EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH KEPALA SEKOLAH
YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN JABATAN CALON KEPALA SD
YANG DILAKSANAKAN DINAS P DAN K DATI I
Dl PROPINSI RIAUT E S I S
Diajukan Kepada Panitia UJian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk memenuhi persyarat&n meriempuh ujian"Magister Pendidikan" dalam bidang Administrast Pendidikan
YUZAMR1 YAKUB
NIM 9032203
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
Mengetahui dan menyetujui untuk "Ujian Tahap II'
Prof. Dr. Achmad Sanusi, SH, MPA (Pembimbiixg I)
Prof. Di>Oteng Sutisna, M.Sc. Ed
DAFTAR I S I
halaman
KATA PENGANTAR
UNGKAPAN PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 111 viii x xii xiii
BAB I, PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH i
B. MASALAH A
C. TUJUAN PENELITIAN
.'.'.'."."." '." .' ".' .' *"." .' "
20
1. Tuj uan umum ''' 20
2. Tujuan khusus 21
D. KEGUNAAN PENELITIAN
'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.
23
1. Kegunaan teoritis ..'.'.'.'..' 232. Kegunaan praktis 00
E. PARADIGMA PENELITIAN
.'.".'.'.'.'.' .' ".' "." .'
24
BAB II, TINJAUAN PUSTAKA
A. Peranan SD dalam Pembangunan SumberDaya"
Manusia
B. Fungsi dan peranan Kepala Sekolah'.'.".'.'.'.' .'
C. Efektivitas pengelolaan administrasi sekolah
1. Administrasi personil
2. Administrasi kemuridan .' 42
3. Administrasi keuangan ' 43
4. Adminsitrasi perlengkapan/barang ... 45 5. Administrasi program pengajaran 46 6. Ketatausahaan dan surat menyurat 47
D. Efektivitas pengelolaan supervisi
penga--jar^n, •;
48
1. Hakekat, fungsi dan tujuan supervisi 48
2. Teknik-teknik supervisi 54
E. Hubungan sekolah dengan masyarakat 59 F. Pelatihan jabatan calon kepala sekolah
a. Tujuan dan fungsinya
b. Faktor-faktor penunjang pelaksanaan
latihan gg
G. Hasil-hasil penelitian sebelumnya 72
BAB III, METODOLOGI PENELITIAN 75
A. Lokasi Penelitian 76
B. Subyek Penelitian 81
C. Teknik Pengumpulan Data 83
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 85
E. Memperoleh Tingkat Kepercayaan Penelitian 92
F. Cara Analisa Data 93
BAB IV, HASIL PENELITIAN 96
A. Gambaran Umum SD di Propinsi Riau 97
B. Proses Pelaksanaan Pelatihan Jabatan Bagi
Calon Kepala Sekolah Dasar 104
1. Latar belakang dan dasar pelaksanaan
pelatihan 104
2. Tenaga pengajar atau fasilitator 108
3. Peserta pelatihan jabatan 113
4. Materi, metode dan waktu pelatihan ... 122 C. Efektivitas Pelaksanaan Tugas Ka.Sekolah. 130
1. Pemahaman Kepala Sekolah tentang pe
ranan dan fungsinya 132
2. Pengelolaan tugas administratif dan
hubungan sekolah dengan masyarakat ... 143
a. Umum dan tata usaha 147
b. Administrasi program pengajaran ... 151
c. Administrasi kemuridan 153
d. Administrasi personil 155
e. Administrasi keuangan 157
f. Administrasi perlengkapan 160 g. Hubungan sekolah dan masyarakat ... 162 3. Pengelolaan supervisi pengajaran 165
a. Pengetahuan dam pemahaman tentang
teknik supervisi 166
b. Pengelolaan program supervisi 168
c. Realisasi teknik-teknik supervisi.. 169
D. Pembahasan hasil penelitian dan implikasi 177 1. Pelatihan Jabatan Calon Kepala SD
yang dilaksanakan Dinas P dan K 177
2. Realisasi tentang pelaksanaan tugas
dari Kepala SD responden penelitian... 188
BAB V, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 201
A. Kesimpulan 201
B. Rekomendasi 209
DAFTAR PUSTAKA 217
LAMPIRAN 221
DAFTAR TABEL
TABEL
1.
Daftar Sekolah Dasar Negeri Sebagai Lokasi
Penelitian2. Pedoman Pengumpulan Data
HALAMAN
80
89
3. Perkembangan Jumlah SD Negeri dari tahun
1986-1987 s/d 1991-1992 di Propinsi RIau
97
Keadaan Jumlah SD,Kelas,Murid dan Personildi Propinsi Riau tahun 1991-1992
Keadaan Jumlah Peserta Pelatihan Jabatan Calon Kepala SD di Propinsi Riau menurut
pangkat/golongan
98
101
Keadaan Jumlah Pengangkatan Kepala SD dari
tahun 1986-1987 s/d 1991-1992
103
Data Personil Fasilitator Pelatihan Jaba
tan Calon Kepala SD Dinas P dan K Dati I
Riau
Jumlah Peserta Pelatihan Jabatan Calon Ke pala SD setiap kabupaten/kotamadya dalam Propinsi Riau ...
110
115
9.
Jumlah Peserta Pelatihan Jabatan dari
smg-masmg karakteristik lokasi di Riau..ma- 117
10 Daftar Alokasi Waktu Materi Pelatihan Ja
batan Calon Kepala SD Dinas P dan K Dati I
Riau
129
11. Daftar Lokasi dan Identitas Kepala Sekolah
Dasar responden penelitian 130
12. Frekuensi Kunjungan dan Kualitas Pembinaan Penilik terhadap 12 Kepala SD responden
penelitian sejak Juli 1991 s/d Mei 1992... 140 13. Kegiatan umum dan rutin setiap hari di 12
14.
Hasil Pengelolaan dan Pengerjaan Berbagai
Instrumen Tata Usaha dan Surat Menyurat di 12 Sekolah Dasar
15.
Hasil pengelolaan dan pengerjaan Berbagai
Instrumen Administrasi Pengajaran di 12 SD Lokasi Penelitian ...
16
17
18
19,
20
Hasil pengelolaan dan pengerjaan Berbag
Instrumen Administrasi Kemuridan di 12 Lokasi Penelitian
ai
SD
Hasil pengelolaan dan pengerjaan Berbagai
Instrumen Administrasi Personil di 12 SD Lokasi Penelitian
Hasil pengelolaan dan pengerjaan Berbagai
Instrumen Administrasi Keuangan di 12 SD Lokasi Penelitian
Hasil pengelolaan dan pengerjaan Berbagai
Instrumen Administrasi Perlengkapan di 12 SD Lokasi Penelitian
Hasil pengelolaan Hubungan Sekolah dan Ma
syarakat di 12 SD Lokasi Penelitian
21. Pemahaman Kepala SD Responden Penelitij_..
tentang Teknik Supervisi Pengejaran '." 167 22. Frekuensi dan Kualitas Pelaksanaan Teknik
Supervisi Pengajaran oleh 12 Kepala SD 176 23. Konsep penyempurnaan materi.waktu dan jum
lah pengajar program pelatihan jabatan.... 187
24. Keadaan jumlah kelas, murid dan personil
Sekolah Dasar objek penelitian 193
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
Paradigman Permasalahan Penelitian 27
Skematis Wilayah Kerja Administrasi Pendi
dikan
32
3.
Kesetimbangan
antara
kemampuan
pegawai
baru dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan ..
68
4.
Arus. penerimaan dan pengeluaran keuangan
di Sekolah Dasar
5.
Perbandingan antara Maferi/Isi Pelatihan
dengan Tugas Pokok Kepala Sekolah
159
181
Matrik tingkat relevansi antara isi prog
ram pelatihan dengan tugas pokok Kepala SD
183*
DAFTAR LAMPIRAN
LANPIRAN
I. Riwayat Hidup Penulis
II-
Daftar Materi Pelajaran dan Pengajar
Pelatihan Jabatan Calon Kepala SD yang
dilaksanakan Dinas P dan K Dati I Riau
tahun 1990-1991. ...
Ha 1aman
221
222
III.
Daftar Peserta Pelatihan Jabatan Calon
Kepala SD dari Angkatan 1(1986-1987) s/d
Angkatan VI( 1991-1992) 225
IV.
Lembaran Observasi dan Wawancara Tentang
Pelaksanaan Tugas Kepala Sekolah Dasar
(Instrumen penelitian) 934
V.
Izin Penelitian dari Rektor IKIP Bandung
244VI.
Izin Penelitian dari Kepala Dinas P dan K
Propinsi Dati I Riau 245
VII. Surat Jalan untuk pra-survey dari Dekan
Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung. ... 246
VIII.
Surat Keputusan Bersama Pemda Tingkat I
Riau dan Lembaga Admnistrasi Negara ten
tang Pelatihan Jabatan Bagi Calon Kepala Sekolah Dasar
IX.
Salinan Keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Riau tentang Persyaratan Pengangkatan Kepala SD
x m
247
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. LATAR BELAKAHG MASALAH
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang "Sistem
Pendidikan Nasional" menggariskan kebijaksanaan pendi
dikan nasional yang mengacu kepada UUD 1945 dan GBHN.
Dalam bab II pasal (4) dijelaskan bahwa, "Pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manu-sia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kema-syarakatan dan kebangsaan".
Makna yang terkandung dalam tujuan pendidikan ini
adalah ingin mewujudkan sumber daya manusia yang
berku-alitas. Terwujudnya sumber daya manusia yang
berkuali-tas, adalah suatu investasi yang berkontribusi terhadap
produktivitas di sektor pendidikan dan sektor lainnya.
Karena, setiap warga negara diharapkan dapat berperan
dan turut serta secara aktif menentukan dan memanfatkan
keberhasilan pembangunan. la diharapkan akan dapat
Dalam hal ini, B.S.Mardiatmadja (1992:190) dengan topik
tulisannya "LPTK Menyiapkan Pemimpin Perubahan Sosial"
dalam Analisis CSIS Tahun XXI No. 2 menjelaskan bahwa,
"...pendidikan menempati posisi strategis dalam
mem-bantu terciptanya proses perubahan pribadi ke arah cita-cita kemanusiaan dalam kancah hidup bersama.
Kebijaksanaan pendidikan nasional bermaksud
mencip-takan perubahan sosial seluruh lapisan masyarakat
melalui rekayasa pendidikan rakyat".
Pembangunan Indonesia akan menuntut perubahan so
sial yang semakin cepat. Untuk itu dituntut sikap yang
lebih tegas dan mendasar dalam mempersiapkan diri. Per siapan terpenting bukanlah pertama-tama persiapan
eko-nomis dan material, melainkan persiapan mentalitas yang
prosesnya adalah melalui pendidikan, yang dimulai sejak dari pendidikan dasar. Perkembangan perubahan sosial
ini tidak linier dan tidak serentak di seluruh persada nusantara. Proses perkembangannya akan dipengaruhi pula
oleh norma dan nilai budaya masyarakat.
"Perubahan sosial di daerah Pedesaan memperlihatkan
ciri-cirinya, yaitu di satu pihak bergerak linier
oleh dorongan survival nilai budaya tradisional, di lain pihak telah dicapai tingkat majunya perkembang
an masyarakat desa dalam pengetahuan yang diperoleh
dari usaha pendidikan dan usaha-usaha lain, seperti oleh media massa dan kommunikasi massa". (Soepardjo
Adikusumo, 1989;42).
Melalui pendidikan dibentuk sikap dan
potensinya menjadi makin dalam. Karena, dinamika pada
diri manusia adalah dinamika untuk menjadi sempurna.
(Driyarkasa:1991).Di samping untuk meningkatkan
ketram-Pilan dan penguasaan ilmu pengetahuan, maka pendidikan
juga merupakan wahana utama untuk meneruskan
nilai-nilai budaya dan nilai-nilai-nilai-nilai bangsa kepada generasi
yang akan datang. Melalui pendidikan,kita mengembangkan
kemampuan dan sikap pese-rta didik untuk dapat menangani
situasi dan berhadapan dengan situasi-situasi baru.
Kalau tidak kita akan dilanda oleh ketidakpastian
seja-rah manusia, dan kita akan dilanda oleh perubahan yang
cepat sekali akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan sikap manusia.Pendidikan bukan sekedar menstranfer ilmu penge
tahuan dan ketrampilan, melainkan lebih luas dari itu,
di mana pendidikan mempunyai makna yang harus menyentuh
kodrat manusia yang universal, baik sebagai makhluk
in-dividu yang unik maupun sebagai makhluk sosial,
religi-us,
etis dan estetis dalam arti manusia seutuhnya.
Manusia seutuhnya adalah makhluk individu, makhluk
sosial, etis dan religius yang berkarya, berbuat karena
ia berhubungan dengan dunia luar dirinya. Artinya ia
beriteraksi dengan kondisi linkungan budaya sekitarnya.
Proses pendidikan bukan sekedar hanya proses
upaya kependidikan dapat diintegarasikan dalam wa-dah budaya bangsa,akan menghasilkan suatu kegiatan yang efektif dan fungsional. ... Tanpa ada nilai
sakti budaya bangsa usaha pendidikan akan merupa
kan kegiatan yang kurang bermisi serta kehilangan
aran,makna dan artinya.(Soepardjo, 1988:18-19).
Pendapat ini telah disadari oleh berbagai pihak,
apakah ilmuan, ahli ekonomi, kalangan birokrasi dan ma
syarakat awam. / Salah satu usaha terpenting untuk
mewu-judkan manusia yang berkualitas adalah melalui pendi
dikan. Tentunya, pendidikan yang dibangun dan dikelola
secara berkualitas pula. Karena dengan pendidikan yang
berkualitaslah hanya dapat diwujudkan apa yang
diung-kapkan di atas,yakni menghasilkan manusia Indonesia se
utuhnya, yang mampu hidup dalam tantangan perkembangan
masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang
demikian pesatnya. Namun pada hakikatnya inilah yang
menjadi tantangan pendidikan di Indonesia. Seperti
di-ungkapkan C.E.Beeby (1966) yang masih faktual dewasa
ini bahwa, "kualitas dan kuantitas pendidikan merupakan
suatu dilema yang dihadapi negara berkembang".
Pendidikan tidak saja dihadapkan kepada persoalan
masa kini yang pragmatis, tetapi pendidikan harus
bero-rientasi ke masa depan. Pendidikan merupakan alternatif strategis dalam usaha membangun manusia Indonesia seu
seharusnya dan setepatnya prioritas pembangunan pendi
dikan pada peningkatan kualitas. Seperti dituangkan da
lam (GBHN 1988) bahwa, Titik berat pembangunan pendi
dikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang
dan jenis pendidikan...".Dengan demikian peningkatan
kualitas pengelolaan Sekolah Dasar, harus menjadi
per-hatian yang serius dari berbagai pihak. Karena, Sekolah
Dasar sebagai satuan pendidikan dasar yang pertama dan
utama, merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga
negara.
Bertujuan menyiapkan dasar-dasar pengetahuan,
ketrampilan, sikap, nilai-nilai dan bekal budaya yang
dibutuhkan peserta didik, baik untuk melanjutkan pen
didikan atau persiapan hidup di masyarakat.
Kemudian, dilihat dari pengelolaan dan
penyeleng-garaan Sekolah Dasar,pada hakikatnya meliputi
kegiatan-kegiatan : "perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
atau pembinaan sumber daya yaitu yang meliputi manusia,
program pendidikan atau sumber belajar dan fasilitas".
(Engkoswara,1987:43). Ketiga kegiatan ini merupakan
fungsi pokok administrasi pendidikan, yang satu sama
lain tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Di nana
sesung-guhnya beban dan tanggung jawab ini berada ditangan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi seko
lah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan
pendaya-gunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana". (PP 28
Tahun 1990).
Kepala Sekolah merupakan bagian dari personil
pe-laksana tugas-tugas pendidikan di sekolah. Sebagai
seo-rang individu yang menempatkan kedudukan tertinggi di
sekolah, ia mempengaruhi guru serta personil lainnya,
berusaha menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
guru-guru berkerja dengan penuh rasa tanggung jawab
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berkembang-nya" semangat dan kegairahan kerja,
kerja sama yang
harmonis, minat terhadap inovasi, suasana kerja yang
menyenangkan dan pengembangan mutu profesional di anta ra guru-guru sangat ditentukan oleh kualitas
kepemim-pinannya. Ia adalah pemimpin pendidikan yang memegang
peranan besar dalam usaha meningkatkan mutu dan
produk-tivitas pendidikan di sekolahnya. "Produktivitas dalam
arti kemampuan untuk menata sumberdaya mencapai tujuan
pendidikan secara produktif".(Engkoswara,1990:3)
Lebih luas lagi untuk mewujudkan produktivitas
7
menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat.
Ia harus dapat menyesuaikan diri dengan nilai budaya
masyarakat
setempat, dan dengan selektif serta penuh
kehati-hatian berperan sebagai pengayom masyarakat,
su-paya mereka memahami hakikat pendidikan dan merupakan
suatu kebutuhan yang utama.
Kepala sekolah harus dapat
memanfaatkan semua sumberdaya yang ada di masyarakat
dan mengajak mereka dapat bersama-sama mengatasi
ham-batan yang muncul dalam rangka terwujudnya efektivitas
pengelolaan pendidikan di sekolahnya.
Di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal,
kepala sekolah adalah penanggung jawab tertinggi ten
tang tertib pelaksanaan fungsi dan tugas-tugas pendi
dikan, baik dalam rangka mencapai tujuan lembaga pendi
dikan itu sendiri, maupun dalam rangka mengarah
penca-paian tujuan pendidikan nasional. Ia mengatur pembagian
kerja dalam lingkungannya,mengatur dan mengelola
pelak-sanaannya serta koordinasinya.Untuk mencapai tujuan itu
haruslah pendidikan dikelola secara profesional. Fakry.
Gaffar,ddk (1991) dalam makalah Dampak Globalisasi ter hadap Pemantapan Penyelenggaraan Pendidikan Indonesia
dalam Bangkajang Kedua menjelaskan, "jika pendidikan
Manajemen pendidikan sebagai alat untuk membantu
pen-capaian tujuan pendidikan nasional memerlukan dukungan
teknologi dan pengelolaan secara profesional".
Fungsi-fungsi menajemen pelaksanaan kurikulum dan
pengajaran harus menjadi landasan tugas utama kepala sekolah. Ia harus merencanakan secara saksama bagaimana kurikulum potensial dapat diwujudkan oleh para guru. Ia harus mendorong dan memacu guru agar pelaksanaan penga
jaran sesuai dengan ketentuan yang ada dalam GBPP. Ia
harus mengorganisir semua sumber yang diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan kurikulum. Ia harus menilai dan
memantau pelaksanaan kurikulum dan dapat menentukan
tingkat kerberhasilan kurikulum dan proses belajar me-ngajar. Oteng Sutisna (1987,109) menjelaskan,
"Pentingnya keterlibatan para kepala sekolah yang
lebih besar dalam administrasi personil semakin
di-akui. Pertama, perumusan kembali peranan kepala
sekolah dalam pembaharuan pendidikan telah membawa
kepada kesimpulan perlunya perluasan kepala sekolah sebagai meliputi tanggung jawab dalam mengembangkan
program dan kepemimpinan pengajaran; dalam
memeli-hara, memajukan dan memperlancar kekuatan organisa-si untuk perbaikan kondiorganisa-si mengajar belajar".
A.O.B Situmorang (1990) menyatakan bahwa kepala
sekolah mempunyai lima fungsi. Empat dari aspek
fungsi-onal tersebut berlangsung dalam lingkungan organisasi
memerlu-kan kemampuan untuk mengembangmemerlu-kan interaksi positif
dengan masyarakat sekitar. Empat pertama itu terdiri
penyediaan
ketenagaan (staffing) dan
pembinaannya
(personnel development), pelayanan kesiswaaan atau ke
muridan (pupil personnel services), pengembangan prog
ram dan pengelolaan gedung,juga meliputi pembiayaan dan
pemeliharaannya.
Sedangkan fungsi yang ke lima adalah
hubungan sekolah dan masyarakat.
Castetter (1981:48),menjelaskan garis besar fung
si dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai berikut :
a. Program pendidikan; meliputi sturuktur tujuan, pe
layanan kurikulum, pengajaran, pelayanan murid,
pelayanan staf dan informasi.
b. Dukungan logistik;
meliputi pembiayaan, fasilitas
keamanan, pelayanan dan informasi.
c. Personil; meliputi perencanaan, rekrutmen, seleksi,
penilaian, pembinaan, kompensasi, bargaining,
kea-manan, kesejahteraan, perawatan dan informasi
d. Perencanaan; meliputi rencana strategis, rencana pengembangan, rencana pelaksanaan, rencana proyek
dan informasi. F y
e. Hubungan eksternal; meliputi hubungan dengan
peme-rintah pusat dan daerah, hubungan masyarakat dan
informasi.
Bila diperhatikan materi buku "Petunjuk Adminis trasi SD" (Depdagri,1983) dan "'Pedoman Administrasi SD"
(Depdikbud,
1989), ternyata tugas dan tanggung jawab
yang harus diemban Kepala SD cukup kompleks.
Dengan
segala keterbatasan dan tidak mempunyai pegawai tata
tentang pengadministrasiaan seluruh kegiatan pendidikan
yang menunjang pelaksanaan kurikulum.
Ia diharapkan
terampil dalam perencanaan,pengorganisasian,pengarahan,
pengkoordinasian dan pengawasan (kontrol) seluruh kegi
atan pendidikan yang ada di bawah tanggung jawabnya. Ia
dituntut berkomitmen yang tinggi, bersikap terbuka dan
berusaha memahami kebijaksanaan yang telah digariskan
atasan,baik dari Kantor Depdikbud maupun Dinas P dan K.
Dalam hal ini ternyata kepala sekolah berada pada
posisi paling penting dan persimpangan antara berbagai
kepentingan yang kadang-kadang berlawanan arah satu
sama lainnya.
Di samping ia dituntut mempertanggung
jawabkan mengenai tugas-tugas yang diberikan dari atas,
tetapi juga penanggung jawab mengenai hal-hal yang ber-hubungan dengan kepentingan guru dan murid, antara ter-laksananya kegiatan kurikulum dengan berbagai tuntutan masyarakat sekitarnya dan kepentingan orangtua murid. Ruang lingkup yang menuntut perhatian dan wibawanya me
liputi keseluruhan lingkungan fisik dan kegiatan inter-aksi fungsionalnya,mulai dari gedung sampai sudut-sudut
halaman, dari kantor serta ruang belajar sampai ke WC
dan warung sekolah. Jam kerjanya rata-rata melebihi jam
11
di sekolah setelah orang lain pulang. Bahkan setelah
berada di rumahpun masih membicarakan masalah pendidik
an dengan masyarakat dan sebagainya.
Dengan demikian, untuk efektivitas pelaksanaan
tugas kepemimpinannya, peningkatan kemampuan profesio
nal kepala sekolah merupakan kebutuhan yang mendesak,
supaya mereka mampu mengelola pendidikan di sekolahnya
secara profesional.
Peningkatan kemampuan ini dapat
dilaksanakan sebelum dan setelah seseorang memangku
jabatan dengan berbagai bentuk dan teknik. A.Azis Wahab
(1990,2) menjelakan bahwa,
"Penyiapan dan pengembangan
tenaga manajer pendidikan profesional memerlukan peren
canaan ketenagaan serta pendidikan dan latihan yang
tepat, guna memenuhi tuntutan kebutuhan tenaga manajer
pendidikan yang profesional". Tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa kegiatan dan usaha ini sangat diperlukan.
Tuntutan kebutuhan untuk mendapatkan kepala sekolah
yang profesional semakin dirasakan mengingat
masalah-masalah pendidikan yang timbul harus ditangani secara
profesional.Bahkan perkembangan dan kemajuan yang pesat
di berbagai sektor kehidupan,baik langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh terhadap pendidikan.
Setiap tahun akan terjadi adanya kebutuhan atau
Kebu-tuhan ini disebabkan adanya penambahan sekolah baru dan
kepala SD yang pensiun atau dipromosikan untuk jabatan
penilik, meninggal dunia, dan mendapat tugas belajar.
Dalam sistem kepegawaian dewasa ini, jabatan kepala
sekolah
merupakan jabatan karier seseorang setelah
bertugas sebagai guru. Di samping jabatan fungsional,
jabatan kepala SD merupakan jabatan struktural eselon
V/a (PP Nomor 15 Tahun 1986).
Bila diperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung
jawab yang diemban oleh Kepala Sekolah Dasar, khususnya
bila dikaitkan dengan berbagai teori administrasi pen
didikan dan diikuti pula dengan berbagai ketentuan dan
peraturan yang ditetapkan atasan atau pemerintah, maka
sudah seharusnya mereka disiapkan secara profesional..
Salah satu usaha adalah melalui pelatihan penjenjangan.
Yaitu, "suatu program pendidikan dalam jabatan guru
untuk meningkatkan jenjang karir guru, terutama untuk
menduduki jabatan-jabatan kependidikan tertentu,
misal-nya kepala sekolah,penilik dan pengawas"(Achmad Sanusi,
1991,58). Dalam konteks ini, maksudnya suatu sistem pe
latihan jabatan yang dikelola secara profesional pula.
Karena, dalam usaha untuk meningkatkan profesionalisme
seorang personil, diantaranya terdapat tiga faktor yang
sistem penilaian kemampuan, dan jenjang kedudukan
keah-lian yang akan menunjukkan tingkat kecakapan seseorang"
(Sarwono Kusumaatmadja,1991:5).
Pelatihan jabatan juga merupakan proses belajar
mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode
terten-tu, namun orientasinya lebih khusus dan mengarah untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja. Menurut
Edwin B. Flippo (terjemahan,1990:240) bahwa, "pelatihan
(training) jabatan adalah untuk meningkatkan keteram pilan dan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan
ter-tentu". Secara singkat dijelaskan pula bahwa, "Training
is for present jobs". ( William B. Werther, 1989:242).
Namun kenyataannya sekarang belum ada
kebijaksa-naan nasional di bidang pendidikan untuk pelatihan
jabatan(training) khusus bagi calon kepala sekolah atau inservice training bagi mereka yang sudah menjabat.
Untuk diangkat memangku jabatan kepala sekolah pada
umumnya dipilih dari guru yang senior dan dianggap
telah cukup memiliki pengalaman, berdedikasi tinggi dan bermoral yang baik. Bahkan kadang-kadang sering terjadi pengangkatan berdasarkan subjektivitas dan pertimbangan politis. Mungkin diantaranya masalah inilah yang menye-babkan terdapat perbedaan tentang efektivitas pelaksa
B. MASALAH
Sebagai salah satu usaha pelaksanakan fungsi dan
tanggung jawab pengelolaan Sekolah Dasar berdasarkan PP
Nomor 65 Tahun 1951, khususnya dalam administrasi pem
binaan personil, oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Riau
dengan Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Riau No. KPTS/
296/XI/1982 tanggal 9 November 1982, ditetapkan
persya-ratan untuk pengangkatan Kepala Sekolah Dasar Negeri.
Salah satu dari persyaratannya disebutkan bahwa guru
yang akan dicalonkan atau dipromosikan sebagai kepala sekolah harus mengikuti pelatihan jabatan. Pelatihan jabatan dilaksanakan secara rutin sekali dalam setahun
sejak tahun
1986. Nama atau Judul pelatihan jabatan
yang dilaksanakan bagi calon Kepala Sekolah Dasar
tersebut adalah
"Management Skill
Training
(MST)
Bagi Calon Kepala Sekolah Dasar".
Istilah yang lebih
tepat untuk nama program ini dan digunakan dalam
menjelaskan permasalahan serta uraian berikutnya dalam tesis ini adalah "Pelatihan Jabatan Bagi Calon Kepala
Sekolah Dasar".
Pembiayaan pelaksanaan pelatihan jabatan melalui
"Proyek Peningkatan Kemampuan Tenaga Kependidikan" APBD
Tingkat I Riau. Penanggung jawab teknis pelatihan ja
15
dan materi pelatihan disusun bersama oleh Dinas P dan K Dati I Riau, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Riau dan Koordinator Management Skill Training Lembaga Administrasi Negara Jakarta.
Sedangkan tenaga pengajar atau fasilitator terdiri dari
staf Dinas P dan K Dati I Riau yang telah mendapat
"training of trainer" dari Lembaga Administrasi Negara,
dan staf Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Propinsi Riau.
Kerterlibatan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam penyelenggaraan pelatihan jabatan bagi calon
Kepala Sekolah Dasar dimaksud, adalah berpedoman kepada
Keppres Nomor 34 Tahun 1972 tentang "Tanggungjawab Fungsional Pendidikan dan Latihan bagi Pegawai Negeri".
Program ini dikuatkan pula dengan menerbitkan Surat
Keputusan Bersama antara Pemerintah Daerah Tingkat I-Riau dengan pihak Lembaga Administrasi Negara Nomor 19A/LAN/MST/SET/UM/86 dan Nomor Kpts.658a/IV/429/1986 tanggal 17 April 1986.
Peserta pelatihan jabatan calon kepala Sekolah
Dasar dimaksud setiap tahunnya berjumlah lebih kurang
60 orang. Sejak tahun 1986-1987 sampai dengan tahun
1991-1992 telah diikuti oleh 372 orang peserta. Waktu
pelatihan jabatan berdasarkan silabus dan jadwal yang
ditetapkan, termasuk peraktek lapangan adalah 180 jam
pelajaran dalam waktu 15 hari.
Materi pelajaran dapat
dikategorikan menjadi tiga paket sebagai berikut :
Pertwaa,
paket Management Skill Training (MST) Lembaga
Admnistrasi Negara yang terdiri dari materi:Situasional Management, Motivational and Productivity, Decision
Making,dan Management by Objective.
Kedua,
adalah paket
"administrasi operasional",yang terdiri dari: Adminis trasi Sekolah Dasar,Administrasi Personil,Administrasi
Keuangan, Administrasi Murid, dan Administrasi
Perleng-kapan/Barang. Ketiga, adalah paket tentang kurikulum dan pembinaan tenaga kependidikan yang terdiri dari:
Kurikulum SD,
Administrasi program pengajaran,
dan
supervisi pengajaran. Kemudian, selain penyampaian materi di atas melalui tatap muka di dalam kelas, juga
dilaksanakan kegiatan lapangan dengan mengunjungi
bebe-rapa Sekolah Dasar.
Berkenaan dengan pelatihan jabatan yang dilaksa
nakan dimaksud ada beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian.Pertama, materi pelatihan yang terlalu padat dan diberikan dalam waktu yang cukup singkat. Peserta
diporsir menerima materi dari pagi, siang, sore sampai
pe-17
serta selama 15 hari. Kemudian dilihat dari urgensinya
terdapat ketidak-seimbangan pembagian jumlah jam pela
jaran untuk sebagian materi. Misalnya "supervisi penga
jaran" hanya diberikan dalam waktu enam jam, sedangkan
administrasi perlengkapan dan gedung berjumlah 16 jam.
Waktu lebih banyak dialokasikan untuk materi "Manage
ment Skill Training" yakni 80 jam pelajaran. Kedua, pe-milihan atau penempatan tenaga pengajar pada pelatihan
jabatan,baik di lihat dari jumlahnya sebanyak 20 orang,
kualifikasi dan kompetensi maupun pengalamannya.Ketiga,
latar belakang pendidikan, pengalaman dan kemampuan
peserta. Keempat, berbagai faktor penunjang untuk efek tivitas pelaksanaan pelatihan jabatan seperti sarana dan prasarana tempat penyelenggaraan pelatihan atau fa-silitas, akomodasi, dan pelayanan panitia pelaksanana.
Seluruh personil yang telah mengikuti pelatihan
jabatan telah diangkat sebagai kepala SD. Bila
diperha-tikan pangkat dan golongan, pengalaman dan lama dinas sebagai guru,lokasi tempat peserta bertugas sebelum
di-ikutsertakan dalam pelatihan jabatan dan lokasi penem
patan atau pengangkatan mereka sebagai kepala sekolah
ada yang sudah berpengalaman dan senior yakni
bergo-longan Ill/a dan Ill/b. Kemudian ada pula mereka yang
berpengalaman relatif muda dengan golongan Il/b.
Namun demikian, mereka yang telah diangkat seba
gai kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang sama. Mereka sebagai pemimpin pendidikan terdepan
harus
dapat melayani kepentingan
bebagai
pihak,
seperti: guru, anak didik, masyarakat, orang tua murid
dan atasannya. Kemudian, sebagai kepala sekolah
terha-dapnya melekat tugas sebagai pemimpin dan sebagai
supervisor pendidikan, dengan berbagai faktor yang
akan mempengaruhi,
baik sifatnya menunjang maupun yang
sifatnya akan menghambat.
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
"Sejauh manakah Kepala SD Negeri, yang telah mengikuti
Pelatihan Jabatan Bagi Calon Kepala SD,dapat
melaksana-kan peranan dan fungsinya sebagai pengelola pendidikan
yang efektif di sekolahnya".
Dari rumusan masalah di atas diperinci menjadi beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi dasar dan tujuan,dilaksanakan pela
tihan jabatan bagi calon Kepala Sekolah Dasar oleh
19
2. Apa sajakah isi dari program pelatihan jabatan bagi
calon Kepala Sekolah Dasar yang dilaksanakan oleh
Dinas P dan K Dati I Riau?
3. Bagaimanakah proses pelaksanaan pelatihan jabatan
bagi calon Kepala Sekolah Dasar yang dilaksanakan
Dinas P dan K Dati I Riau?
4. Apakah Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti
pelatihan jabatan dapat melaksanakan pengelolaan
bidang program pengajaran dengan efektif?
5. Apakah Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti
pelatihan jabatan dapat melaksanakan pengelolaan bidang murid dengan efektif?
6. Apakah Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti
pelatihan jabatan dapat melaksanakan pengelolaan
bidang personil dengan efektif?
7. Apakah Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti
pelatihan jabatan dapat melaksanakan pengelolaan
bidang keuangan dengan efektif?
8. Apakah Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti pelatihan jabatan dapat melaksanakan pengelolaan bidang perlengkapan dan fasilitas sekolah dengan
efektif?
bidang
hubungan
sekolah dengan masyarakat
dengan
efektif?
10. Apakah Kepala Sekolah telah dapat dengan efektif me laksanakan teknik-teknik supervisi pengajaran untuk meningkatkan kemampuan profesional para guru di sekolahnya?
11. Sejauh manakah pengaruh dari "pelatihan jabatan"
bagi calon kepala Sekolah Dasar yang dilaksanakan oleh Dinas P dan K Dati I Riau, terhadap efektivitas
pengelolaan pendidikan oleh Kepala Sekolah Dasar di sekolahnya.
12. Faktor-faktor apa sajakah, selain dari pelatihan ja
batan, yang turut mempengaruhi kepala sekolah dalam melaksanakan peranan dan fungsinya untuk mengelola
pendidikan yang efektif di sekolahnya?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum.
Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk memdapatkan gambaran tentang sejauh mana Kepala Sekolah
pera-nan dan fungsinya sebagai pengelola pendidikan yang
efektif di sekolahnya.
2. Tujuan khusus.
Bertitik tolak dari tujuan umum di atas, maka tujuan khusus dalam penelitian ini adalah
mendeskripsi-kan dan menganalisis tentang :
a. Apa yang menjadi dasar dan tujuan dilaksanakan pela
tihan jabatan bagi calon Kepala Sekolah Dasar oleh
Dinas P dan K Dati I Riau.
b. Isi dari program pelatihan jabatan bagi calon Kepala
Sekolah Dasar yang dilaksanakan oleh Dinas P dan K
Dati I Riau.
c. Proses pelaksanaan pelatihan jabatan bagi calon Kepala Sekolah Dasar yang dilaksanakan Dinas P dan K
Dati I Riau.
d. Kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti pelatihan jabatan untuk efektivitas pengelolaan bidang program pengajaran.
e. Kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti pelatihan jabatan untuk
efektivitas pengelolaan bidang murid.
f. Kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti pelatihan jabatan untuk
g. Kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Kepala Sekolah
Dasar yang telah mengikuti pelatihan jabatan untuk efektivitas pengelolaan bidang keuangan.
h. Kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Kepala Sekolah
Dasar yang telah mengikuti pelatihan jabatan untuk efektivitas pengelolaan bidang perlengkapan dan fa
s i l i t a s sekolah.
i. Kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti pelatihan jabatan untuk efektivitas pengelolaan bidang hubungan sekolah
dengan masyarakat.
j. Persepsi Kepala Sekolah tentang supervisi pengajaran
dan hasil yang dicapai dalam mengorganisir dan me laksanakan teknik-teknik supervisi pengajaran serta
sistem pembinaan lainnya dalam usaha untuk mening
katkan kemampuan profesional guru di sekolahnya.
k. Pengaruh dari "pelatihan jabatan" bagi calon kepala
Sekolah Dasar yang dilaksanakan Dinas P dan K Dati I
Riau terhadap efektivitas pengelolaan pendidikan oleh Kepala Sekolah Dasar di sekolahnya.
1. Faktor-faktor selain dari pelatihan jabatan yang
turut mempengaruhi keberhasilan kepala sekolah dalam
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian ini yang sifat pendekatannya
naturalistik kualitatif dapat dilihat dari dua segi
kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis,
sebagai berikut :1. Kegunaan Teoritis.
Dalam penelitian ini dikaji dan dianalisis pengelo
laan Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal
oleh Kepala Sekolah Dasar Negeri yang telah mendapat
pelatihan jabatan. Baik di tinjau dari aspek peren
canaan, pelaksanaan, pembinaan dan evaluasi, maupun
dari aspek teknis seperti pengerjaan ketatausahaan
dan supervisi pengajaran. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk
menyu-sun pengembangan personil tenaga kependidikan, khu-susnya sebagai langkah pertama untuk mempersiapkan kepala SD yang profesional.
2. Kegunaan Praktis.
sekolahnya. Pengelolaan pendidikan dimaksud baik
berkenaan dengan tugas utama yakni bidang program
pengajaran dan kurikulum, maupun tugas-tugas penun jang untuk efektivitas pelaksanaannya,seperti
tugas-tugas administratif dan supervisi. Yang kedua adalah sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Tingkat I
Riau, khususnya Dinas P dan K Dati I Riau sebagai
penanggung jawab teknis administratif pengelolaan Sekolah Dasar untuk penyempurnaan pelaksanaan dan pengembangan pelatihan jabatan bagi calon Kepala Sekolah Dasar di Propinsi Riau pada masa yang akan
datang. Ketiga, sebagai masukan bagi Penilik TK/SD
dan atasan lainnya dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pembinaan yang diberikan terhadap
kepala Sekolah Dasar.
E. PARADIGMA PENELITIAN
Paradigma penelitian, merupakan jalan pikiran yang ditempuh dalam penelitian berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Paradigma ini menunjukkan: Pertama bahwa kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pada hakikatnya merupakan pe
25
atas lainnya, pelatihan jabatan, dukungan personil dan sebagainya. Tetapi yang menjadi fokus utama dalam
penelitian ini adalah pengaruh dan konstribusi dari
pelatihan jabatan bagi calon Kepala Sekolah Dasar yang
dilaksanakan oleh Dinas P dan K Daerah Tingkat I Riau.
Kedua, sebagai seorang pengelola, untuk mencapai
efektivitas pelaksanaan tugas kepala sekolah harus me laksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti: perencana an, pelaksanaan, pembinaan dan evaluasi. Ketiga adalah
berkenaan dengan tugas pokok yang harus dikerjakan kepala sekolah seperti: a), mengelola bidang program pengajaran; b). mengelola bidang murid; c). mengelola
bidang personil; d). mengelola bidang keuangan; e). mengelola bidang perlengkapan dan fasilitas sekolah; f). mengelola program supervisi pengajaran; dan g).
mengelola bidang hubungan sekolah dengan masyarakat.
Terakhir, bahwa kesemua itu ditujukan untuk
terwujud-nya efektivitas dan kualitas pengelolaan pendidikan
di sekolah.
I. Yang mempengaruhi kemampuan/performans
[PendidikanI{Pembinaan '
!PengalamanJ|Penilik SD !& Komitmenj J& Atasan
L 1 1L
PELATIHAN JABATAN CALON KEPALA SD !Dukungan !personil & u,Peraturan !Instruksi i& Pedoman 1
II. Fungsi manaje
men kepala
sekolah
;sarana
KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI
PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN EVALUASI
III. Tugas pokok kepala sekolah
A B Penge lolaan Bidang Program Penga jaran. Penge lolaan Bidang Murid Penge lolaan Bidang Perso nil.
IV. Tujuan pengelolaan
D E
Pengelo Penge
laan Bi lolaan
dang Ke- Bidang
[image:34.595.56.493.72.675.2]uangan Perleng kapan & Fasili tas Se kolah _\J—1/-\ / =v= Penge lolaan Bidang Hubung an Se kolah dengan Masya rakat
Gambar 1 : Paradigna Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalis
tik kualitatif. Dalam tulisan Lexy J. Moleong (1990)
dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif berakar
Pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manu
sia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kuali
tatif, dan mengadakan analisis data secara induktif.
Sasaran penelitian diarahkan kepada usaha menemukan
teori-teori dasar. Penelitian bersifat deskriptif,lebih
mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi
dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk
meme-riksa keabsahan data, dan hasil penelitian disepakati
oleh kedua pihak yakni peneliti dan subjek penelitian.
S.Nasution (1988) mengemukakan bahwa, "Penelitian kua
litatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, beru
saha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya".
Dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa dalam pe
nelitian kualitatif, peneliti akan berfungsi sebagai
instrumen penelitian yang harus turun ke lapangan dalam
kurun waktu tertentu untuk mengumpulkan data dan infor
Peneliti akan mengkonstrasikan perhatian dalam memahami
perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan sebagainya ber
dasarkan pandangan subyek yang diteliti tersebut. Oleh
karena itu pengumpulkan data dan informasi dilakukan
melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti.
Bogdan dan Biklen (1982:27-28) mengemukakan lima
karateristik utama dari penelitian kualitatif, sebagai
berikut :1.Qualitative
research
has the natural setting as
the direct source of data and the researcher is
the key instrument.
2.Qualitative research is descriptive
3.Qualitative researchers are concerned with process
rather than simply with outcomes or products
4. Qualitative researchers tend to analyze their data
inductively.
5.Meaning is of essential concern to the qualitative approach.
A. LOKASI PENELITIAN
Seperti dijelaskan pada bab I bahwa peserta pela
tihan jabatan calon kepala SD yang dilaksanakan oleh
Dinas P dan K Dati I Riau, berasal dari berbagai tempat
tugas di seluruh Kabupaten/Kotamadya yang ada dalam
Propinsi Riau. Begitu pula pengangkatannya sebagai ke
pala sekolah ditempatkan di berbagai lokasi dan daerah,
seperti di ibukota propinsi,kotamadya, kota administra
77
beberapa lokasi yang berbeda sesuai dengan
karakteris-tik geografis wilayah Propinsi Riau.
Secara singkat
lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kantor Dinas P dan K Propinsi Dati I Riau.
Kantor ini merupakan wadah Pemerintah Daerah
Tingkat I Riau untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawab dalam pengelolaan SD. Karena, berdasarkan Pera
turan Pemerintah Nomor 65 Tahun 1951 kepada propinsi
diberi wewenang melaksanakan sebagian tugas Pemerintah
Pusat di lapangan pendidikan dan pengajaran, antara
lain seperti : mendirikan dan menyelenggrakan Sekolah
Dasar,
mendirikan perpustakaan rakyat dan memajukan
kesenian daerah. Khusus dalam pengelolaan Sekolah Dasar
meliputi urusan personil,keuangan dan sarana prasarana,
seperti : urusan gaji, kepangkatan, kesejahteraan dan
pembinaan personil SD, pembangunan fisik gedung SD dan
menyediakan berbagai fasilitas belajar mengajar untuk menunjang pelaksanaan kurikulum.
Pada kantor Dinas P dan K Tinkat I ini akan
di-peroleh data dan informasi tentang perkembangan Sekolah
Dasar di Propinsi Riau,
seperti jumlah Sekolah Dasar,
kepala sekolah, guru, penjaga/pegawai sekolah,murid dan
berbagai program pembinaan dan peningkatan kesejahtera
dan tujuan penelitian akan diperoleh data dan informasi
tentang program pelaksanaan pelatihan jabatan calon
kepala SD seperti: Jumlah peserta setiap tahun, penatar
atau fasilitator, silabus dan materi pelatihan, jadwal
dan waktu pelaksanaan, pembiayaan dan kepanitian.
2. Kantor Dinas P dan K Kabupaten/Kotamadya.
Dalam pengelolaan Sekolah Dasar, secara
fungsio-nal peranan kantor Dinas P dan K Kabupaten/Kotamadya
sama dengan Dinas P dan K Propinsi.Melalui kantor Dinas
P dan K Kabupaten/Kotamadya ini, pertama akan
disesuai-kan data dan informasi yang diperoleh dari tingkat pro
pinsi. Kedua, secara khusus informasi tentang gambaran
lokasi penempatan atau pengangkatan kepala sekolah yang
telah mengikuti pelatihan jabatan calon kepala SD yang
dilaksanakan Dinas P dan K Dati I Riau. Dari tujuh
ka-bupaten/kotamdaya yang ada di Propinsi Riau, hanya enam
yang dijadikan lokasi penelitian, sebagai berikut :
a. Dinas P dan K Dati II Kodya Pekanbaru, khusus bagi
peserta pelatihan yang pengangkatnnya di kotamadya.
b. Dinas P dan K Dati II
Kabupaten Bengkalis, khusus
bagi peserta pelatihan jabatan yang diangkat di kota
administratif Dumai.
c. Dinas P dan K Dati II Kabupaten Indragiri Hilir,
79
di kota kecil Tembilahan sebagai ibukota kabupaten.
d. Dinas P dan K Dati II Kabupaten Kampar, khusus bagi
peserta pelatihan yang diangkat di kecamatan.
e. Dinas P dan K Dati II Kabupaten Kepulauan Riau, khu
sus bagi peserta pelatihan jabatan yang diangkat di
daerah pedesaan kepulauan terpencil.
f- Dinas P dan K Kotamadya Batam, khusus bagi yang di
angkat di kepulauan kecil yang berbatasan dengan
negara tetangga.3. Kantor Depdikbud Kecamatan.
Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Keca
matan merupakan tempat kerja para penilik sekolah yang
berkompeten langsung melakukan pembinaan atau supervisi
terhadap kepala SD. Baik dalam menyeleksi dan
mengusul-kan guru yang amengusul-kan dipromosimengusul-kan sebagai kepala sekolah
dan untuk diikutsertakan pada pelatihan jabatan, maupun
melakukan pembinaan setelah mereka diangkat sebagai
kepala SD.
Pada kantor Depdikbud Kecamatan ini akan diper
oleh data dan informasi yang berkenaan program kerja
penilik, kemampuan rata-rata kepala sekolah, keadaan
personil sekolah dan fasilitas penunjang lainnya. Yang
4. Sekolah Dasar.
Sekolah Dasar yang dijadikan lokasi penelitian
adalah di bawah pimpinan kepala sekolah yang telah
mengikuti pelatihan jabatan calon kepala SD. Di Sekolah
Dasar inilah akan diperoleh data dan informasi tentang
berbagai kegiatan kepala sekolah dalam mengelola pendi
dikan di sekolahnya sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian. Teknik-teknik yang digunakan untuk mempero leh data dimaksud adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sekolah Dasar yang menjadi lokasi peneli tian adalah sebagai berikut :
Tabel 1
DAFTAR SEKOLAH DASAR NEGERI LOKASI PENELITIAN
NO NAMA SEKOLAH DASAR KECAMATAN KABUPATEN/KODYA KEADAAN LOKASI
1 SD NEGERI 002
Jl Rokan Pekanbaru Limapuluh Pekanbaru Kotamadya/ibukota Propinsi
2 SD NEGERI 006 Jl. Sekolah Rumbai
Rumbai Pekanbaru Kotamadya/ibu
kota Propinsi
3 SD NEGERI 021
Limbungan Rumbai Rumbai Pekanbaru Komp.Perumnassda
4 SD NEGERI 010 Pangkalan Sesai
Dumai Barat Bengkalis Kota adminis tratif Dumai 5 SD NEGERI 018
Teluk Binjai Dumai Timur Bengkalis Kota administratif Dumai
6 SD NEGERI 008 Tembilahan
Tembilahan Indragiri Hilir Ibukota Kabu
8
10
11
12
SD NEGERI 047 Tembilahan SD NEGERI 006
Pasir Sialang
SD NEGERI 047 Kumantan
SD NEGERI 015
Tangjung Pelanduk
SD NEGERI 010
Pu-lau Akar Temoyong
SD NEGERI 028 Lubuk Baja Utara
Tembilahan Bangkinang Bangkinang Moro Sulit Batam Timur Batam Timur Indragiri Hilir Kampar Kampar Kepulauan Riau Kotamadya Batam Kotamadya Batam 81 Ibukota Kabu paten . Kedesaan di Kecamatan Desa Ibukota Kecamatan Desa sulit/pu-lau terpencil
Pulau kecil su lit/perbatasan Pinggiran Pu
lau
Batam/per-batasan
B. SUBYEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek atau responden utama ialah kepala SD yang telah mengikuti
pelatihan jabatan. Kemudian untuk mendukung data primer
dari kepala Sekolah Dasar, maka informasi dilacak kepa
da pihak-pihak
yang
terkait
dengan
kepemimpinannya
seperti penilik sekolah dan guru. Di samping data dan
infromasi tentang pengelolaan pendidikan di sekolahnya,
kepada kepala sekolah dimintakan pandangan atau
persep-si tentang pelatihan jabatan yang telah diikuti.Sedang
kan untuk mencapai tingkat validitas mengenai pelatihanjabatan,
subyek
penelitian ini terdiri
dari beberapa
kepala SD yang dilaksanakan Dinas P dan K Dati I Riau. Untuk mengetahui latar belakang, dasar dan urgen-si dari pelatihan jabatan, dimintakan penjelasan dari
Kepala Dinas P dan K Dati I Riau,
Kepala Bidang
Pendi-didikan Dasar dan Guru Kanwil Depdikbud Propinsi Riau
dan Koordinator Management Skill Training Lembaga Admi
nistrasi Negara Jakarta.
Namun demikian, dalam penelitian kualitatif jum
lah responden tidak ditentukan sebelumnya, tetapi yang
penting dimulai dengan asumsi bahwa konteks lebih
penting daripada jumlah. Subino Hadisubroto (1988:12)
mengemukakan bahwa, ..."peneliti kualitatif tidak akan
memulai dengan menghitung atau memperkirakan banyaknya populasi dan kemudian menghitung proporsi sampelnya sehingga dipandang sebagai yang telah representatif".
Sedangkan S.Nasution (1988:32-33) menjelaskan bahwa,
"Untuk memperoleh infromasi tertentu, sampling dapat
diteruskan sampai dicapai taraf "redudancy", ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan res ponden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti".
Dari kedua kutipan di atas, menunjukkan bahwa
respon-32
dennya tidak lagi perlu diperbesar. Dengan demikian,
kepala SD, penilik sekolah, guru, fasiltator pelatihan
jabatan yang dipilih sebagai subyek penelitian, yaitu
mereka yang dianggap dapat memberikan data dan infor
masi yang diperlukan dalam penelitian.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian kualitatif pada umumnya teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
pengamat-an (observasi), wawpengamat-ancara dpengamat-an studi dokumenter.
Ketiga
teknik tersebut digunakan dalam penelitian ini dengan
harapan dapat saling melengkapi dalam memperoleh data
yang diperlukan. Sedangkan sumber data yang diperlukan,
dapat diklasifikasikan menjadi data primer dan data
sekunder.
Data primer bersumber dari wawancara dan observa si dengan kepala SD yang telah mengikuti pelatihan jabatan calon kepala SD yang dilaksanakan Dinas P dan K Dati I Riau. Kemudian data primer ini didukung oleh in
formasi dari berbagai pihak, baik yang terkait langsung
dengan efektivitas pelaksanaan tugas kepala sekolah di lapangan, maupun yang berhubungan pelatihan jabatan calon kepala SD. Sedangkan data sekunder diambil dari berbagai dokumen,seperti pengerjaan ketatausahaan seko
pendayagunaan sarana dan prasarana belajar mengajar,
dan lain sebagainya yang berhubungan dengan materi pe
nelitian yang mendukung data primer.
1. Observasi (pengamatan)
Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung
kondisi kepemimpinan kepala sekolah, seperti situasi
interaksi personil di sekolah,
kehadiran personil,
penataan pekarangan dan kebersihan sekolah, penataan
kantor dan ruang majelis guru, lapangan dan sarana
olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler, ruang perpus
takaan, ruang UKS, koperasi dan kapetaria sekolah.
2. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk menggali dan memperoleh data informasi yang lebih mendalam yang relevan dengan masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan kepala SD yang sebelum pengangkatannya telah mengikuti pelatihan jabatan calon kepala SD, guru kelas, penilik sekolah, kepala kantor Depdikbud kecamatan, fasilitator atau tenaga pengajar pada
pelatihan jabatan yang dilaksanakan Dinas P dan K Dati I Riau, Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Guru Kanwil Depdikbud Propinsi Riau, Kepala Dinas P dan K
Dati I Riau dan Koordinator MST Lembaga Administrasi
85
dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu, "wawancara
ber-struktur dan wawancara tak berber-struktur".(S.Nasution,
1988:72).
3. Studi Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan in
formasi tentang pelaksanaan tugas kepala SD seperti
program kerja yang meliputi hasil pengerjaan ketata
usahaan sekolah, supervisi kelas, keadaan guru dan murid di setiap sekolah, dan bukti otentik supervisi penilik terhadap kepala sekolah. Begitu pula infor
masi tentang pelatihan jabatan calon kepala SD yang
dilaksanakan Dinas P dan K Dati I Riau, seperti jum
lah peserta setiap tahun, tempat pelaksanaan, jumlah tenaga pengajar atau fasilitator serta jadwal dan
silabus pelatihan jabatan.
D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Dalam melaksanakan pengumpulan data, peneliti yang berfungsi sebagai instrumen penelitian berpedoman pada prosedur atau tahap penelitian yang dimukakan oleh
S.Nasution (1988:33-34) yaitu:
tahap orientasi, tahap
eksplorasi, dan tahap "member chek".
1. Tahap Orientasi
III. Secara khusus melaksanakan pembicaraan dengan
Kepala Dinas P dan K Dati I Riau. Dari hasil obser
vasi awal ini,maka mulai awal Desember 1991 peneliti
melakukan konsultasi dengan Bapak Koordinator Bidang
Studi Adminsitrasi Pendidikan. Dari hasil konsultasi
peneliti diperkenankan melaksanakan pra survey. Ber
dasarkan izin jalan Dekan Fakultas Pasca Sarjana
IKIP Bandung Nomor 971/PT 25 H4 FPS/U/1991 tanggal
19 Desember 1991 prasurvey dilaksanakan mulai pada
tanggal 22 Desember 1991 s/d 04 Januari 1992.
Setelah prasurvey peneliti melaksanakan studi dokumentasi dan kepustakaan, khususnya yang berkait an dengan karakteristik masalah yang akan diteliti.
Pada kesempatan ini,sekaligus peneliti menyusun
pra-disain penelitian dan melakukan konsultasi secara intensif dengan Bapak pembimbing perkuliahan "Semi
nar Masalah Administrasi II" dan Bapak Koordinator
Bidang Studi Administrasi Pendidikan.
Selanjutnya setelah seminar disain yang dilak
sanakan pada tanggal 20 Februari 1992, diadakan kon
sultasi lebih intensif dengan dosen pembimbing.
Sampai dengan tanggal 17 Maret 1992 oleh kedua dosen
87
tanggal 21 Maret 1992 tentang izin penelitian, maka
mulai tanggal 23 Maret 1992 peneliti memulai kegiat
an penelitian di lapangan.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap kedua ini merupakan kegiatan pengumpulan
data di lapangan, sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara secara intensif dengan kepala
SD yang telah mengikuti pelatihan jabatan dan de
ngan para guru yang dipimpinnnya. Fokus wawancara
adalah tentang efektivitas pelaksanaan tugas oleh
kepala SD dalam pengelolaan adminsitrasi sekolah,
supervisi, pendayagunaan sarana dan prasarana
sumber belajar dan hubungan sekolah masyarakat.
Wawancara dengan kepala SD juga berkenaan dengan
pelaksanaan pelatihan jabatan yang telah diikuti.
b. Melakukan wawancara secara intensif dengan
bebe-rapa orang penilik sekolah untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang kepala SD dalam melaksanakan tugasnya.
c Melakukan wawancara dengan Kepala Dinas P dan K Dati I Riau, Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Guru Kanwil Depdikbud Propinsi Riau, fasilitator
yang dilaksanakan setiap tahun sejak tahun 1986
oleh Dinas P dan K Dati I Riau.
d. Melakukan observasi tentang situasi pengerjaan adminsitrasi sekolah, personil sekolah, penataan
sekolah serta berbagai aspek fisik dan material
yang mendukung efektivitas pengelolaan sekolah.
3. Tahap Member Chek
Kegiatan "member chek" dilakukan setiap selesai memperoleh data baik melalui observasi, wawancara,
maupun studi dokumenter. Kepada responden diminta
menilai informasi yang telah diberikannya dan seka
ligus bila diperlukan memberikan penjelasan dan informasi baru untuk melengkapi data yang ada. Untuk data dokumentasi dilakukan audit trail dengan maksud
menchek keabsahan data sumber aslinya. Setelah data
diolah lebih lanjut, pada setiap langkah pengolahan
senantiasa dilakukan triangulasi untuk mendapatkan
ketepatan penafsiran. Dengan demikian tujuan "member chek" adalah untuk menguji validitas, reliabilitas
dan objektivitas data yang diperoleh.
Selanjutnya, untuk efektifnya pelaksanaan pengum
pulan data, peneliti membuat kisi-kisi untuk dijadikan
[image:48.595.108.477.287.573.2]Tabel 2
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
Tujuan pengumpulan
data
Mengetahui hasil pe
ngelolaan adminis trasi sekolah oleh kepala sekolah
Mengetahui persepsi
kepala sekolah ten tang supervisi dan
pembinaan profesio
nal guru
Data yang diperlukan
a. Persepsi kepala sekolah
tentang urgensi pengelo
laan adm sekolah
b. Pengerjaan tata surat-meyurat dan pelaporan c. Pengerjaan semua instru
men administrasi guru/
pegawai
d. Pengerjaan semua instru
men administrasi murid.
e. Pengerjaan semua instru men adm. keuangan
f. Pengerjaan semua instru
men adm perlengkapan dan
barang.
g. Pengerjaan administrasi
program pengajaran dan
kalender pendidikan
h. Pembinaan penilik dan
pihak dinas P dan K da lam pengerjaan adminis
trasi sekolah.
d.
Pengetahuan dan pemaham
an tentang supervisi Kegiataan orientasi dan
analisis kebutuhan super
visi terhadap guru.
Menyusun program peren
canaan dan pelaksanaan supervisi.
Proses evaluasi dan um
pan balik dari supervisi Teknik-teknik supervisi
yang dilaksanakan
Proses kegiatan pembina
Mengetahui tentang
pendayagunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
Mengetahui hubungan sekolah dengan masya
rakat.
g. Proses kegiatan pembina
an individual
h. Proses kegiatan KKKS dan
KKG
i. Kuantitas dan kualitas supervisi penilik ter
hadap kepala sekolah dan
guru
j. Kendala-kendala pelaksa
naan supervisi
Penataan dan kebersihan
pekarangan, halaman, ge dung, ruang kelas, ruang
perpustakaan, ruang UKS, lapangan olahraga dan WC
Pemanfaatan buku dan
alat peraga dalam proses
belajar mengajar. Kegiatan perpustakaan
Kegiatan UKS
Kendala-kendala dalam pengelolaan sarana dan prasarana
. Pengorganisasian orang
tua murid atau BP3
b. Hubungan kerja sama de
ngan orang tua murid
. Hubungan sekolah dengan
masyarakat sekitar seko lah.
. Pertemuan formal dengan BP3 dan orangtua murid. . Hubungan dengan pemerin
tah setempat : RT,RW,Ke
pala Desa dan Camat.
. Kegiatan kepala sekolah
di masyarakat.
g. Hubungan dengan atasan
seperti penilik, dinas
P dan K.
. Hubungan sesama kepala
Mengetahui pola
pen-dekatan dalam pembi
naan dan pengambilan keputusan.
Mengetahui tentang
efektivitas pelatih
an jabatan
g.
Hal-hal yang dibicarakan dalam rapat-rapat staf
atau pertemuan formal
Sifat hubungan dan parti
sipasi kepala sekolah dan guru dalam rapat.
Saran dan pendapat yang
dikemukakan guru dalam
rapat staf.
Perencanaan materi yang
akan dibicarakan dalam
rapat staf.
Metode penyampaian
ins-truksi dari atasan
Hubungan kerja sama an
tara kepala sekolah dan guru.
Hubungan kerja sama an
tara sesama guru.
Pemahaman dan penguasaan kepala sekolah dari seti
ap materi pelatihan
Penguasaan materi dan
sistem penyajian dari fasi1itator/pengajar Jumlah waktu yang diberi
dalam penyampaian setiap
materi pelatihan.
Fasilitas yang diberikan
kepada peserta.
Diskusi dan partisipasi
peserta dalam pelatihan
Kegiatan peraktek lapangan KS/GR KS/GR KS/GR KS KS/GR KS/GR KS/GR KS/FLT KS/FLT KS/FLT KS KS/FLT KS 91 W W W W W W W W W W/D W/D W W/D
Keterangan : KS = Kepala Sekolah
PS = Penilik Sekolah
GR = Guru
FLT = Fasilitator Pelatihan
E. MEMPEROLEH TINGKAT KEPERCAYAAN HASIL PENELITIAN
Tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif berhubungan erat dengan pemenuhan kriteria,
"kredibili-tas (validitas internal), transferabilitas (validitas
eksternal), dependabilitas (reliabilitas), dan
konfir-mabilitas (objectivitas)". (S.Nasution,1988:114)
Kredibilitas mempersoalkan seberapa jauh
kebenar-an hasil penelitian dapat dipercaya. Yang pertama
peneliti lakukan adalah mengadakan pengamatan secara
kontinu dan memperhatikan sesuatu secara lebih cermat,
terinci dan mendalam. Peneliti berusaha membedakan dan mengumpulkan hal-hal yang bermakna dan tidak bermakna
untuk memahami gejala-gejala tertentu. Kedua,mengadakan
triangulasi yaitu mencocokkan kebenaran data dengan
cara membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Ketiga, melakukan "member chek" di mana
setelah mengadakan observasi dan wawancara dilakukan
penilaian kembali, kesesuaian dan kebenaran data yang
diberikan oleh informan, atau meminta penjelasan dan
infromasi baru.
Transferabilitas, yaitu berkenaan dengan
93
pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian
itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi ter
tentu". Berdasarkan kutipan ini, maka dapat dikatakan
bahwa pengaplikasian hasil penelitian ini tergantung
kepada kepala SD yang dipercayakan memimpin dan menge
lola SD sebagai lembaga pendidikan formal, dan begitu
pula pihak-pi.hak yang berkompeten melaksanakan pelatih
an jabatan bagi calon kepala SD.Dependabilitas dan konfirmabilitas berkaitan
dengan masalah kebenaran penelitian naturalistik yang
ditunjukkan dengan proses "audit trail" (Lincoln dan
Guba,
1985:319).
Trial,
artinya jejak yang dapat di
ikuti dan dilacak, sedangkan "audit" artinya
pemeriksa-an terhadap ketelitian yang melahirkan keyakinan. Hal
ini dilakukan dengan dosen pembimbing,
baik terhadap
data mentah, hasil analisis dan sistesis data. Sehingga
akan menimbulkan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan
itu demikian adanya.
F. CARA ANALISIS DATA
Menurut Moleong (1989:112) yang mengutip pendapat
Patton bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif
adalah, "proses mengatur urutan data, mengorganisasi-kannya ke dalam suatu pola, kategori dan situasi uraian
belum ada prosedur yang baku untuk dijadikan pedoman
dalam menganalisis data.
Subino Hadisubroto (1988,20)
mengemukakan bahwa,
"...
dalam
analisis
data kuantitatif itu metodenya
sudah jelas dan pasti, sedangkan dalam analisis data kualitatif metode seperti belum tersedia.Penelitilahyang berkewajiban menciptakannya sendiri. Oleh sebab
itu ketajaman dan ketepatan analisis data kualitatif
ini sangat tergantung ketajaman melihat data oleh
peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki peneliti".
Berdasarkan kutipan dan hal-hal yang dikemukakan
di atas, maka langkah-langkah yang peneliti lakukan
dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Setiap informasi atau data yang diperoleh, baik me
lalui observasi, wawancara, maupun studi dokumenter,
langsung dianalisis.
2. Penganalisisan yang dilakukan setiap selesai
pengum-pula data, diikuti dengan interpretasi dan elaborasi untuk menemukan makna yang terkandung di dalamnya.
3. Membuat kategorisasi dan unitasi data dengan mengko-dingkan data, sehingga data mentah yang terkumpul
4. Mengadakan triangulasi, yaitu membandingkan informa
si yang sama yang diperoleh melalui berbagai teknik
pengumpulan data, di samping membandingkan informasi
yang sama diperoleh dari berbagai sumber(responden). 5. Mengadakan "member chek" dengan kepala sekolah seba
gai sumber utama informasi (data) dalam penelitian ini. Kegiatan ini peneliti lakukan setiap selesai mengadakan observasi dan wawancara dengan responden. Sedangkan "member chek" terakhir dilakukan setelah
selesai pengumpulan data secara keseluruhan.
6. Mengadakan diskusi dengan teman-teman sejawat (peer
debriefing) dalam usaha menguji validitas data yang
terkumpul. Khususnya,bagi yang banyak mengetahui dan memahami permasalahan yang sedang diteliti, yaitu :
Staf Dinas P dan K Dati I Riau, Kasi Dikdas Bidang
Dikdasgu Kanwil Depdikbud Propinsi Riau dan beberapa
Kepala Dinas P dan K Dati II Kabupaten/Kodya pada
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan dan
rekomendasi yang didasarkan atas hasil penelitian dan
analisisnya, terutama yang berkenaan dengan hasil
pe-laksanan tugas dan persepsi beberapa kepala sekolah
yang telah mengikuti pelatihan jabatan calon kepala SD
yang diselenggarakan pada Dinas P dan K Dati I Riau.
A. KESIMPULAN
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kepala seko
lah yang telah mengikuti pelatihan jabatan calon kepala
Sekolah Dasar yang dilaksanakan Dinas P dan K Dati I Riau telah memahami peranan dan fungsinya sebagai
pe-ngelola pendidikan di sekolahnya.Namun kualitas tingkat
pemahaman mereka kenyataannya bervariasi, ada yang
dapat dikategorikan memuaskan dan ada pula yang cukup
memuaskan. Kualitas pemahaman kepala sekolah terhadap
peranan dan fungsinya, bukan seraata-mata dari hasil pe latihan yang diikuti, melainkan pengaruh dan konstri busi dari aspek-aspek lainnya, seperti pengalaman dan pengamatan semasa menjadi guru, pembinaan penilik dan
atasan, pertemuan profesional, dan komitmen pribadi
dengan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas dan
io:
pekerjaan, serta hasil perbuatan dan tindakannya yang
mengandung makna.
Tingkat pemahaman kepala sekolah terhadap peranan
dan fungsinya ini akan mempengaruhi perhatian dan
in-tensitas kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Kepala
Sekolah menyatakan pada hakikat tugas dan tanggung ja wab mereka meliputi bidang administratif dan bidang
supervisi atau pembinaan profesional guru. Di antara
kedua tugas ini, supervisi atau pembinaan profesional
guru dirasakan lebih berat. Berkenaan dengan ungkapan
ini, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perhatian
dan intensitas kegiatan-kegiatan kepala sekolah setiap
harinya lebih mengarah kepada tugas administratif.
Untuk merealisasikan peran dan fungsinya dalam
pengelolaan pendidikan di sekolah, ternyata Kepala SD
yang bertugas di perkotaan pada umumnya telah dapat
me-ngerjakan tugas-tugas administratif cukup sempurna dan cukup memuaskan, walaupun ada sebagian kecil instrumen
dan penataan belum dikelola sebaik-baiknya. Begitu juga
pengelolaan supervisi atau pe