• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIDANG GELINCIR LERENG STUDI KASUS LONGSORAN RUAS JALAN PURWANTORO – NAWANGAN/BTS JATIM KM 89+400.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BIDANG GELINCIR LERENG STUDI KASUS LONGSORAN RUAS JALAN PURWANTORO – NAWANGAN/BTS JATIM KM 89+400."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1 Timur dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah 182.236,02 ha. Kabupaten Wonogiri secara administratif terbagi menjadi 25 Kecamatan, 43 Kelurahan dan 251 Desa. Kondisi alamnya sebagian besar berupa pegunungan berbatu gamping, terutama di bagian selatan, yang termasuk jajaran Pegunungan Seribu dan merupakan mata air dari Bengawan Solo. Batas wilayah Kabupaten Wonogiri dengan daerah lainnya sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudera Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo, sebelah barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Secara topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 100-300 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran tinggi yaitu berada pada 500 m atau lebih dari permukaan air laut. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jatiroto dan Karangtengah. Kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar berupa perbukitan bergelombang dan dataran sangat terbatas hanya di beberapa tempat terutama pada bentuk lahan aluvial. Hal inilah yang menyebabkan sering terjadinya bencana longsor terutama saat musim penghujan akibat menambah beban pada lereng meningkatan kandungan air dalam tanah. Musibah tanah longsor yang terjadi di Desa Pucung, Kismantoro, Wonogiri (KM 91+200) Sabtu (16/4/2016) dini hari yang berakibat jalur Purwantoro Pakis Baru, Pacitan sempat terputus dan menutup badan jalan. Tebing yang longsor setinggi 25 meter, sedangkan jalan yang tertutup material sepanjang 12 meter. Selain tanah dan batu, material longsoran tanah juga berupa rumpun bambu dan tonggak pohon besar dari hutan Pucung. Longsoran tersebut sudah ditangani oleh Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah dengan melakukan pengerukan timbunan yang menutup badan

(2)

2

jalan. Pada Km 89+400 di ruas jalan tersebut juga terjadi retakan-retakan tanah longsor dengan kondisi yang sudah tidak stabil. Kondisi longsoran tanah di hulu dan hilir Km 89+400 disajikan pada Gambar 1.1 sebagai berikut.

Gambar 1.1 Foto longsoran di Km 89+400 sebelah hulu dan hilir

Studi penelitian ini termasuk pada ruas penanganan pelebaran jalan tahun anggaran 2016. Ruas ini terdapat 2 titik lokasi kelongsoran yaitu di desa Pucung yang sudah ditangani oleh Dinas Bina Marga Provinsi Jawa tengah KM 91+200 dan pada Km 89+400 (lokasi S=07o55’51,8” E= 111o14’36,9”) yang akan menjadi obyek penelitian. Lokasi penelitian ini disajikan pada Gambar 1.2 sebagai berikut.

Gambar 1.2 Lokasi objek penelitian

Kesalahan analisis stabilitas lereng tidak banyak disebabkan oleh bentuk anggapan bidang longsor, akan tetapi oleh kesalahan dalam penentuan lokasi bidang longsor kritisnya (Bowles, 1984). Penelitian ini bertujuan untuk mencari bentuk dan lokasi bidang gelincir yang sesuai pada studi kasus longsoran pada ruas jalan

(3)

3

Purwantoro – Nawangan Km 89+400 dengan interpretasi hasil uji tanah. Dengan mengetahui secara tepat bentuk dan lokasi bidang gelincir lereng, maka diharapkan dapat melakukan penanganan perkuatan lereng yang sesuai pada longsoran ruas jalan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengidentifikasi bentuk dan lokasi bidang gelincir lereng pada longsoran pada ruas jalan Purwantoro-Nawangan/Bts Jawa Timur KM 89+400 ? 2. Bagaimana usulan penanganan perkuatan longsoran pada ruas jalan

Purwantoro-Nawangan/Bts Jawa Timur KM 89+400 ?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini tidak membahas beban kendaraan, curah hujan, struktur geologi serta tidak memperhitungkan muka air tanah dan faktor akibat gempa pada penanganan perkuatan lereng.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui identifikasi bentuk dan lokasi bidang gelincir dari hasil uji tanah lapangan di ruas jalan Purwantoro-Nawangan/Bts Jawa Timur KM 89+400. 2. Mengetahui usulan penanganan perkuatan longsoran yang tepat pada longsoran

ruas jalan Purwantoro-Nawangan/Bts Jawa Timur KM 89+400.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis, yaitu memberikan kontribusi peningkatan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang penentuan bidang gelincir lereng serta diharapkan dapat memberikan acuan pembanding bagi stakeholder dalam usulan penanganan kelongsoran lereng.

Gambar

Gambar 1.1 Foto longsoran di Km 89+400 sebelah hulu dan hilir

Referensi

Dokumen terkait