HUBUNGAN MINAT KERJA DENGAN SELF MONITORING
KARYAWAN OUTSOURCING PT. POS INDONESIA KEBON ROJO SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) psikologi (S.Psi)
Retno Maisyaroh B77211106
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
x INTISARI
Memasuki era globalisasi, persaingan dalam dunia kerja menjadi kompetitif. Agar Indonesia dapat bersaing dengan Negara lainnya, maka diperlukan tenaga kerja yang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari Negara lain. Dengan kata lain, dibutuhkan tenaga kerja dengan performasi kerja yang baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self
monitoring dan minat kerja karyawan outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian komparasi dengan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa skala self monitoring dan skala minat kerja. Subjek
penelitian berjumlah lima puluh populasi melalui teknik
pengambilan sampling purposive teknik sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self
monitoring dan minat kerja pada karyawan outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya.
ABSTRACT
Entered the era globalization, competition in the world of work to be competitive. So that Indonesia can compete with other countries, it is neceddary workforce able to compete with workers from other countries. In other words, it takes manpower with good working perfomation. The purpose of this study was to determine differences in Self-Monitoring and outsourced employees working interest in PT. POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya. This study is a comparative study using data collection techniques such as Self-Monitoring scale and the scale of the working interest. Research subjects, fifty populations through sampling technique purposive sampling technique. The results showed that there are differences in Self-Monitoring and interest of the employees working in outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya.
v DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………. i
HALAMAN PENGESAHAN……….. ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN………... iii
KATA PENGANTAR……….. iv A. Latar Belakang Penelitian………...……… 1
B. Rumusan Masalah……….……… 10
C. Tujuan Penelitian……….………. 11
D. Manfaat Penelitian………... 11
E. Keaslian Penelitian……… 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Monitoring………..………14
B. Minat Kerja……….……….. 24
C. Hubungan Minat Kerja dengan Self Monitoring…………..………. 32
D. Kerangka Teoritis/Landasan Teoritis………..……….. 35
E. Hipotesis………..……….. 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional………..……….. 38
B. Populasi, Sample dan Teknik Sampling………...………. 40
C. Teknik Pengumpulan Data………...……. 41
D. Validitas dan Reliabilitas………...………...……… 47
E. Analisis Data………...…….. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek………...……… 55
2. Deskripsi dan Reliabilitas………...……….. 58
3. Pengujian Hipotesis………...……… 62 Lampiran 1 Angket Uji Coba Self Monitoring…..……....……… 79
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi, persaingan dalam dunia kerja menjadi
kompetitif. Agar Indonesia dapat bersaing dengan Negara lainnya, maka
diperlukan tenaga kerja yang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari
Negara lain. Dengan kata lain, dibutuhkan tenaga kerja dengan performasi
kerja yang baik.
Demi tercapainya visi dan misi dari perusahaan harus
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk perencanaan dan
pengembangan SDM. Salah satunya adalah untuk proses seleksi
karyawannya. Hal ini menyebabkan adanya suatu ekspektansi dari pihak
pengelola terhadap kinerja karyawannya.
Pada saat peneliti sedang ada tugas di waktu magang di sebuah
Perusahaan yang di mana perusahaan tersebut adalah salah satu
perusahaan BUMN, yang performasi kerjanya harus baik dan bernilai
positif di mata masyarakat. Perusahaan tersebut adalah PT. POS Indonesia
Kebon Rojo Surabaya. Di mana perusahaan tersebut diwajibkan untuk
melayani para pengguna jasa tersebut dengan performasi kerja secara baik
dan bernilai positif atau berkerja secara profesional. Dari fenomena yang
2
dalam konteks pelayanan terhadap jasa perusahaan tersebut, seperti adanya
masalah keterlambatan pengiriman, dan pembayaran atau administrasi
barang, maka para pekerja distribusi dan loket atau sales harus benar-benar
bekerja secara profesional dan masalah yang selanjutnya yaitu menurut
hasil wawancara dari karyawan tetap kenapa karyawan outsourcing
tersebut mau diletakkan bagian yang berbeda sedangkan gajinya pun sama,
apakah hal tersebut dari minat kerja mereka, agar konsumen dapat merasa
puas terhadap jasa perusahaan dan menyakinkan, para konsumen untuk
terus memiliki rasa kepercayaan terhadap jasa dan kinerja perusahaan
tersebut.
Dari fenomena yang ada di lapangan yang ada peneliti meneliti
minat kerja, karena adanya performasi kerja yang kurang baik dari pekerja
outsourcing di bagian loket (sales person) dengan bagian distribusi di PT
POS Indonesia Kebon Rojo Surabaya.
Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai pemindahan atau
pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, di
mana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan
management berdasarkan definisi serta criteria yang telah disepakati oleh
para pihak. Beberapa pakar serta praktisi outsourcing (Alih Daya) dari
Indonesia juga memberikan definisi mengenai outsourcing dalam bahasa
Indonesia tersebut sebagai alih daya, adalah pendelegasian operasi dan
management harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan
3
Tambusai, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mendefinisikan pengertian
outsourcing sebagai memborongkan satu bagian atau beberapa bagian
kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain
yang kemudian disebut sebagai penerima pekerjaan. Sehubungan dengan
hal tersebut maka perusahaan harus benar-benar mencari dan menyeleksi
calon karyawan yang mempunyai self monitoring dan minat yang baik,
agar mampu tercapainya kesuksesan dalam karir bekerja.
Kesuksesan karir dan tercapainya tujuan organisasi, ternyata sangat
tergantung pada hubungan inter-personal yang efektif. Sehubungan dengan
hal ini, pekerjaan dalam bidang penjualan khususnya di bagian loket atau
biasa yang disebut dengan salesperson, pantas mendapatkan perhatian
lebih karena pekerjaan tersebut memegang peranan penting dalam
menunjang perekonomian perusahaan (Vinchur, Schippmann, dkk, 1998;
Smee, 1990).
Individu yang bekerja dalam bidang ini harus selalu siap menerima
penolakan dari pelanggan, mencoba mencari pelanggan baru, dan
mempertahankan pelanggan yang lama (Vinchur, Schipmann, dkk, 1998).
Chan (2003), menyatakan bahwa saat ini konsumen butuh dikenali, diberi
reward dan pelayanan yang baik.
Selain dapat menfasilitasi pekerjaan kita, kehadiran individu lain
membuat apa yang kita kerjakan menjadi lebih berarti dan dapat
4
untuk mengembangkan konsep diri yang baik, membantu individu dalam
proses aktualisasi diri dan dalam membangun mental yang sehat. Di lain
pihak, hubungan interpersonal yang buruk dapat menyebabkan individu
terisolasi dari dunia luar, menjadi kurang pengetahuan, dipecat dari
pekerjaan, menurun produktivitasnya, bahkan dapat menyebabkan
gangguan psikologis dan gangguan kesehatan (Johnson, 1986; Cohen &
Williamson, 1991).
Salah satu factor yang berperan dalam membantu hubungan
interpersonal yang baik adalah bagaimana individu mampu menampilkan
kesan yang tepat pada situasi atau individu yang berbeda. Hal ini disebut
sebagai self-monitoring (Baron & Byrne, 1994).
Berdasarkan teori self-monitoring, individu akan menyesuaikan
diri dengan situasi tertentu menggunakan banyak petunjuk yang ada pada
dirinya (self-monitoring rendah) ataupun sekitarnya (self-monitoring
tinggi) sebagai informasi. Individu dengan self-monitoring tinggi selalu
ingin menampilkan citra diri yang positif dihadapan orang lain
(Ganggested & Snyder, 2000).
Self monitoring merupakan tingkatan individu dalam mengatur
perilakunya berdasarkan situasi eksternal dan internal dan reaksi orang lain
(Self-monitoring tinggi) atau atas dasar factor internal seperti keyakinan,
sikap dan minat (Self-monitoring rendah). Self-monitoring merupakan
5
dihadapan orang lain dengan menggunakan informasi yang ada pada
dirinya atau informasi yang ada disekitarnya.
Menurut Bringgs dan Cheek (1998) self-monitoring mempunyai
tiga komponen, komponen tersebut, yaitu Ekspressive self control, social
stage presence, dan other directed self present.
Ekspressive self control, yaitu berhubungan dengan kemampuan
untuk secara aktif mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai
Self-monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar telihat baik.
Social stage presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku
yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk
mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian social.
Other directed self present, kemampuan untuk memainkan peran
seperti yang diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi social,
kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi.
Self monitoring adalah individu yang memiliki perbedaan cara
memaknai sebuah situasi eksternal untuk berperilaku. Perbedaan tersebut
berdasarkan seberapa bisa atau seberapa besar mereka mengontrol sebuah
perilaku.
Teori Mark Snyder menyebutkan bahwa self monitoring terbagi
menjadi dua yaitu high self-monitoring dan low self-monitoring namun
pada dimensi yang sama. High self-monitoring merupakan perilaku
seseorang yang memiliki responsifitas tinggi dan kekuatan interpersonal
6
bukan merupakan perilaku yang tidak ekspresif terhadap situasi namun
lebih tepatnya, perilaku yang dikarenakan secara fungsional yang
mencerminkan sebuah emosi terhadap situasi tersebut (Gangestad &
Snyder, 2000). Menurut Mark Snyder bahwa self-monitoring merupakan
sebuah sifat umum terhadap penerimaan dan menjadi arah dalam perilaku
seseorang berdasarkan isyarat umum didalam diri seseorang atau pada
situasi tertentu.
Proses terbentukanya self-monitoring adalah adanya faktor-faktor
seperti pergaulan sosial, pergaulan sosial, latar belakang sosial, keyakinan,
sikap, dan minat. Dengan self monitoring seseorang dapat bertingkah laku
yang sesuai kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosialnya.
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat
ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai
kebenaran, karena kenyakinan merupakan suatu sikap, sedangkan sikap
adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang
terhadap stimulus atau obyek, dan minat adalah suatu kekuatan yang
memotivasi untuk bertingkah laku memilih pekerjaan yang dirasakan
memberikan kesenangan dan kepuasan (Drever, 2006).
Ada beberapa indicator dalam self-monitoring:
1. Menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam situasi
sosial
2. Memperhatikan informasi eksternal sebagai acuan berperilaku
7
4. Hubungan interpersonal
5. Variasi tingkah laku terhadap situasi dilingkungan sosial
6. Mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada
situasi-situasi yang penting.
Hubungan self-monitoring terhadap dunia kerja yaitu sama-sama
mempunyai keinginan tercapainya visi dan misi. Dalam melakukan
pekerjaannya banyak faktor yang dapat mempengaruhi performasi kerja
individu, antara lain hubungan interpersonal. Kesuksesan karir dan
tercapainya tujuan organisasi, ternyata sangat tergantung pada hubungan
interpersonal yang efektif.
Hubungan interpersonal yang baik sangat berguna untuk
mengembangkan kemampuan social dan kognitif, mengembangkan konsep
diri yang baik, membantu individu dalam proses aktualisasi diri dan dalam
membangun mental yang sehat. Di lain pihak, hubungan interpersonal
yang buruk dapat menyebabkan individu terisolasi dari dunia luar, menjadi
kurang pengetahuan, dipecat dari pekerjaan, menurun produktivitasnya,
bahwa dapat menyebabkan gangguan psikologis dan gangguan kesehatan
(Johnson, 1986; Coben & Williamson, 1991).
Salah satu faktor yang berperan dalam membangun hubungan
interpersonal yang baik adalah bagaimana individu mampu menampilkan
kesan yang tepat pada situasi atau individu yang berbeda (Baron & Bryne,
8
Konsep self-monitoring dikemukakan oleh Snyder (1974) sebagai
kemampuan individu untuk mengatur perilakunya berdasarkan situasi
lingkungan dan reaksi orang lain atau berdasarkan factor internal seperti
kepercayaan, sikap, dan kepentingan dari individu yang bersangkutan.
Dari beberapa factor yang mempengaruhi self monitoring peneliti
memilih minat untuk dijadikan sebagai variable x (bebas), karena minat
mempengaruhi hubungan interpersonal dan performasi kerja. Anastasi
(1997) menyatakan bahwa minat seseorang merupakan aspek penting
kepribadian dan dapat mempengaruhi hubungan antar pribadi.
Noah (2001) menyatakan bahwa minat seseorang terhadap
pekerjaan tertentu dapat menjadi dasar prediksi bagi kesuksesan
pekerjaannya di kemudian hari.
Minat terhadap pekerja sebagai distribusi dan salesperson (tenaga
penjual khususnya loket). Harrocks (1976) dan Skinner (1979)
mendefinisikan minat sebagai tatanan sikap yang menunjukkan adanya
ketertarikan atau perhatian selektif terhadap objek atau aktivitas tertentu.
Anastasi (1997), menyatakan bahwa minat seseorang merupakan
aspek penting kepribadian dan dapat mempengaruhi hubungan antar
pribadi.
Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat terhadap
pekerja outsourching bagian distrubusi dan loket yaitu kecenderungan
9
dengan pelayanan jasa, merasa senang berkecimpung atau melakukan
aktivitas dalam bidang tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat
seseorang antara lain keluarga, teman sepermainan dan pengalaman. Minat
seseorang pada pekerjaan tertentu dapat dipengaruhi pula oleh kompensasi
atau apa yang akan didapatkannya dari pekerjaan tersebut (Desseler,
2000).
Jadi, self-monitoring merupakan sebuah proses adaptasi yang
melibatkan individu dalam merencanakan dan menentukan tingkah laku
untuk menghadapi situasi eksternal, sedangkan minat itu sendiri adalah
kekuatan yang memotivasi untuk bertingkah laku memilih pekerjaan yang
dirasakan memberikan kesenangan dan kepuasan (Drever, 2006). Selain
itu, minat juga dapat berperan sebagai motivator sehingga individu
memiliki kesiapan yang mengarah tingkah lakunya ke arah goal tertentu
(J.P. Chaplin, 2002).
Woodworth & Marquis mengemukakan, bahwa kegiatan akan
berlangsung dengan lancar dan berhasil, apabila ada minat yang besar dari
individu. Sedangkan menurut Steers & Porter, 2002, minat merupakan
intrinsically motivating, yaitu individu akan lebih termotivasi dalam
menyelesaikan tugasnya, karena tugas tersebut dirasakan menyenangkan.
Dari fenomena yang terjadi saat ini, banyaknya konsumen yang
merasa tidak dan kurang puas dalam konteks pelayanan terhadap jasa
10
pembayaran atau administrasi barang, dan kurang kecekatan pekerja dalam
pelayanannya, maka para pekerja distribusi dan loket atau sales harus
benar-benar bekerja secara professional dan masalah yang selanjutnya
yaitu menurut hasil wawancara dari karyawan tetap kenapa karyawan
outsourching tersebut mau diletakkan bagian yang berbeda sedangkan
gajinya pun sama, apakah hal tersebut dari minat mereka bekerja, agar
konsumen dapat merasa puas terhadap jasa perusahaan dan menyakinkan,
para konsumen untuk terus memiliki rasa kepercayaan terhadap produk
dan kinerja perusahaan tersebut.
Dari berbagai uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
hubungan interpersonal, yang mempengaruhi self monitoring, serta minat
terhadap suatu pekerjaan memegang peranan penting dalam menentukan
performasi kerja individu.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan minat kerja
dengan self monitoring karyawan Outsourcing PT. POS INDONESIA
Kebon Rojo Surabaya dengan menggunakan perusahaan, sampel,
instrument dan analisa data yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan minat kerja dengan self monitoring
11
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara Minat Kerja dengan Self
Monitoring pada karyawan outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon
Rojo Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perkembangan bidang psikologi industri, khususnya memberi tambahan
informasi kajian empirik tentang Hubungan Minat Kerja dengan Self
Monitoring Karyawan Outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon Rojo
Surabaya.
Dari segi pekerja, diharapkan dapat memberi masukan yang
berguna dari para pekerja yang berkecimpung di dunia industri.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk
merekomendasikan pentingnya minat terhadap self monitoring karyawan,
khusunya pegawai outsourcing bagian loket (salesperson) dengan bagian
12
E. Keaslian Penelitian
Fenomena hubungan Minat Kerja dengan Self Monitoring telah
diteliti atau dikaji dalam penelitian-penelitian terdahulu. Dalam penelitian
sebelumnya, penelitian dilakukan terhadap 85 tenaga penjualan
(salesperson) PT. GKM, dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan self
monitoring karyawan yang ditinjau dari minat kerja. Dari data yang
diperoleh para peniliti sebelumnya yaitu menggunakan metode One Way
Anova dengan bantuan program SPSS v.16 for Windows. Pada penelitian
Nita Ratnasari (2012) juga melakukan penelitian dengan judul dan konsep
serta metode penelitian maupun analisa yang sama seperti halnya
penelitian ini. Pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian disebuah PT.
Serasi Transportasi Nusantara (O-Renz Taxi), jumlah populasi penelitian
sebanyak 33 orang. Kemudian data dianalisis menggunakan teknik analisis
statistic parametric Independent T-test dengan bantuan program SPSS v.16
for windows. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara kedua kelompok self monitoring. Besar taraf signifikansi
0.011 yaitu lebih kecil dari 0.05 sehingga perbedaan yang ada signifikan
secara statistic. Besar etasquared adalah 0.18890 yang berarti efek yang
ditimbulkan besar.
Pada penelitian sebelumnya, yang ketiga yaitu, penelitian dari
Anastasia Anin, peneliti mengambil populasi di Universitas Gadjah Mada
13
penelitiannya terdapat identifikasi positif dan signifikan, yaitu (r = 0.402; p
= 0.000) yang mengartikan hipotesis berhubungan, dan kontribusi self
monitoring 16.2%. Pada penelitian Raharjo Soni sebelumnya, selanjutnya
peneliti mengambil populasi di sebuah SD Negeri di kecamatan
Tanjungmorawa kabupaten Deli Serdang. Peneliti meneliti tentang self
monitoring guru, dengan populasi penelitian sebanyak 49 orang yang
dipilih secara random sampling. teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu angket untuk mengukur setiap varibel penelitian. Teknik analisis data
yaitu pendekatan kuantitatif dengan analisis jalur. Hasil penelitian
sebelumnya, analisis dari pengujian hipotesis penelitian diperoleh bahwa r
= 0.495,2 terdapat pengaruh pada self monitoringnya guru. Namun yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak
pada tempat observasi dan subjek penelitian, sehingga hasil penelitian dan
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Self Monitoring
Setiap individu berbada dalam memilih jenis informasi yang
digunakan untuk konsep dirinya. Tiap-tiap individu memiliki kesadaran
berbeda-beda tentang cara menampilkan perilaku pada orang lain yang
disebut sebagai self monitoring (Penrod, 1986). Self-monitoring adalah
kemampuan individu untuk menangkap petunjuk yang ada disekitarnya,
baik personal maupun situasi yang spesifik untuk mengubah
penampilannya, dengan tujuan untuk menciptakan kesan yang positif yang
meliputi kemampuan individu untuk memantau perilakunya dan juga
sensitivitas individu untuk melakukan pemantauan terhadap dirinya
(Hiskawati, 2004).
Self-monitoring merupakan tingkatan induvidu yang mengatur
perilakunya berdasarkan situasi eksternal dan internal dan reaksi orang lain
(Self-monitoring tinggi) atau atas dasar factor internal seperti keyakinan,
sikap, dan minat (Self-monitoring rendah). Self-monitoring merupakan
suatu usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan dirinya
dihadapan orang lain dengan menggunakan informasi yang ada pada
dirinya atau informasi yang ada disekitarnya (Snyder & Ganggested,
15
Menurut Baron & Byrne (1994), Self-monitoring adalah salah satu
faktor yang berperan dalam membangun hubungan interpersonal yang baik
adalah bagaimana individu mampu menampilkan kesan yang tepat pada
situasi atau individu yang berbeda.
Direzkia (1999), Self monitoring melibatkan pertimbangan
ketepatan dan kelayakan sosial, perhatian terhadap informasi perbandingan
sosial (social comparison), kemampuan untuk mengendalikan dan
memodifikasi penampilan diri dan fleksibilitas penggunaan kemampuan
ini dalam situasi tertentu.
Self-monitoring merupakan konsep yang berhubungan dengan
konsep pengaturan kesan (impression management) atau konsep
pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986). Teori tersebut
menitikberatkan perhatian pada kontrol diri individu untuk memanipulasi
citra dan kesan orang lain tentang dirinya dalam melakukan interaksi sosial
(Shaw & Constanzo, 1982). Individu yang baik secara sadar maupun tidak
sadar memang selalu berusaha untuk menampilkan kesan tertentu
mengenai dirinya terhadap orang lain pada saat berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya.
Menurut Snyder (1999, Watson et al., 1984), Self monitoring
merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan
dirinya dihadapan orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk
yang ada di sekitarnya. Berdasarkan konsep ini Mark Snyder mengajukan
16
setiap individu dalam menampilkan impression management dihadapan
orang lain.
Snyder & Cartor (1999, Fiske & Taylor, 1991) mendefinisikan self
monitoring sebagai cara individu dalam membuat perencanaan, bertindak,
dan mengatur keputusan dalam berperilaku terhadap situasi sosial. Hal ini
diperkuat dengan pendapat Robbins (1996) yang menyatakan bahwa self
monitoring merupakan suatu cirri kepribadian yang mengukur kemampuan
individu untuk menyesuaikan perilakunya pada faktor-faktor luar.
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para
ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa self monitoring merupakan
kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain
dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya maupun
petunjuk-petunjuk yang ada disekitarnya guna mendapatkan informasi
yang diperlukan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi dan
situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosialnya.
Berdasarkan teori self monitoring, sewaktu individu akan
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu, secara umum menggunakan
banyak petunjuk yang ada pada dirinya (self monitoring rendah) ataupun di
sekitarnya (self monitoring tinggi) sebagai informasi. Individu dengan self
monitoring tinggi selalu ingin menampilkan citra diri yang positif
dihadapan orang lain. Raven & Rubin 1983, Seorang individu yang
memiliki self monitoring tinggi cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh
17
dengan menggunakan informasi yang diterimanya. Hal ini mencerminkan
bahwa individu yang mempunyai self minotoring tinggi biasanya sangat
memperhatikan penyesuaian tingkah lakunya pada situasi sosial dan
hubungan interpersonal yang dihadapinya.
Baron & Byrne, (1997) menambahkan bahwa individu dengan self
monitoring tinggi mampu untuk menyesuaikan diri pada situasi dan
mempunyai banyak teman serta berusaha untuk menerima evaluasi positif
dari orang lain. Singkatnya, individu dengan self monitoring tinggi
cenderung fleksibel, penyesuaian dirinya baik dan cerdas sehingga
cenderung lebih cepat mempelajari apa yang menjadi tuntutan di
lingkungan pada situasi tertentu (Wrightsman & Deaux, 1981).
Fiske & Taylor, (1991) menyatakan bahwa individu dengan self
monitoring tinggi juga sangat sensitive terhadap norma sosial dan berbagai
situasi yang ada disekitarnya sehingga dapat lebih mudah untuk
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Hal ini mencerminkan bahwa
individu dengan self monitoring yang tinggi cenderung peka terhadap
aturan yang ada di sekitar dirinya sehingga selain berusaha untuk
menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan situasi (Brehm & Kassin,
1993).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Baron & Byrne (1997),
menyatakan bahwa individu dengan self monitoring tinggi cenderung
18
dirinya dengan standar perilaku sosial dan berusaha untuk mengubah
dirinya sesuai dengan situasi saat itu.
Individu dengan self monitoring rendah memiliki cirri-ciri yang
berkebalikan dengan individu yang memiliki self monitoring tinggi.
Individu yang mempunyai self monitoring rendah lebih
mempercayai informasi yang bersifat internal. Menurut Fiske & Taylor
(1991), individu dengan self monitoring rendah dalam menampilkan
dirinya terhadap orang lain cenderung hanya didasarkan pada apa yang
diyakininya adalah benar menurut dirinya sendiri. Hal ini mencerminkan
bahwa individu dengan self monitoring rendah kurang peka akan hal-hal
yang ada di lingkungannya sehingga kurang memperhatikan
tuntutan-tuntutan dari lingkungannya tersebut yang ditujukan kepada dirinya.
Baron & Byrne (1994), menambahkan bahwa individu yang
memiliki self monitoring rendah menunjukkan perilaku yang konsisten.
Hal ini dikarenakan faktor internal seperti kepercayaan, sikap, dan
meinatnya yang mengatur tingkah lakunya (Kreitner dan Kinichi, 2005).
Engel (1995), juga menyatakan bahwa individu dengan self
monitoring rendah tidak peduli dengan pendapat orang lain dan lebih
mementingkan perasaan dan faktor internal yang dimilikinya. Tidak
mengherankan apabila individu ini menjadi cenderung memegang teguh
pendiriannya dan tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dan
luar dirinya sehingga kurang berhasil dalam melakukan hubungan social
19
monitoring rendah tidak berusaha untuk mengubah perilakunya sesuai
dengan situasi dan tidak tertarik dengan informasi-informasi sosial dari
lingkungan di sekitarnya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa individu
yang memiliki self monitoring tinggi menunjukkan ciri-ciri tanggap
terhadap tuntutan lingkungan di sekitarnya, memperhatikan informasi
social yang merupakan petunjuk baginya untuk menampilkan diri sesuai
dengan informasi dan petunjuk tersebut, mempunyai kontrol yang baik
terhadap tingkah laku yang akan ditampilkan, mampu menggunakan
kemampuan yang dimilikinya untuk berperilaku dalam situasi-situasi yang
penting dan mampu mengendalikan diri, menjaga sikap, perilaku serta
ekspresif.
Sebaliknya, individu yang memiliki self monitoring rendah
menunjukkan ciri-ciri kurang tanggap terhadap situasi-situasi yang
menuntutnya untuk menampilkan dirinya, kurang memperhatikan
pendapat orang lain dan kurang memperhatikan informasi sosial, kurang
dapat menjaga dan tidak peduli dengan kata orang lain, kurang berhasil
dalam menjalin hubungan interpersonal, perilaku dan ekspresi diri lebih
dipengaruhi oleh pendapat dirinya pada situasi sekitarnya.
1. Aspek-aspek Self monitoring
Menurut Shaw & Constanzo (1982), self monitoring mempunyai
20
a. Kesesuaian lingkungan sosial dengan presentasi diri seorang individu
berarti menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam
situasi sosial.
b. Memperhatikan informasi perbandingan sosial sebagai petunjuk dalam
mengekspresikan diri agar sesuai dengan situasi tertentu berarti
memperhatikan informasi eksternal yang berasal dan lingkungan
sekitarnya sebagai pedoman bagi dirinya dalam berperilaku.
c. Kemampuan mengontrol dan memodifikasi presentasi diri berarti
berhubungan dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah
perilakunya.
d. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada
situasi-situasi khusus berarti mampu untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki pada situasi-situasi yang penting.
e. Kemampuan membentuk tingkah laku ekspresi dan presentasi diri
pada situasi yang berbeda-beda agar sesuai dengan situasi di
lingkungan sosialnya berarti tingkah lakunya bervariasi pada berbagai
macam situasi di lingkungan social.
Briggs & Cheek (1986, Snyder & Gangestad, 1986)
menyempurnakan pendapat Snyder (1974) maupun Lennox & Wolfe
(1984) mengenai komponen self monitoring. Briggs & Cheek (Snyder &
Gangestad, 1986) menyatakan bahwa pendapat para pendahulunya
21
Ketiga komponen self monitoring yang dikemukakan oleh Briggs &
Cheek (Snyder & Gangestad, 1986) adalah sebagai berikut:
a. Expressive self control, yaitu berhubungan dengan kemampuan untuk
secara aktif mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai
self monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar terlihat
baik. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1) Acting, termasuk didalamnya kemampuan untuk bersandiwara,
berpura-pura, dan melakukan control ekspresi baik secara verbal
maupun non verbal serta control emosi.
2) Entertaining, yaitu menjadi penyegar suasana.
3) Berbicara di depan umum secara spontan.
b. Social Stage Presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku yang
sesuai dengan situasi yang dihadapi, kamampuan untuk
mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian social.
Ciri-cirinya adalah:
1) Ingin tampil menonjol atau menjadi pusat perhatian.
2) Suka melucu.
3) Suka menilai kemudian memprediksi secara tepat pada suatu perilaku
yang belum jelas.
c. Other directed selfpresent, yaitu kemampuan untuk memainkan peran
seperti apa yang diharapkan oleh orang lain dalam situasi social,
kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk
22
1) Berusaha untuk menyenangkan orang lain.
2) Berusaha untuk tampil menyesuaikan diri dengan orang lain
(conformity).
3) Suka menggunakan topeng untuk menutupi persaannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
self monitoring meliputi: expressive self control, social stage presence,
dan other directed self presen.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self monitoring
Wrightsman & Deaux, (1993) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi self monitoring seseorang adalah
a. Bentuk pergaulan sosial
b. Minat kerja
c. Kebutuhan social
Sejak manusia dilahirkan, mereka tidak memiliki kemampuan
untuk hidup sendiri. Setiap manusia selalu membutuhkan orang lain
untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Naluri manusia untuk selalu
hidup dengan orang lain menurut Soekanto disebut dengan
gregariousness dan karena itu manusia juga disebut dengan social
animal, hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.
Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat yaitu
keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingny, dan
keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya
23
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang
paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat
hubungan-hubungan tersebut. Reaksi tersebut kemudian menyebabkan tindakan
seseorang menjadi bertambah luas. Untuk dapat menghadapi dan
menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia
menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendak.
Dalam setiap masyarakat terdapat apa yang dinamakan pola-pola
perilaku atau paterns of behavior. Pola-pola perilaku merupakan
cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti
oleh semua anggota masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama
dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Pola-pola
perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan pada
khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang lain dinamakan
(social organization) (Soekanto, 2001).
Ada beberapa indikator dalam self monitoring:
1. Menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam
situasi sosial.
2. Memperhatikan informasi eksternal sebagai acuan berperilaku.
3. Kemampuan mengontrol dan mengubah perilaku.
4. Hubungan interpersonal.
5. Variasi tingkah laku terhadap situasi di lingkungan sosial.
6. Mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada
24
Di dalam dunia kerja, hubungan self monitoring terhadap dunia
kerja yaitu sama-sama mempunyai keinginan tercapainya visi dan misi.
Dalam melakukan pekerjaannya banyak faktor yang dapat mempengaruhi
performasi kerja individu, antara lain hubungan interpersonal.
Kesuksesan karir dan tercapainya tujuan organisasi, ternyata sangat
tergantung pada hubungan interpersonal yang efektif.
Menurut Johnson (1986), hubungan interpersonal yang baik sangat
berguna untuk mengembangkan kemampuan sosial dan kognitif,
mengembangkan konsep diri yang baik, membantu individu dalam proses
aktualisasi diri dan dalam membangun mental yang sehat. Dilain pihak,
hubungan hubungan interpersonal yang buruk dapat menyebabkan
individu terisolasi dari dunia luar, menjadi kurang pengetahuan, dipecat
dari pekerjaan, menurun produktivitasnya, bahwa dapat menyebabkan
gangguan psikologis dan gangguan kesehatan Coben & Williamson,
(1991).
B. Minat Kerja
Minat kerja merupakan suatu ketertarikan individu terhadap satu
pekerjaan tertentu yang membuat individu itu sendiri merasa senang
dengan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini Mappier (1982) menjelaskan
bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari
25
kecenderungan lain yang menggerakan individu kepada suatu pilihan
tertentu.
Sukardi (1994), minat merupakan satu unsur kepribadian yang
memegang peranan penting dalam mengambil keputusan masa depan.
Minat kerja mengarahkan individu terhadap suatu pekerjaan atas dasar
rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang
merupakan dasar suatu minat kerja terhadap pekerjaan tersebut. Minat
kerja seseorang dapat diketahui dari pernyataan senang atau tidak senang
terhadap suatu pekerjaan tertentu.
Suryobroto (1988) mendefinisikan minat kerja sebagai
kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu pekerjaan
atau menyayangi suatu pekerjaan. Timbulnya minat kerja terhadap suatu
pekerjaan ini ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik. Jadi boleh
dikatakan orang yang berminat terhadap sesuatu maka seseorang tersebut
akan merasa senang atau tertarik terhadap pekerjaan yang diminati
tersebut.
Selain itu Suryobroto (1983) juga menyatakan minat kerja adalah
pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu pekerjaan serta banyak
sedikitnya kekuatan yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Kemudian Suryanto (1983) juga mendefinisikan minat kerja
sebagai suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir
26
Pemusatan perhatian menurut pendapat tersebut merupan tanda
seseorang yang mempunyai minat kerja terhadap suatu yang muncul
dengan tidak sengaja yang menyertai sesuatu aktivitas tertentu.
Crown & Crow (1984) menjabarkan bahwa minat kerja dapat
menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang. Sesuatu
barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap
pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat kerja
dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam
kegiatan tersebut. Lebih lanjut Crow & Crow menyebutkan bahwa minat
kerja mempunyai hubungan erat dengan dorongan-dorongan,
motif-motif, dan respon-respon emosional.
Minat kerja menurut Chauhan (1987), pada orang dewasa
menentukan aturan penting dalam perkembangan pribadi dan perilaku
mereka. Minat kerja adalah hal penting untuk mengerti individu dan
menentukan aktivitas di amsa yang akan datang.
Tampubolon (1993) mengemukakan bahwa minat kerja adalah
perpaduan antara keinginan dan kemauan kerja yang dapat berkembang
jika ada motivasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005)
bahwa suatu aktivitas tersebut, disini Nampak bahwa minat merupakan
motivator yang kuat untuk melakukan sesuatu aktivitas. Menurut
Sandjaja (2005), mengartikan minat kerja adalah perhatian yang kuat,
intensif dan menguasai pekerjaan individu secara mendalam untuk tekun
27
Ginting (2005), mengungkapkan definisi minat kerja sebagai
kesukaan terhadap pekerjaan melebihi pekerjaan lainnya. Ini berarti
minat kerja berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang
mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh
Ginting (2005). Minat kerja berfungsi sebagai daya penggerak yang
mengerahkan seseorang melakukan pekerjaan tertentu yang spesifik,
lebih jauh lagi minat kerja mempunyai karakteristik pokok yaitu
melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga
dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Ditegaskan oleh
Elliot dkk (2000) bahwa minat kerja adalah karakteristik tetap yang
diekspresikan oleh hubungan antara seseorang dan pekerjaan khusus.
Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat kerja adalah kesadaran
seseorang terhadap suatu pekerjaan, pegawai, masalah kerja, atau situasi
kerja yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat dalam
bekerja harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Kerenanya minat
kerja merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian
yang tinggi terhadap pekerjaan tertentu dan mendorong yang
bersangkutan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Sutjipto, (2001) menjabarkan minat kerja sebagai suatu ungkapan
kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari,
sehingga kegiatan itu disukainya, sedangkan Guilford (Sutjipto, 2001)
menyatakan minat kerja sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku
28
Sementara itu Sax (Sutjipto, 2001), mendefinisikan bahwa minat kerja
sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas
pekerjaan yang lainnya. Sedangkan Crites (Sutjipto, 2001)
mengemukakan bahwa minat kerja seseorang terhadap sesuatu akan lebih
terlihat apabila yang bersangkutan mempunyai rasa senang terhapa
pekerjaan tersebut.
Ormrod, (2003) berpendapat minat kerja adalah bentuk dari
motivasi instrinsik. Pengaruh positif minat akan membuat seseorang
mereka tertarik bereksperimen seperti merasakan kesenangan,
kegembiraan, dan kesukaan. Ormrod, (2003) menjelaskan bahwa
seseorang yang memiliki minat kerja terhadap apa yang dikerjakan lebih
dapat mengingatnya dalam jangka panjang dan menggunakannya
kembali sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran di masa yang akan
datang. Pintrich dan Schunk (1996) juga menyebutkan bahwa minat kerja
merupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhi
perhatian, belajar, berpikir dan prestasi.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat diasumsikan bahwa
timbulnya minat kerja seseorang itu disebabkan oleh beberapa faktor
penting yaitu rasa tertarik atau rasa senang, faktor perhatian dan
kebutuhan. Kaitannya dengan penelitian minat kerja terhadap pekerjaan
yang dikerjakan, minat kerja terhadap sesuatu tersebut tidak dapat
diketahui atau diukur secara langsung harus digunakan faktor-faktor yang
29
pekerjaan. Karena minat kerja tidak dapat diukur secara langsung, maka
unsur-unsur atau faktor yang menyebabkan timbulnya minat kerja
tersebut diangkat untuk mengungkap minat kerja seseorang. Dalam
faktor ini disusun pertanyaan yang berguna untuk mengungkap minat
seseorang terhadap suatu kegiatan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Minat pada hakikatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman.
Minat berkembang sebagai hasil dari pada suatu kegiatan dan akan
menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama (Crow,
1973). Menurut Crow ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat
kerja.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. The Factor Inner Urge: Rangsangan yang datang dari lingkungan
atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan
seseorang akan mudah menimbulkan minat kerja.
b. The Factor Of Social Motive: Minat kerja seseorang terhadap
pekerjaan atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh
factor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial.
c. Emosional Factor: Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai
pengaruh terhadap pekerjaan.
2. Pembagian dan Jenis Minat
30
1) Minat subyektif: Perasaan yang menyatakan bahwa
pengalaman-pengalaman tertentu yang bersifat menyenangkan.
2) Minat obyektif: Reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan dalam
lingkungannya.
b. Menurut Samsudin (1961) minat kerja jika dilihat dari segi
timbulnya terdiri dari dua macam yaitu:
1) Minat spontan: minat kerja yang timbul dengan sendirinya secara
langsung.
2) Minat yang disengaja: minat kerja yang dimiliki karena
dibangkitkan atau ditimbulkan.
3. Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1995)
a. Aspek kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah
dipelajari baik di rumah, tempat kerja, dan masyarakat serta dan
berbagai jenis media massa.
b. Aspek afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan
dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat.
Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang
penting yaitu orang tua, lingkungan, dan teman terhadap kegiatan
yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang
dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa
31
c. Aspek psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya
tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan
dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.
4. Faktor-faktor yang Menimbulkan Minat Kerja.
Minat kerja timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat
kerja merupakan sebab dan akibat dari perhatian. Menurut
Wetherrington (1983) minat kerja adalah seseorang yang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu yang dikerjakan, maka ia
mempunyai sikap yang positif dan merasa senang terhadap hal
tersebut, sebaliknya perasaan tidak senang akan menghambat.
Minat kerja timbul karena adanya faktor interen dan eksteren yang
menentukan minat kerja seseorang.
5. Bentuk-bentuk Minat Kerja
Menurut Buchori (1991) minat kerja dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
a. Minat primitive: minat primitive disebut minat yang bersifat
biologis, seperti kebutuhan makan, minum, bebas bergaul dan
sebagainya. Jadi pada jenis minat ini meliputi kesadaran tentang
kebutuhan yang langsung dapat memuaskan dorongan untuk
mempertahankan organisme.
b. Minat cultural: minat cultural atau biasa yang disebut juga minat
32
Jadi minat cultural disini lebih tinggi nilainya dari pada minat
primitive.
Dari beberapa definisi minat kerja di atas dapat ditarik kesimpulan
mengenai minat kerja, bahwa minat kerja merupakan motivasi intrinsik
sebagai kekuatan bekerja yang menjadi daya penggerak seseorang dalam
melakukan pekerjaan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap,
di mana pekerjaan tersebut merupakan proses pengalaman bekerja yang
dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang,
suka, dan gembira.
C. Hubungan Minat Kerja Terhadap Self Monitoring
Menurut Briggs & Cheek pada tahun 1986 (Snyder & Gangestad,
1986) menyempurnakan pendapat Snyder (1974) maupun Lennox &
Wolfe (1984) mengenai komponen self monitoring. Briggs & Cheek
(Snyder & Gangestad, 1986) menyatakan bahwa pendapat para
pendahulunya tersebut kurang dapat digunakan untuk mengukur secara
individual. Ketiga komponen self monitoring yang dikemukakan oleh
Briggs & Cheek (1987, Snyder & Gangestad, 1986) adalah sebagai
berikut:
Expressive self control, yaitu berhubungan dengan kemampuan
33
mempunyai self monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar
terlihat baik. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
Acting, termasuk didalamnya kemampuan untuk bersandiwara,
berpura-pura, dan melakukan kontrol ekspresi baik secara verbal maupun
non verbal serta kontrol emosi.
Entertaining, yaitu menjadi penyegar suasana. Berbicara di depan
umum secara spontan.
Social Stage Presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku
yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kamampuan untuk
mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial.
Ciri-cirinya adalah ingin tampil menonjol atau menjadi pusat perhatian, suka
melucu, suka menilai kemudian memprediksi secara tepat pada suatu
perilaku yang belum jelas.
Other directed selfpresent, yaitu kemampuan untuk memainkan
peran seperti apa yang diharapkan oleh orang lain dalam situasi sosial,
kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk
tanggap terhadap situasi yang dihadapi. Ciri-cirinya adalah berusaha
untuk menyenangkan orang lain, berusaha untuk tampil menyesuaikan
diri dengan orang lain (conformity), dan suka menggunakan topeng untuk
menutupi persaannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
self monitoring meliputi: expressive self control, social stage presence,
34
Faktor yang mempengaruhi self monitoring Wrightsman & Deaux,
(1993) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self monitoring seseorang
adalah bentuk pergaulan sosial, kebutuhan sosial, dan minat kerja. Salah
satu faktor terbesar yang daqpat mempengaruhi self monitoring adalah
faktor minat kerja. Minat kerja merupakan suatu ketertarikan individu
terhadap satu pekerjaan tertentu yang membuat individu itu sendiri
merasa senang dengan pekerjaan tersebut.
Mappier (1982) menjelaskan bahwa minat kerja adalah suatu
perangkat mental yang terdiri dari campuran-campuran perasaan,
harapan, pendidikan, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain
yang menggerakan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Sukardi (1994), minat kerja merupakan satu unsur kepribadian
yang memegang peranan penting dalam mengambil keputusan masa
depan. Minat kerja mengarahkan individu terhadap suatu pekerjaan atas
dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang atau tidak
senang merupakan dasar suatu minat kerja terhadap pekerjaan tersebut.
Minat kerja seseorang dapat diketahui dari pernyataan senang atau tidak
senang terhadap suatu pekerjaan tertentu. Maka hubungan antara minat
kerja dengan self monitoring ini adalah jika minat kerja itu dalam
tingkatan tinggi, maka self monitoring pada pegawai outsourching ini
tinggi dan dapat menghasilkan performansi yang baik, tetapi jika minat
kerja tersebut rendah, maka dapat dipastikan self monitoring pada pegawai
35
terhadap konsumen atau pelanggan yang menggunakan pelayanan jasa
tersebut.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa minat kerja dapat mempengaruhi
tingkat self monitoring seseorang atau karyawan dalam suatu perusahaan.
D. Kerangka Teoritik/Landasan Teoritis
Menurut teori Snyder (1974) Self Monitoring dapat mempengaruhi
minat kerja, jika Self monitoring tersebut tinggi, maka minat kerja tersebut
tinggi, tatapi jika self monitoring tersebut rendah maka minat kerja
tersebut akan rendah.
Self-monitoring merupakan suatu usaha yang dilakukan individu
untuk menampilkan dirinya dihadapan orang lain dengan menggunakan
informasi yang ada pada dirinya atau informasi yang ada disekitarnya
(Snyder & Ganggested, 1986). Self-monitoring merupakan konsep yang
berhubungan dengan konsep pengaturan kesan (impression management)
atau konsep pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986). Teori tersebut
menitikberatkan perhatian pada kontrol diri individu untuk memanipulasi
citra dan kesan orang lain tentang dirinya dalam melakukan interaksi sosial
(Shaw & Constanzo, 1982).
Self monitoring yang tinggi individu cenderung lebih mudah
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan berusaha untuk berperilaku
36
Sedangkan Self monitoring yang rendah indivi8du menampilkan dirinya
terhadap orang lain cenderung hanya didasarkan pada apa yang
diyakininya adalah benar menurut dirinya sendiri.
Menurut Snyder (1974) Self monitoring dibagi menjadi 3 faktor
yang menjadi penyebab self monitoring yang ditinjau dari minat kerja pada
karyawan outsourching. Ketiga faktor penyebab self monitoring yang
dimaksud adalah kemampuan mengontrol perilaku, merubah tingkah laku,
dan kemampuan tanggap pada situasi sosial.
Dari tiga faktor penyebab self monitoring yang ditinjau dari minat
kerja tersebut, maka dapat divisualkan sebagai berikut:
Gambar 1. Hubungan Minat Kerja dengan self monitoring
Ditinjau dari Briggs & Cheek (Snyder & Gangestad, 1986).
Berdasarkan visualisasi di atas dapat dideskripsikan bahwa dari
37
self monitoring karyawan pada penelitian ini. Yang mana self monitoring
dibagi ke dalam dua ketegori yaitu self monitoring rendah dan self
monitoring tinggi, yang mana penelitian ini membandingkan self
monitoring yang ditinjau dari minat kerja pada karyawan outsourcing.
E. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan Minat Kerja dengan Self Monitoring karyawan
outsourcing.
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
Dalam penelitian ini¸ korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat
perbedaan antar variabel yang digunakan dalam penelitian.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (Independent) : Minat Kerja (X)
2. Variabel Terikat (Dependent) : Self Monitoring (Y)
Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian:
1. Self Monitoring
Self Monitoring adalah sebuah proses adaptasi yang melibatkan
individu dalam merencanakan dan menentukan tingkah laku untuk
mengahadapi situasi eksternal yang berhubungan dengan konsep
pengaturan kesan (impression management) atau konsep pengaturan diri.
Self Monitoring dalam penelitian ini diukur menggunakan skala self
monitoring yang dibuat oleh peneliti dengan kriteria penilaian dengan
aspek-aspeknya yang terdiri dari:
a. Kemampuan mengontrol perilaku (Expressive self control) seperti marah
dan emosional.
b. Merubah tingkah laku social (Social Stage Presence) seperti yang awalnya
39
c. Kemampuan tanggap pada situasi social (Other directed selfpresent)
seperti cepat dan lambat, serta masih banyak hal lain sebagainya.
2. Minat Kerja
Menurut Pintrich dan Schunk (1996), minat kerja adalah kekuatan
yang memotivasi untuk bertingkah laku memilih pekerjaan yang dirasakan
memberikan kesenangan dan kepuasan, dan dapat berperan sebagai
motivator sehingga individu memiliki kesiapan yang mengarah tingkah
lakunya ke arah goal tertentu.
Tinggi rendahnya minat kerja dapat diukur dengan tingkatan pada
self monitoring karyawan outsourching bagian loket (salesperson) dengan
bagian distribusi, jika minat kerja tersebut rendah maka dapat dikatakan
bahwa self monitoring karyawan tersebut juga rendah, sebaliknya dengan
minat kerja yang tinggi maka self monitoring juga ikut tinggi.
Hurlock (1995), Aspek-aspek minat antara lain:
a. Aspek kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari
baik di rumah, tempat kerja, dan masyarakat serta berbagai jenis media
massa.
b. Aspek afektif
Konsep yang membengun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam
sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari
pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua,
40
tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai
bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
c. Aspek psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.
Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan
keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.
B. POPULASI SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING 1. Populasi sampel
Populasi penelitian adalah karyawan outsourcing bagian loket
(salesperson) dengan bagian distribusi pada PT. POS INDONESIA Kebon
Rojo Surabaya yang keseluruhan dari dua bagian tersebut berjumlah 50
karyawan. Sedangkan penelitian mengambil semua dari populasi
sampelnya, yang berjumlah 50 pekerja, yang diantaranya terdiri dari PT.
KANTOR POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya sebanyak 50 orang,
laki-laki sebanyak 9 dan 16 perempuan yang rata-rata berusia 23-31 tahun,
baik perempuan atau laki-lakinya. Sedangkan yang di bagian distribusi
sebanyak 25 orang, laki-laki sebanyak 17 dan 8 perempuan yang rata-rata
berusia 21-28 tahun. Pada penelitian ini sample terdiri dari karyawan
outsourcing bagian loket (salesperson) dan bagian distribusi.
2. Teknik sampling
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposive
41
dengan kriteria yang ditentukan karyawan outsourching bagian loket
(salesperson) dan bagian distribusi. Karyawan outsourcing bagian loket
(salesperson) dan bagian distribusi PT. POS INDONESIA Kebon Rojo
Surabaya menunjukkan indikasi adanya para konsumen yang mengeluhkan
tentang pelayanan dari dua perusahaan tersebut, hal ini dilihat berdasarkan
hasil wawancara dan observasi. Sampel karyawan yang akan diberikan
angket untuk mengetahui hubungan minat kerja dengan self monitoring.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode pada pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
angket. Angket yang telah diberikan kepada karyawan outshourcing
bagian loket (salesperson) dan bagian distribusi pada PT. KANTOR POS
INDONESIA Kebon Rojo Surabaya. Dari angket itulah data untuk
penelitian diperoleh. Angket digunakan untuk metode pengumpulan data
pada penelitian ini. Sedangkan instrument penelitian yang digunakan
adalah skala penelitian Self Monitoring.
Penelitian ini menggunakan skala self monitoring dan dengan
model skala likert. Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert pada tahun
1932 untuk mengukur sikap masyarakat. Skala sikap berisi pernyataan
sikap (Attitude Statements), yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap.
Pernyataan sikap terdiri dari dua macam, yaitu pernyataan Favorable
(mendukung atau memihak pada objek sikap/tingkah laku) dan pernyataan
42
Skala yang digunakan yaitu skala self monitoring yang disusun
oleh Mariani (Mariani dalam Azwar, 1999), sejumlah 20 aitem. Skala ini
disusun berdasarkan aspek-aspek self monitoring, seperti:
a. Kemampuan mengontrol perilaku (Expressive self control) seperti marah
dan emosional.
b. Merubah tingkah laku social (Social Stage Presence) seperti yang awalnya
konsumen yang tidak percaya atau ragu atas pelanan, menjadi percaya.
c. Kemampuan tanggap pada situasi social (Other directed selfpresent)
seperti cepat dan lambat, serta masih banyak hal lain sebagainya
1. Skala minat kerja
Menurut Pintrich dan Schunk (1996), minat kerja adalah kekuatan
yang memotivasi untuk bertingkah laku memilih pekerjaan yang dirasakan
memberikan kesenangan dan kepuasan, dan dapat berperan sebagai
motivator sehingga individu memiliki kesiapan yang mengarah tingkah
lakunya ke arah goal tertentu.
Tinggi rendahnya minat kerja dapat diukur dengan tingkatan pada
self monitoring karyawan outsourching bagian loket (salesperson) dengan
bagian distribusi, jika minat kerja tersebut rendah maka dapat dikatakan
bahwa self monitoring karyawan tersebut juga rendah, sebaliknya dengan
43
Hurlock (1995), Aspek-aspek minat antara lain:
a. Aspek kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari
baik di rumah, tempat kerja, dan masyarakat serta berbagai jenis media
massa.
b. Aspek afektif
Konsep yang membengun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam
sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari
pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua,
lingkungan dan teman terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat
tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai
bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
c. Aspek psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.
Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan
44
Tabel 1
Blueprint skala minat kerja
DIMENSI INDIKATOR
AITEM-pengalaman pribadi dan
apa yang pernah
dipelajari baik di rumah,
tempat kerja, dan
masyarakat serta
berbagai jenis media
massa.
dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang
ditimbulkan minat.
Berkembang dari
pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting
yaitu orang tua,
lingkungan dan teman terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai
bentuk media massa
45
2. Skala self monitoring
Self Monitoring adalah sebuah proses adaptasi yang melibatkan
individu dalam merencanakan dan menentukan tingkah laku untuk
mengahadapi situasi eksternal yang berhubungan dengan konsep
pengaturan kesan (impression management) atau konsep pengaturan diri.
Self Monitoring dalam penelitian ini diukur menggunakan skala self
monitoring yang dibuat oleh peneliti dengan kriteria penilaian dengan
aspek-aspeknya yang terdiri dari:
a. Kemampuan mengontrol perilaku (Expressive self control) seperti
marah dan emosional.
b. Merubah tingkah laku social (Social Stage Presence) seperti yang
awalnya konsumen yang tidak percaya atau ragu atas pelanan, menjadi
percaya.
c. Kemampuan tanggap pada situasi social (Other directed selfpresent)
46
Tabel 2
Blueprint skala self monitoring
47
D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Validitas dan Reliabilitas Skala Minat kerja a. Reliabilitas skala minat kerja
Teknik yang digunakan dalam menganalisis hasil
reliabilitas skala minat kerja adalah rumus Alpha Cronbach dengan
menggunakan bantuan program SPSS. Kaidah yang digunakan
adalah jika nilai reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik (Azwar,
2006). Setelah dilakukan uji coba 60 aitem, peneliti melakukan
analisis reliabilitas dengan bantuan program SPSS, hasil reliabilitas
dari data uji coba yaitu sebesar 0.899.
b. Validitas skala self monitoring
Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi
merupakan sejauh mana aitem-aitem yang ada dalam alat ukur
seseuai dengan variabel yang akan diukur (Hadi,2000).
Menurut Azwar (2006) aitem yang baik adalah aitem yang
memiliki nilai validitas diatas 0,3 sedangkan aitem yang tidak baik
memiliki nilai validitas kurang dari 0,3. Penilaian kevalidan
masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai corrected
item-total correlation masing-masing butir pertanyaan.
Berdasarkan hasil uji coba validitas skala self monitoring
sebanyak aitem yang diuji cobakan kepada 30 subjek yang sama
48
gugur/tidak baik. Aitem yang valid terdapat pada aitem nomor 4, 5,
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 30, 33,
dan 36 Dan aitem yang gugur/tidak valid adalah aitem pada nomor
1, 2, 3, 14, 16, 19, 22, 25, 26, 29, 31, 32, 34, dan 35. Berikut ini
akan disajikan tabel distribusi aitem skala minat kerja setelah
49
Tabel 3
Distribusi aitem Skala Minat Kerja Setelah Uji Coba
DIMENSI INDIKATOR AITEM-AITEM BOBOT
F UF
1. Aspek kognitif
Berdasarkan atas
pengalaman pribadi dan
apa yang pernah
dipelajari baik di rumah, tempat kerja, dan
masyarakat serta
berbagai jenis media massa.
dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang
ditimbulkan minat.
Berkembang dari
pengalaman pribadi dari
sikap orang yang