• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku I - Naskah Akademik-Ilmu Konservasi Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku I - Naskah Akademik-Ilmu Konservasi Gigi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

AKREDITASI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI

SPESIALIS KONSERVASI GIGI

BUKU I

NASKAH AKADEMIK

BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

(2)

KATA PENGANTAR

Ketua Kolegium Konservasi Gigi Indonesia

Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta hidayahNya sehingga Naskah Akademik Akreditasi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi dapat diselesaikan. Naskah akademik ini merupakan buku acuan yang disiapkan Kolegium Konservasi Gigi beserta instrumen lainnya yang dapat digunakan oleh program studi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi menghadapi akreditasi yang dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

Setiap pelaksanaan pendidikan program studi harus di evaluasi atau diakreditasi oleh BAN-PT yang meliputi penilaian proses dan mutu pendidikan serta lulusannya. Akreditasi adalah pengakuan terhadap perguruan tinggi atau program studi yang menunjukkan bahwa perguruan tinggi atau program studi tersebut dalam melaksanakan program pendidikan dan mutu lulusan yang dihasilkannya, telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

Naskah akademik ini sebagai pedoman bagi institusi penyelenggara pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program studi yang sesuai dengan standar pendidikan dan standar kompetensi. Pelaksanaan kurikulum Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi yang berdasarkan kompetensi (KBK) telah sesuai dengan ketentuan Konsil Kedokteran Indonesia dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Untuk meningkatkan mutu pendidikan serta pelayanan profesi tersebut perlu dinilai dan dievaluasi. Semua institusi penyelenggara Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi di Indonesia dapat menggunakan acuan ini dan pendukung lainnya dalam menghadapi akreditasi program studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi. Dengan demikian diharapkan proses pelaksanaan hingga output yang dihasilkan merupakan lulusan yang sesuai dengan standar kompetensi dan standar Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi yang telah ditentukan.

(3)

SWT selalu meridhoi kita semua, dan naskah akademik ini dapat bermanfaat bagi semua program studi dokter gigi spesialis konservasi gigi dan pemangku kepentingan di Indonesia untuk menghadapi akreditasi yang dilaksanakan oleh BAN-PT.

Surabaya, Januari 2014

Ketua

(4)

SAMBUTAN KETUA BADAN AKREDITASI NASIONAL

Akreditasi adalah pengakuan terhadap perguruan tinggi atau program studi yang menunjukkan bahwa perguruan tinggi atau program studi tersebut dalam melaksanakan program pendidikan dan mutu lulusan yang dihasilkannya, telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Penetapan akreditasi oleh BAN-PT dilakukan dengan menilai proses dan kinerja serta keterkaitan antara tujuan, masukan, proses dan keluaran suatu perguruan tinggi atau program studi, yang merupakan tanggung jawab perguruan tinggi atau program studi masing-masing.

Pada mulanya, yaitu dari tahun 1994-1999, BAN-PT hanya menyelenggarakan akreditasi untuk program studi sarjana (S1). Tahun 1999 BAN-PT mulai menyelenggarakan akreditasi untuk program magister (S2), dan pada tahun 2001 mulai dengan program diploma (S0) dan program doktor (S3). Kemudian pada tahun 2007 mulai menyelenggarakan akreditasi untuk institusi perguruan tinggi.

Pada Mei 2011, program studi yang berstatus terakreditasi berjumlah 9288 program studi yang terdiri atas 6977 program studi sarjana, 749 program studi magister, 59 program studi doktor, dan 1503 program studi diploma. Program studi yang telah terakreditasi mencapai 54.2% dari 17128 program studi yang terdaftar (PTN=3665, PTS=10938, PTAN=704, PTAS=1360, PTK=461) dari 3230 perguruan tinggi (PTN=82, PTS=2819, PTAN=50, PTAS=219, PTK=60). BAN-PT telah mengakreditasi 80 dari 3230 perguruan tinggi yang ada (2.5%).

Sehubungan dengan kekhasan program studi profesional, maka BAN-PT sejak akhir tahun 2008 mulai mengembangkan instrumen khusus untuk program studi professional, seperti seperti profesi dokter, apoteker dan akuntan. Khusus untuk program studi Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis, pengembangan instrumennya dilakukan mulai tahun 2014 melalui kerjasama dengan Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) dan Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia (MKKGI). Dengan diberlakukannya Standar Kompetensi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis maka penjaminan mutu eksternal dari program studi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis melalui akreditasi menggunakan standar ini. Sebagai konsekuensinya instrumen akreditasi yang digunakan juga menyesuaikan dengan kedua standar ini. Dalam upaya perkembangan program studi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis, BAN-PT bersama MKKI dan MKKGI telah menyusun Instrumen Akreditasi Program Studi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang terdiri atas:

(5)

BUKU II - STANDAR DAN PROSEDUR BUKU IIIA - BORANG PROGRAM STUDI

BUKU IIIB - BORANG UNIT PENGELOLA PROGRAM STUDI BUKU IV - PANDUAN PENGISI BORANG

BUKU V - PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN AKREDITASI BUKU VI - MATRIKS PENILAIAN INSTRUMEN AKREDITASI BUKU VII - PEDOMAN ASESMEN LAPANGAN

BUKU ED - PEDOMAN EVALUASI DIRI UNTUK AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN UNIT INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

Disamping itu, untuk menjaga kredibilitas proses akreditasi telah dikembangkan sebuah buku Kode Etik Akreditasi.

Perangkat Instrumen Akreditasi Program Studi Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis diharapkan akan bermanfaat bagi upaya peningkatan mutu program studi berkelanjutan di seluruh Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun Perangkat Instrumen Akreditasi Program Studi Dokter dan Dokter Gigi Spesialis ini.

Jakarta , Januari 2014

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Ketua

Mansyur Ramly

(6)

KATA PENGANTAR ………... DAFTAR ISI ...

BAB I LATAR BELAKANG ……… 1.1. Sejarah Singkat Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi …. 1.2. Program Studi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi ……… 1.3. Landasan Hukum Akreditasi Program Studi Dokter Gigi Spesialis …..

Konservasi Gigi ………. 1.4. Landasan Filosofis Profesi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi……. 1.5. Landasan Sosiologis Profesi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi…. 1.6. Upaya peningkatan Profesionalisme dan Mutu Pendidikan Dokter

Gigi Spesialis Konservasi Gigi……….. 1.7. Baku Mutu Program Studi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi …….

BAB II KARAKTERISTIK, KUALIFIKASI DAN KURUN WAKTU PENYELESAIAN STUDI ………..

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT AKREDITASI PROGRAM STUDI ………

BAB IV ASPEK PELAKSANAAN AKREDITASI PROGRAM STUDI ……… 4.1. Standar Akreditasi Program Studi ………. 4.2. Prosedur Akreditasi Program Studi ……….. 4.3. Instrumen Akreditasi Program Studi ………. 4.4. Kode Etik Akreditasi Program Studi ……….

FAKTOR PENDUKUNG ……… DAFTAR ISTILAH ……… ………. DAFTAR RUJUKAN ………...

(7)

LATAR BELAKANG

1.1. Sejarah Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

Pendidikan Dokter Gigi Spesialis merupakan kelanjutan pendidikan profesi dokter gigi, dan pendidikan kedokteran gigi di Indonesia diawali dengan berdirinya STOVIT tahun 1928 yang diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tgl. 10 November 1954 sebagai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Pada tahun 1984 dengan Sk.Dirjen Dikti No. 139/ Dikti / Kep / 1984 dan No.: 14 141 / Dikti / Kep / 1984 diputuskan membuat 4(empat) program untuk pendidikan dokter gigi spesialis. Berdirinya Program Pendidikan Spesilais Konservasi Gigi tidak terlepas dari perkembangan IPTEK Kedokteran Gigi Konservasi Gigi sebagai ilmu yang merupakan percabangan dari ilmu kedokteran gigi klinik yang disepakati stake holder terkait dan disahkan oleh konsil kedokteran Indonesia (KKI).

Selain perkembangan IPTEK Kedokteran Gigi, tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya bidang Konservasi Gigi serta tuntutan perkembangan internasional perlu menjadi perhatian. Perkembangan internasional dalam bidang Konservasi Gigi didasari perkembangan ilmu dan teknologi, kebutuhan masyarakat akan pelayananan spesialisasi konservasi gigi yang lebih spesifik dan kompleks,serta tuntutan profesi sesuai fragmentasi keilmuannya di Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, kurikulum PESERTA DIDIK-KG yang lalu menggunakan metode konvensional Teacher Centered Learning (TCL),disertai kuliah, diskusi, journal reading serta praktik klinik. Dengan berkembangnya metode pembelajaran Student Centered Learning (SCL), maka Kolegium Konservasi Gigi sejak tahun 2010 telah menetapkan untuk menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan SCL secara terintegrasi sesuai anjuran Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 dan Dirjen Pendidikan Tinggi sebagai kurikulum nasional pada semua IPDGS-KG.

1.2. Program Studi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

(8)

(e) Kedokteran Klinik (Anestesi, Interna, THT, Farmakologi Klinik, Neurologi, Patologi Klinik), dan (f)Kedokteran Gigi Klinik(Gnatologi, Radiologi KG, Periodontologi,Bedah Mulut, Orthodonti). Teori Ilmu Konservasi Gigi terdiri dari penyakit/kelainan jaringan keras gigi, penyakit/kelainan jaringan pulpa dan periapeks, endodontik konvensional (nyeri, endodontik flora, trauma, medikamen, emerjensi) dan endodontik bedah, restorasi gigi meliputi restorasi estetik dan restorasi pasca perawatan endodontik. Ilmu Konservasi Gigi juga dikaitkan dengan cabang ilmu kedokteran gigi klinik lainnya, seperti Endodontik–Periodontik, Endodontik–Orthodontik ,Endodontik–Bedah, Gerodontology, Barodontology, Trauma.

Dalam ketrampilan klinik, berbagai kegiatan klinik ditujukan untuk melakukan penanggulangan terhadap (a) penyakit/kelainan/kerusakan jaringan keras dengan pendekatan non invasif dan invasif meliputi restorasi, pencegahan, restorasi sementara dan tetap (direk, indirek), (b) penyakit jaringan pulpa periapeks dengan endodontik konvensional, endodontik bedah, dan (c) perawatan estetik. Kegiatan klinik ini didukung oleh kemampuan ilmiah yang meliputi journal reading, laporan atau diskusi kasus, sari pustaka dan penelitian sebagai persiapan membuat Tesis.

1.3.

Landasan Hukum Akreditasi Program Studi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi Naskah Akademik Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi disusun dengan berdasarkan pada undang-undang dan peraturan. Pengembangan akreditasi program merujuk kepada:

1. SK Dirjen Dikti Depdikbud RI No 139/Dikti/Kep/1984 tentang Program dan Katalog Pendidikan Dokter Gigi Spesialis 1

2. Undang Undang RI N0 23 tahun 1992 tentang kesehatan

3. Kep Men Dik Nas No 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa

4. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 178/U/2001 tentang Gelar dan Lulusan Perguruan Tinggi.

5. Kep Men Dik Nas No 045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tetap 6. Undang Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 7. Undang Undang RI No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

8. Permenkes RI No 1173/Menkes/Per/IX/2004 tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut 9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 47)

(9)

11. Peraturan Pemerintah RI No 19 th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

12. Permenkes RI No 1419/MenKes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi

13. Peraturan Pemerintah no 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan (Pasal 84 dan 85)

14. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi– KKI 2010 15. Standar Kompetensi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi– KKI 2010 16. AD/ART Ikatan Konservasi Gigi Indonesia (IKORGI) tahun 2011 17. Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi 18. Undang-undang No 20 tahun 2014 tentang pendidikan kedokteran

Pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang berkenaan dengan sistem akreditasi perguruan tinggi adalah sebagai berikut.

Pasal 26

(1) Gelar akademik diberikan oleh Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik.

(2) Gelar akademik terdiri atas: a. sarjana;

b. magister; dan c. doktor.

(3) Gelar profesi diberikan oleh Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesi.

(4) Gelar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Perguruan Tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab terhadap mutu layanan profesi.

(5) Gelar profesi terdiri atas: a. profesi; dan

(10)

Pasal 28

(1) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi hanya digunakan oleh lulusan dari Perguruan Tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi.

(2) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi hanya dibenarkan dalam bentuk dan inisial atau singkatan yang diterima dari Perguruan Tinggi.

(3) Gelar akademik dan gelar vokasi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Menteri apabila dikeluarkan oleh:

a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang tidak terakreditasi; dan/atau

b. Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak mengeluarkan gelar akademik dan gelar vokasi.

(4) Gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Menteri apabila dikeluarkan oleh:

a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang tidak terakreditasi; dan/atau b. Perseorangan, organisasi, atau lembaga lain yang tanpa hak mengeluarkan

gelar profesi.

(5) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Perguruan Tinggi apabila karya ilmiah yang digunakan untuk memperoleh gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat.

(6) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak dilarang memberikan gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi.

(7) Perseorangan yang tanpa hak dilarang menggunakan gelar akademik, gelar vokasi, dan/atau gelar profesi.

Pasal 29

(1) Kerangka Kualifikasi Nasional merupakan penjenjangan capaian pembelajaran yang menyetarakan luaran bidang pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan diberbagai sektor.

(11)

(3) Penetapan kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 42

(1) Ijazah diberikan kepada lulusan pendidikan akademik dan pendidikan vokasi sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu program studi terakreditasi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi.

(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi yang memuat Program Studi dan gelar yang berhak dipakai oleh lulusan Pendidikan Tinggi.

(3) Lulusan Pendidikan Tinggi yang menggunakan karya ilmiah untuk memperoleh ijazah dan gelar, yang terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat, ijazahnya dinyatakan tidak sah dan gelarnya dicabut oleh Perguruan Tinggi.

(4) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak dilarang memberikan ijazah.

Pasal 43

(1) Sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab terhadap mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak dilarang memberikan sertifikat profesi.

(12)

Pasal 44

(1) Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar program studinya.

(2) Serifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi kepada lulusan yang lulus uji kompetensi. (3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan

sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan tertentu.

(4) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak dilarang memberikan sertifikat kompetensi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat kompetensi diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 55

(1) Akreditasi merupakan kegiatan penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menentukan kelayakan Program Studi dan Perguruan Tinggi atas dasar kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

(3) Pemerintah membentuk Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi untuk mengembangkan sistem akreditasi.

(4) Akreditasi Perguruan Tinggi dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

(5) Akreditasi Program Studi sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan oleh lembaga akreditasi mandiri.

(6) Lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan lembaga mandiri bentukan Pemerintah atau lembaga mandiri bentukan Masyarakat yang diakui oleh Pemerintah atas rekomendasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

(13)

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dan lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Menteri.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah sebagai berikut.

Pasal 47

1. Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diberikan setelah memenuhi syarat sebagai berikut:

o memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;

o memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan

o lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah

2. Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penetapan perguruan tinggi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan akreditasi adalah sebagai berikut.

Pasal 86

1.Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.

(14)

3. Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.

Pasal 87

(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) dilakukan oleh:

a. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) terhadap program dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah;

b. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terhadap program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan Tinggi; dan

c. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF) terhadap program dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal.

(2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAN-S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.

(3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.

(5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 88

(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat melakukan fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri.

(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lembaga mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:

a. Berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba.

b. Memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi pendidikan.

(15)

1.4. Landasan Filosofis Profesi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

Pendidikan profesi dokter gigi spesialis adalah suatu program pendidikan untuk mencapai kompetensi tertentu dan merupakan jenjang pendidikan lanjut pendidikan dokter gigi. Di dalam ketentuan umum Undang-Undang No: 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , tanggal 11 Juni 2003, disebutkan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agar lulusan pendidikan dokter gigi spesialis diseluruh Indonesia mempunyai mutu yang setara perlu ditetapkan standar nasional pendidikan profesi dokter gigi spesialis.

Di dalam penjelasan pasal 7 ayat 2 Undang-Undang No: 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran, disebutkan bahwa standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi adalah pendidikan profesi yang dilakukan. Hal ini dijelaskan pula dalam undang-undang RI no: 12/ 2012 tentang Pendidikan Tinggi bagian 4 paragraf 1 pasal 25 tentang Program Spesialis. Dengan demikian, apabila setiap komponen pendidikan yang terkait dengan pendidikan dokter gigi spesialis mempunyai standar yang sama maka mutu dokter gigi spesialis yang dihasilkan akan sama pula dan dapat dipertanggungjawabkan.

Standar pendidikan digunakan untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan sesuai kompetensi yang ditetapkan, dan dapat pula digunakan untuk mengevaluasi diri, serta untuk dasar perencanaan program perbaikan kualitas proses pendidikan secara berkelanjutan.

Komponen standar pendidikan meliputi isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, serta evaluasi proses pendidikan. Standar masing-masing komponen pendidikan tersebut harus selalu ditingkatkan secara berencana dan berkala mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi, tuntutan perkembangan profesi dokter gigi spesialis konservasi gigi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi.

Dalam rangka penjaminan kualitas pelayanan di bidang kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan gigi, tenaga kesehatan gigi/dokter gigi dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan profesi dan IPTEKDOKGI. Dengan berkembangnya ilmu kedokteran gigi, khususnya ilmu konservasi gigi, maka evaluasi penyusunan standar pendidikan dokter gigi spesialis konservasi gigi yang baru sangat diperlukan.

(16)

serta mantap, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk merawat serta mempertahankan giginya, oleh karena itu jumlah dokter gigi spesialis konservasi gigi perlu ditingkatkan. Selain itu sentra pelayanan kesehatan gigi bidang konservasi perlu ditingkatkan guna dapat melayani penderita dari perifer berdasarkan rujukan yang memerlukan pelayanan spesialis konservasi gigi khususnya institusi pendidikan di rumah sakit gigi dan mulut khususnya untuk kasus-kasus yang kompleks yang perlu ditangani oleh dokter gigi spesialis konservasi gigi.

(17)

1.5. Landasan Sosiologis Profesi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2003 penyakit jaringan pulpa dan periapikal termasuk sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit umum di seluuruh Indonesia, maka dapat dinilai bahwa besarnya masalah penyakit gigi dan mulut bukan hanya merupakan masalah kesehatam masyarakat tetapi menjadi masalah sosial walaupun tidak menyebabkan kematian langsung, Penyakit gigi dan mulut juga merupakan faktor resiko penyakit lain sebagai fokal infeksi misalnya tonsillitis, faringitis, otitis media, sinusitis, diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyakit sistemik lainnya. Selain itu penyakit HIV/AIDS dan penyakit sistemik lain juga dapat bermanivestasi di dalam mulut. Tingginya penyakit jaringan pulpa dan periapikal perlu mendapat perhatian khususnya penanganan yang lebih spesialistik karena penanganan oleh dokter gigi masih terbatas berdasarkan kompetensinya.

Dengan berkembangnya teknologi kedokteran gigi di bidang konservasi gigi semakin maju, sedangkan upaya kesehatan gigi dan mulut belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan , peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut khususnya bidang konservasi gigi masih dirasa kurang, oleh karena itu diperlukan penanganan oleh spesialis konservasi gigi yang perlu dilakukan melalui program pendidikan dokter gigi spesialis konservasi gigi dan melalui rumah sakit gigi dan mulut khususnya di bidang konservasi gigi.

1.6. Upaya Peningkatan Profesionalisme dan Mutu Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

Upaya peningkatan profesionalisme perlu dilaksanakan baik oleh institusi pemerintah maupun oleh organisasi profesi khususnya dalam bidang Spesialis Konservasi Gigi

Peningkatan profesionalisme spesialis konservasi gigi dapat berupa peningkatan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran pada program studi pada institusi penyelenggara pendidikan tersebut. Hal ini diharapkan tetap menggunakan acuan standar pendidikan dan standar pendidikan dokter gigi spesialis konservasi gigi.

(18)

melalui pendidikan berkelanjutan di bidang konservasi gigi dan tetap mengikuti perkembangan IPTEKDOK kedokteran gigi khususnya di bidang konservasi gigi.

1.7. Baku Mutu Program studi pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi Dalam melaksanakan program pendidikan dokter gigi spesialis konservasi gigi berdasarkan standar kompetensi dokter gig spesialis konservasi gigi tahun 2011 SK.Konsil Kedokteran Indonesia No.103/KKI/KEP/VIII/2009 dan standar pendidikan profesi dokter gigi spesialis konservasi gigi yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia No.103/KKI/KEP/VIII/2009 serta modul kurikulum berbasis kompetensi dokter gigi spesialis konservasi gigi tahun 2014 berdasarkan SK.Kolegium Konservasi Gigi No.25/SK.Kol/IV/2014.

(19)

BAB II

KARAKTERISTIK, KUALIFIKASI DAN KURUN WAKTU PENYELESAIAN STUDI

Spesialisasi dalam Pendidikan Dokter Gigi Spesialis merupakan suatu

sistem pendidikan klinis lanjut yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Gigi

di suatu Universitas dengan tujuan menambah kompetensi yang bersifat khusus

kepada peserta didik.

Kontrol terhadap jalannya program pendidikan dilakukan oleh Fakultas

Kedokteran Gigi dan Kolegium berupa ujian akhir dan uji kompetensi yang

diselenggarakan oleh institusi dan Kolegium Konservasi Gigi pelu dilakukan demi

mendapatkan standar mutu lulusan yang diharapkan.

2.1. Karakteristik Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis sebagai bagian dari pendidikan

profesi setelah pendidikan dokter gigi yang memiliki tiga karakteristik utama, yaitu

bahwa program itu merupakan pendidikan lanjut (

advanced

), terfokus

(concentrated)

dan bersifat cendekia (

scholarly)

(LaPidus, 1989). Selain ketiga

karakteristik utama tersebut, unsur-unsur kontekstual pendidikan pada program

Pendidikan Dokter Gigi Spesialis sangat penting untuk dipahami, yaitu bahwa

dalam program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis peserta didik diberi peluang untuk

memperdalam pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan kompetensi,

dan mengembangkan kematangan intelektual disertai etika profesi. Semua

substansi ini ada dalam program pendidikan dokter gigi spesialis konservasi gigi

yang berdasarkan pada standar pendidikan dan standar kompetensi dokter gigi

spesialis konservasi gigi sebagai berikut :

Domain I

Profesionalisme dengan kemampuan melaksanakan tindakan-tindakan

spesialistik di bidang konservasi gigi secara professional sesuai dengan

keahliannya, penuh tanggung jawab, komunikatif, mematuhi etika, dan memahami

hukum yang relevan/ berlaku.

(20)

klinik,ilmu kedokteran gigi dasar dan klinik yang relevan sebagai dasar

profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.

Domain III

adalah keterampilan Klinik Tingkat Lanjut Dokter Gigi Spesialis

Konservasi Gigi yang mempunyai kemampuan melakukan pemeriksaan fisik secara

umum, sistem stomatognathi dan rekam medik semua informasi klinis, radiologis,

laboratoris, psychologis,dan sosio kultural untuk evaluasi kondisi medis pasien

serta menentukan diagnosa, perawatan dan prognosis

.

2.2. Kualifikasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis yang merupakan

bagian dari pendidikan profesi adalah pendidikan profesional yang diarahkan

terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis diarahkan pada hasil lulusan yang

memiliki ciri-ciri (1) mempunyai kemampuan mengembangkan dan memutakhirkan

ipteks dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah

disertai keterampilan penerapannya, (2) mempunyai kemampuan memecahkan

permasalahan di bidang keahliannya melalui kegiatan penelitian dan

pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan (3) mempunyai kemampuan

mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman

analisis permasalahan, kebercakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah

atau yang serupa (Kepmendiknas No. 232/U/2000).

Persyaratan akhir penyelesaian program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis

adalah penulisan tesis yang dihasilkan dari penelitian dan ujian komprehensif yang

dilaksanakan secara seragam oleh Kolegium, maka penelitian merupakan unsur

penting dalam rangka pendidikan pada program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis.

Penelitian dalam jalur program dimaksudkan untuk menyiapkan peserta didik

supaya dapat segera menyelesaikan program pendidikan yang diharapkan.

Penelitian yang dilakukan pada umumnya adalah penelitian penerapan iptekdokgi

dalam suatu bidang terkait.

(21)

pencontekan penelitian lain (plagiat); namun topik atau pendekatan yang

dipergunakan dapat diambil dari peneliti lain. Pembimbing, penasehat atau dosen

lainnya harus mendorong peserta didik untuk mencari atau menjajaki topik

penelitian dengan asumsi bahwa peserta didik sendiri akan secara mandiri

mengembangkan tesisnya. Peserta didik harus mampu menunjukkan bagian mana

dari penelitian yang merupakan pemikirannya sendiri. Kemampuan tersebut

merupakan indikator kemandirian peserta didik, dan dapat digolongkan sebagai

karya orisinil.

2.3. Kurun Waktu Penyelesaian Studi

(22)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT AKREDITASI PROGRAM STUDI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSERVASI GIGI

Setiap institusi penyelenggara program pendidikan dokter gigi spesialis konservasi gigi wajib memenuhi Standar Pendidikan dan standar kompetensi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi. Ketentuan mengenai kesesuaian dengan Standar Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi dilakukan melalui mekanisme akreditasi.

Akreditasi program studi konservasi gigi adalah proses evaluasi dan penilaian secara komprehensif atas komitmen program studi terhadap mutu dan kapasitas penyelenggaraan program Tridharma Perguruan Tinggi, untuk menentukan kelayakan pendidikan akademik dan profesi. Evaluasi dan penilaian dalam rangka akreditasi program studi dilakukan oleh tim asesor yang terdiri atas pakar sejawat dan/atau pakar yang memahami penyelenggaraan pendidikan akademik dan profesi program studi konservasi gigi. Keputusan mengenai mutu didasarkan pada evaluasi dan penilaian terhadap berbagai bukti yang terkait dengan standar yang ditetapkan dan berdasarkan nalar dan pertimbangan para pakar sejawat. Bukti-bukti yang diperlukan termasuk laporan tertulis yang disiapkan oleh program studi yang diakreditasi, diverifikasi dan divalidasi melalui kunjungan atau asesmen lapangan tim asesor ke lokasi program studi.

BAN-PT adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengevaluasi dan menilai, serta menetapkan status dan peringkat mutu program studi berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tujuan dan manfaat akreditasi program studi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan jaminan bahwa program studi yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT dengan merujuk pada standar nasional pendidikan yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan program studi yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan itu.

2.

Mendorong program studi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi.
(23)

Mutu program studi merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan karakteristik masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak, atau layanan/kinerja program studi yang diukur berdasarkan sejumlah standar yang ditetapkan oleh kolegium.

(24)

ASPEK PELAKSANAAN AKREDITASI PROGRAM STUDI

Dalam melaksanakan keseluruhan proses akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi terdapat beberapa aspek pokok yang perlu diperhatikan oleh setiap pihak yang terkait, yaitu asesor, Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang diakreditasi, dan BAN-PT. Aspek-aspek tersebut yaitu: (1) standar akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi dan menilai mutu kinerja, keadaan dan perangkat kependidikan Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi; (2) prosedur akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang merupakan tahap dan langkah yang harus dilakukan dalam rangka akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi; (3) instrumen akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang digunakan untuk menyajikan data dan informasi sebagai bahan dalam mengevaluasi dan menilai mutu Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi, disusun berdasarkan standar akreditasi yang ditetapkan; dan (4) kode etik akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang merupakan aturan main untuk menjamin kelancaran dan objektivitas proses dan hasil akreditasi program studi.

Bab ini menyajikan uraian singkat mengenai keempat aspek tersebut, sedangkan uraian lengkap dan rincian setiap aspek itu disajikan dalam buku tersendiri, yaitu: Buku II yang membahas standar dan prosedur akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi; Buku III tentang instrumen akreditasi dalam bentuk borang akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi dan borang akreditasi unit pengelola Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi; sedangkan kode etik akreditasi yang berlaku umum untuk akreditasi pada semua tingkatan pendidikan dituangkan dalam buku Kode Etik Akreditasi.

4.1 Standar Akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi

(25)

Standar akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi mencakup standar tentang komitmen program terhadap kapasitas institusional (institutional capacity) dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan (educational effectiveness), yang dikemas dalam tujuh standar akreditasi, yaitu:

Standar 1 Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian

Standar 2 Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu Standar 3 Peserta PPDS dan lulusan

Standar 4 Sumber daya manusia

Standar 5 Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik

Standar 6 Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi

Standar 7 Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama

Asesmen kinerja Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi didasarkan pada pemenuhan tuntutan standar akreditasi. Dokumen akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang dapat diproses harus telah memenuhi persyaratan awal (eligibilitas) yang ditandai dengan adanya izin yang sah dan berlaku dalam penyelenggaraan Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi dari pejabat yang berwenang; memiliki dokumen rencana strategis atau rencana induk pengembangan yang menunjukkan dengan jelas visi, misi, tujuan dan sasaran Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi; nilai-nilai dasar yang dianut dan berbagai aspek mengenai organisasi dan pengelolaan program proses pengambilan keputusan penyelenggaraan program, dan sistem jaminan mutu. Deskripsi setiap standar akreditasi itu adalah sebagai berikut:

Standar 1. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian

Standar ini adalah acuan keunggulan mutu penyelenggaraan dan strategi instititusi tersebut untuk meraih masa depan. Strategi dan upaya perwujudannya, harus dipahami dan didukung dengan penuh komitmen serta partisipasi yang baik oleh seluruh pemangku kepentingannya. Seluruh rumusan yang ada mudah dipahami, dijabarkan secara logis, berurutan dan pengaturan langkah-langkahnya mengikuti alur pikir (logika) yang secara akademik wajar. Strategi yang dirumuskan didasari analisis kondisi yang komprehensif, menggunakan metode dan instrumen yang sahih dan andal, sehingga menghasilkan landasan langkah-langkah pelaksanaan dan kinerja yang urut-urutannya sistematis, saling berkontribusi dan berkesinambungan. Kesuksesan di salah satu sub-sistem berkontribusi dan ditindaklanjuti oleh sub-sistem lainnya. Strategi serta keberhasilan pelaksanaannya diukur dengan ukuran-ukuran yang mudah dipahami seluruh pemangku kepentingan, sehingga visi yang diajukan benar-benar visi, bukan mimpi dan kiasan (platitude).

(26)

cerminan keterlaksanaan misi dan strategi dengan baik. Dengan demikian, rumusan visi, misi, tujuan dan strategi merupakan satu kesatuan wujud cerminan integritas yang terintegrasi dari institusi pendidikan yang bersangkutan.

Suatu Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi harus dan wajib mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas, terprogram, reliable dan visible sehingga dapat menjadi landasan sistem penyelenggaraan dari pendidikan spesialis. Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi adalah menjadi pusat studi dari fungsi pelayanan kesehatan gigi, fungsi pendidikan dan fungsi penelitian di bidang kesehatan gigi pada level nasional dengan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia sarana dan prasarana secara terencana dan terarah, yang dijabarkan dalam misi sebagai berikut: bertanggung jawab atas semua kelancaran dan kemajuan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan dimulai dari pra seleksi sampai penempatan tugas yang baru dari peserta didik.

Program studi perlu melakukan kerjasama dengan lingkup nasional dalam upaya peningkatan kemampuan ilmiah, teknologi dan ketrampilan klinik peserta didik dan Staf Pengajar dalam lingkungan Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi.

Menyelenggarakan dan mengembangkan Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang kualitasnya terus menerus ditingkatkan dan didukung pengembangan riset sehingga lulusan yang dihasilkan mampu mengemban pelayanan kedokteran dengan standar sesuai perkembangan Iptekdokgi bertaraf internasional. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian kedokteran/kedokteran gigi serta penerapan Iptekdokgi bermutu internasional secara tepat guna.

Menyelenggarakan dan mengembangkan organisasi dan manajemen yang berorientasi kualitas, otonomi, akuntabilitas dan akreditasi. Membina jaringan kemitraan dengan berbagai rumah sakit baik pemerintah maupun swasta.

Secara umum suatu Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kompetensi dokter gigi di Indonesia sehingga memiliki kompetensi yang lebih khusus, dalam hal ini dalam pengetahuan dan ketrampilan di bidang konservasi gigi.

Standar 2: Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu Standar ini adalah acuan keunggulan mutu tata pamong (governance), kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan sistem penjaminan mutu program studi sebagai satu kesatuan yang terintegrasi yang menjadi kunci penting bagi keberhasilan dalam mewujudkan visi, melaksanakan misi, dan mencapai tujuan yang dicita-citakan.

(27)

keadilan. Tata pamong dikembangkan berdasarkan nilai-nilai moral dan etika, serta norma-norma dan nilai akademik. Dalam hubungannya dengan lingkungan eksternal, tata pamong yang baik mampu menciptakan hubungan saling membutuhkan dan saling menguntungkan antara program studi dengan para pemangku kepentingan. Tata pamong dan kepemimpinan yang baik memerlukan dukungan sistem pengelolaan yang baik.

Sistem pengelolaan adalah suatu pendekatan sistematik untuk mengelola sumber daya, infrastruktur, proses, dan atau kegiatan serta orang. Manajemen mutu adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pemangku kepentingan serta memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan serta upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi. Termasuk di dalamnya langkah-langkah yang harus diambil untuk meminimalkan akibat dari kelemahan mutu produk program studi dan untuk meningkatkan mutu secara berkelanjutan.

Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan program studi secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga semua pemangku kepentingan memperoleh kepuasan. Sistem penjaminan mutu pada umumnya merupakan cerminan sistem pengelolaan masukan, proses, keluaran, dampak, umpan, dan balikan untuk menjamin mutu penyelenggaraan pendidikan. Sistem penjaminan mutu harus mencerminkan pelaksanaan continuous quality improvement pada semua rangkaian sistem manajemen mutu (quality management system) dalam rangka memenuhi kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder satisfaction).

Standar 3: Peserta PPDGS dan lulusan

(28)

pemangku kepentingan, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi, dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemangku kepentingan.

Peserta PPDGS adalah kelompok pemangku kepentingan internal yang harus mendapatkan manfaat, dan sekaligus sebagai pelaku proses pembentukan nilai tambah dalam penyelenggaraan kegiatan/program akademik yang bermutu tinggi pada Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi. Peserta PPDGS merupakan pembelajar yang membutuhkan pengembangan diri secara holistik yang mencakup unsur fisik, mental, dan kepribadian sebagai sumber daya manusia yang bermutu di masa depan. Oleh karena itu, selain layanan akademik, peserta PPDGS perlu mendapatkan layanan pengembangan minat dan bakat dalam seni budaya, olahraga, kepekaan sosial serta bidang kreativitas lainnya.

Standar 4: Sumber daya manusia

Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sumber daya manusia, serta bagaimana seharusnya Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi memperoleh dan mendayagunakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi serta memberikan layanan prima kepada sumber daya manusianya untuk mewujudkan visi, melaksanakan misi, dan mencapai tujuan yang dicita-citakan. Sumber daya manusia adalah dosen dan tenaga kependidikan yang mencakup pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga kependidikan lainnya yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran mutu keseluruhan program tridarma perguruan tinggi.

Dosen adalah komponen sumber daya utama yang merupakan pendidik dan ilmuwan dengan tugas pokok dan fungsi mengakuisisi, mentransformasikan, mengembangkan, menyebarluaskan, dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat. Jumlah dan mutu dosen menentukan mutu penyelenggaraan kegiatan akademik program studi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi.

Dosen terdiri dari staf pengajar tetap dan staf pengajar di Rumah Sakit jejaring. Program studi merencanakan dan melaksanakan program-program peningkatan mutu dosen yang selaras dengan kebutuhan, untuk mewujudkan visi,melaksanakan misi dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(29)

Standar 5: Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik

Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sistem pembelajaran di Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi. Kurikulum adalah rancangan seluruh kegiatan pembelajaran peserta PPDGS sebagai rujukan program tahap akademik maupun dalam merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatannya untuk mencapai tujuan pendidikan dan standar kompetensi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi. Kurikulum disusun berdasarkan kajian mendalam tentang hakikat keilmuan bidang studi dan kebutuhan pemangku kepentingan terhadap bidang ilmu dan penjaminan tercapainya kompetensi lulusan yang dicakup oleh suatu Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi dengan memperhatikan standar mutu, visi, misi dan tujuan Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi. Sesuai dengan kebutuhan masing-masing program, Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi menetapkan kurikulum dan pedoman yang mencakup struktur, tataurutan, kedalaman, keluasan, dan penyertaan komponen tertentu.

Komponen penting dari setiap kurikulum adalah kesempatan bagi peserta PPDGS mendapat pengalaman belajar di dalam sistem pelayanan kesehatan yang secara nyata termuat di dalam kurikulum.

Pembelajaran tatap muka adalah pengalaman belajar yang diperoleh peserta PPDGS dari kegiatan belajar, seperti perkuliahan, tutorial, praktikum atau praktik, pelatihan, diskusi, lokakarya, seminar, dan tugas-tugas pembelajaran lainnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan berbagai pendekatan, strategi, dan teknik, yang menantang agar dapat mengkondisikan peserta PPDGS berpikir kritis, bereksplorasi, berkreasi, dan bereksperimen dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pendekatan pembelajaran yang digunakan berpusat pada peserta PPDGS ( student-centered) dengan kondisi pembelajaran yang mendorong peserta PPDGS untuk belajar mandiri dan kelompok.

A. Proses Pendidikan 1. Pendekatan Pembelajaran

Pendidikan dimulai dengan pengenalan sarana, prasarana, ruang lingkup serta pembekalan teori dan keterampilan klinik. Selama proses pendidikan PPDGS diharuskan mengikuti kursus yang berkaitan dengan teori dan keterampilan klinik di bidang Ilmu Konservasi Gigi di dalam maupun di luar negeri untuk menambah wawasan dan kemampuan terbaru dibidang Ilmu Konservasi Gigi sesuai kemampuan dan ketersediaan kapasitas yang dimiliki.

(30)

Peserta diberikan kebebasan untuk melakukan konseling kepada KPS atau tim yang ditentukan.

2. Metode Pendidikan

Digunakan modul kurikulum berbasis kompetensi untuk pendidikan Spesialis Konservasi Gigi.

Metode yang dapat digunakan antara lain: 1. Modul

2. EBD 3. Skill lab 4. Klinik

5. Stase di RS jejaring 6. Tesis

7.Journal/E Journal

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metoda ujian MDE, SOCA, OSCE, ujian thesis, komprehensif dan ujian kompetensi.

B. Suasana Akademik

Suasana akademik adalah kondisi yang dibangun untuk menumbuhkembangkan semangat dan interaksi akademik antar mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan , pakar, dosen tamu, dan nara sumber untuk meningkatkan mutu kegiatan akademik, di dalam dan luar kelas. Suasana akademik yang baik ditunjukkan dengan perilaku yang mengutamakan kebenaran ilmiah, profesionalisme, kebebasan akademik, dan kebebasan mimbar akademik, serta penerapan etika akademik secara konsisten.Dalam Kebebasan Akademik akan memacu terselenggaranya Peneliti Mahasiswa, Penelitian Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa serta Penelitian Dosen. Hasil penelitian diarahkan ke pemenuhan kebutuhan masyarakat dan pengembangan Ilmu dan Teknologi Kedokteran Gigi. Penyebarluasan ilmu dapat dilaksanakan oleh peserta didik dalam bimbingan dosen melalui publikasi ilmiah, dan mahasiswa dalam praktek kerja lapangan menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan gigi secara mandiri.

(31)

dengan baik bahkan suasana kebersamaan antar dosen mahasiswa dan karyawan di Program studi dapat berjalan dengan mengadakan seminar, dan rekreasi sambil mengikuti acara lokakarya atau seminar di dalam ataupun di luar kota.

Standar 6: Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi

Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sumber daya pendukung penyelenggaraan proses akademik yang bermutu mencakup pengadaan dan pengelolaan dana, sarana dan prasarana, serta sistem informasi yang diperlukan untuk mewujudkan visi, melaksanakan misi, dan untuk mencapai tujuan program studi.

Pembiayaan adalah usaha penyediaan, pengelolaan serta peningkatan mutu anggaran yang memadai untuk mendukung penyelenggaraan program-program pendidikan yang bermutu di program studi.

Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan proses pendidikan sebagai alat teknis dalam mencapai maksud, tujuan, dan sasaran pendidikan yang dapat dipindah-pindahkan, antara lain peralatan dan perlengkapan pembelajaran di dalam kelas, yang memenuhi syarat minimal pendidikan, kantor, dan lingkungan akademik lainnya, dalam rangka mencapai Standar Kompetensi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi.

Prasarana pendidikan adalah sumber daya penunjang dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi yang pada umumnya bersifat tidak bergerak/tidak dapat dipindah-pindahkan, antara lain bangunan, dan fasilitas lainnya. Pengelolaan sarana dan prasarana meliputi perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, pemutakhiran, inventarisasi, dan penghapusan aset yang dilakukan secara baik, sehingga efektif mendukung kegiatan penyelenggaraan pada Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi. Kepemilikan dan aksesibilitas sarana dan prasarana sangat penting untuk menjamin mutu penyelenggaraan akademik secara berkelanjutan.

Sistem pengelolaan teknologi informasi dan komnikasi mencakup pengelolaan masukan, proses, dan keluaran informasi, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan pengetahuan untuk mendukung penjaminan mutu penyelenggaraan akademik Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi.

Standar 7: Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama

Standar ini adalah acuan keunggulan mutu penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama yang diselenggarakan untuk dan terkait dengan penyelenggaraan dan pengembangan mutu Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi.

(32)

peningkatan mutu pelayanan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi kepada masyarakat. Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi harus memiliki sistem perencanaan pengelolaan serta implementasi program-program penelitian yang menjadi unggulan. Sistem pengelolaan ini mencakup akses dan pengadaan sumber daya dan layanan penelitian bagi pemangku kepentingan, memiliki payung penelitian, melaksanakan penelitian serta mengelola dan meningkatkan mutu hasilnya dalam rangka mewujudkan visi, melaksanakan misi, dan mencapai tujuan yang dicita-citakan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi.

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi menciptakan iklim yang kondusif agar staf pengajar dan peserta PPDS secara kreatif dan inovatif menjalankan peran dan fungsinya sebagai pelaku utama penelitian yang bermutu dan terencana. Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi memfasilitasi dan melaksanakan kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian dalam berbagai bentuk, antara lain penyelenggaraan forum/seminar ilmiah, presentasi ilmiah dalam forum nasional dan internasional, publikasi dalam jurnal nasional terakreditasi dan/atau internasional yang bereputasi.

Pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan sebagai perwujudan kontribusi kepakaran, kegiatan pemanfaatan hasil pendidikan, dan/atau penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dalam upaya memenuhi permintaan dan/atau memprakarsai peningkatan mutu kehidupan bangsa. Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi yang baik memiliki sistem pengelolaan kerjasama dengan pemangku kepentingan eksternal dalam rangka penyelenggaraan dan peningkatan mutu secara berkelanjutan program-program pendidikan dan . Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi yang baik mampu merancang dan mendayagunakan program-program kerjasama yang melibatkan partisipasi aktif Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi untuk meningkatkan kepakaran dan mutu sumber daya yang ada.

Akuntabilitas pelaksanaan tridarma dan kerjasama diwujudkan dalam bentuk keefektifan pemanfaatannya untuk memberikan kepuasan pemangku kepentingan terutama peserta didik.

Penjelasan dan rincian masing-masin masing standar akreditasi tersebut menjadi elemen-elemen yang dinilai, disajikan dalam buku tersendiri, yaitu Buku II.

4.2. Prosedur Akreditasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

(33)

Gigi akan diakreditasi secara berkala. Akreditasi dilakukan oleh BAN-PT terhadap Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi.

Akreditasi dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:

BAN-PT memberitahu Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi mengenai prosedur pelaksanaan akreditasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi menyusun laporan evaluasi-diri dan mengisi borang sesuai dengan cara yang dituangkan dalam Pedoman Pengisian Borang yang tersedia.

Program Pendidikan dokter gigi Spesialis Konservasi Gigi mengirimkan dokumen tersebut beserta lampiran-lampirannya kepada BAN-PT, BAN-PT memverifikasi kelengkapan instrumen tersebut, BAN-PT menetapkan (melalui seleksi dan pelatihan) tim asesor yang terdiri atas dua orang pakar sejawat yang memahami penyelenggaraan program studi tersebut.

Setiap asesor secara mandiri menilai instrumen akreditasi program studi yang terdiri atas borang program studi, borang Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi gigi, serta laporan evaluasi-diri program studi (asesmen kecukupan) di tempat yang disediakan oleh BAN-PT selama 2 – 3 hari. Pada akhir kegiatan tersebut setiap anggota tim asesor menyerahkan hasil asesmen kecukupan kepada BAN-PT. Tim asesor melakukan asesmen lapangan ke lokasi program studi selama 3 hari kerja. Tim asesor melaporkan hasil asesmen lapangan kepada BAN-PT paling lama seminggu setelah asesmen lapangan. BAN-PT memvalidasi laporan tim asesor. BAN-PT menetapkan hasil akreditasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

BAN-PT mengumumkan hasil akreditasi kepada masyarakat luas, dan menyampaikan sertifikat akreditasi kepada Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi yang bersangkutan. BAN-PT menerima dan menanggapi keluhan atau pengaduan dari masyarakat, untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas publik dalam proses dan hasil penilaian.

Penjelasan dan rincian prosedur akreditasi itu disajikan dalam buku tersendiri, bersama dengan rincian Standar Akreditasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi, yaitu Buku II.

4.3

Instrumen Akreditasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi
(34)

yang berbentuk borang dan evaluasi diri Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi.

Borang akreditasi adalah dokumen yang berupa laporan diri (self-report) suatu Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi yang dirumuskan sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada Buku IV dan digunakan untuk mengevaluasi dan menilai serta menetapkan status dan peringkat akreditasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi yang diakreditasi. Borang akreditasi merupakan kumpulan data dan informasi mengenai masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak yang bercirikan upaya untuk meningkatkan mutu kinerja, keadaan dan perangkat kependidikan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi secara berkelanjutan.

Evaluasi-diri adalah proses yang dilakukan oleh suatu badan atau program untuk menilai secara kritis keadaan dan kinerja diri sendiri. Hasil evaluasi-diri digunakan untuk memperbaiki mutu kinerja dan produk institusi dan program studi. Laporan evaluasi diri merupakan bahan untuk akreditasi.

Isi borang akreditasi mencakup deskripsi dan analisis yang sistematis sebagai respons yang proaktif terhadap berbagai indikator yang dijabarkan dari standar akreditasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi. Standar dan indikator akreditasi tersebut dijelaskan dalam pedoman penyusunan borang akreditasi.

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi mendeskripsikan dan menganalisis semua indikator dalam konteks keseluruhan standar akreditasi dengan memperhatikan sebelas dimensi mutu yang merupakan jabaran dari RAISE++, yaitu: relevansi (relevance), suasana akademik (academic atmosphere), pengelolaan internal dan organisasi (internal management and organization), keberlanjutan (sustainability), efisiensi (efficiency), termasuk produktivitas. Dimensi tambahannya adalah kepemimpinan (leadership), pemerataan (equity), dan tata pamong (governance).

Penjelasan dan rincian aspek instrumen ini disajikan dalam buku tersendiri, yaitu Buku III.

4.4

Kode Etik Akreditasi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi
(35)

BAB V

FAKTOR PENDUKUNG

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi di Indonesia diselenggarakan oleh suatu Fakultas Kedokteran Gigi yang telah terakreditasi A, yang pelaksanaannya di bawah pengawasan Kolegium. Sebagai program pendidikan kompetensi klinis maka keberadaan instalasi kesehatan, dalam hal ini Rumah Sakit Gigi dan Mulut Utama, mutlak diperlukan. Program Pendidikan Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi mensyaratkan adanya Rumah Sakit Pendidikan Gigi dan Mulut Utama tipe A/B sebagai tempat pendidikan klinis yang utama dan beberapa Rumah Sakit Jejaring untuk pemantapan kompetensi klinis peserta PPDGS. Selain institusi, dalam kegiatan pendidikan klinis juga mutlak diperlukan adanya sumber daya manusia yang memenuhi dalam sisi kompetensi dan jumlahnya.

A. Fakultas Kedokteran Gigi

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Gigi yang telah terakreditasi A/B dan disetujui oleh Kolegium Konservasi Gigi. Pendirian Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi harus berdasarkan ijin Dirjen Dikti berdasarkan rekomendasi kolegium Konservasi Gigi dan Konsil Kedokteran Indonesia

B. Rumah Sakit Gigi dan Mulut

a. Rumah Sakit Pendidikan Utama

Keberadaan Rumah Sakit Pendidikan Utama mutlak diperlukan dalam suatu Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi. Rumah Sakit Pendidikan yang diijinkan sebagai Rumah Sakit utama adalah RS pendidikan tipe A/B yang memenuhi persyaratan.

b. Rumah Sakit Jejaring

(36)

Konservasi Gigi. Seluruh kegiatan di RS jejaring diawasi dan dikontrol oleh pengampu dan laporan kegiatan diserahkan ke IPDGS Konservasi Gigi bersangkutan setiap selesai stasis

C.

Summber Daya Manusia

Sumber daya manusia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut terdiri dari para dosen, dokter gigi Spesialis Konservasi Gigi sebagai instruktor, peserta didik, laboran, teknisi, dan tenaga kependidikan lainnya yang bertanggung jawab atas pencapaian pelayanan, sasaran mutu keseluruhan program tridarma perguruan tinggi.

1. Dosen/ Instruktor

Dosen/instruktor adalah komponen sumber daya utama yang merupakan pendidik dan ilmuwan dengan tugas pokok dan fungsi mentransformasikan, mengembangkan, menyebarluaskan, dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pelayanan/pengabdian kepada peserta didik dan masyarakat. Jumlah dan mutu dosen, instruktor menentukan mutu penyelenggaraan kegiatan akademik program studi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi dan pelayanan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut.

2. Paramedis

Paramedis adalah termasuk perawat, laboran, teknisi medis dan tenaga pendukung lainnya. Sebuah RSGM pendidikan harus memiliki paramedis dengan jumlah dan kompetensi yang sesuai yang menjamin berjalannya program pendidikan di rumah sakit tersebut dengan baik.

3. Tenaga Administrasi

(37)

DAFTAR ISTILAH

Akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian mutu institusi atau program studi yang dilakukan oleh suatu tim pakar sejawat (tim asesor) berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan, atas pengarahan suatu badan atau lembaga akreditasi mandiri di luar institusi atau program studi yang bersangkutan; hasil akreditasi merupakan pengakuan bahwa suatu institusi atau program studi telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan itu, sehingga layak untuk menyelenggarakan program-programnya

Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban suatu institusi atau program studi kepada stakeholders (pihak berkepentingan) mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi program studi

Asesmen kecukupan adalah pengkajian (review), evaluasi dan penilaian data dan informasi yang disajikan di dalam laporan evaluasi-diri program studi, dan di dalam borang program studi serta unit pengelola program studi. Kegiatan ini dilakukan oleh tim asesor pada tempat yang ditetapkan BAN-PT sebelum asesmen lapangan.

Asesmen lapangan adalah telaah dan penilaian di tempat kedudukan program studi, unit pengelola program studi yang dilaksanakan oleh tim asesor untuk melakukan verifikasi, validasi, dan melengkapi data dan informasi yang disajikan dalam evaluasi-diri dan borang oleh program studi atau unit pengelola program studi, yang telah dipelajari oleh tim asesor tersebut pada tahap asesmen kecukupan. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) adalah lembaga independen

yang bertugas melaksanakan akreditasi program studi dan atau institusi perguruan tinggi.

Borang adalah instrumen akreditasi yang berupa formulir yang berisikan data dan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi dan menilai mutu suatu program studi tingkat program doktor, magister, sarjana dan diploma.

Elemen penilaian adalah bagian dari standar akreditasi yang digunakan sebagai dasar untuk mengukur dan menentukan kelayakan dan mutu program studi atau institusi perguruan tinggi.

(38)

Misi merupakan tugas dan cara kerja pokok yang harus dilaksanakan oleh suatu institusi perguruan tinggi atau program studi untuk mewujudkan visi institusi atau program studi tersebut.

Pemangku kepentingan (Stakeholders) adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam kelancaran proses dan mutu hasil program, seperti sivitas akademika dan tenaga kependidikan, peserta PPDGS dan keluarganya, pengguna hasil program, masyarakat dan pemerintah.

Standar akreditasi adalah tolok ukur yang digunakan untuk menetapkan kelayakan dan mutu perguruan tinggi atau program studi.

Tata pamong [governance] berkenaan dengan sistem nilai yang dianut di dalam institusi atau program studi, struktur organisasi, sistem pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya, pola otoritas dan jenjang pertanggungjawaban, hubungan antara satuan kerja dalam institusi, termasuk juga tata pamong kegiatan bisnis dan komunitas di luar lingkungan akademik.

Tim asesor adalah suatu tim yang terdiri atas pakar sejawat yang ditugasi oleh BAN-PT untuk melaksanakan penilaian terhadap berbagai standar akreditasi suatu perguruan tinggi atau program studi

(39)

DAFTAR RUJUKAN

Accreditation Commission for Senior Colleges and Universities. 2001.

Handbook of

Accreditation

. Alameda, CA: Western Association of Schools and Colleges.

Ashcraft, K. and L.F. Peek. 1995.

The Lecture’s Guide to Quality and Standars in Colleges

and Universities

. London: The Falmer Press.

Baldridge National Quality Program. 2008.

Education Criteria for Performance Excellence

.

Gaithhersburg, MD: Baldridge National Quality Program.

BAN-PT. 2003.

Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi. Naskah Akademik

. Jakarta: BAN-PT.

BAN-PT. 2010.

Pedoman Evaluasi-Diri untuk Akreditasi Program Pendidikan dan Institusi

Perguruan Tinggi

. Jakarta: BAN-PT.

CHEA (Council for Higher Education Accreditation). 1998.

Recognition of Accrediting

Organizations Policy and Procedures. CHEA Document approved by the CHEA Board

of Directors

, September, 28.

http://www.chea.org/About/Recognition.cfm#11b (diakses tanggal 24 Mei 2002).

CHEA (Council for Higher Education Accreditation). 2001.

Quality Review. CHEA

Almanac of External Quality Review

. Washington, D.C.: CHEA.

Dochy, F.J.C.

et al.

1996.

Management Information and Performance Indicators in Higher

Education

. Assen Mastricht, Nederland: Van Gorcum.

HEFCE (Higher Education Funding Council for England). 2001.

Quality assurance in

higher education. Proposal for consultation

.HEFCE-QAA-Universities UK-SCoP.

Kember, D. 2000.

Action learning and Action Research, Improving the Quality of Teaching

and Learning

. London: Kogan Page Limited.

Konsil Kedokteran Indonesia: Kurikulum Pendidikan dokter Spesialis Ilmu Konservasi Gigi

tahun 2012. Jakarta

Konsil Kedokteran Indonesia: Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Konservasi

Gigi tahun 2008. Jakarta

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 178/U/2001 tentang Gelar dan Lulusan

Perguruan Tinggi.

McKinnon, K.R., S.H. Walker, and D. Davis. 2000.

Benchmarking: A Manual for Australian

Universities

. Canberra: Department of Education, Training and Youth Affairs, Higher

Education Division.

(40)

National Accreditation Agency for Higher Education (BAN-PT). 2000.

Guidelines for

Internal Quality Assessment of Higher Education

. Jakarta: Ministry of National

Education (Depdiknas).

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyeleng-garaan

Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP Nomor 17 Tahun

2010.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor .... Tahun 2014 tentang Akreditasi

Program Studi dan Perguruan Tinggi.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor .... Tahun 2014 tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

Tadjudin.M.K. 2000.

Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status

Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi program

Pendidikan ke Akreditasi Lembaga Perguruan Tinggi

. Jakarta: BAN-PT.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dengan ini kami, Kelompok Kerja (Pokja) Unit Layanan Pengadaan (ULP) dilingkungan pemerintah daerah Kota Kotamobagu tahun anggaran 2014 menetapkan pelelangan untuk program

Demikian juga penjelasan Kariadinata (2006), bahwa melalui penggunaan media komputer, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Di samping itu,

Pembangunan bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat akan terus kita laksanakan dan kita jaga dari berbagai gangguan, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Kita juga

● Pusat Layanan Televisi Setempat atau dealer anda mungkin dapat membantu anda dalam mendapatkan sistem antena yang tepat untuk daerah tertentu di tempat anda serta aksesori

Pada tahun 2014 dilakukan penelitian oleh Ida Ayu Surya Dwipayanti dan Komang Rahayu Indrawati dari Universitas Udayana tentang Hubungan Antara Tindakan Bullying dengan

Berdasarkan pemaparan berkenaan persoalan krisis air yang kerap melanda Pulau Jawa dan usaha Pemerintah yang membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk dapat

Melihat kenyataan dilapangan, dapat kita ketahui bahwa kemampuan siswa berbeda satu sama lain dalam memahami pelajaran, sesuai dengan hasil pembelajaran yang diperoleh oleh

Továbbá a fotoakusztikus módszer egyik nagy előnye, hogy a fotoakusztikus jelet gerjesztő fény a fotoakusztikus kamrán át- haladva általában csak kismértékben gyengül, és