkau (yait u Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam ) ”
10. Tidak duduk melingkar di dalamnya sebelum ditegakkannya sholat jumat
walaupun untuk mempelajari ilmu (agama), disebabkan akan memutus shaf-shaf
kaum muslimin dan disamping itu mereka diperintahkan untuk berkumpul lebih
awal pada hari jum'at dan merapatkan shaf yang di depan dan seterusnya .
Terdapat di dalam hadit s yang diriwayat kan Al I m am I bnu Khuzaim ah di dalam " Shahihnya" , dan Tirm idzi di dalam "Sunannya" dan dia m enghasankannya dari Am er bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam :
ﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ
ﹶﻞﺒﹶﻗ
ﺔﻌﻤﺠﹾﻟﺍ
ﻡﻮﻳ
ﺱﺎﻨﻟﺍ
ﻖﱠﻠﺤﺘﻳ
ﹾﻥﹶﺃ
ﻲﻬﻧ
ﻪﻧﹶﺃ
" …. Sesungguhnya beliau m elarang m anusia duduk m elingkar ( di dalam m asjid) pada hari j um 'at sebelum sholat ( j um 'at ) " .
11. Tidur di dalam masjid dibolehkan baik laki-laki maupun perempuan , terlebih
lagi bagi para musafir dan orang yang tidak memiliki rumah atau karena ada hajat .
Terdapat di dalam " Shahih Bukhari" dan selainnya bahwa I bnu Um ar radhiyallahu ‘anhu t idur di m asj id Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam di m asa beliau ket ika dirinya m asih m uda sebelum berkeluarga .
Al I m am Bukhari m enyebut kan hadit s dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
, dia berkat a : Sungguh aku m elihat t uj uh puluh ahli suffah – yait u para sahabat yang fakir - (t idur di m asj id Nabi) , t idak ada dari m ereka y ang m em iliki rida ( pakaian bagian at as badan) , sebaliknya di ant ara m ereka ada y ang m em iliki kain penut up badan saj a , at au sat u helai pakaian saj a, kain it u m ereka ikat kan pada leher- leher m ereka, m aka di ant ara pakaian it u ada yang naik sam pai pert engahan kedua bet isnya, dan di ant aranya ada yang naik sam pai kedua m at a kakinya , lalu dia rapat kan dengan t angannya karena t idak suka aurat nya t erbuka .
Wahai saudaraku m uslim in hiasilah diri engkau dengan adab dan akhlak yang m ulia di m anapun berada t erlebih lagi ket ika di dalam m asj id, pakailah m asj id it u hanya sebagai t em pat dzikir ( beribadah) kepada Allah, j anganlah dij adikan sebagai t em pat berm ain, berdagang, t em pat duduk-duduk, dan sebagai j alan t anpa ada sebab, j anganlah engkau berikan bagian ( ibadah) it u unt uk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam nya .
Dia Yang Maha Suci berfirm an :
ﺍﺪﺣﹶﺃ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻊﻣ
ﺍﻮﻋﺪﺗ
ﺎﹶﻠﹶﻓ
ﻪﱠﻠﻟ
ﺪﹺﺟﺎﺴﻤﹾﻟﺍ
ﱠﻥﹶﺃﻭ
Seseorang yang m enegakkan perint ah- perint ah dan m enj auhi larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya niscaya dia m eraih keberunt ungan di dunia dan di akhirat k elak .
ﺎﻤﻴﻈﻋ
ﺍﺯﻮﹶﻓ
ﺯﺎﹶﻓ
ﺪﹶﻘﹶﻓ
ﻪﹶﻟﻮﺳﺭﻭ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﹺﻊﻄﻳ
ﻦﻣﻭ
" Dan barangsiapa m ent a` at i Allah dan Rasul- Nya, m aka sesungguhnya ia t elah m endapat kem enangan y ang besar" .( QS Al-Ahzab: 71) .
ﺔﻳﹺﺮﺒﹾﻟﺍ
ﺮﻴﺧ
ﻢﻫ
ﻚ
ﺌ
ﹶﻟﻭﹸﺃ
ﺕﺎﺤﻟﺎﺼﻟﺍ
ﺍﻮﹸﻠﻤﻋﻭ
ﺍﻮﻨﻣﺍ
َﺀ
ﻦﻳﺬﱠﻟﺍ
ﱠﻥﹺﺇ
)
7
(
ﺭﺎﻬﻧﹶﺄﹾﻟﺍ
ﺎﻬﺘﺤﺗ
ﻦﻣ
ﻱ
ﹺﺮﺠﺗ
ﻥﺪﻋ
ﺕﺎﻨﺟ
ﻢﹺﻬﺑﺭ
ﺪﻨﻋ
ﻢﻫ
ﺅ
ﺍ
ﺰ
ﺟ
ﺎﻬﻴﻓ
ﻦﻳﺪﻟﺎﺧ
ﻪﺑﺭ
ﻲﺸﺧ
ﻦﻤﻟ
ﻚﻟﹶﺫ
ﻪﻨﻋ
ﺍﻮﺿﺭﻭ
ﻢﻬﻨﻋ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻲﺿﺭ
ﺍﺪﺑﹶﺃ
)
8
َ
" Sesungguhnya orang- orang yang berim an dan m engerj akan am al saleh m ereka it u adalah sebaik-baik m akhluk. Balasan m ereka di sisi Tuhan m ereka ialah surga ` Adn yang m engalir di bawahnya sungai-sungai; m ereka kekal di dalam nya selam a- lam anya" .( QS Al Bayyinah: 7-8) .
Wallahu a
’
lam Bish-Shawab...
Maraji :
1. Tafsir Al-Imam Qurtubi. 2. Tafsir Al-Imam Ibnu Katsir.
3.Shahih Bukhari dengan syarah Fathul Bari, Al-Hafidz Ibnu Hajar. 4. Shahih Muslim dengan syarah Al-Imam Nawawi.
5.Sunan Tirmidzi dengan syarah Tuhwatul Ahwadzi, Al Mubarokfury Abul 'Ala. 6. Sunan Nasa'i dengan Hasyiyah As-Sindi.
7. Sunan Abu Dawud dengan syarah Aunul Ma'bud, Muhamad Syamsul Hak Al-Abadi. 8. Shahih Al-Imam Ibnu Huzaimah.
9. Al-Mustadrok Al-Imam Hakim.
10. Subulus Salam Syarah Bulughul Marom, Al-Imam Son'ani .