STRATEGI DAKWAH KH. ZAINUL ARIFIN DI MUSHOLLA
AR-RAHMAN DESA SEMBAYAT, KECAMATAN MANYAR,
KABUPATEN GRESIK
Skripsi
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
FITRI LAILI HAMIDAH NIM. B01213006
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Fitri Laili Hamidah, NIM. B01213006. Strategi Dakwah KH. Zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Strategi Dakwah, KH. Zainul Arifin
Fokus Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Bagaimana Strategi Dakwah KH. Zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman Desa Sembayat?
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyuluruh, dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif, sedangkan untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah KH. Zainul Arifin? Adalah menggunakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yakni: observasi, wawancara bebas, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.
Strategi dakwah yang digunakan oleh KH. Zainul Arifin meliputi : a). KH. Zainul Arifin memulai dakwah dengan menggunakan sholat tasbih dan sholat hajat dan dilanjutkan dengan berdakwah. b). Mencari materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-sehari masyarakat sekitar. c). Menggunakan bahasa lokal (jawa) agar mudah dipahami oleh jama’ah atau mad’u yang mengikuti kegiatan tersebut.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN... . iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
ABSTRAK... vi
KATA PENGANTAR... . vii
DAFTAR ISI... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Konseptualisasi... 8
F. Pembahasan... 9
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka... 11
1. Dakwah... 11
2. Strategi Dakwah... 17
a. Pengertian Strategi... 17
b. Teknik dan Taktik Dakwah... 22
B. Kajian Teoritik... 30
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenin Penelitian... 35
B. Subyek Penelitian... 35
D. Tahap - tahap Penelitian... 42
E. Teknik Pengumpulan Data... 47
F. Teknik Analisis Data... 49
G. Teknik Keabsahan Data... 51
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Setting Penelitian... 55
B. Penyajian Data... 58
C. Analisis Data... 66
1. Temuan Data... 67
2. Relevansi Temuan... 72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 77
B. Saran... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Islam adalah Agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
seluruh umat manusia di muka bumi ini melalui utusan-Nya yaitu Nabi
Muhammad SAW. Agama Islam merupakan Agama tauhid yang di
dalamnya mengandung berbagai ajaran baik perikehidupan dan hubungan
manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan makhluk lain. sejak itu pula terjadilah kegiatan
dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Dalam Islam, tindakan menyebarkan dan mengomunikasikan
pesan-pesan Islam merupakan esensi dakwah. Dakwah adalah istilah
teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk mengimbau
orang lain kearah Islam.1
Dakwah adalah salah satu kewajiban agama yang harus
dilaksanakan oleh pemeluknya sebagai bukti dari rasa taat pada perintah
Allah SWT dan Rosul-Nya. Keharusan tetap berlangsungnya dakwah
Islamiyah yang merupakan tugas sebagai manusia Muslim sudah
tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 yaitu :
1
2
Artinya :“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.2
Karena dakwah adalah sebuah kewajiban agama, sama halnya
seperti sholat dan puasa.3 Kerja dakwah adalah kerja menggerami
kehidupan umat manusia dengan nilai-nilai iman, islam dan takwa demi
kebahagiaan kini dan nanti.4 Mengingat pentingnya dakwah itulah maka
dakwah bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukana secara asal-asalan,
melainkan perlu dipikirkan dan direncanakan secara matang karena
dakwah menentukan perkembangan dan pertumbuhan Islam.5Namun
aktivitas dakwah tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang karena
harus di sesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang.
Allah berfirman:
Artinya : 2Al Mubin, Al-Qur’an Dan Terjemahnya Revisi Terbaru, (Semarang : Asy Syifa, 1999), h. 93
3
A. Sunarto, Etika Dakwah, (Surabaya: Jaudar Press, 2015), h. 23 4Ahmad Syafi’i,
Membumikan Islam, (Surabaya: Dakwah Press, 2009) h. 101 5
3
“dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [QS Al Isra`: 36]6
Seperti ayat di atas, Aktivitas dakwah Seharusnya dilakukan oleh
orang-orang yang benar-benar memiliki persyaratan sebagai seorang
pendakwah. Mengingat tujuan utama berdakwah adalah menyeru umat
manusia menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT, maka pijakannya
adalah ketentuan-ketentuan yang telah menjadi ketetapan-Nya. Jadi,
aktivitas menyeru, mengajak bukan memaksa, merangkul bukan memukul.
Hal itu berlandaskan pada sumber utama hukum Islam (al-Qur’an dan
hadits).
Pada prinsipnya, pesan apa pun dapat dijadikan sebagai pesan
dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu al-Qur’an dan hadits. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan
dengan al-Qur’an dan hadits, tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah.
Dan sebagai penunjang, agar pesan-pesan dakwah tersebut dapat diterima
dengan baik oleh mitra dakwah, maka diperlukan strategi yang tepat.
Namun di era sekarang, terdapat fenomena banyaknya da’i baru
bermunculan dimana ketika dibenturkan dengan masalah keprofesionalan,
hal ini menjadi sebuah pertanyaan. Pada saat ini Fenomena da’i berbulu
musang justru kian bermunculan, bahkan lebih parah dari pada sekedar dai berbulu musang. Muncul oknum da’i yang berani memungut imbalan alias
6
4
upah dari masyarakat yang di dakwaihnaya. Alias da’i Walakedu (jual ayat
kejar duit).7
Mengingat seorang da’i haruslah mempunyai akhlaq, perkataan
dan perbuatan yang seirama dengan apa yang disampaikannya. Apalagi di era globalisasi ini, umat membutuhkan da’i yang bisa membimbing dan
membenahi masyarakat, setelah terlebih dahulu membenahi dan
membimbing dirinya sendiri.
Seperti tokoh sebagai objek penelitian kami, dia bernama KH.
Zainul Arifin, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Sholihin
Suci yang terpanggil hatinya untuk mengajak masyarakat, mendakwahkan
agar tanpa pamrih, mengenalkan aqidah dan syari’ah Islam melalui
kegiatan yang mendekatkan umat kepada Allah SWT.
Dakwahnya di masyarakat sangat memberikan peran yang sangat
penting terutama di Desa Sembayat Kecamatan Manyar Kabupten Gresik.
Karena strategi dakwah yang dia berikan dilakukan dengan cara
melakukan sholat sunnah tasbih dan hajjat terlebih dahulu. Hal tersebut
memberikan peran yang sangat penting untuk pembentukan pola fikir
positif serta efek religiusitas bagi warga di Desa Sembayat dan masyarakat
luas umumnya.
Seperti yang dilakukan KH. Zainul Arifin, dia berusaha seoptimal
mungkin untuk membekali dirinya, bukan hanya dengan ilmu pengetahuan
7
5
agama yang cukup sebelum memutuskan untuk mendedikasikan dirinya
sebagai penyambung risalah Ilahi, tetapi dia juga berusaha semaksimal
mungkin untuk menggunakan strategi dakwah yang dipandang tepat, agar
materi dakwahnya dapat dengan mudah diterima oleh mitra dakwah.
Melanjutkan pembahasan yang terkait peneliti memaparkan bahwa
strategi dakwah KH.zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman ini merupakan
perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan dakwah tertentu. Adapun itu harus mengetahui tujuan dari dakwah
itu sendiri. Oleh karena itu, maka dakwah itu tidak akan sempurna kecuali
menggunakan suatu metode dan teknik.8
Strategi dakwah KH. Zainul Arifin ini bagi peneliti, mempunyai
peranan yang sangat penting untuk memajukan Islam yang diharapkan
untuk bisa memberikan bimbingan keIslaman di tengah masyarakat
modern sekarang ini.
Dakwah merupakan kegiatan komunikasi, setiap bentuk
komunikasi adalah sebuah drama. Oleh karena itu, seorang pembicara hendaknya mampu mendramatisasi (membuat jama’ah merasa tertarik)
terhadap pembicara.9 Dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan tujuan
retorika yang berkaitan dengan dakwah yakni “mempengaruhi audiens”
karena dalam berdakwah membutuhkan tehnik-tehnik yang mampu
memberikan pengaruh efektif kepada khalayak masyarakat sebagai objek
8
Hamza Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, Alpha, Surabaya, 2005, h.38. 9
6
dakwah. Sebagaimana dakwah adalah sarana komunikasi yang
menghubungkan, memberikan, dan menyerahkan segala gagasan, cita-cita
dan rencana kepada orang lain dengan motif menyebarkan kebenaran
sejati.10Banyak Da’i atau pendakwah yang tidak sampai pesannya kepada
khalayak karena da’i tersebut tidak mampu menuangkan kedalam bahasa
yang baik, sehingga dakwah yang disajikan monoton dan tidak menarik. Dalam hal ini maka aktifitas da’i dalam praktik dakwah menarik untuk
dikaji dan diidentifikasi apa yang mereka tampilkan dalam berdakwah,
baik dalam metode, strategi, penggunaan gaya bahasa, gerak tubuh,
penampilan, dan pendekatan humanis lainnya.
Beberapa pertimbangan yang mendasari dilakukannya penelitian
ini antara lain: pertama, penelitian mengenai kiprah ustadz KH. Zainul
Arifin dalam aktivitas dakwahnya, menurut sepengetahuan peneliti, belum
pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Padahal fenomena
tersebut merupakan salah satu kajian yang cukup menarik dalam ranah
keilmuan dakwah. Kedua, karena peneliti memutuskan untuk mengambil minat studi “Public Speaking” pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah, UIN Sunan Ampel Surabaya, oleh karena itu peneliti
terfokus srategi dakwah dalam judul penelitian ini, menurut peneliti sangat
selaras dengan desain keilmuan di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
tersebut, khususnya untuk minat studi Public Speaking.11
10
Yusuf Zainal Abidin, hal 133 11
7
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana strategi dakwah KH. Zainul Arifin di Musholla
Ar-Rahman di Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik?
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui strategi dakwah yang digunakan KH. Zainul
Arifin di Musholla Ar-Rahman di Desa Sembayat, Kecamatan Manyar,
Kabupaten Gresik.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti Sendiri
Penelitian ini diharapkan dapat melatih kepekaan terhadap
sebuah informasi verbal maupun non verbal dan juga menjadi cara
pandang peneliti dalam melihat teks, konteks, maupun ceramah
keagamaan
2. Bagi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Masyarakat a. Secara Teoritis
Menambah informasi dalam ilmu dakwah tentang strategi
dakwah dan memberikan sumbangan pemikiran teoritis yang
ilmiah tentang strategi dakwah yang relevan untuk dipilih dan
diterapkan pada masyarakat.
8
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pemasukan dan perbadingan bagi pihak-pihak yang terkait yaitu
yang bergerak di bidang dakwah, dan juga penelitian ini bisa
dijadikan tambahan literatur keilmuan untuk pembinaan dan
pengembangan jurusan.
E. KONSEPTUALISASI
Pada konseptualisai ini, peneliti menjelasakan tentang konsep yang
ada dalam judul penelitian ini, maka disini dapat dijelaskan beberapa
istilah yang terdapat di dalam judul antara lain:
1. Strategi Dakwah
Menurut Asmuni Syukir strategi dakwah artinya siasat atau
taktik, yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah yang mana
di dalam penggunaannya harus memperhatikan beberapa
azaz-azaz dakwah terlebih dahulu.12
Strategi dakwah membutuhkan penyesuaian yang tepat,
yakni dengan memperkecil kelemahan dan ancaman serta
memperbesar keunggulan dan peluang, karena strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya sebelum menentukan
strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur
keberhasilanya.
12
9
Strategi dakwah artinya siasat, taktik, yang merupakan seni
dalam menentukan rancangan bangunan sebuah perjuangan
(pergerakan) dalam melaksanakan dakwah.13
Berdasarkan beberapa pengertian di atasa strategi dakwah
adalah cara atau taktik yang digunakan untuk mencapai tujuan
dakwah yaitu membentuk Khoirul Ummah.
2. Da’i
Da’i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk
isim fa’il (kata menunjukkan pelaku) dari asal kata dakwah
artinya orang yang melakukan dakwah kepada orang lain (mad’u)14
. Dalam kegiatan dakwah Da’i merupakan unsur yang
penting dalam sukses atau tidaknya suatau kegiatan berdakwah.
Dalam hal ini yang di maksud adalah objek yang akan diteliti
metode dan pesan dakwahnya dalam penelitian ini.
F. PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka
berpikir dalam penulisan proposal, untuk lebih mudah memahami
penulisan proposal ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara
lain:
13
Didin Hafinuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 71. 14
10
Bab I adalah pendahuluan, rumusan maslah, tujuan, manfaat penelitian, konseptuliasi dan diakhiri dengan pembahasan. Bab pertama
dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab
pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu
dilakukan.
Bab II adalah kajian kepustakaan, berisi tentang kerangka teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian kualitatif
kajian kepustakaan konseptual yang menjelaskan tentang strategi dakwah.
Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi
pendekatan dan jenis penelitian, subyek, obyek dan lokasi penelitian, jenis
dan sumber data, tahapan penelitian, teknik pengumpulan, teknik analisis
data, teknik pemeriksaan dan keabsahan data
Bab IV adalah penyajian data dan temuan penelitian, pada bab ini menjelasrkan tentang hasil yang didapat selama penelitian. Pemaparan
berisi deskripsi objek penelitian, data dan fakta subyek yang terkait
dengan rumusan masalah, berupa metode dan pesan dakwah da’i tersebut.
Bab V adalah penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan dan rekomendasi serta
saran-saran. Yang perlu diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan
11
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. KAJIAN PUSTAKA 1. Dakwah
Dakwah ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab
“ da’wah”. Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, ain, dan
wawu. Dari ketiga huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan
ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, menyuruh,
datang, mendorong, menyebabkan mendoakan, menangisi dan
meratapi.1
Sementara itu dakwah Islam ialah menyeru kejalan Allah yang
melibatkan unsur-unsur menyeru, pesan media, metode atau strategi
yang diseru, dan tujuan.2 Dengan demikian secara etimologi pengertian
dakwah dan tablig itu merupakan suatu proses penyampaian tablig
pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan
agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.3
Zaini Muchtarom, misalnya, berpandangan bahwa dakwah
merupakan upaya untuk mengajak dan menyeru umat manusia, baik
perorangan maupun kelompok kepada agama Islam, pedoman hidup
yang diridhai oleh Allah dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar dan
1
Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Pranada Media Group, 2012), h.1 2
Aep Kusnawan et. Al. Komunikasi Penyerian Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. vii
3
12
amal shaleh dengan cara lisan (lisanul maqal) maupun perbuatan
(lisanul hal) guna mencapai kebahagiaan hidup kini di dunia dan nanti
di akhirat.4
Sedangkan Asmuni Syukir yang mengutip pendapat Hamzah Yaqub dalam bukunya yang berjudul “Publisistik Islam”, memberikan
makna dakwah sebagai upaya mengajak manusia dengan hikmah
kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya. Dan
mengutip pendapat dari Team Proyek Penerangan Bimbingan dan
Dakwah atau Khotbah Agama Islam (pusat) Departemen Agama R.I. dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Dakwah Kepada Suku
Terasing”, Asmuni Syukir memahami dakwah sebagai setiap usaha
yang mengarah untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik
dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntunan kebenaran. Berpijak
pada dua pandangan mengenai pengertian dakwah tersebut, Asmuni
Syukir mempunyai konsepsi sendiri mengenai pengertian dakwah,
yakni memberikan makna dakwah sebagai upaya yang bersifat
pembinaan dan pengembangan. Bersifat pembinaan, artinya dakwah
sebagai kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan
sesuatu hal yang telah ada sebelumnya. Sedangkan dakwah bersifat
pengembangan mempunyai makna sebagai suatu kegiatan yang
4
13
mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan sesuatu hal yang
belum ada.5
Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada 3 yaitu:
1. Dakwah Lisan (da'wah bil al-lisan)
Pelaksanaan dakwah lisan adalah dengan cara
menyampaikan untuk mengantar kepada uraian, dimana para
pendengar dapat merasakan apa yang akan diuraikan nanti.
2. Dakwah Tulis (da'wah bil al-qolam)
Pelaksanaan dakwah tulis adalah dengan cara menguraikan
atau mengulas soal-soal keagamaan dimajalah, surat kabar,
brosur, mengarang buku, spanduk dan sebagainya.
3. Dakwah Tindakan (da'wah bil al-hal)
Pelaksanaan dakwah tindakan bisa melalui radio dakwah
Islam maupun melalui televisi dakwah Islam.
Dalam dunia dakwah, orang yang berdakwah biasa disebut Da’i
dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut
dengan Mad’u.
Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:
a. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai
upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia
dan akhirat.
5
14
b. Nur Syam mengatakan bahwa dakwah adalah proses merealisasikan
dakwah Islam dalam dataran kehidupan manusia dengan strategi,
metodologi dan sistem dengan mempertimbangkan dimensi
religio-sosio-psikologis individu atau masyarakat agar target maksimalnya
tercapai.
c. Hamzah Ya’kub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat
manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk
Allah dan Rasul-Nya.6
Tujuan dakwah adalah mengubah pandangan hidup manusia
bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara kerana yang
berkuasa ke atas segalanya adalah Allah SWT. Berdakwah penting
dalam menyebarkan agama Islam kepada bukan hanya pada umat
Islam, tetapi juga kepada mereka yang masih mencari-cari makna
sebenar kehidupan ini. Tanpa dakwah, Islam tidak akan berkembang
dan yang tinggal hanya Islam keturunan. Adapun mengenai tujuan
da'wah, yaitu:
“Katakan: Inilah jalanku; aku dan pengikutku dan sadar
mendakwakan kamu menuju Allah. Maha Sucilah Allah, dan aku
6
15
tidak termasuk dalam golongan orang-orang musyrik”. (Q.S. Yusuf:
108).7
Unsur – unsur Dakwah, komponen-komponen yang terdapat
dalam setiap kegiatan dakwah.8 Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Da’i (Pelaku Dakwah), adalah orang yang melaksanakan
dakwah baik lisan, tulisan maupun perbuatan yang
dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi atau lembaga.
2. Mad’u (Penerima Dakwah), adalah manusia yang menjadi
sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik
individu maupun sebagai kelompok.
3. Maddah (Materi Dakwah), adalah isi pesan atau materi
yang disampaikan da’i kepada mad’u.
4. Wasilah (Media Dakwah), adalah alat yang digunakan
untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.
5. Thariqah (Metode Dakwah), adalah jalan atau cara yang
dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi
dakwah Islam.
6. Atsar (Efek Dakwah), adalah feedback (umpan balik).
7
Departemen Agama,Al-Qur’an dan Termjemah (Al-Yusuf, ayat 108), PT. Sygma, Bogor, 2007, h. 248
8
16
7. Ghoyatul al Dakwah (Tujuan Dakwah atau Ultimate Goal
Dakwah), adalah suatu nilai ideal akhir yang ingin dicapai
dalam keseluruhan aktivitas dakwah.
Karakteristik Da’i, setidaknya ada empat karakter yang harus
dimiliki oleh setiap da’i, yaitu:
1. Iman yang bisa melahirkan keikhlasan
2. Memiliki ilmu yang bisa melahirkan amal.
3. Memiliki Akhlaq Yang Bisa Melahirkan Keteladanan.
4. Memiliki Wawasan Kekinian Yang Bisa Melahirkan
Semangat Dakwah.
Karakteristik Mad’u, yaitu:
1. Adanya feed back, menerima atau menolak;
2. Dari sisi ekonomi kita lihat kaya miskin, profesi, jenis
kelamin;
3. Dari sisi lingkungan, orang yang berpengetahuan dengan
tidak tahu.
Dari berbagai definisi mengenai istilah dakwah yang dikemukakan
oleh para ahli ilmu dakwah di atas, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa dakwah merupakan upaya yang terorganisir secara
sistematis dan terarah guna mencapai tujuan dakwah, yakni
terwujudnya suatu tatanan kehidupan yang diridhai oleh Allah SWT,
17
2. Strategi Dakwah
a. Pengertian Strategi
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah ilmu
seni mengunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
kebijakan tertentu di peperangan, atau rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.9
Menurut Asmuni Syukir Strategi dakwah artinya sebagai
metode, siasat, taktik, atau maniuvers yang dipergunkan dalam
aktivitas / kegiatan dakwah.10
Menurut Halim, strategi ialah sebuah seni dalam menentukan
rancangan untuk membangun sebuah perjuangan ( pergerakan) yang
dapat dijadikan siasat yang biasanya yang lahir dari pemikiran
penelitian, pengamatan seseorang untuk mencapai tujuan.11
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini:
1. Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian dakwah)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sember daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi
merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai
pada tindakan.
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
9
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), h. 1092
10
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.32 11
18
pencapaian tujuan. Oleh sebab itu seblum mennetukan
strategi , perlu di rumuskan tuuan yang jelas serta dapat
diukur keberhasilannya.
Dalam kegiatan komunikasi Efendi mengartikan strategi sebagai
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Ia tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang harus
ditempuh, tetapi juga berisi taktik oprasionalnya. Ia harus didikung teori
karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang
sudah di uji kebenarannya. untuk strategi komunikasi tersebut, segala
sesuatunya harus memerhatikan komponen komunikasi dalam teori
Harold D. Lassell, yaitu Who Says What in Which Channel to Whom
with What Effect (komunikator, pasar, media, komunikan dan efek).
Selain membuat definisi, ia juga membuat strategi dakwah dalam tiga
bentuk, yaitu:
1. Strategi Sentimentil (al- manhaj al athifi)
2. Strategi Rasional (al-manhaj al-aqli)
3. Strategi Indriawi (al manhaj al-hissi)
Strategi Sentimentil (al-manhaj al athifi) adalah dakwah yang
memfokuskan aspek hati yang menggerekan perasaan dan batin mitra
dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan,
memanggil dengan kelembutan atau memberikan pelayanan yang
memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan dari
19
terpinggirkan (marginal) dan di anggap lemah, seperti kaum
perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para mualaf (imannya
lemah) dan sebagainya. Strategi sentimentil ini di terapkan Rasulullah
saat menghadapi kaum musyrik Mekkah.
Strategi Rasional (al-manhaj al aqli) adalah dakwah dengan
beberapa metode yang memfokuskan pada aspek pikiran. Strategi ini
mendorong mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan dan mengambil
pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi atau penampilan contoh
dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional.
Rasulullah mengguakan strategi ini untuk menghadapi
argumentasi para pemuka Yahudi. Mereka terkenal dengan
kecerdikannya. Saat ini kita menghadapi orang-orang terpelajar yang
ateis rasionalis.
Dalam kitab Al-Qur’an mendorong penggunaan strategi rasional
dengan beberapa terminologi antara lain:
a. Tafakkur, ialah menggunakan untuk mencapainya dan
memikirkannya.
b. Tadzakkur, ialah menghadirkan ilmu yang harus dipelihara
setelah dilupakan.
c. Nazhar, ialah mengarahkan hati untuk berkonsentrasi pada
objek yang sedang diperhatikan.
d. Taammul, ialah mengulang-ulang pemikiran hingga
20
e. I’tibar, ialah bermakna perpindahan dari pengetahuan yang
sedang dipikirkan menuju pengetahuan yang lain.
f. Tadabbur, ialah suatu usaha memikirkan akibat-akibat
setiapmasalah.
g. Istibshar, ialah mengungkap sesuatu atau menyikapnya, serta
memperlihatkan kepada pandangan hati.
Strategi Indriawi (al-manhaj al hissi) juga dapat dinamakan
sebagai strategi ilmiah. Ia di definisikan sebagai sistem dakwah atau
kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan
berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan rasulullah dahulu
mempraktekkan Islam sebagai perwujudan strategi indrawi yang
disaksikan oleh para sahabat. Para sahabat dapat menyaksikan mukjizar
Rasulullah SAW secara langsung. Seperti terbelahnya rembulan,
bahkan menyaksikan malaikat Jibril dalm bentuk manusia. Sekarang
kita menggunak Al-Qur’an untuk memeperkuat atau menolak hasil
penelitian Ilmiah. Pakar Tafsir menyebutnya dengan tafsir ilmi. Adnan
Oktar, penulis produktif dari Turki yang memakai nama pena Harun
Yahya menggunakan strategi ini dalam menyampaikan dakwahnya. M.
Quraish Shihab, pakar tafsir kenamaan dari Indonesia, juga sering
menggunakan hasil penemuan ilmiah saat menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an.12
12
21
Fungsi strategi dakwah baik secara mikro maupun makro ada dua,
yaitu:
1. Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang berisi
informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik
kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
2. Menjembatani “Cultur Gap” , akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya
media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan
merusak nilai-nilai dan norma-norma agama maupun
budaya. Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam
usaha dakwah harus memperhatikan beberapa Azas
Dakwah, agar proses dakwah dapat mengenai sasaran
dan mudah diterima oleh masyarakat objek dakwah.
Beberapa azas dakwah yang harus diperhatikan di antaranya
sebagai berikut:
1. Azas Filosofis. Azas ini terutama membicarakan masalah yang
erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam
proses atau dalam aktivitas dakwah.13
2. Azas Kemampuan dan keahlian Da’i.
3. Azas Sosiologis. Azas ini membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik,
13
22
pemerintah setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis
sasaran dakwah. Sosio-kultural sasaran dakwah dan sebagainya.
4. Azas Psikologis. Azas ini membahas masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia,
begitupun saran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang
unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang
merupakan masalah ideologi atau kepercayaan (rakhaniah) tak luput
dari masalah-masalah psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya.
5. Azas Efektifitas dan Efisiensi. Azas ini maksudnya adalah di
dalam aktivitas dakwah harus berusaha menyeimbangakan antara biaya,
waktu maupun tenaga yang dikeluarkannya dengan pencapaiaan
hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat
memperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain
ekonomis biaya, tenaga dan waktu, tapi dapat mencapai hasil yang
semaksimal mungkin atau setidak-tidaknya seimbang antara
keduanya.14
b. Teknik dan Taktik Dakwah
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Untuk merealisasikan strategi
yang telah ditetapkan, kita memerlukan metode. Strategi menunjuk
pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan
14
23
metode adalah cara yang digunakan untuk melakukan strategi , dalam
setiap penerapan metode dibutuhkan beberapa teknik. 15
Strategi tidak dapat dilepaskan dengan istilah taktik dan tehnik.
Itulah sebabnya, maka tidak jarang pengertian dan penamaan beberapa
istilah tersebut campur aduk menjadi satu. untuk memudahkan
pemahaman, perlu kiranya disampaikan pengertian istilah-istilah
tersebut. Tehnik berfungsi untuk memenangkan taktik, dan taktik
adalah untuk memenangkan strategi. jadi taktik sesungguhnya
merupakan pelaksanaan detail dari strategi, jadi bisa dikatakan bahwa
taktik adalah jabaran praktis dari sebuah strategi. disamping itu, strategi
biasanya berskala luas dan dalam kurung waktu yang cukup lama,
sementara taktik selalu sedemikian. oleh karena itu bisa saja terjadi
sama dalam strategi tetapi berbeda dalam taktik. hanya saja apapun
strategi dan taktik yang dipilih, keduanya harus bisa saling menunjang 16
dan melengkapi.
Pengertian Taktik Dakwah, Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya
individual, masing-masing pendakwah memiliki taktik yang dalam
menggunakan teknik yang sama, setiap pendakwah yang menjalankan
kegiatan dakwah masing masing memiliki pendekatan, strategi, metode,
teknik, dan taktik yang berbeda satu sama lain.17
15
Hamza Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: Alpha, 2005), h. 49 16
A. Halim, “Strategi Dakwah Yang Terabaikan” dalam Jurnal Ilu Dakwah, h. 43 17
24
Perbedaan ini juga berlaku saat menghadapi mitra dakwah yang
berbeda. Dengan demikian keberhasilan dakwah lebih bersifat
kasuistik. Keberhasilan dakwah dengan suatu teknik belum tentu sukses
dalam dakwah yang lain. Taktik dakwah dapat menjadi identitas
individu, setiap orang cenderung pada taktik tertentu, meski taktik yang
lain bisa dilakukannya. Ada taktik dominan dalam diri kita, sehingga ini
yang sering muncul dari kita, baik disadari maupun tidak disadari,
taktik hampir bersama dengan karakter kita.
c. Keutamaan Sholat
menurut bahasa sholat berarti do’a. Dengan pengertian ini,
sholat adalah ibadah yang setiap gerakannya mengandung do’a. Dalam
kajian Islam, sholat adalah ibadah yang berisi bacaan dan gerakan yang
diawali dengan takbir yang ditutup dengan salam.
Diantara semua kewajiban dalam Islam, sholat adalah yang
meninggi kedudukanya dan paling pokok. Perintah sholat di
ulang-ulang di beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits. Sholat adalah tiang agama
yang tidak boleh ditinggalkan oleh siapapun, dalam kondisi
apapun.orang yang sakit berat tetap berkewajiban sholat dengan cara
semampunya.
A. Perintah Sholat dalam Al-Qur’an
Kata sholat disebut dala Al-Qur’an sebanyak 234 kali. Dalam
penyebutannya, selalu dikaitkan dengan ketentuan ibadah lain atau
25
a. Kewajiban Sholat dan Ketentuan Waktunya.
Sholat harus dikerjakan pada waktu yang telah ditetapkan:
“sungguh sholat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”(Q.S. An-Nisa’ 4:103)
“maka sabarlah kamu atas yang mereka kerjakan, dan bertasbilhlah (sholatlah) dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, dan bertasbilah (sholatlah) pada waktu waktu di mlam hari dan pada
waktu-waktu di siang hari supaya kamu merasa senang”(Q.S. Thaha
20:130)
b. Sholat dan Keselamatan dari Dosa
Sholat menghadilkan keimanan dan kedekatan seseorang
kepada Allah, sehingga ia merasa takut dan malu melakukan
dosa.
“bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu yaitu al kitab
(Al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sungguh sholat itu
mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar” (Q.S. Al-Ankabut 29:45).
Menurut Muhsin Qira’ati (2001), bahwa sholat yang khusuk
26
memberikan zakat dan sedekah. Dengan sikap sosial itu, tidak
ada lagi orang yang lapardi lingkungannya. Hilangnya
kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin merupakan
modal terwujudnya keharmonisan masyarakat, sehingga tidak
akan terjadi kemungkaran di tengah masyarakat, misalnya
pencuruan, perampokan dan pembunuhan.
c. Sholat dan Rahmat Allah.
Sholat akan mendatangkan rahmat Allah SWT bagi pelakunya.
“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada
Rasul, supaya kamu di beri rahmat” (Q.S. An-Nur 24:56)
B. Perintah Sholat dalam Hadis
Perintah sholat dalam hadis lebih banyak dari pada Al-Qur’an. Teknis pelaksanaan sholat yang belum di jelaskan
dalam Al-Qur’an di uraikan semua dalam hadis. Peringatan
keras bagi muslim yang mengabaikan sholat juga lebih jelas
dan detail.
Sholat merupakan perbuatan manusia yang pertama kali diperiksa oleh Allah, Rasululah SAW bersabda, “perbuatan
manusia yang pertama kali pada hari kiamat adalah sholat,
27
dan jika jelek, maka jeleklah seluruh nilai perbuatannya”( HR.
At Thabrani dari Abdullah bin Qurth r.a).
Sholat merupakan pembeda status antara muslim dan kafir. Rasulullah SAW bersabda, “batas utama antara sesorang
dengan kekafiran adalah meninggalkan sholat” (HR. Ahmad,
Muslim, Abu Daud, Al Tirmidzi dan Ibnu Majjah dari Jabir r.a)
Mengingat pentingnya sholat, maka Nabi SAW berwasiat
berulang-ulang menjelang wafatnya. “sholat, sholat.
Bertakwalah kepada Allah (berhati-hatilah) terhadap
budak-budak yang kalian miliki” (HR. Al-Nasa’i dari Anas bin Malik
r.a).18
C. Sholat Tasbih
Shalat Tasbih adalah shalat sunnah yang didalamnya
banyak mengandung bacaan tasbih, sebanyak 300 kali tasbih
yang dibaca dalam sholat tersebut. Hukum shalat tasbih adalah
sunnah. Shalat Tasbih dianjurkan kepada kita untuk dilakukan
setiap hari, atau kalau tidak mampu dilakukan dalam seminggu
sekali, atau sebulan sekali, atau setahun sekali. Atau paling
tidak harus ada seumjur hidup sekali. Demikian Rasulullah
menganjurjkan kepada kita.
Hikmah/Keistimewaan Shalat Tasbih:
a. Tasbih merupakan Kalimat yang paling dipilih Allah.
18
28
"Suatu hari Rasulullah ditanya apakah ucapan yang paling
unggul? Rasulullah menjawab:„Yang dipilih Allah swt
terhadap para malaikat-Nya dan hamba-Nya adalah ucapan:
Subhanallahi wa bihamdihi" (HR. Muslim)
b. Memberatkan amal timbangan
Rasulullah bersabda,
„Ada dua kalimat yang keduanya ringan diucapkan di lidah
namun memberatkan timbangan amal dan keduanya disukai
oleh Allah, yaitu: Subhanallahi wa bi hamdihi subhanallahil
azhim’ (HR. Bukhari dan Muslim).
c. Akan Menghapuskan semua dosa
Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallahi wa bi hamdihi
100 kali, maka Allah akan menghapuskan kesalahannya
meskipun kesalahannya itu sebanyak buih dilautan’’ (HR.
Bukhari dan Muslim)
d. Punya perkebunan kurma di surga nanti
„’Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallahil azhimi wa bi
hamdihi, maka ditanamkan baginya satu pohon kurma di
surga’’(HR. Tirmidzi)
e. Terhindar dari penyakit-penyakit berat
“Suatu kali Qabishah al-Makhariq mendatangi Rasulullah
29
lemah untuk melakukan apapun’. Lalu Rasulullah SAW berkata
: Adapun untuk duniamu, maka ketika engkau selesai shalat Shubuh, maka ucapkanlah tasbeh sebanyak tiga kali. Jika engkau membacanya, maka engkau terhindar dari kesedihan, kusta (lepra), penyakit biasa, lumpuh akibat pendarahan otak
atau stroke.” (HR. Ibnu as-Sunni dan Ahmad).
f. Senjata menghadapi persoalan besar
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, RA bahwa jika Rasulullah
SAW menghadapi persoalan penting, maka beliau mengangkat
kepalanya ke langit sambil mengucapkan: Subhanallahil azhim,
dan jika beliau bersungguh-sungguh dalam berdoa, maka
beliau mengucapkan: Ya hayyu ya qoyyum”. (HR.Tirmidzi)19
a. Sujud Syukur
Sujud syukur artinya sujud terima kasih karena mendapat nikmat
(keuntungan) atau karena terhindar dari bahaya kesusahan yang besar.
Sujud syukur hukumnya sunat.
Dari Abu Bakrah, “sesungguhnya apabila datang kepada Nabi
Muhammad SAW, sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka,
beliau langsung sujud berterima kasih kepada Allah.” (Riwayat Abu
Daud dan Tirmidzi). 20
19
http://www.akidahislam.com/2016/09/tata-cara-shalat-tasbih-lengkap-dengan.html(diakses
tanggal 17 desember 2016) 20
30
B. Kajian Teoritik
Teori Interaksionalisme Simbolik, istilah interaksi simbolik
diciptakan oleh Herbert Blummer pada tahun 1937. Meskipun sebenarnya
George Herbert Mead (1934) yang paling populer sebagai peletak dasar
teori tersebut. Interaksi simbolik di lain pihak, menunjukan adanya proses
sosial internal (dalam diri orang) yang berupa penunjukan diri serta
penafsiran ,walaupun binatang juga mampu bertindak secara nonsimbolis
(sudah tentu seperti manusia juga), namun hanya manusialah yang
memilki kemampuan untuk berinteraksi secara simbolis, seorang mansuia
akan memberikan responnya kepada tindakan orang lain atas dasar makna
tindakan atau lambang.21
Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi obyek
bahkan pada diri mereka sendiri yang menentukan perilaku mereka.
Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan
implus, tuntunan budaya atupun tuntunan peran, manusai bertindak hanya
berdasarkan definisi atau penafsiran mereka berdasarkan obyek-obyek di
sekeliling mereka.
Menurut teori interaksi symbolik, kehidupan sosisal pada dasarnya
adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka
tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang
mengempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi
dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran
21
31
simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam
interaksi soisal.22
Secara ringkas teori Interaksionisme Simbolik didasarkan pada
premis-premis berikut:
a. Individu merespon suatu situasi simbolik, mereka
merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan
obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan media
yang dikandung komponen-komponen lingkungan
tersebut bagi mereka.
b. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna
tidak melihat pada obyek, melainkan dinegosiasikan
melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu
dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala
sesuatu bukan hanya dengan obyek fisik, tindakan
ataupun peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik,
tindakan atau peristiwa itu) namun juga gagasan yang
abstrak.
c. Makna yang di interpretasikan individu dapat berubah
dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi
yang ditemukan dalam interaksi soosial, perubahan
intrepretasi dimungkinkan karena individu dapat
22
32
melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan
dirinya sendiri.
Berbagai kegiatan manusia sebagai makhluk sosial memunculkan
berbagai macam ilmu pengetahuan. Misalnya, kegiatan manusia untuk
berdakwah yakni menyampaikan sesuatu ajaran untuk mengajak kebaikan.
Untuk menunjukan antara dakwah dengan masyarakat dalam prespektif ini dapat dijelaskan melalui contoh berikut: seorang da’i yang sedang
melakukan aktivitas dakwah change agent dalam mengeluarkan zakat dan
shodaqoh untuk membantu masyarakat pedesaan yang sedang dilanda
kelaparan dengan memeberikan pengajian-pengajian dengan menyebut
berbagai pahala yang akan didapatkan oleh pembayar zakat dan shodaqoh.
Pengajian itu dilakukan dengan menggunkan bahasa simbol komunikasi
dakwah antara change agent dengan clientnya, juga memberikan contoh
untuk orang mengeluarkan zakat dan shodaqoh dan menunjukan dalil-dalil
Al-Qur’an dan As- Sunnah. Meski sudah memeberikan penjelasannya
amat meyakinkan, namun masyarakat tidak secara otomatis bersedia
mengeluarkan zakat dan shodaqoh. Karena manusia bukanlah makhluk
stimulus – respon, melainkan makhlik stimulus – proses – respon.
Masyarakat akan berpikir terlebih dahulu melakukan atau tidak melakukan
anjuran tersebut. Mereka akan mengalkulasikan terlebih dahulu,
menghitung kondisi keuangannya sendiri cukup atau tidak dan
memepertimbangkannya kembali karena dia sendiri mempunyai rencana
33
membantu orang-orang kelaparan dapat bersifat fatal apabila masyarakat
tidak meimiliki dana lebih dari kebutuhan pokok mereka sendiri dan itu
berarati tidak bisa menolong orang-orang yang sedang dilanda kelaparan.23
Dari teori yang telah di paparkan alasan yang mendasari mad’u
untuk meluangkan waktunya mendengar pesan dakwah adalah, dalam
prespektif interaksionisme Simboli, dakwah dengan pesan yang
dibawahnya dapat mengilhami pikiran anggota masyarakat untuk
bertindak dan bersikap tertentu tehadap kejadian atau fenomena yang yang
terjadi dalam masyarakat. Prespektif ini berpendapat bahwa manusia itu
merupakan makhluk kreatif dan menerjemahkan simbol-simbol yang si
terimanya. Anggota masyarakat dapat memberi makna yang berbeda-beda
ketika mendengankan dakwah seorang. Ada yang terharu menitikan air
mata. Ada yang geram terhadap kemungkaran, terutama terhadap
tempat-tempat hiburan malam yang seringkali menjadi sumber kemaksiatan yang
lain seperti pelacuran, minuman keras dan perjudian misalnya. Tetapi
banyak juga di antara anggota masyarakat yanag tidak peduli terhadap
kenyataan sosial tersebut.
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan berbagai
macam skripsi yang terkait dengan penelitian ini khususnya penelitian
pada Strategi Dakwah yang pernah diteliti oleh peneliti-peneliti
sebelumnya dan di arsip oleh perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya.
23
34
Diantara skripsi yang pernah ditemukan peneliti yang ada hubunganya
dengan penelitian ini adalah:
1. Yang pertama, Strategi Dakwah Ustadz M. Musthofa Mubasyir oleh
Mahasiswa Uin Sunan Ampel Surabaya Yulia Pangestuti, NIM:
B01211034, S1 – Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Pada Tahun
2015 . Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut secara mendalam
dan menyuluruh peneliti menggunakan metodologi kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah
observasi dan wawancara.
2. Strategi Retorika Ustad Busiri Ramli dalam Tabligh dalam Jam’iyah
Istighosah kalam adzim oleh mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya
MOCH Syamsul Hadi, NIM: B01304050, S1 - Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI) Pada Tahun 2009. Untuk mengidentifikasi
permasalahan tersebut secara mendalam peneliri menggunakan
metodoligi kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang
berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis, di ambil
kesimpulan dan selanjutnya di carikan pemecahan.1 Secara umum
metode penelitian dapat diartikan sesuatu cara atau teknis yang
dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip
dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran
pada bidang ilmu pengetahuan.
Peran dan fungsi metode yang sangat penting tersebut dapat dilihat
pada langkah-langkah yang lazim dilakukan pada tahap penelitian.
Persoalan penting yang patut dikedepankan adalam metode penelitian
ini adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang dikumpulkan
sehinggan hasil akhir penelitian ini mampu menyajikan informasi yang
valid dan reliable.
Dalam studi ini, jenis penelitian yang dipilih adalah kualitatif
deskriptif. Metode kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk
mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan secara sistematis,
1
36
faktual, dan akurat tentang fakta-fakta serta sifat-sifat hubungan antara
fenomena yang diselidiki.2
Sedangkan metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Metode ini mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi
tertentu termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari suatu
fenomena.3
Metode kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data
deskriptif atau lisan di masyarakat bahasa. 4 data yang dimaksud adalah
hasil wawancara mendalam dengan narasumber maupun subjek terkait.
Bentuk kongkritnya berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang khususnya orang yang berada di daerah sekitar Sembayat seperti mad’u
yang berada di sekitar Musholla Ar-Rahman.
Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian jenis kualitatif
deskriptif adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
bentuk strategi dakwah K. H. Zainul Arifin terhadap para jama’ah
sekitar Musholla Ar-Rahman, maka metode penelitian yang sesuai
adalah metode kualitatif.
2
Moch. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 63 3
Moch. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 55 4
37
2. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha menampilkan secara
utuh dan membutuhkan kecermatan dalam pengamatan dan pemaparan
sehingga bisa dipahami secara menyeluruh hasil dari penelitian.
3. Dalam penelitian kualitatif deskriptif, peneliti dituntut untuk
terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang sesuai
dengan bentuk penelitian yang peneliti harapkan.
B. Subyek Penelitian
Penelitian kualitatif, sasaran penelitian yang dianggap sebagai
subyek ditempatkan sebagai sumber informasi, yang dari sini peneliti
belajar mengenai apa yang diinginkan. Subjek penelitian ini adalah
yang akan dimintai keterangan atau orang yang akan diteliti. Jadi yang
dimaksud di sini adalah KH. Zainul Arifin selaku Pendakwah
sedangkan sebagai di Musholla Ar-Rahman Sembayat, Kecamatan
Manyar Kabupaten Gresik. Lokasi ini terletak sangat stretegis karena
terdapat di daerah yang mudah di jangkau yakni jalur pantura, sehingga
peneliti sangat tertarik untuk meneliti dakwahnya terutama pada
penyampaian strateginya dalam berdakwah.
Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan letak geografis
serta hemat dan prakteknya dalam mempergunakan waktu, tenaga, dan
biaya.5
5
38
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian skripsi ini ada 2 yaitu jenis data Primer
dan jenis data Skunder.:
1. Jenis Data Primer
Jenis data Primer adalah jenis data yang diperoleh lansung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kali. Dalam
penggumpulan data Primer ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yakni dengan observasi (Pengamatan) dan wawancara. Data Primer ini
diperoleh dengan melakukan pengamatan pada kegiatan Sholat Tasbih dan Pengajian KH. Zainul Arifin pada jama’ah Musholla Ar-Rahman
Sembayat. Sedangkan wawancara nya, peneliti berdialog seperti biasa
dengan KH. Zainul Arifin tentang strategi retorika serta faktor-faktor
yang menjadi dasar dia dalam menggunakan strategi itu. Dan kepada para anggota jama’ah Musholla Ar-Rahman, peneliti berdialog tentang
bagaimana pendapat mereka tentang Sholat Tasbih dan Pengajian K. H.
Zainul Arifin, dalam kehidupan para jama’ah sehari-hari.6 maksudnya
ialah apakah para jama’ah itu tertarik dengan aktivitas Sholat Tasbih dan
Pengajian dia dan apakah materi cerama yang mereka terima itu sudah
diterapkan dalam kehidupan sehari seperti orang-oranng yang tingkat
menengah kebawah dan lain-lainnya.
6
39
2. Jenis Data Skunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
oleh peneliti, atau sebagai data pelengkap dan pendukung penelitian, data
ini berupa kajian pustaka atau teori-teori yang bekaitan dengan obyek
penelitian yang mendukungnya.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data
diperoleh. Sedangkan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut, sumber data dalam
penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto
dan statistik.7
a. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui
catatan tertulis atau melalui perekaman dan pengambilan foto.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar, dan bertanya. Jika peneliti merupakan pengamat tak
diketahui pada tempat-tempat umum, sedangkan bertanya akan terbatas
7
40
sekali, jika peneliti menjadi pengamat berperanserta pada suatu latar
penelitian tertentu, kegiatan tersebut akan dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya tergantung pada suasana dan keadaan yang dihadapi.
Pada dasarnya, ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang biasa
dilakukan oleh semua orang, namun pada penelitian kualitatif
kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa bertujuan
memperoleh suatu informasi yang diperlukan. Perumusan masalah yang
baik akan membatasi studi. Membatasi studi disini sebenarnya adalah
membatasi kata-kata dan tindakan yang akan dijaring dari orang-orang
yang menjadi subyek penelitian. Dalam penelitian tersebut, peneliti
menggunakan wawancara dengan beberapa informan yang ada dengan
penyaringan kata-kata atau jawaban dari wawancara peneliti dengan
informan, sehingga yang dimuat dalam laporan hanya yang relavan atau
yang penting-penting saja.
b. Sumber data tertulis
Sumber data tertulis merupakan sumber kedua dari kata-kata dan
tindakan, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber
data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi
atas sumber buku, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen
resmi. Buku dan karya ilmiah lainnya sangat berharga bagi peneliti,
41
penelitian dilakukan, begitu juga dengan arsip dan dokumen pribadi
atau dokumen resmi.8
c. Foto
Sekarang ini foto sudah banyak dipakai sebagai alat untuk
keperluan penelitian kualitatif, karena dapat dipakai dalam berbagai
keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya
sering dianalisis secara induktif. Penggunaan foto untuk melengkapi
sumber data jelas besar sekali manfaatnya. Hanya perlu diberi catatan
khusus tentang keadaan dalam foto yang biasanya, apabila diambil
secara sengaja, sikap dan keadaan dalam foto menjadi sesuatu yang
sudah dipoles sehingga tidak menggambarkan sesuatu sebenarnya.
Pengambilan foto sebaiknya dalam keadaan tidak dibuat-buat.9
Untuk memperoleh sumber data dalam penelitian ini didapat dari
hasil dokumentasi, wawancara dan observasi kepada K. H. Zainul
Arifin.
8
ibid, h. 159 9
42
D. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menuliskan dalam menggunakan
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Pra-Lapangan ( Tanggal 16 September 2016 dan 30
September 2016).
Tahap pra-lapangan adalah langkah-langkah yang dirancang
dan dilaksanakan penulis dalam melaksanakan pengamatan
sekilas sebelum penelitian mendapat surat izin dari pejabat
berwenang. Tahapan atau langkah-langkah yang ditempuh
sebelum terjun langsung ke lapangan sebagai berikut10 :
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Rancangan suatu penelitian biasanya dinamakan
usulan penelitian. Dalam menyusun rancangan penelitian
ini, peneliti mula-mula memikirkan tema penelitian yang
cocok dan menarik yang disesuaikan dengan fenomena
sosial dan agama pada dakwah yang ada dilingkungan
masyarakat. Setelah mendapatkan tema yang menarik,
kemudian peneliti mengajukan usulan judul skripsi lengkap
dengan sistematika rancangan penelitian ke Kantor Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, yang menilai dan memilah
apakah judul penelitian yang sedang diajukan sudah pernah
diteliti dan relevan dengan konsentrasi yang dipilih atau
10
43
tidak. Baru kemudian setelah diperiksa dan mendapatkan
persetujuan dari kepala jurusan, judul skripsi disahkan
menjadi judul penelitian skripsi.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Dalam menentukan atau memilih lapangan adalah
dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan
dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan
masalah penelitian. Hal ini berfungsi untuk melihat apakah
terdapat relevansi dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam
memilih lapangan penelitian adalah pertimbangan geografis
dan praktis. Pertimbangan geografis misalnya jarak lokasi
penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga
peneliti berimplikasi pada pertimbangan praktis yaitu, dapat
menghemat biaya, waktu dan tenaga.
c. Memilih Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang.11 Selanjutnya informan bermanfaat bagi peneliti
agar dalam waktu yang singkat banyak informasi yang
terjaring. Informan dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu
11
44
key informan dan informan pelengkap. Key informan pada
penelitian ini adalah KH. Zainul Arifin.
d. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Setelah data yang diinginkan tercapai semua maka hal
yang selanjutnya dilakukan adalah menyiapkan
perlengkapan penelitian. Perlengkapan penelitian ini adalah
alat-alat yang diperlukan untuk melakukan penelitian,
perlengkapan yang perlu peneliti siapkan diantaranya
adalah handphone, kamera, bolpoin, buku catatan, alat
perekam dan sebagainya.
e. Persoalan Etika Penelitian
Hal yang perlu diperhatikan adalah tentang etika
penelitian. Peneliti hendaknya memiliki etika dalam
penelitian, khususnya pada saat interaksi dengan
pihak-pihak yang terkait dalam penelitian dan masyarakat sekitar.
Dalam hal ini peneliti senantiasa bersikap sopan.
2. Tahapan Pekerjaan Lapangan (14 Oktober 2016 dan 28
Oktober 2016)
Setelah mempersiapkan segala hal yang terkait dengan
persiapan pada tahap lapangan, selanjutnya peneliti melakukan
beberapa hal sebagai berikut dibawah ini:
45
Untuk dapat memahami latar penelitian, peneliti
meminta keterangan terkait dengan sasaran penelitian
dan memulai mempersiapkan diri baik secara fisik
maupun mental serta mencoba untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan dan kebiasaan, juga menjalin hubungan
yang baik dengan obyek sasaran.
b. Memasuki Lapangan
Untuk memasuki lapangan yakni mengikuti aktifitas
KH. Zainul Arifin serta dibutuhkan beberapa teknik
untuk membatasi latar yang akan diteliti dan
mempersiapkan diri dalam meneliti subyek penelitian.
Teknik tersebut adalah: persiapan mental, memilih
informan dengan memperhatikan petunjuk dari
informan terdahulu agar lebih terarah dalam
memperoleh data yang dibutuhkan, menggunakan
teknik wawancara mendalam mengenai data yang
deperlukan dengan K. H. Zainul Arifin.
c. Pengumpulan Data
Pencarian data di lapangan dengan menggunakan alat
pengumpul data yang sudah disediakan secara tertullis
ataupun tanpa alat yang hanya merupakan angan-angan
tentang sesuatu hal yang akan dicari dilapangan.
46
dengan melakukan pengarahan batas studi, mencatat data
yang diperoleh dari KH. Zainul Arifin, maupun para
anggota jama’ah Musholla Ar-Rahman Sembayat.
d. Tahap Analisis
Berikut adalah kegiatan yang peneliti lakukan dalam tahap
ini:
1. Pengumpulan data, yang diperoleh melalui wawancara,
observasi serta catatan lapangan selama penelitian
berlangsung. Kemudian data-data tersebut disusun
secara naratif dan sistematis dan dikelompokkan sesuai
dengan kriterianya masing-masing.
2. Menyusun data sesuai dengan kategori-kategori yang
sesuai dengan masalah penelitian.
e. Penulisan Laporan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan hasil penelitian yang sesuai dengan buku
panduan skripsi Progam Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan sesuai dengan arahan dosen pembimbing.
2. Penyimpulan penelitian.
47
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka penggumpulan data maka peneliti
menggunakan tehnik penggumpulan data sebagai berikut dibawah
ini:
1. Observasi
Dalam pelaksanaan observasi partisipan ini maka penulis
terjun langsung kelapangan dengan melibatkan diri langsung pada
aktifitas Sholat Sunnah dan Ceramah di Musholla Musholla
Ar-Rahman Kelurahan Sembayat. jadi selain penulis juga sebagai anggota jama’ah, sehingga hal ini dapat mempermudah proses
pengamatan yang terhindar dari masa kecurigaan dari mereka.
Dengan demikian kegiatan