• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Penelitian Eksperimen dengan Rancangan Subyek Tunggal di Kelas 5 SDLB Bandung Raya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh : Lia Muliasari NIM : 0909547

(2)

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Oleh

Lia Muliasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lia Muliasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

LIA MULIASARI (0909547)

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I

Dra. Pudji Asri, M.Pd NIP. 19510326 197903 2 002

Pembimbing II

dr. Setyo Wahyu Wibowo, M. Kes NIP. 19691205 200112 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Lauar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Indonesia

(4)

ABSTRAK

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Pada anak tunagrahita ringan kemampuan membaca itu sangat dibutuhkan, karena adanya hambatan dalam tingkat kecerdasan sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai kemampuan membaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode multisensori melalui media pasir untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Komponen yang diberikan lebih menekankan pada kata, suku kata, dan huruf dengan intonasi yang berbeda.

Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak, karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai hal. Membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk ke kelas satu Sekolah Dasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen prosedur Single Subject Reseach (SSR) desain A-B-A¹. Baseline (A) dilakukan sebanyak empat sesi tanpa perlakuan, pada Intervensi (B) dilakukan sebanyak delapan sesi dengan menggunakan bantuan berupa media, dan pada Baseline (A¹) dilakukan sebanyak empat sesi yakni kemampuan yang dimiliki setelah diberikan intervensi. Dalam penelitian ini menggunakan satu subjek yang berinisial NRA, kelas V di SDLB Bandung Raya.

Dalam analisis diperoleh hasil kemampuan membaca subjek mengalami peningkatan, dapat dilihat hasil skor membaca sebelum intervensi dengan jumlah rata-rata sebanyak 47.1% dan setelah di intervensi jumlah rata-rata meningkat sebanyak 92.6%. Data tersebut mengindikasikan bahwa metode multisensori melalui media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada subjek.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ………..……… v

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GRAFIK ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………. 4

C. Rumusan Masalah ……… 4

D. Batasan Masalah ……….. 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………. 5

BAB II LANDASAN TEORI ……… 7

A. Konsep dasar Tunagrahita ……… 7

B. Definisi Multisensori ……….……….. 9

C. Definisi Membaca Permulaan ………... 11

D. Definisi Media ……….. 14

E. Penelitian yang Relevan ……… 16

F. Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian ………. 16

BAB III METODE PENELITIAN ………. 18

A. Variabel Penelitian ………. 18

B. Metode Penelitian ………... 20

C. Prosedur Eksperimen ……….. 22

D. Tempat Penelitian dan Subjek ………... 34

E. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ………... 36

F. Teknik Pengolahan Data ………. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN ……….….. 53

A. Hasil Penelitian ……….………….. 53

(6)

2. Data Hasil Intervensi (B) dalam Membaca Permulaan ………….. 58

3. Data Hasil Baseline (A¹) dalam Membaca Permulaan …………... 63

B. Analisis dalam Kondisi ………. 66

1. Panjang Kondisi ……….. 67

2. Estimasi Kecenderungan Arah ……… 71

3. Stabilitas Jejak (Data Path) ………... 72

4. Level Stabilitas dan Rentang ……….. 72

5. Level Perubahan ……….……… 72

C. Analisis Antar Kondisi ……….. 74

1. Variabel yang di ubah ………. 75

2. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ……… 75

3. Perubahan Kecenderungan Stabilitas ……….. 76

4. Perubahan Level Data ………. 76

5. Data Tumpang Tindih (Overlap) ……….……… 77

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 82

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 85

A. Kesimpulan ……… 85

B. Rekomendasi ………. 86

DAFTAR PUSTAKA ………. 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang dan UUD 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB II pasal 4, sebagai berikut : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan bukan hanya berlaku pada peserta didik yang normal tetapi juga bagi peserta didik yang mengalami kelainan fisik, mental, dan sosial yang saat ini dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. Mereka harus diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Hal ini tersurat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 32 ayat 1 bahwa : “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.

(8)

2

tunagrahita ringan termasuk salah satu bagian dari anak berkebutuhan khusus tentunya berhak untuk memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga tercapai kemandiriannya. Dengan jenis kelainan yang begitu kompleks maka penangananya harus dilakukan secara lebih khusus oleh tenaga profesional yang memahami karakteristik dan kebutuhan mereka.

Pembelajaran pada anak tunagrahita ringan bertujuan untuk memperkenalkan konsep-konsep dasar yang bermakna bagi kehidupan anak agar mampu berinteraksi dengan lingkungan baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Konsep-konsep tersebut sebaiknya diperkenalkan melalui kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain karena melalui kegiatan yang berorientasi, menemukan, mengekspresikan berbagai hal yang ditemui dalam kehidupan dengan cara menyenangkan.

(9)

menyebutkan gambar, konsentrasi mudah beralih. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu kebiasaan yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peranan penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.

Metode multisensori menekankan pada pengajaran membaca permulaan melalui prinsif VAKT (Visual, Auditory, Kinestetik, dan taktil), dengan melibatkan beberapa modalitas alat indera sehingga di dalam proses belajar diharapkan mampu memberikan hasil yang sama bagi anak-anak dengan tipe pembelajaran yang berbeda-beda. Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis pada siswa. Salah satunya melalui media, sehingga akan dapat menarik minat anak dan diharapkan anak dapat berkonsentrasi untuk belajar dan memamahi pelajaran dengan baik. Penggunaan metode VAKT pada multisensori juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media/alat bantu.

Metode multisensori berdasarkan pada asumsi bahwa anak akan belajar lebih baik jika materi pelajaran disajikan dalam berbagai modalitas. Modalitas yang sering dilibatkan adalah melalui visual (penglihatan), auditori (pendengaran), kinestetik (gerakan), taktil (perabaan). Namun dirasakan bahwa beberapa prinsif dalam metode ini dapat diterapkan, dan diharapkan mampu mengatasi beberapa kendala penerapan metode membaca permulaan dalam pembelajaran.

(10)

4

Melalui media pasir diharapkan merupakan salah satu media yang baik untuk mengajarkan huruf abjad maupun suku kata dan kata. Karena dengan menggunakan media pasir secara langsung anak-anak dapat menggunakan metode multisensorinya berdasarkan pada materi pengajaran yang disajikan dalam berbagai modalitas alat indera, diantanya yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, maupun perasaannya.

Dari pemikiran-pemikiran tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimanakah pengaruh media pasir dapat meningkatkan kemampuannya dalam belajar membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah penulis paparkan pada latar belakang diatas maka identifikasi masalahnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kurangnya strategi pembelajaran terhadap membaca permulaan yang

dikuasai oleh guru .

2. Media pembelajaran yang digunakan dalam mengajar hanya menggunakan

media kartu.

Oleh karena itu melalui permainan dan dengan menggunakan media pasir, diharapkan ada suatu ketertarikan pada diri anak untuk lebih memahami dan dapat meningkat pengetahuan, salah satunya dalam membaca permulaan.

C. Rumusan Masalah

Mengingat pentingnya kemampuan dalam suatu perubahan bagi anak tunagrahita ringan sebagai bekal dimasa depan dan sebagai hak bagi setiap anak untuk mendaparkan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan juga kebutuhannya. Dengan keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan dan pembelajarannya, oleh karena itu salah satu penggunaan media pasir dapat digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dapat menjadi sumber belajar atau media belajar.

(11)

kemampuan individu dengan menggunakan metode multisensori melalui media pasir diharapkan dapat menumbuhkan kecerdasan terhadap anak tunagrahita ringan, seperti : kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain karena melalui kegiatan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan berbagai hal yang ditemui dalam kehidupan dengan cara yang menyenangkan.

Proses stimulasi dan intevensi pada pembelajaran membaca permulaan menggunakan media pasir, yang dianggap oleh peneliti sebagai media yang dapat merangsang kegiatan bermain sambil belajar. Untuk itu permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada rumusan masalah berikut ini “Apakah penggunaan media pasir dalam metode multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa tungarahita ringan kelas 5 SDLB?”.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, ditemukan bahwa media pasir yang digunakan pada saat belajar membaca pada anak tunagrahita ringan memiliki prinsif yang memperhatikan kemampuan dan daya belajar anak. Media pasir diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi anak, serta memberi kesempatan bagi anak untuk lebih banyak berlatih membaca sehingga memberi dampak positif pada proses membaca dan pengaruh terhadap kemampuan membaca pada anak tunagrahita ringan dalam kehidupannya. Agar permasalahan tidak terlalu melebar maka dibatasi pada masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakan metode multisensori dalam kemampuan membaca

permulaan pada siswa tungarahita ringan kelas 5 SDLB sebelum menggunakan media pasir ?

2. Bagaimanakah metode multisensori kemampuan membaca permulaan

(12)

6

3. Apakah terjadi peningkatan pada metode multisensori terhadap

kemampuan membaca permulaan pada siswa tunagrahita ringan kelas 5 SDLB setelah menggunakan media pasir ?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana metode multisensori dengan menggunakan media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan dalam membaca

permulaan terhadap anak tunagrahita ringan kelas 5 SDLB Bandung Raya sebelum menggunakan media pasir dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan atau perubahan

kemampuan membaca permulaan terhadap anak tunagrahita ringan sebelum dan setelah menggunakan metode multisensori dengan menggunakan media pasir tersebut.

3. Manfaat penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode

multisensori sebagai metode alternatif guna memperbaiki

pembelajaran dalam membaca permulaan.

b. Untuk meningkatkan kemampuan membaca, penting untuk

memperhatikan anak tunagrahita ringan secara spesifik berdasarkan kemampuan dan minat belajar anak.

c. Media pasir ini diharapkan dapat dilakukan sebagai salah satu

(13)

4. Manfaat praktis

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian subjek tunggal ini dikenal Treatment atau Perlakuan, sedangkan variabel terikat dikenal dengan Target beharvior atau Perilaku sasaran (Sunanto et.al, 2006 : 12).

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media dengan

menggunakan “pasir”. Pasir merupakan salah satu permainan yang

mengasah kemampuan psikomotorik, kognitif, sensoris, sehingga selain bermain anak juga belajar.

Bahan-bahan/alat yang dalam permainan pasir upaya meningkatkan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan diantaranya :

a. Potongan karton berukuran 20 x 25

b. Lem

c. Pasir

Langkah-langkah operasional dalam meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa tunagrahita ringan diantaranya :

(15)

b) Melalui Auditorinya siswa dapat mendengarkan kata, suku kata, dan huruf yang telah dibuat dan dibacakan oleh guru dengan intonasi yang berbeda.

c) Memperkenalkan siswa pada bentuk kata, suku kata, dan huruf yang telah disediakan pada kertas karton yang telah di beri lem sesuai dengan bentuk huruf yang diinginkan kemudian diberi taburan pasir sehingga akan nampak bentuk huruf tersebut. Kemudian siswa diperintahkan untuk membunyikan/menyebutkan bentuk kata, suku kata, dan huruf tersebut.

d) Melalui Visualnya guru memerintahkan siswa untuk mengamati dari setia kata, suku kata, dan huruf tersebut seperti yang telah di contohkan oleh guru.

e) Guru memerintahkan siswa melalui perabaannya untuk menelusuri dari

setiap kata, suku kata, maupun huruf yang telah diberi taburan pasir tersebut.

2. Variabel terikat (target Behavior)

(16)

22

Kemampuan melalui media pasir ini diharapkan dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan membacanya, sehingga dengan adanya media tersebut dapat menarik minat anak untuk lebih meningkatkan pembelajaran yang berlangsung di sekolah.

B. Metode Penelitian

Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan peneliti

Arikunto (2002:3) mengemukakan definisi metode eksperimen adalah sebagai berikut :

Eksperimen adalah suatu cara mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor – faktor lain yang bisa menggangu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Single Subject Research (SSR) yaitu penelitian yang dapat dipakai apabila subjeknya satu. Sebagai pengumpulan data. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunanto (1995 : 135). Dalam subjek tunggal biasanya digunakan dalam penelitian perubahan tingkah laku dari seseorang yang timbul akibat beberapa intervensi atau treatment, dapat dipakai apabila ukuran sampelnya hanya satu.

(17)

Grafik 3.1 Pola Desain A-B-A¹ Keterangan :

A (baseline)

Baseline A adalah suatu gambaran murni sebelum diberikan perlakuan (intervensi). Untuk mengukur keterampilan membaca permulaan digunakan tes membaca permulaan dilakukan tanpa menggunakan media, dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk presentase yang dilakukan dalam empat hari berturut-turut yang setiap harinya dilakukan satu sesi.

B (intervensi)

Intervensi yaitu suatu gambaran mengenai kemampuan yang dimiliki subjek selama diberikan intervensi dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata yang telah diberi taburan pasir sehingga membentuk suatu kata yang diinginkan. Intervensi tersebut dilakukan secara berulang-ulang sebanyak delapan kali sesi dengan melihat hasil pada saat intervensi yang setiap harinya dilakukan satu sesi. Pada fase ini dilakukan proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media pasir dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Pengenalan kata, pengenalan dua suku kata dan huruf melalui kertas karton yang telah di beri lem, kemudian diberi taburan pasir.

2) Melalui motorik halusnya anak diperintahkan untuk menaburkan pasir pada kertas karton yang telah diberi lem sehingga terbentuk suatu huruf pasir, maka akan terbentuk suatu koordinasi antara visual dan kinestetik.

Sesi (waktu)

A B A¹

(18)

24

3) Melalui sensoriknya anak di perintahkan untuk menelusuri bentuk huruf yang

telah dibuat dan menyebutkan huruf tersebut . Treatment tersebut dilakukan secara berulang – ulang disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.

Pada tahap awal pemberian media pasir dalam bentuk kata adalah : Gambar huruf pasir dengan mengenalkan kata

Aˡ (Baseline A¹)

Adalah suatu gambaran tentang kemampuan yang dimiliki setelah diberikan intervensi. Yaitu kondisi pengulangan dari fase baseline A sebagai evaluasi sampai sejauh mana intervensi atau treatment yang diberikan berpengaruh kepada subjek.

Data yang diperoleh pada baseline ke dua ini dengan melakukan observasi langsung ketika sudah menggunakan media pasir tanpa dilakukan intervensi lagi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan presentase dengan melihat berapa persen pemahaman subyek setelah menggunakan media pasir dalam sepuluh kartu dalam membaca kata, membaca suku kata, dan huruf.

C. Prosedur Eksperimen

1. Baseline A

(19)

presentase. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca permulaan yang dimiliki anak tanpa menggunakan media.

Gambaran pencatatan persentase pada baseline (A) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 : Format Pencatatan Presentase Baseline (A) untuk Pengenalan kata

No kata Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 baju

2 cabe

3 dasi

4 gigi

5 jari

6 kaca

7 mata

8 nasi

9 pipi

10 rina

Jumlah

(20)

26

Tabel 3.2 : Format Pencatatan Presentase Baseline (A) untuk Pengenalan suku kata

No suku kata Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 ba-ju

2 cabe

3 da-si

4 gi-gi

5 ja-ri

6 kaca

7 ma-ta

8 na-si

9 pi-pi

10 ri-na

Jumlah

(21)

Tabel 3.3 : Format Pencatatan Presentase Baseline (A) untuk Pengenalan huruf

Nilai = ∑ huruf yang dapat dibaca x 100 % ∑ huruf keseluruhan

2. INTERVENSI (B)

Diberikan suatu treatment dengan menggunakan media pasir dilakukan sebanyak delapan sesi. Perlakuan yang diberikan terhadap subyek adalah memberikan kartu yang sudah diberi beberapa bentuk huruf dan lem sehingga anak dapat memberikan taburan pasir diatas kartu kata tersebut, sehingga membentuk suatu kata yang diinginkan, kemudian anak diperintahkan untuk melakukan sesuai dengan apa yang guru perintahkan. Subyek diminta untuk membaca kata, menyebutkan suku kata, dan menyebutkan huruf pada huruf pasir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

No Huruf Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 b-a-j-u

2 c-a-b-e

3 d-a-s-i

4 g-i-g-i

5 j-a-r-i

6 k-a-c-a

7 m-a-t-a

8 n-a-s-i

9 p-i-p-i

10 r-i-n-a

(22)

28

membaca permulaan dengan menggunakan media pasir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Mempersiapkan subyek pada suasana yang tenang, tidak ada unsur keterpaksaan sehingga anak mudah untuk mengikuti pembelajaran. b. Diperlihatkan sebuah karton yang sudah diberi lem, kemudian diberi

taburan pasir sehingga akan berbentuk sebuah huruf yang diinginkan, siswa diminta untuk membaca kata “baju”.

Pelaksanaan treatment tes membaca permulaan dengan media pasir ditampilkan pada sebuah sebuah kata , suku kata, maupun huruf yang akan diberikan.

Dalam membaca kata

1. Siswa diminta untuk mendengarkan kata kemudian anak mengucapkan

kembali kata yang telah diucapkan oleh guru.

2. Siswa diminta untuk mengamati kata melalui kartu kata yang telah diberi taburan pasir sambil menunjuk kata dan menelusuri dengan telunjuk.

3. Siswa diminta untuk mengucapkan kembali kata “yang telah dilihat sambil menelusuri kata tersebut dengan telunjuk

4. Siswa diminta untuk menunjukkan kata kemudian mengucapkan dan

menelusuri kata tersebut dengan telunjuk

5. Siswa diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap kata

(23)

c. Diperlihatkan sebuah karton yang sudah diberi lem dan taburan pasir, sehingga akan menjadi dua suku kata, siswa diminta untuk membunyikan/menyebutkan satu persatu huruf dan menggabungkan menjadi suku kata, contohnya “ ba-ju”.

Dalam membaca suku kata

1. Siswa diminta untuk mendengarkan suku kata kemudian anak

mengucapkan kembali suku kata yang telah diucapkan oleh guru.

2. Siswa diminta untuk mengamati suku kata melalui kartu kata yang telah diberi taburan pasir sambil menunjuk suku kata dan menelusuri dengan telunjuk.

3. Siswa diminta untuk mengucapkan kembali suku kata yang telah

dilihat sambil menelusuri suku kata tersebut dengan telunjuk.

4. Siswa diminta untuk menunjukkan suku kata kemudian mengucapkan

dan menelusuri suku kata tersebut dengan telunjuk

(24)

30

d. Diperlihatkan sebuah karton yang sudah diberi lem dan taburan pasir, sehingga akan membentuk suatu huruf, siswa diminta untuk menunjukkan satu persatu huruf dan menyebutkan huruf tersebut “b-a-j-u”.

Dalam menyebutkan huruf

1. Siswa diminta untuk mendengarkan huruf pada setiap kata yang telah

dibacakan oleh guru, kemudian anak mengucapkan kembali huruf pada kata tersebut yang lebih menekankan pada intonasi bacaan.

2. Siswa diminta untuk mengamati huruf pada kata melalui kartu kata yang telah diberi taburan pasir sambil menunjuk kata dan menelusuri dengan telunjuk

3. Siswa diminta untuk mengucapkan kembali setiap huruf dalam kata dengan lebih menekankan pada intonasi bacaan yang telah dilihat sambil menelusuri kata tersebut dengan telunjuk

4. Siswa diminta untuk menunjukkan huruf pada setiap kata kemudian mengucapkan kembali dan menelusuri huruf tersebut dengan telunjuk.

5. Siswa diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap kata

(25)

Treatment ini dilakukan berulang-ulang sesuai dengan intruksi yang disesuaikan dengan pemahaman siswa.

Tabel 3.4 : Format Pencatatan Presentase Intervensi (B) untuk pengenalan kata

No Kata

Skor Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8

1 baju

2 cabe

3 dasi

4 gigi

5 jari

6 kaca

7 mata

8 nasi

9 pipi

10 rina

(26)

32

Tabel 3.5 : Format Pencatatan Presentase Intervensi (B) untuk pengenalan suku kata.

No suku kata

Skor Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8

1 ba-ju

2 ca-be

3 da-si

4 gi-gi

5 ja-ri

6 ka-ca

7 ma-ta

8 na-si

9 pi-pi

10 ri-na

(27)

Tabel 3.6 : Format Pencatatan Presentase Intervensi (B) untuk pengenalan huruf

No Huruf

Skor Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8

1 b-a-j-u

2 c-a-b-e

3 d-a-s-i

4 g-i-g-i

5 j-a-r-i

6 k-a-c-a

7 m-a-t-a

8 n-a-s-i

9 p-i-p-i

10 r-i-n-a

Jumlah

3. Baseline (Aˡ)

(28)

34

Gambar pencatatan presentase pada Baseline (Aˡ) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.7 Format Pencatatan Presentase Baseline (Aˡ) untuk pengenalan kata

No Kata Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 baju

2 cabe

3 dasi

4 gigi

5 jari

6 kaca

7 mata

8 nasi

9 pipi

10 rina

(29)

Tabel 3.8 Format Pencatatan Presentase Baseline (Aˡ) untuk pengenalan suku kata

No suku kata Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 ba-ju

2 ca-be

3 da-si

4 gi-gi

5 ja-ri

6 ka-ca

7 ma-ta

8 na-si

9 pi-pi

10 ri-na

(30)
[image:30.595.120.511.140.668.2]

36

Tabel 3.9 Format Pencatatan Presentase Baseline (Aˡ) untuk pengenalan huruf

No Huruf Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 b-a-j-u

2 c-a-b-e

3 d-a-s-i

4 g-i-g-i

5 j-a-r-i

6 k-a-c-a

7 m-a-t-a

8 n-a-s-i

9 p-i-p-i

10 r-i-n-a

Jumlah

Dengan tes dan prosedur membaca permulaan dapat ditarik kesimpulan dari hasil tes dan prosedur membaca permulaan dari hasil

keseluruhan penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat

(31)

D. Tempat Penelitian dan Subjek

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Bandung Raya yang beralamatkan di jl. H. Kurdi II/IV No. 318 Kota Bandung.

2. Subjek

Subyek dari penelitian ini adalah seorang anak tunagrahita ringan yang berinisial NRA, duduk di kelas 5 SDLB dan berusia 12 tahun, dengan karakteristik subyek sebagai berikut : secara fisik anak tersebut tidak memiliki kekurangan suatu apapun, anak tersebut dapat menyebutkan benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya, seperti : meja, kursi, pintu, lemari, pintu, juga dapat menunjukkan dan menyebutkan panca indera dengan benar. Kemampuan berbicaranya cukup memadai, ia dapat mengucapkan dengan jelas kata dan kalimat sederhana. pada usia 5 tahun anak yang bersangkutan pernah bersekolah di TK selama 1 tahun, namun tidak menunjukkan kemajuan/perkembangan yang signifikan dalam keterampilan dasar akademiknya. Setelah keluar dari TK anak tersebut tidak langsung melanjutkannya ke sekolah dasar melainkan berhenti selama 1 tahun, kemudian pada awal Juli 2008, ibunya menyekolahkan anak tersebut ke SD, namun anak tersebut tidak dapat mengikuti pelajaran dikelasnya, sehingga memutuskan untuk memindahkannya ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Ketika belajar konsentrasi yang dimiliki anak tersebut sangat kurang dan anak tersebut selalu ingin bermain.

(32)

38

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrumen untuk membaca kata, suku kata, dan huruf.

No Butir instrumen Mampu Tidak

mampu Keterangan

1 Anak diminta untuk

(33)
(34)

40

3 Anak diminta untuk

(35)

4 Anak diminta untuk

menunjukkan kata kemudian

(36)

42

5 Anak diminta untuk menelusuri

(37)

6 Anak diminta untuk

mendengarkan suku kata

(38)

44

7 Anak diminta untuk mengamati

(39)

8 Anak diminta untuk mengucapkan kembali suku kata

yang telah dilihat sambil

(40)

46

9 Anak diminta untuk

menunjukkan suku kata

kemudian mengucapkan dan

(41)
(42)

48

11 Anak diminta untuk

mendengarkan huruf pada setiap kata yang telah dibacakan oleh

guru, kemudian anak

mengucapkan kembali huruf pada

kata tersebut yang lebih

menekankan pada intonasi

(43)
(44)

50

13 Anak diminta untuk

mengucapkan kembali setiap

huruf dalam kata dengan lebih

menekankan pada intonasi

(45)

14 Anak diminta untuk menunjukkan huruf pada setiap

kata kemudian mengucapkan

(46)

52

15 Anak diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap kata sambil mengucapkan kata

tersebut dengan lebih

menekankan pada intonasi

(47)

2. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2002 : 118)

“Hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi; ringankan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan”

Teknik pengumpulan data yang dikumpulkan diantaranya :

a. observasi, yaitu mencatat perilaku ketika perilaku itu terjadi, yaitu dengan tes membaca dengan menggunakan pola desain ABA, Baseline (A), Intervensi (B) dan Baseline (Aˡ), yaitu berupa persentase subyek dalam membaca permulaan dalam membaca kata, suku kata, dan huruf.

Semua data yang telah dikumpulkan dan dicatat pada tabel yang telah tersedia lalu diolah dengan mencari rata-rata dari setiap sesinya dan digambarkan dalam bentuk grafik.

Tehnik ini dilaksanakan dimana peneliti mengadakan pengamatan terhadap subyek, secara langsung ketika mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada membaca permulaan.

b. Instrumen tes

Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian (Arikunto, 2002:194)

(48)

54

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan

mengumpulkan berbagai data yang dianggap mendukung, dapat melengkapi dan memperkaya data utama penelitian ini.

F. Teknik Pengolahan Data

Dari target behavior selanjutnya akan dianalisis, hasil analisis berupa data

kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan membaca permulaan sebelum dilakukan intervensi dapat

dilihat pada hasil Baseline A, dari empat sesi yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut dengan skor terendah dengan nilai sebesar 44%, skor tertinggi sebesar 52%, dan mean levelnya 47.1%.

2. Kemampuan membaca sesudah di Intervensi B menggunakan metode

multisensori dengan menggunakan media pasir, mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum mendapat intervensi hal ini dapat dilihat pada skor terendah sebesar 75.3%, skor tertinggi 90 %, sehingga memperoleh nilai rata-rata sebesar 92.6%. Dapat dilihat hasil dari presentase dalam membaca permulaan pada subjek sesudah Intervensi B ke Baseline A¹, dari empat sesi yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut, skor terendah dengan nilai sebesar 91.3%, skor tertinggi sebesar 94%, sehingga mean level yang diperoleh pada Baseline A¹ adalah sebesar 92.6%.

3. Hasil yang dapat dilihat dalam kemampuan membaca permulaan pada

(50)

88

pada Baseline A sebesar 47.1%, sedangkan mean level sesudah intervensi pada Baseline A¹ meningkat dengan skor perolehan sebesar 92.6%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode multisensori melalui media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan sangat baik digunakan di SLB Bandung Raya. Hal ini dapat dibuktikan dari skor perolehan persentase tertinggi yang dicapai subjek mengalami peningkatan sebesar 92.6%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, bahwa metode multisensori dalam menggunakan media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan. Berhubungan dengan hasil penelitian tersebut maka penulis mengemukakan sebagai berikut :

1. Bagi pendidik

Metode multisensori dalam menggunakan media pasir dapat diberikan pada anak tunagrahita ringan dijadikan sebagai salah satu media dalam belajar. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas, Sehingga dengan belajar anak juga akan bermain. Diharapkan bagi para pendidik dengan menggunakan media pasir dapat meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran membaca permulaan maupun pada

pembelajaran-pembelajaran lainnya untuk lebih meningkatkan

kemampuan anak sesuai dengan kemampuannya. 2. Bagi peneliti selanjutnya

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta, Rineka Cipta.

Alimin, Z (2007), Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Anak

Tunagrahita, tersedia http://Z-alimin.blogspot.com/2007/2007blog-spot.htm.

Amanda Fitri Amalia (2011), “Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Berkesulitan Belajar”.

Amin, M. (1955). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan.

http://wawanjunaidi.blogspot.com/2012/01/pengertian-media.html

Kayvan, U. (2009). 57 Permainan Kreatif untuk mencerdaskan Anak. Media Kita.

Margono. S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta

Sadiman, Arief. S. et al. (2007), Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta, RajaGrafindo Persada.

Somantri, T. S. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama. Sunanto, J. et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI

Press.

Suherman, Y. (2005), Adaptasi Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar,

Bandung, Rizqi Press.

Tini Kartini (2009), “Penggunaan Merode VAKT untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Pemulaan pada Anak Tunagrahita Ringan kelas 3 di SLB-C Budi Nurani Kota.

Tarigan, G. H (1979), Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,

Gambar

Grafik 3.1 Pola Desain A-B-A¹
Gambar huruf pasir dengan mengenalkan kata
Tabel 3.1 : Format Pencatatan Presentase Baseline (A) untuk
Tabel 3.2 : Format Pencatatan Presentase Baseline (A) untuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperbaiki pendidikan Islam di kalangan generasi muda Gayo ini salah satu solusinya ialah dengan cara mengintegrasikan syariat Islam dengan adat istiadat Gayo yang

Lebih percaya diri Mengesankan profesionalitas (corporate image) baik Meningkatkan Loyalita s pemakai Merasa dimanusiakan , dihargai dan mendapat pelayanan yang baik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga dan kurs Dollar terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Siswa menyimak penjelasan guru tentang tugas tiap kelompok, yaitu mengerjakan Lembar Kerja (LK) yang memuat permasalahan seperti yang telah ditampilkan secara

Integrasi Fuzzy Analytic Network Process dan Goal Programming dalam Pemilihan Supplier dan..

Untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap pengambilan keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR (Y1)

Indonesia telah melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu ( Integrated Water Resources Management –

Kami akan menggunakan sebuah magnet yang mengalirkan fluks menuju sebuah kumparan sehingga didapatkan arus listrik bila gelombang tersebut dapat menghasilkan distorsi pada