• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MINAT KERJA DENGAN SELF MONITORING KARYAWAN OUTSOURCING PT. POS INDONESIA KEBON ROJO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN MINAT KERJA DENGAN SELF MONITORING KARYAWAN OUTSOURCING PT. POS INDONESIA KEBON ROJO SURABAYA."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MINAT KERJA DENGAN SELF MONITORING

KARYAWAN OUTSOURCING PT. POS INDONESIA KEBON ROJO SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) psikologi (S.Psi)

Retno Maisyaroh B77211106

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)

x INTISARI

Memasuki era globalisasi, persaingan dalam dunia kerja menjadi kompetitif. Agar Indonesia dapat bersaing dengan Negara lainnya, maka diperlukan tenaga kerja yang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari Negara lain. Dengan kata lain, dibutuhkan tenaga kerja dengan performasi kerja yang baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self

monitoring dan minat kerja karyawan outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian komparasi dengan menggunakan teknik pengumpulan

data berupa skala self monitoring dan skala minat kerja. Subjek

penelitian berjumlah lima puluh populasi melalui teknik

pengambilan sampling purposive teknik sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self

monitoring dan minat kerja pada karyawan outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya.

(5)

ABSTRACT

Entered the era globalization, competition in the world of work to be competitive. So that Indonesia can compete with other countries, it is neceddary workforce able to compete with workers from other countries. In other words, it takes manpower with good working perfomation. The purpose of this study was to determine differences in Self-Monitoring and outsourced employees working interest in PT. POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya. This study is a comparative study using data collection techniques such as Self-Monitoring scale and the scale of the working interest. Research subjects, fifty populations through sampling technique purposive sampling technique. The results showed that there are differences in Self-Monitoring and interest of the employees working in outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya.

(6)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PENGESAHAN……….. ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN………... iii

KATA PENGANTAR……….. iv A. Latar Belakang Penelitian………...……… 1

B. Rumusan Masalah……….……… 10

C. Tujuan Penelitian……….………. 11

D. Manfaat Penelitian………... 11

E. Keaslian Penelitian……… 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Monitoring………..………14

B. Minat Kerja……….……….. 24

C. Hubungan Minat Kerja dengan Self Monitoring…………..………. 32

D. Kerangka Teoritis/Landasan Teoritis………..……….. 35

E. Hipotesis………..……….. 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional………..……….. 38

B. Populasi, Sample dan Teknik Sampling………...………. 40

C. Teknik Pengumpulan Data………...……. 41

D. Validitas dan Reliabilitas………...………...……… 47

E. Analisis Data………...…….. 53

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek………...……… 55

2. Deskripsi dan Reliabilitas………...……….. 58

3. Pengujian Hipotesis………...……… 62 Lampiran 1 Angket Uji Coba Self Monitoring…..……....……… 79

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi, persaingan dalam dunia kerja menjadi

kompetitif. Agar Indonesia dapat bersaing dengan Negara lainnya, maka

diperlukan tenaga kerja yang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari

Negara lain. Dengan kata lain, dibutuhkan tenaga kerja dengan performasi

kerja yang baik.

Demi tercapainya visi dan misi dari perusahaan harus

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk perencanaan dan

pengembangan SDM. Salah satunya adalah untuk proses seleksi

karyawannya. Hal ini menyebabkan adanya suatu ekspektansi dari pihak

pengelola terhadap kinerja karyawannya.

Pada saat peneliti sedang ada tugas di waktu magang di sebuah

Perusahaan yang di mana perusahaan tersebut adalah salah satu

perusahaan BUMN, yang performasi kerjanya harus baik dan bernilai

positif di mata masyarakat. Perusahaan tersebut adalah PT. POS Indonesia

Kebon Rojo Surabaya. Di mana perusahaan tersebut diwajibkan untuk

melayani para pengguna jasa tersebut dengan performasi kerja secara baik

dan bernilai positif atau berkerja secara profesional. Dari fenomena yang

(8)

2

dalam konteks pelayanan terhadap jasa perusahaan tersebut, seperti adanya

masalah keterlambatan pengiriman, dan pembayaran atau administrasi

barang, maka para pekerja distribusi dan loket atau sales harus benar-benar

bekerja secara profesional dan masalah yang selanjutnya yaitu menurut

hasil wawancara dari karyawan tetap kenapa karyawan outsourcing

tersebut mau diletakkan bagian yang berbeda sedangkan gajinya pun sama,

apakah hal tersebut dari minat kerja mereka, agar konsumen dapat merasa

puas terhadap jasa perusahaan dan menyakinkan, para konsumen untuk

terus memiliki rasa kepercayaan terhadap jasa dan kinerja perusahaan

tersebut.

Dari fenomena yang ada di lapangan yang ada peneliti meneliti

minat kerja, karena adanya performasi kerja yang kurang baik dari pekerja

outsourcing di bagian loket (sales person) dengan bagian distribusi di PT

POS Indonesia Kebon Rojo Surabaya.

Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai pemindahan atau

pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, di

mana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan

management berdasarkan definisi serta criteria yang telah disepakati oleh

para pihak. Beberapa pakar serta praktisi outsourcing (Alih Daya) dari

Indonesia juga memberikan definisi mengenai outsourcing dalam bahasa

Indonesia tersebut sebagai alih daya, adalah pendelegasian operasi dan

management harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan

(9)

3

Tambusai, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen

Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mendefinisikan pengertian

outsourcing sebagai memborongkan satu bagian atau beberapa bagian

kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain

yang kemudian disebut sebagai penerima pekerjaan. Sehubungan dengan

hal tersebut maka perusahaan harus benar-benar mencari dan menyeleksi

calon karyawan yang mempunyai self monitoring dan minat yang baik,

agar mampu tercapainya kesuksesan dalam karir bekerja.

Kesuksesan karir dan tercapainya tujuan organisasi, ternyata sangat

tergantung pada hubungan inter-personal yang efektif. Sehubungan dengan

hal ini, pekerjaan dalam bidang penjualan khususnya di bagian loket atau

biasa yang disebut dengan salesperson, pantas mendapatkan perhatian

lebih karena pekerjaan tersebut memegang peranan penting dalam

menunjang perekonomian perusahaan (Vinchur, Schippmann, dkk, 1998;

Smee, 1990).

Individu yang bekerja dalam bidang ini harus selalu siap menerima

penolakan dari pelanggan, mencoba mencari pelanggan baru, dan

mempertahankan pelanggan yang lama (Vinchur, Schipmann, dkk, 1998).

Chan (2003), menyatakan bahwa saat ini konsumen butuh dikenali, diberi

reward dan pelayanan yang baik.

Selain dapat menfasilitasi pekerjaan kita, kehadiran individu lain

membuat apa yang kita kerjakan menjadi lebih berarti dan dapat

(10)

4

untuk mengembangkan konsep diri yang baik, membantu individu dalam

proses aktualisasi diri dan dalam membangun mental yang sehat. Di lain

pihak, hubungan interpersonal yang buruk dapat menyebabkan individu

terisolasi dari dunia luar, menjadi kurang pengetahuan, dipecat dari

pekerjaan, menurun produktivitasnya, bahkan dapat menyebabkan

gangguan psikologis dan gangguan kesehatan (Johnson, 1986; Cohen &

Williamson, 1991).

Salah satu factor yang berperan dalam membantu hubungan

interpersonal yang baik adalah bagaimana individu mampu menampilkan

kesan yang tepat pada situasi atau individu yang berbeda. Hal ini disebut

sebagai self-monitoring (Baron & Byrne, 1994).

Berdasarkan teori self-monitoring, individu akan menyesuaikan

diri dengan situasi tertentu menggunakan banyak petunjuk yang ada pada

dirinya (self-monitoring rendah) ataupun sekitarnya (self-monitoring

tinggi) sebagai informasi. Individu dengan self-monitoring tinggi selalu

ingin menampilkan citra diri yang positif dihadapan orang lain

(Ganggested & Snyder, 2000).

Self monitoring merupakan tingkatan individu dalam mengatur

perilakunya berdasarkan situasi eksternal dan internal dan reaksi orang lain

(Self-monitoring tinggi) atau atas dasar factor internal seperti keyakinan,

sikap dan minat (Self-monitoring rendah). Self-monitoring merupakan

(11)

5

dihadapan orang lain dengan menggunakan informasi yang ada pada

dirinya atau informasi yang ada disekitarnya.

Menurut Bringgs dan Cheek (1998) self-monitoring mempunyai

tiga komponen, komponen tersebut, yaitu Ekspressive self control, social

stage presence, dan other directed self present.

Ekspressive self control, yaitu berhubungan dengan kemampuan

untuk secara aktif mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai

Self-monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar telihat baik.

Social stage presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku

yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk

mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian social.

Other directed self present, kemampuan untuk memainkan peran

seperti yang diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi social,

kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi.

Self monitoring adalah individu yang memiliki perbedaan cara

memaknai sebuah situasi eksternal untuk berperilaku. Perbedaan tersebut

berdasarkan seberapa bisa atau seberapa besar mereka mengontrol sebuah

perilaku.

Teori Mark Snyder menyebutkan bahwa self monitoring terbagi

menjadi dua yaitu high self-monitoring dan low self-monitoring namun

pada dimensi yang sama. High self-monitoring merupakan perilaku

seseorang yang memiliki responsifitas tinggi dan kekuatan interpersonal

(12)

6

bukan merupakan perilaku yang tidak ekspresif terhadap situasi namun

lebih tepatnya, perilaku yang dikarenakan secara fungsional yang

mencerminkan sebuah emosi terhadap situasi tersebut (Gangestad &

Snyder, 2000). Menurut Mark Snyder bahwa self-monitoring merupakan

sebuah sifat umum terhadap penerimaan dan menjadi arah dalam perilaku

seseorang berdasarkan isyarat umum didalam diri seseorang atau pada

situasi tertentu.

Proses terbentukanya self-monitoring adalah adanya faktor-faktor

seperti pergaulan sosial, pergaulan sosial, latar belakang sosial, keyakinan,

sikap, dan minat. Dengan self monitoring seseorang dapat bertingkah laku

yang sesuai kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosialnya.

Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat

ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai

kebenaran, karena kenyakinan merupakan suatu sikap, sedangkan sikap

adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang

terhadap stimulus atau obyek, dan minat adalah suatu kekuatan yang

memotivasi untuk bertingkah laku memilih pekerjaan yang dirasakan

memberikan kesenangan dan kepuasan (Drever, 2006).

Ada beberapa indicator dalam self-monitoring:

1. Menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam situasi

sosial

2. Memperhatikan informasi eksternal sebagai acuan berperilaku

(13)

7

4. Hubungan interpersonal

5. Variasi tingkah laku terhadap situasi dilingkungan sosial

6. Mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada

situasi-situasi yang penting.

Hubungan self-monitoring terhadap dunia kerja yaitu sama-sama

mempunyai keinginan tercapainya visi dan misi. Dalam melakukan

pekerjaannya banyak faktor yang dapat mempengaruhi performasi kerja

individu, antara lain hubungan interpersonal. Kesuksesan karir dan

tercapainya tujuan organisasi, ternyata sangat tergantung pada hubungan

interpersonal yang efektif.

Hubungan interpersonal yang baik sangat berguna untuk

mengembangkan kemampuan social dan kognitif, mengembangkan konsep

diri yang baik, membantu individu dalam proses aktualisasi diri dan dalam

membangun mental yang sehat. Di lain pihak, hubungan interpersonal

yang buruk dapat menyebabkan individu terisolasi dari dunia luar, menjadi

kurang pengetahuan, dipecat dari pekerjaan, menurun produktivitasnya,

bahwa dapat menyebabkan gangguan psikologis dan gangguan kesehatan

(Johnson, 1986; Coben & Williamson, 1991).

Salah satu faktor yang berperan dalam membangun hubungan

interpersonal yang baik adalah bagaimana individu mampu menampilkan

kesan yang tepat pada situasi atau individu yang berbeda (Baron & Bryne,

(14)

8

Konsep self-monitoring dikemukakan oleh Snyder (1974) sebagai

kemampuan individu untuk mengatur perilakunya berdasarkan situasi

lingkungan dan reaksi orang lain atau berdasarkan factor internal seperti

kepercayaan, sikap, dan kepentingan dari individu yang bersangkutan.

Dari beberapa factor yang mempengaruhi self monitoring peneliti

memilih minat untuk dijadikan sebagai variable x (bebas), karena minat

mempengaruhi hubungan interpersonal dan performasi kerja. Anastasi

(1997) menyatakan bahwa minat seseorang merupakan aspek penting

kepribadian dan dapat mempengaruhi hubungan antar pribadi.

Noah (2001) menyatakan bahwa minat seseorang terhadap

pekerjaan tertentu dapat menjadi dasar prediksi bagi kesuksesan

pekerjaannya di kemudian hari.

Minat terhadap pekerja sebagai distribusi dan salesperson (tenaga

penjual khususnya loket). Harrocks (1976) dan Skinner (1979)

mendefinisikan minat sebagai tatanan sikap yang menunjukkan adanya

ketertarikan atau perhatian selektif terhadap objek atau aktivitas tertentu.

Anastasi (1997), menyatakan bahwa minat seseorang merupakan

aspek penting kepribadian dan dapat mempengaruhi hubungan antar

pribadi.

Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat terhadap

pekerja outsourching bagian distrubusi dan loket yaitu kecenderungan

(15)

9

dengan pelayanan jasa, merasa senang berkecimpung atau melakukan

aktivitas dalam bidang tersebut.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat

seseorang antara lain keluarga, teman sepermainan dan pengalaman. Minat

seseorang pada pekerjaan tertentu dapat dipengaruhi pula oleh kompensasi

atau apa yang akan didapatkannya dari pekerjaan tersebut (Desseler,

2000).

Jadi, self-monitoring merupakan sebuah proses adaptasi yang

melibatkan individu dalam merencanakan dan menentukan tingkah laku

untuk menghadapi situasi eksternal, sedangkan minat itu sendiri adalah

kekuatan yang memotivasi untuk bertingkah laku memilih pekerjaan yang

dirasakan memberikan kesenangan dan kepuasan (Drever, 2006). Selain

itu, minat juga dapat berperan sebagai motivator sehingga individu

memiliki kesiapan yang mengarah tingkah lakunya ke arah goal tertentu

(J.P. Chaplin, 2002).

Woodworth & Marquis mengemukakan, bahwa kegiatan akan

berlangsung dengan lancar dan berhasil, apabila ada minat yang besar dari

individu. Sedangkan menurut Steers & Porter, 2002, minat merupakan

intrinsically motivating, yaitu individu akan lebih termotivasi dalam

menyelesaikan tugasnya, karena tugas tersebut dirasakan menyenangkan.

Dari fenomena yang terjadi saat ini, banyaknya konsumen yang

merasa tidak dan kurang puas dalam konteks pelayanan terhadap jasa

(16)

10

pembayaran atau administrasi barang, dan kurang kecekatan pekerja dalam

pelayanannya, maka para pekerja distribusi dan loket atau sales harus

benar-benar bekerja secara professional dan masalah yang selanjutnya

yaitu menurut hasil wawancara dari karyawan tetap kenapa karyawan

outsourching tersebut mau diletakkan bagian yang berbeda sedangkan

gajinya pun sama, apakah hal tersebut dari minat mereka bekerja, agar

konsumen dapat merasa puas terhadap jasa perusahaan dan menyakinkan,

para konsumen untuk terus memiliki rasa kepercayaan terhadap produk

dan kinerja perusahaan tersebut.

Dari berbagai uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

hubungan interpersonal, yang mempengaruhi self monitoring, serta minat

terhadap suatu pekerjaan memegang peranan penting dalam menentukan

performasi kerja individu.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan minat kerja

dengan self monitoring karyawan Outsourcing PT. POS INDONESIA

Kebon Rojo Surabaya dengan menggunakan perusahaan, sampel,

instrument dan analisa data yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan minat kerja dengan self monitoring

(17)

11

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara Minat Kerja dengan Self

Monitoring pada karyawan outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon

Rojo Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

perkembangan bidang psikologi industri, khususnya memberi tambahan

informasi kajian empirik tentang Hubungan Minat Kerja dengan Self

Monitoring Karyawan Outsourcing PT. POS INDONESIA Kebon Rojo

Surabaya.

Dari segi pekerja, diharapkan dapat memberi masukan yang

berguna dari para pekerja yang berkecimpung di dunia industri.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk

merekomendasikan pentingnya minat terhadap self monitoring karyawan,

khusunya pegawai outsourcing bagian loket (salesperson) dengan bagian

(18)

12

E. Keaslian Penelitian

Fenomena hubungan Minat Kerja dengan Self Monitoring telah

diteliti atau dikaji dalam penelitian-penelitian terdahulu. Dalam penelitian

sebelumnya, penelitian dilakukan terhadap 85 tenaga penjualan

(salesperson) PT. GKM, dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan self

monitoring karyawan yang ditinjau dari minat kerja. Dari data yang

diperoleh para peniliti sebelumnya yaitu menggunakan metode One Way

Anova dengan bantuan program SPSS v.16 for Windows. Pada penelitian

Nita Ratnasari (2012) juga melakukan penelitian dengan judul dan konsep

serta metode penelitian maupun analisa yang sama seperti halnya

penelitian ini. Pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian disebuah PT.

Serasi Transportasi Nusantara (O-Renz Taxi), jumlah populasi penelitian

sebanyak 33 orang. Kemudian data dianalisis menggunakan teknik analisis

statistic parametric Independent T-test dengan bantuan program SPSS v.16

for windows. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan antara kedua kelompok self monitoring. Besar taraf signifikansi

0.011 yaitu lebih kecil dari 0.05 sehingga perbedaan yang ada signifikan

secara statistic. Besar etasquared adalah 0.18890 yang berarti efek yang

ditimbulkan besar.

Pada penelitian sebelumnya, yang ketiga yaitu, penelitian dari

Anastasia Anin, peneliti mengambil populasi di Universitas Gadjah Mada

(19)

13

penelitiannya terdapat identifikasi positif dan signifikan, yaitu (r = 0.402; p

= 0.000) yang mengartikan hipotesis berhubungan, dan kontribusi self

monitoring 16.2%. Pada penelitian Raharjo Soni sebelumnya, selanjutnya

peneliti mengambil populasi di sebuah SD Negeri di kecamatan

Tanjungmorawa kabupaten Deli Serdang. Peneliti meneliti tentang self

monitoring guru, dengan populasi penelitian sebanyak 49 orang yang

dipilih secara random sampling. teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu angket untuk mengukur setiap varibel penelitian. Teknik analisis data

yaitu pendekatan kuantitatif dengan analisis jalur. Hasil penelitian

sebelumnya, analisis dari pengujian hipotesis penelitian diperoleh bahwa r

= 0.495,2 terdapat pengaruh pada self monitoringnya guru. Namun yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak

pada tempat observasi dan subjek penelitian, sehingga hasil penelitian dan

(20)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Self Monitoring

Setiap individu berbada dalam memilih jenis informasi yang

digunakan untuk konsep dirinya. Tiap-tiap individu memiliki kesadaran

berbeda-beda tentang cara menampilkan perilaku pada orang lain yang

disebut sebagai self monitoring (Penrod, 1986). Self-monitoring adalah

kemampuan individu untuk menangkap petunjuk yang ada disekitarnya,

baik personal maupun situasi yang spesifik untuk mengubah

penampilannya, dengan tujuan untuk menciptakan kesan yang positif yang

meliputi kemampuan individu untuk memantau perilakunya dan juga

sensitivitas individu untuk melakukan pemantauan terhadap dirinya

(Hiskawati, 2004).

Self-monitoring merupakan tingkatan induvidu yang mengatur

perilakunya berdasarkan situasi eksternal dan internal dan reaksi orang lain

(Self-monitoring tinggi) atau atas dasar factor internal seperti keyakinan,

sikap, dan minat (Self-monitoring rendah). Self-monitoring merupakan

suatu usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan dirinya

dihadapan orang lain dengan menggunakan informasi yang ada pada

dirinya atau informasi yang ada disekitarnya (Snyder & Ganggested,

(21)

15

Menurut Baron & Byrne (1994), Self-monitoring adalah salah satu

faktor yang berperan dalam membangun hubungan interpersonal yang baik

adalah bagaimana individu mampu menampilkan kesan yang tepat pada

situasi atau individu yang berbeda.

Direzkia (1999), Self monitoring melibatkan pertimbangan

ketepatan dan kelayakan sosial, perhatian terhadap informasi perbandingan

sosial (social comparison), kemampuan untuk mengendalikan dan

memodifikasi penampilan diri dan fleksibilitas penggunaan kemampuan

ini dalam situasi tertentu.

Self-monitoring merupakan konsep yang berhubungan dengan

konsep pengaturan kesan (impression management) atau konsep

pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986). Teori tersebut

menitikberatkan perhatian pada kontrol diri individu untuk memanipulasi

citra dan kesan orang lain tentang dirinya dalam melakukan interaksi sosial

(Shaw & Constanzo, 1982). Individu yang baik secara sadar maupun tidak

sadar memang selalu berusaha untuk menampilkan kesan tertentu

mengenai dirinya terhadap orang lain pada saat berinteraksi dengan

lingkungan sosialnya.

Menurut Snyder (1999, Watson et al., 1984), Self monitoring

merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan

dirinya dihadapan orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk

yang ada di sekitarnya. Berdasarkan konsep ini Mark Snyder mengajukan

(22)

16

setiap individu dalam menampilkan impression management dihadapan

orang lain.

Snyder & Cartor (1999, Fiske & Taylor, 1991) mendefinisikan self

monitoring sebagai cara individu dalam membuat perencanaan, bertindak,

dan mengatur keputusan dalam berperilaku terhadap situasi sosial. Hal ini

diperkuat dengan pendapat Robbins (1996) yang menyatakan bahwa self

monitoring merupakan suatu cirri kepribadian yang mengukur kemampuan

individu untuk menyesuaikan perilakunya pada faktor-faktor luar.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para

ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa self monitoring merupakan

kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain

dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya maupun

petunjuk-petunjuk yang ada disekitarnya guna mendapatkan informasi

yang diperlukan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi dan

situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosialnya.

Berdasarkan teori self monitoring, sewaktu individu akan

menyesuaikan diri dengan situasi tertentu, secara umum menggunakan

banyak petunjuk yang ada pada dirinya (self monitoring rendah) ataupun di

sekitarnya (self monitoring tinggi) sebagai informasi. Individu dengan self

monitoring tinggi selalu ingin menampilkan citra diri yang positif

dihadapan orang lain. Raven & Rubin 1983, Seorang individu yang

memiliki self monitoring tinggi cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh

(23)

17

dengan menggunakan informasi yang diterimanya. Hal ini mencerminkan

bahwa individu yang mempunyai self minotoring tinggi biasanya sangat

memperhatikan penyesuaian tingkah lakunya pada situasi sosial dan

hubungan interpersonal yang dihadapinya.

Baron & Byrne, (1997) menambahkan bahwa individu dengan self

monitoring tinggi mampu untuk menyesuaikan diri pada situasi dan

mempunyai banyak teman serta berusaha untuk menerima evaluasi positif

dari orang lain. Singkatnya, individu dengan self monitoring tinggi

cenderung fleksibel, penyesuaian dirinya baik dan cerdas sehingga

cenderung lebih cepat mempelajari apa yang menjadi tuntutan di

lingkungan pada situasi tertentu (Wrightsman & Deaux, 1981).

Fiske & Taylor, (1991) menyatakan bahwa individu dengan self

monitoring tinggi juga sangat sensitive terhadap norma sosial dan berbagai

situasi yang ada disekitarnya sehingga dapat lebih mudah untuk

dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Hal ini mencerminkan bahwa

individu dengan self monitoring yang tinggi cenderung peka terhadap

aturan yang ada di sekitar dirinya sehingga selain berusaha untuk

menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan situasi (Brehm & Kassin,

1993).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Baron & Byrne (1997),

menyatakan bahwa individu dengan self monitoring tinggi cenderung

(24)

18

dirinya dengan standar perilaku sosial dan berusaha untuk mengubah

dirinya sesuai dengan situasi saat itu.

Individu dengan self monitoring rendah memiliki cirri-ciri yang

berkebalikan dengan individu yang memiliki self monitoring tinggi.

Individu yang mempunyai self monitoring rendah lebih

mempercayai informasi yang bersifat internal. Menurut Fiske & Taylor

(1991), individu dengan self monitoring rendah dalam menampilkan

dirinya terhadap orang lain cenderung hanya didasarkan pada apa yang

diyakininya adalah benar menurut dirinya sendiri. Hal ini mencerminkan

bahwa individu dengan self monitoring rendah kurang peka akan hal-hal

yang ada di lingkungannya sehingga kurang memperhatikan

tuntutan-tuntutan dari lingkungannya tersebut yang ditujukan kepada dirinya.

Baron & Byrne (1994), menambahkan bahwa individu yang

memiliki self monitoring rendah menunjukkan perilaku yang konsisten.

Hal ini dikarenakan faktor internal seperti kepercayaan, sikap, dan

meinatnya yang mengatur tingkah lakunya (Kreitner dan Kinichi, 2005).

Engel (1995), juga menyatakan bahwa individu dengan self

monitoring rendah tidak peduli dengan pendapat orang lain dan lebih

mementingkan perasaan dan faktor internal yang dimilikinya. Tidak

mengherankan apabila individu ini menjadi cenderung memegang teguh

pendiriannya dan tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dan

luar dirinya sehingga kurang berhasil dalam melakukan hubungan social

(25)

19

monitoring rendah tidak berusaha untuk mengubah perilakunya sesuai

dengan situasi dan tidak tertarik dengan informasi-informasi sosial dari

lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa individu

yang memiliki self monitoring tinggi menunjukkan ciri-ciri tanggap

terhadap tuntutan lingkungan di sekitarnya, memperhatikan informasi

social yang merupakan petunjuk baginya untuk menampilkan diri sesuai

dengan informasi dan petunjuk tersebut, mempunyai kontrol yang baik

terhadap tingkah laku yang akan ditampilkan, mampu menggunakan

kemampuan yang dimilikinya untuk berperilaku dalam situasi-situasi yang

penting dan mampu mengendalikan diri, menjaga sikap, perilaku serta

ekspresif.

Sebaliknya, individu yang memiliki self monitoring rendah

menunjukkan ciri-ciri kurang tanggap terhadap situasi-situasi yang

menuntutnya untuk menampilkan dirinya, kurang memperhatikan

pendapat orang lain dan kurang memperhatikan informasi sosial, kurang

dapat menjaga dan tidak peduli dengan kata orang lain, kurang berhasil

dalam menjalin hubungan interpersonal, perilaku dan ekspresi diri lebih

dipengaruhi oleh pendapat dirinya pada situasi sekitarnya.

1. Aspek-aspek Self monitoring

Menurut Shaw & Constanzo (1982), self monitoring mempunyai

(26)

20

a. Kesesuaian lingkungan sosial dengan presentasi diri seorang individu

berarti menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam

situasi sosial.

b. Memperhatikan informasi perbandingan sosial sebagai petunjuk dalam

mengekspresikan diri agar sesuai dengan situasi tertentu berarti

memperhatikan informasi eksternal yang berasal dan lingkungan

sekitarnya sebagai pedoman bagi dirinya dalam berperilaku.

c. Kemampuan mengontrol dan memodifikasi presentasi diri berarti

berhubungan dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah

perilakunya.

d. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada

situasi-situasi khusus berarti mampu untuk menggunakan kemampuan

yang dimiliki pada situasi-situasi yang penting.

e. Kemampuan membentuk tingkah laku ekspresi dan presentasi diri

pada situasi yang berbeda-beda agar sesuai dengan situasi di

lingkungan sosialnya berarti tingkah lakunya bervariasi pada berbagai

macam situasi di lingkungan social.

Briggs & Cheek (1986, Snyder & Gangestad, 1986)

menyempurnakan pendapat Snyder (1974) maupun Lennox & Wolfe

(1984) mengenai komponen self monitoring. Briggs & Cheek (Snyder &

Gangestad, 1986) menyatakan bahwa pendapat para pendahulunya

(27)

21

Ketiga komponen self monitoring yang dikemukakan oleh Briggs &

Cheek (Snyder & Gangestad, 1986) adalah sebagai berikut:

a. Expressive self control, yaitu berhubungan dengan kemampuan untuk

secara aktif mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai

self monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar terlihat

baik. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1) Acting, termasuk didalamnya kemampuan untuk bersandiwara,

berpura-pura, dan melakukan control ekspresi baik secara verbal

maupun non verbal serta control emosi.

2) Entertaining, yaitu menjadi penyegar suasana.

3) Berbicara di depan umum secara spontan.

b. Social Stage Presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku yang

sesuai dengan situasi yang dihadapi, kamampuan untuk

mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian social.

Ciri-cirinya adalah:

1) Ingin tampil menonjol atau menjadi pusat perhatian.

2) Suka melucu.

3) Suka menilai kemudian memprediksi secara tepat pada suatu perilaku

yang belum jelas.

c. Other directed selfpresent, yaitu kemampuan untuk memainkan peran

seperti apa yang diharapkan oleh orang lain dalam situasi social,

kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk

(28)

22

1) Berusaha untuk menyenangkan orang lain.

2) Berusaha untuk tampil menyesuaikan diri dengan orang lain

(conformity).

3) Suka menggunakan topeng untuk menutupi persaannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

self monitoring meliputi: expressive self control, social stage presence,

dan other directed self presen.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self monitoring

Wrightsman & Deaux, (1993) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi self monitoring seseorang adalah

a. Bentuk pergaulan sosial

b. Minat kerja

c. Kebutuhan social

Sejak manusia dilahirkan, mereka tidak memiliki kemampuan

untuk hidup sendiri. Setiap manusia selalu membutuhkan orang lain

untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Naluri manusia untuk selalu

hidup dengan orang lain menurut Soekanto disebut dengan

gregariousness dan karena itu manusia juga disebut dengan social

animal, hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.

Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat yaitu

keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingny, dan

keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya

(29)

23

Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang

paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat

hubungan-hubungan tersebut. Reaksi tersebut kemudian menyebabkan tindakan

seseorang menjadi bertambah luas. Untuk dapat menghadapi dan

menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia

menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendak.

Dalam setiap masyarakat terdapat apa yang dinamakan pola-pola

perilaku atau paterns of behavior. Pola-pola perilaku merupakan

cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti

oleh semua anggota masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama

dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Pola-pola

perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan pada

khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang lain dinamakan

(social organization) (Soekanto, 2001).

Ada beberapa indikator dalam self monitoring:

1. Menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam

situasi sosial.

2. Memperhatikan informasi eksternal sebagai acuan berperilaku.

3. Kemampuan mengontrol dan mengubah perilaku.

4. Hubungan interpersonal.

5. Variasi tingkah laku terhadap situasi di lingkungan sosial.

6. Mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada

(30)

24

Di dalam dunia kerja, hubungan self monitoring terhadap dunia

kerja yaitu sama-sama mempunyai keinginan tercapainya visi dan misi.

Dalam melakukan pekerjaannya banyak faktor yang dapat mempengaruhi

performasi kerja individu, antara lain hubungan interpersonal.

Kesuksesan karir dan tercapainya tujuan organisasi, ternyata sangat

tergantung pada hubungan interpersonal yang efektif.

Menurut Johnson (1986), hubungan interpersonal yang baik sangat

berguna untuk mengembangkan kemampuan sosial dan kognitif,

mengembangkan konsep diri yang baik, membantu individu dalam proses

aktualisasi diri dan dalam membangun mental yang sehat. Dilain pihak,

hubungan hubungan interpersonal yang buruk dapat menyebabkan

individu terisolasi dari dunia luar, menjadi kurang pengetahuan, dipecat

dari pekerjaan, menurun produktivitasnya, bahwa dapat menyebabkan

gangguan psikologis dan gangguan kesehatan Coben & Williamson,

(1991).

B. Minat Kerja

Minat kerja merupakan suatu ketertarikan individu terhadap satu

pekerjaan tertentu yang membuat individu itu sendiri merasa senang

dengan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini Mappier (1982) menjelaskan

bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari

(31)

25

kecenderungan lain yang menggerakan individu kepada suatu pilihan

tertentu.

Sukardi (1994), minat merupakan satu unsur kepribadian yang

memegang peranan penting dalam mengambil keputusan masa depan.

Minat kerja mengarahkan individu terhadap suatu pekerjaan atas dasar

rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang

merupakan dasar suatu minat kerja terhadap pekerjaan tersebut. Minat

kerja seseorang dapat diketahui dari pernyataan senang atau tidak senang

terhadap suatu pekerjaan tertentu.

Suryobroto (1988) mendefinisikan minat kerja sebagai

kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu pekerjaan

atau menyayangi suatu pekerjaan. Timbulnya minat kerja terhadap suatu

pekerjaan ini ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik. Jadi boleh

dikatakan orang yang berminat terhadap sesuatu maka seseorang tersebut

akan merasa senang atau tertarik terhadap pekerjaan yang diminati

tersebut.

Selain itu Suryobroto (1983) juga menyatakan minat kerja adalah

pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu pekerjaan serta banyak

sedikitnya kekuatan yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.

Kemudian Suryanto (1983) juga mendefinisikan minat kerja

sebagai suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir

(32)

26

Pemusatan perhatian menurut pendapat tersebut merupan tanda

seseorang yang mempunyai minat kerja terhadap suatu yang muncul

dengan tidak sengaja yang menyertai sesuatu aktivitas tertentu.

Crown & Crow (1984) menjabarkan bahwa minat kerja dapat

menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang. Sesuatu

barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap

pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat kerja

dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam

kegiatan tersebut. Lebih lanjut Crow & Crow menyebutkan bahwa minat

kerja mempunyai hubungan erat dengan dorongan-dorongan,

motif-motif, dan respon-respon emosional.

Minat kerja menurut Chauhan (1987), pada orang dewasa

menentukan aturan penting dalam perkembangan pribadi dan perilaku

mereka. Minat kerja adalah hal penting untuk mengerti individu dan

menentukan aktivitas di amsa yang akan datang.

Tampubolon (1993) mengemukakan bahwa minat kerja adalah

perpaduan antara keinginan dan kemauan kerja yang dapat berkembang

jika ada motivasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005)

bahwa suatu aktivitas tersebut, disini Nampak bahwa minat merupakan

motivator yang kuat untuk melakukan sesuatu aktivitas. Menurut

Sandjaja (2005), mengartikan minat kerja adalah perhatian yang kuat,

intensif dan menguasai pekerjaan individu secara mendalam untuk tekun

(33)

27

Ginting (2005), mengungkapkan definisi minat kerja sebagai

kesukaan terhadap pekerjaan melebihi pekerjaan lainnya. Ini berarti

minat kerja berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang

mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh

Ginting (2005). Minat kerja berfungsi sebagai daya penggerak yang

mengerahkan seseorang melakukan pekerjaan tertentu yang spesifik,

lebih jauh lagi minat kerja mempunyai karakteristik pokok yaitu

melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga

dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Ditegaskan oleh

Elliot dkk (2000) bahwa minat kerja adalah karakteristik tetap yang

diekspresikan oleh hubungan antara seseorang dan pekerjaan khusus.

Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat kerja adalah kesadaran

seseorang terhadap suatu pekerjaan, pegawai, masalah kerja, atau situasi

kerja yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat dalam

bekerja harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Kerenanya minat

kerja merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian

yang tinggi terhadap pekerjaan tertentu dan mendorong yang

bersangkutan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Sutjipto, (2001) menjabarkan minat kerja sebagai suatu ungkapan

kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari,

sehingga kegiatan itu disukainya, sedangkan Guilford (Sutjipto, 2001)

menyatakan minat kerja sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku

(34)

28

Sementara itu Sax (Sutjipto, 2001), mendefinisikan bahwa minat kerja

sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas

pekerjaan yang lainnya. Sedangkan Crites (Sutjipto, 2001)

mengemukakan bahwa minat kerja seseorang terhadap sesuatu akan lebih

terlihat apabila yang bersangkutan mempunyai rasa senang terhapa

pekerjaan tersebut.

Ormrod, (2003) berpendapat minat kerja adalah bentuk dari

motivasi instrinsik. Pengaruh positif minat akan membuat seseorang

mereka tertarik bereksperimen seperti merasakan kesenangan,

kegembiraan, dan kesukaan. Ormrod, (2003) menjelaskan bahwa

seseorang yang memiliki minat kerja terhadap apa yang dikerjakan lebih

dapat mengingatnya dalam jangka panjang dan menggunakannya

kembali sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran di masa yang akan

datang. Pintrich dan Schunk (1996) juga menyebutkan bahwa minat kerja

merupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhi

perhatian, belajar, berpikir dan prestasi.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat diasumsikan bahwa

timbulnya minat kerja seseorang itu disebabkan oleh beberapa faktor

penting yaitu rasa tertarik atau rasa senang, faktor perhatian dan

kebutuhan. Kaitannya dengan penelitian minat kerja terhadap pekerjaan

yang dikerjakan, minat kerja terhadap sesuatu tersebut tidak dapat

diketahui atau diukur secara langsung harus digunakan faktor-faktor yang

(35)

29

pekerjaan. Karena minat kerja tidak dapat diukur secara langsung, maka

unsur-unsur atau faktor yang menyebabkan timbulnya minat kerja

tersebut diangkat untuk mengungkap minat kerja seseorang. Dalam

faktor ini disusun pertanyaan yang berguna untuk mengungkap minat

seseorang terhadap suatu kegiatan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Minat pada hakikatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman.

Minat berkembang sebagai hasil dari pada suatu kegiatan dan akan

menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama (Crow,

1973). Menurut Crow ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat

kerja.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. The Factor Inner Urge: Rangsangan yang datang dari lingkungan

atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan

seseorang akan mudah menimbulkan minat kerja.

b. The Factor Of Social Motive: Minat kerja seseorang terhadap

pekerjaan atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh

factor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial.

c. Emosional Factor: Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai

pengaruh terhadap pekerjaan.

2. Pembagian dan Jenis Minat

(36)

30

1) Minat subyektif: Perasaan yang menyatakan bahwa

pengalaman-pengalaman tertentu yang bersifat menyenangkan.

2) Minat obyektif: Reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan dalam

lingkungannya.

b. Menurut Samsudin (1961) minat kerja jika dilihat dari segi

timbulnya terdiri dari dua macam yaitu:

1) Minat spontan: minat kerja yang timbul dengan sendirinya secara

langsung.

2) Minat yang disengaja: minat kerja yang dimiliki karena

dibangkitkan atau ditimbulkan.

3. Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1995)

a. Aspek kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah

dipelajari baik di rumah, tempat kerja, dan masyarakat serta dan

berbagai jenis media massa.

b. Aspek afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan

dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat.

Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang

penting yaitu orang tua, lingkungan, dan teman terhadap kegiatan

yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang

dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa

(37)

31

c. Aspek psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya

tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan

dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

4. Faktor-faktor yang Menimbulkan Minat Kerja.

Minat kerja timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat

kerja merupakan sebab dan akibat dari perhatian. Menurut

Wetherrington (1983) minat kerja adalah seseorang yang

mempunyai perhatian terhadap sesuatu yang dikerjakan, maka ia

mempunyai sikap yang positif dan merasa senang terhadap hal

tersebut, sebaliknya perasaan tidak senang akan menghambat.

Minat kerja timbul karena adanya faktor interen dan eksteren yang

menentukan minat kerja seseorang.

5. Bentuk-bentuk Minat Kerja

Menurut Buchori (1991) minat kerja dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu:

a. Minat primitive: minat primitive disebut minat yang bersifat

biologis, seperti kebutuhan makan, minum, bebas bergaul dan

sebagainya. Jadi pada jenis minat ini meliputi kesadaran tentang

kebutuhan yang langsung dapat memuaskan dorongan untuk

mempertahankan organisme.

b. Minat cultural: minat cultural atau biasa yang disebut juga minat

(38)

32

Jadi minat cultural disini lebih tinggi nilainya dari pada minat

primitive.

Dari beberapa definisi minat kerja di atas dapat ditarik kesimpulan

mengenai minat kerja, bahwa minat kerja merupakan motivasi intrinsik

sebagai kekuatan bekerja yang menjadi daya penggerak seseorang dalam

melakukan pekerjaan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap,

di mana pekerjaan tersebut merupakan proses pengalaman bekerja yang

dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang,

suka, dan gembira.

C. Hubungan Minat Kerja Terhadap Self Monitoring

Menurut Briggs & Cheek pada tahun 1986 (Snyder & Gangestad,

1986) menyempurnakan pendapat Snyder (1974) maupun Lennox &

Wolfe (1984) mengenai komponen self monitoring. Briggs & Cheek

(Snyder & Gangestad, 1986) menyatakan bahwa pendapat para

pendahulunya tersebut kurang dapat digunakan untuk mengukur secara

individual. Ketiga komponen self monitoring yang dikemukakan oleh

Briggs & Cheek (1987, Snyder & Gangestad, 1986) adalah sebagai

berikut:

Expressive self control, yaitu berhubungan dengan kemampuan

(39)

33

mempunyai self monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar

terlihat baik. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

Acting, termasuk didalamnya kemampuan untuk bersandiwara,

berpura-pura, dan melakukan kontrol ekspresi baik secara verbal maupun

non verbal serta kontrol emosi.

Entertaining, yaitu menjadi penyegar suasana. Berbicara di depan

umum secara spontan.

Social Stage Presence, yaitu kemampuan untuk bertingkah laku

yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kamampuan untuk

mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial.

Ciri-cirinya adalah ingin tampil menonjol atau menjadi pusat perhatian, suka

melucu, suka menilai kemudian memprediksi secara tepat pada suatu

perilaku yang belum jelas.

Other directed selfpresent, yaitu kemampuan untuk memainkan

peran seperti apa yang diharapkan oleh orang lain dalam situasi sosial,

kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk

tanggap terhadap situasi yang dihadapi. Ciri-cirinya adalah berusaha

untuk menyenangkan orang lain, berusaha untuk tampil menyesuaikan

diri dengan orang lain (conformity), dan suka menggunakan topeng untuk

menutupi persaannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

self monitoring meliputi: expressive self control, social stage presence,

(40)

34

Faktor yang mempengaruhi self monitoring Wrightsman & Deaux,

(1993) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self monitoring seseorang

adalah bentuk pergaulan sosial, kebutuhan sosial, dan minat kerja. Salah

satu faktor terbesar yang daqpat mempengaruhi self monitoring adalah

faktor minat kerja. Minat kerja merupakan suatu ketertarikan individu

terhadap satu pekerjaan tertentu yang membuat individu itu sendiri

merasa senang dengan pekerjaan tersebut.

Mappier (1982) menjelaskan bahwa minat kerja adalah suatu

perangkat mental yang terdiri dari campuran-campuran perasaan,

harapan, pendidikan, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain

yang menggerakan individu kepada suatu pilihan tertentu.

Sukardi (1994), minat kerja merupakan satu unsur kepribadian

yang memegang peranan penting dalam mengambil keputusan masa

depan. Minat kerja mengarahkan individu terhadap suatu pekerjaan atas

dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang atau tidak

senang merupakan dasar suatu minat kerja terhadap pekerjaan tersebut.

Minat kerja seseorang dapat diketahui dari pernyataan senang atau tidak

senang terhadap suatu pekerjaan tertentu. Maka hubungan antara minat

kerja dengan self monitoring ini adalah jika minat kerja itu dalam

tingkatan tinggi, maka self monitoring pada pegawai outsourching ini

tinggi dan dapat menghasilkan performansi yang baik, tetapi jika minat

kerja tersebut rendah, maka dapat dipastikan self monitoring pada pegawai

(41)

35

terhadap konsumen atau pelanggan yang menggunakan pelayanan jasa

tersebut.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa minat kerja dapat mempengaruhi

tingkat self monitoring seseorang atau karyawan dalam suatu perusahaan.

D. Kerangka Teoritik/Landasan Teoritis

Menurut teori Snyder (1974) Self Monitoring dapat mempengaruhi

minat kerja, jika Self monitoring tersebut tinggi, maka minat kerja tersebut

tinggi, tatapi jika self monitoring tersebut rendah maka minat kerja

tersebut akan rendah.

Self-monitoring merupakan suatu usaha yang dilakukan individu

untuk menampilkan dirinya dihadapan orang lain dengan menggunakan

informasi yang ada pada dirinya atau informasi yang ada disekitarnya

(Snyder & Ganggested, 1986). Self-monitoring merupakan konsep yang

berhubungan dengan konsep pengaturan kesan (impression management)

atau konsep pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986). Teori tersebut

menitikberatkan perhatian pada kontrol diri individu untuk memanipulasi

citra dan kesan orang lain tentang dirinya dalam melakukan interaksi sosial

(Shaw & Constanzo, 1982).

Self monitoring yang tinggi individu cenderung lebih mudah

dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan berusaha untuk berperilaku

(42)

36

Sedangkan Self monitoring yang rendah indivi8du menampilkan dirinya

terhadap orang lain cenderung hanya didasarkan pada apa yang

diyakininya adalah benar menurut dirinya sendiri.

Menurut Snyder (1974) Self monitoring dibagi menjadi 3 faktor

yang menjadi penyebab self monitoring yang ditinjau dari minat kerja pada

karyawan outsourching. Ketiga faktor penyebab self monitoring yang

dimaksud adalah kemampuan mengontrol perilaku, merubah tingkah laku,

dan kemampuan tanggap pada situasi sosial.

Dari tiga faktor penyebab self monitoring yang ditinjau dari minat

kerja tersebut, maka dapat divisualkan sebagai berikut:

Gambar 1. Hubungan Minat Kerja dengan self monitoring

Ditinjau dari Briggs & Cheek (Snyder & Gangestad, 1986).

Berdasarkan visualisasi di atas dapat dideskripsikan bahwa dari

(43)

37

self monitoring karyawan pada penelitian ini. Yang mana self monitoring

dibagi ke dalam dua ketegori yaitu self monitoring rendah dan self

monitoring tinggi, yang mana penelitian ini membandingkan self

monitoring yang ditinjau dari minat kerja pada karyawan outsourcing.

E. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan Minat Kerja dengan Self Monitoring karyawan

outsourcing.

(44)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

Dalam penelitian ini¸ korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat

perbedaan antar variabel yang digunakan dalam penelitian.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent) : Minat Kerja (X)

2. Variabel Terikat (Dependent) : Self Monitoring (Y)

Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian:

1. Self Monitoring

Self Monitoring adalah sebuah proses adaptasi yang melibatkan

individu dalam merencanakan dan menentukan tingkah laku untuk

mengahadapi situasi eksternal yang berhubungan dengan konsep

pengaturan kesan (impression management) atau konsep pengaturan diri.

Self Monitoring dalam penelitian ini diukur menggunakan skala self

monitoring yang dibuat oleh peneliti dengan kriteria penilaian dengan

aspek-aspeknya yang terdiri dari:

a. Kemampuan mengontrol perilaku (Expressive self control) seperti marah

dan emosional.

b. Merubah tingkah laku social (Social Stage Presence) seperti yang awalnya

(45)

39

c. Kemampuan tanggap pada situasi social (Other directed selfpresent)

seperti cepat dan lambat, serta masih banyak hal lain sebagainya.

2. Minat Kerja

Menurut Pintrich dan Schunk (1996), minat kerja adalah kekuatan

yang memotivasi untuk bertingkah laku memilih pekerjaan yang dirasakan

memberikan kesenangan dan kepuasan, dan dapat berperan sebagai

motivator sehingga individu memiliki kesiapan yang mengarah tingkah

lakunya ke arah goal tertentu.

Tinggi rendahnya minat kerja dapat diukur dengan tingkatan pada

self monitoring karyawan outsourching bagian loket (salesperson) dengan

bagian distribusi, jika minat kerja tersebut rendah maka dapat dikatakan

bahwa self monitoring karyawan tersebut juga rendah, sebaliknya dengan

minat kerja yang tinggi maka self monitoring juga ikut tinggi.

Hurlock (1995), Aspek-aspek minat antara lain:

a. Aspek kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari

baik di rumah, tempat kerja, dan masyarakat serta berbagai jenis media

massa.

b. Aspek afektif

Konsep yang membengun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam

sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari

pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua,

(46)

40

tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai

bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

c. Aspek psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.

Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan

keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

B. POPULASI SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING 1. Populasi sampel

Populasi penelitian adalah karyawan outsourcing bagian loket

(salesperson) dengan bagian distribusi pada PT. POS INDONESIA Kebon

Rojo Surabaya yang keseluruhan dari dua bagian tersebut berjumlah 50

karyawan. Sedangkan penelitian mengambil semua dari populasi

sampelnya, yang berjumlah 50 pekerja, yang diantaranya terdiri dari PT.

KANTOR POS INDONESIA Kebon Rojo Surabaya sebanyak 50 orang,

laki-laki sebanyak 9 dan 16 perempuan yang rata-rata berusia 23-31 tahun,

baik perempuan atau laki-lakinya. Sedangkan yang di bagian distribusi

sebanyak 25 orang, laki-laki sebanyak 17 dan 8 perempuan yang rata-rata

berusia 21-28 tahun. Pada penelitian ini sample terdiri dari karyawan

outsourcing bagian loket (salesperson) dan bagian distribusi.

2. Teknik sampling

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposive

(47)

41

dengan kriteria yang ditentukan karyawan outsourching bagian loket

(salesperson) dan bagian distribusi. Karyawan outsourcing bagian loket

(salesperson) dan bagian distribusi PT. POS INDONESIA Kebon Rojo

Surabaya menunjukkan indikasi adanya para konsumen yang mengeluhkan

tentang pelayanan dari dua perusahaan tersebut, hal ini dilihat berdasarkan

hasil wawancara dan observasi. Sampel karyawan yang akan diberikan

angket untuk mengetahui hubungan minat kerja dengan self monitoring.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode pada pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

angket. Angket yang telah diberikan kepada karyawan outshourcing

bagian loket (salesperson) dan bagian distribusi pada PT. KANTOR POS

INDONESIA Kebon Rojo Surabaya. Dari angket itulah data untuk

penelitian diperoleh. Angket digunakan untuk metode pengumpulan data

pada penelitian ini. Sedangkan instrument penelitian yang digunakan

adalah skala penelitian Self Monitoring.

Penelitian ini menggunakan skala self monitoring dan dengan

model skala likert. Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert pada tahun

1932 untuk mengukur sikap masyarakat. Skala sikap berisi pernyataan

sikap (Attitude Statements), yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap.

Pernyataan sikap terdiri dari dua macam, yaitu pernyataan Favorable

(mendukung atau memihak pada objek sikap/tingkah laku) dan pernyataan

(48)

42

Skala yang digunakan yaitu skala self monitoring yang disusun

oleh Mariani (Mariani dalam Azwar, 1999), sejumlah 20 aitem. Skala ini

disusun berdasarkan aspek-aspek self monitoring, seperti:

a. Kemampuan mengontrol perilaku (Expressive self control) seperti marah

dan emosional.

b. Merubah tingkah laku social (Social Stage Presence) seperti yang awalnya

konsumen yang tidak percaya atau ragu atas pelanan, menjadi percaya.

c. Kemampuan tanggap pada situasi social (Other directed selfpresent)

seperti cepat dan lambat, serta masih banyak hal lain sebagainya

1. Skala minat kerja

Menurut Pintrich dan Schunk (1996), minat kerja adalah kekuatan

yang memotivasi untuk bertingkah laku memilih pekerjaan yang dirasakan

memberikan kesenangan dan kepuasan, dan dapat berperan sebagai

motivator sehingga individu memiliki kesiapan yang mengarah tingkah

lakunya ke arah goal tertentu.

Tinggi rendahnya minat kerja dapat diukur dengan tingkatan pada

self monitoring karyawan outsourching bagian loket (salesperson) dengan

bagian distribusi, jika minat kerja tersebut rendah maka dapat dikatakan

bahwa self monitoring karyawan tersebut juga rendah, sebaliknya dengan

(49)

43

Hurlock (1995), Aspek-aspek minat antara lain:

a. Aspek kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari

baik di rumah, tempat kerja, dan masyarakat serta berbagai jenis media

massa.

b. Aspek afektif

Konsep yang membengun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam

sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari

pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua,

lingkungan dan teman terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat

tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai

bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

c. Aspek psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.

Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan

(50)

44

Tabel 1

Blueprint skala minat kerja

DIMENSI INDIKATOR

AITEM-pengalaman pribadi dan

apa yang pernah

dipelajari baik di rumah,

tempat kerja, dan

masyarakat serta

berbagai jenis media

massa.

dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang

ditimbulkan minat.

Berkembang dari

pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting

yaitu orang tua,

lingkungan dan teman terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai

bentuk media massa

(51)

45

2. Skala self monitoring

Self Monitoring adalah sebuah proses adaptasi yang melibatkan

individu dalam merencanakan dan menentukan tingkah laku untuk

mengahadapi situasi eksternal yang berhubungan dengan konsep

pengaturan kesan (impression management) atau konsep pengaturan diri.

Self Monitoring dalam penelitian ini diukur menggunakan skala self

monitoring yang dibuat oleh peneliti dengan kriteria penilaian dengan

aspek-aspeknya yang terdiri dari:

a. Kemampuan mengontrol perilaku (Expressive self control) seperti

marah dan emosional.

b. Merubah tingkah laku social (Social Stage Presence) seperti yang

awalnya konsumen yang tidak percaya atau ragu atas pelanan, menjadi

percaya.

c. Kemampuan tanggap pada situasi social (Other directed selfpresent)

(52)

46

Tabel 2

Blueprint skala self monitoring

(53)

47

D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Validitas dan Reliabilitas Skala Minat kerja a. Reliabilitas skala minat kerja

Teknik yang digunakan dalam menganalisis hasil

reliabilitas skala minat kerja adalah rumus Alpha Cronbach dengan

menggunakan bantuan program SPSS. Kaidah yang digunakan

adalah jika nilai reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,

sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik (Azwar,

2006). Setelah dilakukan uji coba 60 aitem, peneliti melakukan

analisis reliabilitas dengan bantuan program SPSS, hasil reliabilitas

dari data uji coba yaitu sebesar 0.899.

b. Validitas skala self monitoring

Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi

merupakan sejauh mana aitem-aitem yang ada dalam alat ukur

seseuai dengan variabel yang akan diukur (Hadi,2000).

Menurut Azwar (2006) aitem yang baik adalah aitem yang

memiliki nilai validitas diatas 0,3 sedangkan aitem yang tidak baik

memiliki nilai validitas kurang dari 0,3. Penilaian kevalidan

masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai corrected

item-total correlation masing-masing butir pertanyaan.

Berdasarkan hasil uji coba validitas skala self monitoring

sebanyak aitem yang diuji cobakan kepada 30 subjek yang sama

(54)

48

gugur/tidak baik. Aitem yang valid terdapat pada aitem nomor 4, 5,

6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 30, 33,

dan 36 Dan aitem yang gugur/tidak valid adalah aitem pada nomor

1, 2, 3, 14, 16, 19, 22, 25, 26, 29, 31, 32, 34, dan 35. Berikut ini

akan disajikan tabel distribusi aitem skala minat kerja setelah

(55)

49

Tabel 3

Distribusi aitem Skala Minat Kerja Setelah Uji Coba

DIMENSI INDIKATOR AITEM-AITEM BOBOT

F UF

1. Aspek kognitif

Berdasarkan atas

pengalaman pribadi dan

apa yang pernah

dipelajari baik di rumah, tempat kerja, dan

masyarakat serta

berbagai jenis media massa.

dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang

ditimbulkan minat.

Berkembang dari

pengalaman pribadi dari

sikap orang yang

Gambar

Gambar 1. Hubungan Minat Kerja dengan self monitoring Ditinjau dari Briggs & Cheek (Snyder & Gangestad, 1986)
 Tabel 1 Blueprint
Tabel 2
 Tabel 3
+6

Referensi

Dokumen terkait

3) Menentukan alat-alat perlengkapan yang dibutuhkan saat acara 4) Mempersiapkan sarana prasarana untuk kiai dan jama’ah. Untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan

Adapun yang menjadi sumber infoman dalam penelitian ini adalah petani cengkeh dan pemilik penyulingan minyak daun cengkeh itu sendiri yang meliputi identitas responden berupa umur,

Puji syukur atas karunia Tuhan bahwa Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana , Salatiga dapat menyelenggarakan Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains

Hasil investasi yang diperoleh oleh BATAVIA DANA OBLIGASI ULTIMA dapat diinvestasikan kembali ke dalam BATAVIA DANA OBLIGASI ULTIMA sehingga selanjutnya akan meningkatkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1%

Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012:

Pada kasus anak autis yang memasuki masa puber, orang tua dituntut untuk dapat menciptakan komunikasi yang baik agar dapat membantu perkembangan sang anak dalam

penulis yaitu dengan melakukan pengamatan secara lapangan terhadap hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 tentang perlindungan konsumen terhadap praktek jual beli