• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korespondensi Paper. : Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon Jawa Barat : Marine Fisheries

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Korespondensi Paper. : Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon Jawa Barat : Marine Fisheries"

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi Paper

JUDUL : Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon Jawa Barat JURNAL : Marine Fisheries

No. Aktivitas Tanggal Halaman

1. Initial Submission 28 Juli 2020 2

2. Manuscript Submission 28 Juli 2020 3

3. Pre Review Phase #1 19 Agustus 2020 29

4. File Pre Review #1 19 Agustus 2020 30

5. Pre Review Submission #1 24 Agustus 2020 56

6. File Pre Review Submission #1 24 Agustus 2020 57

7. Pre Review Phase #2 3 September 2020 81

8. File Pre Review #2 3 September 2020 82

9. Pre Review Submission #2 5 September 2020 107

10. File Pre Review Submission #2 5 September 2020 108

11. Revision from Reviewer #1 19 November 2020 133

12. File Revision from Reviewer #1 19 November 2020 134

13. Revision #1 Submission 23 November 2020 156

14. File Revision #1 Submission 23 November 2020 157

15. Decision/Acceptance of Submission 30 November 2020 179

16. File Decision/Acceptance 30 November 2020 180

17. Copyediting #1 2 Desember 2020 182

18. Copyediting File #1 2 Desember 2020 183

19. Copyediting #1 Submission 3 Desember 2020 204

20. Copyediting File #1 Submission 3 Desember 2020 205

21. Published Online 15 Desember 2020 227

22. Published Manuscript 15 Desember 2020 228

(2)

Initial Submission

Tanggal: 28 Juli 2020

(3)

Manuscript Submission Tanggal: 28 Juli 2020

KINERJA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KEJAWANAN –CIREBON-JAWA BARAT

Performance of Kejawanan Nusantara Fishing Port (NFP) Cirebon-West Java

Agus Suherman, Herry Boesono, Faik Kurohman, Abdul Kohar Muzakir

Departemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah – 50275, Telp/Fax. +6224 7474698 Corresponden Author, email: lpgsuherman@yahoo.com;

lpgsuherman2@gmail.com;herryboesono@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas dan kinerja operasional serta

faktor-faktor penentu kinerja PPN Kejawanan. Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2019

hingga Maret 2020 di PPN Kejawanan. Analisis data dilakukan dengan dua metode; pertama

metode deskriptif yaitu untuk menganalisis aktivitas operasional dan penilaian kinerja

operasional berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap tahun 2015 Nomor

20/KEP-DJPT/ 2015; kedua metode Structural Equation Model (SEM) untuk mengetahui

faktor-faktor penentu kinerja PPN Kejawanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas

operasional PPN Kejawanan terus mengalami peningkatan. Frekuensi kunjungan kapal pada

tahun 2019 sejumlah 434 kali. Nilai Produksi ikan yang didaratkan di PPN Kejawanan pada

tahun 2019 sejumlah Rp. 147.301.194.670,-. Produksi tahun 2019 bila dibandingkan dengan

nilai produksi tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 16,63 % yaitu dengan produksi

711,09 ton, sedangkan nilai produksi juga mengalami penurunan dibanding tahun 2018

sebesar Rp.26.408.892.685,-. Penilaian kinerja terhadap 27 kriteria berdasarkan pedoman

yang ditetapkan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap tahun 2015 menunjukkan bahwa

kinerja operasional PPN Kejawanan adalah sebesar 70.25 – 86.50. Selama Oktober 2019

hingga Maret 2020 berkinerja Baik kecuali November 2019 sangat baik. Berdasarkan hasil

pengujian SEM, Internal mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja PPN. Hal ini ini

menunjukan bahwa semakin tinggi Internal maka semakin tinggi pula kinerja PPN. Oleh

karena itu manajemen PPN Kejawanan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

SDM/Pengelola PPN berupa pendidikan, ketrampilan dan budaya kerja, meningkatkan alokasi

(4)

anggaran Unit Pelaksana Teknis (UPT), meningkatkan kualitas Nelayan/Pengolah/Pemasar berupa pendidikan, ketrampilan dan pengalaman, meningkatkan produktivitas Nelayan berupa teknologi, pendapatan dan produksi. Apabila hal ini dilakukan dengan baik oleh manajemen PPN, maka Internal yang dimiliki dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan kinerja PPN Kejawanan meningkat.

Kata kunci: Kinerja; Pelabuhan Perikanan, Kejawanan

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze operational activities and determinants of Kejawanan Nusantara Fishing Port (NFP) performance. This research was conducted in October 2019 to March 2020 at the Kejawanan Nusantara Fishing Port. Data analysis was performed using two methods; the first is a descriptive method which is to analyze the operational activities of Kejawanan Nusantara Fishing Port and the assessment of Kejawanan NFP Performance based on guidelines issued by General Director of Capture Fisheries Number 20/KEP-DJPT/ 2015; the second is the Structural Equation Model (SEM) method, which is to determine the determinants of Kejawanan NFP performance. The results of this study indicate that the operational activities of Kejawanan Nusantara Fishing Port continue to increase. Ship visits during 2019 increased by 438 times. The production value of landed fish in 2019 is Rp.

147.301.194.67. Production volume in 2019, if compared to 2018, are decreased as many as

16,63% with the amount of 711,09 tonnes. On the other hand, production value are also

decreased if compared to 2018 as much as Rp.26.408.892.685. Performance assessment on

27 criterias based on guidelines issued by General Director of Capture Fisheries in 2015

showed that performance of Kejawanan NFP is ranged on 70.25 – 86.5. From October 2019

to March 2020 is categorized as well performed, the only month with very well performed

category was in November 2019. Based on SEM test results, Internal variable has the most

influence on Kejawanan Nusantara Fishing Port performance. This shows that the higher the

internal, the higher the performance of Kejawanan Nusantara Fishing Port. Therefore

Kejawanan Nusantara Fishing Port management is expected to improve the quality of its

human resources, it’s also important for Kejawanan Nusantara Fishing Port to improve their

management in the form of education, skills and work culture, and increase the budget

allocation of Technical Operation Unit. Moreover, the quality of fishermen / processors /

marketers in the form of education, skills and experience is need to be improved as well as

increase fisherman productivity in the form of technology, income and production. If this is

done well by Kejawanan Nusantara Fishing Port management, their quality of service will

increase. Thus with the increase of the performance of Kejawanan NFP will also be increased.

(5)

Keywords : Performance; Fishing Port, Kejawanan

PENDAHULUAN

Pelabuhan Perikanan (PP) memiliki nilai strategis untuk pertumbuhan ekonomi perikanan dan Kelautan. PP selain menunjang nelayan, juga mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan daerah atau regional serta nasional. Prospek pembangunan PP bagi daerah seperti terlaksananya pemerataan pembangunan, perluasan kesempatan kerja dan berkurangnya arus urbanisasi. Hal ini akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat pada umumnya dan nelayan pada khususnya. PP sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 dan juga tercantum dalam KEPMEN KP Nomor 6/Kepmen-KP/2018 tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Apabila kedua fungsi tersebut sudah berjalan dengan baik, maka PP akan berdaya guna sebagai pusat aktivitas industrialisasi kelautan perikanan yang akan memberikan dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik dan pengentasan kemiskinan. PP selain merupakan penghubung antara nelayan dengan pengguna-pengguna hasil tangkapan, baik pengguna langsung maupun tak langsung seperti: pedagang, pabrik pengolah, restoran dan lain-lain, juga merupakan tempat berinteraksinya berbagai kepentingan masyarakat pantai yang bertempat di sekitar PP (Israel and Roque 2000). PP yang berfungsi dengan baik akan merupakan titik temu (terminal point) yang menguntungkan antara kegiatan ekonomi di laut dengan kegiatan ekonomi di darat (Dubrocard and Thoron 1998; Lubis 1999; Lubis dan Pane 2012; Lubis dan Pane 2017; Kusumastanto 2002; Purnomo et al. 2003; Suherman; 2007; dan Suherman dan Dault, 2009).

Pelabuhan Perikanan tipe B yang berada di Provinsi Jawa Barat adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuharantu di Sukabumi dan PPN Kejawanan yang terletak di Kota Cirebon. PPN kejawanan yang terletak di Kelurahan Lemah Wungkuk Kota Cirebon, tepatnya pada posisi 060-44’- 14” LS/1080-34’-53” BT, dilengkapi dengan berbagai sarana seperti sarana pokok, sarana fungsional dan sarana tambahan/penunjang. PPN Kejawanan secara geografis sangat strategis karena merupakan pintu gerbang Jawa Barat bagian Timur dan dengan mudah menghubungkan daerah pemasaran potensial yaitu Bandung dan Jakarta sekaligus sebagai pintu gerbang keluar masuknya arus komoditi barang ekspor impor yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan industri serta

(6)

wisatawan domestik maupun asing ke Cirebon (Widagdo 2015; Bayyinah et al. 2018; Supriadi dan Fitri 2019; dan Juhaeriyah et al. 2018).

Pelabuhan Perikanan termasuk PPN Kejawanan menampung kegiatan nelayan terutama terhadap aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, serta pembinaan. Pelayanan terhadap kapal perikanan sebagai sarana produksi meliputi: penyediaan basis (home base) bagi armada penangkapan, menjamin kelancaran bongkar ikan hasil tangkapan, menyediakan suplai logistik bagi kapal-kapal ikan seperti air tawar, bahan bakar minyak, es untuk perbekalan dan lain-lain. Sedangkan pelayanan terhadap nelayan sebagai unsur tenaga produksi terdiri dari: kegiatan pengolahan, pemasaran dan pembinaan masyarakat nelayan (Suherman dan Dault, 2009)

Berdasarkan hal tersebut untuk lebih meningkatkan kinerja PPN Kejawanan, diperlukan penelitian tentang “Analisis Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan-Cirebon-Jawa Barat ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas operasional dan faktor-faktor penentu kinerja PPN Kejawanan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2019 hingga Maret 2020 di PPN Kejawanan. Analisis data dilakukan dengan dua metode; pertama metode deskriptif yaitu untuk menganalisa aktivitas operasional PPN Kejawanan; kedua metode Structural Equation Model (SEM) yaitu untuk mengetahui faktor-faktor penentu kinerja PPN Kejawanan. SEM digunakan dalam menganalisis dan mengintrepretasikan data yang telah disesuaikan dengan model yang dikembangkan dalam penelitian menggunakan program AMOS. Ghozali (2014) menyatakan bahwa analisis faktor (analysis factor) dan model persamaan simultan (simultaneous equation modeling) dimana keduanya adalah model statistik yang terpisah. SEM sebagai alat analisis data dan pengujian hipotesis dipilih dalam penelitiaan ini karena dengan SEM memungkinkan dalam menguji simultan yang rumit dirangkai secara berhubungan. SEM dapat mengukur pengaruh model atau hubungan antar faktor yang dimensinya akan di identifikasi (Ferdinand, 2006). Tahapan proses analisis data menggunakan SEM sebagai berikut : Tahap 1 Pengembangan Model Berdasar Teori; Tahap 2 dan 3 Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural; Tahap 4 Memilih Jenis Input Matriks dan Estimasi Model yang Diusulkan; Tahap 5 Menilai Identifikasi Model Struktural; Tahap 6 Menilai Kriteria Goodness-of-Fit; Tahap 7 Interpretasi dan Modifikasi Model.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi ialah Nelayan, Pemasar, Pengolah dan Mitra Kerja, serta Pegawai PPN Kejawanan. Sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan nonprobability

(7)

sampling yaitu penilaian sampel didasarkan pada pertimbangan subjektif yang dipandang mempunyai hubungan erat dari sifat populasi. Jenis atau metode sampling yang digunakan merupakan kombinasi dari accidental sampling (convenience sampling) dan purpossive sampling (judgement sampling).

Accidental sampling merupakan metode sampling yang memilih sampel dari responden yang paling mudah dijumpai dan diakses. Purpossive sampling adalah metode sampling yang memilih responden yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Analisis SEM membutuhkan sampel paling sedikit lima kali jumlah variabel parameter yang akan dianalisis (Ferdinand, 2014: 173). Jumlah sampel minimum untuk penelitian ini adalah = jumlah indikator x 5

= 100 responden.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 138 responden dan sesuai dengan prosedur estimasi Maximum Likehood Estimation Method (MLE) mengenai sampel minimum yang diajukan adalah berkisar antara 100 sampai 200 responden, maka jumlah sampel tersebut telah terpenuhi.

HASIL

Aktivitas Operasional

Kapal perikanan yang datang ke PPN Kejawanan terdiri atas kapal-kapal yang bertujuan antara lain: untuk bongkar/pendaratan hasil tangkapan ikan, mengisi perbekalan, perbaikan/docking, istirahat serta kapal-kapal yang berlindung saat gelombang besar.

Frekuensi kunjungan kapal perikanan di PPN Kejawanan pada tahun 2019 sejumlah 434 kali.

Jumlah ini mengalami peningkatan 17% dibandingkan dengan frekuensi kunjungan kapal pada tahun 2018 dengan jumlah kunjungan 371 kali (Gambar 1). Hal ini dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah kapal domisili PPN Kejawanan pada tahun 2019. Frekuensi kunjungan kapal berdasarkan jenis alat penangkap ikan pada tahun 2019 masih didominasi oleh kapal dengan alat penangkap ikan (API) bouke ami yakni sejumlah 262 kali kunjungan atau 60,4% dari total jumlah kunjungan kapal pada tahun 2018.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan jumlah kunjungan tertinggi pada tahun 2018 yang juga bouke ami (sebanyak 197 kali). Hal ini disebabkan oleh bergantinya jenis alat penangkap ikan dan ukuran kapal setelah program dari pemerintah untuk pelaksanaan pengukuran ulang kapal.

(8)

485

404

346 334 335

317 776

390 511

389 331

386 378 371

416 434

369 334

308

277 265

743

323 481

352

293 297 290 282 302

- 100 200 300 400 500 600 700 800 900

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kali

Kunjungan Kapal Pendaratan Ikan

Gambar 1. Kunjungan dan Frekuensi Pendaratan Kapal Perikanan di PPN Kejawanan Tahun 2005 - 2019

Berdasarkan klasifikasi ukuran GT, frekuensi kunjungan kapal tertinggi di PPN Kejawanan selama tahun 2019 diketahui 51,6% nya adalah kapal dengan ukuran ≥ 51 GT. Frekuensi kunjungan kapal tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 55 kali, hal ini karena banyak kapal datang setelah trip penangkapan ikan kedua tahun 2019. Sedangkan frekuensi kunjungan terendah terjadi pada bulan Maret yakni 19 kali, hal ini karena pada bulan Maret masih banyak kapal di kolam PPN Kejawanan.

Jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapan pada tahun 2019 yakni 302 kali, mengalami peningkatan 7,1% dibandingkan jumlah kapal yang melakukan kegiatan bongkar pada tahun 2018 yang sejumlah 282 kali (Gambar 1). Berdasarkan dokumen laporan tahunan PPN Kejawanan (2019) menyebutkan bahwa jumlah kapal ikan yang melakukan pendaratan ikan jumlahnya dapat lebih banyak, namun sejak 19 Nopember 2019 kapal - kapal di PPN Kejawanan melakukan boikot tidak mau bongkar di PPN Kejawanan. Hal ini terkait dangan berlakunya Peraturan Wali Kota Cirebon Nomor 40 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Wali Kota Cirebon Nomor 57 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Cirebon dan Peraturan Wali Kota Cirebon Nomor 41 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Pemungutan Retribusi Penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Sehingga, berimbas kepada sampai dengan akhir tahun 2019 tidak ada kapal perikanan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Kejawanan. Kapal domisili PPN Kejawanan mengalami kenaikan jumlah dan jenis API yang digunakan, dari 181 unit pada tahun 2018 menjadi 2019 unit pada tahun 2019, atau mengalami peningkatan 21%. Jenis API bouke ami merupakan jenis alat penangkap

(9)

ikan dominan, dengan jumlah 120 unit (55% dari total kapal domisili tahun 2019). Berdasarkan klasifikasi GT nya, kapal-kapal di PPN Kejawanan berada pada range 21-196 GT. Kapal ukuran 31-60 GT mendominasi sebanyak 43% (94 unit kapal). Terdapat 7 unit kapal andon di PPN Kejawanan dengan range ukuran 20-30 GT

Produksi ikan yang didaratkan di PPN Kejawanan pada tahun 2019 mencapai 3.565,03 ton dengan rincian produksi per jenis Alat Penangkap Ikan (API) yakni Jaring Insang Hanyut Dasar / Liong Bun sebesar 185,14 ton, Jaring Cumi / Bouke Ami sejumlah 1.794,08 ton, Pancing Cumi sejumlah 462,28 ton, Cast Net sejumlah 935,94 ton, Pukat Cincin Pelagis Besar sejumlah 135,49 ton serta produksi Pukat Cincin Pelagis Kecil sebanyak 50,90 ton. Sedangkan total produksi yang berasal dari ikan yang didaratkan di PPN Kejawanan ditambah dari produksi ikan yang didatangkan dari luar pelabuhan adalah yaitu 6.784,73 ton. Bila dibandingkan dengan produksi pada tahun 2018, mengalami penurunan sebesar 12,33% dibandingkan dengan jumlah produksi pada tahun 2018 yaitu sejumlah 7.738,28 ton.

Gill Net 5%

Bouke Ami 48%

Cast Net 25%

Pancing Cumi 13%

Purse Seine Pelagis Besar

4%

Purse Seine Pelagis Kecil

5%

Gambar 2 Produksi Ikan Per Jenis Alat Penangkap Ikan pada Tahun 2019 di PPN Kejawanan

Secara keseluruhan, volume produksi ikan tertinggi pada tahun 2019 terjadi pada Bulan Mei yaitu 650,51 ton (18,25% dari volume produksi total tahun 2019), Bulan Oktober sejumlah 648,38 ton (18,19% dari volume produksi total tahun 2019) dan Bulan April sebanyak 577,47 ton (16,20% dari

(10)

volume produksi total tahun 2019). Produksi ikan tertinggi yang dihasilkan oleh kapal dengan alat penangkap ikan Gill Net/Jaring Insang terjadi pada Bulan Mei yaitu 83,43 ton. Jumlah tersebut 45,06%

dari volume produksi total kapal dengan alat penangkap ikan Gill Net/Liong Bun. Sejumlah 328,11 ton ikan dihasilkan oleh kapal dengan alat penangkap ikan Bouke Ami pada Bulan September dan merupakan 18,29% dari volume produksi total kapal dengan alat penangkap ikan Bouke Ami pada tahun 2019. Volume produksi ikan tertinggi yang dihasilkan oleh kapal dengan alat penangkap Cast Net terjadi pada Bulan Oktober yaitu 285,27 ton. Jumlah tersebut sama dengan 30,48% dari volume produksi total kapal dengan alat penangkap ikan Cast Net kecil pada tahun 2019. Volume produksi ikan tertinggi yang dihasilkan oleh kapal dengan alat penangkap Pancing Cumi terjadi pada Bulan April yaitu 317,38 ton. Jumlah tersebut sama dengan 68,63% dari volume produksi total kapal dengan alat penangkap ikan pancing cumi kecil pada tahun 2019. Secara umum, volume produksi ikan terendah pada tahun 2019 terjadi pada Bulan Maret yaitu 121,06 ton (3,40% dari volume produksi total tahun 2019).

2.912 2.999 3.326 3.539 3.800 4.437

5.733

5.126 5.176 4.821

5.593 6.173

5.763 8.027

9.981

- 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Ton

Gambar 3. Produksi Ikan yang di daratkan di PPN Kejawanan Tahun Tahun 2005 - 2019 Nilai Produksi

Nilai Produksi ikan yang didaratkan di PPN Kejawanan pada tahun 2019 sejumlah Rp.

147.301.194.670,-. Produksi tahun 2019 bila dibandingkan dengan nilai produksi tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 16,63 % yaitu dengan produksi 711,09 ton, sedangkan nilai produksi juga mengalami penurunan dibanding tahun 2018 sebesar Rp.26.408.892.685,-.

Nilai produksi ikan yang didaratkan ditambah dengan nilai produksi ikan dari luar pelabuhan di PPN Kejawanan pada tahun 2019 yaitu Rp. 380.756.400.666,-. Apabila dibandingkan dengan nilai

(11)

produksi ikan pada tahun 2018 yang mencapai Rp. 502.195.247.089,-, maka pada tahun 2019 nilai produksinya mengalami penurunan sebesar 24,18%. Nilai produksi mengalami perubahan setiap bulannya bahkan perharinya. Hal ini disebabkan oleh harga ikan yang berfluktuasi di lapangan, bergantung kepada jenis ikan, ketersediaan stok ikan, mutu ikan dan musim.

39.286.389 39.742.182

54.326.408 56.060.982 64.430.218 91.470.286

109.265.197 110.343.050

147.306.852155.150.433 209.446.199

260.412.993 303.597.515

532.765.235 608.433.860

0 100.000.000 200.000.000 300.000.000 400.000.000 500.000.000 600.000.000 700.000.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Ribu Rp

Gambar 4. Nilai Produksi Ikan yang di daratkan di PPN Kejawanan Tahun Tahun 2005 - 2019 Perbekalan

Perbekalan kapal perikanan merupakan kelengkapan yang harus terpenuhi untuk operasional penangkapan ikan. Perbekalan untuk kapal perikanan mencakup BBM, air tawar bersih, bahan makanan, es dan umpan. Namun es bukan merupakan konsumsi untuk perbekalan kapal perikanan di PPN Kejawanan karena kapal-kapal perikanan di PPN Kejawanan sudah dilengkapi dengan freezer sehingga tidak membutuhkan es untuk menjaga kualitas ikan hasil tangkapan. Begitu pula dengan umpan, API yang digunakan kapal-kapal perikanan di PPN Kejawanan yaitu bouke ami, gillnet liong bun, gillnet oseanik, dan purse seine tidak memanfaatkan umpan.

Penyaluran Air Tawar Bersih

Jumlah air bersih yang disalurkan di PPN Kejawanan pada tahun 2019 sebanyak 4.075.000 liter, atau mengalami peningkatan 48,5% apabila dibandingkan dengan penyaluran air pada 2018 sebanyak 2.745.000 liter. Pada tahun 2019 tercatat 452 kapal mendapatkan pelayanan jasa pengisian perbekalan air bersih (Gambar 5).

(12)

5.975 6.980 9.613 10.558 12.660 19.377 176.566

207.861 191.620

286.620

21.056 23.650 25.563 24.544 25.179 -

50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Ton

Air (ton)

Gambar 5. Penyaluran air bersih di PPN Kejawanan Tahun Tahun 2005 - 2019

Perbekalan Bahan Makanan

Perbekalan bagi kapal-kapal yang hendak melaut mencakup keperluan pangan Awak Buah Kapal (ABK), bahan bakar minyak dan stok air tawar bersih. Keperluan perbekalan untuk melaut bagi kapal-kapal perikanan, khususnya bahan pangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan perkapalnya sebagian besar diperoleh dari luar kawasan pelabuhan dan selama ini telah difasilitasi oleh pemilik atau pengurus kapal.

Bahan Bakar Minyak (BBM)

PPN Kejawanan melayani pengisian BBM subsidi dan non subsidi untuk kapal perikanan.

Terdapat 3 Penyalur BBM resmi di PPN Kejawanan sejak Januari 2019, namun sejak bulan November 2019 dilaksanakan pasar bebas di PPN Kejawanan, yang tidak membatasi jumlah Penyalur BBM yang dapat melayani kebutuhan perbekalan kapal perikanan. Berdasarkan data yang terhimpun, diketahui bahwa terdapat 6 Penyalur BBM di PPN Kejawanan. Jumlah ini dapat terus bertambah selama Peyalur BBM memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pihak PPN Kejawanan, salah satunya yaitu adanya faktur pajak dan fakta integritas. Pelayanan rekomendasi BBM bersubsidi mengacu kepada Perpres No.9 Tahun 2009, Perpres No.15 Tahun 2012, Perpres No. 191 Tahun 2014, Permen ESDM RI No.18 Tahun 2013 dan Permen ESDM RI No.6 Tahun 2014.

(13)

2.779

1.792 1.354

2.140 3.871

4.557

5.521 5.477 6.477

5.719

4.989 4.794

7.467

4.883 8.762

- 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Ton

Solar (ton)

Gambar 6.

Penyaluran BBM di PPN Kejawanan Tahun Tahun 2005 – 2019

Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Jumlah nelayan yang melakukan aktivitas dalam kurun 2005 hingga 2019 ditunjukkan pada Gambar 7.

(14)

1.564 1.302

1.597

1.768 1.845

2.054 2.211

2.050 2.165 2.185

1.978 2.000

3.523 3.637 4.184

- 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Orang

Gambar 7. Perkembangan Nelayan di PPN Kejawanan Tahun Tahun 2005 - 2019 Pelayanan Jasa

Pelayanan jasa dan fasilitas yang dilaksanakan di PPN Kejawanan mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tarif jasa yang dikenakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 75 tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2019, terdapat jenis pelayanan jasa baru karena adanya penambahan fasilitas dan sarana prasarana yaitu Tempat Perbaikan Jaring.

Jasa Pas Masuk

Pelayanan ini dilakukan di pintu masuk ke pelabuhan, setiap pengunjung yang memasuki kawasan PPN Kejawanan dikenakan pungutan pas masuk harian. Tingkat kunjungan sepeda motor dan mobil penumpang berhubungan erat dengan waktu hari libur nasional atau hari libur anak sekolah.

Aktifitas kunjungan kendaraan besar tidak dipengaruhi musim liburan karena kendaraan besar berhubungan dengan aktifitas bongkar dan muat ikan di PP. Kendaraan besar tersebut digunakan sebagai alat pemasaran dan distribusi bahan material dan hasil industri maupun dari aktifitas pembangunan fisik perusahaan. Semakin tinggi aktifitas perusahaan maka akan meningkatkan laju kunjungan kendaraan besar di pelabuhan.

Pelayanan Jasa Kebersihan Bongkar Muat

(15)

Pelayanan ini ditujukan bagi kendaraan yang melakukan aktifitas bongkar muat di kawasan dermaga pelabuhan PPN Kejawanan. Jumlah kendaraan yang melaksanakan bongkar muat di PPN Kejawanan. Rata-rata kunjungan pick up adalah 380 unit kendaraan perbulan, sedangkan untuk kendaraan truk mencapai 506 kendaraan masuk perbulannya. Secara umum, pergerakan lalu lintas kendaraan bongkar muat perbulan hampir sama namun terdapat perbedaan di dua bulan terakhir tahun 2019.

Pelayanan Jasa Bengkel

Pelayanan ini dilaksanakan di gedung bengkel (workshop) milik PPN Kejawanan dengan luas 60 m2. Selama tahun 2019, bengkel tidak melaksanakan pelayanan kepada pengguna jasa karena para pemilik kapal mempunyai bengkel pemeliharaan mesin kapal sendiri.

Pelayanan Jasa Alat Berat

Jenis alat berat yang disewakan oleh pihak PPN Kejawanan antara lain adalah excavator, forklift, dum truck dan mobil crane. Kondisi excavator dan ponton rusak berat dan sudah tidak bisa disewakan lagi. Saat ini alat berat yang rusak tersebut telah diusulkan untuk dilelang.

Pelayanan Jasa Listrik

Pelayanan jasa listrik umumnya diberikan kepada para pelaku usaha di PPN Kejawanan dengan tarif sesuai dengan PP 75 Tahun 2015. Sampai dengan saat ini, kebutuhan listrik dapat dipenuhi oleh jaringan listrik PLN yang tersedia. Secara umum, pemakaian listrik pelaku usaha cukup stabil setiap bulannya yaitu berada di rata-rata 8.541 KwH.

Pelayanan Jasa Air

PPN Kejawanan melayani jasa air untuk pelaku usaha yang berada di PP dan untuk perbekalan kapal perikanan yang akan berangkat untuk kegiatan penangkapan. Rata-rata kebutuhan air untuk pengisian air bersih kapal perbulan adalah 339 m3 air, sedangkan untuk keperluan darat adalah sebesar 1.731 m3 air. Penyaluran air bersih untuk keperluan perbekalan kapal di bulan Juni dan Oktober merupakan penyaluran air bersih dengan nilai tertinggi di tahun 2019, sedangkan penyaluran air besih untuk aktifitas darat paling tinggi pada bulan Februari. Secara keseluruhan, kebutuhan air di lingkungan PPN Kejawanan dapat dipenuhi oleh suplai air dari PDAM yang penyalurannya dikelola oleh PPN Kejawanan..

Pelayanan Limbah Industri Perikanan

(16)

Pelayanan ini dikhususkan untuk limbah cair industri perikanan dari pelaku usaha di areal pelabuhan. Bagi pelaku usaha yang belum memiliki instalasi pengolahan air limbah wajib menggunakan jasa pelayanan ini.

Rekomendasi Penggunaan Tanah dan/atau Bangunan

Pelayanan ini adalah untuk investor yang ingin menyewa dan atau memperpanjang sewa tanah dan bangunan gedung di areal milik PPN Kejawanan. Sampai dengan bulan Desember 2019, terdapat 26 pelaku usaha dan 6 unit kedai nelayan di PPN Kejawanan. Beberapa jenis usaha para pelaku usaha yang ada yaitu processing ikan, cold storage, pengalengan rajungan, gudang, pengasinan ikan, toko BAP, Dok dan galangan kapal.

Jasa Penggunaan Bangunan Pertemuan Nelayan

PPN Kejawanan mempunyai gedung pertemuan yang dapat digunakan oleh masyarakat perikanan dengan kapasitas 70-100 orang, dengan fasilitas yang tersedia adalah jaringan internet wifi.id, sound sistem, toilet dan AC. Gedung tersebut merupakan fasilitas PPN Kejawanan yang digunakan sebagai tempat pertemuan nelayan atau tempat melakukan sosialisasi kepada masyarakat nelayan.

Jasa Tempat Perbaikan Jaring

Fasilitas tempat perbaikan jaring merupakan fasilitas baru PPN Kejawanan yang dibangun pada tahun 2018. Pada awal tahun 2019, fasilitas tersebut mulai diujicobakan. Para pemilik kapal yang semula memperbaiki jaring dipinggir dermaga akhirnya beralih menggunakan fasilitas tempat perbaikan jaring dan dikenakan tarif sewa sesuai PP 75 tahun 2015.

Nilai Kinerja Operasional Untuk Parameter Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

Hasil penilaian kinerja operasional di PPN Kejawanan bulan Oktober 2019-Maret 2020 berpedoman pada Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 20/KEP-DJPT/ 2015 disajikan pada Tabel 1. Penilaian kinerja terhadap 27 kriteria berdasarkan pedoman yang ditetapkan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap tahun 2015 menunjukkan bahwa kinerja operasional PPN Kejawanan adalah sebesar 70.25 – 86.50. Selama Oktober 2019 hingga Maret 2020 berkinerja Baik kecuali November 2019 sangat baik.

Tabel 1. Hasil Penilaian Kinerja Operasional PPN Kejawanan Oktober 2019 – Maret 2020

N o

Jenis

Kriteria Unit Satuan

Realisasi Nilai

Okt Nov Des Jan Feb Mar Okt Nov Des Jan Feb Ma

r

(17)

1 Frekuensi Pengiriman Data (PIPP)

Kali 24,00 25,00 12,00 12,00 17,00 26,00 5,0

0

5,00 4,00 4,00 4,0 0

5,0 0

2 E-Logbook Ya/Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya 2,0

0

2,00 2,00 2,00 2,0 0

2,0 0 3 Aplikasi SPB-

online

Ya/Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya 2,0

0

2,00 2,00 2,00 2,0 0

2,0 0

4 SHTI Ya/Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 2,0

0

2,00 0,50 0,50 0,5 0

0,5 0 5 Realisasi

Penyerapan Anggaran

% 81,59 88,35 96,81 100,00 90,66 85,51 4,0

0

4,00 4,00 4,00 4,0 0

4,0 0 6 Pendapatan

Pelabuhan

Rp 527,90 207,36 258,81 152,53 295,40 264,61 4,0

0

4,00 4,00 4,00 4,0 0

4,0 0 7 Ketersediaa

n SDM Pengelola Pelabuhan Perikanan

Kelengkapan Lengka p

Lengka p

Lengka p

Lengka p

Lengka p

Lengka p

4,0 0

4,00 4,00 4,00 4,0 0

4,0 0

8 Kapasitas Daya Tampung Kolam Pelabuhan

GT 611,00 611,00 611,00 611,00 611,00 611,00 0,0

0

0,00 0,00 0,00 0,0 0

0,0 0

9 Panjang Dermaga

m 2.018,

00

2.018, 00

2.018, 00

2.018, 00

2.018, 00

2.018, 00

4,0 0

4,00 4,00 4,00 4,0 0

4,0 0 10 Kedalaman

Kolam

cm 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 4,0

0

4,00 4,00 4,00 4,0 0

4,0 0 11 Sarana

Perbaikan (Docking, bengkel)

Ada/Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada 2,0

0

2,00 2,00 2,00 2,0 0

2,0 0

12 Kelengkapan Fasilitas Pemasaran

& Distribusi Ikan

Kelengkapan Lengka p

Lengka p

Lengka p

Lengka p

Lengka p

Lengka p

2,0 0

2,00 2,00 2,00 2,0 0

2,0 0

13 Ketersediaa n Lahan Pelabuhan

ha 19,02 19,02 19,02 19,02 19,02 19,02 4,0

0

4,00 4,00 4,00 4,0 0

4,0 0 14 Pelayanan

Tambat Labuh

GT 399,00 181,00 110,00 172,00 271,00 253,00 5,0

0

5,00 5,00 5,00 5,0 0

5,0 0 15 Produksi

Perikanan

Ton/Hari 20,71 9,51 0 1,62 11,56 9,23 3,7

5

3,75 0,00 2,50 3,7 5

3,7 5 16 Frekuensi

Kunjungan Kapal

Unit 1,65 0,70 0,48 0,29 0,66 0,90 1,2

5

0,00 0,00 0,00 0,0 0

0,0 0

17 STBLKK % 162,75 223,81 400,00 555,56 157,89 150,00 5,0

0

5,00 5,00 5,00 5,0 0

5,0 0 18 Sosialisasi

Dan Bimbingan Teknis

Jumlah Kegiatan

8,00 6,00 2,00 3,00 2,00 4,00 4,0

0

4,00 2,00 3,00 2,0 0

4,0 0

19 Fasilitasi Penyuluhan, Pengawasan dan Pengendalia n Sumber Daya Ikan, Perkarantina an Ikan, Publikasi

Jumlah Kegiatan

5,00 5,00 5,00 4,00 4,00 4,00 4,0

0

4,00 4,00 3,00 3,0 0

3,0 0

20 Pelaksanaan K5

Hasil Baik Baik Baik Baik Baik Baik 4,0

0

4,00 4,00 4,00 4,0 0

4,0 0 21 Penyaluran

Air Bersih (kapal dan industri pengolahan)

% 75,00 94,18 32,68 76,97 100,00 63,98 3,0

0

3,00 1,00 3,00 3,0 0

2,0 0

22 Penyaluran Es (kapal)

% 65,73 95,93 49,15 88,71 94,27 80,79 2,0

0

3,00 1,00 3,00 3,0 0

3,0 0 23 Penyaluran

BBM (kapal)

% 67,01 94,34 34,62 83,15 99,86 81,87 2,5

0

3,75 1,25 3,75 3,7 5

3,7 5 24 Pelayanan

Pengolahan Hasil

Unit 16,00 16,00 16,00 16,00 16,00 16,00 3,0

0

3,00 3,00 3,00 3,0 0

3,0 0

(18)

Perikanan di WKOPP 25 Pemanfaata

n Lahan Pelabuhan

% 8.961,

61

8.961, 61

8.961, 61

8.961, 61

8.961, 61

8.961, 61

3,0 0

3,00 3,00 3,00 3,0 0

3,0 0 26 Penyerapan

Tenaga Kerja

Orang/Bulan 2.769, 97

2.769, 82

2.555, 47

2.637, 91

2.837, 41

2.827, 20

3,0 0

3,00 3,00 3,00 3,0 0

3,0 0 27 Perubahan

Jumlah Investor di Pelabuhan Perikanan

Perusahaan/Bu lan

0 (44) 0 (44) 0 (44) 0 (44) 0 (44) 0 (44) 1,0 0

1,00 1,00 1,00 1,0 0

1,0 0

Jumlah 85,

5

86,5 70,2 5

80,7 5

81 83

Kesimpulan BAIK SANG

AT BAIK

BAIK BAIK BAIK BAIK

Faktor-Faktor Kinerja PPN Kejawanan

Model path diagram menggambarkan adanya modifikasi model untuk mencapai model yang fit (Gambar 8). Kemudian dapat dilihat bahwa analisis faktor konfirmatori konstruk Full Model telah memenuhi kriteria fit, hal ini ditandai dengan nilai hasil perhitungan terhadap tiap-tiap indeks goodness-of-fit yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan.

Gambar 8. Model Path Diagram

Tabel 2. Defenisi Operasional Variabel

No Kode Indikator

(19)

Internal

1 X1_1 SDM Pengelola PPN (pendidikan, ketrampilan, Budaya Kerja).

2 X1_2 Alokasi Anggaran UPT

3 X1_3 Nelayan/Pengolah/Pemasar (pendidikan,ketrampilan, pengalaman)

4 X1_4 Produktivitas Nelayan/Pengolah/Pemasar (teknologi, pendapatan, produksi)

Eksternal 5 X2_1 Sumberdaya Ikan (Fishing Ground) 6 X2_2 Pasar

7 X2_3 Kondisi Ekonomi

8 X2_4 Perkembangan Teknologi Pelayanan 9 X3_1 Pelayanan Produksi

10 X3_2 Pelayanan Industri Perikanan 11 X3_3 Pelayanan Processing

12 X3_4 Pelayanan Pemasaran

Kebijakan Pemerintah

13 X4_1 UU / Peraturan Pemerintah/Peraturan Menteri

14 X4_2 Otonomi Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati 15 X4_3 Pelaksanaan/Kerja sama UPT

Kinerja PPN 16 Y1_1 Kesejahteraan Nelayan

17

Y1_2

Pengembangan Usaha 18

Y1_5

Pajak/PNBP

19

Y1_6

Produktivitas Kerja

20

Y1_7

Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja (Nelayan, Pemasar dan Pengolah, Buruh)

Sumber: Data primer yang diolah, 2020.

Tabel 3. Hasil Uji Model Faktor Konfirmatori Konstruk Full Model

(20)

Kriteria Cut off Value Hasil

Evaluasi

Model

Chi-square

Kecil; X2 dengan df

238,655 Cukup

215, p: 5 % = 250.207

CMIN/DF < 2,00 1,520 Baik

GFI Mendekati 1,0 0,855 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,062 Baik

AGFI Mendekati 1,0 0,806 Baik

PNFI > 0,50 0,693 Baik

PGFI ≥ 0,50 0,639 Baik

Sumber: Data primer yang diolah, 2020.

Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Regression Weight

NO HIPOTESIS CR P KETERANGAN

H1 Internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pelayanan PPN

5,207 0,000 Diterima H2 Kebijakan Pemerintah berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Internal

1,999 0,046 Diterima H3 Eksternal berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Pelayanan PPN

2,413 0,016 Diterima H4 Eksternal berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kebijakan Pemerintah

2,772 0,006 Diterima H5 Pelayanan PPN berpengaruh positif dan

signifikan Kinerja PPN

2,629 0,009 Diterima H6 Kebijakan Pemerintah berpengaruh positif

dan signifikan Kinerja PPN

-2,739 0,006 Ditolak H7 Internal berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kinerja PPN

2,420 0,016 Diterima H8 Eksternal berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kinerja PPN

2,284 0,022 Diterima Sumber: Data primer yang diolah, 2020.

Berdasarkan hasil pengujian regression weight pada Tabel 4 menggambarkan bahwa H1, H2, H3, H4, H5, H7 dan H8 dinyatakan diterima, karena memiliki nilai Critical Ratio (C.R.) di atas 1,96 dan

(21)

Probabilitas di bawah 0,05. H6 dinyatakan ditolak karena nilai Critical Ratio (C.R.) di bawah 1,96 dan Probabilitas di atas 0,05.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya nilai pengaruh setiap indikator atau dimensi pembentuk masing-masing variabel laten dan pengaruh antar variabel dapat dianalisis dengan koefisien standardized pada hasil uji standardized regression weights konstruk full model pada Tabel di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Uji Standardized Regression Weights Konstruk Full Model

Estimate KEBIJAKAN_PEMERINTAH <--- EKSTERNAL 0,320 INTERNAL <--- KEBIJAKAN_PEMERINTAH 0,467

PELAYANAN_PPN <--- INTERNAL 0,659

PELAYANAN_PPN <--- EKSTERNAL 0,157

KINERJA_PPN <--- KEBIJAKAN_PEMERINTAH 0,178

KINERJA_PPN <--- PELAYANAN_PPN 0,260

KINERJA_PPN <--- INTERNAL 0,334

KINERJA_PPN <--- EKSTERNAL 0,309

Model persamaan struktural berdasarkan hasil tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Error

Internal = 0,211 Kebijakan Pemerintah + 0,045 ζ Pelayanan PPN = 0,713 Internal+ 0,212 Eksternal + 0,570 ζ Kebijakan Pemerintah = 0,273 Eksternal + 0,075 ζ

Kinerja PPN = 0,410 Internal + 0,195 Eksternal + 0,411

Pelayanan PPN - 0,212 Kebijakan Pemerintah + 0,619 ζ

Berdasarkan Tabel 5 dan persamaan model diatas dapat dilihat bahwa setiap indikator atau dimensi pembentuk masing-masing variabel laten memiliki pengaruh positif dan negatif dengan hasil koefisien standardized dari terendah 0,211 hingga tertinggi 0,713. Selanjutnya dalam hubungan antar variabel dapat diketahui bahwa pengaruh terbesar adalah pengaruh Internal terhadap pelayanan PPN dengan koefisien standaridized 0,713, yang artinya ketika Internal naik 1, maka akan menaikkan Pelayanan PPN sebesar 0,659. Sedangkan yang mempengaruhi Kinerja PPN terbesar adalah Internal dengan koefisien standaridized 0,410, yang artinya ketika Pelayanan PPN naik 1 maka akan menaikkan

(22)

Kinerja PPN sebesar 0,410. Selain itu Kebijakan Pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja PPN dengan koefisien standaridized -0,212, yang artinya ketika Kebijakan Pemerintah naik 1 maka akan menurunkan Kinerja PPN sebesar 0,212.

PEMBAHASAN

Aktivitas operasional PPN Kejawanan sangat dinamis dari tahun ke tahun sebagaimana tergambarkan dalam Gambar 1 sampai Gambar 7. PPN Kejawanan diharapkan dapat mengemban dan mengimplementasikan tugas pokok dan fungsinya sehingga mengarah kepada terwujudnya pusat pertumbuhan, pengembangan ekonomi perikanan berbasis perikanan tangkap, perbantuan pelayanan publik dan kesyahbandaran perikanan di Cirebon. Internal PPN Kejawanan mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja PPN Kejawanan (Gambar 8 dan Tabel 5), Hal ini ini menunjukan bahwa semakin tinggi perbaikan di Internal PPN Kejawanan maka semakin baik pula kinerja PPN Kejawanan. Oleh karena itu manajemen PPN diharapkan melakukan transformasi internal untuk meningkatkan kinerja dan perbaikan kualitas pelayanan produksi, pelayanan industri perikanan, pelayanan processing, pelayanan pemasaran dan pelayanan distribusi. Apabila hal ini dilakukan dengan baik oleh manajemen PPN, maka kinerja PPN makin meningkat. Sebagaimana disebutkan oleh Fadhil (2016) bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap adalah komponen kompetensi yang merupakan kunci dalam manajemen yang memainkan peran penting dan strategis dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai. Kompetensi karyawan dianggap semakin penting manfaatnya, karena sumber daya manusia adalah harta atau aset berharga yang dimiliki perusahaan dan juga yang menentukan keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuan.

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) telah banyak didengungkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di dunia bisnis oleh perusahaan. Dalam kenyataannya praktek manajemen (management practices) tidak selalu mudah dan berhasil untuk mempengaruhi orang agar berkerja lebih produktif. Globalisasi yang makin tak terelakkan dan harus diikuti makin menyadarkan orang untuk lebih memperhatikan faktor budaya bangsa, budaya nasional dan akhirnya budaya perusahaan (Biantoro U.2002).

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berorientasi pelanggan

Pelayanan instansi pemerintah yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pelanggan dalam perwujudannya melalui pengelola PP perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Selalu bertindak mendekatkan diri kepada masyarakat terutama pelanggan dalam arti aktif

menghormati dan menghargai mereka dengan cara : (a) menanyakan apa yang harus

(23)

dibantu, (b) mendengarkan saran-saran mereka, (c) mendorong agar masyarakat mencoba memanfaatkan pelayanan instansi pemerintah tanpa kecurigaan.

2. Secara terus menerus selalu meningkatkan mutu pelayanan (pendekatan mutu terpadu), berdasarkan semua saran maupun masukan balik yang berasal dari masyarakat mengenai apa yang mereka inginkan/kehendaki sehingga output jasa maupun produk yang dihasilkan mampu memberikan nilai tambah (benefit, impact).

a) Menempatkan masyarakat sebagai pengemudi organisasi atau bekerja dengan logika masyarakat ;

b) Mengubah perhatian aparatur pemerintah dari berorientasi kepada birokrasi menjadi selalu berorientasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;

Pelayanan di PP

Secara umum pelayanan di pelabuhan perikanan dapat dibedakan ke dalam dua kategori yakni pertama, pelayanan yang bersifat langsung kepada nelayan/pengusaha perikanan untuk menyediakan barang/jasa yang mereka butuhkan, dan kedua, pelayanan kepada masyarakat umum di dalam pelabuhan menggunakan metodologi yang lebih bersifat massal agar supaya mereka (nelayan serta para pengusaha perikanan) lebih mampu memajukan usahanya dengan menggunakan berbagai fasilitas yang tersedia di PP (Murdiyanto, 2004).

Pelayanan Langsung Kepada Nelayan / Pengusaha Perikanan

Pelayanan untuk memenuhi keperluan pengguna jasa pelabuhan bersifat langsung dan kasuistis dalam arti dilakukan secara kasus demi kasus. Pelayanan langsung sering memerlukan tenaga yang memiliki keterampilan tertentu (listrik, las, mesin diesel dan lain sebagainya) karena perhatian utama adalah supaya apa yang dikehendaki oleh pengguna jasa dapat segera dipenuhi dengan sebaik-baiknya (prima). Pelayanan yang diperlukan meliputi berbagai kegiatan mulai dari sarana produksi, pemasaran hasil sampai dengan distribusinya. Tenaga yang melakukan pelayanan dituntut memiliki keahlian tertentu yang diperkuat melalui suatu bentuk surat keterangan/sertifikat. Hal ini dimaksudkan agar dapat selalu dilakukan penjenjangan/akreditasi untuk mempertahankan atau meningkatkan keterampilan tersebut. Dengan demikian pemberian pelayanan umum oleh PP menjadi semakin prima. Di samping itu semua, sertifikasi keterampilan juga dimaksudkan agar penyelenggaraan pelayanan tetap berdasarkan atas azas efisiensi serta tidak melanggar etika profesi. Tanggung jawab pelayanan yang diberikan adalah sepenuhnya untuk kepentingan para pengguna jasa. Biaya/tarif pelayanan ditetapkan untuk imbalan jasa keahlian ditambah dengan margin atas bahan-bahan yang telah diterima oleh pengguna jasa. Karena bersifat kasuistis dan langsung antara pemberi jasa kepada pihak yang menerima jasa maka masalah administrasi menjadi relatif sederhana (Murdiyanto, 2004).

(24)

Pelayanan umum yang diberikan langsung kepada para pengguna jasa (dapat dilakukan oleh manajemen pelabuhan sendiri, atau oleh swasta apabila biaya pelayanan terpaksa masih mahal, tetapi kemungkinan juga oleh keduanya apabila masih ada keahlian atau keterampilan-keterampilan tertentu yang belum sepenuhnya dapat dicukupi oleh pihak swasta. Prinsip, efisiensi antara lain ditempuh melalui tiadanya kemungkinan monopoli, supaya selalu tercipta iklim persaingan yang sehat sehingga prinsip pelayanan prima bisa terwujud. Berbagai ketentuan pelayanan umum harus jelas terbaca pada setiap tempat di mana masyarakat pengguna jasa sering berkumpul. Pengumumannya singkat dan tidak bersifat larangan serta mengandung segala persyaratan yang ditentukan untuk memperoleh pelayanan (Murdiyanto, 2004).

Pelayanan Ditujukan Kepada Masyarakat Dalam PP

Pelayanan umum bagi seluruh lapisan masyarakat di dalam pelabuhan tujuan utamanya adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha perikanan sehingga pendapatan mereka betul-betul didasarkan atas teknologi berproduksi yang maju, bisnis yang sehat serta memberikan dampak yang positip terhadap perkembangan usaha perikanan. Keahlian/ keterampilan tenaga pelaksana pelayanan sangat komprehensif meliputi berbagai aspek yang memungkinkan tumbuhnya iklim usaha perikanan yang kondusif misalnya mengenai sistem sanitasi dan higienis bagi keseluruhan lingkungan pelabuhan termasuk pemahaman masyarakat PP arti penting sanitasi dan higienis bagi kemajuan usaha serta kesejahteraannya. Pemahaman tersebut kemudian diaplikasikan pada seluruh kegiatan usaha mereka seperti dalam hal penanganan ikan di atas kapal, penanganan ikan di pelabuhan, pengolahan dan distribusi/pemasaran hasil. Pengetahuan pelaksana untuk meningkatkan iklim yang kondusif di PP juga termasuk berbagai kelembagaan perikanan yang masih berlaku. Karena penyampaian pelayanan umum pelabuhan yang disampaikan menggunakan kelembagaan yang mereka anut akan lebih efektif hasilnya. Cara sosialisasi dan penyampaian harus menarik dan biasanya metoda yang umum digunakan adalah penyuluhan (extension education); misalnya dilakukan melalui kelompok-kelompok atau apabila sudah ada, melalui organisasi-organisasi di mana mereka menjadi anggota, sehingga masing-masing pimpinan kelompok atau organisasi merupakan contact persons bagi para pelaksana pelayanan umum kepelabuhanan. Petugas pelayanan umum sepenuhnya berasal dari Pemerintah dan pelaksanaannya bersifat monopoli dan bukan merupakan jasa pelayanan yang memungut biaya. Untuk mewujudkan pengertian bahwa produksi ikan yang mereka usahakan harus berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan maka sarana dan prasarana pelabuhan juga harus selalu dalam keadaan bersih dan sehat. Apa yang ditekankan bahwa mutu hasil perikanan yang didaratkan di pelabuhan dapat dipertahankan apabila ditangani dan diolah menggunakan tenaga maupun peralatan yang bersih serta sehat (Murdiyanto, 2004).

(25)

Yanti dan Yulisti (2011) menyebutkan Otonomi daerah memberikan kebebasan bagi pemerintahan daerah kabupaten sebagai pemegang kekuasaan otonom untuk memilih menerapkan atau tidak menerapkan retribusi, semua tergantung pada kebijaksanaan pimpinan di daerah.

Penerapan pungutan retribusi daerah untuk sektor kelautan dan perikanan menjadi salah satu masalah. Retribusi daerah berdasarkan definisi dalam Pasal 1 ayat 64 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Otonomi Daerah, merupakan salah satu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Pendapatan yang diperoleh dari retribusi tersebut nantinya akan menjadi salah satu pendapatan asli daerah yang akan dipergunakan untuk membangun daerah. Berlakunya Peraturan Wali Kota Cirebon Nomor 40 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Wali Kota Cirebon Nomor 57 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Cirebon dan Peraturan Wali Kota Cirebon Nomor 41 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Pemungutan Retribusi Penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) telah menyebabkan tidak ada kapal perikanan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Kejawanan. Untuk itu perlu adanya komunikasi dan pendekatan segera ke pelaku usaha dari Pemerintah kota Cirebon dan Internal PPN.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas operasional PPN Kejawanan terus mengalami peningkatan. Frekuensi kunjungan kapal pada tahun 2019 sejumlah 434 kali. Nilai Produksi ikan yang didaratkan di PPN Kejawanan pada tahun 2019 sejumlah Rp. 147.301.194.670,-. Produksi tahun 2019 bila dibandingkan dengan nilai produksi tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 16,63 % yaitu dengan produksi 711,09 ton, sedangkan nilai produksi juga mengalami penurunan dibanding tahun 2018 sebesar Rp.26.408.892.685,-.

Berdasarkan hasil pengujian SEM, Internal mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja PPN. Hal ini ini menunjukan bahwa semakin tinggi Internal maka semakin tinggi pula kinerja PPN. Oleh karena itu manajemen PPN Kejawanan diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM/Pengelola PPN berupa pendidikan, ketrampilan dan budaya kerja, meningkatkan alokasi anggaran UPT, meningkatkan kualitas Nelayan/Pengolah/Pemasar berupa pendidikan, ketrampilan dan pengalaman, meningkatkan produktivitas Nelayan berupa teknologi, pendapatan dan produksi.

Apabila hal ini dilakukan dengan baik oleh manajemen PPN, maka Internal yang dimiliki dapat meningkat. Dengan demikian kinerja PPN Kejawanan meningkat.

SARAN

(26)

Internal PPN Kejawanan mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja PPN Kejawanan.

Untuk itu disarankan manajemen PPN Kejawanan melakukan Transformasi Budaya. Apabila hal ini dilakukan dengan baik oleh manajemen PPN, maka dapat meningkatkan kinerja PPN Kejawanan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada Kepala PPN Kejawanan dan Staf, yang telah membantu dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada editor dan pengelola Marine Fisheries Journal – Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB yang telah menelaah dan mereview naskah journal ini

DAFTAR PUSTAKA

Bayyinah AA, Solihin dan Wisudo SH. 2016. Kepuasan Nelayan Terhadap Pelayanan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan Cirebon. Marine Fisheries. Vol. 7, No. 1, Mei 2016. Hal 33-43

Biantoro U. 2002. Pengaruh Praktek Manajemen Sumberdaya Manusia Terhadap Budaya Organisasi dan Kinerja Perusahaan. [Disertasi]. Surabaya: Program Pascasarjana, Universitas Airlangga Surabaya. 358 hlm.

Deng P, Lu S, Xiao H. 2013. Evaluation of the relevance measure between ports and regional economy using structural equation modeling. Journal Transport Policy . 27(2013):123-133.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap. 2015. Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 20/KEP-DJPT/ 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Dubrocard A, Thoron S. 1998. Strategic Aspects of the Planning of Fishing Harbours. University of

Toulon. 20 pp. http://www.vcharite.univmrs.fr/pp/thoron/STRATEGIC.pdf

Elpandi K.S. 2000. Pelayanan Prima. Makalah diberikan pada Pelatihan Manajemen dan Operasional Pelabuhan/Pendaratan Ikan. 4 ~ 27 September 2000. Bogor.

Fadhil M.2016. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Pegawai Pada Balai Latihan Kerja Industri Makasar. Jurnal Perspektif. Vol. 01, No. 01, Juli 2016 Hal: 70-81 Ferdinand, A. 2006. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Ferdinand, A. 2014. Metode Penelitian Manajemen. BP Universitas Diponegoro. Semarang

Ghozali, I 2014. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS).

Edisi 4. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Guswanto. B., I. Gumilar., dan H. Hamdani. 2012. Analisis Indeks Kinerja Pengelola Dan Indeks Kepuasan Pengguna Di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 3(4):151-163.

Israel DC, Roque RMGR. 2000. Analysis of Fishing Port in The Philippines. 60 hlm.

http://www3.pids.gov.ph/ris/dps/pidsdps0004.pdf.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun

Undang-Undang Nomor 16 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat, dan dalam Daerah

Kami anggota Satuan Perlindungan Masyarakat adalah warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang siap membantu pemerintah dan pemerintah daerah dalam meminimalkan

bahwa untuk kepastian pencapaian penerimaan pajak daerah pada tahun anggaran berjalan, mengacu ke Peraturan Wali Kota Cirebon Nomor 13 Tahun 2017 tentang

bahwa sehubungan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 16 Tahun 2012

(3) Kepala Perangkat Daerah yang membidangi Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah atas nama Wali Kota menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat

Dinas Lingkungan Hidup, Badan Keuangan Daerah, Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. 3) Penyusunan kajian dan standar retribusi jasa pelayanan penanganan

(1) Integrasi penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi pada semua mata pelajaran dan kegiatan pada Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 tercantum