• Tidak ada hasil yang ditemukan

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "G U B E R N U R SUMATERA BARAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

G U B E R N U R

SUMATERA BARAT No. Urut: 86, 2012

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 86 TAHUN 2012

TENTANG

TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN BELANJA TIDAK TERDUGA DAN PENDANAAN

KEADAAN DARURAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 134 ayat (4) dan Pasal 162 ayat (11) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana yang telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tata Cara Pemberian dan Pertanggungjawaban Belanja Tidak Terduga dan Pendanaan Keadaan Darurat dilingkungan Pemerinta Provinsi Sumatera Barat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112), Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Pepublik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723 ).

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden

726 727

(2)

Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 754 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terkahir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011;

11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Sarat Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008 Nomor 30 );

12. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA TIDAK TERDUGA DAN PENDANAAN KEADAAN DARURAT

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

4. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintahan daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah;

5. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan kepala SKPKD yang mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah;

6. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah 7. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD

adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD

8. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat KPA-PPKD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pejabat pengelola keuangan daerah dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi PA-PPKD.

9. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

10. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PPTK-SKPD adalah pejabat pada SKPD yang melaksanakan beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya dan atau atas pertimbangan lainnya.

11. Bendahara pengeluaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat Bendahara-PPKD adalah pejabat yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan Belanja PPKD.

12. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah;

13. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan perubahan anggaran Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.

14. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan dalam setiap periode.

15. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

(3)

16. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana social yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

17. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Barat yang selanjutnya disingkat BPBD adalah satuan kerja perangkat daerah pada pemerintahan daerah yang melaksanakan tugas dan fungsi dibidang penanggulangan bencana;

18. Satuan Kerja Perangkat Daerah Teknis yang selanjutnya disingkat SKPD Teknis adalah perangkat daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya untuk melakukan pekerjaan keadaan darurat dan/atau keadaan mendesak;

19. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

20. Keadaan darurat adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis;

21. Keadaan mendesak adalah suatu keadaan yang muncul secara tiba-tiba yang menyangkut kepentingan umum yang harus diselesaikan dengan cepat dimana apabila tidak dilakukan akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat

22. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, Sunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

23. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.

24. Keadaan Siaga Darurat Bencana adalah suatu keadaan terdapat potensi bencana, yang merupakan peningkatan eskalasi ancaman yang

penentuannya didasarkan atas hasil pemantauan yang akurat oleh instansi yang berwenang dan juga mempertimbangkan kondisi nyata/dampak yang terjadi di masyarakat

BAB II

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

(1) Belanja Tidak Terduga bertujuan untuk menampung kegiatan-kegiatan yang sifatnya:

a. tidak biasa atau tidak diharapkan berulang terjadi, b. tidak dapat diprediksi sebelumnya ,

c. diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah serta

d. untuk tanggap darurat yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada tahun anggaran bersangkutan,

(2) Pendanaan Keadaan Darurat bertujuan untuk mendanai:

a. kegiatan yang bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya b. keadaan yang tidak diharapkan terjadi secara berulang c. keadaan diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan d. memiliki dampak yang signifikan terhadap APBD dalam rangka

pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan mengenai tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak terduga dan pendanaan keadaan darurat meliputi penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungung jawaban yang dananya bersumber dari APBD.

BAB III PENGELOLA

Pasal 4

Pengelola belanja tidak terduga dan pendanaan keadaan darurat terdiri dari : a. PPKD selaku kepala SKPKD;

b. KPA-PPKD;

c. Kuasa BUD;

d. Kepala BPBD;

e. Bendahara Pengeluaran PPKD; dan f. Bendahara Pengeluaran BPBD.

(4)

Pasal 5

(1) PPKD selaku kepala SKPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a yaitu Kepala DPKD.

(2) PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan tanggungjawab :

a. pengendalian, koordinasi dan pelaksanaan keuangan Belanja Tidak Terduga;

b. mengawasi pengelolaan belanja tidak terduga;

c. bertanggungjawab terhadap penggunaan dana belanja tidak terduga sesuai dengan kewenangannya kepada Gubernur

Pasal 6

(1) KPA- PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b yaitu Kepala Seksi pada Bidang Kuasa Bendahara Umum Daerah di DPKD.

(2) KPA-PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan tenggungjawab :

a. membantu penyelenggaraan, kelancaran proses administrasi keuangan belanja tidak terduga;

b. membantu PPKD mengendalikan, mengawasi dan mempertanggung jawaban pengelolaan keuangan belanja tidak terduga;

c. membantu pengguna anggaran dalam menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan penanganan bencana alam baik fisik maupun keuangan kepada PPKD;

d. menandatangani SPM Belanja Tidak Terduga.

Pasal 7

(1) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c yaitu Kepala BidangKuasa BUD yang bertindak dalam kapasitasnya sebagai bendahara umum daerah pada DPKD

(2) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan tanggungjawab :

a. menyiapkan SPD b. menerbitkan SP2D

c. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah.

Pasal 8

(1) Kepala BPBD sebagaimana di maksud dalam pasal 4 huruf d yaitu SKPD yang melaksanakan penanganan tanggap darurat yang menggunakan belanja tidak terduga.

(2) Kepala BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas

dan tanggungjawab:

a. melakukan survey lapangan pada lokasi bencana alam/bencana sosial dan melaporkan hasilnya kepada Gubernur;

b. mengusulkan kepada Gubernur status/tingkat bencana;

c. mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja ( RKB ) tanggap darurat bencana;

d. melaksanakan penanganan tanggap darurat sesuai dengan RKB;

e. bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur.

(3) Status/tingkat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 9

(1) Bendahara Pengeluaran PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e yaitu staf pada Kuasa BUD pada DPKD.

(2) Bendahara Pengeluaran PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan tanggungjawab :

a. memproses pencairan dana untuk kegiatan penanganan bencana alam/bencana sosial dan lainya melalui belanja tidak terduga;

b. menerima, membayarkan, membukukan dan mempertanggungjawabkan Dana Belanja Tidak Terduga;

c. menyelenggarakan pembukuan dan penatausahaan terhadap seluruh pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya;

d. menandatangani tanda bukti pembayaran (lunas bayar pada kwitansi)

e. membuat dan menyampaikan SPJ kepada PPKD;

f. membuat laporan realisasi Belanja Tidak Terduga kepada PPKD selaku SKPKD;

Pasal 10

(1) Bendahara Pengeluaran BPBD sebagaimana dimaksuda dalam Pasal 4 hurufr f yaitu staf pada BPBD.

(2) Bendahara Pengeluaran BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan tanggungjawab :

a. memproses pencairan dana untuk kegiatan penanganan bencana alam/bencana sosial dan lainnya melalui kegiatan yang dananya berasal dari pergeseran belanja tidak terduga;

b. menerima, membayarkan, membukukan dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana kegiatan yang bersumber dari Belanja Tidak Terduga;

c. menyelenggarakan pembukuan dan penatausahaan terhadap seluruh

(5)

pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya;

d. menandatangani tanda bukti pembayaran (lunas bayar pada kwitansi);

e. menyampaikan tembusan SPJ kegiatan yang dananya bersumber dari belanja tidak terduga kepada PPKD selaku kepala SKPKD;

f. mengelola belanja untuk penangganan belanja tanggap darurat;

BAB IV

BELANJA TIDAK TERDUGA Bagian Kesatu

Umum Pasal 11

(1) Penganggaran belanja tidak terduga dalam APBD dicantumkan pada kode rekening kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja tidak terduga, obyek belanja tidak terduga dan rincian obyek belanja tidak terduga

(2) Penganggaran be!anja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada belanja SKPKD

Pasal 12

(1) Pengeluaran belanja tidak terduga dipergunakan untuk mendanai : a. penanggulangan bencana alam dan bencana sosial I yang tidak

diperkirakan sebelumnya

b. kebutuhan tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah;

c. Kebutuhan siaga darurat dalam rangka terjadinya bencana d. pengembalian atas kelebihan sebelumnya yang telah ditutup.

(2) Pengeluaran belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kebutuhan yang diusulkan dari SKPD teknis terkait setelah mempertimbangkan efesiensi dan efektifitas serta menghindari adanya tumpang tindih pendanaan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah didanai dari APBN

(3) Pembebanan pengeluaran belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pembebanan langsung pada pengeluaran tidak terduga

Bagian Kedua

Penanggulangan Bencana Alam dan/atau Bencana Sosial

Pasal 13

Mekanisme pelaksanaan pengeluaran belanja tidak terduga untuk bantuan korban bencana alam dan/atau bencana sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 3yat (1) huruf a sebagai berikut:

a. surat Laporan Bencana Alam dari SKPD teknis diketahui oleh Bupati/Walikota kapada Gubernur melalui Kepala BPBD;

b. gubernur dapat meminta saran kepada Sekretaris Daerah sekaligus menugaskan melakukan cek lapangan kepada Kepala BPBD dan SKPD Teknis;

c. berdasarkan hasil cek lapangan, Kepala BPBD dari SKPD Teknis terkait menyiapkan telaahan staf kepada Gubernur untuk memberikan bantuan kepada korban bencana alam;

d. berdasarkan telahaan stat Kepala BPBD yang telah didisposisi oleh Gubernu;, Kepala DPKD melalui Sekretaris Daerah memberitahukan ketersediaan Belanja Tidak Terduga dalam APBD dan besaran alokasi yang akan digunakan sekaligus menyiapkan Keputusan Gubernur dan Surat Pemberitahuan kepada DPRD terhadap pemberian batuan akibat bencana alam dengan menggunakan Belanja Tidak Terduga serta dokumen pendukung lainnya;

e. apabila dipandang perlu Sekretaris Daerah dapat melakukan rapat koordinasi bersama dengan SKPD teknis terkait dan menyampaikan saran kepada Gubernur;

f. Kepala DPKD selaku BUD mencairkan dana tak terduga kepada BPBD paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterimanya persetujuan Gubernur tentang pemberian bantuan korban bencana alam, Keputusan Gubernur tentang pelaksanaan pemberian bantuan bencana alam dengan menggunakan Belanja Tidak Terduga, Surat Pemberitahuan kepada DPRD tentang pemberian bantuan bencana alam dengan menggunakana Belanja Tidak Terduga;

g. Pencairan dana pemberian bantuan bencana alam dilakukan dengan mekanisme Tambahan Uang (TU) selanjutnya diserahkar. kepada bendahara pengeluaran BPBD dalam bentuk pelimpahan uang untuk seterusnya diberikan kepada yang berhak.

(6)

Bagian Ketiga Tanggap Darurat

Pasal 14

(1) Tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b merupakan status keadaan darurat bencana daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi /laporan kejadian bencana alam dan/atau bencana sosial oleh Kepala BPBD.

(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari setelah terjadinya bencana alam dan/atau bencana sosial yang bersifat tanggap.

(3) Apabila dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari tidak ditetapkan Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud ayat (2), maka tanggap darurat atas bencana alam dan/ atau bencana sosial tesebut merupakan kegiatan pasca bencana yang dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD teknis.

(4) Pengeluaran kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. pencarian dan penyelamatan korban bencana:

b. pertolongan darurat;

c. evakuasi korban bencana dan harta benda d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;

e. ketersediaan pangan f. ketersediaan sandang;

g. pelayanan kesehatan; dan

h. penampungan serta tempat hunian sementara Pasal 15

(1) Tata cara pelaksanaan kebutuhan tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. setelah pernyataan tanggap darurat bencana oleh Gubernur, kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) tanggap darurat bencana kepada PPKD selaku BUD;

b. PPKD selaku BUD mencairkan dana tanggap darurat bencana kepada kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterima RKB;

c. pencairan dana tanggap darurat bencana dilakukan degan mekanisme Tambahan Uang (TU) dan diserahkan kepada bendahara pengeluaran SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana ;

d. penggunaan dana tanggap darurat bencana dicatat pada Buku Kas Umum tersendiri oleh Bendahara Pengeluaran pada SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana;

e. kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana bertanggungjawab secara fisik dan keuangan terhadap penggunaan dana tanggap darurat bencana yang dikelolanya; dan

f. pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap darurat bencana disampaikan oleh kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana kepada PPKD dengan melampirkan bukti- bukti pengeluaran yang sah dan lengkap atau surat pernyataan tanggungjawab belaja.

Pasal 16

(1) Besaran alokasi belanja tidak terduga untuk membiayai tanggap darurat bencana ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

(2) Pengeluaran belanja tidak terduga sebagaimara dimaksud pada ayat (1) melalui beban langsung (LS) dan/atau Uang Persediaan (UP).

Bagian Keempat

Pengembalian Kelebihan Penerimaan Daerah Pasal 17

Mekanisme pelaksanaan pengeluaran tidak terduga atas pengembalian kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) huruf c sebagai berikut : a. surat Permohonan / pemberitahuan dari pemohon yang dilengkapi

dengan bukti-bukti yang syah tentang adanya keterlanjuran penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup dari Pemerintah Provinsi dan/ atau Pemerintah Kabupaten / Kota lainnya serta pihak ketiga kepada Gubernur cq. DPKD;

b. kepala DPKD meneliti/verifikasi surat permohonan/ pemberitahuan keterlanjuran penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas dan selanjutnya mengajukan telaahan staf kepada Gubernur untuk pembayaran keterlanjuran penerimaan daerah dari belanja tidak terduga;

(7)

c. apabila Gubernur tidak menyetujui pembayaran keterlanjuran penerimaan daerah, maka kepala DPKD mengembalikan permohonan / pemberitahuan tersebut kepada pemohon;

d. apabila Gubernur setuju, Kepala DPKD menyiapkan Keputusan Gubernur tentang pembayaran keterlanjuran penerimaan daerah yang berisi sekurang-kurangnya penetapan penerima pembayaran dan besaran dana yang akan dibayarkan untuk ditandatangani Gubernur dan Surat Pemberitahuan kepada DPRD atas penggunaan Belanja Tidak Terduga;

e. berdasarkan Keputusan Gubernur, Bendahara Pengeluaran PPKD melakukan mekanisme pencairan dana yang dilakukan melalui DPKD dengan cara pengajuan SPP-LS Belanja Tidak Terduga kepada PPKD / KPA-PPKD melalui PPK-SKPKD.

Bagian Kelima Penatausahaan

Pasal 18

(1) Penggunaan dana tanggap darurat bencana alam dan/atau bencana sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a dan bantuan korban bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b dicatat pada Buku Kas Umum tersendiri oleh BPBD.

(2) Apabila dipandang perlu Bendahara Pengeluaran BPBD dapat menggunakan buku pembantu kas umum tersendiri sesuai dengan kebutuhan.

(3) Bendahara pengeluaran PPKD melakukan penatausahaan keuangan menggunakan Buku Kas Urnum dan Buku Pembantu Kas Umum sesuai dengan Peraturan Gubernur yang mengatur tentang Penatausahaan Keuangan Daerah.

BAB V

PENGELUARAN KEADAAN DAN MENDESAK Bagian Kesatu

Keadaan Darurat Pasal 19

(1) Dalam keadaan darurat, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belurn tersedia anggarannya, yang selanjutnya ditampung pada Perubahan APBD.

(2) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang- kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksi sebelumnya;

b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;

c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah;

d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat; dan

e. pencegahan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintah demi terciptanya keamanan, ketentraman dan keterliban masyarakat di daerah.

(3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan belanja tidak terduga.

(4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara:

a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau

b. memanfaatkar uang kas daerah yang tersedia.

(5) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.

(6) Penggunaan belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan melakukan pergeseran anggaran dari belanja tidak terduga ke belanja yang diperlukan SKPD dan diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD dan/atau RKA-PPKD, kecuali belanja untuk tanggap darurat bencana.

(7) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

(8) Dasar pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-SKPD oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah.

Bagian Kedua Keadaan Mendesak

Pasal 20

(1) Dalam keadaan mendesak, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya ditampung pada Perubahan APBD.

(2) Kriteria belanja untuk keadaan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup :

(8)

a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan, dan b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan

menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

(3) Kriteria keadaan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD.

Pendanaan keadaan mendesak yang belum tersedia anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan belanja tidak terduga.(5) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara:

Bagian Ketiga Tata Cara Pelaksanaan

Pasal 21

Tata cara pelaksanaan kegiatan keadaaan darurat dan mendesak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan dalam Pasal 20 ayat (1) dibagi atas 3 kategori:

a. kegiatan dalam rangka penanggulangan akibat bencana alam dan/atau bencana social;

b. kegiatan dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas

c. penyelenggaraan pemerintah demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat ; dan

d. kegiatan yang tidak termasuk kategori sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.

Pasal 22

(1) Tata cara pelaksanaan kegiatan dalam rangka penanggulangan akibat bencana alam dan/atau bencana sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a sebagai berikut :

a. surat permohonan/laporan penanggalangan akibat bencana alam bencana sosial dari masyarakat dan SKPD teknis yang diketahui oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur melalui BPBD;

b. Gubernur dapat meminta saran kepada Sekretaris Daerah sekaligus menugaskan Kepala BPBD dan SKPD Teknis terkait untuk melakukan cek lapangan sekaligus membuat Berita Acara Teknis dan penghitungan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB);

c. berdasarkan hasil cek lapangan dan berita acara teknis, Kepala BPBD menyiapkan Keputusan Gubernur tentang Penetapan status/ tingkat bencana sosial;

d. berdasarkan Keputusan Gubernur tentang Penetapan Status tingkat Bencana Alam dan/atau Bencana Sosial, SKPD teknis terkait menyampaikan usulan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) kepada Gubernur untuk dapat disetujui :

e. berdasarkan usulan RKB SKPD teknis terkait, Kepala DPKD menyiapkan Keputusan Gubernur tentang pemanfaatan Belanja Tidak Terduga, dan surat Pemberitahuan kepada DPRD tentang pelaksanaan pekerjaan keadaan darurat penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial dengan menggunakan Belanja Tidak Terduga;

f. apabila dipandang perlu Sekretaris Daerah dapat melakukan rapat koordinasi bersama dengan instansi terkait dalam menyampaikan saran kepada Gubernur;

(2) Berdasarkan Keputusan Gubernur tentang Status/Tingkat Bencana Alam dan/atau bencana sosial, Keputusan Gubernur tentang Penggunaan Belanja Tidak Terduga, Surat Pemberitahuan kepada DPRD tentang Pelaksanaan Pekerjaan Penanggulangan Bencana Alam dan Bencana Sosial dengan menggunakan Belanja Tidak Terduga, serta RKB yang telah disetujui Gubernur, selanjutnya Kepala SKPD Teknis mengajukan RKA-SKPD kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) melalui Kepala DPKD paling lambat 7 (tujuh) hari kerja.

(3) RKA-SKPD yang telah diterima dari SKPD teknis selanjutnya dijadikan dasar bagi Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk melakukan pembahasan dan menyiapkan Peraturan Gubernur tentang Perubahan Penjabaran APBD mendahului perubahan APBD.

(4) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan dengan mengajukan nama kegiatan baru dan/atau menambah pekerjaan pada Kegiatan yang telah ada.

(5) Berdasarkan Peraturar. Gubernur sebagaimana dimaksud ayat (3) Kepala SKPD Teknis mengajukan DPA-SKPD dan/atau DPPA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan Sekretaris Daerah.

(6) DPA-SKPD dan/atau DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan dasar pengeluaran untuk kegiatan sebagatmana dimaksud pada ayat (4).

Pasal 23

Tata cara pelaksanaan kegiatan dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerimahan demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b dan kegiatan yang tidak termasuk kategori

(9)

sebagaimana dimaksud pada huruf c mempedomani Peraturan Gubernur yang mengatur tentang Tata Cara Pengelolaan Anggaran Kas Pemerintah Daerah, dan/atau Pergeseran Anggaran dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

Bagian Keempat Pelaksanaan Pekerjaan

Pasal 24

(1) Untuk pelaksanaan pekerjaan keadaan darurat dan mendesak, Kepala SKPD teknis menetapkan cara pengadaan barang dan jasa secara swakelola dan/atau pemilihan Penyedia Barang/Jasa

(2) Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan keadaan darurat Kepala SKPD Teknis dapat menunjuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan pelaksana pekerjaan

(3) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah PPTK yang membidangi pekerjaan darurat dan juga sebagai PPTK untuk kegiatan lain pada SKPD Teknis

(4) Pelaksana pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah unsur staf yang menangani pekerjaan darurat tersebut pada SKPD teknis terkait.

Pasal 25

(1) Untuk pelaksanaan pekerjaan keadaan darurat secara swakelola sebngaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1) Kepala SKPD Teknis menunjuk PPTK dan Pelaksana Pekerjaan paling lambat 2 (dua) hari setelah ditetapkan Keputusan Gubernur tentang Status Tingkat Bencana Alam dan/atau Bencana Sosial, Keputusan Gubernur tentang Penggunaan Belanja Tidak Terduga, Surat Pemberitahuan kepada DPRD tentang Pelaksanaan Pekerjaan Penanggulangan Bencana Alam dan/atau Bencana Sosial dengan menggunakan Belanja Tidak Terduga, serta RKB yang telah disetujui Gubernur.

(2) Gerdasarkan penunjukkan sebagaimana dimaksud ayat (1), PPTK menyiapkan Surat Perjanjian Kerja (SPK) antara Pengguna Anggaran SKPD Teknis dengan Pelaksana Pekerjaan.

(3) Berdasarkan SPK yang telah disiapkan PPTK dan telah ditandatangani oleh Pelaksana Pekerjaan dengan PA-SKPD Teknis, pelaksana pekerjaan mengajukan tagihan dalam bentuk uang persediaan/Uang Muka Kerja Kepada bendahara pengeluaran SKPD Teknis.

Pasal 26

(1) Karena keterbatasan teknologi, tenaga dan peralatan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak ketiga dengan sistem penunjukan lansung sebagaimana diatur dalam Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.

(2) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah ditetapkan:

a. Keputusan Gubernur tentang Status/Tingkat Bencana Alam dan/atau Bencana Sosial;

b. Keputusan Gubernur tentang Penggunaan Belanja Tidak Terduga,;

c. Surat Pemberitahuan kepada DPRD tentang Pelaksanaan Pekerjaan Penanggulangan Bencana Alam dan/atau Bencana Sosial dengan menggunakan Belanja Tidak Terduga;

d. Serta RKB yang telah disetujui Gubernur,

Kepala SKPD Teknis menunjuk PPTK rlan menetapkan Rekananl Pihak ketiga yang dinilai mempunyai kemampuan, peralatan, tenaga yang cukup serta kinerja baik dan diyakini dapat melaksanakan pekerjaan serta menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) kepada Pihak Ketiga.

(5) Kemampuan, pera!atan, tenaga yang cukup serta kinerja baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), antara lain adalah dengan tidak akan mengajukan permintaan uang muka.

(6) Opname pekerjaan dilapangan dilakukan bersama antara pihak ketiga degan SKPD Teknisi PPTK, sementara proses dan administrasi pengadaan dapat dilakukan secara simultan.

(7) Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterbitkan SPMK, pihak ketiga wajib melaksanakan mobilisasi dan melaksanakan pekerjaan.

(8) Apabila penandatangan kontrak dilakukan sebelum pekerjaan selesai maka untuk administrasi kontrak kepada Pihak ketiga tetap menyampaikan jaminan pelaksanaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(9) Apabila penandatanganan kontrak dilakukan setelah serah terima pekerjaan, maka untuk administrasi kontrak dapat dilaksanakan tanpa adanya jaminan penawaran maupun jaminan pelaksanaan.

(10) Berdasarkan Surat Perjanjian Kerja (SPK) yang telah disiapkan oleh PPTK dan ditandatangani oleh PA-SKPD/KPA-SKPD Teknis bersama dengan rekanan pelaksana pekerjaan, PPTK mengajukan tagihan kepada bendahara pengeluaran SKPD Teknis.

(10)

(11) Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (8) adalah kontrak berdasarkan harga satuan, yang pembayarannya didasarkan hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh pihak ketiga sebagai penyedia barang dan jasa.

(12) Permintaan Dana oleh Pihak Ketiga disesuaikan dengan termen atau kemajuan pekerjaan berdasarkan kontrak dinyatakan dalam berita acara kemajuan pekerjaan dan ditandatangani oleh pengawas SKPD Teknis.

(13) Bagi kejadian bencana alam yang masuk dalam cakupan wilayah suatu kontrak, pekerjaan penanganan darurat dapat dimasukan ke dalam Contrak Cadang Order (CCO) dan dapat melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari nilai kontrak

Pasal 27

Pelaksanaan pekerjaan untuk kegiatan dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintah demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat dapat dilaksanakan dengan cara penunjukkan langsung.

Pasal 28

Pelaksanaan pekerjaan untuk kegiatan selain yang dimaksud dalam Pasal 22 mempedomani peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

BAB VI

PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 29

(1) Kepala BPBD bertang jawab secara fisik dan keuangan terhadap penggunaan dana tanggap darurat dan/atau bantuan korban bencana yang dikelolanya.

(2) Pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap darurat dan bantuan korban bencana disampaikan oleh Kepala BPBD kepada PPKD dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap atau surat pernyataan tanggungjawab belanja.

(3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah uang diterima oleh Bendahara Pengeluaran BPBD.

Dalam hal Bendahara Pengeluaran BPBD menerima TU dari Bendahara Pengeluaran PPKD pada Bulan Desember maka pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap darurat sebagaimana dimaksud ayat (2) paling lambat telah disampaikan tanggal 31 Desember tahun berkenaan.

Pasal 30

(1) SKPD penerima belanja tidak terduga bertanggungjawab secara pisik Dan keuangan atas penggunaan belanja tidak terduga dan wajib penyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan belanja tidak terduga kepada Gubernur melalui PPKD

(2) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan secara swakelola dokumen asli terhadap pembayaran upah tenaga kerja, tenaga ahli maupun pengadaan barang Dan jasa yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku disimpan oleh SKPD Teknis untuk bahan pemeriksaan oleh aparat fungsional.

(3) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan Dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh pelaksana pekerjaan kepada Gubernur sesuai dengan Peraturan Gubernur yang mengatur tentang Penatausahaan keuangan daerah.

Pasal 31

(1) Penyampaian laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dalam bentuk laporan keuangan dan laporan kinerja, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak selesainya pelaksanaan kegiatan bersangkautan

(2) Penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah masa tanggap darurat

BAB VII

KETENTUAN LAIN-LAIN PASAL 32

(1) Penggunaan belanja tidak terduga tidak diperkenankan untuk belanja yang sifatnya administrasi umum dan kebutuhan perkantoran.

(2) Dalam hal keadaan darurat dan mendesak terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran

Apabila penanganan keadaaan darurat dan mendesak menggunakan Dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan dan/atau memanfaatkan uang kas yang tersedia maka terlebih dahulu meminta persetujuan pimpinan DPRD dan tidak diperlukan surat pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

(11)

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur oleh Kepala DPKD.

(2) Peraturan ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Barat.

Ditetapkan di Padang

Pada tanggal 12 November 2012 GUBERNUR SUMATERA BARAT

dto

IRWAN PRAYITNO

Diundangkan di Padang

Pada tanggal 12 November 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dto ALI ASMAR

BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2012 NOMOR : 86

Referensi

Dokumen terkait

Nilai signifikansi variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) yang bernilai 0,021> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua; “Terdapat pengaruh yang signifikan

Sedangkan pada sumur KMJ-73 disebabkan oleh terjadinya key seat (lubang kunci) kombinasi dengan tertumpuknya serbuk bor dengan kenyataan bahwa pada saat pemboran sampai kedalaman

INGGRIS SMP NEGERI 2 BANYUDONO Siti Fatimah, M.Pd.. INGGRIS SMP NEGERI 2 BANYUDONO Siti

Pengaruh risiko operasional terhadap ROA adalah negatif, jika risiko operasional yang dihadapi bank semakin tinggi maka akan lebih banyak pendapatan bank yang

(1) Rapat rutin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a merupakan rapat koordinasi antara Dewan Pengawas dengan Direksi RSJ Prof HB Saanin Padang dan Komite

1) Mudes/Muskel melakukan validasi Daftar RTS-PM berdasarkan Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011. 2) RTS-PM yang Kepala Rumah Tangganya sudah meninggal dapat digantikan

RTS-PM yang berhak mendapatkan Raskin adalah Rumah Tangga yang terdapat dalam daftar nama dan alamat untuk Program Raskin 2015, yang diterbitkan dari Basis Data Terpadu

PNS Kementerian/Lembaga yang di tugaskan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dapat diberikan TPP pada awal bulan berikutnya