• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK NANGKA DAN KERIPIK NENAS DI PUSAT KERAJINAN DAN MAKANAN KHAS MELAYU KOTA PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK NANGKA DAN KERIPIK NENAS DI PUSAT KERAJINAN DAN MAKANAN KHAS MELAYU KOTA PEKANBARU"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK NANGKA DAN

KERIPIK NENAS DI PUSAT KERAJINAN DAN MAKANAN

KHAS MELAYU KOTA PEKANBARU

( Studi Kasus Pada Usaha Agroindustri Berkah )

ADE PANGKY ARIESTA

NIM.0506111463

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

(2)

SKRIPSI

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK NANGKA DAN

KERIPIK NENAS DI PUSAT KERAJINAN DAN MAKANAN

KHAS MELAYU KOTA PEKANBARU

( Studi Kasus Pada Usaha Agroindustri Berkah )

ADE PANGKY ARIESTA NIM.0506111463

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan

rahmat dan karunia-Nyalah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih

juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan skripsi yang berjudul ”Analisis Agroindustri Keripik Nangka Dan

Keripik Nenas Di Pusat Kerajinan Dan Makanan Khas Melayu Kota

Pekanbaru ( Studi Kasus Pada Usaha Agroindustri Berkah )”

Terutama kepada Dosen Pembimbing Ibu Ir. Yusmini. M.Si dan

Ibu Ermi Tety SP. M.Si yang mana telah memberikan penulis suatu pengajaran

yang baik serta memberikan penulis ilham dalam penulisan skripsi ini.

Adapun yang menjadi tujuan utama penulis menerbitkan skripsi ini antara

lain sebagai suatu sarana dimana dapat dimanfaatkan sebaik mungkin materi yang

terdapat didalamnya. Terutama bagi para mahasiswa yang sangat membutuhkan

informasi tentang tema yang diangkat penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan kritikan dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Pekanbaru, 06 Mei 2010

(4)

DAFTAR ISI

2.3. Agroindustri Hasil Pertanian... 8

2.3.1. Keripik Nenas... 10

2.3.2. Keripik Nangka ... 11

2.4. Karakteristik Agroindustri ... 12

2.5. Analisis Efisiensi Usaha... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2. Metode Pengambilan Data dan Sampel ... 18

3.3. Analisis Data ... 19

3.4. Konsep Operasional ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN ... 25

4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 25

4.2. Profil Agroindustri Keripik Berkah ... 26

4.3. Tegnologi Pengolahan... 30

(5)

4.5. Pengunaan Bahan Baku Dan Bahan Penunjang... 36

4.6. Penggunaan Tenaga Kerja... 40

4.7. Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan... 40

4.7.1. Total Hasil Produksi... 40

4.7.2. Biaya Bahan Baku Dan Bahan Penunjang ... 43

4.7.3. Total Biaya Produksi... 46

4.7.3. Penerimaan Pendapatan Hasil Produksi... 48

4.8. Tingkat Efisiensi Usaha ... 51

4.9. Permasalahan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agroindustri penting artinya bagi perekonomian Indonesia, karena

Indonesia sebagai negara agraris yang menghasilkan beraneka macam produk

pertanian yang memerlukan sarana pengolahan untuk memproses produk

pertanian primer menjadi aneka produk jadi yang diperlukan, baik oleh pasar

domestik maupun pasar mancanegara.

Agroindustri merupakan faktor penting dalam perekonomian sebab : (1)

Agroindustri langsung berhubungan dengan kegiatan produksi untuk memenuhi

kebutuhan primer umat manusia, yaitu kebutuhan akan pangan dan sandang, (2)

Membuka lapangan kerja diluar usahatani, (3) Meningkatkan nilai tambah produk

pertanian, (4) Meningkatkan penghasilan petani, dan (5) Merupakan penghasilan

produk non-migas untuk konsumsi pasar dunia, terutama pada negara-negara yang

sedang berkembang seperti Indonesia.

Agroindustri saat ini belum mendapatkan sumber bahan baku yang

berkesinambungan, dalam arti kuantitas dan kualitas yang cukup sepanjang tahun

untuk menunjang kelancaran produksi, oleh karena itu diperlukan kerjasama yang

baik dan saling menguntungkan antara petani, pedagang perantara dan industri.

(Salim Basalamah,2004)

Banyak produk-produk pertanian yang telah diproses lebih lanjut melalui

usaha agroindustri diantaranya lempuk durian dari Bengkalis, Selai Pisang dari

Rokan Hilir, dan keripik nenas dan Keripik nangka dari Kampar yang telah

(7)

Salah satu usaha Agroindustri pengolahan hasil pertanian adalah

Pengolahan nenas dan nangka menjadi keripik nenas dan keripik nangka yang

dilakukan oleh Pak Yus Aprizal Pemilik Usaha Berkah dengan skala usaha rumah

Tangga. Buah Nangka dan Buah Nenas diolah tanpa menggunakan bahan

pengawet sehingga tidak merubah kandungan gizi dari buah tersebut.

Pada Tahun 2006 Usaha agroindustri keripik Nangka dan Nenas Berkah

beroperasi dan berlokasi di Desa Kualu Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten

Kampar yang merupakan hasil Binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Riau dan Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kampar, sifatnya masih

sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan berbagai keterbatasan dan

kekurangan.

Pada bulan September 2009 usaha ini pindah lokasi di Pusat Kerajinan dan

Makanan Khas Melayu yang dibangun Pemerintah Kota Pekanbaru Tepatnya di

Jalan H.R Soebrantas Km 14,5 Simpang Baru Panam Pekanbaru Riau dengan

harapan lokasi baru ini dapat membantu meningkatkan penjualan keripik karena

lebih dekat ke Kota Pekanbaru dan memudahkan dalam Melakukan Proses

Produksi karena lokasi berbatasan langsung dengan Desa Kualu Nenas Kampar

yang kaya akan bahan baku, Jalan nasional lintas daerah serta lokasi ini tidak

dipungut sewa bangunan.

Usaha Agroindustri ini terlihat cukup baik untuk dikembangkan terutama

dilihat dari permintaan konsumen dalam mengkonsumsi keripik yang dihasilkan.

Jika dilihat dari pemasaran keripik nangka dan keripik nenas ini telah dipasarkan

(8)

Namun Saat ini kegiatan Agroindustri Berkah belum di dukung dengan

ketersediaan bahan baku yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas.

Di lihat dari sisi ekonomi usaha ini cukup potensial untuk dikembangkan karena

kehadiran agroindustri ini dapat berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan

baik langsung maupun tidak langsung, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat. Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan Judul “Analisis Agroindustri Keripik Nangka

Dan Keripik Nenas Di Pusat Kerajinan Dan Makanan Khas Melayu Kota

Pekanbaru” ( Studi Kasus Pada Usaha Agroindustri Berkah ).

1.2. Perumusan Masalah

Usaha Agroindustri Keripik nenas dan keripik nangka Berkah baru

menempati lokasi di Pusat Kerajinan dan Makanan Khas Melayu Kota Pekanbaru

Jalan H.R Soebrantas Km 14,5 Simpang Baru Panam Pekanbaru Riau

di perbatasan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar selama 3 bulan.

Lokasi ini merupakan Program Pemerintah Pekanbaru dalam

memperkenalkan Makanan Khas Melayu Riau. Lokasi ini nantinya direncanakan

menjadi salah satu sentral tempat Penjualan oleh-oleh khas Melayu dalam

mendukung Pekan Olahraga Nasional (PON) Ke XVIII yang akan

diselenggarakan di Riau pada tahun 2012.

Pada saat ini pemanfaatan lokasi belum dirasakan secara sempurna oleh

pengrajin dan pengusaha karena belum ada kebijakan yang jelas dan konkrit dari

Dinas Perhubungan (LAJJ) mengenai pemanfaatan lokasi ini. Dimana para

(9)

Kota dalam Provinsi atau luar Provinsi yang melintas dilokasi ini singgah

sebentar, sehingga para penumpang bisa mencari oleh-oleh khas Melayu yang

dijual dilokasi ini sementara dari Dinas Perhubungan ada keraguan indikasi

penyalahgunaan tempat/lokasi oleh angkutan umum menjadikan lokasi ini

terminal bayangan/sementara.

Disisi lain usaha ini merupakan usaha rumah tangga dengan kapasitas

produksi yang masih kecil serta terbatas jumlah modal menjadi masalah tersendiri.

Kegiatan pengusaha dalam memperoleh bahan baku buah nangka relatif sulit

dikarenakan tidak adanya petani khusus pembudidaya nangka dilokasi sekitar

usaha dan usaha ini harus bersaing dengan pengusaha agroindustri keripik nangka

lainnya untuk memperoleh buah nangka tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan utama penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses pengolahan buah nenas dan buah nangka menjadi

keripik yang memiliki kualitas yang baik.

2. Berapa besar Biaya Produksi, Pendapatan, dan Efisiensi Usaha usaha

agroindustri keripik agroindustri Berkah.

3. Apa saja Permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh Pengusaha

dalam menjalankan usahanya di Pusat Kerajinan Makanan khas Melayu

Kota Pekanbaru.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Mengetahui Proses pengolahan buah nenas dan buah nangka menjadi

(10)

2. Menganalisis Biaya Produksi dan Pendapatan dari usaha Agroindustri

keripik nenas dan nangka Berkah

3. Menganalisis Efisiensi Usaha Agroindustri keripik nenas dan keripik

nangka Berkah.

4. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh usaha

agroindustri keripik nenas dan nangka Berkah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi

bagi pihak yang membutuhkannya dan menambah pengetahuan penulis dalam

melakukan penelitian khususnya tentang menganalisis usaha Agroindustri.  

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditi Nenas

Nanas adalah tanaman buah berbentuk terna yang berasal dari Brasilia

(Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa Colombus. Pada abad

ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia,

masuk ke Indonesia pada abad ke-15 (1599). Di Indonesia pada mulanya nanas

hanya ditanam sebagai tanaman pekarangan, kemudian meluas dikebunkan di

lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman nanas sampai saat

ini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.

Nanas merupakan salah satu jenis buah-buahan tropis yang banyak

dikonsumsi masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri karena harganya

murah, mudah didapat, kandungan gizi cukup tinggi, dan mudah dibudidayakan.

Nanas memiliki kontribusi sebesar 8% dari produksi buah segar dunia, dan

Indonesia merupakan negara penghasil nanas olahan dan segar terbesar ketiga

setelah Thailand dan Filipina.

Saat ini pemasaran buah nanas tidak hanya dalam bentuk segar tetapi juga

dalam bentuk pangan olahan misalnya nanas kalengan, selai, dodol, keripik, dan

lain-lain. Ekspor buah nenas dalam kaleng juga terus meningkat seiring dengan

peningkatan permintaan terutama oleh negara Amerika Serikat, Jepang, dan

negara-negara Eropa.

Ditinjau dari segi kandungan gizinya, buah nanas merupakan sumber zat

(12)

Mineral dan vitamin berguna untuk kelancaran metabolisme dalam pencernaan

makanan yang sangat vital untuk menjaga kesehatan. Fungsi vitamin dan mineral

adalah untuk menjaga keseimbangan yang harmonis dalam proses metabolisme

tubuh agar berjalan secara normal. (Rahmat,Farid dan Fitri Handayani, 2007)

2.2 Komoditi Nangka

Nangka (artocarpusteophyllus) merupakan tanaman hindia selatan yang

telah menyebar keseluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tanaman

buah ini termasuk golongan tanaman tropis sehingga penyebaran dan

pengembangannya lebih banyak ditemukan didaerah yang beriklim tropis.

Keberadaan buah nangka tidak mengenal musim. Di Indonesia, nangka cukup

popular dan hampir ditemukan diseluruh daerah dalam dunia botani termasuk

ordo Urticales dan family Moraceae. ( Yustina.EW dalam Bona lestari. 2008)

Nangka merupakan salah satu jenis tanaman buah-buahan dan umurnya

dapat mencapai puluhan tahun, pengolahan buah nangka terutama untuk konsumsi

sebagai buah segar atau sebagai campuran kolak, dodol, gulai nangka, dll. Sampai

saat ini belum banyak dilakukan Penganekaragaman pengolah buah nangka.

Nangka merupakan salah satu jenis buah-buahan yang belum banyak

diusahakan secara khusus, padahal komoditi ini memiliki nilai tambah bila di olah

dengan baik, disamping itu belum ada sentra produksi nangka dan sedikit petani

yang tertarik membuat perkebunan tanaman nangka, menyebabkan usahatani ini

hanya dilakukan sebagai usaha sampingan/ tanaman perkarangan.

Buah nangka termasuk buah yang dapat dijadikan puluhan macam bentuk

makanan dan minuman awetan. Usaha pembuatan makanan dan minuman asal

(13)

dijadikan perusahaan industri yang berskala besar, seperti PT. cocacola, PT. The

Sosro dll. Buah nangka baik dijadikan sirup, manisan, keripik, jam, dodol dan

sebagainya. Untuk melanyani industri makanan berbahan baku buah nangka

sebaiknya industri ini didukung oleh perkebunan nangka. (Achmad,1986 dalam

Bona Lestari,2008)

2.3. Agroindustri Hasil Pertanian

Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan bagian dari

agroindustri, yang mengolah bahan baku yang bersumber dari hasil pertanian

primer baik berupa buah, sayur dan daging. Pengolahan yang dimaksud meliputi

pengolahan berupa proses transpormasi dan pengawetan melalui perubahan fisik

atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan, dan distribusi. Pengolahan dapat berupa

pengolahan sederhana seperti pembersihan, pemilihan (grading), pengepakan atau

dapat pula berupa pegolahan yang lebih canggih, seperti penggilingan (milling),

penepungan (powdering), ekstraksi dan penyulingan (extraction), penggorengan

(roasting), pemintalan (spinning), pengalengan (canning) dan proses pabrikasi

lainnya. Dengan perkataan lain, pengolahan adalah suatu operasi atau rentetan

operasi terhadap suatu bahan mentah untuk dirubah bentuknya dan atau

komposisinya.

Dari definisi tersebut terlihat bahwa pelaku agroindustri pengolahan hasil

pertanian berada diantara petani yang memproduksi dengan konsumen atau

pengguna hasil agroindustri. Dengan demikian dari uraian diatas menunjukan

bahwa Agroindustri pengolahan hasil pertanian, mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut: Dapat meningkatkan nilai tambah, menghasilkan produk yang dapat

(14)

menambah pendapatan dan keuntungan produsen.

Menurut (Austin,1992 dalam Lukman,1995), agroindustri hasil pertanian

mampu memberikan sumbangan yang sangat nyata bagi pembangunan di

kebanyakan Negara berkembang karena empat alasan, yaitu: Pertama,

agroindustri hasil pertanian adalah pintu untuk sektor pertanian. Agroindustri

melakukan transformasi bahan mentah dari pertanian termasuk transformasi

produk subsisten menjadi produk akhir untuk konsumen. Ini berarti bahwa suatu

negara tidak dapat sepenuhnya menggunakan sumber daya agronomis tanpa

pengembangan agroindustri. Disatu sisi, permintaan terhadap jasa pengolahan

akan meningkat sejalan dengan peningkatan produksi pertanian. Di sisi lain,

agroindustri tidak hanya bersifat reaktif tetapi juga menimbulkan permintaan ke

belakang, yaitu peningkatan permintaan jumlah dan ragam produksi pertanian.

Akibat dari permintaan ke belakang ini adalah: (a) petani terdorong untuk

mengadopsi teknologi baru agar produktivitas meningkat, (b) akibat selanjutnya

produksi pertanian dan pendapatan petani meningkat, dan (c) memperluas

pengembangan prasarana (jalan, listrik, dan lain-lain).

Kedua, agroindustri hasil pertanian sebagai dasar sektor manufaktur.

Transformasi penting lainnya dalam agroindustri kemudian terjadi karena

permintaan terhadap makanan olahan semakin beragam seiring dengan

pendapatan masyarakat dan urbanisasi yang meningkat. Indikator penting lainnya

tentang pentingnya agroindustri dalam sektor manufaktur adalah kemampuan

menciptakan kesempatan kerja. Di Amerika Serikat misalnya, sementara

usahatani hanya melibatkan 2 persen dari angkatan kerja, agroindustri melibatkan

(15)

Ketiga, agroindustri pengolahan hasil pertanian menghasilkan komoditas

ekspor penting. Produk agroindustri, termasuk produk dari proses sederhana

seperti pengeringan, mendomonasi ekspor kebanyakan negara berkembang

sehingga menambah perolehan devisa. Nilai tambah produk agroindustri

cenderung lebih tinggi dari nilai tambah produk manufaktur lainnya yang diekspor

karena produk manufaktur lainnya sering tergantung pada komponen impor.

Keempat, agroindustri pangan merupakan sumber penting nutrisi.

Agroindustri dapat menghemat biaya dengan mengurangi kehilangan produksi

pasca panen dan menjadikan mata rantai pemasaran bahan makanan juga dapat

memberikan keuntungan nutrisi dan kesehatan dari makanan yang dipasok kalau

pengolahan tersebut dirancang dengan baik.

2.3.1. Keripik nanas

Buah nanas dapat diolah dalam bentuk keripik, sehingga dapat membuat

penampilan buah lebih menarik. Keripik nanas marupakan salah satu produk

olahan kering yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Keripik nenas dibuat dengan

menggunakan alat penggoreng vakum. Olahan semacam ini sangat diminati pasar,

baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa tips memilih buah nanas untuk

membuat keripik diantaranya sebagai berikut :

• Umur buah sekitar ½ - 1 bulan menjelang dipanen

• Mahkota buah sudah tampak mengembang

• Tangkai buah mengerut

• Mata buah terlihat lebih mendatar

• Warna kulit di bagian pangkal mulai menguning

(16)

2.3.1.1. Cara membuat keripik nanas :

• Nanas dikupas, lalu dibuang hati buahnya. Kemudian nanas dipotong

dalam ukuran seragam (0,5 cm). Kemudian dipotong kembali menjadi dua

atau empat bagian. Catatan, ketebalan ini berkaitan erat dengan waktu

penggorengan.

• Potongan nanas direndam dalam larutan garam 10 gr/100lt selama 1-3 jam

untuk menambah citarasa, lalu tiriskan. Kemudian rendam lagi di dalam

air kapur selama 1-2 jam. Tiriskan. Cuci dan bilas buah untuk

menghilangkan bau kapur.

Celupkan (blanching) potongan buah ke dalam air mendidih beberapa kali

selama 5 menit. Kemudian rendam irisan buah nanas pada larutan

natrium/kalium bisulfit selama 15 menit lalu ditiriskan.

Goreng atau masukkan irisan buah nanas pada vacuum fryer dengan suhu

80-85 oC. Angkat dan tiriskan. Penirisan dapat menggunakan mesin

peniris (spinner). Kemudian, kemas keripik dalam wadah yang telah

disiapkan (Suprapti, 2001 dalam Rahmat, Farid 2007).

2.3.2. Keripik Nangka

Keripik nangka salah satu jenis makanan olahan baru yang terbuat dari

buah nangka prinsip pembuatan keripik nangka adalah pengeringan pada suhu

rendah. Dalam proses pembuatannya tidak mengalami penambahan zat-zat kimia

karena sebagai bahan baku keripik nangka, rasa dan aroma nangka yang lebih

diutamakan. Tuntutan mengenai kualitas buah memang belum diterapkan maupun

tentang syarat varietas dan ketebalan daging buahnya, namun di lebih

(17)

baku buah nangka relatif sulit akibat belum adanya pemasok buah nangka yang

sanggup mensuplai kebutuhan bahan baku secara berkesinambungan.

( Bona Lestari,2008)

2.3.2.1. Cara Pembuatan Keripik nangka

•Nangka utuh dibelah kemudian dipisahkan/diambil daging dari bijinya

kemudian diiris kecil kecil dengan Ukuran kurang lebih 2 x 2 cm atau

2 x 3cm atau 3 x 4 cm, Nangka yang sudah ditiriskan tidak boleh terkena air

•Masukkan nangka kedalam tabung penggoreng. Sebelum dimasukkan

kedalam tabung penggoreng, minyak dipanaskan terlebih dahulu selama 20

– 30 menit, Setelah nangka dimasukkan tabung ditutup. Kapasitas nangka

dan jumlah minyak tergantung jenis mesinnya, kecil, sedang, besar. Proses

penggorengan : 1 jam 15 menit s/d 1 jam 30 menit, suhu minyak s/d 90 0C

memanaskan kompor 0.9 bar

•Dipanaskan dengan sekali-sekali diaduk, Dari lubang kaca, dapat dilihat

gelembung–gelembung minyak sudah tenang menandakan nangka sudah

matang angkat dan tiriskan. Penirisan dapat menggunakan mesin peniris

(spinner), kemudian kemas keripik dalam wadah yang telah disiapkan.

( Effendi, 2010 )

2.4. Karakteristik Agroindustri

Sebelum mengembangkan agroindustri pemilihan jenis agroindustri

merupakan keputusan yang paling menentukan keberhasilan dan keberlanjutan

agroindustri yang akan dikembangkan. Pilihan tersebut ditentukan oleh

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada tiga komponen dasar

(18)

Pemasaran biasanya merupakan titik awal dalam analisis proyek

agroindustri. Analisis pemasaran mengkaji lingkungan eksternal atau respon

terhadap produk agroindustri yang akan ditetapkan dengan melakukan

karakteristik konsumen, pengaruh kebijaksanaan pemerintah dan pasar

internasional. Kelangsungan agroindustri ditentukan pula oleh kemampuan dalam

pengadaan bahan baku. Tetapi pengadaan bahan baku jangan sampai merupakan

isu yang dominan sementara pemasaran dipandang sebagai isu kedua, karena baik

pemasaran maupun pengadaan bahan baku secara bersama menentukan

keberhasilan agroindustri. Tetapi karena pengkajian agronomi memerlukan waktu

dan sumberdaya yang cukup banyak maka identifikasi kebutuhan pasar sering

dilakukan terlebih dahulu.

Alasan lain adalah karena lahan dapat digunakan untuk berbagai tanaman

atau ternak, sementara pengkajian pemasaran dapat memilih berbagai alternatif

tanaman atau ternak. Karakteristik agroindustri yang menonjol sebenarnya adalah

adanya ketergantungan antar elemen-elemen agroindustri, yaitu pengadaan bahan

baku, pengolahan, dan pemasaran produk. Agroindustri harus dipandang sebagai

suatu sistem yang terdiri dari empat keterkaitan sebagai berikut:

a. Keterkaitan mata rantai produksi, adalah keterkaitan antara

tahapan-tahapan operasional mulai dari arus bahan baku pertanian sampai ke

prosesing dan kemudian ke konsumen.

b. Keterkaitan kebijaksanaan makro-mikro, adalah keterkaitan berupa

pengaruh kebijakan makro pemerintah terhadap kinerja agroindustri.

c. Keterkaitan kelembagaan, adalah hubungan antar berbagai jenis organisasi

(19)

d. Keterkaitan internasional, adalah kesaling ketergantungan antara pasar

nasional dan pasar internasional dimana agroindustri berfungsi.

Pengelolaan agroindustri dapat dikatakan unik, karena bahan bakunya

yang berasal dari pertanian (tanaman, hewan, buah) mempunyai tiga karakteristik,

yaitu musiman (seasonality), mudah rusak (perishabelity), dan beragam

(variability). Tiga karakteristik lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah:

Pertama, karena komponen biaya bahan baku umumnya merupakan komponen

terbesar dalam agroindustri maka operasi mendatangkan bahan baku sangat

menentukan operasi perusahaan agroindustri. Ketidakpastian produksi pertanian

dapat menyebabkan ketidakstabilan harga bahan baku sehingga merumitkan

pendanaan dan pengelolaan modal kerja. Kedua, karena banyak produk-produk

agroindustri merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau merupakan

komoditas penting bagi perekonomian suatu negara maka perhatian dan

keterlibatan pemerintah dalam kegiatan agroindustri sering terlalu tinggi. Ketiga,

karena suatu produk agroindustri mungkin diproduksi oleh beberapa negara maka

agroindustri lokal terkait ke pasar internasional sebagai pasar alternatif untuk

bahan baku, impor bersaing, dan peluang ekspor.

Fluktuasi harga komoditas yang tinggi di pasar internasional memperbesar

ketidakpastian finansial disisi input dan output. Salah satu permasalahan yang

timbul akibat sifat karakteristik bahan baku agroindustri dari pertanian adalah

tidak kontinyunya pasokan bahan baku, sehingga seringkali terjadi kesenjangan

antara ketersediaan bahan baku dengan produksi dalam kegiatan agroindustri (idle

investment). Sebagai salah satu contoh pada tahun 1986 dari 6 janis kegiatan

(20)

agroindustri adalah margarine, minyak kelapa, makanan ternak, dan pengolahan

ikan ( Lukmana, A. 1995 )

2.5. Analisis Efisiensi Usaha

Menurut Soekartawi (1995), biaya di klasifikasikan menjadi dua yaitu

biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap

didefinisikan Biaya yang penggunaannya tidak habis dalam sekali proses produksi

seperti biaya penyusutan alat, biaya penyusutan Bangunan dan pajak, biaya tidak

tetap adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada besarnya skala

produksi seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang dan biaya tenaga kerja.

Sumodiningrat dan Iswara dalam Khairudin (2008) mengemukakan

bahwa faktor produksi yang diperlukan dalam proses produksi dapat

diklasifikasikan menjadi 1). Faktor produksi alam meliputi tanah, bahan tambang

dan bahan mineral, kekuatan air dan hewan dan hasil pertanian, 2). Faktor

produksi tenaga kerja merupakan elemen yang mengorganisasikan proses

produksi, 3). Faktor produksi modal yaitu setiap barang yang timbul karena

produksi dan berguna lagi bagi produksi selanjutnya

Umumnya faktor produksi yang dialokasikan pengusaha terdiri dari faktor

produksi yang dapat dihitung dan faktor produksi yang tidak dapat dihitung.

Faktor produksi yang dapat dihitung misalnya jumlah bahan baku, jumlah bahan

penunjang serta jumlah tenaga kerja sedangkan faktor produksi yang tidak dapat

dihitung seperti keterampilan dan manajemen yang dimiliki.(Sofyansori dalam

khairudin 2008)

Soekartawi (2001) mengemukakan bahwa pendapatan bersih usaha

(21)

tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Penerimaan dihitung dengan jalan

mengalihkan produksi dengan harga yang berlaku dipasar. Sedangkan

pengeluaran total usaha adalah nilai semua masukkan yang habis dipakai atau

dikeluarkan dalam proses produksi. Pendapatan bersih digunakan untuk mengukur

imbalan yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti tempat

usaha, tenaga kerja, modal dan pengolahan.

Pendapatan kotar adalah sebagai nilai produk total dalam waktu tertentu

baik yang dijual maupun yang tidak dijual, pengeluaran total diperoleh dari nilai

semua masukkan yang habis dipakai dan dikeluarkan dalam satu kali produksi.

Pengusaha selalu berusaha untuk mendapatkan suatu penerimaan yang

lebih baik. Ukuran penerimaan adalah semua pendapatan yang berasal dari

penjualan hasil produksi setelah dikurangi dengan pengeluaran baik pengeluaran

tetap maupun pengeluaran tidak tetap. Pencapaian tujuan produksi dan

produktivitas melalui perusahaan pertanian harus benar-benar memperhitungkan

pengeluaran dan pemasukkan dan harus menjual produksinya dipasar dengan

harga yang tinggi (Soekartawi,1993 dalam Bona Lestari, 2008)

Perhitungan Nilai tambah diperoleh dari selisih nilai produk dengan

penjumlahan nilai bahan baku utama dan nilai bahan baku penunjang. Analisis

Nilai Tambah ini berguna untuk melihat besar kecilnya nilai tambah yang terdapat

pada produk agroindustri yang dihasilkan dari bahan baku dan bahan penunjang

yang diolah per proses produksi.

Menurut Mubyarto (1991) bahwa besar kecilnya pendapatan dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu 1). Efisiensi biaya produksi, produk yang efisien akan

(22)

akan menyebabkan biaya perproses produksi akan semakin rendah, 2). Efisiensi

pengadaan bahan baku dan faktor- faktor produksi.

Efisiensi usaha agroindustri dapat diketahui melalui beberapa alat ekonomi

diantaranya Return Cost Ratio (RCR) dengan tujuan untuk mengetahui

keuntungan yang akan diperoleh. Dalam hal ini erat dengan layak atau tidaknya

usaha untuk dikembangkan dan mempunyai prospek yang baik, untuk dilanjutkan

dengan kriteria sebagai berikut RCR > 1 usaha tersebut efisien dan

menguntungkan, jika RCR < 1 maka usaha tersebut tidak layak atau rugi dan bila

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada usaha agroindustri Berkah yang

memproduksi keripik nenas dan keripik nangka di Pusat Kerajinan dan Makanan

Khas Melayu Kota Pekanbaru Jalan H.R Soebrantas Km 14,5 Simpang Baru

Panam Pekanbaru Riau di perbatasan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar.

Pemilihan lokasi penelitian sebagai objek penelitian adalah karena lokasi

ini merupakan Program pemerintah kota Pekanbaru dalam memperkenalkan

kerajinan dan makanan khas melayu Riau dan usaha ini satu-satunya usaha

agroindustri keripik nenas dan keripik nangka yang menempati lokasi ini.

Lokasi ini nantinya direncanakan menjadi salah satu sentral tempat

penjualan oleh-oleh khas melayu Riau dalam mendukung Pekan Olahraga

Nasional (PON) Ke XVIII yang akan diselenggarakan di Riau pada tahun 2012.

Lokasi ini berada di Jalan Nasional lintas Provinsi.

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari Bulan

Oktober sampai dengan Bulan Desember 2009. Kegiatan yang dilakukan meliputi

penulisan usulan penelitian sampai dengan selesainya laporan hasil penelitian.

3.2. Metode Pengambilan Data dan sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus

yaitu, dengan cara melakukan wawancara, pengamatan langsung kelapangan, serta

mencatat dokumen (content analysis) dari kegiatan produksi yang dilakukan oleh

(24)

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : data primer

meliputi : Identitas responden/sampel, riwayat usaha, awal mula usaha ini

terbentuk, dan jenis produk yang dikembangkan. Kinerja Usaha agroindustri

Berkah terdiri dari modal usaha, jumlah produksi perbulan, pendapatan bersih,

penguasahaan alat dan sarana produksi, harga keripik serta jumlah tenaga kerja.

Data Sekunder yang diperlukan diperoleh dari instansi terkait yang

meliputi : keadaan umum daerah penelitian dan data-data lain yang dianggap perlu

dan berkaitan dengan penelitian ini.

3.3. Analisis Data

Analisis data dilakukan hanya satu bulan kegiatan produksi usaha yaitu

data Bulan Desember 2009, sehingga pendapatan usaha yang diperoleh

menggambarkan tingkat penjualan dan penggunaan biaya produksi pada Bulan

Desember 2009. Untuk tujuan penelitian satu, dan empat di lakukan Analisis

Deskriptif sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh usaha Berkah agar tujuan

penelitian terjawab dengan baik.

Data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan pentabulasian dan

selanjutnya di lakukan analisis sesuai dengan tujuan dua dan tiga dengan

menggunakan perhitungan sebagai berikut :

3.3.1. Pendapatan Kotor

Untuk menghitung pendapatan kotor pada agroindustri keripik nenas dan

keripik nangka digunakan rumus (Soekartawi,1995)

TR1 = Y keripik nenas . Py keripik nenas

(25)

TR2

= Y keripik nangka . Py keripik nangka Dimana :

TR1 = Total pendapatan kotor dari penjualan keripik nenas (Rp/bulan)

Py1 = Harga keripik nenas (Rp/Kg, kotak, plastik)

Y1 = Jumlah keripik nenas yang terjual (Kg, kotak, plastik/bulan)

TR2

= Total pendapatan kotor dari penjualan keripik nangka (Rp/bulan)

Y2

= Jumlah keripik nangka yang terjual (Kg, kotak, plastik/bulan)

Py2

= Harga keripik nangka (Rp/Kg, kotak, plastik)

3.3.2. Pendapatan Bersih

Di peroleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu

produksi. Untuk menghitung pendapatan bersih agroindustri menurut

Soekartawi, 1995 :

∏1 = TR1-TC1

Dan

∏2 = TR2-TC2

Dimana :

∏1 = Pendapatan bersih pengusaha untuk keripik nenas(Rp/bulan)

TR1 = Total penerimaan dari penjualan keripik nenas (Rp/bulan)

TC1 = Total Biaya dalam memproduksi keripik nenas (Rp/proses

produsksi/bulan)

∏2 = Pendapatan bersih pengusaha untuk keripik nangka(Rp/bulan)

TR2 = Total penerimaan dari penjualan keripik nangka (Rp/bulan)

TC2 = Total Biaya dalam memproduksi keripik nangka (Rp/proses

(26)

sehingga untuk mendapatkan total pendapatan bersih pengusaha

agroindustri keripik Berkah dengan cara menambahkan pendapatan bersih dari

penjualan keripik nenas dan pendapatan bersih dari penjualan keripik nangka.

∏total = ∏1 + ∏2

Dimana :

∏total = Total Pendapatan Bersih ( Rp/bulan)

∏1 = Pendapatan Bersih dari keripik nenas (Rp/bulan)

∏2 = Pendapatan Bersih dari keripik nangka (Rp/bulan)

3.3.3. Penyusutan

Untuk menghitung nilai penyusutan alat-alat yang digunakan pada

agroindustri menurut Hernanto dalam Nurmaria digunakan rumus garis lurus

(Straight Line Methode) sebagai berikut :

NP =

u

E

NS

NB

Dimana :

NP = Nilai penyusutan (Rp/proses produksi)

NB = Nilai beli alat (Rp)

NS = Nilai sisa (20 % dari harga beli)

(27)

3.3.4. Efisiensi Usaha

Untuk menghitung kelayakan usaha agroindustri Berkah dilakukan dengan

analisis Return Cost Ratio (RCR) menurut Soekartawi (1995) dalam Yuanita

(2009) :

RCR =

TC

TR

Dimana :

RCR = Return Cost Ratio (%)

TR = Total Penerimaan (Rp/bulan)

TC = Total Biaya Produksi (Rp/bulan)

Dengan kriteria sebagai berikut :

RCR > 1 = Setiap satu rupiah yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan

kotor besar satu rupiah, berarti agroindustri Keripik Berkah

menguntungkan dan layak untuk diteruskan.

RCR ≠ 1 = Setiap satu rupiah yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan

kotor satu rupiah, berarti agroindustri Keripik Berkah berada pada

titik impas (balik modal)

RCR < 1 = Setiap satu rupiah yang di keluarkan menghasilkan penerimaan

kecil dari satu rupiah, berarti agroindustri Keripik Berkah

(28)

3.4. Konsep Operasional

1. Agroindustri keripik nenas dan keripik nangka adalah suatu industri

rumah tangga yang mengolah buah nenas dan buah nangka menjadi

produk keripik nenas dan keripik nangka dengan melewati berbagai

tahapan.

2. Usaha keripik berkah adalah usaha pengolahan dan penjualan keripik

olahan dari buah nenas dan buah nangka menjadi keripik nangka dan

keripik nenas.

3. Bahan baku yang digunakan dalam agroindustri ini adalah buah nangka

dan buah nenas.

4. Bahan penunjang adalah bahan yang diperlukan dalam proses produksi

pembuatan keripik seperti kemasan, garam, soda dan transportasi.

5. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja

dalam agroindustri keripik nenas dan nangka seperti ; tenaga kerja dalam

keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang dihitung dalam satuan

(Rp/HKSP).

6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap seperti biaya penyusutan

alat (Rp/bulan).

7. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan

perubahan tingkat produksi, seperti biaya bahan baku utama, bahan baku

penunjang dan bahan penunjang (Rp/proses produksi).

8. Tenaga kerja adalah jumlah pekerja yang digunakan dalam proses

produksi untuk semua kegiatan pengolahan nenas dan nangka

(29)

9. Penyusutan peralatan adalah berkurangnya nilai suatu alat setelah

digunakan dalam proses produksi (Rp/proses produksi).

10.Nilai sisa adalah nilai akhir alat pengolahan yang digunakan, besarnya

20% dari nilai beli alat (Rp/unit).

11.Pendapatan kotor adalah jumlah produksi keripik nenas dan nangka yang

dihasilkan dalam satu kali produksi dikalikan dengan harga pada saat

penelitian (Rp/bulan).

12.Pendapatan bersih adalah selisih pendapatan kotor dengan biaya produksi

(Rp/proses produksi/bulan).

13.Total pendapatan bersih pengusaha adalah total pendapatan bersih yang

diterima pengusaha didapat dengan cara menambahkan pendapatan bersih

dari penjualan keripik nenas dan pendapatan bersih dari penjualan keripik

nangka (Rp/bulan).

14.Efisiensi usaha adalah Perbandingan antara total pendapatan yang

diterima pengusaha agroindustri keripik nenas dan keripik nangka dengan

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Rp/bulan)

(30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian

Pusat Kerajinan Makanan Khas Melayu Riau Kota Pekanbaru terletak

di Jalan H.R Soebrantas Km 14,5 Simpang Baru Panam Pekanbaru Riau

di perbatasan Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar. Lokasi ini dibangun

pada tahun 2007 yang diresmikan oleh Bapak Walikota Pekanbaru H. Herman

Abdulla, MM dengan harapan dapat membantu UKM (Usaha Kecil Menengah)

dalam memasarkan produk makanan dan kerajinan khas melayu Riau.

Lokasi ini merupakan Program Pemerintah Kota Pekanbaru dalam

memperkenalkan makanan khas melayu Riau dan Lokasi ini nantinya menjadi

salah satu sentral tempat penjualan oleh-oleh / buah tangan khas melayu Riau

serta lokasi ini dipersiapkan dalam Mendukung kegiatan Pekan OlahRaga

Nasional (PON) Ke XVIII yang akan diselenggarakan di Riau pada Tahun 2012.

Lokasi ini sangat strategi untuk lokasi pengolahan dan penjualan keripik

nenas karena lokasi ini dekat dengan sumber bahan baku buah nenas yaitu

di Desa Kualu Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar dan lebih dekat

dengan kota Pekanbaru, sehingga memudahkan dalam memasarkan produk ke

kota Pekanbaru. Pada awalnya usaha Agroindustri Berkah dilakukan di Desa

Kualu Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar dan membutuhkan waktu

45 menit untuk ke Pekanbaru sehingga menambah biaya transport.

Lokasi ini berada di Jalan Nasional lintas daerah dengan tujuan

Kota Padang, dilihat dari intensitas jumlah kendaraan yang melewati jalan ini

(31)

sangat stategis untuk kegiatan usaha. Dilokasi ini juga menjual beraneka ragam

makanan khas melayu Riau lainnya seperti kue bangkit, salei pisang dan kue

basah khas melayu Riau serta dodol durian dll.

4.2. Profil Usaha Agroindustri Berkah

4.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha

Usaha agroindustri Keripik Nenas dan keripik Nangka Berkah didirikan

oleh Bapak Yus Afrizal pada tahun 2005 yang berlokasi di Kecamatan Tambang

Kabupaten Kampar. Usaha ini merupakan salah satu usaha agroindustri rumah

tangga yang bergerak di pengolahan buah nenas dan buah nangka menjadi keripik

nenas dan keripik nangka dari sekian banyak usaha Agroindustri keripik nenas

dan keripik nangka yang ada di sekitar daerah tersebut.

Bapak Yus Afrizal memulai usahanya setelah memiliki pengalaman kerja

selama 1 tahun sebagai karyawan pada usaha agroindustri kelompok Berkat

Bersama yang mendapat binaan dari Balai Penerapan Teknologi Pertanian (BPTP)

Kabupaten Kampar. Beliau merupakan salah satu anggota kelompok dari usaha

agroindustri Berkat Bersama tersebut dan kemudian Beliau akhirnya merintis

usahanya sendiri dengan bermodalkan tabungan pribadi sebesar Rp. 2.500.000

dan mendapatkan bantuan peralatan berupa mesin penggoreng hampa dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau melalui proses pengajuan proposal

permohonan bantuan Peralatan mesin penggoreng hampa dengan status

perorangan/pribadi.

Pada pertengahan tahun 2006 tepatnya bulan Juni, pengusaha dapat

pinjaman selama 1 tahun sebesar Rp. 5.000.000 dari Bank Perkreditan Rakyat

(32)

dari penjualan keripik nenas produksi Usaha kelompok Berkat Bersama yang

nantinya uang ini digunakan lagi oleh anggota kelompok lainnya untuk memulai

usaha ditabung di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sarimadu.

Pinjaman ini digunakan untuk menambah kapasitas produksi agar dapat

mengembangkan usahanya, selain itu juga untuk melengkapi peralatan yang

memadai. Usaha agroindustri ini terus melakukan pengembangan mulai dari

penyediaan bahan baku, proses produksi hingga dalam tahap pengemasan.

Pada tahun 2008 pengusaha keluar dari kelompok Usaha Agroindustri

Berkat Bersama dan mulai mandiri dalam menjalankan usahanya dan pada tahun

yang sama pengusaha mendapat bantuan alat untuk kedua kalinya dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau berupa satu alat mesin penggoreng

hampa melalui proses pengajuan proposal permohonan bantuan peralatan, Dengan

demikian pengusaha sudah memiliki 2 alat mesin penggoreng hampa. Hal ini

tentunya memudahkan pengusaha untuk mengembangkan usahanya dalam

memenuhi permintaan pasar.

Usaha Agroindustri Keripik Nangka Berkah ini memiliki surat izin usaha

yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kampar

dengan nomor 456/DINAS/04-08/SIUP/XI/2007 dan sertifikat dari Dinas

Kesehatan RI dengan kode P-IRT 214140601062 selain itu Sertifikat BPOM

(Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dengan nomor 227/1406/2007, dua

sertifikat ini merupakan bantuan dari Pemerintahan Kota Kampar terhadap UKM

(Usaha Kecil Menengah) melalui Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kampar dan

(33)

Pada Bulan September 2009 sampai sekarang usaha agroindustri keripik

nangka dan keripik nenas dilakukan di Pusat Kerajinan Makanan Khas Melayu

Pemerintah Kota Pekanbaru di Jalan H.R Soebrantas Km 14,5 Simpang Baru

Panam Pekanbaru Riau diperbatasan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar.

Pengusaha mendapat penempatan dilokasi ini karena pengusaha merupakan usaha

Binaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

4.2.2. Tujuan Usaha

Setiap pengusaha memiliki tujuan dalam menjalankan usahanya, karena

tujuan merupakan arah dari perencanaan yang akan dilakukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan. Tujuan utama pengusaha membuka usaha keripik yaitu

untuk meningkatkan pendapatan keluarga, karena dengan usaha ini pengusaha

dapat memenuhi kebutuhan keluarga, memanfaatkan keterampilan yang dimiliki,

memenuhi kebutuhan pasar akan keanekaragaman makanan ringan bagi

masyarakat serta menjadikan produk keripik nangka dan keripik nenas sebagai

produk makanan khas daerah Riau.

4.2.3. Identitas Pengusaha

Keberhasilan dari suatu usaha agroindustri dapat dilihat dari identitas

pengusaha karena dengan mengetahui identitas pengusaha dapat memberikan

gambaran secara umum mengenai kondisi dan kemampuan pengusaha dalam

mengelola usahanya.

Menurut Simajuntak dalam Yasin (2003), umur produktif berkisar antara

15–54 tahun. Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa pengusaha tergolong

(34)

motivasi tinggi dan lebih mudah menyerap teknologi yang baru karena usia yang

tergolong muda memiliki daya ingat yang tinggi yang dapat meningkatkan

produktifitas kerja.

Menurut Soekartawi (2001), rendahnya tingkat pendidikan akan sangat

terpengaruh terhadap cara berpikir dan daya serap seseorang terhadap teknologi

baru. Tingkat pendidikan yang diperoleh pengusaha adalah tidak tamat SLTP, hal

ini sangat mempengaruhi seorang pengusaha dalam berpikir, bersikap dan

bertindak terhadap keberlangsungan usahanya.

Tabel 1. Identitas Anggota Keluarga Pengusaha Agroindustri Keripik Berkah Tahun 2009

Kemajuan suatu usaha juga dipengaruhi oleh pengalaman si pengusaha.

Lamanya pengalaman yang dimiliki pengusaha membuat si pengusaha

mempunyai kemampuan dan keberanian dalam mengambil keputusan dan

menentukan alternatif penggunaan teknologi dalam menjalankan dan

mengembangkan usahanya.

Pengusaha dalam menjalankan usaha ini telah memiliki pembukuan

walaupun belum konsisten dalam pencatatan seluruh transaksi yang dilakukan

baik untuk biaya produksi yang terpakai dan berapa jumlah penjualan yang

(35)

4.3. Teknologi Pengolahan

Pengolahan Usaha Agroindustri baik skala kecil maupun skala besar

membutuhkan teknologi pengolahan yang baik dan efisien. Dalam pengolahan

buah nangka dan buah nenas menjadi keripik nangka dan keripik nenas pengusaha

telah menggunakan teknologi semi modren.

Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan produksi dapat dengan mudah

diperoleh dipasaran kecuali mesin penggoreng (vaccum frying) dipesan secara

khusus. Proses pembuatan keripik dilakukan secara sederhana dengan peralatan

yang digunakan untuk pembuatan keripik adalah sebagai berikut :

1. Mesin Penggoreng : digunakan untuk menggoreng Buah nangka dan

buah Nenas menjadi keripik nangka dan keripik nenas dengan kapasitas

5 Kg bahan basah menjadi 2 Kg bahan jadi.

2. Timbangan : digunakan untuk menimbang berat bahan penunjang yang

dipakai dan menimbang berat Keripik perkemasan

3. Mesin Press: digunakan untuk melakukan pengemasan keripik

( Packing)

4. Kompor Gas : digunakan untuk proses pemanasan mesin penggoreng

5. Pisau : Digunakan utuk mengupas dan merajang buah nenas dan buah

nangka sesuai dengan ukuran yang dikehendaki

6. Baskom : digunakan untuk menampung dan merendam buah nangka dan

buah nenas pada larutan garam dan soda (Natrium/Kalium metabisulfit)

7. Keranjang : Digunakan untuk Meniriskan buah nangka dan buah nenas

yang telah direndam dengan larutan garam sebelum di masukkan

(36)

8. Telenan : Digunakan untuk alas perajangan buah nenas dan buah nangka

9. Sendok : Digunakan untuk melarutkan soda dan garam

10.Alat Sentrifugal (spinner): digunakan untuk mengurangi kadar minyak

goreng pada keripik nenas dan keripik nangka.

4.4. Proses Produksi Keripik Nangka dan Keripik Nenas

Setiap pengolahan bahan baku menjadi produk tertentu khususnya produk

agroindustri selalu memerlukan berbagai tahapan produksi, demikian juga halnya

dengan Agroindustri keripik Berkah. Pada saat penelitian tahapan yang harus

dilewati dalam pembuatan keripik Nangka dan keripik Nenas adalah :

4.4.1.Tahapan penyediaan bahan baku

Selama penelitian buah nenas diperoleh langsung di sekitar lokasi usaha

karena lokasi usaha berbatasan dengan daerah penghasil buah nenas di Kabupaten

Kampar tepatnya di Desa Kualu Nenas jadi pengusaha tidak mengalami kesulitan

dalam memperoleh bahan baku buah nenas. Kegiatan pengusaha dalam

memperoleh bahan baku buah nangka relatif sulit dikarenakan tidak adanya petani

khusus pembudidaya nangka dilokasi sekitar usaha. untuk mengatasi

permasalahan ini pengusaha membeli dari warga di desa-desa yang ada di

kabupaten Kampar yang mempunyai tanaman nangka dengan sistem ijon.

4.4.1.1. Tahapan Pengolahan Keripik Nangka

4.4.1.1.1. Tahapan Pengupasan

Nangka jenis belilung ataupun nangka jenis lainnya yang memiliki tebal

dinding buah sekitar 0,60-0,75 cm dan cukup tua (matang) dikupas dari kulitnya

(37)

Pengupasan nangka dilakukan biasanya selama 1 jam tergantung dari banyaknya

nangka yang akan dikupas.

4.4.1.1.2. Tahapan Perajangan dan Pencucian

Setelah nangka dikupas dan dipisahkan dari bijinya, daging buah

dipotong dengan pisau menjadi dua bagian, saat perajangan buah yang dipotong

tersebut ditampung dengan baskom yang telah berisi air yang dicampur dengan

garam dan soda. Perajangan nangka dilakukan selama kurang lebih 1 jam.

Kegunaan soda untuk menambah kerenyahan dan kegurihan pada keripik nangka

nantinya setelah di goreng sedangkan garam untuk penambah rasa dan kristalisasi

dari kotoran yang melekat. Kemudian direndam sekitar 15 menit, setelah itu

ditiriskan dengan keranjang berlobang, guna mengurangi kandungan air nangka

sebelum dimasukkan ke dalam mesin penggoreng.

4.4.1.1.3. Tahapan Penggorengan

Penggorengan nangka menggunakan sistem penggorengan hampa

(Vacuum frying). Dalam proses penggorengan ini menggunakan bahan bakar gas

dan bak pendingin yang diiis air dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m dan

tinggi 80 cm. dalam penggorengan ini telah diatur dengan suhu optimal yaitu

84˚C, pada penggorengan ini sebelumnya telah dimasukkan minyak goreng

sebanyak 60 liter yang dapat digunakan selama sebulan. Penggorengan ini

dilakukan selama 2 jam atau 120 menit.

4.4.1.1.4. Tahapan Penirisan

Setelah keripik nangka masak, dilakukan penirisan dengan menggunakan

(38)

Penirisan ini dilakukan agar dapat mengurangi kadar minyak pada keripik nangka.

penirisan keripik nangka dilakukan selama 15 menit. Setelah penirisan selesai,

keripik nangka diangkat untuk selanjutnya di lakukan pengemasan.

4.4.1.1.5. Tahapan Pengemasan

Keripik nangka dikemas dengan menggunakan kemasan bungkus plastik,

aluminium foil, dan kotak yang telah diberi merek. Sebelum dikemas terlebih

dahulu ditimbang dengan alat penimbang lalu dilanjutkan masing-masing ukuran

kemasan yaitu dengan bungkus plastik ukuran ½ kg dengan berat bersih

100 gram. pengemasan dengan bungkus plastic dilakukan dengan menggunakan

alat press (sealler). pengemasan biasanya dilakukan selama 15 menit.

4.4.1.2. Tahapan pengolahan keripik nenas

Pengupasan adalah proses pembuangan kulit dan mata nenas dari pangkal

buah nenas hingga ujung dengan menggunakan pisau. Pengupasan dilakukan

dengan pisau yang tajam dan alas papan atau telenan. Tebal kulit dibuang sekitar

1 cm, ujung buah dibuang sekitar 1,5 cm dan pangkal buah sekitar 1 cm. Dalam

proses pengupasan, juga termasuk proses membuang mata nenas dengan cara

mengiris mata nenas menyerupai parit dengan kedalaman lebih kurang 1 cm

dengan cara miring dan melingkari buah nenas.

Pembuangan empelur menggunkan pipa tipis dengan diameter ¾ inchi,

panjang 50 cm, dengan cara pipa tersebut ditusukkan pada empelur dari pangkal

hingga tembus ujung buah nenas, dalam pipa terdapat kayu kecil panjang 75 cm

guna mendorong empelur yang telah tertusuk hingga keluar, sehingga nenas tidak

(39)

Kemudian buah nenas yang tidak berempelur dirajang atau

dipotong-potong dengan ketebalan lebih kurang 2.5-7.5 mm. saat perajangan buah yang

dipotong-potong tersebut ditampung dengan baskom berisi air yang telah diberi

soda dan garam. Kegunaan soda untuk menambah kerenyahan keripik nenas,

sedangkan garam untuk menambah rasa serta kristalisasi dari kotoran yang

melekat. Nenas yang dirajang direndam sekitar ½ jam kemudian nenas ditiriskan

terlebih dahulu dengan menggunakan keranjang yang berlubang guna mengurangi

kandungan air nenas sebelum dimasukkan kemesin penggorengan (vacuum

priying).

Sebelum proses ini dilakukan mesin dipanaskan terlebih dahulu, waktu

yang dibutuhkan lebih kurang 1 ½ - 2 jam. Proses pengeringan dilakukan dengan

menggunakan tenaga listrik untuk mesin penggorengan vacuum, gas sebagai

bahan bakar dan bak pendingin yang diisi air dengan ukuran bak panjang 2 m,

lebar 1,5 m tinggi 80 cm, dalam proses ini telah diatur suhu optimal 87 0C dan

tekanan vakum pada kisaran 70 cm/hg. Pemasakan selesai apabila gelembung

udara dalam tangki pemasakan keripik nenas tidak ada lagi dan amper suhu telah

mencapai 87 0C. pemasakan mengunakan minyak bimoli bertujuan agar hasil

keripik nenas lebih gurih yang dimasukkan kedalam tangki pemasakan sebanyak

60 liter minyak goreng sesuai dengan kapasitas mesin 5 Kg bahan basah. Minyak

yang di butuhkan harus selalu cukup atau menggenangi seluruh nenas dalam

penggorengan hampa tersebut. Selama proses ini berlangsung pekerja tidak

banyak beraktifitas namun hanya sekedar melihat nenas yang sedang dimasak

(40)

Setelah keripik nenas masak, dilakukan penirisan keripik guna mengurangi

kadar minyak yang terkandung dalam keripik nenas . penirisan dilakukan dengan

menggunakan alat sentrifugal yang diputar dengan system dynamo dan

menggunakan bantuan tenaga listrik, sehingga kandungan minyak pada keripik

nenas dapat dikurangi.

Keripik nenas ditimbang kemudian dipacking kedalam kantong plastic

kaca bermerk berukuran 1/2 Kg dengan berat bersih 100 gram dan palstik tersebut

dipress dengan menggunakan alat (laminating). Alat ini menggunakan tenaga

listrik. Pengemasan yang dilakukan telah diberi label yang menunjukkan

produsen, kandungan unsure kimia, izin depkes, kehalalan, bobot, dan rasa.

Tahapan dalam proses pembuatan Keripik nangka sampai pengemasan,

dalam satu kali proses produksi dilakukan selama lebih kurang 3 jam atau 180

menit. Pemilihan dan perlakuan bahan baku serta kebersihan dalam proses

produksi menjadi faktor yang sangat penting untuk mendapatkan keripik nangka

dan keripik nenas dengan kualitas yang baik

Selain memproduksi keripik nangka dan keripik nenas, usaha ini

menerima pesanan untuk pembuatan keripik olahan lainnya seperti Keripik

Durian, keripik Belimbing, serta keripik Mangga. Terbatasannya jumlah modal

dan belum jelasnya pangsa pasar membuat pengusaha tidak memproduksinya

karena takut mengalami kerugian. Uji coba pembuatan keripik belimbing

dilakukan PT. RAPP melalui BPPM, dimana BPPM menyediakan bahan baku

Buah belimbing dan kemudian bahan baku tersebut diserahkan kepengusaha untuk

diolah menjadi keripik belimbing dan hasilnya sangat memuaskan namun tidak

(41)

4.5. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan keripik adalah buah nenas

dan buah nangka. Pengusaha sampel memperoleh bahan baku buah nenas dari

petani di Desa Kualu Nenas kabupaten Kampar karena daerah tersebut kaya akan

bahan baku buah nenas dan dekat dengan lokasi usaha. Pengusaha membeli

langsung dari petani yang telah menjadi langganan tetap karena pemasok bahan

baku/petani masih ada hubungan kekeluargaan sehingga memudahkan dalam

memenuhi permintaan bahan baku dan proses pembayaran.

Selain itu dalam memenuhi kebutuhan bahan baku buah nenas apabila

terjadi kekosongan bahan baku didaerah sekitar usaha atau mahalnya harga bahan

baku buah nenas, pengusaha melakukan pembelian bahan baku buah nenas dari

Sungai Apit kabupaten Siak, sehingga ketersediaan bahan baku dapat dipenuhi

secara terus menerus demi kelancaran proses produksi keripik nenas.

Tabel. 2 Penggunaan bahan baku nenas pada usaha agroindustri Berkah Bulan Desember 2009

Pada saat penelitian pengusaha melakukan pembelian bahan baku buah

nenas sekali dalam seminggu dengan jumlah yang bervariasi perminggunya sesuai

dengan harga bahan baku, Jumlah permintaan keripik, persediaan keripik siap jual

(42)

Berdasarkan tabel 2 penggunaan bahan baku buah nenas pada minggu

pertama sebanyak 300 ikat dengan harga bahan baku buah nenas Rp 3.500 per

ikat. Pada minggu kedua pengusaha melakukan pembelian bahan baku sebanyak

165 ikat dengan harga bahan baku Rp 4.000 per ikat. Pada minggu ketiga

pembelian bahan baku sebanyak 345 ikat pada saat harga bahan baku Rp 3.000

per ikat sedangkan pada minggu keempat pembelian bahan baku sebanyak 40 ikat

dengan harga bahan baku Rp 4.300 per ikat.

Bahan baku keripik nangka yaitu buah nangka pengusaha memperoleh

dengan cara mencari ke desa-desa yang ada di kabupaten Kampar dengan sistem

ijon atau dipesan, dimana ada warga desa yang mempunyai tanaman nangka bisa

juga warga yang menawarkan kepengusaha. Hal ini karena tidak adanya petani

khusus budidaya nangka didaerah tersebut. Selain itu pengusaha melakukan

pembelian bahan baku buah nangka yang didatangkan dari Kota Padang apabila

adanya permintaan yang besar akan keripik nangka.

Pembelian bahan baku dari Kota Padang ini tidak dilakukan secara terus

menerus karena tidak adanya kesepakatan antara pedagang pengumpul bahan

baku buah nangka dengan pengusaha mengenai harga bahan baku, kriteria buah

nangka dan proses pengiriman, dimana pedagang pengumpul ingin semua bahan

baku buah nangka yang dibawa dari Padang harus dibeli oleh pengusaha tanpa

melihat kondisi dan kualitas bahan baku tersebut sementara pengusaha lebih

mengutamakan kualitas yang baik dari buah nangka tersebut untuk keripik nangka

yang di produksinya.

Pengusaha melakukan pembelian bahan baku buah nangka sekali dalam

(43)

bahan baku, permintaan Keripik, dan persediaan keripik siap jual serta modal.

untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel. 3 Penggunaan bahan baku nangka pada usaha agroindustri Berkah Bulan Desember 2009

Berdasarkan tabel 3 penggunaan bahan baku buah nangka pada minggu

pertama sebanyak 36 buah dengan harga bahan baku buah nangka Rp 10.000 per

buah. Pada minggu kedua pengusaha melakukan pembelian bahan baku sebanyak

24 dengan harga bahan baku Rp 12.000 per buah. Pada minggu ketiga pembelian

bahan baku sebanyak 24 dengan harga bahan baku Rp 10.000 per buah sedangkan

pada minggu keempat pembelian bahan baku sebanyak 12 buah dengan harga

bahan baku Rp 11.000 per buah.

Buah nangka yang digunakan dalam pembuatan keripik nangka adalah

semua jenis nangka kecuali nangka bubur dan pada umumnya yang digunakan

adalah nangka kampung varietas bilulang, kriteria nangka yang dipilih untuk

diolah menjadi keripik nangka adalah yang mempunyai daging buah yang tebal

dan warna dagingnya cerah agak kemerahan.

Pengusaha melakukan pembelian bahan baku buah nenas dan buah nangka

(44)

pembelian bahan baku melebihi kapasitas produksinya. Karena bahan baku

tersebut mudah busuk sehingga pengusaha tidak melakukan penyimpanan bahan

baku. Rasa, bentuk dan warna keripik sangat dipengaruhi oleh keadaan bahan

baku, sehingga pengusaha membutuhkan bahan baku yang masih dalam keadaan

segar dan tidak terlalu masak.

Bahan penunjang yang dibutuhkan dalam pembuatan keripik meliputi :

1. Minyak Goreng

Penggunaan minyak goreng berkisar 60 liter sesuai dengan

kapasitas mesin penggoreng 5 Kg Bahan basah dan penggantiannya 1

bulan sekali.

2. Garam

Garam digunakan untuk menambah rasa serta kristalisasi dari

kotoran yang melekat pada bahan baku. Penggunaan garam berkisar

6 kg perbulan

3. Soda ( Natrium/Kalium metabisulfit)

Soda ini digunakan untuk menghilangkan getah yang melekat pada

bahan baku. Penggunaan soda berkisar 2 kg perbulan

4. Plastik dan Kotak Pembungkus

Plastik dan kotak pembungkus digunakan untuk membungkus

keripik yang telah digoreng (pengemasan) dan siap untuk dipasarkan.

Plastik yang digunakan berukuran ½ kg dan kotak yang berukuran

120 gram. Untuk kebutuhan Plastik dalam sebulan rata-rata

membutuhkan plastik sebanyak 3-4 Kg sedangkan kebutuhan Kotak

(45)

4.6. Penggunaan Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah orang yang melakukan pekerjaan pengolahan buah

nangka dan buah nenas menjadi keripik nangka dan keripik nenas. Tenaga kerja

ini dapat berasal dari luar keluarga dan dalam keluarga, tenaga kerja sebagai salah

satu faktor produksi yang sangat menentukan dalam peningkatan produksi dan

pendapatan usaha agroindustri, karena tenaga kerja merupakan pelaku utama dan

langsung dalam proses produksi.

Perhitungan biaya tenaga kerja menggunakan satuan Hari Kerja Setara

Pria (HKSP) dalam Soekartawi (1995). Jumlah tenaga kerja yang dipakai

sebanyak 3 HKSP dengan upah Rp 10.000 per hari maka biaya tenaga kerja

adalah 3 x Rp 10.000 = Rp 30.000/hari.

Usaha ini dijalankan setiap hari terus menerus (7 hari selama seminggu).

Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha ini bersumber dari dalam keluarga

sebanyak 2 orang dan tenga kerja luar keluarga sebanyak 1 orang yang dibayar

dengan sistem gaji/bulan. Perhitungan Biaya tenaga kerja yang dihitung hanya

upah tenaga kerja dari luar keluarga yaitu untuk 1 orang sebesar Rp 300.000

perbulan

4.7. Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan

4.7.1. Total Hasil Produksi.

Agroindustri Berkah memproduksi dua produk yaitu keripik nenas dan

keripik nangka, dalam satu hari usaha ini mampu berproduksi antara 2-3 kali,

bahkan 4 kali untuk memenuhi permintaan konsumen. Satu kali proses produksi

dibutuhkan kurang lebih 15 ikat atau 30 buah nenas sedangkan untuk buah nangka

(46)

kecilnya buah nangka. Jumlah buah nenas dan buah nangka yang dipakai

disesuaikan dengan kapasitas mesin penggoreng yaitu 5 Kg bahan basah. Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5.

Tabel 4. Produksi Keripik Nenas Berkah bulan Desember 2009

Minggu

Total 850 57 113 2.917.000

Berdasarkan tabel 4 pada minggu pertama jumlah bahan baku buah nenas

yang dipakai sebanyak 600 buah dan proses produksi yang dapat dilakukan

sebanyak 20 kali dalam seminggu dengan keripik nenas yang dihasilkan sebanyak

40 Kg. Hal ini untuk memenuhi stok persediaan keripik yang siap jual. Pada

minggu kedua jumlah bahan baku buah nenas yang dipakai sebanyak 330 buah

dan proses produksi yang dapat dilakukan sebanyak 11 kali dengan keripik nenas

yang dihasilkan sebanyak 22 Kg, produksi pada periode ini untuk menutupi

kekurangan keripik yang siap jual dari keripik nenas yang terjual pada minggu

pertama.

Pada minggu ketiga jumlah bahan baku buah nenas yang dipakai sebanyak

690 buah dan proses produksi yang dapat dilakukan sebanyak 23 kali dengan

keripik nenas yang dihasilkan sebanyak 46 Kg, produksi pada periode untuk

menutupi kekurangan keripik yang siap jual pada periode minggu pertama dan

(47)

Pada minggu keempat jumlah bahan baku buah nenas yang dipakai

sebanyak 80 buah dan proses produksi yang dapat dilakukan sebanyak 3 kali

dengan keripik nenas yang dihasilkan sebanyak 5 Kg. Selama bulan

Desember 2009 Agroindustri Berkah melakukan proses produksi keripik nenas

sebanyak 57 kali dengan Jumlah keripik nenas yang dihasilkan sebanyak 113 Kg.

Tabel 5. Produksi Keripik Nangka Berkah bulan Desember 2009

Minggu

Total 96 32 64 1.020.000

Berdasarkan tabel 5 Jumlah produksi keripik nangka pada minggu pertama

jumlah bahan baku buah nangka yang dipakai sebanyak 36 buah dan proses

produksi yang dapat dilakukan sebanyak 12 kali dalam seminggu dengan keripik

nangka yang dihasilkan sebanyak 24 Kg. Hal ini untuk memenuhi stok persediaan

keripik yang siap jual. Pada minggu ke dua dan ketiga jumlah bahan baku buah

nangka yang dipakai sama yaitu sebanyak 24 buah dan proses produksi yang

dapat dilakukan sebanyak 8 kali dengan keripik nangka yang dihasilkan sebanyak

16 Kg dengah harga bahan baku yang berbeda.

Pada minggu ke empat jumlah bahan baku buah nangka yang dipakai

sebanyak 12 buah dan proses produksi yang dapat dilakukan sebanyak 4 kali

dalam seminggu dengan keripik nangka yang dihasilkan sebanyak 8 Kg. Sulitnya

(48)

Pengolahan dan penjualan keripik nangka sebagai tambahan penghasilan. Selama

bulan Desember 2009 Agroindustri Berkah melakukan proses produksi keripik

nangka sebanyak 32 kali dengan Jumlah keripik nangka yang dihasilkan sebanyak

64 Kg.

Banyaknya proses produksi pada pengolahan buah nenas dan buah nangka

menjadi keripik nenas dan keripik nangka pada bulan Desember 2009 sebanyak

89 kali/bulan artinya dalam sehari pengusaha melakukan rata-rata 3 kali produksi

per hari.

4.7.2. Biaya Bahan Baku dan Bahan Penunjang Perproses Produksi.

4.7.2.1. Biaya perproses produksi keripik nenas

Biaya Perproses produksi dalam mengolah buah nenas menjadi keripik

nenas dibutuhkan kurang lebih 15 ikat/30 buah nenas dengan tingkatan harga

bahan baku yang berbeda pada tiap minggunya. Sebagai contoh dalam

Perhitungan biaya bahan baku dan bahan penunjang perproses produksi diambil

pada minggu pertama sedangkan untuk minggu kedua, ketiga dan keempat dapat

di lihat pada lampiran.

Pada minggu pertama jumlah bahan baku buah nenas yang dipakai

sebanyak 300 ikat dengan harga buah nenas Rp 3.500/Ikat, Pengunaan minyak

goreng 60 liter sebulan sesuai dengan spesifikasi mesin penggoreng vakum.

Untuk pengolahan Buah nenas menjadi keripik nenas, satu tabung gas LPG

ukuran 12 kg dapat melakukan 8 kali proses produksi.

Biaya Transportasi untuk pembelian bahan baku sebesar Rp 50.000 untuk

sekali pembelian dalam sebulan pembelian bahan baku dilakukan sebanyak 4 kali.

(49)

(1995) dengan Upah Rp 10.000/ hari dan biaya rekening listrik pada Bulan

Desember 2009 Rp 265.137 atau Rp 2.946 perproses produksi. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel 6.

Berdasarkan tabel 6 total biaya perproses produksi pengolahan buah nenas

sebesar Rp 93.672. Setiap 30 buah nenas menjadi 2 Kg keripik nenas dalam sehari

rata-rata pengusaha melakukan 2-3 kali proses produksi sesuai dengan

ketersediaan dan harga bahan baku, persediaan keripik siap jual dan permintaan.

Tabel 6. Jumlah penggunaan dan Biaya bahan baku dan bahan penunjang pada pengolahan buah nenas menjadi keripik nenas perproses produksi di Usaha Agroindustri Berkah pada minggu pertama Bulan Desember 2009

Minyak Goreng (Liter) 0.667 11.458 7.641

Gas Lpg (Kg) 1.5 85.000 10.625

6 Penyusutan Alat 11 5.460

Total Biaya 93.672

4.7.2.2. Biaya perproses produksi keripik nangka

Biaya perproses produksi pengolahan buah nangka menjadi keripik nangka

membutuhkan 3-4 buah nangka disesuaikan besar kecilnya buah nangka dengan

tingkatan harga bahan baku yang berbeda tiap minggunya. Sebagai contoh dalam

(50)

pada minggu pertama sedangkan untuk minggu kedua, ketiga dan keempat dapat

di lihat pada lampiran.

Pada minggu pertama jumlah bahan baku buah nangka yang dipakai

sebanyak 36 buah dengan harga buah nangka Rp 10.000/buah, Untuk pengolahan

buah nangka menjadi keripik nangka, satu tabung gas LPG ukuran 12 kg dapat

melakukan 10 kali proses produksi.

Biaya Transportasi untuk pembelian bahan baku sebesar Rp 10.000 untuk

sekali pembelian dalam sebulan pembelian bahan baku dilakukan sebanyak 4 kali.

biaya bahan penunjang yang lainnya seperti garam, soda kue dan listrik serta

biaya tenaga kerja sama dengan biaya pada pengolahan nenas menjadi keripik

nenas. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jumlah penggunaan dan Biaya bahan baku dan bahan penunjang pada pengolahan buah nangka menjadi keripik nangka perproses produksi di Usaha Agroindustri Berkah pada minggu pertama Bulan Desember 2009

No Uraian Jumlah

Minyak Goreng (Liter) 0.667 11.458 7.641

Gas Lpg (Kg) 1.2 85.000 8.500

5 Penyusutan Alat 11 5.460

(51)

Berdasarkan tabel 7 total biaya perproses produksi pengolahan buah

nangka sebesar Rp 67.380 Setiap perproses produksi buah nangka menjadi 2 Kg

keripik nangka yang siap dijual baik dalam kemasan plastik dan kotak serta curah

per Kg, dalam sehari rata-rata pengusaha melakukan 2-3 kali proses produksi

sesuai dengan ketersediaan bahan baku yang ada, persediaan keripik nangka yang

siap dijual dan permintaan.

4.7.3. Total Biaya Produksi

Total Biaya Produksi didapat dengan cara mengalikan banyaknya proses

produksi dengan biaya perproses produksi. Pada penelitian ini perhitungan total

biaya produksi dilakukan perminggu dengan harga bahan baku yang berbeda

perminggunya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Total biaya Produksi keripik nenas dan keripik nangka pada usaha Agroindustri Berkah perminggu pada Bulan Desember 2009

Jenis

Minggu Pertama 20 93.672 1.873.440 40

Minggu Kedua 11 107.757 1.185.327 22

Minggu Ketiga 23 85.846 1.974.458 46

Minggu Keempat 3 105.429 316.287 5

Total 57 5.349.512 113

Buah Nangka

Minggu Pertama 12 67.380 808.560 24

Minggu Kedua 8 74.047 592.376 16

Minggu Ketiga 8 67.797 542.376 16

Minggu Keempat 4 72.047 288.188 8

Total 32 2.231.500 64

Berdasarkan tabel 8 total biaya produksi pada pengolahan buah nenas

menjadi keripik nenas pada minggu pertama sebesar Rp. 1.873.440 dengan biaya

Gambar

Tabel. 2   Penggunaan bahan baku nenas pada usaha agroindustri Berkah Bulan      Desember 2009
Tabel. 3  Penggunaan bahan baku nangka pada usaha agroindustri Berkah Bulan    Desember 2009
Tabel  4. Produksi Keripik Nenas Berkah bulan Desember 2009
Tabel  5. Produksi Keripik Nangka Berkah bulan Desember 2009
+5

Referensi

Dokumen terkait