• Tidak ada hasil yang ditemukan

16.PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DI KABUPATEN SORONG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "16.PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DI KABUPATEN SORONG SELATAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DI KABUPATEN SORONG SELATAN

PROVINSI PAPUA BARAT

Agus Subarnas

SARI

Bitumen padat didefinisikan sebagai suatu batuan sedimen klastik halus seperti serpih, lanau, batulempung ataupun batupasir yang kaya akan material organik dan mempunyai prospek untuk menghasilkan sejumlah minyak dan gas melalui proses geologi tertentu. Setelah mengalami pemanasan pada suhu tertentu material organik tersebut mengalami dekomposisi dan melepaskan hidrokarbon dalam bentuk uap dan setelah melalui proses pendinginan akan berubah menjadi minyak atau gas.

Bitumen padat merupakan energi fosil yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai salah satu energi alternatif untuk mensubtitusi energi fosil yang selama ini digunakan, karena endapan ini dapat terbentuk pada lingkungan danau, lagun, neritik sampai laut dangkal yang sangat mungkin terjadi di Indonesia.

Dalam menunjang program pemerintah untuk menginventarisir sumberdaya energi diseluruh wilayah Indonesia, maka telah dilakukan penyelidikan endapan bitumen padat di daerah Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat.

Di daerah penyelidikan, endapan bitumen padat terbentuk pada 1 Formasi yang diperkirakan bertindak sebagai Formasi pembawa bitumen padat yaitu Formasi Steenkol berumur Miosen Atas-Pliosen. Sebagai batuan reservoir terakumulasinya Bitumen Padat adalah Batulempung Karbonan dan Batupasir Karbonan.

Tebal endapan berkisar antara 0,16 m sampai 3 m dengan sebararan kearah lateral mencapai sampai 2 km. Secara hipotetik total Sumber Daya Bitumen padat di Kab Sorong Selatan sebesar 10.375.055,4 Tonatau setara dengan 946.152.85 Barrel minyak.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meningkatnya kebutuhan energi pada saat ini dan masa yang akan datang perlu diikuti dengan meningkatkan penemuan sumber energi baru selain yang telah biasa digunakan selama ini yaitu minyak dan gas bumi serta batubara. Salah satu upaya tersebut adalah diversifikasi energi dari sumber energi fosil lainnya, untuk itu maka pada tahun–tahun belakangan ini dilakukan penyelidikan terhadap bitumen padat yang mengandung minyak.

(2)

energi di wilayah Indonesia Bagian Timur, selain itu untuk menambah data potensi bitumen padat pada bank data di Pusat Sumber Daya Geologi.

Maksud dan Tujuan

Maksud penyelidikan adalah untuk mendapatkan data sebaran batuan yang diduga mengandung bitumen padat, mengetahui karakteristik sebaran, ketebalan lapisan bitumen padat, menentukan lingkungan pengendapannya, dan terutama mengetahui potensi bitumen padat di daerah tersebut yang meliputi kualitas dan sumber daya.

Sedangkan tujuannya untuk menentukan lokasi-lokasi singkapan bitumen padat dan daerah prospeksi temuan dilapangan dengan memplotkannya pada peta geologi dan sebaran endapan bitumen padat sekala 1 : 50.000 sehingga tersedia data potensi sumber daya bitumen padat yang diperlukan pemerintah, pemerintah daerah maupun pihak swasta dalam rangka pengembangan potensi lebih lanjut pada saat diperlukan.

Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah

Secara administratif lokasi penyelidikan termasuk kedalam wilayah Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Sedangkan secara Geografis terletak pada koordinat 132° 00′ BT - 132° 15′ BT dan antara 1° 25′ LS - 1° 40′ LS (Gambar 1). Dalam pelaksanaan dilapangan, daerah penyelidikan diperluas sehingga koordinat lokasi menjadi 131° 55′ 00” BT - 132° 15′ BT dan antara 1° 25′ LS - 1° 40′ LS.

Teminabuan dapat dijangkau dari Sorong melalui udara maupun

perjalanan laut. Selanjutnya untuk mencapai lokasi peninjauan ditempuh melalui jalan darat.

Waktu Kegiatan dan Pelaksana Penyelidikan

Pelaksanaan kegiatan lapangan direncanakan berlangsung selama 40 hari mulai tanggal 2 Juli – 10 Agustus 2010.

Penyelidik Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan diantaranya Visser dan Hermes (1962) membagi Papua dalam 3 wilayah berdasarkan komposisi batuannya, yaitu : Daratan Papua yang berasal dari lempeng samudera, daratan hasil tumbukan lempeng samudera dan lempeng benua dan Wilayah yang berasal dari lempeng benua Australia

Sementara itu (E.Rusmana dkk.,1995). Menurutnya Mandala Geologi Papua terbagi atas 6 bagian yaitu Kerak Benua, Kerak Samudra, Jalur sesar naik Anjak Pegunungan Tengah, Jalur Ofiolit Papua, Cekungan Papua Utara dan Cekungan Wapoga.

Koesoemadinata R.P diantaranya menyatakan bahwa serpih dan napal marin yang dikenal sebagai Fm Klasafet berumur Miosen-Pliosen bertindak sebagai batuan source rock dan sealing cap rock.

U. Sukanta., C.J. Pigram pada tahun 1989 membuat Laporan umum dan peta geologi lembar Teminabuan yang banyak dipakai sebagai acuan geologi secara regional dalam berbagai penyelidikan selanjutnya.

GEOLOGI UMUM

Beberapa ahli geologi

(3)

tumbukan dari lempeng Benua Australia di Selatan. Akibat tumbukan tersebut, batuan penyusun P. Papua juga berkomposisi batuan yang berasal dari kedua lempeng tersebut.

Menurut Visser dan Hermes (1962), Papua dibagi dalam 3 wilayah berdasarkan komposisi batuannya : 1. Wilayah daratan Papua yang

dibangun oleh batuan yang berasal dari lempeng samudera : sebagian besar terdiri dari ofiolit dan batuan hasil gunungapi yang berkomposisi sedang - basa.

2. Wilayah daratan yang merupakan hasil tumbukan lempeng samudera dan lempeng benua : dicirikan dengan gangguan struktur dan tektonik yang kuat, wilayah ini dinamakan Jalur Anjak Pegunungan Tengah.

Bagian Utara Jalur Anjak Pegunungan Tengah terdiri dari Batuan Ultramafic, Gabro dan Batuan Gunungapi asal Kerak Samudera. Bagian tengah merupakan daerah selebar + 30km, merupakan jalur cekungan, batuannya telah mengalami ubahan yang kuat. Pada bagian Selatan, jalur Pegunungan Tengah terlipat kuat, tersesarkan (umumnya terdiri dari sesar-sesar sungkup).

3. Wilayah yang batuannya merupakan batuan asal dari lempeng benua Australia yaitu di bagian Selatan Papua. Batuan penyusunnya umumnya terdiri dari batuan klastika yang belum mengalami gangguan. Wilayah dengan unsur lempeng benua Australia ini mempunyai lapisan-lapisan penutup yang tebal dan kemungkinkan untuk prospek minyak bumi.

Berdasarkan Mandala Geologinya, Papua terbagi atas 6 bagian yaitu

Kerak Benua, Kerak Samudra, Jalur sesar naik Anjak Pegunungan Tengah, Jalur Ofiolit Papua, Cekungan Papua Utara dan Cekungan Wapoga (E. Rusmana dkk., 1995). Berdasarkan Pembagian Mandala Geologi tersebut, daerah yang diselidiki yaitu Kabupaten Sorong Selatan dan sekitarnya berada pada bagian Kerak Benua Australia yang dikenal sebagai paparan Ayamaru (Gambar 2). Paparan Ayamaru merupakan paparan tersier yang stabil dengan endapan sedimennya terutama berasal lapisan karbonat.

Stratigrafi Regional

Secara regional, stratigrafi yang berkembang pada paparan Ayamaru sangat berhubungan dengan sedimentasi pada cekungan disekitarnya terutama dengan cekungan Salawati di Barat Laut dan cekungan Bintuni di bagian Tengara. Beberapa penulis terdahulu menerangkan banyak sekali kemiripan dalam sistim pengendapan di kedua cekungan tersebut.

Pada cekungan Salawati, Batuan dasarnya adalah Formasi Aifam berumur Paleozoikum yang tersusun atas batuan beku/metamorf. Batuan dasar ini tertutup secara transgresif oleh sedimen tersier yang terdiri atas sedimen karbonat. Di paparan Ayamaru, sedimentasi pada umur tersier terutama didominasi oleh kompleks endapan terumbu New Guinea Limestone Group, kelompok batuan ini kebagian cekungan Salawati menjemari dengan endapan-endapan laut dalam.

(4)

pada umur Oligosen dan Fm Klamogun pada umur Miosen. Formasi Klamogun ditutupi secara menjemari oleh Fm Kais pada Miosen Atas. Formasi Kais diperkirakan merupakan suatu kompleks terumbu yang beregresi diatas Fm Klamogun. Formasi Kais berperan sebagai Supporting Platform bagi pertumbuhan terumbu tiang yang sangat produktif minyak bumi. Pada beberapa tempat, terumbu dan rombakannya bersifat lempungan dan dikenal sebagai Formasi Sekau.

Penurunan cekungan serta influks baru dari sedimen klastik mengubur terumbu-terumbu ini dalam serpih dan napal marin yang dikenal sebagai Fm Klasafet berumur Miosen-Pliosen. Formasi Klasafet bertindak sebagai batuan source rock dan sealing cap rock (Koesoemadinata R.P).

Struktur Geologi Regional

Daerah penyelidikan merupakan daerah yang relatif stabil, dengan kemiringan lapisan yang relatif landai sekitar 3o – maksimal 20o dan arah pengendapan sedimen relatif Utara-Selatan.

Berdasarkan interpretasi dari peta Geologi lembar Teminabuan, kelurusan sesar terutama terjadi pada 2 formasi batuan yang berkembang di daerah rencana penyelidikan yakni pada Formasi Kais dan Formasi Sekau dengan arah relatif Timurlaut-Tenggara dan diperkirakan terjadi sekitar Miosen. Sedangkan pada Formasi Steenkool yang berumur Miosen Atas-Pliosen pengaruh sesar relatif tidak nampak.

Endapan Bitumen padat

Terdapat beberapa metode pendekatan untuk melakukan penyelidikan tersebut, diantaranya melalui studi literatur.

Berdasarkan hasil studi dari beberapa penulis terdahulu, maka diperkirakan penyebaran endapan bitumen padat di daerah penyelidikan terdapat pada Formasi Sekau dan Formasi Steenkool yang berada diatasnya. Berdasarkan keterangan beberapa sumber menerangkan bahwa migas dicekungan Salawati dan cekungan Bintuni berasal dari terumbu karang yang tumbuh sebagai terumbu tiang (Pinnacles reefs) yang kaya akan kandungan organik (hidrokarbon). Sementara itu ditempat lain (diluar cekungan Salawati), terumbu hasil rombakannya bersifat lempungan dan dikenal sebagai Formasi Sekau. Berdasarkan asumsi sementara tersebut maka penyelidikan di daerah Sorong Selatan difokuskan pada Formasi Sekau dan Formasi Steenkool yang berkembang didaerah tersebut.

Hasil dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan diharapkan akan tersedianya data potensi sumber daya bitumen padat berserta kualitasnya di wilayah Kabupaten Sorong Selatan sehingga dapat dipakai untuk kepentingan yang lebih luas dikemudian hari, khususnya sebagai upaya pengembangan energi nasional.

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Penyelidikan Lapangan

(5)

Pengumpulan Data Sekunder

Kegiatan pengumpulan data sekunder pada daerah yang diselidiki dilakukan sebelum dimulai kegiatan lapangan. Pada tahap pengumpulan data sekunder kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah Studi literatur mengenai daerah yang dituju, baik dari penulis terdahulu maupun dari informasi lisan, Evaluasi data sekunder, Membuat Rencana kerja lapangan, Persiapan peta dan peralatan survei.

Data sekunder daerah Sorong Selatan diperoleh dari berbagai sumber. Beberapa data yang sekunder yang cukup penting sebagai bahan acuan adalah Peta Geologi Lembar Teminabuan, Irian Jaya, sekala 1 : 250.000 dari Pusat Survei Geologi. Studi pustaka juga mempelajari berbagai masukan mengenai daerah yang akan dituju baik dari literatur maupun informasi lisan yang bersumber dari peneliti terdahulu.

Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil kegiatan lapangan, yaitu dari hasil pemetaan geologi bitumen padat.

Kegiatan tersebut diantaranya:

- Mencari lokasi singkapan-singkapan bitumen padat berdasarkan informasi yang pernah didapatkan,

- Dilakukan pengukuran kududukan dan tebal lapisan kemudian dilakukan pemerian terhadap singkapan tersebut, dan diplotkan pada peta dasar/peta topografi sekala 1 : 50.000.

- Pengamatan pada formasi lainya yang diduga sebagai formasi sekunder pengendapan bitumen padat.

- Dilakukan pengamatan penampang terukur pada formasi-formasi yang dianggap penting.

- Dokumentasi singkapan seperlunya.

- Dilakukan pengambilan conto bitumen padat secara chanelling untuk keperluan analisis labolatorium.

Analisis Laboratorium

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terdiri atas analisis laboratorium yang terdiri dari analisis Retort dan pengamatan petrografi bitumen padat.

Proses analisa retorting, hasilnya paling tidak dapat mengetahui kandungan minyak dalam satuan liter/ton, kandungan air dalam satuan liter/ton dan berat jenis minyak dalam satuan gram/ml.

Analisis Retort dilakukan terhadap conto bitumen padat yang dipilih dan dianggap dapat mewakili endapan dan lapisan bitumen padat di daerah penyelidikan. Hasil pengujian terhadap 7 conto batuan yang umumnya terdiri Batulempung karbonan hitam yang diperkirakan mengandung bitumen padat hasilnya dapat dilihat seperti pada Tabel 3

Berdasarkan hasil analisa retorting diketahui bahwa di daerah inventarisasi batuan yang mengandung endapan bitumen padat adalah Fm. Steenkol. Kandungan minyak yang dihasilkan oleh conto tersebut di atas menunjukkan kisaran angka antara 1 hingga 40 liter/ton.

(6)

dalam penentuan tingkat kematangan batuan melalui reflektan vitrinit.

Analisis Petrografi dilakukan terhadap 7 conto batubara, seluruh analisis petrografi dilakukan di Laboratorium Fisika Mineral Pusat Sumber Daya Geologi.

Pengolahan Data

Dari semua pengamatan yang didapatkan selama penyelidikan ini selanjutnya diolah dan dikompilasikan dengan data sekunder menjadi satu bentuk laporan dilengkapi dengan peta geologi dan sebaran endapannya. Laporan akhir tersebut berisi data-data mengenai singkapan yang didapatkan diantaranya data ketebalan, arah jurus dan kemiringan lapisan, posisi lapisan bitumen padat terhadap lapisan lain serta aspek-aspek geologi lainnya terutama yang berhubungan dengan prospek keterdapatan endapan bitumen padat tersebut, perhitungan sumberdaya pada klasifikasi hipotetik serta gambaran kualitasnya berdasarkan hasil analisis kimia bitumen padat dan pengamatan petrografi.

Peta geologi dibuat dengan sekala 1 : 50.000 dengan menggunakan program Map Info dilengkapi dengan rekonstruksi yang menggambarkan arah penyebaran endapan bitumen padat didaerah tersebut.Walaupun penyelidikan ini merupakan penyelidikan pendahuluan, akan tetapi diharapkan menjadi sumber data yang dapat dikembangkan pada penyelidikan selanjutnya.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi Daerah Penyelidikan

Topografi daerah penyelidikan berada pada ketinggian 0–1.362 m dpl.

Daerah terendah berada di sepanjang garis pantai Laut Seram yang meliputi wilayah Distrik Kokoda, Inanwatan, Teminabuan, Kais dan Seremuk, sedang daerah tertinggi berada di Distrik Aifat Timur.

Morfologi daerah Sorong Selatan terdiri atas dataran tinggi dan Morfologi dataran rendah, rawa dan pantai.

Morfologi dataran tinggi terdapat sekitar 35 % yang merupakan daerah pegunungan dan berlereng-lereng, pada umumnya menempati daerah dipedalaman. Morfologi dataran tinggi tersebut tersebar di distrik Ayamaru, Ayamaru Timur, Mare, Aifat, Aifat Timur sebagian Aitinyo dan Sawiat. Susunan batuan didaerah tersebut lebih didominasi oleh satuan

batugamping, konglomerat batugampingan atau napal dengan

kepingan karbonat & koral dari Formasi Sekau atau Bondstone, grainstone, packstone, sedikit wackstone Formasi Kais.

Morfologi dataran rendah, rawa-rawa, dan pantai tersebar sekitar 65 %. Susunan batuan umumnya terdiri atas Batulempung, batulumpur mikaan tidak gampingan, batupasir sela, serpih, sedikit konglomerat, karbonan dan pada beberapa tempat mengandung lignit, susunan batuan ini merupakan Formasi Steenkol.

Penyebaran wilayah dataran rendah tersebut tersebar di distrik: Teminabuan, sebagian Seremuk, Wayer, Moswaren dan sebagian Aitinyo. Sedangkan Daerah pantai dan rawa, tersebar di distrik Inanwatan, Kais, Kokoda, dan sebagian Seremuk.

(7)

sungai dapat diklasifikasikan sebagai perpaduan antara stadium muda dan stadium dewasa, dimana pada umumnya pada tahap stadium dewasa sungai tersebut sudah berada sekitar 3 km sampai 15 km dari garis pantai. Hampir semua aliran sungai yang ada didaerah penyelidikan bermuara kebagian Selatan yaitu kelaut Seram.

Stratigrafi

Di daerah Sorong selatan dan di daerah yang akan diselidiki, lapisan sedimen dari Formasi Kais dan Anggota Sekau berkembang di sekitar Teminabuan dan kebagian Utaranya, sedangkan formasi yang lebih muda yaitu Formasi Steenkool berkembang dibagian Selatan sampai ke arah pantai.

Stratigrafi daerah penyelidikan terdiri atas 3 Formasi yang urutannya dari tua ke muda adalah : Formasi Kais, Formasi Sekau, Formasi Steenkool dan endapan Aluvium.

Formasi Kais berumur antara Miosen Bawah – Miosen Atas, terdiri atas susunan batuan Bondstone, grainstone, packstone, sedikit wackstone.

Formasi Sekau. Formasi ini mempunyai umur yang sama dengan Formasi Kais dan diperkirakan secara stratigrafi menjari-jemari dengan Formasi Kais. Susunan batuan Formasi Sekau terdiri atas

batugamping, konglomerat batugampingan atau napal dengan

kepingan karbonat & gamping terumbu. Formasi Steenkool. Formasi Steenkool berada selaras diatas Formasi Kais dan Sekau, umur Formasi diperkirakan antara Miosen Atas-Pliosen. Susunan batuannya terdiri atas Batulempung, batulumpur mikaan tidak gampingan, batupasir sela, serpih, sedikit konglomerat,

karbonan dan pada beberapa tempat mengandung lignit.

Endapan Aluvium. Aluvium merupakan endapan termuda terdiri atas kerakal, kerikil, pasir dan lumpur. Endapan ini masih terus berlangsung sebagai hasil dari pengikisan sungai saat ini. Di daerah inventarisasi endapan aluvium umumnya menempati garis pantai di bagian Selatan daerah penyelidikan seperti di kampung Bariat dan Seremuk pantai.

Struktur Geologi Daerah Penyelidikan Daerah penyelidikan merupakan daerah yang relatif stabil, struktur geologi yang terdapat didaerah penyelidikan umumnya berupa struktur lipatan dengan kemiringan lapisan yang relatif landai sekitar 3o – maksimal 20o dan arah pengendapan sedimen relatif Utara-Selatan.

Terdapat beberapa indikasi struktur patahan lokal pada beberapa tempat, diantaranya struktur sesar normal yang terdapat pada satuan batupasir kuarsa didaerah kampung Wersar. Berdasarkan interpretasi dari peta Geologi lembar Teminabuan, kelurusan sesar terutama terjadi pada 2 formasi batuan yang berkembang di daerah penyelidikan yakni pada Formasi Kais dan Formasi Sekau dengan arah relatif Timurlaut-Tenggara.

Pembahasan Hasil Penyelidikan Data Lapangan

(8)

batugamping setebal 1 hingga 10 cm dan sering dijumpai sisa-sisa tumbuhan berwarna coklat-hitam, berlembar pada bagian atas atau bawah lapisan serpih.

Endapan Padat di daerah Penyelidikan Selama penyelidikan berlangsung hanya terdapat sekitar 7 singkapan yang diindikasikan mengandung Bitumen Padat yaitu SS-03 di Kp Wersar, SS-06 dan SS-07 di Kp Nakna, SS-08 dan SS-08A di Kp Konda, SS-11 di Kp Keyen dan SS-19 di Kp Moswaren.

SS-03

Singkapan yang dijumpai di daerah Romboa Kp Wersar berupa batulempung menyerpih berwarna abu-abu kehitaman, perlapisan kurang jelas, agak lunak. Pengukuran N 155○ E/11○, tebal lapisan 3,00 m. Pelamparan lapisan kearah lateral yang dapat ditelusuri di permukaan sejauh 150 m. Conto No. SS-03

. SS-06

Singkapan terdapat di bagian selatan Kp Kokoda. Litologinya merupakan batulempung hitam, karbonan. Ditemukan sebagai sisipan setebal 10 cm, 30 cm dan 20 cm dalam lapisan batulempung berwarna abu-abu tua dan batupasir kuarsa. Arah jurus/kemiringan lapisan N 250○ E/9○. Conto No. SS-06 (Foto 1)

SS-07

Singkapan terdapat dibagian selatan Kp Kokoda. Litologinya merupakan batupasir hitam, karbonan, ukuran butir sedang-kasar Ditemukan sebagai sisipan setebal 1m dalam lapisan batupasir kuarsa berwarna abu-abu. Arah jurus/kemiringan lapisan N 350○ E/3○. Conto No. SS-07

SS-08

Singkapan Batulempung karbonan berwarna hitam, tebal antara 0.1 – 015 cm, sebagai sisipan pada lapisan batupasir kuarsa berwarna putih-abuabu. Tebal lapisan batupasir > 5 m. Arah jurus/kemiringan lapisan N 65○ E/9○. Conto No. SS-08

SS-08A

Singkapan batupasir berwarna hitam dijumpai dipinggir jalan menuju Kp Kokoda. Terdapat sisipan-sisipan tipis/vein lempung karbonan hitam. Arah jurus/kemiringan lapisan N 71○ E/9○. Conto No. SS-08A

SS-11

Singkapan yang dijumpai di daerah Kp Keyen berupa perlapisan antara batugamping berselang-seling dengan batulempung berwarna abu-abu. Sisipan lempung karbonan yang diperkirakan mengandung bitumen padat terdapat sebagai sisipan tipis dengan tebal antara 15-17 cm. Pengukuran arah Strike/Dip N 185○ E/13○, Conto No. SS-11

SS-19

Singkapan yang dijumpai di S. Alon Kp Moswaren berupa perlapisan antara batubara dengan lapisan lempung karbonan yang diperkirakan mengandung bitumen padat. Tebal sisipan tipis batulempung karbonan sekitar 4-11 cm. Pengukuran arah Jurus/kemiringan lapisan N 263○ E/11○. Conto No. SS-19

Sebaran Bitumen Padat di daerah Penyelidikan

(9)

karbonan yang berpotensi mengandung bitumen padat. Sebaran yang diperkirakan mengandung bitumen tersebut tersebut mengarah antara Barat-Baratlaut sampai Timurlaut-Tenggara.

Dari kesamaan litologi dan arah jurusnya, maka singkapan lempung dan batupasir karbonan pada lokasi-lokasi singkapan SS-03, SS-06, SS-07, SS-08, SS-08A, SS-11 dan SS-19 dapat dikorelasikan dan diidentifikasi menjadi 5 lapisan Bitumen Padat, yaitu lapisan a, b, c, d dan e dengan tebal lapisan antara 10 cm-3,00 m.

Lapisan a

Lapisan a diinterpretasikan berdasarkan singkapan SS-03, lapisan ini menyebar secara lateral dengan arah Baratlaut-Tenggara. Panjang lapisan kearah lateral yang diyakini kontinuitasnya sejauh 500 m dari singkapan terakhir ke bagian kiri dan kanan. Total panjang lapisan a kearah jurus yang dihitung sumber dayanya adalah 1.000 m dengan kemiringan lapisan kearah Baratdaya sebesar 11○, sedangkan tebal lapisan rata-rata 3,00 m.

Lapisan b

Lapisan b diinterpretasikan berdasarkan singkapan SS-11, panjang lapisan kearah lateral yang diyakini kontinuitasnya sejauh 500 m dari singkapan ke bagian kipanjang lapisan b kearah jurus yang dihitung sumber dayanya adalah 1.000 m dengan kemiringan lapisan 11○ kearah Baratdaya. Pada lapisan b bitumen padat merupakan sisipan tipis dengan tebal antara 15 cm - 17 cm dalam lapisan batulempung abu-abu kehitaman setebal 3,00 m.

Lapisan c

Lapisan c merupakan perselingan antara lempung karbonan dan batupasir karbonan yang diinterpretasikan berdasarkan korelasi dari singkapan SS-06 dan SS-07. Berdasarkan rekonstruksi geometrinya dan dari hasil pengukuran, lapisan c ini merupakan sayap antiklin bagian Utara yang memanjang dengan arah Barat-Timurlaut, sedangkan sayap antiklin dibagian Selatannya adalah lapisan d.

Panjang lapisan kearah lateral yang diyakini kontinuitasnya adalah sejauh 500 m ke arah kiri dan kearah kanan dari singkapan terakhir. Jarak antara SS-06 dan SS-07 adalah 1.000 m sehingga total panjang lapisan c kearah jurus yang dihitung sumber dayanya adalah 2.000 m dengan kemiringan lapisan rata-rata 5o kearah Utara-Baratlaut. Tebal lapisan rata-rata adalah 1,00 m.

Lapisan d

Lapisan d merupakan perselingan antara Batulempung karbonan, hitam, tebal antara 0,1–0,15 cm, sebagai sisipan pada lapisan batupasir kuarsa putih-abuabu dengan lapisan Batupasir hitam. Terdapat sisipan-sisipan tipis/vein lempung karbonan hitam.

Lapisan d tersebut diinterpretasikan berdasarkan korelasi

(10)

Lapisan e

Lapisan e diinterpretasikan berdasarkan singkapan SS-19, panjang lapisan kearah lateral yang diyakini kontinuitasnya sejauh 500 m dari singkapan ke bagian kiri dan kanan, sehingga total panjang lapisan e kearah jurus yang dihitung sumber dayanya adalah 1000 m dengan kemiringan lapisan 11○ kearah Utara-Timurlaut. Bitumen padat pada lapisan e merupakan sisipan tipis batulempung karbonan 4-11 cm pada lapisan batubara setebal 5 m.

Kualitas Bitumen Padat di daerah Penyelidikan

Dalam upaya mengetahui kadar dan kualitas bitumen padat harus dilakukan analisis laboratorium yaitu analisis retort maupun analisis petrografi. Akan tetapi untuk mengetahui sementara kadar dan kualitas bitumen padat yang terkandung dalam batuan secara megaskopis dapat dilakukan pada saat pengambilan conto di lapangan, sehingga conto yang akan dianalisa dapat memberikan hasil yang optimal.

Megaskopis

Seperti telah disebutkan di atas bahwa secara megaskopis pengambilan conto di lapangan akan sangat menentukan terhadap kadar dan kualitas bitumen padat yang dihasilkan. Oleh karena itu peranan yang cukup penting dan akan menentukan hasil yang optimal diantaranya adalah pangamatan secara megaskopis di lapangan.

Secara megaskopis batuan yang mengandung bitumen di Kabupaten Sorong Selatan berupa batupasir karbonan berwarna hitam dan batulempung karbonan berwarna hitam sebagai sisipan dalam lapisan

batulempung abu-abu atau lapisan batupasir kuarsa abu-abu.

Analisa Laboratorium

Conto batuan sebagai hasil inventarisasi lapangan kemudian dipilih beberapa conto yang selanjutnya dilakukan analisis laboratorium seperti analisis retort dan analisis petrografi. Dalam penyelidikan ini telah dilakukan anlisis terhadap 7 conto batuan yang dianggap mewakili endapan Bitumen Padat di daerah penyelidikan. (No. Conto SS-03, SS-06, SS-07, SS-08, SS-08A, SS-11, SS-19).

Interpretasi Hasil Analisis Laboratorium Analisis Retorting

Untuk mengetahui kuantitas minyak yang terkandung di dalam batuan harus melalui proses analisis retorting. Sebagai hasilnya dapat diketahui kandungan minyak dalam satuan liter/ton, kandungan air dalam satuan liter/ton dan berat jenis minyak dalam satuan gram/ml.

Hasil pengujian terhadap 7 conto batuan yang umumnya terdiri dari batupasir karbonan berwarna hitam dan batulempung karbonan berwarna hitam, hasilnya dapat dilihat seperti pada Tabel.3

Berdasarkan hasil analisa retorting diketahui bahwa di daerah inventarisasi batuan yang mengandung endapan bitumen padat terdapat pada Formasi Steenkol, yaitu pada lapisan b, c, d dan e.

(11)

Analisis Petrografi

Analisa petrografi dilakukan dengan tujuan sebagai data pendukung analisa retorting batuan.

Hasil analisa ini dapat digunakan antara lain untuk mengetahui jenis kandungan organik dan membantu dalam penentuan tingkat kematangan batuan melalui reflektan vitrinit.

Hasil analisa petrografi terhadap conto batuan dari daerah penyelidikan, umumnya batuan sedimen yang mengandung bitumen merupakan batuan sedimen klastik halus yang terdiri dari batulempung karbonan dan batupasir hitam karbonan.

Pada umumnya kandungan maseral Vitrinit>Liptinit>Inertinit. Pada kenampakan dibawah mikroskop terdapat adanya sporinit, resinit dan kutinit, hadirnya maseral tersebut mengindikasikan bahwa kandungan organik berasal dari lingkungan darat atau paling tidak antara darat sampai transisi. Dari reflektan vitrinit diketahui bahwa tingkat kematangan material organik berkisar antara 0,24-0,35 %, secara umum dapat dikatakan bahwa kematangan kandungan organik tersebut masih rendah.

Dari 7 sampel yang diujikan, terdapat 4 conto yang mengandung minyak yakni pada lokasi conto SS-06, SS-08, SS-11 dan SS-19. Dibawah ini disajikan table batuan daerah Sorong Selatan yang mempunyai kandungan minyak (Tabel 4).

Sumberdaya Bitumen Padat

Perhitungan sumber daya adalah perhitungan sumber daya Batuan yang mengandung Bitumen Padat.

Dasar perhitungannya adalah penyebaran kearah lateral yang didapatkan dari korelasi beberapa singkapan yang diamati dengan

beberapa pembatasan sebagai berikut :

a) Penyebaran kearah jurus (Panjang) satu lapisan adalah panjang lapisan yang dihitung berdasarkan singkapan yang dapat dikorelasikan dan dibatasi sejauh 500 m dari singkapan terakhir.

b) Penyebaran kearah kemiringan (Lebar) lapisan adalah lebar lapisan yang dibatasi sampai kedalaman 100 m dihitung tegaklurus dari permukaan singkapan.

c) Tebal adalah tebal rata-rata lapisan bitumen yang termasuk dalam lapisan tersebut

d) Klasifikasi Sumber Daya adalah Hipotetik.

e) Sumberdaya aspal dalam tiap lapisan dapat dihitung dengan rumus :

Sumber Daya = { [Panjang (m) x Lebar (m) x Tebal (m)] x Berat jenis (gr/ton) }

Sumber Daya Bitumen Padat di daerah Sorong Selatan berdasarkan klasifikasi Hipotetik sebesar 10.375.055,4 ton atau setara dengan 946.152.85 barrel minyak.

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan

Potensi Bitumen Padat di Kabupaten Sorong Selatan sampai saat ini belum pernah diketahui, untuk itu perlu dilakukan penyelidikan yang lebih intensif untuk mengetahui kemungkinan adanya potensi bitumen padat di Sorong Selatan, terutama pada Formasi batuan yang berumur Tersier atau Pra Tersier.

(12)

karena memerlukan investasi yang besar dan teknologi yang rumit dan mahal sehingga masih diperlukan kajian dan penelitian yang lebih mendalam bila potensi Bitumen Padat diproyeksikan akan digunakan sebagai salah satu energi alternatif.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Di daerah penyelidikan terdapat 1 Formasi yang bertindak sebagai Formasi pembawa bitumen padat yaitu Formasi Steenkol. Sebagai batuan reservoir terakumulasinya Bitumen Padat diperkirakan adalah Batupasir dan Batulempung Karbonan.

2. Berdasarkan perhitungan dalam klasifikasi Hipotetik, Sumber Daya Bitumen Padat di daerah penyelidikan sebesar 10.375.055,4 Ton atau setara dengan 946.152,85 barrel minyak.

3. Batuan daerah penyelidikan didominasi oleh batuan karbonat berupa konglomerat batugamping, batulumpur gampingan, napal, boundstone, grainstone, packstone dari Formasi Kais maupun Formasi Sekau. Adapun Sedimentasi yang mempunyai kandungan organik (karbonan) hanya terjadi pada bagian atas Formasi Steenkool berumur Pliosen, sehingga sulit diharapkan terjadinya endapan Bitumen Padat dari formasi yang lain di daerah peninjauan.

4. Berdasarkan hasil analisa retorting diketahui bahwa di daerah inventarisasi batuan yang mengandung endapan bitumen padat adalah Formasi Steenkol. Kandungan minyak yang dihasilkan tersebut berasal dari 4 conto lokasi yaitu pada lokasi 06, 08, SS-11 dan SS-19. Kandungan minyak dari ke 4 conto tersebut di atas menunjukkan kisaran angka antara 1 hingga 40 liter/ton.

SARAN

Disarankan agar pada penyelidikan selanjutnya dilakukan Pengujian TOC (Total Organic Carbon) danRock-Eval Pyrolisis(REP) sehingga dapat dipisahkan komponen organik bebas (bitumen) dan komponen organik yang masih terikat dalam batuan induk (kerogen).

Analisis Rock-Eval

Pyrolisis dapat menghasilkan 4 parameter penting yaitu S1, S2, S3 dan Tmax. Kombinasi parameter yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai indikator jenis dan kualitas batuan induk serta menentukan tipe kerogen.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Subarnas., 2000, Laporan Survei Tinjau Batubara Permian di daerah Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Irian Jaya

R.P. Koesoemadinata., 1989, Geologi Minyak dan Gas Bumi

(13)

Vincelette, R.R., 1973, Reef exploration in Irian Jaya, Indonesia, Indon. Petroleum Assoc. 2 nd Ann. Conv. Procc., p. 234-278.

Yen, The Fu., and Chilingarian 1976, Oil Shale, Development in Petroleum Science,5. Elsevier Science Publishing Company, Amsterdam – Oxford New York 1976 S., 1976, Oil Shale, Developmensin Petroleum Science, Elsevier Scientific Publishing Company.

Gambar 1. Geologi Daerah Penyelidikan

Gambar 2. Peta indeks daerah Penyelidikan

132o 0 0 B T

08

o 00

L

S

04

o 00 L

S

00

o 00

LS

140o 0 0 B T 136o 0 0 B T

(14)

UMUR FORMASI LITOLOGI

TE

R

S

IE

R

KUART

E

R

PLIOSEN

MIOSEN

ALUVIUM

STEENKOL

KAIS

SEKAU A

T

B

HOLOSEN Material lepas pasir, kerikil, lumpurdan bahan tumbuhan

Batulempung, batulumpur mikaan gampingan & tidak gampingan, batupasir sela, serpih : sedikit konglomerat, karbonan, lignit.

Konglomerat btgpg btgamping & btlumpur gpgan atau napal dg kepingan karbonat & koral. Bonstone,

graistone, packstone, sedikit wackstone.

? ? ?

(Agus Subarnas , 2010. Sumber data : Peta Geologi Lb Teminabuan, U. Sukanta, C.J Pigram, 1989)

Tabel 1. Stratigrafi daerah Penyelidikan

Gambar 3. Mandala Geologi dan

Tektonik Utama Papu

Tabel 2. Data Singkapan Bitumen Padat dan batuan lain di daerah Penyelidikan

No Lokasi Koordinat Strike/Dip

(°)

Tebal

(m) Keterangan

X Y

1 SS-01 01° 24ƍ 33,1Ǝ 131° 55ƍ 22,9Ǝ 132/18 >4 Blp abu2, sisipan serpih abu2.

2 SS-02 01° 29ƍ 01,1Ǝ 131° 59ƍ 02,0Ǝ 149/18 >2 Bps kuarsa, putih-abuabu,

teroksidasi, halus-kasar.

3 SS-03 01° 28ƍ 32,2Ǝ 131° 58ƍ 30,4Ǝ 155/11 > 3

Dijumpai di Kp Wersar berupa

batulempung menyerpih,

abu-abu kehitaman, perlapisan

kurang jelas, agak lunak.

Strike/Dip N 155o E/11o, tebal

lap 3,00 m.

4 SST-01 01° 28ƍ 25,9Ǝ 131° 58ƍ 22,3Ǝ 135/8 >2 Blp abu, sisipan serpih

abu-abu. Sisipan bps kuarsa.

5 SS-04 01° 27ƍ 25,1Ǝ 132° 01ƍ 30,9Ǝ 140/11 >2 Batulempung, abu-abu, masif

6 SST-02 01° 33ƍ 46,6Ǝ 132° 01ƍ 13,2Ǝ - >2,5 Batupasir kuarsa, putih-abuabu,

s-k, mudah hancur.

(15)

s-k, mudah hancur

8 SST-04 01° 35ƍ 53,7Ǝ 132° 03ƍ 54,9Ǝ 100/ >2,5

Perlapisan bps kuarsa, abu-abu

kekuningan, s-k, mudah hancur.

Sisipan blp abu- abu.

9 SS-05 01° 35ƍ 43,9Ǝ 132° 03ƍ 44,3Ǝ 110/4 >3

Perlapisan bps kuarsa, abu-abu

kekuningan, s-k, mudah hancur.

Sisipan blp abu-abu, agak

menyerpih.

10 SS-06 01° 33ƍ 37,2Ǝ 132° 01ƍ 34,4Ǝ 250/9 >1

Batulempung hitam, karbonan.

tebal 10 cm, 30 cm dan 20 cm

sebagai sisipan dalam lapisan

batulempung abu-abu tua dan

batupasir kuarsa.

Jurus/kemiringan lap N 250o

E/9o.

11 SS-07 01° 33ƍ 42,7Ǝ 132° 01ƍ 20,3Ǝ 350/3 -

Batupasir hitam, karbonan,

ukuran butir sedang-kasar, tebal

1m sebagai sisipan dalam

lapisan batupasir kuarsa

abu-abu. Arah jurus/kemiringan

lapisan N 350o E/3o.

12 SS-08 01° 35ƍ 21,6Ǝ 131° 59ƍ 31,5Ǝ 65/9 >5

Batulempung karbonan, hitam,

tebal antara 0.1–015 cm, sebagai

sisipan pada lap batupasir kuarsa

putih-abuabu. Tebal lap

batupasir > 5 m.

Jurus/kemiringan lapisan N 65o

E/9o.

13 SS-08A 01° 35ƍ 21,6Ǝ 131° 59ƍ 31,5Ǝ 65/9 -

Batupasir hitam dijumpai

dipinggir jalan menuju Kp

Kokoda. Terdapat

sisipan-sisipan tipis/vein lempung

karbonan hitam. Arah

jurus/kemiringan lapisan N 71o

E/9o. Conto No. SS-08A

14 SST-05 01° 34ƍ 22,4Ǝ 131° 57ƍ 31,2Ǝ - >1 Batupasir kuarsa, putih-abuabu,

s-k, mudah hancur.

15 SS-09 01° 35ƍ 31,5Ǝ 131° 58ƍ 49,8Ǝ 265/2 >4

Blp abu-abu kehitaman, tdpt

sisa2 tumbuhan. Bagian atas bps

(16)

kekuningan, mudah hancur

16 SS-10 01° 33ƍ 53,2Ǝ 132° 00ƍ 44,1Ǝ 120/5 3

Bps kuarsa, abu-abu, s-k.

Sisipan blp teroksidasi, merah,

sangat keras.

17 SS-11 01° 28ƍ 23,6Ǝ 132° 05ƍ 07,3Ǝ 95/13 3

Tersingkap di daerah Kp Keyen.

Perlapisan antara batugamping

berselang-seling dengan

batulempung berwarna abu-abu.

Sisipan lempung karbonan yang

diperkirakan mengandung

bitumen padat terdapat sebagai

sisipan tipis dengan tebal antara

15-17 cm. Pengukuran arah

Strike/Dip N 185o E/13o

18 SS-12 01° 28ƍ 44,8Ǝ 132° 05ƍ 18,7Ǝ 185/13 2,5

Perlapisan antara Blp abu-abu

dengan batugamping dan napal,

tdp fosil foram besar. Sisipan

lpg karbonan dan lapisan tipis

lignit

19 SS-13 01° 27ƍ 15,3Ǝ 132° 05ƍ 04,6Ǝ - >7 Konglomerat batugamping,

putih, keras.

20 SS-14 01° 28ƍ 38,2Ǝ 132° 04ƍ 53,0Ǝ - -

Konglomerat batugamping,

putih, keras. Tdpt fosil foram

besar

21 SS-15 01° 27ƍ 08,9Ǝ 132° 01ƍ 38,8Ǝ - >6 Gamping terumbu

22 SS-16 - - 115/15 >2

Blp hitam, berlapis,

mengandung sisa-sisa

tumbuhan. Lokasi S. Soni

23 SS-17 01° 32ƍ 30,9Ǝ 132° 12ƍ 48,5Ǝ 134/9 >1,5

Perlapisan blp abu-abu,

menyerpih, lunak. Sisipan tipis

blp, abu-abu tua, keras,

24 SS-18 01° 32ƍ 41,5Ǝ 132° 12ƍ 46,8Ǝ 355/10 2

Perlapisan blp abu-abu

kehitaman, menyerpih. Bg atas

soil

25 SS-19 01° 33ƍ 41,9Ǝ 132° 12ƍ 28,3Ǝ 263/11 >1

Perlapisan antara batubara

dengan lempung karbonan

(diperkirakan) mengandung

bitumen padat. Tebal sisipan

tipis batulempung karbonan

(17)

lapisan N 263o E/11o.

Tersingkap di S. Alon Kp

Moswaren

26 SS-20 01° 29ƍ 18,6Ǝ 132° 05ƍ 40,9Ǝ 97/26 >2

Perlapisan blp abu-abu, (30-50

cm). dengan napal,

tersilisifikasi, sangat keras 5-9

cm)

27 SS-21 01° 27ƍ 10,3Ǝ 132° 04ƍ 05,2Ǝ 145/3 Konglomerat batugamping,

putih-abuabu, sangat keras.

28 SS-22 01° 28ƍ 56,1Ǝ 132° 10ƍ 10,2Ǝ - > 5

Batugamping, putih-abuabu,

sangat keras, masif, tidak

berlapis

29 SS-23 01° 27ƍ 45,3Ǝ 132° 11ƍ 00,2Ǝ - >6

Batugamping, putih-abuabu,

sangat keras, masif, tidak

berlapis

Tabel 3. Hasil ”RETORT EXTRACTION” Bitumen daerah penyelidikan

No No

Sampel Formasi

Minyak yang

dihasilkan

Air yang

dihasilkan

Specific Gravity Batuan Liter/ton

1 SS-03 Steenkol - 100 2.03

2 SS-06 Steenkol 10 140 1.36

3 SS-07 Steenkol - 100 2.54

4 SS-08 Steenkol 7 150 1.70

5 SS-08A Steenkol - 140 2.56

6 SS-11 Steenkol 1 140 1.93

7 SS-19 Steenkol 40 130 1.20

Tabel 4. Hasil analisis Petrografi conto Bitumen Padat daerah Penyelidikan

No

Sampel Jenis Batuan

Rvmean

(%) Pemerian

SS-06 Batulempung

karbonan 0,24

V>L>I. Vitrinit >50 % liptinit 0.1-0.49 %,

inertinit <0.1 %.

SS-08 Batulempung

karbonan 0,28

V>L>I. Vitrinit 10-49.9 %, liptinit < 0.1

%, inertinit <0.1 %. Sporinit < 0.1

SS-11 Batulempung

karbonan 0.31

V>L>I. Vitrinit 2.0-99.9 %, inertinit <0.1

%, liptinit < 0.1 %

SS-19 Batulempung

karbonan 0.35

V>L>I. Vitrinit >50 %, inertinit <0.1 %,

(18)

Tabel 5. Perhitungan Sumber Daya Bitumen padat Kab Sorong Selatan

Lapisan Kemiringan

(o)

Panjang

(m)

Lebar

(m)

Tebal

(m)

Berat

Jenis

Sumber Daya

(ton)

b 13 1.000 444,54 3,00 1,93 2.573886,6

c 9 2.000 639,24 1,00 1,36 1.738.732.8

d 9 1.000 639,24 5,00 1,70 5.433.540,0

e 11 1.000 524,08 1,00 1,20 628.896,0

Total Sumber daya 10.375.055,4

Foto 1. Batulempung karbonan mengandung

(19)

KONDA

PETA GEOLOGI DAN SEBARAN BITUMEN PADAT

DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN PROVINSI PAPUA BARAT DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BADAN GEOLOGI

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

KAB. PEG. JAYAWIJAYA Tl. Cendrawasih

P. Numfoor P. Supiori

Demta

PROV PAPUA BARAT

PROVINSI PAPUA

P. WAIGEO

132° BT 136° BT 140° BT

8° LS 8° LS

kontur ketinggian Sumber Daya Bitumen Padat Formasi Steenkool

Antiklin

KETERANGAN

Jurus dan Kemiringan lapisan batuan Sebaran Bitumen Padat

Sinklin Aluvium

Sungai Batas Formasi

a.Jalan diperkeras b. Jalan setapak

Ibu kota Kabupaten

TQs P. Yos Sudarso FAKFAK

KAB. JAYAPURA

Formasi Kais

Ibu kota Distrik/Kampung

131° 55' 00" BT 132° 00' 00" 132° 05' 00" 132° 10' 00" 131° 15' 00" Sekala 1 : 50.000

Gambar

Gambar 1. Geologi Daerah Penyelidikan
Gambar 3. Mandala Geologi dan
Tabel 3.  Hasil ”RETORT EXTRACTION” Bitumen daerah penyelidikan
Tabel 5. Perhitungan Sumber Daya Bitumen padat Kab Sorong Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Gambar di atas merupakan diagram aktivitas untuk proses perhitungan kompleksitas , langkah pertama adalah pengguna memilih data proyek yang akan diestimasi,

Konsep dari Pembuatan keju ini adalah untuk mendapatkan susu dengan penyimpanan yang lebih lama(awet) dan keuntungan lainnnya, maka dari itu Padatan – padatan tersebut yang penuh

Dari aspek aksiologi, Pancasila tidak bisa dilepaskan dari manusia Indonesia sebagai latar belakang, karena Pancasila bukan nilai yang ada dengan sendirinya. (given value)

 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,, Yayasan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta,. 

Penemuan Skillset dari Data

Osim analize i kritike metodologije kulturalnih studija, u ovome radu biti će predstavljen alternativni pristup postmodernoj modi Jeana Baudrillarda koji pripada

Di samping keunggulan yang dipaparkan di atas, Sunan Abu&gt; Da&gt;wud juga memiliki kelemahan, kelemahan tersebut terletak pada keunggulannya itu sendiri,

Setiap sambungan siku ULTRA menggunakan satu kunci ‘love heart’ dari fiberglas dengan dua baud yang berfungsi untuk menyetel mengencangkan canvas.. Palang model