• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING KARIR DENGAN TERAPI REBT UNTUK MEWUJUDKAN SELF REGULATED LEARNING SEORANG MAHASISWA BROKEN HOME DI DESA GESIKHARJO PALANG TUBAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING KARIR DENGAN TERAPI REBT UNTUK MEWUJUDKAN SELF REGULATED LEARNING SEORANG MAHASISWA BROKEN HOME DI DESA GESIKHARJO PALANG TUBAN."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN KONSELING KARIR DENGAN TERAPI REBT UNTUK MEWUJUDKAN SELF REGULATED LEARNING SEORANG

MAHASISWA BROKEN HOME (Di Desa Gesikharjo Palang Tuban)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

(S.Sos.I)

Oleh:

Maharani Sekar Kinanti B03212014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

BIMBINGAN KONSELING KARIR DENGAN TERAPI REBT UNTUK MEWUJUDKAN SELF REGULATED LEARNING SEORANG

MAHASISWA BROKEN HOME (Di Desa Gesikharjo Palang Tuban)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

(S.Sos.I)

Oleh:

Maharani Sekar Kinanti B03212014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Abstrak

Maharani Sekar Kinanti (B03212014) Mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling

Islam. Dengan judul “Bimbingan Konseling Karir dengan Terapi REBT

untuk Mewujudkan Self Regulated Learning Seorang Mahasiswa Broken Home (Di Desa Gesikharjo Palang Tuban).

Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkakan terapi REBT untuk mewujudkan self regulated learning seorang mahasiswa broken home. Penelitian ini menggunakan kualitatif studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa yang kurang memiliki regulasi diri dalam belajar (self regulated learning). Subyek ini diketahui bahwa dia sangat kurang dalam meregulasi dirinya, hidupnya seperti tidak memiliki target, sehingga hidupnya menjadi santai. Subyek juga memiliki masalah dalam keluarganya, sehingga dia menjadi semakin tidak terkontrol dan sempat berontak dengan keadaan keluarga yang seperti itu. Peneliti akan mengubah paradigma subyek tersebut agar subyek tidak merasa terbebani dengan keadaan keluarga serta membantu mewujudkan self regulated learning pada subyek.

Dengan terapi REBT ini, maka peneliti dapat membantu subyek untuk meregulasi dirinya dalam belajar (self regulated learning).

(8)

DAFTAR ISI

COVER (SAMPUL) ...

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep 1. Bimbingan Karir ... 8

2. Konseling ... 9

3. Karir ... 10

4. Pendekatan REBT ... 11

5. Pengertian SRL ... 12

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 13

2. Subjek dan Tempat Penelitian... 14

3. Tahap-tahap Penelitian ... 14

4. Jenis dan Sumber Data ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisis Data ... 21

7. Teknik Keabsahan Data ... 23

G. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan ... 26

b. Pengertian Konseling ... 26

c. Pengertian Karir ... 29

d. Tujuan Bimbingan Konseling Karir ... 32

(9)

f. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Karir ... 33

g. Asas-asas Bimbingan Konseling ... 35

h. Langkah-langkah Bimbingan Konseling ... 38

2. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) a. Pengertian REBT ... 40

1) Teori Kepribadian ... 40

2) Perilaku Bermasalah ... 42

3) Karakteristik Keyakinan yang Irrasional ... 44

4) Hakikat Manusia ... 44

5) Tujuan Konseling ... 45

6) Tahapan Konseling ... 46

7) Peranan Konselor ... 47

8) Aplikasi Konseling ... 48

9) Hakikat Konseling ... 49

10)Kekuatan dan Kelemahan REBT ... 50

3. Self Regulated Learning (SLR) a. Pengertian SRL ... 51

b. Aspek- aspek SRL ... 53

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 56

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59

2. Deskripsi Konselor ... 61

3. Deskripsi Konseli ... 62

4. Deskripsi Masalah Konseli ... 65

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Karir dengan Terapi REBT untuk mewujudkan Self Regulated Learning Seorang Mahasiswa Broken Home di Desa Gesikharjo Palang Tuban ... 70

a. Identifikasi Masalah ... 70

b. Diagnosa ... 76

c. Prognosa ... 76

d. Treatment (Terapi) ... 77

e. Follow Up dan Tindak Lanjut ... 87

(10)

BAB IV: ANALISIS DATA

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Karir

dengan Terapi REBT untuk Mewujudkan Self Regulated

Learning (SRL) Seorang Mahasiswa Broken Home (Studi Kasus : Di Gesikharjo Palang Tuban) ... 93 B. Analisis Hasil Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Karir

dengan Terapi REBT untuk Mewujudkan Self Regulated

Learning (SRL) Seorang Mahasiswa Broken Home (Studi Kasus : Di Gesikharjo Palang Tuban) ... 98

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 102

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 60

Tabel 3.2 Tamatan Sekolah Masyarakat ... 61

Table 3.3 Dialog Konselor dengan Konseli ... 73

Table 3.4 Dialog pada tehnik pertama konselor dengan konseli... 78

Table 3.5 Dialog pada tehnik kedua konselor dengan konseli ... 81

Table 3.6 Dialog pada tehnik ketiga konselor dengan konseli ... 84

Table 3.7 Penyajian data hasil proses bimbingan konseling karir ... 92

Table 4.1 Perbandingan Proses Pelaksanaan di Lapangan dengan Teori Bimbingan dan Konseling Karir ... 93

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumbuh kembang anak, menjadi remaja sampai dewasa tidak lepas dari

pengaruh orang tua. Biasanya orang tua menggambarkan anak dengan kepribadian

yang berprestasi sebagai anak yang sangat menyenangkan dan penurut.1 Akan tetapi yang namanya pengaruh lingkungan itu pasti tidak bisa lepas, tergantung individu itu

sendiri bagaimana menanggapinya. Tidak seorang pun dapat hidup dalam

kesendirian. Semua manusia hidup dalam suatu lingkungan yang terdiri dari : semua

benda fisik yang mengelilingi kita, keadaan social, dan ekonomi, struktur politik,

iklim, alat-alat dan jalur komunikasi, kebudayaan dan sesama manusia lainnya.

Semua faktor ini mempengaruhi hidup dan perkembangan manusia.

Lingkungan membina, mengancam, memberikan tanggapan, menerima, dan

menolak. Kebanyakan manusia menghabiskan sebagian besar waktu yang ada dalam

lingkungan dan dengan orang-orang yang kita kenal. Masing-masing gaya

kepribadian cenderung memandang lingkungan yang sama itu secara berbeda,

berdasarkan faktor yang esensial dari dirinya sendiri. Lingkungan itu selalu berada di

tempat yang selalu diperhitungkan. Setiap gaya kepribadian menghubungkan diri dan

berkelakuan di atas dasar bagaimana dia merasakan mengenai dirinya sendiri. Jika

sikapnya terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungan adalah sehat dan realistis,

1

(13)

2

dia dapat diharapkan untuk berinteraksi secara sebaik-baiknya, menarik dan

mengambil apa yang dibutuhkan dari lingkungan sekitar, sambil juga memberikan

sumbangan kepada lingkungannya.2

Prestasi akademik menurut perspektif kognitif sosial dipandang sebagai

hubungan yang kompleks antara kemampuan individu, persepsi diri, penilaian

terhadap tugas, harapan akan kesuksesan, strategi kognitif dan regulasi diri, gender,

gaya pengasuhan, status sosio ekonomi, kinerja dan sikap individu terhadap sekolah.

Hal ini menunjukkan bahwa prestasi akademik individu ditentukan oleh dua faktor,

baik eksternal maupun internal. Sebagaimana dinyatakan oleh Chung bahwa, belajar

tidak hanya dikontrol oleh aspek eksternal saja, melainkan juga dikontrol oleh aspek

internal yang diatur sendiri (self-regulated).3 Oleh karena itu, belajar harus dipahami

sebagai proses aktif, konstruktif dan self-regulated (Montalvo & Tores). Sehingga,

individu yang belajar akan mendapatkan prestasi akademik yang baik, bila ia

menyadari, bertanggung jawab dan mengetahui cara belajar yang efektif atau

memiliki strategi regulasi diri dalam belajar (self-regulated learning) yang baik.4

Self-Regulated Learning (SRL) merupakan kegiatan dimana individu yang

belajar secara aktif, menyusun, menentukan tujuan belajar, merencanakan dan

memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi perilaku serta lingkungannya

2

Gregory G. Young, Membaca Kepribadian Orang, (Jogyakarta: DIVA Press, 2002), hal.30.

3

Siti Suminarti Fasikhah dan Siti Fatimah,Self-Regulated Learning (Srl) Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa, Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 01, No.01, Januari 2013, hal. 146.

4

(14)

3

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara teoritis kemampuan meregulasi

diri individu dalam belajar (self-regulated learning) telah berkembang baik pada

masa remaja.

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi seseorang, kemampuan

melakukan regulasi diri/self-regulation termasuk dalam faktor personal berasal dari

dalam diri individu. Regulasi diri didefinisikan sebagai proses menghasilkan pikiran,

perasaan dan tindakan, merencanakan dan mengadaptasikannya secara terus-menerus

untuk mencapai tujuan-tujuan. Ia pun mengacu pada keterlibatan aktif seseorang

dalam membuat tujuan, memantau dan mengevaluasi kemajuan dan jika dibutuhkan,

menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan.

Menurut Alfina bekal utama yang dibutuhkan siswa untuk menyesuaikan diri

dengan tuntutan tugas adalah memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengatur

kegiatan belajar, mengontrol perilaku belajar, dan mengetahui tujuan, arah, serta

sumber-sumber yang mendukung untuk belajarnya.5

Masalah belajar adalah masalah pengaturan diri, karenanya siswa

membutuhkan pengaturan diri (self-regulated learning) atau (SLR). Pengaturan diri

(SLR) dibutuhkan siswa agar mereka mampu mengatur dan mengarahkan dirinya

sendiri, mampu menyesuaikan dan mengendalikan diri, terutama bila menghadapi

tugas-tugas yang sulit. Bandura mendefinisikan self-regulated learning sebagai suatu

keadaan dimana individu yang belajar sebagai pengendali aktivitas belajarnya sendiri,

5

(15)

4

memonitor motivasi dan tujuan akademik, mengelola sumber daya manusia dan

benda, serta menjadi perilaku dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksana

dalam proses belajar.6 Lebih lanjut Zimmerman mendefinisikan self-regulated learning sebagai kemampuan belajar untuk berpartisipasi aktif dalam proses

belajarnya, baik secara metakognitif, secara motivasional dan secara Behavioral.7 Menurut Boekaerts, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

mahasiswa untuk mencapai prestasi yang optimal, yaitu inteligensi, kepribadian,

lingkungan kampus, dan lingkungan rumah. Salah satu faktor yang turut

mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam mencapai prestasi optimal yaitu

self-regulation (SR).8 Mahasiswa yang memiliki tingkat inteligensi yang baik, kepribadian, lingkungan rumah dan kampus yang mendukung, perlu ditunjang

dengan kemampuan SR untuk mencapai prestasi optimal.

Bandura, Zimmerman, dan Martinez-Pons berpendapat bahwa individu yang

mengatur diri mereka dalam belajar dan meyakini bahwa ia mampu mengatasi

bahan-bahan akademik akan memiliki kesuksesan dan prestasi belajar yang tinggi

dibandingkan dengan individu yang tidak percaya akan kemampuan dirinya. 9 Usaha

6

Siti Suminarti Fasikhah dan Siti Fatimah,Self-Regulated Learning (Srl) Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa,Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan . Vol. 01, No.01, Januari 2013, Januari 2013, hal.144.

7

Siti Suminarti Fasikhah dan Siti Fatimah,Self-Regulated Learning (Srl) Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa,Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan . Vol. 01, No.01, Januari 2013, Januari 2013, hal.144.

8

Carver, C.S & Scheier., M. F., On the structure of behavioral self-regulation. Dalam M. Boekaerts, P. R. Pintrinch & M. Zeidner (Ed). Handbook Of Self-Reguation (San Diego: Academic Press, 2000), hal. 46.

9 Yulinawati, Irma., dkk. Self-Regulated Learning Mahasiswa Fast Track.

(16)

5

individu untuk mencapai tujuan belajar dengan mengaktifkan dan mempertahankan

pikiran, emosi dan perilaku disebut self-regulated learning (SRL).

Regulasi diri dipengaruhi oleh banyak hal. Dari faktor internal, regulasi diri

dipengaruhi oleh pengetahuan, motivasi dan volition. Dari faktor eksternal, regulasi

diri dipengaruhi oleh kondisi lingkungan berupa ada tidaknya kesempatan

untuk meregulasi diri dan ketersediaan sumber belajar; faktor sosial berupa hubungan

sosial yang mempengaruhi tujuan, usaha dan pengawasan, faktor perkembangan di

mana disebutkan bahwa kemampuan regulasi diri merupakan hasil dari

perkembangan kemampuan kognitif dan kemampuan representasional, yang

dipengaruhi oleh adanya bimbingan dari orangtua atau agen sosialisasi lainnya dan

dipengaruhi oleh tugas perkembangan individu, faktor budaya lewat temuan adanya

perbedaan proses regulasi antara masyarakat Barat yang individualistik dengan

masyarakat Timur yang kolektivistik dan faktor agama.

Menurut Santrock siswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning

menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu dan

meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu

kegiatan pembelajaran, memantau secara periodik kemajuan target belajar,

mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan sehingga menunjang dalam

(17)

6

oleh mahasiswa, agar memiliki tanggung jawab yang besar terhadap diri dan perilaku

demi tercapainya tujuan yang telah ditargetkan.10

Namun di dalam penelitian saya ini, lebih mengarah pada bimbingan

konseling karir dengan terapi REBT untuk mewujudkan self regulated learning

mahasiswa broken home. Peneliti mengambil judul ini karena tertarik dengan

permasalahan yang ada pada diri konseli tersebut. Konseli adalah salah satu kakak

kelas peneliti ketika berada di pondok, konseli juga salah satu tetangga peneliti,

hanya saja beda desa. Dulu ketika masih berada di pondok, peneliti mengenal bahwa

konseli ini sangat rajin dalam hal ibadah, begitupun dalam belajarnya. Konseli juga

sangat taat pada peraturan yang ada di pondok. Setelah lulus dari pondok, peneliti

melihat ada beberapa perubahan dalam diri konseli. Dan tanpa peneliti mencari tahu

alasannya, ternyata peneliti mendengar kabar bahwa orang tuanya pisah (cerai).

Setelah perceraian itulah konseli menjadi berubah, bahkan sangat jauh berbeda ketika

berada di pondok. Bahkan berani melepas jilbab, ibadahnyapun tidak terkontrol,

sering keluar kesana kemari dengan teman-temannya dan peneliti melihat bahwa

konseli mengalami masalah dalam Self Regulated Learning (pengelolaan diri dalam

belajar). Konseli merasa kurang ada motivasi dari keluarga.

Kesimpulannya, Peneliti ingin mengulas lebih dalam tentang “Bimbingan

Konseling Karir dengan Terapi REBT untuk Meningkatkan Self Regulated Learning

10

(18)

7

seorang Mahasiswa Broken home”. Agar konseli ini dapat menemukan arah dalam

belajarnya dan segera menyelesaikan pendidikannya di Universitas.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan yang Peneliti ambil adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Karir dengan Terapi REBT untuk

Mewujudkan Self Regulated Learning seorang Mahasiswa Broken home?

2. Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Karir dengan Terapi REBT untuk

Mewujudkan Self Regulated Learning seorang Mahasiswa Broken home?

C. TUJUAN PENELITIAN

Begitupun dengan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang proses Bimbingan Konseling Karir

dengan Terapi REBT untuk Mewujudkan Self Regulated Learning seorang

Mahasiswa Broken home.

2. Untuk mengetahui hasil Bimbingan Konseling Karir dengan Terapi REBT untuk

Mewujudkan Self Regulated Learning seorang Mahasiswa Broken home.

D. MANFAAT PENELITIAN

Setelah Peneliti meneliti kasus ini, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat

(19)

8

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian teoritis dari penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan dan dapat digunakan sebagai pedoman di dalam melakukan

penelitian secara lebih lanjut, terutama dalam mengkaji bagaimana self regulated

learning yang dimiliki oleh seorang mahasiswa broken home.

2. Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi para

mahasiswa agar tetap memiliki self regulated learning agar dapat mengatur dan

mengelola dirinya dengan baik sehingga mendapatkan prestasi yang

membanggakan. Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai bagaimana

bimbingan konseling karir dalam mewujudkan self regulated learning yang

dimiliki oleh seorang mahasiswa broken home.

E. DEFINISI KONSEP

1. Bimbingan karir

Menurut Winkel, bimbingan karir merupakan bantuan dalam mempersiapkan

diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan

(20)

9

dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang

sudah dimasuki.11

Selain itu, bimbingan karir juga didefinisikan sebagai suatu proses membantu

seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan

gambaran tentang dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan gambaran diri

tersebut dengan dunia kerja itu untuk pada akhirnya dapat memilih bidang

pekejaan, memasukinya dan membina karir dalam bidang tersebut.12

Dari dua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan karir

merupakan suatu bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu,

(siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya,

memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja.

2. Konseling

Menurut Burks dan Stefflre, konseling merupakan hubungan professional

antara konselor terlatih dengan konseli. Rogers, mendefinisikan konseling sebagai

hubungan yang membantu (helping relationship).

Menurut Cavanagh, konseling merupakan hubungan antara helper (orang

yang memberikan bantuan) yang telah mendapatkan pelatihan dengan orang yang

mencari bantuan helpee (orang yang mendapat bantuan) yang didasari oleh

katrampilan helper dan atmosfer yang diciptakan untuk membantu helpee belajar

11

Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 1991), hal. 124.

12

(21)

10

membangun relasi dengan dirinya dan orang lain dengan cara yang produktif

(growth-producing).13 3. Karir

Karir adalah perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan,

jabatan, dan sebagainya.14 Menurut Prof. Edgar H. Schein dalam artikelnya yang berjudul Career development: theoretical and practical issues for organizations

yang dirangkum dalam buku Career planning and development, ILO, Geneva,

(1976) mengemukakan bahwa karir adalah suatu pandangan mengenai tingkat

kemajuan yang terbatas pada tingginya gaji/upah yang telah membudaya.15 Sedangkan menurut Donald E. Super seperti yang dikutip Dewa Ketut Sukardi,

karir adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang

mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja.16

Dari beberapa pengertian tentang karir yang telah dikemukakan di atas, dapat

diartikan bahwa karir adalah suatu status dalam jenjang pekerjaan atau jabatan

sebagai sumber nafkah apakah itu berupa mata pencaharian utama ataupun mata

pencaharian sampingan. Dengan memahami pengertian karir di atas, diharapkan

agar para siswa dapat memperoleh gambaran tentang berbagai jenis pekerjaan,

jabatan atau karir dimasyarakat yang dapat dimasukinya. Diharapkan juga agar

13

Gantina Komalasari. Teori dan Teknik Konseling (Jakarta: PT. INDEKS, 2011), hal. 7-8. 14

Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika, 1997), hal. 284. 15

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989), hal. 16.

16

(22)

11

siswa mengetahui tentang jenis-jenis kemampuan atau keterampilan yang dituntut

untuk masing-masing pekerjaan, jabatan atau karir serta latihan yang diadakan

untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan tersebut. Selain itu,

dengan memahami karir siswa dapat mengetahui dan dapat menerapkan cara yang

perlu di tempuh dalam memilih pekerjaan yang cocok, memperoleh pekerjaan

yang telah dipilihnya, dan mendapatkan kemudahan-kemudahan untuk

memperoleh bantuan modal dan lain-lain.17

Dapat diambil kesimpulan bahwa Bimbingan Konseling Karir merupakan

suatu bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu, (siswa/remaja) oleh

konselor kepada konseli atau yang memberikan bantuan kepada yang

membutuhkan bantuan, agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya,

memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja.

4. Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy

Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan

Behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah

laku dan pikiran. Pendekatan ini dikembangkan oleh Albert Ellis melalui

beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa

individu memiliki tendensi untuk berfikir rasional yang salah satunya didapat

melalui belajar sosial. Di samping itu individu juga memiliki kapasitas untuk

belajar kembali untuk berfikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak

17

(23)

12

individu mengubah pikiran-pikiran irrasionalnya ke pikiran rasional melalui teori

A-B-C.18

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Pendekatan Rasional Emotive

Behavior Therapy karena di dalamnya terdapat tiga fokus terapi sekaligus, yakni

pemikiran, emosi dan perilaku yang mana terapi ini dirasa sangat cocok

diterapkan kepada konseli.

5. Self Regulated Learning

Pengelolaan diri bila dalam bahasa Inggris adalah self regulation. Self

artinya diri dan regulation adalah terkelola. Pengelolaan diri merupakan salah

satu komponen penting dalam teori kognitif sosial (social cognitive theory).

Albert Bandura adalah orang yang pertama kali memublikasikan teori belajar

sosial pada awal 1960-an. Pada perkembangannya kemudian diganti namanya

menjadi teori kognitif sosial pada 1986 dalam bukunya berjudul Social

Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. Konsep tentang

pengelolaan diri ini menyatakan bahwa individu tidak dapat secara efektif

beradaptasi terhadap lingkungannya selama mampu membuat kemampuan kontrol

pada proses psikologi dan perilakunya.

Bandura mendefinisikan self-regulated learning sebagai suatu keadaan

dimana individu yang belajar sebagai pengendali aktivitas belajarnya sendiri,

memonitor motivasi dan tujuan akademik, mengelola sumber daya manusia dan

18

(24)

13

benda, serta menjadi perilaku dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksana

dalam proses belajar. 19

Lebih lanjut Zimmerman mendefinisikan self-regulated learning sebagai

kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajarnya, baik secara

metakognitif, secara motivasional dan secara Behavioral.20 Secara metakognitif, individu yang meregulasi diri merencanakan, mengorganisasi, mengintruksi diri,

memonitor dan mengevaluasi dirinya dalam proses belajar. Secara motivasional,

individu yang belajar merasa bahwa dirinya kompeten, memiliki keyakinam diri

(self-efficacy) dan memiliki kemandirian. Sedangkan secara Behavioral, individu

yang belajar menyeleksi, menyusun, dan menata lingkungan agar lebih optimal

dalam belajar.21

F. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Sedangkan jenis

penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

19

Alfina . Hubungan Self-Regulated Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Akselerasi (SMA Negeri 1 Samarinda), eJournal Psikologi. Vol. 2, no. 2 tahun 2014, hal. 229.

20

Irma Alfina . Hubungan Self-Regulated Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Akselerasi (SMA Negeri 1 Samarinda), eJournal Psikologi. Vol. 2, no. 2 tahun 2014, hal. 229.

21

(25)

14

dan perilaku yang dapat diamati.22 Penelitian kualitatif berusaha memahami persoalan secara keseluruhan (holistik) dan dapat mengungkapkan rahasia dan

makna tertentu. Penelitian kualitatif memusatkan perhatiannya pada

prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam

kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya

dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk

memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku.23 2. Subyek dan Tempat Penelitian

a. Subyek : Seorang Mahasiswa Universitas Ronggolawe Tuban.

b. Tempat Penelitian : Gesikharjo Kec. Palang, Kab. Tuban.

3. Tahap-tahap penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian menurut buku metodologi penelitian

kualitatif adalah:

a. Tahap pra lapangan

1) Menyusun rencana penelitian

Dalam hal ini peneliti akan memahami Bimbingan Konseling Karir

dengan Terapi REBT untuk Mewujudkan Self Regulted Learning seorang

Mahasiswa Broken home di salah satu Universitas Ronggolawe Tuban.

Setelah mengetahui maka peneliti membuat latar belakang masalah, rumusan

22

Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), hal. 18. 23

(26)

15

masalah, tujuan penelitian, definisi konsep dan membuat rancangan data-data

yang peneliti perlukan.

2) Memilih lapangan penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian pada salah satu

mahasiswa Universitas Ronggolawe Tuban.

3) Mengurus perizinan

Peneliti membuat surat izin, dan diberikan langsung kepada subyek

(seorang Mahasiswa Universitas Ronggolawe Tuban) atau kepada

keluarganya, sebagai bentuk perjanjian bahwa tidak ada keterpaksaan dalam

penelitian, setelah itu peneliti membawa surat tersebut ke Balai Desa untuk

menyatakan bahwa Peneliti benar-benar mengadakan penilitian salah satu

konseli yang berada di Desa tersebut.

4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

Peneliti akan mengenali keadaan yang sesuai dengan keadaan di

lapangan serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan di lapangan,

kemudian peneliti mulai mengumpulkan data yang ada di lapangan.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi serta latar belakang kasus tersebut.

Informan dalam penelitian ini adalah konseli itu sendiri, ibu konseli, teman

(27)

16

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, pedoman

wawancara, alat tulis, map, buku, perlengkapan fisik, izin penelitian, dan

semua yang berhubungan dengan penelitian dengan tujuan untuk

mendapatkan deskripsi data lapangan.

7) Persoalan etika penelitian

Etika penelitian pada dasarnya yang menyangkut hubungan baik

antara peneliti dengan subyek penelitian, baik secara perorangan maupun

kelompok. Maka peneliti harus mampu memahami kebudayaan, adat istiadat

ataupun bahasa yang di gunakan, kemudian ”untuk sementara” peneliti

menerima seluruh nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat.24 Terutama di dalam lingkungan masyarakat subyek penelitian.

b. Tahap lapangan

1) Memahami latar penelitian

Sebelum peneliti memasuki lingkungan subyek penelitian, peneliti

perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Disamping itu perlu

mempersiapkan diri baik secara fisik maupu secara mental.

24

(28)

17

2) Memasuki lapangan

Saat memasuki lapangan peneliti akan menjalin hubungan yang baik

dengan subyek penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti untuk

mendapatkan data.

3) Berperan serta dalam mengumpulkan data

Dalam tahap ini peneliti harus memulai memperhitungkan batas

waktu, tenaga ataupun biaya. Disamping itu juga mencatat data yang telah

didapat di lapangan yang kemudian analisis di lapangan.

4) Tahap analisis data

Suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar. Peneliti menganalisis data yang dilakukan

dalam suatu proses yang berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak

pengumpulan data yang dilakukan dan dikerjakan secara intensif. Kemudian

menghasilkan tema dan hipotesis yang sesuai dengan kenyataan.

4. Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber utama atau

sumber data primer yakni tentang permasalahan dari konseli saya yang pada kasus

ini Peneliti ingin mewujudkan Self Regulated Learning pada mahasiswa broken

home. Sumber data primer adalah subyek penelitian yang dijadikan sebagai

(29)

18

pengambilan data secara langsung25 atau yang dikenal dengan istilah interview (wawancara), dalam hal ini Peneliti mengambil data dari salah satu saudara

konseli. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain

yang ada kaitannya dengan objek penelitian, data ini berkaitan dengan masalah

konseli. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak berhubungan

secara langsung dengan objek penelitian, akan tetapi memiliki informasi yang

berkaitan dengan objek penelitian, dan Peneliti mengambil informan ini dari salah

satu tetangga konseli.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer terdiri dari subyek

penelitian yakni seorang mahasiswa Universitas Ronggolawe Tuban dan

keluarganya yakni ibu dan salah satu saudara dekatnya . Data yang digali dari

sumber tersebut merupakan data pokok atau data primer. Penggalian data juga

diambil dari sumber data sekunder yang berupa literatur atau bacaan yang relevan

serta dokumen lain yang tidak menggambarkan permasalah secara langsung

namun masih terkait dengan bimbingan konseling karir dengan terapi REBT

untuk meningkatkan self regulated learning, hal ini meliputi lingkungan

masyarakat, teman sebayanya atau orang-orang yang memiliki data tentang

subyek penelitian.

5. Teknik pengumpulan data

Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mengadakan penelitian

adalah menentukan teknik yang akan digunakan dalam mengumpulkan data,

25

(30)

19

harus diperlihatkan cara dan hakekat pemakaian metode pengumpulan datanya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.26 Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui 3 (tiga) cara yaitu, melalui observasi,

wawancara dan dokumetansi yang dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut:

a) Pada tahap awal dilakukan observasi, yaitu melakukan pengamatan secara

sistematis dan terencana untuk memperoleh data yang valid tentang kebiasaan

belajar konseli. Dalam hal ini selain peneliti melakukan pengamatan pada

aktivitas yang terjadi pada subyek penelitian (Mahasiswa Ronggolawe Tuban)

secara umum, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap lingkungan

subyek dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan di lingkungan kampusnya.

b) Pada tahap selanjutnya, dilakukan wawancara secara intensif dan mendalam

terhadap para informan, dengan cara wawancara yang tidak terstruktur dengan

menggunakan panduan yang memuat garis besar lingkup penelitian, dan

dikembangkan dengan bebas selama wawancara berlangsung akan tetapi tetap

pada sebatas ruang lingkup penelitian, dengan tujuan agar tidak kaku dalam

memperoleh informasi dengan mempersiapkan terlebih dahulu gambaran

26

(31)

20

umum pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.Wawancara mendalam

secara umum merupakan suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara dimana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.27

Peneliti mengamati kenyataan dan mengajukan pertanyaan dalam

wawancara yang berkaitan dengan masalah konseli hingga berkembang secara

wajar berdasarkan ucapan dan buah pikiran yang dicetuskan oleh orang yang

diwawancarai.28 Maksud dalam penelitian ini Peneliti memaparkan data hasil penelitian di lapangan yakni tentang Bimbingan Konseling Karir dengan

Terapi REBT untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Seorang

Mahasiswa Broken home.

c) Studi dokumen, yaitu meneliti berbagai dokumen serta bahan-bahan yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berupa

tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan

semacamnya. Dokumen yang berbentuk gambar dapat berupa foto, gambar

hidup, sketsa dan lain-lain. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya

27

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 108

28

(32)

21

misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.29 Data ini seperti halnya kegiatan apa saja yang diikuti di kampusnya, jadwal

keseharian dan juga jadwal kegiatan di kampus, atau sebuah karya konseli

yang mana itu menjadi salah satu kreatifitas konseli tersebut.

6. Teknik analisis data

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat studi kasus,

maka penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Adapun yang

dimaksud dengan metode kualitatif adalah cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau

lisan dan perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh.

Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban

atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.30

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Analisis data ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus. Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

29

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), hal. 82 30

(33)

22

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok,

memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data

dilakukan secara kontinyu, dalam mereduksi data setiap peneliti akan dipandu

oleh tujuan yang akan dicapai. Reduksi data memerlukan kecerdasan dan

keluasan wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru dalam

melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang

dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut, maka wawasan peneliti akan

berkembang sehingga dapat mereduksi data yang memiliki nilai temuan dan

pengembangan teori yang signifikan.31 Dalam penelitian ini, data yang hasilkan terlebih dahulu dikelompokkan sesuai dengan temanya yang

kemudian dipilih mana data digunakan dalam laporan penelitian dan mana

data yang tidak digunakan.

b. Penyajian Data

Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam

bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori. Menyajikan data

yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini

dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

31

(34)

23

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.32 Dalam penelitian ini, setelah data direduksi maka selanjutnya data tersebut diolah dalam bentuk narasi

sehingga mudah untuk dilakukan analisis terkait dengan permasalahan yang di

lapangan.

c. Verifikasi

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi

atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi jelas.33 7. Teknik keabsahan data

Keabsahan data merupakan tingkat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Data yang valid

adalah data yang tidak terdapat perbedaan antara data yang dilaporkan peneliti

dengan kenyataan yang terjadi pada objek di lapangan. Akan tetapi, perlu

32

Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/ Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal. 258.

33

(35)

24

diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak

bersifat tunggal, tetapi bersifat jamak dan tergantung pada konstruksi manusia.34 Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan valid terhadap data yang

telah terkumpul, maka Peneliti menggunakan teknik triangulation, yaitu

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Sebagai

perbandingan triangulasi ini digunakan dengan cara membandingkan dan

mengecek derajat balik kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam metode penelitian, hal ini bisa membandingkan data

hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara

dengan suatu dokumen yang berkaitan, atau juga membandingkan hasil

wawancara dari 2-3 informan yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, kriteria

utama yang menunjukkan keabsahan sebuah hasil penilitian adalah, valid, reliabel

dan obyektif.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Laporan penelitian ini dibahas dalam lima bab, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHLUAN

Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi tentang gambaran umum yang

memuat pola dasar Penelitian skripsi ini yaitu latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan metode penelitian

34

(36)

25

yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, tahap-tahap

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta

teknik keabsahan data, dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Bab dua membahas tentang kajian teoretik yang meliputi pengertian bimbingan

konseling karir, tujuan bimbingan konseling karir, fungsi bimbingan konseling karir,

penyelenggaraan bimbingan konseling karir, membahas tentang teori-teori yang

mendasari bimbingan konseling karir, pengertian REBT, kekuatan dan kelemahan

REBT, teknik-teknik teori REBT, dan pengertian Self Regulated Learning (SLR).

BAB III : PENYAJIAN DATA

Bab tiga membahas tentang gambaran umum pada subyek penelitian, yakni

mahasiswa Universitas Ronggolawe Tuban, yang mana peneliti akan mengulas

tentang permasalahan seorang mahasiswa broken home yang mengalami masalah

dalam pengelolaan dirinya. seperti dalam hal kondisi dirinya, keluarga dan

lingkungannya, maupun teman sebayanya.

BAB IV : ANALISA DATA

Bab empat mambahas tentang analisa bimbingan konseling karir dengan terapi

REBT untuk mewujudtkan Self Regulated Learning seorang mahasiswa broken home.

BAB V : PENUTUP

Bab lima membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik

1. Bimbingan dan Konseling Karir a. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang, laki-laki atau

perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan

baik kepada individu-individu setiap usai untuk membantunya mengatur

kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri.

Sedangkan konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa

latin, yaitu “cosilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai

dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo

-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”

atau “menyampaikan”.1

b. Pengertian Konseling

Konseling dikenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam

dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada

pihak lain. Istilah penyuluhan sebagai padanan kata konseling bisa diterima

secara luas, tetapi dalam pembahasan ini, konseling tidak dimaksudkan dalam

1

(38)

27

pengertian tadi. Konseling sebagai cbang ilmu dan praktik pemberian bantuan

kepada individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan

dengan konsep yang dikembangkan dalam lingkup profesinya.

Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil

dari bahasa latin yaitu Counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”.

Pengertian “ berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan

konselor dengan seorang atau beberapa klien. Dengan demikian Counselium

berarti “people coming together to gain an understanding of problem that

beset them were evident”, demikian ditulis Barut dan Robinson, dalam

bukunya An Introduction to The Counseling Profession menjelaskan secara

singkat.2

Carl Rogers, seorang psikolog Humanistik terkemuka, berpandangan

bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan

untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Rogers menegaskan

pengertian konseling sebagai:

The process by wich structure of the self is relaxed in the safety of

relationship with the therapist, and previously denied experience are

perceived and then integrated in to an altered self”.

2

(39)

28

Pada intinya Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan system

self klien sebagai tujuan konseling akibat dari stuktur hubungan konselor

dengan kliennya.3

Salah satu faktor yang pengaruhnya besar terhadap proses konseling

sehingga mempengaruhi hasilnya adalah tempat dilakukannya konseling itu.

Meskipun dalam konseling yang penting adalah kualitas dan intensitas

hubungan konselor dan klien, namun masalah tempat yang menimbulkan

suasana tersendiri harus tetap diperhatikan.

Pentingnya tempat sebagai lingkungan fisik untuk konseling,

dikemukakan oleh Benjamin yang menekankan perlunya ruangan yang

nyaman dan menarik, sehingga memungkinkan menciptakan suasana hangat,

sikap ramah dan suasana yang tidak menegangkan.4

Pengaturan perabotan tidak perlu terlalu rapi, karena keadaan seperti

itu justru bisa mengesankan suasana santai, tidak terlalu formal, demikian

juga dengan cahaya lampu yang tidak langsung menyoroti masing-masing

pribadi serta warna yang cerah. Posisi tempat duduk harus diatur sedemikian

rupa sehingga klien tidak merasa terancam atau terganggu oleh konselor

sendiri. Hal lain ialah mengenai meja yang satu pihak bisa menimbulkan rasa

aman pada klien, namun dipihak lain juga bisa menjadi penghalang untuk

berkomunikasi.

3

Latipun. Psikologi Konseling (Malang: UMM Press, 2015), hal. 3. 4

(40)

29

c. Pengertian Karir

Untuk mendapatkan gambaran yang cukup memadai tentang

pengertian dan bimbingan karir, maka dalam bagian ini terlebih dahulu akan

disinggung apakah yang dimaksud dengan karir itu sebenarnya, sebagai bahan

orientasi dalam memahami Bimbingan Karir pada umumnya dan pendidikan

karir pada khususnya.

Prof. Edgar H. Schein, dalam artikelnya yang berjudul Career

Development: Theoretical and Partical Issues for Organizations yang

dirangkum dalam buku Career Planing and Development, ILO, Geneva,

mengemukakan:5

The idea of stages or steps in a progression to words culturally defined higher

reward is the essence of the definition of “ Career”. Typically, we have

associated the concept of Career with the professions like law, medicine,

teaching, government service, engineering, etc., but the concept should be

applicable just as well to other kind of occupations, event the lower prestige

occupation.

Pendapat tentang karir menurut Schein di atas diartikan sebagai suatu

pandangan yang telah membudaya mengenai tingkat kemajuan yang terbatas pada

tingginya gaji atau upah adalah inti dari pengertian karir. Ciri-ciri yang dimiliki

berkaitan dengan pengertian karir tersebut adalah dengan profesi: hukum, kedokteran,

5

(41)

30

guru, ahli mesin, tetapi pengertian yang lebih tepat dapat dipergunakan terutama

dengan berbagai macam yang tidak memandang pada pekerrjaan yang mempunyai

kedudukan atau pengaruh yang lebih rendah.

David Tiedeman, dalam bukunya yang berjudul: can a machine develop a

career?, mengemukakan tentang pengertian karir sebagai:6

… career is like motion, a time-extended working out of self.

Karir menurut pendapat H.L. Wilensky diartikan sebagai riwayat pekerjaan

yang teratur dimana dalam setiap pekerjaan yang ditekuni itu adalah merupakan

sebagai suatu persiapan untuk selanjutnya atau masa depannya.

Dari berbagai pengertian tentang karir yang telah dikemukakan di atas

dapatlah diartikan sebgaia suatu status dalam jenjang pekerjaan atau jabatan sebagai

sumber nafkah apakah itu berupa mata pencaharian utama (pokok) ataupun mata

pencaharian sambilan.

Setelah diperoleh pemahaman tentang berbagai pengertian atau batasan karir

seperti telah diuraikan dimuka, maka di bawah ini secara berturut-turut akan

dikemukakan tentang bimbingan karir.

Pengertian Bimbingan Karir sebagaimana yang diungkapkan di atas adalah

ditinjau dari sudut fungsi dan peranannya. Bimbingan Karir adalah merupakan suatu

bentuk bantuan layanan yang bidang geraknya diperluas dan sekaligus menyentuh

6

(42)

31

kesehatan mental suatu masyarakat yang sedang berkembang untuk mencari

identitasnya.

Istilah bimbingan karir dimasa-masa lampau seringkali diartikan sebagai

Vocational Guidance atau bimbingan jabatan. Sedangkan kalau disimak lebih

mendalam, pengertian Bimbingan Karir dengan Bimbingan Jabatan mempunyai

makna yang jauh berbeda serta memiliki ruang lingkup yang berbeda pula.

Bimbingan Karir lebih menitik beratkan pada perencanaan kehidupan, yang

terlebih dahulu haruslah mempertimbangkan potensi-potensi diri yang dimilikinya

serta lingkungan sekitar agar mereka memperoleh dan memiliki pandangan yang

cukup luas dari pengaruh terhadap berbagai peranan positif yang layak

dilaksanakannya dalam masyarakat. Sedangkan Bimbingan Jabatan atau Bimbingan

Vocational lebih menekankan pada bentuk layanan yang berpusat pemberian

informasi.

Menurut pengertian Donald E. Super ini, Bimbingan Karir memiliki beberapa

cirri-ciri diantaranya:

1. Bimbingan Karir adalah merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

membantu individu menumbuhkan gambaran dirinya.

2. Bimbingan Karir adalah suatu bantuan layanan untuk membantu individu

menumbuhkan dan menerima peranan yang dilakukannya dalam dunia kerja.

3. Bimbingan Karir adalah suatu bentuk layanan bimbingan yang bertujuan

membantu individu memperoleh kesempatan untuk mencoba dan memilih

(43)

32

4. Bimbingan Karir adalah suatu bentuk layanan bimbingan yang bertujuan

untuk membantu individu memperoleh gambaran dirinya dalam dunia kerja.7

d. Tujuan bimbingan konseling karir

1. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya

sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan di akhirat.

2. Tujuan khususnya adalah:

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

b) Membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan dan

kondisi yang baik atau yang baik tetap baik, sehingga tidak akan

menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. 8

e. Fungsi dan Peran Bimbingan Konseling Karir

1) Pemahaman

Yaitu membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya

dan lingkungannya.

7

Dewa Ketut Sukardi., Bimbingan Karir di sekolah-sekolah. (Jakarta: CV. Ghalia Indonesia, 1989), hal. 22.

8

(44)

33

2) Preventif

Yaitu upaya konselor untuk mengantisipasi berbagai masalah yang

mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak terjadi

pada diri klien.

3) Pengembangan

Yaitu konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan yang

kondusif. Konselor membimbing klien pada proses pengembangan

potensi dirinya.

4) Perbaikan (kuratif)

Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat penyembuhan. Fungsi ini

berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada klien yang telah

mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, keluarga

maupun karir.

5) Penyesuaian

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar dapat

menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap kehidupan

sosialnya.9

9

(45)

34

f. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Karir

1) Konselor

Konselor atau pembimbing merupakan seseorang yang mempunyai

wewenang untuk memberikan bimbingan kepada orang lain yang sedang

menghadapi kesulitan atau masalah yang tidak bisa diatasi tanpa bantuan

orang lain. Persyaratan menjadi konselor antara lain:

a) Kemampuan profesional

b) Sifat kepribadian yang baik

c) Kemampuan kemasyarakatan (Ukhuwah Islamiyah)

d) Ketakwaan kepada Allah.

2) Klien

Individu yang mengalami masalah yang diberi bantuan oleh seorang

konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain, namun

keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya sangat

ditentukan oleh pribadi klien itu sendiri.10

3) Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Hal yang

semacam itu perlu untuk ditangani atau dipecahkan oleh konselor

bersama klien.

10

Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah

(46)

35

Menurut WS. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan konseling di

sekolah menengah”, masalah adalah sesuatu yang menghambat,

merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha untuk mencapai tujuan.11

Adapun macam-macam masalah yang dihadapi manusia sangatlah

kompleks, diantaranya problem dalam bidang pernikahan dan keluarga,

problem dalam bidang pendidikan, problem dalam bidang sosial

(kemasyarakatan), problem dalam bidang pekerjaan (jabatan), problem

dalam bidang keagamaan.

g. Asas-asas Bimbingan dan Konseling

1) Asas Kebahagian Dunia dan Akhirat

Yaitu membantu konseli mencapai kebahagiaan hidup yang

senantiasa didambakan setiap muslim.

2) Asas Fitrah

Bimbingan dan Konseling Islam merupakan bantuan kepada konseli

untuk menganal, memahami, dan menghayati fitrahnya sehingga segala

gerak, tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrah tersebut.

3) Asas Lillahita’ala

Bimbingan dan Konseling Islam diselenggarakan semata-mata

karena Allah SWT.

11

(47)

36

4) Asas Bimbingan Seumur Hidup

Bimbingan dan Konseling Islam diperlukan selama hayat masih

dikandung badan.

5) Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani

Bimbingan dan Konseling Islam memperlakukan konseli sebagai

makhluk jasmaniah dan rohaniah, tidak memandangnya sebagai makhluk

biologis semata atau makhluk rohani semata.

6) Asas Keseimbangan Rohaniyah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan berfikir,

merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu. Bimbingan

dan Konseling Islam menyadari keadaan kodrati manusia dan berupaya

menyeimbangkan unsur-unsur rohani manusia.

7) Asas Kemaujudan Individu

Bimbingan dan Konseling Islam berlangsung pada citra manusia

menurut Islam, memandang seorang individu merupakan suatu

eksistensial sendiri.

8) Asas Sosialita Manusia

Sosialitas diakui dengan memperhatikan hak individu, hak individu

juga diakui sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

9) Asas Kekhalifaan Manusia

Dalam Islam manusia diberi kedudukan yang tinggi sekaligus

(48)

37

Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem,

sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidak

seimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat manusia itu sendiri.

10)Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah

Bimbingan dan Konseling Islam membentuk konseli untuk

memelihara, mengembangkan, serta menyempurnakan sifat-sifat yang

baik.

11)Asas Kasih Sayang

Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan landasan kasih

sayang, sebab dengan kasih sayanglah Bimbingan dan Konseling Islam

akan berhasil.

12)Asas Saling Menghargai dan Menghormati

Dalam Bimbingan dan Konseling Islam kedudukan pembimbing

dengan yang dibimbing pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya

terletak pada fungsinya saja yakni pihak yang satu memberikan bantuan

dan yang satu menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak

pembimbing dan yang dibimbing merupakan hubungan yang saling

menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk

(49)

38

13)Asas Keahlian

Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan oleh orang-orang yang

memang memiliki kemampuan dan keahlian di bidangnya.12

h. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling

1) Identifikasi Masalah

Langkah pertama ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari

berbagai macam sumber yang berfungsi untuk mengetahui kasus beserta

gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini konselor mencatat kasus

yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus yang mana yang akan

mendapat bantuan terlebih dahulu.

2) Diagnosis

Langkah diagnosis adalah langkah untuk menetapkan masalah yang

dihadapi konseli beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan

yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus

dengan menggunakan berbagai tekhnik pengumpulan data, setelah data

terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar

belakangnya.13

12

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1983), hal 21-35.

13

(50)

39

3) Prognosis

Langkah prognosis merupakan langkah untuk menetapkan jenis

bantuan atau terapi yang akan digunakan dalam membantu konseli

menangani masalahnya berdasarkan diagnosis.

4) Terapi atau Treatment

Dalam hal ini konselor dan konseli bersama-sama melakukan proses

terapi guna meringankan beban masalah yang konseli hadapi, terutama

tentang keputusan yang diambilnya.

5) Evaluasi atau Follow Up

Setelah konseli dan konselor bersama-sama melakukan proses terapi

mencari dan menemukan solusi yang terbaik bagi masalah konseli, maka

kemudian masuk kepada tahap berikutnya yaitu tahap evaluasi. Evaluasi

adalah penilaian terhadap alternatif atau putusan yang diambil oleh konseli

baik dari segi kelebihan maupun segi kekurangan. Tahap ini juga

merupakan tindak lanjut yang berguna untuk mengetahui tingkat

keberhasilan konseling yang telah berlangsung, pada tahap ini konselor

juga mengamati dan memantau klien agar jangan sampai kembali ke

masalahnya atau menambah masalah yang lain.14

Dalam menindak lanjuti masalah ini konselor melakukan home visit

sebagai upaya dalam melakukan peninjauan lebih lanjut tentang

14

(51)

40

perkembangan atau perubahan yang di alami oleh konseli setelah

konseling dilakukan. Disini dapat di ketahui bahwa terdapat perkembangan

atau perubahan pada diri konseli yaitu :

1) Konseli sudah bisa membuat ibunya senang karena ada perubahan dari

anaknya.

2) Konseli dapat konsisten membuat jadwal atau target.

3) Konseli sudah mulai menjalankan kegiatannya sesuai target dan tidak

membuang-buang waktu.

4) Konseli mampu mengoptimalkan hari-harinya dengan jadwal yang

ditulisnya.

5) Konseli mampu merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik lagi,

seperti halnya mengurangi jalan-jalan dan bermain dengan geng

vespanya.

2. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

a. Pengertian REBT

Albert Ellis adalah peletak dasar Konseling Rasional Emotif Behavior

atau lebih tepatnya disebut Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT).

Adalah klinisi yang memulai mengembangkan teorinya sejak 1955. Dia

menyusun REBT berdasarkan hasil pengamatannya bahwa banyak anak yang

tidak mencapai kemajuan karena dia tidak memiliki pemahaman yang tepat

(52)

41

REBT memiliki berbagai macam nama, yaitu Rational Therapy,

Rational Emotive Therapy, Semantic Therapy, Cognitive Behavior Therapy,

dan Rational Behavior Training. REBT ini dalam teori-teori konseling dan

psikoterapi dikelompokkan sebagai terapi kognitif-behavior.

Ellis berpendapat bahwa REBT merupakan terapi yang sangat

komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan

emosi, kognisi dan perilaku. Dia termasuk ahli terapi yang berseberangan

dengan penganut humanistik.15

1) Teori Kepribadian

Menurut Ellis, ada tiga hal yang terkait dengan perilaku, yaitu

antecedent event (A), belive (B), emotional consequence (C), yang

kemudian dikenal dengan konsep A-B-C.

Antecedent Event (A) merupakan peristiwa pendahulu yang berupa

fakta, peristiwa, perilaku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga,

kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan dapat

merupakan antecedent event bagi seseorang. Prinsipnya segenap peristiwa

luar yang dialami atau memapar individu adalah antecedent event.

Belive (B) adalah keyakinan, pandangan, nilai atau verbalisasi diri

individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam,

yaitu keyakinan yang rasional (irrasional belief atau iB). keyakinan yang

15

(53)

42

rasional merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk

akal, bijaksana, dan Karena itu produktif. Sedangkan keyakinan yang

tidak rasional merupakan keyakinan atau system berpikir seseorang yang

salah, tidak masuk akal, emosional, dan karena itu tidak produktif.

Emotional Consequence (C) merupakan konsekuensi emosional

sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau

hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecedent event (A).

Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi

disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B)

baik yang rasional (rB) atau irrasional (iB).

2) Perilaku Bermasalah

Perilaku yang salah adalah perilaku yang didasarkan pada cara berfikir

yang irrasional. Indikator-indikator orang yang berkeyakinan irrasional

tersebut sebagai berikut:

a. Pandangan bahwa suatu keharusan bagi orang dewasa untuk dicintai

oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan.

b. Pandangan bahwa tindakan tertentu adalah mengerikan dan jahat, dan

orang yang melakukan tindakan demikian sangat terkutuk.

c. Pandangan bahwa hal yang mengerikan jika terjadi sesuatu yang tidak

(54)

43

d. Pandangan bahwa kesengsaraan (segala masalah) manusia selalu

disebabkan oleh factor eksternal dan kesengsaraan itu menimpa kita

melalui orang lain atau peristiwa.

e. Pandangan bahwa jika sesuatu itu (dapat) berbahaya atau menakutkan,

kita terganggu dan tidak akan berakhir dalam memikirkannya.

f. Pandangan bahwa kita lebih mudah menghindari berbagai kesulitan

hidup dan tanggung jawab daripada berusaha untuk menghadapinya.

g. Pandangan bahwa kita secara absolut membutuhkan sesuatu dari orang

lain atau orang asing atau yang lebih besar dari pada diri sendiri

sebagai sandaran.

h. Pandangan bahwa kita seharusnya kompeten, inteligen, dan mencapai

dalam semua kemungkinan yang menjadi perhatian kita.

i. Pandangan bahwa karena segala sesuatu kejadian sangat kuat

pengaruhnya terhadap kehidupan kita, hal itu akan mempengaruhi

dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

j. Pandangan bahwa kita harus memiliki kepastian dan pengendalian

yang sempurna atas sesuatu hal.

k. Pandangan bahwa kebahagiaan manusia dapat dicapai dengan santai

(55)

44

l. Pandangan bahwa kita sebenarnya tidak mengendalikan emosi kita dan

bahwa kita tidak dapat membantu perasaan yang mengganggu

pikiran.16

Keyakinan-keyakinan yang irrasional tersebut menghasilkan reaksi

emosional pada individu. Dalam pandangan Ellis, keyakinan yang rasional

berakibat pada perilaku dan reaksi individu yang tepat, sedangkan keyakinan

yang irrasional berakibat pada reaksi emosional dan perilaku yang salah.

3) Karakteristik Keyakinan yang Irrasional

Nelson Jones menambahkan karakteristik umum cara berpikir irrasional

yang dapat dijumpai secara umum sebagai berikut:

1) Terlalu Menuntut

2) Generalisasi secara Berlebihan

3) Penilaian Diri

4) Penekanan

5) Kesalahan Atribusi

6) Anti pada Kenyataan

7) Repetisi

16

(56)

45

4) Hakikat Manusia

Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu

pikiran dan perasaan. REBT beranggapan bahwa setiap manusia yang

normal memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya

berlangsung secara simultan. Pikiran mempengaruhi perasaan dan

perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan perilaku

mempengaruhi pikiran dan perasaan. Dalam memandang hakikat manusia

REBT memiliki jumlah asumsi tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan

dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan perasaan itu. Asumsi

tentang hakikat manusia menurut REBT adalah sebagai berikut:

1) Pada dasarnya individu adalah unik, yang memiliki kecenderungan

untuk berpikir rasional dan irrasional.

2) Reaksi “emosional” seseorang sebagian besar disebabkan oleh

evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari

oleh individu.

3) Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir

yang tidak logis dan irrasional.

4) Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia .............................................
 Tabel 3.1
Tabel 3.2
 Table 3.3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penyediaan Peralatan Dan Perlengkapan Kantor 953.592.000,00 Sumber Dana: APBD; Lokasi Kegiatan: DIY... Belanja Modal Pengadaan Buku Ilmu Politik Dan

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa guru kurang maksimal dalam menjelaskan kembali semua materi yang diberikan, siswa kurang memperhatikan dan menanggapi

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan karakter morfometrik dan meristik, hubungan panjang bobot pada dua varian ikan ekor pedang di danau buyan untuk mengetahui perbedaan

signifikan terhadap struktur modal.Hasil yang negatif signifikan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih kecil,

Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 7 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat disimpulkan bahwa (1) Dengan menggunakan strategi

Bahwa di TPS 10 Kelurahan Lawang Gintung jumlah suara Pemohondicatat oleh KPPS 41 suara dikoreksi di Pleno PPS menjadi 32 yang dituangkan MODEL C, Berita Acara rekapitulasi

Pengkajian hadis merupakan hal yang menarik dan tidak mengenal kata “mapan”. Sebuah kesimpulan yang melahirkan teori baru bukanlah akhir dari sebuah pengkajian melainkan sebuah