Tr iw u la n I I - 2 0 1 0
Kantor Bank Indonesia
Banjarmasin
KAJI AN EKON OM I REGI ON AL
K
ATA
P
ENGANTAR
Puji
syukur
kami
panjatkan
kepada
Tuhan
Yang
Maha
Kuasa
atas
limpahan
rahmat
dan
karuniaNya,
sehingga
Kajian
Ekonomi
Regional
(KER)
Provinsi
Kalimantan
Selatan
periode
triwulan
II
2010
ini
dapat
hadir
di
tangan
pembaca.
Publikasi
rutin
triwulanan
Kantor
Bank
Indonesia
Banjarmasin
ini
mengulas
perkembangan
terakhir
berbagai
variabel
makro
ekonomi
di
tingkat
provinsi,
meliputi
perkembangan
ekonomi,
inflasi,
perbankan,
sistem
pembayaran,
keuangan
daerah,
indikator
kesejahteraan,
serta
prospek
pertumbuhan
ekonomi
dan
inflasi
triwulan
mendatang.
Kami
mengharapkan
publikasi
ini
dapat
menjadi
salah
satu
sumber
informasi
bagi
pemangku
kebijakan,
akademisi,
pelaku
usaha,
perbankan,
masyarakat,
dan
pihak
pihak
lainnya
yang
memerlukan
dan
menaruh
perhatian
terhadap
perkembangan
ekonomi
Provinsi
Kalimantan
Selatan.
Dalam
edisi
ini
dapat
kami
sampaikan
bahwa
secara
umum
kinerja
perekonomian
Kalimantan
Selatan
pada
triwulan
II
2010
mencatat
pertumbuhan
yang
lebih
baik.
Laju
pertumbuhan
ekonomi
mampu
bergerak
ke
level
yang
lebih
tinggi,
dari
5,39%
(yoy)
pada
triwulan
I
2010
menjadi
5,97%
(yoy)
yang
ditopang
kinerja
sektor
dominan,
khususnya
sektor
pertanian,
sektor
pertambangan,
dan
sektor
perdagangan
Tekanan
inflasi
cenderung
meningkat,
sehingga
laju
inflasi
pada
triwulan
II
2010
lebih
tinggi
dibandingkan
triwulan
sebelumnya,
dari
5,11%
(yoy)
menjadi
7,76%
(yoy),
terutama
dipengaruhi
oleh
faktor
volatile
food
terkait
terbatasnya
pasokan
beras
lokal
di
triwulan
laporan.
Membaiknya kondisi perekonomian yang disertai dengan kondisi politik
yang stabil setelah pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung lancar memberikan
dampak positif terhadap kinerja perbankan Kalimantan Selatan di triwulan II2010
Aset
perbankan
tumbuh
15,61%
(yoy)
yang
didorong
oleh
peningkatan
jaringan
kantor
bank
di
Kalimantan
Selatan.
Sementara
itu,
transaksi
uang
tunai
mengalami
kenaikan
dengan
aliran
uang
tunai
yang
keluar
(outflow)
BI
Banjarmasin
seiring
meningkatnya
aktivitas
ekonomi
masyarakat.
Sementara
transaksi
non
tunai
baik
melalui
sarana
BI
RTGS
dari
sisi
volume
juga
mengalami
peningkatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
ii
Akhirnya,
kami
berharap
semoga
publikasi
ini
bermanfaat
bagi
berbagai
pihak
yang
membutuhkan,
meskipun
kami
menyadari
masih
banyak
langkah
langkah
penyempurnaan
yang
perlu
kami
lakukan.
Saran
dan
kritik
kami
nantikan
untuk
penyempurnaan
publikasi
ini.
Selanjutnya
kami
sampaikan
penghargaan
dan
terima
kasih
yang
tulus
kepada
berbagai
pihak
yang
telah
membantu
dalam
penyediaan
data
dan
informasi
yang
kami
perlukan,
semoga
hubungan
baik
ini
dapat
terus
terbina
di
masa
yang
akan
datang.
Semoga
Tuhan
Yang
Maha
Kuasa
senantiasa
memberikan
kemudahan
kepada
kita
dalam
mengupayakan
hasil
kerja
yang
terbaik.
Banjarmasin, Agustus
BANK INDONESIA BANJARMASIN
Kh
r
airil Anwa
D
AFTAR
I
SI
KATA PENGANTAR
...
i
DAFTAR ISI
...
iii
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
...
v
TABEL INDIKATOR TERPILIH
...
vii
RINGKASAN EKSEKUTIF
………
1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
...
9
1. Sisi Permintaan ... .
10
2. Sisi Penawaran ……….……... 20
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI
……….………… ...
31
1. Kondisi Umum ……….…………. ...
31
2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ………….…….. ..
32
2.1 Inflasi Tahunan ...
32
2.2 Inflasi Triwulanan ... ...
34
2.3 Inflasi Bulanan ...
36
Boks 1. Hasil Survei terhadp rumah Tangga di Banjarmasin ... 41
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN
………... ...
45
1. Perkembangan Bank Umum... ...
45
1.1 Perkembangan Aset dan Kelembagaan Bank Umum ...
45
1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat ... ..
46
1.3 Penyaluran Kredit ... 47
1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit ... .
49
1.5 Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah...
51
2. Perkembangan Bank Syariah ... ...
53
3. Perkembangan Industri Bank Perkreditan Rakyat ... 55
Boks 3. Kurang Tersosialisasi, Program Tabunganku Belum Efektif
Mendorong Minat Menabung Masyarakat ... 57
BAB 4. KEUANGAN DAERAH
………... ...
59
1. Realisasi APBD Provinsi/Kab/Kota Kalimantan Selatan ... 60
2. Pendapatan Daerah... ... 62
3. Belanja Daerah ... 63
4. Pembiayaan Daerah ... 65
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
………... ...
67
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 iv
1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (
Inflow/Outflow
) ... 67
1.2 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah ... 68
1.3 Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ... 69
1.4 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ……….... 70
2. Transaksi Pembayaran Non-Tunai ... 71
2.1 Transaksi Kliring ... 71
2.2 Transaksi RTGS ... 72
BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... ....
75
1. Ketenagakerjaan …....……. ...
75
2. Kesejahteraan ... ...
77
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ... ...
81
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. ...
81
2. Perkiraan Inflasi ... ...
84
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin.
Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan.
Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Perkembangan inflasi regional dari pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota
Banjarmasin. Data IHK bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang
berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab V Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk
data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab VI Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Pusat.
Bab VII Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survey yang dilakukan KBI Banjarmasin.
Visi Bank Indonesia
Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.
Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan
Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
a.
Inflasi dan PDRB
TW - I TW - II
119.4 121.19 124.67
3.86 5.11 7.76
Pertanian 7121.63 1222.03 2120.6
Pertambangan & Penggalian 6206.10 1561.16 1639.6
Industri Pengolahan 3144.92 797.06 805.23
Listrik, Gas, & Air Bersih 144.31 37.72 39.35
Bangunan 1605.14 391.49 402.57
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4414.50 1106.40 1162.5
Pengangkutan dan Komunikasi 2515.72 623.83 646.35
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1159.70 300.21 310.32
Jasa 2606.89 617.13 654.08
5.01% 5.39% 5.97%
5,443
547 527
85,095
9,017 8,287
658.91 41.38 19.29
251.508 28.549 8.3505
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
INDIKATOR TAHUN
2009
2010
IHK Banjarmasin
Inflasi Banjarmasin (y-o-y) MAKRO
PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (y-o-y)
TW I TW II
Total Asset 15,088.57 16,651.59 16,726.15
18,163.85
17,511.62 19,250.93 4,516.97
4,866.40 4,872.24 9,770.52
8,506.28 9,947.80 3,876.35
4,138.97 4,430.89 17,527.85
16,874.43 18,910.10 6,114.58
5,369.86 5,838.60 5,298.55
4,818.85 5,860.36 6,114.73
6,685.72 7,211.15
96.50% 96.36% 98.23%
13,745.22
14,965.68 15,422.92 4,861.14
5,095.95 5,309.79 3,624.40
3,946.06 4,088.92 5,259.69
5,923.66 6,024.21
75.67% 85.46% 80.12%
3,611.90
3,216.02 3,454.84 Modal Kerja 486.39 363.04 390.00 Investasi 162.64 132.57 117.81 Konsumsi 2,962.87 2,720.41 2,947.03
4,032.90
4,052.80 5,127.34 Modal Kerja 1,043.44 1,039.78 1,139.53 Investasi 288.40 292.60 302.74 Konsumsi 2,701.07 2,720.41 3,685.06
2,756.94
2,918.43 3,153.62 Modal Kerja 1,706.31 1,823.69 1,964.65 Investasi 687.91 668.88 754.72 Konsumsi 362.73 425.87 434.26
10,401.74
10,187.25 11,735.80
2.14% 2.15% 2.15%
Total Asset 272.42 270.07 294.97 168.25
176.39 163.41 62.87
63.78 64.73 105.38
112.62 98.69 209.10
202.09 238.64 61.18
67.21 69.21 111.31
91.35 125.39 36.62
43.53 44.04
4.64% 4.74% 4.38%
124.22% 114.57% 146.04%
Konsumsi LDR
Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek
Kredit - Berdasarkan Lokasi Bank Giro Tabungan Deposito Modal Kerja Investasi TAHUN 2010 DPK PERBANKAN
Bank Umum (Rp miliar)
BPR
Total Kredit UMKM
Kredit Menengah INDIKATOR
TAHUN 2009
Kredit UMKM - Lokasi Proyek Kredit Mikro Kredit Kecil Konsumsi LDR Modal Kerja Investasi LDR NPL NPL Investasi Konsumsi DPK Tabungan Deposito
Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja
Indikator Tw.IV-2009 Tw.I-2010 Tw.II-2010
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar) 1,325 1,456 1,537
Inflow (Rp miliar) 802 1,213 658
Outflow (Rp miliar) 522 243 879
Pemusnahan Uang (Rp miliar) 355 331 544
Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 32 27 31
Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) 45 37 40
Nominal Kliring Kredit 3,249 2,418 3,372 Volume Kliring Kredit 77 59 79
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit 43 32 45
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit 1 1 1
Nominal Kliring Debet 69,286 135,403 108,454 Volume Kliring Debet 1,582 1,486 1,901 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit 924 1,805 1,446 Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit 21 20 25
Nominal Kliring Pengembalian (Rp juta) 125 135 85
Volume Kliring Pengembalian (lembar) 1,116 1,486 1,342 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian 2 2 1
Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian 15 20 18
R
I N GKASAN
E
KSEKUTI F
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan ini
tumbuh sebesar 5,97% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 yang
mencapai 5,39% (yoy). Laju pertumbuhan ini sedikit
lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia sebelumnya
yang berada pada kisaran 6,04% (yoy). Dari sisi
permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama
ditopang oleh kinerja konsumsi dan investasi, sementara
kinerja ekspor melambat. Dari sisi penawaran atau
sektoral, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan
terutama ditopang oleh kinerja sektor dominan, khususnya
sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor
perdagangan sedangkan sektor industri pengolahan relatif
stabil.
Laju pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan
I-2010 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yaitu dari 4,47% (yoy) menjadi
7,19% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan di sektor
pertanian terutama disebabkan oleh kinerja sub sektor
tanaman bahan makanan (tabama) yang mencatat
kenaikan cukup signifikan karena pada triwulan ini sudah
memasuki panen raya, khususnya untuk komoditas padi
jenis unggul (medium).
Perkonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 tumbuh 5,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,39% (yoy).
Sektor pertanian tumbuh 7,19% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 4,47% (yoy)
Kinerja sektor pertambangan juga mencatat perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya
Pada triwulan laporan, kinerja sektor pertambangan
Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 5,97% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan di
triwulan sebelumnya yang mencapai 4,53%.
Meningkatnya kinerja sektor pertambangan terutama
Kaj ian Ekonom i Regional Kalim ant an Selat an Tr iw ulan I I - 2010
dipengaruhi permintaan batubara khususnya untuk
keperluan pembangkit listrik yang cenderung meningkat
seiring dengan telah siapnya beroperasi beberapa PLTU
baru yang termasuk dalam proyek 10.000 MW. Namun
demikian, kondisi musim saat ini yang merupakan kemarau
basah mengakibatkan aktivitas eksplorasi tambang masih
terganggu oleh hujan dengan intensitas tinggi.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga menunjukan laju
pertumbuhan yang lebih tinggi seiring membaiknya kondisi ekonomi
Pada triwulan II-2010, pertumbuhan sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR) Kalimantan
Selatan diperkirakan mencapai 8,65% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 7,59% (yoy). Kegiatan Pemilu Kada di tingkat
Propinsi dan beberapa kabupaten/kota turut mendorong
pertumbuhan di sektor perdagangan, terkait dengan
belanja kampanye yang dilakukan oleh para kandidat.
Meningkatnya kegiatan di sektor perdagangan
dikonfirmasi oleh meningkatnya kegiatan di pasar modern
dan arus bongkar muat barang di Pelabuhan Trisakti
Banjarmasin.
Pada triwulan II-2010, pertumbuhan sektor industri
pengolahan Kalimantan Selatan masih relatif
stagnan, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,21%
(yoy), setelah triwulan sebelumnya mencatat
pertumbuhan sebesar 2,07% (yoy). Hal ini antara lain
dipengaruhi oleh melambatnya kinerja ekspor komoditas
kayu olahan. Indikasi perlambatan kinerja sektor industri
juga terlihat dari melambatnya pertumbuhan konsumsi
BBM industri.
Kinerja sektor industri pengolahan di triwulan II-2010 relatif stabil dengan laju pertumbuhan sebesar 2,21% (yoy).
Kinerja sektor ekonomi lainnya mengalami perlambatan, kecuali sektor jasa.
Perkembangan sektor ekonomi non-dominan
Kalimantan Selatan di triwulan II-2010 secara umum
mengalami perlambatan. Dari lima sektor ekonomi
non-dominan, hampir semua sektor mengalami perlambatan
kecuali sektor jasa. Hal ini didorong oleh pelaksanaan
Pemilu Kada yang berlangsung di bulan Juni 2010. Pada
Kaj ian Ekonom i Regional Kalim ant an Selat an Tr iw ulan I I - 2010
Kaj ian Ekonom i Regional Kalim ant an Selat an Tr iw ulan I I - 2010
3
triwulan laporan, sektor jasa tumbuh meningkat dari
3,36% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 3,91% (yoy).
Kenaikan laju pertumbuhan sektor jasa didukung oleh
penyaluran kredit yang meningkat, meski masih tumbuh
dalam level yang negatif.
Dari sisi permintaan, kinerja ekspor baik
ekspor antar pulau maupun ekspor ke luar negeri
mencatat perlambatan. Pada periode laporan,
komponen ekspor yang memiliki pangsa terbesar dalam
perekonomian Kalsel (69,62%) tumbuh sebesar 28,44%
(yoy), jauh lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di
triwulan sebelumnya yang mencapai 63,36% (yoy).
Adanya gangguan produksi sektor tambang akibat faktor
cuaca, telah menghambat perkembangan ekspor
komoditas tambang meskipun permintaan baik dari pasar
domestik dan internasional masih cukup prospektif.
Sementara, komponen konsumsi baik konsumsi
masyarakat maupun konsumsi pemerintah
mengalami peningkatan. Meningkatnya konsumsi
rumah tangga dari 6,52% (yoy) di triwulan I-2010 menjadi
6,92% (yoy) di triwulan II-2010 terindikasi dari
meningkatnya penjualan kendaraan bermotor, kegiatan
perdagangan besar serta bongkar muat barang di
pelabuhan. Masih meningkatnya konsumsi RT dipengaruhi
pula oleh membaiknya kinerja sektor unggulan seperti
sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan dan
perkebunan, seiring dengan tibanya musim panen raya
dan trend pergerakan harga komoditas yang cenderung
meningkat di pasar internasional.
Konsumsi, baik konsumsi masyarakat maupun pemerintah mencatat pertumbuhan yang meningkat.
ASESMEN INFLASI
Laju inflas idi triwulan II-2010 mencapai 7,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesasr 5,11%.
Laju inflasi di Kalimantan Selatan selama triwulan
II-2010 cenderung meningkat. Pada akhir triwulan II-2010
inflasi tahunan Kalimantan Selatan yang diwakili oleh
inflasi Kota Banjarmasin mencapai 7,76% (y-o-y), lebih
tinggi dibandingkan akhir triwulan I-2010 yang tercatat
sebesar 5,11% (y-o-y). Dengan perkembangan tersebut,
secara akumulatif laju inflasi selama enam bulan pertama
tahun 2010 (s.d. juni 2010) telah mencapai 4,41% (y-t-d),
jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
2009 yang hanya mencapai 0,30% (y-t-d).
Tingginya laju inflasi pada triwulan laporan tersebut
diluar perkiraan sebelumnya, terutama disebabkan
oleh pasokan beras lokal “premium” (jenis unus siam
dan unus mutiara) yang terus menipis. Permasalahan
yang tidak terjadi di tahun-tahun sebelumnya ini
diindikasikan disebabkan oleh tingginya kebutuhan dari
luar Kalimantan Selatan, khususnya Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur dan Jawa Timur, baik untuk konsumsi
langsung maupun untuk bahan baku industri pembuatan
bihun (di Jatim).
Laju inflasi masih dipengaruhi oleh
terbatasnya pasokan beras lokal.
Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan
kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tahunan
terbesar pada triwulan II-2010 adalah kelompok bahan
makanan sebesar 19,56% (y-o-y), diikuti kelompok
makanan jadi 8,17% (y-o-y), dan sandang 6,22% (y-o-y).
Selain terbatasnya pasokan beras lokal, pasokan pada
subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan juga
mengalami gangguan.
Kelompok bahan makanan masih menjadi pendorong laju inflasi dengan laju inflasi sebesar 19,56% (yoy), diikuti kelompok makanan jadi 8,17% (yoy) dan sandang 6,22% (yoy).
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja Perbankan di triwulan II-2010 menunjukkan
pertumbuhan yang positif
Membaiknya kondisi perekonomian yang disertai
dengan kondisi politik yang stabil setelah
pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung lancar
Kaj ian Ekonom i Regional Kalim ant an Selat an Tr iw ulan I I - 2010
5
perbankan Kalimantan Selatan di triwulan II-2010.
Pada akhir triwulan II-2010 aset perbankan Kalimantan
Selatan mencapai Rp22,85 triliun, tumbuh 2,11% (q-t-q)
dari posisi akhir triwulan I-2010 yang tercatat sebesar
Rp22,4 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan volume
usaha perbankan Kalsel tersebut mencapai 15,61% (y-o-y),
lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 14,21% (y-o-y).
Perkembangan kredit yang disalurkan di wilayah
Kalimantan Selatan pada triwulan laporan mencapai
Rp18,9 triliun atau tumbuh sebesar 16,21% (y-o-y),
lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 yang
mencatat pertumbuhan sebesar 4,76% (y-o-y).
Meningkatnya laju pertumbuhan kredit terutama
dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan kredit
investasi dan modal kerja yang tumbuh sebesar 12,09%
(y-o-y) dan 4,86% (y-(y-o-y). Untuk kredit ke sektor konsumtif,
laju pertumbuhan di triwulan laporan semakin meningkat
mencapai 31,69% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 29,63%. Suku bunga kredit
konsumtif yang lebih rendah serta semakin gencarnya
penawaran barang konsumsi tahan lama (durable goods)
dari pelaku usaha menjadi salaha satu pendorong
meningkatnya pertumbuhan kredit konsumtif.
Perkembangan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil
dihimpun oleh bank umum Kalimantan Selatan pada
triwulan II-2010 mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Posisi DPK di triwulan ini mencapai
Rp19,25 triliun, tumbuh 11,96% (yoy) atau lebih tinggi
dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar
1,79% (yoy).
Peran intermediasi per-bankan yang tercermin dari
Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di
Kalimantan Selatan mengalami penurunan dari
Berdasarkan lokasi proyek, laju pertumbuhan kredit tumbuh dari 4,76% (yoy) di triwulan I-2010 menjadi 16,21% (yoy).
LDR perbankan Kalimantan Selatan di triwulan II-2010 turun80,12% sementara NPL relatif rendah dan stabil, yaitu sebesar 2,15%.
85,46% pada akhir triwulan I-2010 menjadi 80,12%.
Sementara itu dari sisi risiko kredit, meningkatnya
pertumbuhan kredit tidak membuat kualitas kredit yang
disalurkan untuk berbagai aktivitas ekonomi di Kalimantan
Selatan menurun. Rasio NPL stabil dibandingkan triwulan
I-2010 yakni sebesar 2,15% atau jauh di bawah ketentuan
Bank Indonesia sebesar 5%.
SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan transaksi pembayaran di
Kalimantan Selatan pada triwulan II- 2010
mengalami peningkatan baik tunai maupun non-tunai
Secara umum nilai transaksi pembayaran di Provinsi
Kalimantan Selatan mengalami peningkatan baik
pada transaksi tunai maupun non tunai. Total
perputaran aliran uang kartal melalui Kantor Bank
Indonesia Banjarmasin selama triwulan II-2010 mencapai
Rp1.536 miliar, meningkat 5,49% dari triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp1.456 miliar. Secara
keseluruhan terjadi net-outflow sebesar Rp222 miliar pada
triwulan laporan, berbeda dibandingkan dengan triwulan
I-2009 yang mencapai net-inflow sebesar Rp969 miliar.
Nilai transaksi BI-RTGS di triwulan laporan
mencatat peningkatan 13,03% (qtq)
Nilai transaksi non-tunai melalui sarana Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
mencatat peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Nilai nominal transaksi BI-RTGS di triwulan
II-2010 tercatat sebesar Rp31,63 triliun atau naik 13,03%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
Rp27,98 triliun.
Nilai rata-rata harian transaksi non-tunai melalui
kegiatan kliring pada triwulan II-2010 mengalami
penurunan 1,9% dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu dari Rp55,4 miliar/hari menjadi
Rp54,3 miliar/hari.
Kaj ian Ekonom i Regional Kalim ant an Selat an Tr iw ulan I I - 2010
7
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan III-2010 laju pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan diperkirakan lebih baik dari
triwulan laporan yakni pada kisaran 6%-6,5% (yoy).
Penguatan ekonomi domestik yang didukung oleh
menguatnya proses pemulihan ekonomi global terutama di
kawasan Asia dan Eropa memberikan sentimen positif
terhadap penguatan nilai tukar dan terus membaiknya
harga komoditas di pasar internasional. Hal ini akan
menunjang meningkatnya kinerja sektor-sektor ekonomi
dominan di Kalimantan Selatan yang berorientasi ekspor
seperti sektor pertambangan dan sub sektor perkebunan.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan akan didorong
oleh permintaan ekspor, konsumsi masyarakat dan
pemerintah, investasi, serta investasi. Meningkatnya
masyarakat dipengaruhi oleh faktor musiman bulan puasa
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, disamping daya beli
masyarakat yang masih relatif baik karena adanya
pembayaran gaji ke-13 dan tunjangan hari raya.
Sementara itu, belanja Pemerintah Daerah diperkirakan
akan meningkat, mengikuti siklus tahun-tahun
sebelumnya.
Dari sisi sektoral, kinerja sektor dominan yaitu sektor
pertanian, sektor pertambangan, sektor
perdagangan dan sektor industri pengolahan
diperkirakan akan menjadi pendorong laju
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010. Kinerja
sektor pertanian masih akan meningkat, karena panen
raya masih akan berlangsung hingga akhir triwulan
III-2010, terutama untuk padi jenis lokal premium. Kinerja
sektor pertambangan berpotensi meningkat, seiring
dengan permintaan ekspor batubara dari Jepang, Cina dan
India serta kebutuhan batubara domestik untuk
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010 diperkirakan akan ditopang oleh seluruh sektor dominan.
Ekspor, konsumsi, dan investasi akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi
pembangkit listrik yang tetap tinggi, selain itu, gangguan
cuaca yang menghambat kegiatan eksplorasi akan
cenderung berkurang seiring mulai datangnya musim
kemarau. Sementara itu, perkembangan harga komoditas
yang relatif baik seiring dengan menguatnya pemulihan
ekonomi global dan peluang ekspor produk industri
pengolahan seperti minyak sawit (CPO) yang semakin
besar karena adanya Free Trade Area seperti AIFTA (Asean
India Free Trade) turut memulihkan kinerja sektor industri
pengolahan. Selain itu momen bulan puasa dan hari raya
Idul Fitri diperkirakan akan mendorong pertumbuhan di
sektor perdagangan.
PROSPEK INFLASI
Laju inflasi triwulan III-2010 diperkirakan meningkat yang dipengaruhi oleh komponen volatile food
Laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan III-2010
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan
laporan, terutama disebabkan oleh inflasi yang tinggi
pada komponen volatile food. Dari sisi penawaran,
tekanan inflasi masih akan dipengaruhi oleh keterbatasan
pasokan, akibat gangguan produksi dan distribusi karena
faktor cuaca yang diperkirakan masih akan diwarnai
dengan turunnya curah hujan yang cukup tinggi. Dari sisi
permintaan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat, terkait
dengan faktor musiman. Tekanan inflasi dari sisi
administered price diperkirakan meningkat, terkait dengan
kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada awal bulan Juli 2010.
Di sisi lain, tekanan inflasi yang cukup tinggi akan tertahan
oleh pergerakan harga beras lokal yang menurun, karena
sudah masuk panen raya.
Ditinjau dari kelompok penyusunnya, tekanan inflasi
terutama berasal dari kelompok bahan makanan dan
kelompok makanan jadi. Inflasi berpotensi terjadi pada
komoditas gula pasir dan produk turunannya seperti kue
basah yang menjadi makanan khas masyarakat Kalsel.
Kaj ian Ekonom i Regional Kalim ant an Selat an Tr iw ulan I I - 2010
9
Dengan berbagai pertimbangan di atas laju inflasi
pada triwulan III-2010 diproyeksikan berada pada
BAB I
P
ERKEM BAN GAN
E
KON OM I
M
AKRO
R
EGI ON AL
Sejalan dengan penguatan ekonomi nasional yang masih terus
berlanjut, aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010
mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan ini tumbuh
sebesar 5,97% (y-o-y),lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010
yang mencapai 5,39% (y-o-y). Laju
pertumbuhan ini sedikit lebih
rendah dari perkiraan Bank
Indonesia sebelumnya yang berada
pada kisaran 6,04% (y-o-y).
Dari sisi permintaan, laju
pertumbuhan ekonomi terutama
ditopang oleh kinerja konsumsi
dan investasi, sementara ekspor
melambat.Membaiknya konsumsi masyarakat antara lain ditopang oleh aktivitas
menjelang Pemilu Kada Gubernur dan Bupati/walikota di 7 kabupaten/kota di
Kalimantan Selatan serta membaiknya pendapatan pekerja di sektor
pertambangan dan subsektor perkebunan. Di sisi lain, perkembangan aktivitas
investasi diperkirakan semakin membaik seiring pelaksanaan Pemilu Kada yang
aman, lancar dan kondusif, serta didukung ekspansi pembiayaan dari perbankan.
Sementara itu, perlambatan ekspor yang cukup besar terutama dipengaruhi oleh
melambatnya ekspor batubara akibat adanya gangguan produksi karena faktor
cuaca. Sebaliknya lonjakan impor barang modal menyebabkan kinerja net ekspor
Kalimantan Selatan mengalami penurunan.
Dari sisi penawaran (sektoral), laju pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan terutama ditopang oleh kinerja sektor dominan,
khususnya sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
5.97% 6.22% 9.68%
2.99% 3.27%3.64% 7.92%
4.82%5.39% 5.97%
0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2
2008 2009 2010
(y‐o‐y)
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 10
perdagangan sedangkan sektor industri pengolahan relatif stabil.
Meningkatnya sektor pertanian ditopang oleh kinerja subsektor pertanian
tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan, terkait dengan mulai
tibanya masa panen raya di beberapa wilayah dan perkembangan harga
komoditas perkebunan di pasar internasional yang cukup tinggi. Membaiknya
daya beli masyarakat yang diikuti dengan maraknya penawaran dana pinjaman
dengan bunga rendah mendorong meningkatnya aktivitas di sektor perdagangan.
Kinerja sektor jasa juga turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi, sementara
sektor ekonomi non-dominan lainnya seperti sektor keuangan, sektor bangunan,
sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor listrik, gas dan air bersih cenderung
melambat.
1. SISI PERMINTAAN
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Selatan Dari Sisi Permintaan
Kom ponen
Per t um buhan ( % )
2009 2010
Tr w 2 Tr w 3 Tr w 4 Tr w 1 Tr w 2
Konsum si Rum ah Tangga 6.15 4.92 4.91 6.52 6.92 Konsum si Pem er int ah 5.48 5.95 9.29 6.34 4.15 I nvest asi ( PMTB) 15.00 - 8.29 24.94 0.18 29.31 Net Ekspor - 42.07 - 0.40 56.65 417.56 - 25.00
Ekspor - 28.44 15.72 48.40 63.36 28.44
I m por 12.45 48.62 36.38 - 4.30 82.17
Tot a l 3 .6 4 7 .9 2 4 .8 2 5 .3 9 5 .9 7
Sumber: BPS Provinsi Kalsel
Kegiatan Ekspor-Impor
Kinerja Ekspor
Membaiknya kinerja perekonomian di triwulan II-2010 terutama
didukung oleh kinerja konsumsi dan investasi, sementara ekspor, baik
ekspor antar pulau maupun ekspor ke luar negeri, mencatat perlambatan.
Pada periode laporan, ekspor yang memiliki pangsa terbesar dalam perekonomian
Kalimantan Selatan (69,62%) tumbuh sebesar 28,44% (y-o-y), jauh lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 63,36%
(y-o-y). Dengan tingkat pertumbuhan tersebut, ekspor menyumbang sebesar
sumbangan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 31,02%.
Aktivitas ekspor luar negeri selama triwulan II-2010 cenderung
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, meski permintaan ekspor
masih relatif tinggi seiring dengan pulihnya ekonomi global Adanya
gangguan produksi tambang batu bara akibat faktor cuaca, telah menghambat
laju ekspor komoditas ini, meskipun permintaan baik dari pasar domestik dan
internasional masih cukup prospektif.
Volume ekspor Kalimantan Selatan selama triwulan II-2010 mencapai
22,79 juta ton atau turun 7,95% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama di
tahun 2009 yang mencapai 24,76 juta ton. Namun demikian, secara keseluruhan,
kinerja ekspor selama tahun 2010 sejak Januari hingga Juni 2010 jauh lebih baik
dibandingkan periode yang sama di tahun 2009. Volume ekspor selama
Januari-Juni 2010 mencapai 49,25 juta ton atau meningkat sebesar 47,62% dari periode
yang sama di tahun 2009.
Grafik 1.2 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
Periode Januari-Juni 2010
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.3 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Selama
Bulan Januari-Mei
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.5 Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
‐30.00% ‐20.00% ‐10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000
Jan‐Jun 2007 Jan‐Jun 2008 Jan‐Jun 2009 Jan‐Jun 2010
Ri b u to n
Volume ekspor g. Volume ekspor (yoy)
‐100% ‐50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*) 2007 2008 2009 2010
Ri b u to n
*) Data sementara
Volume ekspor g. volume ekspor (yoy)
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500
Jan‐Jun 2007 Jan‐Jun 2008 Jan‐Jun 2009 Jan‐Jun 2010
Ju ta U S $
Nilai Ekspor g. nilai ekspor (yoy)
‐40% ‐20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 160% 180% 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*)
2007 2008 2009 2010
Ju
ta
U
S$
*) Data sementara
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 12
Dilihat dari komoditasnya, penurunan ekspor terutama dipengaruhi oleh
penurunan ekspor batu bara yang memiliki pangsa volume ekspor terbesar, yaitu
mencapai 82,9%. Selama bulan April-Juni 2010, volume ekspor batu bara
mencapai 21,23 juta ton atau turun sebesar 9,21% (y-o-y) dibandingkan periode
yang sama di tahun 2009. Sedangkan
nilai ekspor batu bara yang mencapai
US$1,19 miliar pada April-Juni 2010
mengalami penurunan sebesar
14,15% (y-o-y) dibandingkan triwulan
II-2009. Faktor curah hujan yang
relatif tinggi menyebabkan gangguan
terhadap aktivitas eksplorasi tambang
dan kegiatan angkutan tambang.
Sementara itu pertumbuhan ekspor komoditas unggulan lainnya mulai
bergerak stabil setelah pulih dari dampak krisis ekonomi global di tahun 2009.
Setelah mencatat lonjakan pertumbuhan ekspor yang cukup besar di triwulan
I-2010, pertumbuhan di triwulan II-2010 ini cenderung tumbuh pada tingkat yang
moderat. Volume ekspor minyak sawit (CPO) yang mengalami lonjakan pada dua
triwulan sebelumnya, pada April-Juni 2010 mencapai 110,28 juta ton atau
kembali tumbuh normal sebesar 30,9% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama
tahun 2009 yang hanya mencapai 84,49 juta ton. Angka pertumbuhan ini jauh
lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan I-2010 yang mencapai
1.053,23% (y-o-y).
Grafik 1.7 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Kayu Olahan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.8 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Minyak Sawit
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Ekspor produk kayu olahan masih relatif baik yang ditandai dengan volume
ekspor kayu olahan pada periode April-Juni 2010 mencapai 54,09 ribu ton atau
tumbuh sebesar 8,18% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun 2009. 0 5 10 0 5 10 15 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101
15 20 25 30 25 30 35 40 45 50
112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2008 2008 2009 2010
Ju ta U S$ Ri b u to n
Volume ekspor kayu olahan Nilai ekspor kayu olahan
‐20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 50 100 150 200 250 300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2008 2008 2009 2010
Ju ta U S $ Ri b u to n
Volume ekspor minyak sawit Nilai ekspor minyak sawit Grafik 1.6 Perkembangan Volume dan Nilai
Ekspor Komoditas Batubara
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000
4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2008 2009 2010
Ju ta U S$ Ri b u to n
Namun demikian, laju pertumbuhan ekspor komoditas ini juga lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 82,99% (y-o-y).
Di sisi lain, kinerja ekspor karet menunjukkan perkembangan yang terus
membaik, meskipun harga karet di pasar internasional sempat terkoreksi. Pada
bulan April-Juni 2010, volume ekspor karet (crumb rubber) mencapai 26,86 ribu
ton atau mengalami pertumbuhan sebesar 14,22% (y-o-y). Membaiknya harga
karet terindikasi pula pada
meningkatnya nilai ekspor karet
yaitu mencapai US$81,52 juta, atau
meningkat tajam sebesar 159,58%
(yoy) dibandingkan triwulan II-2009.
Selain karena perkembangan harga
yang cukup baik, kenaikan ekspor
karet juga dipengaruhi oleh
perluasan pangsa pasar ekspor ke
India.
Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Karet Kalimantan Selatan 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 2 4 6 8 10 12 14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2008 2008 2009 2010
Ju ta U S$ Ri b u to n
Volume ekspor karet Nilai ekspor karet
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Dilihat dari negara tujuan ekspor, China pada triwulan ini masih menjadi
negara utama tujuan ekspor Kalimantan Selatan dengan pangsa ekspor mencapai
21,56% dan nilai ekspor mencapai US$196,07 juta. Sementara India bergerak
menempati posisi kedua terbesar dengan pangsa ekspor sebesar 15,52% dan
nilai ekspor mencapai US$141,07 juta. Pada posisi ketiga ditempati oleh Jepang,
dengan pangsa 15,19% atau dengan nilai ekspor mencapai US$138,07 juta.
Meningkatnya pangsa ekspor Kalimantan Selatan ke India berkaitan
dengan meningkatnya permintaan energi untuk aktivitas industri di negara
tersebut. Hampir 88% ekspor Kalsel ke India merupakan komoditas tambang,
yaitu batu bara. Adanya Asean-India Free Trade Agreement (AIFTA) ditengarai
mampu mengakselerasi akses pasar ekspor ke India melalui program
penghapusan tarif secara bertahap. Khusus untuk batu bara, penurunan tarif
akan berlangsung hingga mencapai 0% pada tahun 2013. Berdasarkan data
sementara, volume ekspor batu bara ke India mencapai 5,25 juta ton dengan nilai
ekspor sebesar US$202,9 juta.
Batu bara juga merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Selatan
ke Jepang dengan pangsa nilai ekspor mencapai 79%. Demikian pula dengan
China, sekitar 82% dari total nilai ekspor Kalsel ke China merupakan komoditas
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 14
tersebut pada triwulan II-2010 mencapai 11,64 juta ton atau sebesar 54,92% dari
total ekspor batu bara Kalimantan Selatan.
Komoditas utama lainnya yang diekspor ke China, India, dan Jepang
adalah komoditas industri pengolahan, seperti produk kayu olahan, minyak nabati
(CPO), dan dan karet olahan. Pada triwulan II-2010, nilai ekspor komoditas
industri pengolahan tersebut mencapai US$121,99 juta.
Grafik 1.10 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Perkembangan Impor
Aktivitas impor barang yang masuk ke Kalimantan Selatan pada
triwulan II-2010 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya,
yaitu dari sebelumnya kontraksi -4,30% (y-o-y) menjadi 82,17% (y-o-y).
Dari sisi volume, pertumbuhan impor barang dari luar negeri di triwulan laporan
(April-Mei 2010) naik signifikan sebesar 312,72% (y-o-y), jauh lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang sebesar 18,34% (y-o-y),
maupun pada periode yang sama tahun sebelumya yang tumbuh negatif sebesar
-27,5% (y-o-y).
Meningkatnya laju pertumbuhan impor barang terutama dipengaruhi oleh
kenaikan impor barang-barang modal ke Kalimantan Selatan, sejalan dengan
meningkatnya aktivitas investasi baru pasca berlangsungnya Pemilu Kada
Gubernur Kalimantan Selatan pada bulan Juni 2010. Selain itu, membaiknya nilai
tukar Rupiah diperkirakan turut mendorong volume impor alat-alat berat dan
pendukungnya. Nilai impor barang modal meraup pangsa sebesar 79,56% dari
total nilai impor Kalimantan Selatan yang sebagian besar merupakan impor alat
angkutan industri.
Malaysia,
13.05%
India, 15.52%
Jepang, 15.19%
China, 21.56%
Taiwan, 8.71%
Korea Selatan,
5.16%
Pada periode laporan, kenaikan terbesar terjadi pada impor alat transpor
industri, dengan laju pertumbuhan sebesar 270,73% (y-o-y). Seiring dengan itu,
nilai impor Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 mencapai US$109,26 juta
(April-Mei 2010), lebih tinggi dibandingkan nilai impor triwulan sebelumnya yang
mencapai US$108,09 juta.
Grafik 1.11 Perkembangan Volume Impor Non Migas Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.12 Perkembangan Nilai Impor Non Migas Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Impor Kalimantan Selatan Selama Bulan Januari-Februari
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
‐100% ‐50% 0% 50% 100% 150% 200% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*)
2007 2008 2009 2010
Ri b u to n
*) Data sementara, hanya mencakup periode April‐Mei 2010
Volume impor g. Volume impor (yoy)
‐200% ‐100% 0% 100% 200% 300% 400% 500% 600% 0 50 100 150 200 250 300
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*)
2007 2008 2009 2010
Ju ta U S $
*) Data sementara
Nilai impor g. nilai impor (yoy)
‐60.00% ‐40.00% ‐20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 0 20 40 60 80 100 120 140 160
Jan‐Jun 2007 Jan‐Jun 2008 Jan‐Jun 2009 Jan‐Jun 2010
Ri b u to n
Volume ekspor g. Volume ekspor (yoy)
Konsumsi
Pada triwulan laporan, komponen konsumsi baik konsumsi
masyarakat maupun konsumsi pemerintah mengalami peningkatan.
Meningkatnya konsumsi rumah tangga (RT) dari 6,52% (y-o-y) di triwulan I-2010
menjadi 6,92% (y-o-y) di triwulan II-2010 terindikasi dari meningkatnya penjualan
kendaraan bermotor, kegiatan perdagangan besar serta bongkar muat barang di
pelabuhan.Masih meningkatnya konsumsi RT dipengaruhi pula oleh membaiknya
kinerja sektor unggulan seperti sektor pertanian khususnya tanaman bahan
makanan dan perkebunan, seiring dengan tibanya musim panen raya dan tren
pergerakan harga komoditas yang cenderung meningkat di pasar internasional.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 16
US$3,82/kg pada April 2010 menjadi US$3,66/kg pada Juni 2010, namun masih
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata harga di triwulan I-2010 yang sebesar
US$3,33/kg. Demikian pula rata-rata harga minyak kelapa sawit mengalami
penurunan dari dari US$794,6/metric ton pada April 2010 menjadi
US$767,78/metric ton pada Juni 2010. Harga tersebut masih lebih tinggi
dibandingkan rata-rata harga selama triwulan I-2010 yang mencapai
US$762,01/metric ton.
Sementara itu, dukungan penyaluran kredit konsumsi turut menopang
konsumsi masyarakat, terutama untuk barang-barang tahan lama seperti
kendaraan bermotor dan properti. Berdasarkan data Dispenda Provinsi Kalsel,
total penjualan sepeda motor baru yang diindikasikan melalui pendaftaran
kendaraan bermotor baru pada triwulan II-2010 mencapai 36,2 ribu unit dengan
laju pertumbuhan sebesar 26,22% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan total
penjualan di triwulan I-2010 yang mencapai 34,7 ribu unit dengan laju
pertumbuhan sebesar 19,04% (y-o-y).Sedangkan untuk mobil, total penjualan di
triwulan II-2010 mencapai 2.466 unit, meningkat cukup tajam sebesar 54,6%
(y-o-y) dibandingkan total penjualan di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
1.964 unit dengan laju pertumbuhan sebesar 7,68% (y-o-y). Kredit konsumsi
berdasarkan lokasi proyek per Juni 2010 mencapai Rp7,21 triliun atau tumbuh
31,69% (y-o-y), meningkat dibandingkan kredit konsumsi pada triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp6,69 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar
29,63% (y-o-y).
Grafik 1.14 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan
Selatan
Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel
Grafik 1.15 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan Selatan
Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% ‐60% ‐40% ‐20% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 2008 2009 2010
g. konsumsi RT (yoy) g. penjualan motor (yoy) g. penjualan mobil (yoy)
‐ 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 ‐ 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2
2008 2009 2010
Unit Unit
Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan (Berdasarkan Lokasi Proyek)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% Ja n Fe b
Mar Ap
r Ma y Ju n Ju l Au g Se p
Oct Nov De
c
Ja
n
Fe
b
Mar Ap
r Ma y Ju n Ju l Au g Se p
Oct Nov De
c
Ja
n
Fe
b
Mar Ap
r
Ma
y
Ju
n
2008 2009 2010
y-o-y y-o-y
g. PDRB Konsumsi (y-o-y) - aksis kiri g. Kredit Konsumsi (y-o-y)
Di sisi lain, konsumsi pemerintah melalui anggaran belanja pemerintah
daerah atau APBD provinsi pada triwulan II-2010 mengalami perlambatan
terutama pada komponen belanja modal. Hal ini antara lain dipengaruhi masih
lambatnya realisasi anggaran. Hingga triwulan II-2010, realisasi anggaran
Pemerintah Provinsi baru mencapai 44,7%. Meski pada saat ini banyak proyek
telah masuk pada tahap pengerjaan, namun nampaknya sebagian SKPD
cenderung menahan realisasi belanja khususnya belanja modal sampai
pelaksanaan Pemilu Kada.
Di sisi lain, penyelenggaraan Pemilu Kada di tingkat Provinsi (Gubernur)
dan tingkat Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota di 7 Kabupaten/Kota) turut
mendorong konsumsi secara keseluruhan, baik konsumsi masyarakat, swasta, dan
pemerintah. Total anggaran yang disediakan pemerintah untuk pelaksanaan
Pemilu Kada tersebut adalah sebesar Rp50 miliar untuk pemilihan Gubernur dan
Rp108 miliar untuk pemilihan Bupati/Walikota di 7 wilayah Kabupaten/Kota.
Sementara itu total dana kampanye dari seluruh kandidat
(Gubernur/Bupati/Walikota) yang berjumlah 69 orang diperkirakan dapat
mencapai Rp70,79 miliar.
Berdasarkan in-depth interview dengan KPU Kalsel menyatakan bahwa
dana kampanye akan dialokasikan untuk pembuatan materi kampanye, seperti
baliho, leaflet, kaos, serta penyelenggaraan kampanye yang merupakan bagian
dari sektor PHR. Sedangkan dana penyelenggaraan akan dialokasikan terutama
untuk pembayaran tenaga honorer Pemilu Kada yang merupakan bagian dari
sektor jasa. Dari simulasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, total dana
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 18
sektor PHR sedangkan dana kampanye sebesar Rp164 miliar akan memberikan
efek terhadap sektor jasa.
Dalam pada itu, masih berlanjutnya peningkatan harga bahan pangan
seperti beras, gula pasir, dan lainnya menyebabkan daya beli masyarakat menurun
dan memunculkan penurunan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan
barang. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia di Banjarmasin
menunjukkan penurunan ekspektasi konsumen dan tingkat keyakinan konsumen.
Nilai indeks keyakinan konsumen (IKK) selama triwulan II-2010 mengalami
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari rata-rata 113,2 menjadi
109,8. Dilihat dari indeks pendukungnya, penurunan IKK dipengaruhi oleh
penurunan indeks kondisi ekoenomi saat ini (IKE), yaitu dari rata-rata 108 pada
triwulan I-2010 menjadi 102,5 pada triwulan II-2010. Sementara itu, indeks
ekspektasi konsumen (IEK) relatif tetap, yaitu dari rata-rata 117,6 pada triwulan
sebelumnya menjadi 117,0 pada triwulan II-2010. Hal ini dipengaruhi oleh
menurunnya ekspektasi konsumen terhadap penghasilan mereka dalam 6 bulan
ke depan akibat menurunnya ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan
lapangan kerja dan kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang.
Grafik 1.17 Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
Grafik 1.18 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
Grafik 1.19 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin 70
90 110 130 150
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen
0 50 100 150 200
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2008 2009 2010
Penghasilan saat ini
Ketersediaan lapangan kerja saat ini Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
0 50 100 150 200
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2008 2009 2010
Ekspektasi penghasilan
Investasi
Aktivitas investasi di Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010
mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung tertib dan aman
nampaknya mampu mendorong kondusifnya iklim investasi. Pada triwulan
II-2010, investasi yang tercermin dari indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) tumbuh dari 0,18% (y-o-y) pada triwulan I-2010 menjadi 29,31% (y-o-y)
pada triwulan II-2010. Peningkatan investasi terutama terjadi di sektor
pertambangan khususnya batu bara dan bijih besi, seiring dengan prospek sektor
pertambangan yang terus membaik. Kenaikan ini antara lain terkait dengan
realisasi investasi salah satu perusahaan tambang terbesar di Kalimantan Selatan
yang membuka lahan eksplorasi baru. Selain itu, salah satu produsen baja dari
China juga telah merealisasikan investasi sebesar US$568,6 ribu untuk
pembebasan lahan dan kini tengah melanjutkan realisasi pembangunan pabrik
baja hulu berkapasitas produksi 500 ribu ton/th senilai US$ 220 juta.
Kenaikan investasi terlihat pula dari tingginya volume impor barang modal
dan impor kendaraan truk dan alat berat. Selama bulan April-Juni 2010, nilai
impor barang modal meningkat sebesar 127,62% (y-o-y), jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 13,31%.
Sementara nilai impor alat transportasi penunjang industri juga tumbuh signifikan
sebesar 54,17% (y-o-y), setelah pada triwulan sebelumnya menyusut sebesar
76,69%. Namun demikian, pemberlakukan UU No. 4/2009 yang diatur lebih
lanjut melalui PP No.23/2010 mengenai Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara sejak 1 Februari 2010 dirasa cukup
menyulitkan investor baru. Hingga Juni 2010, belum ada investor baru di bidang
batu bara yang melakukan eksplorasi. Investasi yang tercatat hingga saat ini
merupakan reinvestment dari para pemain lama berupa pembukaan lahan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 20
Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Membaiknya kegiatan investasi didukung pula oleh pembiayaan
perbankan. Kredit investasi perbankan (berdasarkan lokasi proyek) pada posisi
Juni 2010 tumbuh sebesar 12,09% (y-o-y), meningkat dibandingkan
pertumbuhan kredit investasi pada triwulan I-2010 yang turun sebesar -13,28%
(y-o-y). Terkait pembiayaan dan suku bunga, berdasarkan informasi yang
diperoleh melalui survei liason, masih terdapat kendala yang dihadapi perusahaan
dalam proses pemberian pinjaman dari perbankan yaitu prosedur dari perbankan
yang cukup memakan waktu lama dan tingkat suku bunga yang masih relatif
lebih tinggi serta persyaratan agunan yang merepotkan. Salah satu perusahaan
mengeluhkan kondisi ini yang menyebabkan perusahaan tidak dapat mengikuti
tender karena terlambat dalam penyediaan dana.
2. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian terutama
ditopang oleh meningkatnya kinerja di sektor pertanian, sektor
perdagangan, dan sektor pertambangan, sementara sektor industri
pengolahan tumbuh relatif stabil. Keempat sektor dominan yang memiliki
pangsa sebesar 73,62% dari total kapasitas ekonomi Kalimantan Selatan, pada
triwulan ini memberikan sumbangan sebesar 4,69% dari total pertumbuhan
ekonomi yang mencapai 5,97% (y-o-y). Meningkatnya kinerja sektor pertanian
terkait dengan tibanya masa panen raya tanaman pangan di triwulan laporan.
Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan meski mengalami
kenaikan, tetapi tertahan oleh produktivitas yang cenderung melambat karena
gangguan curah hujan yang cukup tinggi di daerah eksplorasi tambang. Di sektor
perdagangan, adanya Pemilu Kada turut mendorong aktivitas perdagangan,
‐200% 0% 200% 400% 600% 800% 1000% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*) 2007 2008 2009 2010
(y‐o‐y) (y ‐o‐y)
*) Data impor sementara
Data PMTB berdasarkan proyeksi BI Banjarmasin
g. PMTB (y‐o‐y), aksis kiri g. Nilai Impor Barang Modal g. Nilai Impor Alat Transport Industri
-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n
2008 2009 2010
y-o-y y-o-y
terkait dengan belanja kampanye para calon Gubernur dan Bupati/Walikota.
Sementara itu, kinerja sektor ekonomi non-dominan cenderung melambat,
kecuali sektor jasa yang relatif meningkat karena terdorong adanya belanja
kampanye Pemilu Kada.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Selatan Dari Sisi Penawaran
Sektor
Pertumbuhan Year on Year (%) 2009 2010 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2
Pertanian 3.83 14.27 4.16 4.47 7.19
Pertambangan -1.04 4.51 4.96 4.53 5.97
Industri 4.23 3.24 -1.36 2.07 2.21
Listrik 7.46 5.21 4.27 10.7 8.92
Bangunan 6.51 6.32 5.21 6.17 5.40
Perdagangan 6.13 6.12 5.85 7.59 8.65
Pengangkutan 6.25 7.22 5.60 8.25 4.73
Keuangan 5.39 3.89 6.35 12.07 5.58
Jasa 5.07 7.95 10.49 3.36 3.91
Total 3.64 7.92 4.82 5,39 5.97
Sumber: BPS Provinsi Kalsel
2.1. Sektor Ekonomi Dominan
Sektor Pertanian
Laju pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I-2010
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari
4,47% (yoy) menjadi 7,19% (yoy). Dengan laju pertumbuhan tersebut, sektor
pertanian menyumbang sebesar 1,94% terhadap pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan, terbesar dibandingkan kontribusi sektor dominan lainnya.
Meningkatnya laju pertumbuhan sektor pertanian terutama disebabkan oleh
kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) yang mencatat kenaikan
cukup signifikan, karena pada triwulan ini sudah memasuki panen raya,
khususnya untuk komoditas padi jenis unggul (medium). Berdasarkan data Dinas
Pertanian, pada April-Mei 2010, luasan panen padi di empat kabupaten sentra
padi yaitu Kab. Barito Kuala, Kab. Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah,
dan Kab. Tapin mencapai 85,81 ribu Ha, lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun 2009 yang hanya seluas 44,3 ribu Ha.Pola produksi ini masih sejalan
dengan pola tahunan produksi padi pada tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan
produksi juga dikonfirmasi dari Angka Ramalan (ARAM) II-2010. Produksi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 22
mencapai 284,09 ribu ton, lebih tinggi 7,98% dibandingkan produksi pada
periode yang sama di tahun 2009 sebesar 263,1 ribu ton.
Peningkatan produksi padi ini dipengaruhi oleh adanya upaya pemerintah
daerah untuk meningkatkan produksi beras melalui ekstensifikasi lahan dan
bantuan benih padi dan pupuk. Pada tahun 2010 diperkirakan produksi padi
meningkat sebanyak 182,85 ribu ton atau naik 9,34%. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 7,51% dan peningkatan
produktivitas sebesar 0,58%.
Selain subsektor tabama, subsektor lain yang memiliki kontribusi besar
terhadap perkembangan sektor pertanian adalah subsektor perkebunan. Pada
triwulan II-2010, kinerja subsektor perkebunan tumbuh lebih baik terutama
ditunjang oleh meningkatnya produktivitas tanaman perkebunan khususnya
kelapa sawit, serta perkembangan harga komoditas perkebunan yang cukup baik
dan relatif stabil. Harga komoditas karet mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu
dari US$3,69/kg di akhir Maret 2010 menjadi US$3,70/kg pada akhir Juni 2010
atau naik sebesar 0,42%. Sedangkan harga minyak sawit internasional pada akhir
periode laporan mengalami penurunan sebesar 4,75%, yaitu dari
US$790,93/metric ton di akhir Maret 2010 menjadi US$753,4/metric ton.
Grafik 1.22 Perkembangan Harga Internasional Komoditas Karet dan
Minyak Sawit
Sumber : Bloomberg
Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian (Berdasarkan Lokasi
Proyek) di Kalimantan Selatan
Sumber: Lap.Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Sejalan dengan membaiknya harga komoditas pertanian, kesejahteraan
petani secara umum juga relatif meningkat sebagaimana diperlihatkan oleh
peningkatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Pada bulan Juni 2010, NTP
Kalimantan Selatan tercatat sebesar 106,44, naik 1,60% dibandingkan Desember
2009 yang mencapai 104,76 atau naik sebesar 6,93% bila dibandingkan dengan
Juni 2010. Meski secara tahunan (y-o-y) indeks harga yang diterima petani
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Harga Minyak Kelapa Sawit
(US$/metric ton) Harga Karet (US$/kg)
-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% Ja n Fe b Mar Ap r May Ju n Ju l Au g Se p Oct No v De c Ja n Fe b Mar Ap r May Ju n Ju l Au g Se p Oct No v De c Ja n Fe b Mar Ap r May Ju n
2008 2009 2010
y-o-y y-o-y
tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 10,87%, namun bila dibandingkan
dengan kondisi akhir tahun 2009 masih mengalami penurunan sebesar -1,82%,
yaitu dari 124,50 menjadi 122,23 pada Juni 2010. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun harga internasional sudah membaik, namun masih belum diikuti
dengan kenaikan harga pembelian dari perkebunan rakyat secara sebanding,
karena kualitas karet mentah yang masih relatif rendah.
Sektor Pertambangan
Pada triwulan laporan, kinerja sektor pertambangan Kalimantan
Selatan tumbuh sebesar 5,97% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 4,53% (y-o-y).
Dengan peningkatan tersebut, kontribusi pertumbuhan sektor pertambangan
meningkat dari 1,07% menjadi 1,26%. Meningkatnya kinerja sektor
pertambangan terutama dipengaruhi oleh permintaan batu bara khususnya untuk
keperluan pembangkit listrik yang cenderung meningkat seiring dengan telah siap
beroperasinya beberapa PLTU baru yang termasuk dalam proyek 10.000 MW.
Namun demikian kondisi musim saat ini yang merupakan kemarau basah
mengakibatkan aktivitas eksplorasi tambang masih terganggu oleh hujan dengan
intensitas tinggi. Hal ini terindikasi dari melambatnya volume ekspor batu bara
dan bijih besi di triwulan laporan. Untuk batu bara, volume ekspor di triwulan
II-2010 turun sebesar -9,21% (y-o-y), jauh lebih rendah dibandingkan laju
pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 194,12% (y-o-y).
Produksi batubara salah satu perusaha