• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PADI SAWAH DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR THE DEVELOPMENT STRATEGY OF THE CULTURAL CENTER OF WET PADDY IN EAST HALMAHERA REGENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PADI SAWAH DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR THE DEVELOPMENT STRATEGY OF THE CULTURAL CENTER OF WET PADDY IN EAST HALMAHERA REGENCY"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF THE CULTURAL CENTER OF WET PADDY IN EAST HALMAHERA REGENCY

ABDUL HALIM DJEN KIPU

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

ii Tesis

Sebagai Salah satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Disusun dan diajukan oleh

ABDUL HALIM DJEN KIPU

Kepada

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)
(4)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ABDUL HALIM DJEN KIPU

Nomor Mahasiswa :P0200215001

Program Studi : Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain. Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 25 November 2017 Yang menyatakan

ABDUL HALIM DJEN KIPU

(5)

iv

berkat dan rahmat-Nya sehingga tesis yang berjudul “Strategi Pengembangan Sentra Pertanian Padi Sawah Di Kabupaten Halmahera Timur”, sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Program Pascasarjana Universitas Hassanuddin.

Gagasan yang mendasari pemilihan topik ini yaitu timbul dari hasil pengamatan penulis terhadap aspek pengembangan sentral pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur yang terbatas keberadaannya, sedangkan antarstakeholders yang berkepentingan terhadap pengembangan sentra tersebut berbeda konsep pengembangannya.Penulis bermaksud meyumbangkan beberapa konsep untuk memperbaiki kondisi sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.

Penulis menyadari banyak kendala yang dihadapi dalam penyusunan tesis ini, akan tetapi atas bantuan berbagai pihak penyusunan tesis ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. Ir.

Ahmad Munir, M.Eng selaku Ketua Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah sekaligus sebagai Ketua Komisi Penasehat dan Dr.

Ir. Ria Wikantari, M.Arch, sebagai Anggota Komisi Penasehat atas bantuan

(6)

v

sampaikan kepada yang terhormat Dr.Ir.Roland A. Barkey, Dr.Ir. Mahyuddin, M.Si, dan Dr. Ir. Muh. Hatta Jamil, SP., M.Si atas masukan dan saran yang telah diberikan untuk penyusunan tesis ini.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur yang telah memberikan tugas belajar kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan.Selain itu juga penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman PPW angkatan 2015, yang telah memberikan andil dalam penyusunan tesis ini.

Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada isteri tercinta Nursin Hi Ma‟bud, SE, dan seluruh keluarga besar yang telahmemberidoa, dukungan dan semangat kepada penulis selama 2 tahun menempuh studi di kota Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari berbagai pihak, dan kirannya tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Makassar, 25 November 2017 Penulis

ABDUL HALIM DJEN KIPU

(7)
(8)
(9)

viii

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii

PRAKATA ……….. iv

ABSTRAK ……….. vi

ABSTRACT ……….. vii

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A Latar Belakang ……….. 1

B Rumusan Masalah ………. 2

C Tujuan Penelitian ………. 3

D Manfaat Penelitian ………. 3

E Lingkup Penelitian ………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .………. 5

A Pengembangan Wilayah ……….…. 5

(10)

ix D Aspek Prasarana dan Sarana

Produksi

……….. 10

E Aspek Sumberdaya Manusia ………. 12

F Aspek Kelembagaan ………. 13

G Sistem Informasi Geografis (SIG) ………. 16

H Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) ………. 18

I Exspert Choice ……….. 21

J Penelitian Terdahulu ………. 22

K Kerangka Konseptual ………. 23

BAB III METODE PENELITIAN ………. 25

A Jenis Penelitian ………. 25

B Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 25

C Populasi dan Sampel ………. 27

D Jenis dan Sumber Data ………. 28

E Teknik Pengumpulan Data ………. 28

F Teknik Analisis Data ………. 30

G Defenisi Operasional ………. 36

(11)

x Tersedia

1 Identifikasi Lahan Padi Sawah Tersedia

……….……. 37

2 Identifikasi Penggunaan Lahan Padi Sawah

………..… 39

3 Identifikasi Lahan Sesuai Padi Sawah Belum Dikembangkan.

……….. 41

4 Identifikasi Lokasi Lahan Sesuai Padi Sawah Tersedia.

……….. 43

B Usulan Strategi dan Aksi

Pengembangan Sentra Pertanian Padi Sawah

………….………. 46

1 Perhitungan Faktor

Pembobotan Hirarki untuk Semua Strategi

………. 46

2 Evaluasi untuk Strategi Penyediaan Prasarana dan Sarana Produksi

………. 48

3 Evaluasi untuk Stratergi Penguatan Sumberdaya Manusia Petani

………. 50

4 Evaluasi untuk Strategi Penguatan Kelembagaan Petani

………. 52

(12)

xi pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….…. 60

A Kesimpulan ……….. 60

B Saran ………. 61

DAFTAR PUSTAKA ……….. 62

(13)

xii

1 Skala dasar rangking Analysis Hierarchy Process (AHP)

……….. 21

2 Lokasi dan luas lahan sesuai padi sawah tersedia

………. 44

3 Kebutuhan lahan padi sawah oleh rumah tangga petani per desa

………. 45

4 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Strategi

………. 47

5 Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi Penyediaan Prasarana dan Sarana Produksi

………. 49

6 Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi Penguatan Sumberdaya Manusia Petani

………. 51

7 Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi Penguatan Kelembagaan Petani

………. 53

8 Rangking prioritas keseluruhan aksi ………. 56

19 Alternatif keputusan ………. 58

10 Arahan strategi aksi per desa sebagai sentra sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur

………. 59

(14)

xiii

1 Kerangka konseptual ……… 25

2 Peta lokasi penelitian sentra pertanian padi sawah

……… 27

3 Alur analisis SIG ……… 32

4 Susunan level hirarki Analysis Hierarchy Process

……… 33

5 Peta lahan sesuai padi sawah tersedia ……… 39 6 Peta penggunaan lahan sesuai padi sawah ……… 41 7 Peta lahan padi sawah tersedia belum

digunakan

……… 42

8 Peta lokasi dan luas lahan sesuai padi sawah tersedia

……… 43

9 Hasil perhitungan program Expert Choice 11 untuk Semua Strategi

……… 48

10 Hasil perhitungan dengan program Expert Choice 11 untuk strategi Penyediaan Prasarana dan Sarana Produksi

……… 50

11 Hasil perhitungan dengan program Expert Choice 11 untuk strategi penguatan sumberdaya manusia petani

……… 52

12 Hasil perhitungan dengan program Expert Choice 11 untuk kriteria Penguatan kelembagaan petani

……… 54

13 Hasil perhitungan dengan program Expert Choice 11 untuk Total Rangking Aksi

……… 55

(15)

xiv

1 Peta Rencana Wilayah Pengembangan Kabupaten Halmahera Timur

……….. 67

2 Nama dan Jabatan Responden ……….. 68

3 Peta-peta yang dipakai analisis lokasi lahan padi sawah

……….. 69

4 Data Statistik 2017 ……….. 72

5 Kuisioner AHP ……….. 74

6 Jenis, Sumber, dan Metode Analisis Data

……….. 83

7 Hitungan AHP dengan Expert Choice 11 ……….. 84

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pendekatan pengembangan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan mendorong keberlanjutan kawasan komoditas unggulan.Sentra pertanian diartikan sebagai bagian dari kawasan yang memiliki ciri tertentu di mana di dalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk pertanian unggulan.Disamping itu, sentra merupakan area yang lebih khusus untuk suatu komoditas dalam kegiatan ekonomi yang telah membudaya yang ditunjang oleh prasarana dan sarana produksi untuk berkembangnya produk tersebut.(Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012).

Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara, pembagian wilayah pengembangan dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK) satu diantaranya adalah wilayah pengembangan Cemara Jaya meliputi Kecamatan Wasile dan Kecamatan Wasile Timur meliputi 11 desa dengan komoditi yang diusahakan adalah padi sawah sehingga disebut sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya sebagai upaya pengembangan wilayah, fungsi utama adalah melayani kegiatan usaha tani komoditi padi sawah skala kabuapten.Pengembangan wilayah yang dimaksud adalah peningkatan kualitas wilayah dengan mempertimbangkan kelangkaan sumberdaya dan resiko ekologi.(Litma, 2011 dalam Saragih, 2015).

Upaya melayani kegiatan usaha tani tentulah tidak mudah, karena berdasarkan data (statistik, 2017) luas lahan padi sawah yang dikembangkan di sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya adalah 3.404 hektar, jumlah petani 2.938 orang. Luas lahan tersedia yang telah dikembangkan, jika dibandingkan dengan jumlah petani sebanyak 2.938rumah tangga petani,

(17)

maka kepemilikan lahan petani rata-rata hanya 1,2 ha, arinya belum memenuhi standar kepemilikan luas lahan padi sawah 2 hektar per petani atau kepala keluarga (KK), artinya masih membutuhkan kurang lebih 2.472 hektar. Luas lahan yang terairi air irigasi teknis hanya seluas 1.661ha, artinya masih sekitar 1.743 ha lahan padi sawah yang penggunaan airnya tidak efektif. Petani dalam penggunaan prasarana dan sarana produksi pengolahan hasil hanya 45,5%, artinya masih 55,5% yang membutuhkan ketersediannya.

Mengindikasikan pengembangan sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya masih dihadapkan pada beberapa permasalahan mendasar yang memerlukan penanganan secara cermat dan cepat.Permasalahan yang cenderung dihadapi oleh petani dan pemerintah adalah aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah.Menurut (Tohir, 1983) peningkatan intensitas kawasan pertanian atau sentra pertanian sejajar dengan peningkatan produksi.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka perlu penelitian tentang pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.

B. Rumusan Masalah

Pada tahun 2012 oleh pemerintah daerah melalui perencanaan pembangunan daerahnya menetapkan kedua kecamatan tersebut sebagai sentra pertanian padi sawah dengan tujuan mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani padi sawah dan pemerintah daerah dalam hal pengembangannya.

Dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah, petani berharap aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah dapat terpenuhi, desakan tersebut didasari oleh ketersediaan aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah masih jauh dari harapan, sementara petani dan pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan aspek pengembangan sentra

(18)

pertanian padi sawah bervariasi. Permasalahan sebagaimana penjelasan tersebut, sampai saat ini belum adanya arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah yang jelas, terlihat pada data statistik yang disajika pada pendahuluan diatas.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana mengidentifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah?

2. Bagaimana prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi padi sawah?

3. Bagaimana menyusun arahan pengembangan sentra pertanian padi padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah.

2. Mengusulkanprioritas strategidan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah.

3. Menyusun arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur yang didasarkan pada lokasi lahan padi sawah tersedia dan preferensi responden terhadap prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah untuk pemenuhan kebutuhan aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah.Diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten

(19)

Halmahera Timur dan petani padi sawah di sentra pertanian padi sawah padakhususnya untuk menyusun program perencanaan yang tepat lokasi,tepat strategi,dan tepat aksi untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah.

E. Lingkup Penelitian.

Agar lebih fokus dan terarah, maka pelaksanaan penelitian ini lebih di tekankan pada:

 KecamatanWasile dan Wasile Timur terdiri dari 11 desa yang memiliki lahan pertanian padi sawah aktual atau merupakan kecamatan asal kelompok tani padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur, didasarkan pada arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten Halmahera Timur sebagai sentra pertanian padi sawah.

 Aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah meliputi ketersediaan lahan padi sawah yang masih dapat dikembangkan dan meliputi aspek pengembangan lainnya menurut responden petani padi sawah dan pemerintah daerah yang berkompeten dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur

 Pemenuhan kebutuhan aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Wilayah

Hadjisaroso, dalam prihating (1999), pengembangan wilayah adalah suatu tindakan merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan atau membangun wilayah atau kawasan didasarkan pertimbangan kondisi dan potensi fisik, ekonomi dan social budaya pada wilayah bersangkutan dengan tujuan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sanusi (2005) mengemukakan pembangunan wilayah adalah pembangunan sektoral pada suatu wialyah dengan tujuan tidak hanya memacu dan menumbuhkan wilayah tersebut, tetapi juga wilayah disekitarnya ditinjau dari social ekonomi.

Pengembangan wilayah harus member manfaat ganda yaitu mendorong usaha pemerataan pembangunan dan dapat meningkatkan optimalisasi penggunaan sumberdaya (resource) tersebar diwilayah dalam rangka pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan dalam mewujudkan stabilitas wialyah.Dengan demikian pengembangan wilayah (regional development) merupakan bagian dari satu pembangunan secara keseluruhan, baik menyangkut aspek pembangunan fisik, politik, ekonomi, social maupun budaya.Pengembangan wilayah tidak dapat dipisahkan dari ruang (spatial) dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya, termasuk manusia sebagai mahluk hidup dengan berbagai aktivitasnya.

Stanley dalam Koswara (1999), mengemukakan bahwa kata wilayah berkaitan dengan pembangunan atau pengembangan wilayah, setidak- tidaknya mempunyai dua makna, yaitu wilayah objektif dan wialayah subjektif.

Wilayah objektif adalah wilayah yang habis dibagi ke wilayahpengembangan, dan wilayah subjektif adalah perwilayahan untuk mengenal masalah suatu

(21)

wiayah dan terdiri dari dua jenis yaitu pertama wilayah homogen; wilayah yang mempunyai karakteristik yang sama secara fisik dan social ekonomi; kedua wilayah fungsional yaitu wilayah yang didasarkan atas adanya hubungan fungsional antar unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam wilayah tersebut.

Pembangunan wilayah merupakan proses pengaturan sumberdaya daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mengisyaratkan bahwa kepentingan masyarakat merupakan inti dari penyelenggaraan pembangunan daerah. Karena itu masyarakat harus terlibat dalam kegiatan pembangunan yang menuntut tersedia kepentingannya yang seluas-luasnya.

Soegijoko dkk, (1997) berpendapat bahwa, pengembangan wilayah pedesaan sebagai upaya pemerataan pembangunan, mempertimbangkan kegiatan sektoral secara terpadu, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa secara efektif dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Dengan demikian tujuan pengembangan wilayah berarti kondisi wilayah menjadi lebih baik di segala sektor, termasuk sektor pertanian.

B. Pengebangan Sentra Pertanian

Solahuddin, (2009) Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untukmengembangkan kapasitas masyarakat pertanian, khususnya memberdayakanpetani, peternak dan nelayan agar mampu melaksanakan kegiatan ekonomiproduktif secara mandiri dan selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya sendiri.

Pembangunan sektor pertanian dan wilayah perdesaansekarang dianggap sangat penting,karena memilikipengaruh bagi pembangunan nasional baik itu jangka panjang maupun jangkamenengah.Dampak negatif lambatnya pembangunan sektor pertanian berupaterjadinya kesenjangan yang semakin melebar antar wilayah dan antar kelompoktingkat pendapatan.Kesenjangan antar wilayah menciptakan

(22)

ketidakstabilan(instabillity) yang rentan terhadap setiap goncangan yang menimbulkan gejolakekonomi sosial yang dapat terjadi secara berulang ulang.

(Anwar dan Rustiadi,1999)

Permentan No. 50 Tahun 2012 tentang pedoman pengembangan kawasanpertanian yang merupakan pengembangan dari Permentan No. 41 Tahun 2009tentang kriteria teknis kawasan peruntukan pertanian menyatakan bahwa poladasar pengembangan kawasan pertanian dikelompokkan menjadi dua pola, yaitupola pengembangan kawasan yang sudah ada dan pola pengembangan kawasanbaru. Pola pengembangan kawasan yang sudah ada ditujukan bagi kawasanpertanian yang sudah ada dan berkembang, untuk memperluas skala produksi,serta melengkapi/memperkuat simpul-simpul agribisnis yang belum berfungsioptimal.Luasan kawasan dapat bertambah sesuai dengan daya dukung.Kawasanyang telah mandiri diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi daerahsekitarnya (trickle down effect).Pola pengembangan kawasan baru ditujukanuntuk kawasan komoditas unggulan pada wilayah baru/potensial yang belumdikembangkan.Ada dua pendekatan pengembangan kawasan yang digunakanuntuk kawasan baru, yaitu dengan memperluas skala dan mengadakan kegiatanyang belum terlaksana dan/atau dengan membangun kawasan baru di kawasanpotensial secara bertahap hingga mencapai skala minimum kawasan.

Penentuan kawasan baru dapat didasarkan pada komoditas yang potensialdan ketersediaan lahan yang sesuai untuk mendukung pengembangan komoditastersebut (commodity driven).Ada kalanya lokasi potensial sudah ada, namunbelum terdapat komoditas yang layak untuk dikembangkan.Dalampengembangan kawasan pertanian harus ditentukan terlebih dahulu komoditasyang tepat berdasarkan potensi pasar dan wilayah.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang pedoman pengembanga kawasan pertanian menjelaskan bahwa sentra pertanian

(23)

merupakan bagian dari kawasan yang memiliki ciri tertentu di mana di dalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk pertanian unggulan.

Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu sentra pertanian harus dapat memenuhi persyaratan yaitu: (1) Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian, yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi unggulan), (2) Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha, seperti misalnya: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya, (3) Memiliki sumberdaya manusia, dan (4) kelembagaan.

C. Pengembangan Lahan Pertanian

Menurut Sitorus (2004), sumberdaya lahan (land recources) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta bendayang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.Dalam hal ini lahan juga mengandung pengertian ruang atau tempat.Sumberdayalahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsunganhidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia.Penggunaansumberdaya lahan khususnya untuk kegiatan pertanian pada umumnya ditentukanoleh kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.

Sumberdaya lahan akan menurun kontribusinya terhadap penyediaanpangan akibat terjadinya tekanan jumlah penduduk yang memperkecilkepemilikan lahan per-kapita dan kompetisi penggunaan lahan.

Sesuai denganteori Thomas Malthus (Neo-Malthusian) diacu dalam Baliwati (2008) bahwapenduduk cenderung bertambah menurut deret ukur dan berlipat ganda setiap 30-40 tahun (kecuali jika terjadi kelaparan). Di sisi lain, pertambahan hasil yangsemakin berkurang dari faktor produksi lahan yang

(24)

jumlahnya tetap memerlukanpersediaan pangan yang meningkat menurut deret hitung, sehingga membutuhkandaya dukung sumberdaya alam dan lingkungan yang selaras.

Lahan sawah memiliki fungsi strategis, karena merupakan penyedia bahanpangan pokok bagi penduduk Indonesia. Pertambahan jumlah penduduk danmeningkatnya kebutuhan akan lahan untuk berbagai sektor membuat konversilahan sawah cenderung mengalami peningkatan, di lain pihak pencetakan lahan sawah baru (ekstensifikasi) mengalami perlambatan (Sudaryanto 2003; Irawan2004; Agus et al. 2006).

Lantarsih et al. (2011) menyatakan bahwa masalah berasdi Indonesia tidak terlepas dari aspek distribusi akibat adanya kesenjanganproduksi antar daerah dan antar waktu.Oleh karena itu, kemampuan daerah untukmemproduksi lahan sawahnya sendiri merupakan aspek penting dalammenciptakan kemandirian pangan.

Untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional, beberapa usaha yangperlu dilaksanakan secara stimultan antara lain: pengendalian konversi lahanpertanian, mencetak lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem pertaniandengan menerapkan tekonologi yang dapat meningkatkan produktivitas dansekaligus mempertahankan kualitas lingkungan (Agus dan Mulyani 2006).Walaupun secara teoritis ketahanan pangan mengandung aspek yang sangat luas,termasuk kemampuang mengadakan bahan pangan yang baik bersumber daridalam maupun dari luar negeri, namun dalam berbagai kebijakan pembangunanpertanian, usaha pencapaian ketahanan pangan sebagian besar difokuskan padapeningkatan kemandirian pangan terutama beras (Agus et al. 2006).

Wahyunto (2009) menyatakan bahwa untuk mempertahankan ketahananpangan dan pengembangan bio-energi nasional diperlukan strategi dan kebijakanpemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya lahan yang komprehensif. Strategitersebut adalah: 1) mengoptimalkan pemanfaatan

(25)

sumberdaya lahan eksisting agarlebih produktif dan lestari, baik secara kuantitas (luasan) maupun kualitas(kesuburan/produktivitas), antara lain melalui intensifikasi dan peningkatan intensitas tanam, pengembangan inovasi teknologi,perbaikan sistem pengelolaan DAS dan konservasi tanah dan air sertapengendalian konversi lahan, 2) perluasan areal pertanian atau sawah baru atauekstensifikasi dengan beberapa upaya, seperti ekstensifikasi denganmemanfaatkan lahan potensial, pemanfaatan lahan basah untuk tanaman panganberbasis padi, pengembangan varietas unggul yang adaptif pada lahan sub-optimaldan cekaman perubahan iklim.

Menurut Rustiadi dan Reti (2008),tersedianya sumberdaya lahan pertanian pangan yang berkelanjutan merupakansyarat untuk ketahanan pangan nasional. Ketersedian lahan pertanian panganberkaitan erat dengan beberapa hal, yaitu: 1) potensi sumberdaya lahan pertanianpangan, 2) produktivitas lahan, 3) fragmentasi lahan pertanian, 4) skala luasanpenguasaan lahan pertanian, 5) sistem irigasi, 6) land rent lahan pertanian, 7)konversi lahan, 8) pendapatan petani, 9) kapasitas sumberdaya manusia pertanianserta 10) kebijakan di bidang pertanian.

D. Aspek Prasarana dan Sarana Produksi

Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Tantangan pembangunanpertanian kedepan dari aspekprasarana dan sarana pertanian antara lain bagaimanamemperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air;membuka akses pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendahyang terjangkau bagi petani kecil; bagaimana membudayakanpetani menggunakan pupuk kimiawi dan organik secaraberimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburuantanah;

(26)

bagaimana mengupayakan adaptasi terhadap perubahaniklim dan pelestarian lingkungan hidup; mengupayakan dukunganalat mesin pertanian untukmeningkatkanproduksi,nilai tambah

serta menekan susuthasil pertanian yang pada gilirannya dapatmeningkatkan kesejahteraan petani.

Djakfar.Z.R., (1990). Sarana produksi yang baik biasanya digunakan baik dalam proses awal pembukaan lahan, budidaya pertaian seperti pemupukan, pemeliharaan tanaman dan lain-lain sampai dengan proses pemanenan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari sarana produksi dalam bidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja petani dan merubah hasil yang sederhana menjadi lebih baik. Sarana produksi pertanian terdiri dari bahan yang meliputi, benih, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh, obat-obatan, dan peralatan lain yang digunakan untuk melaksanakan produksi pertanian. Sarana-sarana tersebut harus sudah dipersiapkan sebelum memulai kegiatan sarana budidaya tanaman

Mugnisiah, (1995).Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah sistem yang mencakup kegiatan perencanaan, pengelolaan dan pengadaan sarana produksi, teknologi dan sumber daya pertanian. Arah dari subsistem ini agar input atau sarana produksi tersedia tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat kualitas dan sesuai dengan daya beli petani.

Sedangkan subsistem usahatani mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian, seperti perencanaan, pemilihan lokasi usaha, jenis komoditas, teknologi dan pola usahatani.Subsistem pengolahan hasil atau agroindustri merupakan suatu perubahan nilai guna komoditas pertanian.Subsistem ini merupakan kegiatan agroindustry.

Moenir (1992:119) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenisperalatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka

(27)

kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan pengertian di atas, maka sarana dan prasarana padadasarnya memiliki fungsi utama sebagai berikut :

1. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu;

2. Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa;

3. Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin.

4. Lebih memudahkan atau sederhana dalam gerak para pengguna atau pelaku.

5. Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin.

6. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan.

7. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang mempergunakannya.

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

E. Aspek Sumberdaya Manusia

Menurut Hasibuan (2003) Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari dayapikir dan daya fisik yang dimiliki individu.Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.Sumber Daya

(28)

Manusia atau man power di singkat SDM merupakan yang dimiliki setiap manusia.SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia.Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya.SDM atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan.Peralatan yang handal atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa.Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan).

Menurut Abdurrahmat Fathoni(2006; 8) Sumber Daya Manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia. Manusia sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan dikembangkan dengan cara tersebut. Waktu, tenaga dan kemampuanya benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi, maupun bagi kepentingan individu.

Menurut Nawawi (2001) ada tiga pengertian sumber dayamanusia yaitu: (1) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerjadilingkungan suatu organisasi (disebut juga personil,tenaga kerja, pekerja atau karyawan).

(2) Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagaipenggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. (3) Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah suatu proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensifisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi (lembaga).

F. Aspek Kelembagaan

(29)

Kelembagaan adalah keseluruhan pola-pola ideal, organisasi, dan aktivitas yang berpusat di sekeliling kebutuhan dasar seperti kehidupan keluarga, negara, agama dan mendapatkan makanan, pakaian, dan kenikmatan serta tempat perlindungan.Suatu lembaga dibentuk selalu bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia sehingga lembaga mempunyai fungsi.Selain itu, lembaga merupakan konsep yang berpadu dengan struktur, artinya tidak saja melibatkan pola aktivitas yang lahir dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga polaorganisasi untuk melaksanakannya (Roucek dan Warren, 1984).

Kelembagaan petani yang dimaksud di sini adalah lembaga petani yang berada pada kawasan lokalitas (local institution), yang berupa organisasi keanggotaan (membership organization) atau kerjasama (cooperatives) yaitu petani-petani yang tergabung dalam kelompok kerjasama (Uphoff, 1986).Kelembagaan ini meliputi pengertian yang luas, yaitu selain mencakup pengertian organisasi petani, juga „aturan main‟ (role of the game) atau aturan perilaku yang menentukan pola-pola tindakan dan hubungan sosial, termasuk juga kesatuan sosial-kesatuan sosial yang merupakan wujud kongkrit dari lembaga itu.

Kelembagaan petani dibentuk pada dasarnya mempunyai beberapa peran, yaitu: (a) tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk memediasi masyarakat dan negara, (b) tugas sumberdaya (resource tasks) mencakup mobilisasi sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material, informasi) dan pengelolaannya dalam pencapaian tujuan masyarakat, (c) tugas pelayanan (service tasks) mungkin mencakup permintaan pelayanan yang menggambarkan tujuan pembangunan atau koordinasi permintaan masyarakat lokal, dan (d) tugas antar organisasi (extra-organizational task) memerlukan adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau organisasi luar masyarakat terhadap campur tangan oleh agen-agen luar (Esman dan Uphoff dalam Garkovich, 1989).

(30)

Dalam pengelolaan faktor-faktor produksi, proses produksi, sampai dengan pengolahan hasil diperlukan kelembagaan petani. Kegiatan usaha pertanian akan berhasil jika petani mempunyai kapasitas yang memadai.

Untuk dapat mencapai produktivitas dan efisiensi yang optimal petani harus menjalankan usaha bersama secara kolektif.Kegiatan bersama (group action atauco-operation) oleh para petani diyakini oleh Mosher (1991) sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian.Aktivitas bersama sangat diperlukan apabila dengan kebersamaan tersebut akan lebih efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Pengembangan kelembagaan diarahkan pada upaya peningkatan kapasitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan anggota. Artinya, secara sosial-ekonomis lembaga tersebut: (a) mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya; (b) sejauhmana inovatif(mengadakan pembaharuan) dipandang oleh lingkungannya sebagai memiliki nilaiintrinsik, yang dapat diukur secara operasional dengan indeks- indeks seperti tingkat otonominya dan pengaruhnya terhadap lain-lain lembaga; dan (c) sejauh mana suatu pola inovatif dalam organisasi baru itu menjadi normatif bagi lain-lain kesatuan sosial dalam sistem sosial yang lebih besar (Jiri Nehnevajsa dalam Eaton,1986)

Secara ringkas, kapasitas kelembagaan petani, menurut Anantanyu (2009), dapat tercapai dengan melihat empat indikator, yaitu:

1. Tujuan kelembagaan kelompok petani tercapai, artinya: adanya kejelasan tujuan, adanya kesesuaian tujuan dengan kebutuhan anggota, dan tingkat pemenuhan kebutuhan anggota oleh kelembagaan tinggi.

2. Fungsi dan peran kelembagaan berjalan, meliputi: adanya kemampuan memperoleh, mengatur, memelihara, dan mengerahkan informasi, tenaga kerja, modal, dan material, serta kemampuan mengelola konflik.

(31)

3. Adanya keinovatifan kelembagaan, meliputi: adanya peran kepemimpinan dalam kelembagaan, fungsi kepemimpinan dalam kelembagaan berjalan, adanya nilai-nilai yang mendasari kerjasama, adanya pembagian peran anggota, adanya pola kewenangan dalam kelembagaan, adanya komitmen anggota terhadapkelembagaan, tersedia sumber-sumber pendanaan, tersedia fasilitas-fasilitas fisik, kualitas sumberdaya anggota memadai, dan adanya teknologi yang sesuai.

4. Keberlanjutan kelembagaan, meliputi: sentimen anggota baik, kesadaran anggota tinggi, kekompakan anggota terjadi, kepercayaan anggota besar, tersedia bantuan luar, pola komunikasi antar anggota dua arah, dan adanya kerjasama dengan pihak lain.

G. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Bernhardsen, 2002 (dalam Andriana, 2012) SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisa data.Kemampuan sumber daya manusia memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data di satu titik tertentu di bumi, menggabungkan dan akhirnya memetakan hasilnya.

Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat

(32)

menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan.

Secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis dalam SIG yaitu:

1. Fungsi analisis atribut (non spasial) antara lain terdiri atas operasi- operasi dasar sistem pengelolaan basis data beserta perluasannya 2. Fungsi analisis spasial yang mencakup:

a. Buffering. Buffering merupakan fungsi yang terdapat dalam SIG yang menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya.Analisis ini digunakan untuk menentukan kawasan penyangga dari suatu wilayah, garis/koridor.

b. Overlay. Overlay merupakan fungsi dalam SIG yang menghasilkan layer data spasial baru yang merupakan hasil kombinasi dari minimal dua layer yang menjadi masukannya, dilakukan dengan menggabungkan dua peta atau lebih dalam satu wilayah yang sama.

c. Network. Analisis spasial yang terkait dengan suatu sistem jaringan (network analysis) yakni pergerakan atau perpindahan suatu sumber daya (resource) dari suatu lokasi ke lokasi lain melalui unsur-unsur buatan manusia yang membentuk jaringan yang saling terhubung satu dengan yang lainnya (seperti halnya sungai, jalan, pipa,kabel dan lain jenisnya).

d. Find Distance. Analisis spasial ini berkenaan dengan hubungan atau kedekatan suatu unsur spasial dengan unsur-unsur spasial lainnya. Fungsi analisis ini akan menerima masukan sebuah layer vektor yang berisi unsur-unsur spasial tipe titik, garis atau poligon untuk menghasilkan sebuah layer raster yang piksel-pikselnya berisi nilai-nilai jarak dari semua unsur spasial yang terdapat di dalam layer masukan.

(33)

e. Clustering. Clustering merupakan proses klasifikasi yang digunakan untuk mengelompokkan piksel-piksel citra berdasarkan aspek-aspek statistik semata. Analisis ini juga ditujukan untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, sehingga objek yang paling dekat kesamaannya dengan objek lain akan berada dalam kluster yang sama.

f. Interpolasi. Interpolasi merupakan prosedur untuk menduga nilai yang tidak diketahui dengan menggunakan nilai-nilai yang diketahui yang terletak disekitarnya.Titik – titik disekitarnya mungkin tersusun secara teratur maupun tidak teratur.Kualitas hasil interpolasi tergantung dari keakuratan dan penyebaran dari titik yang diketahui dan fungsi matematika yang dipakai untuk menduga model sehingga dihasilkan nilai-nilai yang masuk akal.Penghitungan matematis dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan untuk mendapatkan peta hasil yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan dalam bentuk keruangan.

H. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Metode Analytical Hierarchy Process dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty pada tahun 1970–an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor – faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi.Analytical Hierarchy Process menggabungkan penilaian – penilaian dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Analytical Hierarchy Process merupakan suatu model pendukung keputusan yang menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki.Analytical Hierarchy Process

(34)

sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode Analytical Hierarchy Process (Suryadi dan Ramdhani, 1998) pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking.

3. Membentuk matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matrik yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.

(35)

7. Menghitung eigen vector dari setiap matrik perbandingan berpasangan.

Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hierarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Menguji konsistensi hierarki, jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 makapenilaian harus diulangi kembali.

Prinsip dasar kerja sebagai berikut:

1. Penyusunan Hierarki. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi kriteria penunjang pengembangan sentra pertanian padi sawah cemara jaya, dan setiap kriteria kemudian diuraikan menjadi beberapa alternatif untuk selanjutnya menjadi struktur hirarki.

2. Penilaian alternatif. Alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.

Dalam menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen keputusan, penilaian pendapat (judgement) dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir dan dikombinasi dengan intuisi, perasaan, penginderaan dan pengetahuan yang dibandingkan dengan peraturan perundangan sebagai rujukannya. Penilaian pendapat ini dilakukan dengan perbandingan berpasangan yaitu membandingkan setiap kriteria dengan kriteria lainnya pada setiap tingkatan kepentingan kriteria dalam pendapat yang bersifat kualitatif. Menurut Saaty (1980), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.

(36)

Tabel 1. Skala dasar rangking Analysis Hierarchy Process (AHP)

Nilai Keterangan

1 Kedua elemen sama penting

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot prioritas.Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

3. Konsistensi Logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Jika penilaian tidak konsisten, maka proses harus diulang untuk memperoleh nilai yang lebih tepat.

I. Exspert Choice.

Program aplikasi (software) expert choice versi 11.5dapat menggabungkan hasil perbandingan dengan jumlah lebih dari partisipan yaitu dengan menggabungkan fitur averageuntuk merata-rata hasil penilaian berpasangan individu menjadi sebuah nilai. Metoda yang digunakan untuk mendapatkan nilai rata-rata tersebut yaitu dengan metoda perhitungan rata- rata geometrik.

(37)

Langkah terakhir yang dilakukan dalam pengoperasian software ini adalah melakukan analisa sensitifitas yang tersedia dalam icon Sensitivity Analysis.Iconyang tersedia ini digunakan untuk mengecek sejauh mana pengaruh perubahan nilai kepentingan suatu kriteria terhadap peringkat alternati-alternatif yang tersedia. Dalam analisa sensitifitas tersedia grafik yang menggambarkan sensitifitas alternatif dengan memperhatikan kriteria di bawah goalatau tujuan hirarki, yaitu Performance Sensitivity( grafik batang arah horizontal), Gradient Sensitivity (untuk mengecek sensitifitas), Two Dimensional PerformancePlot Sensitivity (menunjukkan performa alternatif dengan pertimbangan dua kriteria ) dan Differences Sensitivity. Pada akhirnya dengan expert choice versi 11.5 for windowsmemudahkan pengambilan keputusan karena dilengkapi dengan icon yang memudahkan melakukan eksekusi keputusan secara cepat dengan nilai kepraktisan yang tinggi.

Aplikasi Expert Choicesangat bagus digunakan untuk menganalisa permasalahan dalam pengambilan keputusan dengan alternatif yang banyak dan hirarki yang besar atau hirarki yang mempunyai banyak level, karena tidak perlu menghitung bobot secara manual, hingga tingkat kesalahan dalam perhitungan bobotnya sangat kecil, namun tergantung ketelitian kita dalam menginputkan data dari preferensi responden. http://e- journal.uajy.ac.id/8942/4/3MTS02179.pdf.

J. Penelitian Terdahulu.

Untuk memperkaya kajian dalam tulisan ini, peneliti sedikit memaparkan beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan yang berkenaan dengan Kajian pengembangan sentra pertanian padi sawah berkaitan dengan pengembangan wilayah, antara lain:

1. Oelviani (2013), melakukan penelitian “Penerapan Metode Analytic Hierarchy Process(AHP) Untuk merumuskan Strategi Penguatan Kinerja Sistem Agribisnis Cabai Merah di Kabupaten Temanggung”

(38)

dalam penelitian ini merumuskan strategi penguatan kinerja agribisnis cabai merah di Kabupaten Temanggung.

2. Rika I.K.A Mantiri (2015), analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di kecamatan dumoga. Tujuan penelitian melakukan kajian tentang Faktor-fakktor yang mempengaruhi Produksi Padi Sawah. Mencari solusi terhadap permasalahan yang menjadi temuan, terhadap faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi padi sawah dan pembangunan perekonomian.

3. Azza Auliyatul Faizah (2013), Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Sampang. Menganalisis faktor-faktor penyebab kurang berkembangnya kawasan tanaman pangan.

4. Yustian (2014), arahan dan strategi pengembangan lahan sawah di wilayah pesisir provinsi kalimantan barat. Menganalisis kebijakan dan strategi tipologi wilayah.

5. Adi Setiyanto (2012), Kajian pengembangan komoditas strategis berbasis kawasan. Merumuskan alternatif model pengembangan komoditas strategis berbasis kawasan termasuk sistem pendampingannya.

K. Kerangka Konseptual.

Pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmaahera Timur terkendala oleh keterbatasan akan kebutuhan aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah meliputi aspek lahan, dan aspek pengembangan lainnya. Harapannya adalah kebutuhan akan aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah dapat terpenuhi, sementara petani dan pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah bervariasi. Permasalahan

(39)

sebagaimana penjelasan tersebut, sampai saat ini belum adanya arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah yang jelas berdasarkan lokasi dan luas lahan tersedia per wilayah desa, prioritas strategi dan aksi per wilayah desa dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah, maka dilakukan penelitian sebagai upaya memecahkan permasalahan tersebut dengan tahapan sebagai berikut:

Mengidentifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah berdasarkan lahan padi sawah tersedia, penggunaan lahan padi sawah, dan wilayah administarasi di sentra pertanian padi sawah melalui analisis spasial metode Sistem Informasi Geografis (SIG).

Tahap kedua penelitian ini adalah mengusulkanprioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah berdasarkan pendapat responden yangbersandar padaUndang-Undang Nomor 19 tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian, dan budaya petani padi sawah melaluiAnalytic Hierarchy Process (AHP) dengan program Expert Choice 11.

Selanjutnya arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur melalui sintesis antara hasil identifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia dengan usulan prioritas strategi dan aksi berdasarkan kebutuhan petani padi sawah.Bagan alir penelitian disajikan pada Gambar 1.

(40)

Gambar 1.Kerangka konseptual.

Keterbatasaan aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya

Petani dan pemerintah bervariasi dalam pengembangan sentra

Strategi pengembangan sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya

Implementasi:

- UU No 19 Thn 2013

- Permentan No 50 Thn 2012 - Budaya Petani

Aspek lahan Aspek penunjang

SIG AHP

Prioritas strategi dan aksi

Lokasi lahan padi sawah tersedia

Arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabuupaten Halmahera Timur

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mendeskripsikan, menggambarkan hubungan antara fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat. Menurut Arikunto (2002), bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan, menganalisis atau menggambarkan variabel-variabel (kondisi, keadaan atau situasi) baik masa lalu maupun sekarang sedang terjadi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian secara administrasi berada di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Wasile dan Kecamatan Wasile Timur. Kecamatan Wasile terletak pada 1°1‟5” - 1°12‟55” lintang utara dan 128°3‟40” - 128°27‟20” bujur timur sedangkan Kecamatan Wasile Timur terletak pada 1°7‟0” - 1°18‟50” lintang utara dan 128°9‟35” – 128‟27‟20” bujur timur. Kedua kecamatan tersebut saling berbatasan dengan posisi letak sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Wasile Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wasile Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk Kao. Kedua kecamatan tersebut terdiri dari 15 desa dengan luas daratan 80.235 hektar atau 12,33%

dari total luas wilayah daratan Kabupaten Halmahera Timur yaitu 650.619 hektar. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

(42)

Dasar penetapan lokasi penelitian karena merupakan kawasan strategis kabupaten didalamnya terdapat sentra pertanian tanaman pangan dengan komodi yang dikembangkan adalah padi sawah sehingga disebut sentra pertanian padi sawah sebagaimana arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Timur (Lampiran 1).Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan April sampai September 2017.

(43)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan di teliti yaitu petani padi sawah yang berada di sentra pertanian padi sawah sebanyak 2.938 rumah tangga petani tergabung kedalam 124 Kelompok Tani (Poktan), dari jumlah Poktan tersebut tergabung kedalam 11 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan 5 instansi pemerintah daerah yang terkait pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akandiwawancarai, keberadaannya mampu mewakili populasi yang sebenarnya. Metode yang dipakai pemilihan sampel adalah purposive sampling dari populasi responden yang memiliki pengetahuan dan kompetensi terhadap pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur yaitu ketua-ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebanyak 11 orang, ketua- ketuaGabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dianggap lebih memahami persoalan ketimbang ketua-ketua Poktan atau anggota Poktan. Sampel dari instansi pemerintah daerah dipilih juga secara purposif sampling berdasarkan keterkaitan tugas pokok dan fungsi dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah, terdiri dari 5 pimpinan instansi pemerintah daerah yaituKepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kepala Dinas Bina Marga, dan Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Halmahera Timur, sehingga total 16 responden sebagai sampel. Nama dan jabatan responden (Lampiran 2).

Sugiyono (2001) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri- ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri- ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel

(44)

yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.Sumber data primer meliputi informasi dari ketua-ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) padi sawah dan pimpinan-pimpinan instansi pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan sentra pertanian padi sawah, dan cek lapangan terhadap lokasi penelitian oleh peneliti.Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan secara langsung dari sumbernya yaitu informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan daerah dan peraturan perundangan yang diperoleh dari instansi pemerintah daerah yang terkait pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Sekunder

Data sekunder untuk mengidentifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah melalui penelusuran hardcopypeta perwilayahan komoditi pertanian di wilayah Kabupaten Halmahera Timur dengan atributnya tahun 2006, hardcopy peta tutupan lahan di wilayah Provinsi Maluku Utara dengan atributnya tahun 2012 di dapat dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Maluku Utara, dan Hardcopypeta wilayah administrasi khususnya Kecamatan Wasile dan Kecamatan Wasile Timur dengan atributnya tahun 2016 bersumber dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Halmahera Timur. Hardcopy peta yang dipakai dalam analisis (Lampiran 3).

(45)

Data sekunder untuk usulan prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah melalui penelusuran strategi dan aksi yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian.

Data sekunder untuk pembanding analisis lokasi lahan padi sawah tersedia dan usulan startegi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah melalui penelusuran data statistik yang bersumber dari 5 instansi pemerintah daerah terkait dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Halmahera Timur (Lampiran 4).

2. Data Primer

Data primer untuk usulan prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah melalui wawancara awal kepada responden untuk penetapan startegi dan aksi yang sesuai untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur merujuk pada Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian. Hal ini dikarenakan strategi dan aksi yang diterapkan dalam peraturan perundangan tersebut tidak semuanya dapat diterapkan dan sesuai dengan budaya petani di Kabupaten Halmahera Timur, sebagaimana menurut Akbar (2014) strategi yang tercantum dalam peraturan perundangan diimplementasikan pada kawasan pertanian dilakukan wawancara awal terhadap stakeholders yang berkepentingan pada kawasan tersebut hal ini karena strategi yang diterapkan tidak semuanya dapat dilakukan dan sesuai dengan kondisi serta budaya setempat. Pemangku kepentingan (stakeholder) secara signifikan sangat berpengaruh dalam menunjang kelancaran program pembangunan pertanian, karena stakeholder

(46)

yang akan terkena dampak (positif maupun negatif) dan keberlangsungan program kegiatan tersebut. Iqbal (2007).

Selanjutnya wawancara dan pengisian kuesioner (Lampiran 5) oleh responden yang memuat matriks perbandingan berpasangan antar strategi dan antar aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah sebagaimana wawancara awal.Kuesioner disebarkan ke responden berbarengan dengan wawancara dengan dua cara. Bagi responden dari instansi pemerintah daerahyaitu kuisioner diserahkan oleh peneliti dan selanjutnya diwawancarai secara langsung kepada pimpinan instansi pemerintah daerahberdasarkan pertanyaan-pertanyaan kuisioner dan bertempat di kantornya masing- masing.Untuk responden dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yaitu kuisioner di serahkan langsung oleh peneliti sekaligus melakukan wawancara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan kuesioner dan pelaksanaannya bertempat di lokasi lahan padi sawah milik masing-masing Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

F. Teknik Analisis Data

1. Mengidentifikasi Lokasi Lahan Padi Sawah Tersedia Untuk Pengembangan Sentra Pertanian Padi Sawah.

Lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah menggunakan analisis spasial dengan metode Sistim Informasi Geografis (SIG) terdiri atas tahapan: (1) Digitasi hardcopy peta perwilayahan komoditi pertanian untuk identifikasi danpembuatan peta lahan padi sawah tersedia, (2) Digitasi hardcopy peta tutupan lahan untuk identifikasi dan pembuatan peta penggunaan lahan padi sawah, (3) Overlay peta lahan padi sawah tersedia dan peta penggunaan lahan padi sawah untuk identifikasi dan pembuatan peta lahan padi sawah tersedia belum dikembangkan, (4) Overlay peta lahan padi sawah tersedia belum dikembangkan dengan peta administrasi kecamatan untuk identifikasi dan

(47)

pembuatan peta lokasi lahan padi sawah tersedia belum dikembangkan.

Bagan alir analisis Sistem Informasi Geografis(SIG) disajikan pada Gambar 3.

Digitasi Digitasi

Gambar 3. Alur analisis SIG

Menurut Khomsin (2004) digitasi merupakan proses pembentukan data yang berasal dari data raster menjadi data vektor. Dalam sistem informasi geografis dan pemetaan digital,data vektor banyak digunakan sebagai dasar analisis dan berbagai proses.Digitasi pada Arcview dilakukan pada dokumen view dan disimpan di dalam sebuah shapefile (file .shp). Oleh karena itu, proses digitasi didahului dengan pembuatan sebuah shapefile kosong. Peta hasil digitasi selanjutnya dapat digunakan dalam proses overlay.

Overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. dilakukan minimal dengan

Hardcopy Peta tupan lahan

Lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah

Overlay Lahan sesuai padi

sawahtersedia

Hardcopy peta perwilayahan komoditi pertanian

Wilayah administrasi Kec.Wasile dan Kec.

Wasile Timur Lahan sesuai padi sawah tersedia belum digunakan

Overlay

Penggunaan lahan padi sawah

(48)

2 jenis peta yang berbeda secara teknis dikatakan harus ada polygon yang terbentuk dari 2 jenis peta yang dioverlaykan. Jika dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari informasi peta pembentukya (Prahasta, Eddy. 2006).

2. Mengusulkan Prioritas Strategi dan Aksi Pengembangan Sentra Pertanian Padi Sawah.

Usulan prioritas strategi dan aksi untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah berdasarkan pendapat responden menggunakan analisis hierarki proses (AHP) dengan program Exspert Choice 11.Prioritas strategi dan aksi yang dimaksud sebagaimana tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4.Susunan level hirarki Analysis Hierarchy Process

Hirarki III Aksi Hirarki II

Strategi Hirarki I

Tujuan

Penyediaan prasarana dan

sarana produksi

Usulan prioritas

Penguatan sumberdaya

manusia petani

Penguatan kelembagaan

petani

Penyediaan jaringan irigasi

Penyediaan Benih, pupuk, pestisida

Penyediaan alat mesin pertanian

Penyediaan pelatihan budidaya

Penyediaan pelatihan penanganan pasca panen

Penyediaan pelatihan

pengelolaan dan pemasaran hasil

Penyediaan modal usaha

Penyediaan bimbingan teknis

Penyediaan fasilitas akses pasar

(49)

Peneliti menggunakan teknik Analysis Hierarchy Process (AHP).

Menurut Marimin (2008), prinsip kerja Analysis Hierarchy Process adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki.

Analysis Hierarchy Process dengan program Exspert Choice 11 menghasilkan usulan prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah secara terstruktur, strategis, dan dinamik di Kabupaten Halmahera Timur. Tahapan analisis sebagai berikut:

1. Langkah I (Pembuatan dan penyimpanan file)

Klik ikon Expert Choicepada desktop, atau pilih Start, All Progams,Expert Choice11,dan pilih ikon Expert Choice 11. Selanjutnya akan muncul window atau screenselamat datang “Welcome to Expert Choice”.

Pada window ini, klik create new model, directlaluklik OK. Kemudian akan muncul window penyimpanan. Tuliskan deskripsi singkat dari model tersebut “Usulan Prioritas”kemudian klik Open.

Setelah itu akan muncul window Goal Description. Pada window ini sisihkan secara singkat deskripsi tujuan atau goal yang ingin dicapai, bisa denganmenggunakan deskripsi yang sama dengan nama file yang telahdisimpan sebelumnya.

Setelah mengisi deskripsi selanjutnya klik OK, lalu akan muncul window ruang kerja dengan sebuah Nodeyang merupakan hirarki level utama atau goal yang ingin dicapai.

2. Langkah II (penyusunan hirarki)

Pada hirarki II kriteria yang digunakan dimasukkan sebagai anak atau turunan hirarki I dengan Klik Kanan pada Node hirarki I, kemudian pilih Insert Child of Current Node.

Selanjutnya memasukkan alternatif-alternatif pemilihan.Unutk memasukkan alternatif Klik icon Add Alternatif. Selanjutnya akan muncul

(50)

window alternative name, lalu isi dengan namanya. Ulangi proses pada nomor 2 dan 3 hingga semua alternatif dimasukkan. Goal dan kriteria dapat dilihat dalam panel Treeview disebelah kiri, dan alternatif dapat dilihat dalam panel Alternative di sebelah kanan.

3. Langkah III (pembobotan kriteria)

Sebagaimana prosedur yang dilakukan pada analisis manual, tahap pembobotan pertama dilakukan pada hierarki II terhadap hierarki I. Artinya memberikan bobot terhaap masing-masing kriteria untuk mengetahui kriteria mana yang paling diunggulkan. Arahkan pada goal node untuk melakukan pembobotan pada kriteria dan alternatif.Pertama, lakukan pembobotan pada setiap kriteria.Selanjutnya, pembobotan dilakukan pada setiap alternatif dengan dibandingkan pada setiap kriteria.

Langkah-langkah sebagai berikut:

1) Arahkan pada Goal Node dan klik.

2) Pilih Assessment, Pairwise dari menu, kemudian pilih :

Pairwise Verbal Comparisons untuk setiap kriteria.Untuk kembali ke layar utama setiap waktu klik ikon Model View.

Jika angka pembobotan berwarna merah menandakan kriteria diatas lebih penting dari kriteria disamping.Jika angka pembobotan berwarna hitam menandakan sebaliknya (kriteria disamping lebih penting dari kriteria diatas).

Sehingga, kita bisa mendapatkan seperti:

1) Jaringan irigasi 2x (between moderate and equal) lebih penting dari Alat mesin pertanian atau yang lainnya.

2) Alat mesin pertanian 2x (between moderate and equal) lebih penting dari benih, pupuk dan pertisida dan seterusnya

Setelah selesai melakukan pembobotan untuk semua sel yang berwarna putih, klik ikon Calculate untuk mendapatkan prioritas dari kriteria

Referensi

Dokumen terkait