ANALISIS PENGARUH MOTIVASI PELAYANAN PUBLIK DAN KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DENGAN AKUNTABILITAS SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng)
1
Ni Made Ayu Resa Mulyani
1
Ni Kadek Sinarwati,
2Gede Adi Yuniarta
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:
{resaayu@ymail.com,kadeksinar20@gmail.com,gdadi_ak@yahoo.co .id}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh motivasi pelayanan publik dan kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja organisasi sektor publik dengan akuntabilitas sebagai variabel moderasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng yang berjumlah 80 orang.Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 60 orang karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.Teknik analisis kuantitatif yang digunakan adalah teknik regresi berganda (multiple regression analysis).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial: (1) tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi pelayanan publik terhadap kinerja organisasi sektor publik, (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja organisasi sektor publik, dan (3) akuntabilitas sebagai variabel moderating memoderasi hubungan motivasi pelayanan publik dan kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja organisasi sektor publik, dan secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi pelayanan publik dan kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja organisasi sektor publik.
Kata Kunci :motivasi pelayanan publik, kualitas sistem informasi akuntansi, kinerja organisasi sektor publik, dan akuntabilitas.
Abstract
This study was conducted to find out the effect of public service motivation and the quality of accounting information system on the performance of public sector organization with accountability as moderating variable at the Health Department of Buleleng Regency. The population of this study were the 80 staff of the Health Department of Buleleng Regency. The technique of collecting data applied was purposive sampling technique in which 60 staff of the Health Department of Buleleng Regency were selected as samples. The quantitative analysis technique applied was multiple regression analysis technique.
The results of the analysis showed that partially: (1) there was no positive and significant effect of public service motivation on the performance of public sector organization, (2) there was positive and significant effect of the quality of accounting information system on the performance of public sector organization, (3) accountability
as moderating variable moderated the relationship between public service motivation and the quality of accounting information system with the performance of public sector organization, and simultaneously there was significant effect of public service motivation and the quality of accounting information system on the performance of public sector organization.
Key words: public service motivation, quality of accounting information system, performance of public sector organization, accountability
PENDAHULUAN
Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintah harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan dapat ditingkatkan secara efektif dan menyentuh pada masyarakat. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara yang bertujuan untuk melayani kepentingan publik guna
mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.Institusi pemerintahan, partai politik, sekolah, rumah sakit merupakan organisasi sektor publik (Nordiawan dalam Indudewi, 2012). Pelayanan terhadap masyarakat menjadi fokus utama organisasi sektor publik. Oleh karena itu, akuntabilitas kinerja menjadi faktor penting dalam mempertahankan/menjaga kepercayaan masyarakat terhadap organisasi sektor publik. Manajemen berbasis kinerja dapat digunakan untuk meningkatkan akuntabilitas organisasi (Propper dan Wilson, 2003).
Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang telah direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi (Nugroho dan Rohman, 2012:1). Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Penilaian
kinerja pada organisasi sektor publik sangatlah penting untuk dilakukan, agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, sumber daya manusia adalah salah satu faktor penting yang dibutuhkan dalam organisasi. Dalam pelaksanaan tugasnya untuk mewujudkan kinerja yang baik maka seorang pegawai membutuhkan motivasi agar perilaku dalam bekerja dapat mencapai tujuan organisasi.
Konsep Motivasi Pelayanan Publik adalah konsep motivasi secara umum merujuk kepada kekuatan yang memberi dorongan, mengarahkan, dan mengekalkan tingkah laku seseorang individu. Motivasi pelayanan publik atau PSM adalah salah satu bentuk atau bagian yang khas dari motivasi yang dapat didefinisikan sebagai motivasi yang mencakup kepercayaan, nilai, dan sikap yang melampaui kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi, mendorong seorang pekerja (pegawai) untuk berbuat baik kepada orang lain dan menyumbangkan darma baktinya kepada kesejahteraan organisasi dan masyarakat.
Secara etimologis konsep motivasi pelayanan publik merujuk kepada konsep Public Service Motivation (PSM) seperti yang dikembangkan oleh para peneliti administrasi publik di Barat.Konsep ini mengandung makna sebagai motivasi yang mendorong seseorang pekerja atau pegawai untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada publik (rakyat) (James L. Perry, 1990). Dalam konteks pelayanan publik menurut Moenir dalam Kurniawan (2005:7) adalah, “Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan oranglain sesuai dengan haknya.”
Pemberian pelayanan publik oleh aperatur
pemerintah kepada masyarakat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai sebagai pelayan masyarakat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pelayanan publik yang baik maka kinerja suatu instansi atau organisasi dapat dikatakan baik.
Motivasi seorang pegawai publik yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain atau kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri.
Berdasarkan atas rangka kerja ini, Perry seterusnya mengembangkan skala pengukuran yang terkenal dan dapat mengukur tingkat PSM berdasarkan empat dimensi, yaitu: 1) ketertarikan terhadap pembuatan kebijakan publik (attraction topublic policy making), 2) tanggungjawab terhadap kepentingan publik dankewajiban sebagai warga negara (commitment to public interest and civic duty), 3) perasaan simpati atau kasihan (compassion), 4) dan pengorbanan diri (self-sacrifice).
Sistem informasi akuntansi merupakan salah satu bagian yang terpenting dari seluruh informasi yang diperlukan oleh pihak manajemen. Kualitas Sistem Informasi Akuntansi adalah tingat baik buruknya kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi keuangan yang dibutuhkan pihak-pihak manajemen dalam membantu pengambilan keputusan. Dalam rangka meningkatkan pengelolaan sumber daya dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah berusaha mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat dengan cara membangun teknologi informasi di bidang keuangan atau akuntansi berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah. Salah satu wujud penerapan pemanfaatan teknologi informasi yang dilakukan pemerintah agar menciptakan efektivitas kerja dan meningkatkan pengelolaan keuangan daerah adalah Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD).
SIPKD merupakan aplikasi terpadu sebagai alat bantu pemerintah daerah yang digunakan meningkatkan efektivitas implementasi dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efisiensi, ekonomis,
efektif, transparan, akuntabel, dan auditable yang terjadi dalam pengelolaan keuangan daerah pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Technology Acceptance
Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer yang diperkenalkan pertama kali oleh Fred Davis pada tahun 1989.TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance) pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu tekhnologi dalam suatu organisasi.
Technical Acceptance Model (TAM) adalah sebuah teori yangmenilai kualitas Sistem Informasi Akuntansi berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya sikap terbaik terhadap sistem dan kemudian dapat menerima serta menerapkan sistem tersebut. Di TAM terdapat dua indikator, yaitu: Persepsi kegunaan (Perceived usefulness) dan Persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease of Use).Davis (1989) mengartikan Persepsi Kegunaan (perceived usefulness) sebagai tingkatan dimana seseorang berfikir bahwa menggunakan suatu sistem akan meningkatkan kinerjanya. Sedangkan Persepsi Kemudahan penggunaan (perceived ease of use) diartikan sebagai tingkatan seseorang mempercayai bahwa menggunakan teknologi hanya memerlukan sedikitusaha.
Kinerja pemerintah daerah tentunya akan sangat menjadi sorotan publik terutama masyarakat yang menjadi pengguna fasilitas yang diberikan oleh pemerintah daerah.Dalam good governance, akuntabilitas publik adalah elemen terpenting dan merupakan tantangan utama yang dihadapi pemerintah dan pegawai negeri. Akuntabilitas merupakan pengetahuan dan adanya pertanggungjawaban terhadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan, termasuk pula di dalamnya administrasi publik pemerintahan, dan pelaksanaan dalam lingkup peran atau posisi kerja yang
mencakup di dalamnya mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan, menjelaskan, dan dapat dipertanyakan bagi tiap-tiap konsekuensi yang sudah dilaksanakan.
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan salah satu bagian isu kebijakan yang strategis di Indonesia saat ini karena perbaikan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berdampak pada upaya terciptanya good governance.Perbaikan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah juga berdampak luas pada bidang ekonomi dan politik (Dwiyanto, 2002).
MenurutMahmudi(2005), kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi Undang-Undang Dasar.Dengan berkembangnya demokrasi dan reformasi serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, maka masyarakat pengguna pelayanan kesehatan semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Masyarakat yang pengguna pelayanan kesehatan tidak terbatas pada mereka yang membeli tetapi juga masyarakat miskin yang mendapat pelayanan dari dana bantuan pemerintah.
Dinas kesehatan yang
berkedudukan sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan.
Kabupaten Buleleng khususnya Dinas Kesehatan sebagai organisasi sektor publik yang menjalankan tugas berkaitan dengan kesehatan dituntut agar mampu mengolah dan memanfaatkan anggaran dana yang telah tersedia untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikkan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan.
Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di Kabupaten Buleleng selama tahun 2015 tergambar dalam Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng tahun 2015. Dari profil kesehatan tersebut diketahui bahwa masih perlu adanya perhatian dan penanganan yang lebih serius karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang perlu ditingkatkan secara
terus menerus sesuai dengan perkembangan pembangunan nasional.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah motivasi pelayanan publik berpengaruh terhadap kinerja organisasi sektor publik pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng? (2) Apakah kualitas sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja organisasi sektor publik pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng? (3) Apakah akuntabilitas memoderasi hubungan antara motivasi pelayanan publik terhadap kinerja organisasi sektor publik pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng? (4) Apakah akuntabilitas memoderasi hubungan antara kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja organisasi sektor publik pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng?
Adapun hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini meliputi: (1) H1: Motivasi Pelayanan Publik Berpengaruh Terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik (2) H2: Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Berpengaruh Terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik (3) H3: Akuntabilitas Memoderasi Hubungan Antara Motivasi Pelayanan Publik dengan Kinerja Organisasi Sektor Publik (4) H4: Akuntabilitas Memoderasi Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi Akuntansi dengan Kinerja Organisasi Sektor Publik METODE
Penelitian ini menurut analisis datanya termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menurut datanya berbentuk angka dan dapat dihitung jumlahnya dengan menggunakan metode statistik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh motivasi pelayanan publik dan kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja organisasi sektor publik dengan akuntabilitas sebagai variabel moderasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. Teknik analisis kuantitatif yang digunakan adalah teknik regresi berganda (multiple regression analysis).
Lokasi penelitan dalam penelitian ini adalah pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah analisis pengaruh motivasi pelayanan publik dan kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja organisasi sektor publik dengan akuntabilitas sebagai variabel moderasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng yang berjumlah 80 orang.Penelitian ini menggunakan 60 orang karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kali, serta hasilnya digunakan langsung oleh peneliti untuk memecahkan permasalahan dan mencari penyelesaian. Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang merupakan data yang diperoleh secara langsung dari jawaban responden melalui kuesioner. Kuesioner yang
disebarkan diukur dengan menggunakan skala likert yaitu alat untuk mengukur atau mengumpulkan data dengan cara mengukur yang itemnya atau butir-butir pernyataan sudah memuat pilihan yang berjenjang. Skala Likert ini berguna untuk mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap suatu objek.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner.
Tujuan analisis data adalah mendapatkan informasi relevan yang terkandung di dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah (Ghozali, 2006:3). Analisis data dalam penelitian ini dibagi ke dalam empat tahap. Tahap pertama, pengujian statistik deskriptif. Tahap kedua, pengujian kualitas data. Tahap ketiga, melakukan pengujian asumsi klasik.Tahap keempat, melakukan pengujian hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dalam penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data berupa kuesioner dengan responden yaitu karyawan yang bekerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. Adapun ringkasan penyebaran dan pengambilan kuesioner penelitian disajikan pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Distribusi Sampel dan Penyebaran Data
Keterangan Jumlah Kuesioner
Kuesioner yang dikirim 60
Kuesioner yang kembali 54
Kuesioner yang dapat diolah 54
Tingkat pengembalian kuesioner 90%
Tingkat kuesioner yang dapat diolah 90%
Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah kuesioner yang dikirim adalah sebanyak 60 kuesioner.Jumlah kuesioner yang kembali adalah 54 kuesioner, dengan tingkat pengembalian 90%.Sehingga kuesioner yang dapat diolah sebanyak 54 kuesioner dengan tingkat presentase yaitu 90 %.
Karakteristik responden berdasarkan demografi dalam penelitian ini digambarkan melalui jenis kelamin, usia, dan jabatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. Karakteristik responden ini dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2.Karakteristik Responden
No. Keterangan Klasifikasi Jumlah Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
23 31
42,59%
57,41%
Jumlah 54 100%
2. Usia 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 50 – 60 tahun
12 18 20 4
22,22%
33,33%
37,04%
7,41%
Jumlah 54 100%
3. Jabatan Kepala Sub Bagian Kepala Bidang Kepala Seksi Staf
3 2 10 39
5,55 % 3,71%
18,51%
72,23%
Jumlah 54 100%
Sumber: Data Diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 6 Karakteristik Responden di atas, terlihat bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 31 orang dengan persentase 57,41%, dan jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang dengan persentase 42,59%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagain besar responden dalam penelitian ini adalah responden dengan jenis kelamin perempuan.
Berdasarkan Usia, terlihat bahwa dari 54 responden yang diteliti, usia responden yang paling banyak adalah responden yang berusia antara 41–50 tahun yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 37,04%. Kemudian disusul oleh responden yang berusia antara 31–40 tahun yaitu sebanyak 18 responden dengan persentase 33,33%, kemudian responden yang berusia 20–30 tahun sebanyak 12
responden dengan persentase 22,22%, dan yang terakhir adalah responden yang berusia 51–60 tahun sebanyak 4 responden dengan persentase 7,41%.
Berdasarkan Jabatan, terlihat bahwa dari 54 responden yang diteliti, responden dengan jabatan sebagai staf adalah responden dengan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 39 orang dengan persentase 72,25%. Kemudian disusul olrh responden dengan jabatan kepala seksi yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase 18,51% , kemudian responden dengan jabatan kepala sub bagian sebanyak 3 orang dengan perentase 5,55%, dan yang terakhir adalah responden dengan jabatan kepala bidang yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 3,71%.
Uji koefisien determinasi dalam penelitian ini terdiri dari 3 uji sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Sumnaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 0,593 0,352 0,327 2,423 1,902
Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan hasil Uji Koefisien Determinasi yang ditunjukkan pada tabel di
atas diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,327 yang berarti bahwa 32,7% variasi besarnya Kinerja Organisasi
Sektor Publik bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu Motivasi Pelayanan Publik dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi, sedangkan 67,3%
dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Berikut hasil uji koefisien determinasi yang ke-2 :
Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Sumnaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 0,664 0,441 0,419 2,252 1,945
Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan hasil Uji Koefisien Determinasi yang ditunjukkan pada tabel di atas diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,419 yang berarti bahwa kontribusi variabel Akuntabilitas sebesar 0,419. Artinya variabilitas variabel dependen yaitu Kinerja Organisasi Sektor
Publik yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel moderasi yaitu Akuntabilitas sebesar 41,9%, sedangkan 58,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Dan berikut hasil uji koefisien determinasi yang ke-3 :
Tabel 5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Sumnaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 0,684 0,467 0,446 2,197 2,259
Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan hasil Uji Koefisien Determinasi yang ditunjukkan pada tabel di atas diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,446 yang berarti bahwa kontribusi variabel Akuntabilitas sebesar 0,446. Artinya variabilitas variabel dependen yaitu Kinerja Organisasi Sektor Publik yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas variabel moderasi yaitu Akuntabilitas sebesar 44,6%, sedangkan 55,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Perlu diketahui, karena dalam penelitian ini terdapat variabel moderasi untuk mendapatkan kesaihan data, maka uji t parsial dalam penelitian ini terdiri dari 3 uji yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Variabel Prob. Sig
t Hitung t Tabel Sig. Ket.
Motivasi Pelayanan Publik
(X1) 1,773 1,676 0,082 0,05 Tidak
Sig.
Kualitas Sistem Informasi
Akuntansi (X2) 3,388 1,676 0,001 0,05 Sig.
Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai thitung sebesar 1,773 > nilai ttabel sebesar 1,676 dan nilai signifikan Motivasi Pelayanan Publik sebesar 0,082 > 0,05 sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel Motivasi Pelayanan Publik (X1) tidak berpengaruh terhadap variabel Kinerja Organisasi Sektor Publik.
Tabel tersebut juga menunjukkan nilai thitung sebesar 3,388 > nilai ttabel sebesar
1,676 dan nilai signifikan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi sebesar 0,001 < 0,05 sehingga H2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kualitas Sistem Informasi Akuntansi (X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel Kinerja Organisasi Sektor Publik.
Berikut hasil uji t yang ke-2 sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) MRA Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 26,975 3,757 7,180 0,000
MPP (X1) -0,150 0,085 -0,364 -1,770 0,083 MPP (X1) *
A (M) 0,007 0,002 0,951 4,622 0,000
Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas diketahui interaksi X2*M diperoleh nilai thitung sebesar 4,622 > nilai ttabel sebesar 1,676 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 sehingga H3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel Akuntabilitas memoderasi (memperkuat) hubungan antara Motivasi Pelayanan Publik (X1) terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik (Y).
Dan berikut adalah hasil uji t yang ke-3:
Tabel 8. Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) MRA Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 26,700 3,174 8,412 0,000
KSIA (X2) -0,197 0,149 -0,335 -1,323 0,192 KSIA (X2)
* A (M) 0,011 0,003 0,977 3,854 0,000 Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui interaksi X2*M diperoleh nilai thitung sebesar 3,854 > nilai ttabel sebesar 1,676 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 sehingga H4 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Akuntabilitas memoderasi (memperkuat) hubungan antara Kualitas Sistem Informasi Akuntansi (X2) terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik (Y).
Berikut ini akan disajikan hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) pada Tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVAb
Model Sum of
Square Df Mean
Square F Sig.
1 Regression 162,811 2 81,405 13,862 0,000a Residual 299,504 51 5,873
Total 462,315 53
a. Predictors : (Constant), Kualitas Sistem Informasi Akuntansi, Motivasi Pelayanan Publik
b. Dependent Variabel : Kinerja Organisasi Sektor Publik Sumber : Data Diolah, 2016 (Lampiran 10)
Dari hasil Uji F yang ditunjukkan pada tabel di atas diperoleh Fhitung sebesar 13,862, hal ini berarti bahwa Fhitung> Ftabel yaitu 13,862 > 2,79, dengan tingkat signifikansi yaitu 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh secara simultan antara variabel-variabel independen yaitu Motivasi Pelayanan Publik (X1) dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi (X2) terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik (Y).
Hasil pengujian untuk hipotesis yang pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Motivasi Pelayanan Publik tidak berpengaruh terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik. Perry dan Wise mendefinisikan motivasi pelayanan publik atau PSM (public service motivation) sebagai kecenderungan seseorang individu untuk memberikan respons motif yang secara umum dan unik terdapat dalam institusi publik, yang meliputi ketertarikan kepada pembuatan kebijakan publik, tanggungjawab kepada kepentingan publik dan kewajiban sebagai warga negara, perasaan simpati atau kasihan, dan sikap pengorbanan diri. Motivasi pelayanan publik yang positif tentu saja akan boleh melahirkan pekerja (pegawai) yang kompeten dan berdedikasi tinggi terhadap tugas dan kewajibannya serta dapat meningkatkan prestasi kerja. Dari hasil uji diketahui adanya faktor yang menyebabkan motivasi pelayanan publik tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi sektor publik, faktor tersebut, yaitu digunakannya indikator ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik disinyalir
menjadi alasan ketidakberpengaruhan antara motivasi pelayanan publik terhadap kinerja organisasi sektor publik, hal ini juga didukung dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dimana diketahui bahwa karyawan merasa tidak nyaman dengan adanya indikator tersebut dalam kuesioner yang disebar.
Hasil pengujian untuk hipotesis yang kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik. Kualitas Sistem Informasi Akuntansi adalah tingat baik buruknya kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi keuangan yang dibutuhkan pihak-pihak manajemen dalam membantu pengambilan keputusan. Sistem informasi akuntansi dirancang sedemikian rupa oleh suatu organisasi atau lembaga sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang releven, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami, dengan sistem informasi akuntansi yang layak dapat dihasilkan suatu laporan yang mampu memberikan berbagai informasi yang berguna bagi pihak-pihak pengambil keputusan.
Dengan meningkatnya Kualitas Sistem Informasi Akuntansi maka akan mampu meningkatkan Kinerja Organisasi Sektor Publik.
Hasil pengujian untuk hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Akuntabilitas memoderasi hubungan antara Motivasi Pelayanan Publik terhadap
Kinerja Organisasi Sektor Publik.
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara konseptual keberadaan akuntabilitas sehendaknya dapat meningkatkan kinerja organisasi sektor publik.Dengan adanya akuntabilitas pada diri setiap karyawan maka akan mampu mendorong motivasi karyawan untuk memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat yang nantinya akan mampu meningkatkan kinerja organisasi sektor publik.
Hasil pengujian untuk hipotesis yang keempat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Akuntabilitas memoderasi hubungan antara Kualitas Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik.
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara konseptual keberadaan akuntabilitas sehendaknya dapat meningkatkan kinerja organisasi sektor publik. Dengan adanya akuntabilitas dalam diri semua karyawan maka karyawan mampu untuk menerima dan menerapkan sistem informasi akuntansi yang diterapkan pemerintah sehingga pelaporan keuangannya pun dapat terselesaikan dengan tepat waktu sehingga nantinya akan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Variabel Motivasi Pelayanan Publik tidak berpengaruh terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik, hal ini tunjukkan dengan nilai thitung sebesar 1,773 > nilai ttabel sebesar 1,676 dan nilai signifikan Motivasi Pelayanan Publik sebesar 0,082 > 0,05. (2) Variabel Kualitas Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Organisasi
Sektor Publik, hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 3,388 > nilai ttabel sebesar 1,676 dan nilai signifikan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi sebesar 0,001 < 0,05.
Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitas dari sistem informasi akuntansi maka akansemakin baik pula kinerja organisasi sektor publik. (3) Variabel Akuntabilitas memoderasi hubungan antara Motivasi Pelayanan Publik terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik, hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 4,622 > nilai ttabel
sebesar 1,676 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa dengan akuntabilitas maka semakin kuat hubungan antara motivasi pelayanan publik dengan kinerja organisasi sektor publik. (4) Variabel Akuntabilitas memoderasi hubungan antara Kualitas Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Organisasi Sektor Publik, hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung
sebesar 3,854 > nilai ttabel sebesar 1,676 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
Hal ini berarti bahwa dengan akuntabilitas maka semakin kuat hubungan antara kualitas sistem informasi akuntansi dengan kinerja organisasi sektor publik.
Saran
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner sehingga dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi antara responde. Dan (2) Adanya keterbatasan penelitian terdahulu yang ditemukan oleh peneliti sehingga teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini juga terbatas.
Adanya keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini mengakibatkan perlu adanya perbaikan atau pengembangan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah : (1) Bagi karyawan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng diharapkan mampu meningkatkan motivasi pelayanan publik di setiap aspek agar nantinya mampu meningkatkan kinerja organisasinya. (2) Bagi penelitian-penelitian selanjutnya diharapkan mampu memberikan variabel-
variabel lain ataupun variabel tambahan yang mendukung meningkatnya kinerja organisasi sektor publik sehingga nantinya akan ada semakin banyak penelitian- penelitian baru yang dapat dijadikan acuan bagi organisasi sektor publik untuk meningkatkan kinerjanya. (3) Bagi penelitian-penelitian berikutnya yang juga ingin menggunakan variabel motivasi pelayanan publik diharapkan agar mampu menemukan solusi agar variabel motivasi pelayanan publik dapat mempengaruhi kinerja organisasi sektor publik agar organisasi dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kinerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, FD. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly.
73(3): 319- 340
Dwiyanto, Agus et al. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.
Yogyakarta: PPSK-UGM
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Indudewi, Dian. 2012. Pengaruh Insentif, Desentralisasi, Ukuran Kinerja Dan Kejelasan Sasaran Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Kasus Pada Fakultas- Fakultas Di Lingkungan Universitas Semarang). Jurnal
Dinamika Sosial Budaya ISSN 1410-9859 Vol. 14 no. 1, pp. 53- 62
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaharuan
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta:Penerbit Erlangga
Nugroho, Fajar dan Abdul Rohman. 2012.
Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan asli daerah Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus di Propinsi Jawa Tengah).
Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro
Republik Indonesia Tahun 2016 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta Perry, James, L. And Lois Recascino
Wisee. 1990. “The Motivational Bases ofPublic Service”. Public Administration Review 50 (May/June) : 367-373
Propper, C. dan Wilson, D. 2003. The Use And Usefulness Of Performance Measures In The Public Sector.
Oxford Review of Economic Policy, Vol. 19 No. 2, pp. 250-265