Oleh:
Prof. Dr. Sukrisno Agoes, AK, MM, CPA
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara
1
FORENSIC AUDIT
Disajikan pada Kuliah Umum “Fraud Auditing”
Universitas Multimedia Nusantara Jakarta, 22 Nopember 2012
O I. Pengertian Akuntansi Forensik 5
O II. Pengertian Audit Investigatif 11
O III. Fraud 13
O IV. Pengungkapan Fraud 38
O V. Investigasi Kecurangan 52
O VI. Pencegahan Fraud 60
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Korupsi merupakan fenomena sosial yang hingga kini masih belum dapat diberantas oleh manusia secara maksimal.
Hasil pengukuran Corruption Perception Index (CPI) Indonesia tahun 2011 : 3.0 ( peringkat 100 dari 183 negara; naik 0.2 dari tahun 2010 : 2.8)
Bandingkan dengan negara Asean lain : Singapore ( 9.2), Brunei (5.2), Malaysia (4.3), Thailand (3.4),
Target pemerintah Indonesia : skor CPI 5.0 pada tahun 2014.
Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau
menyogok.
Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya
menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif.
Makalah ini pernah disampaikan pada seminar Akuntansi 1 Hari FE Universitas De La Salle Manado, 9 Juni 2012 dan National Anti Fraud Conference 2012 ACFE Jakarta, 21 Nopember 2012
3
Sebab-sebab Korupsi
1. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberi ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi.
2. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
3. Kurangnya pendidikan.
4. Adanya banyak kemiskinan.
5. Greeds (keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
6. Opportunities (kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.
7. Needs (kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
8. Exposures (pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan, dll. 4
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi
dalam arti luas, termasuk
auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau diluar pengadilan, di
sektor publik maupun privat.
5
Sumber: Tuanakotta, Theodorus M., Akuntansi Forensik & Audit Investigasi, ed2, 2010, salemba empat, hal 4.
Akuntansi forensik dipraktikkan dalam auditing yang luas, seperti:
1. Dalam penyelesaian sengketa antarindividu;
2. Diperusahaan swasta dengan berbagai bentuk hukum, perusahaan tertutup maupun yang memperdagangkan saham atau obligasinya di bursa, joint venture, special purpose companies;
3. Diperusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki negara, baik di pusat maupun daerah (BUMN, BUMD);
4. Di departemen/kementerian, pemerintah pusat dan daerah, MPR, DPR/DPRD, dan lembaga-lembaga negara lainnya, mahkamah (seperti Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Yudisial), komisi-komisi (seperti KPU dan KPPU), yayasan, koperasi, Badan Hukum Milik Negara, Badan Layanan Umum, dan seterusnya.
6
Sumber: Tuanakotta, Theodorus M., Akuntansi Forensik & Audit Investigasi, ed2, 2010, salemba empat, hal 4.
Di Amerika Serikat pada mulanya akuntansi forensik digunakan untuk menentukan pembagian warisan atau mengungkapkan motif pembunuhan. Misalnya,
pembunuhan istri oleh suami untuk mendapatkan hak waris atau klaim asuransi, atau pembunuhan oleh mitra dagang untuk menguasai perusahaan.
Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan persoalan hukum, maka istilah yang dipakai adalah
akuntansi (dan bukan audit) forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya masih terlihat, misalnya dalam perhitungan ganti rugi baik dalam konteks keuangan negara, maupun di antara pihak-pihak dalam sengketa perdata.
Ada yang menggunakan istilah audit forensik (forensic audit) untuk kegiatan audit investigasi.
7
Sumber: Tuanakotta, Theodorus M., Akuntansi Forensik & Audit Investigasi, ed2, 2010, salemba empat, hal 12-13.
Diagram Akuntansi Forensik
AKUNTANSI HUKUM
8
Sumber: Tuanakotta, Theodorus M., Akuntansi Forensik & Audit Investigasi, ed2, 2010, salemba empat, hal 18.
Diagram Akuntansi Forensik
AUDITING
HUKUM AKUNTANSI
9
Sumber: Tuanakotta, Theodorus M., Akuntansi Forensik & Audit Investigasi, ed2, 2010, salemba empat, hal 19.
Segitiga Akuntansi Forensik
10
Perbuatan Melawan Hukum
Hubungan Kausalitas Kerugian
Sumber: Tuanakotta, Theodorus M., Akuntansi Forensik & Audit Investigasi, ed2, 2010, salemba empat, hal 22.
Istilah audit investigatif menegaskan bahwa yang dilaksanakan adalah suatu audit. Audit umum atau audit keuangan
(general audit atau independent audit) bertujuan memberik pendapat auditor independen mengenai kewajaran penyajian
laporan keuangan. Oleh karena itu, audit ini juga disebut opinion audit.
11
12
1. DEFINISI FRAUD, KKN
Fraud adalah suatu perbuatan melawan atau melanggar hukum yang dilakukan oleh orang atau orang-orang dari dalam dan/atau dari
luar organisasi, dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau kelompoknya yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.
13
Menurut Pusdiklatwas BPKP (2002):
III. FRAUD
”Dalam pengertian luas, fraud dapat meliputi
segala macam bentuk kriminal dengan
menggunakan tipu
muslihat sebagai dasar modus operandinya”.
Menurut Joseph T.Wells (2005:8
)14
KORUPSI adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang yang melanggar norma-norma yang berlaku yang
merugikan negara dan atau masyarakat dengan tujuan untuk kepentingan atau keuntungan
pribadi/keluarga/kelompok/
golongan
KORUPSI, KOLUSI & NEPOTISME (KKN)
15
KOLUSI
16
KOLUSI adalah kerjasama yang bermakna dan bertujuan negatif seperti : tidak sah, curang, jahat dan tidak benar. Kolusi akan berarti korupsi jika kerjasama atau perjanjian rahasia atau saling pengertian yang terjadi dalam mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan negara dan
kesejahteraan masyarakat untuk kepentingan dan keuntungan pihak-pihak yang bersekongkol.
NEPOTISME
17
NEPOTISME adalah kecenderungan
untuk memberikan prioritas diluar ukuran
kepada sanak saudara kadang dalam hal
pekerjaan, jabatan, pangkat dilingkungan
birokrasi kekuasaan.
GONE
G O
N E
GREEDY OPPORTUNITY
NEEDS EXPOSURE
MENGAPA BISA TERJADI KORUPSI?
18
Menurut teori GONE, ada 4 faktor yang dapat mendorong seseorang melakukan tindakan fraud,
yaitu:
TEORI G-O-N-E
19
Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan atau disebut sebagai faktor individu.
Sedangkan faktor opportunity dan exposure merupakan faktor yang berhubungan
dengan organisasi sebagai korban
perbuatan kecurangan atau disebut sebagai
faktor generik.
THE FRAUD TRIANGLE
20
OPPORTUNITY
(kesempatan)
Hal yang mendorong seseorang melakukan fraud:
2. JENIS-JENIS FRAUD (KECURANGAN)
Fraud bisa terjadi dalam bentuk:
1. Collusion
2. Intentional misrepresentation
3. Negligent misrepresentation
4. False promises
5. Employee fraud
6. Management fraud
7. Organized crime
8. Computer crime
9. White colar crime
21
The World Top 10 Business Scandals:
Sumber: Salemme (2009:1), melalui: http://www.corporatenarc.com/World %20Top%2010%20 Business%20Scandals.php, dalam Amilin : 2010
No. Perusahaan Tahun Skandal
1 Enron 2001 Manipulasi laporan keuangan 2 Martha Stewart 2002 Insider trading
3 Merrill Lynch 2002 Kasus penggelapan keuangan 4 Tyco International 2002 Penggelapan pajak
5 WorldCom 2002 Manipulasi laporan keuangan 6 Xerox Corporation 2002 Manipulasi laporan keuangan 7 Healthsouth 2003 Penipuan Sekuritas
8 Freddie Mac and Fannie Mae
2003-
2004 Manipulasi laporan keuangan 9 Volkswagen 2005 Kasus korupsi
10 Jerome Kerviel 2008 Kasus korupsi
22
No. Litigation Release
Perusahaan Tuduhan
1 No. 20926 / March 5, 2009
Diversified Lending Group and Applied
Equities, Inc. Fraud dalam investasi real estate
2
No. 20927 /
March 5, 2009 Pediatrix Medical Group
Kesalahan dalam menyajikan informasi tentang stock options grants dalam laporan keuangan bagi para executives dan karyawan
3 No. 20928 /
March 5, 2009 Zahra Ghods and RUSA Cap., Inc. Melakukan pelanggaran atas the federal securities laws
4 No. 20929 /
March 5, 2009 Competitive Technologies, Inc. Skema manipulasi harga saham
5
No. 20951/March 13, 2009
Sunwest Management, Inc., Canyon Creek Development, Inc., and Canyon Creek Financial, LLC and Jon M.
Harder
Pelanggaran terhadap Securities Act of 1933 Section 17(a) dan the Securities Exchange Act of 1934 Section 10(b)
6
No. 20958/March 17, 2009
Tecumseh Holdings Corporation, Tecumseh Tradevest LLC, and S.B.
Cantor & Co., Inc.
Fraud dalam penawaran dan penjualan surat berharga
7 No. 20968/March
23, 2009 International Realty Holdings, Inc. Penggelapan dana milik investors 8 No. 20974/March
26, 2009 Millennium Bank Manipulasi data pada transaksi certificates of deposit
Sumber: Securities Exchange Commision (2009), melalui: http://www.sec.gov/litigation/litreleases/2009/lr20927.shtml , dalam Amilin : 2010
Kasus Skandal Akuntansi di Amerika Serikat Bulan Maret Tahun 2009:
23
No. LITIGATION RELEASE
PELAKU FRAUD
JENIS FRAUD
1 No.20797 November 3,
2008
Karnig H. Durgarian, Jr. & Ronald B. Hogan (Executives of transfer agent Putnam Fiduciary Trust Company at Massachusetts)
Melakukan fraud kurang lebih senilai $4 million melalui contribution plan client and group of
mutual fund.
2 No.20798 November 3,
2008
Russo Associates Limited
Partnership and Eliot Partners
Melakukan skema kecurangan dalam disgorgement and prejudgment interest lebih dari $14 million melalui investment advisory FJR
Corporation.
24
Contoh - Contoh Fraud
yang Terjadi di Amerika Serikat
Sumber: SEC (2008), http://www.sec.gov/divisions/enforce/friactions.shtml)
No. LITIGATION RELEASE
PELAKU FRAUD
JENIS FRAUD
3 No.20799
November 6, 2008
Michael E. Kelly dan 25 orang pelaku lainnya
Manipulasi keuangan setidaknya $428 million melalui the Universal Lease scheme yang diperoleh melalui investor yang ada AS dengan dana lebih dari $136 million yang
diinvestasikan melalui IRA accounts.
4 No. 20800
November 7, 2008
Phony Investment Adviser Jeffrey Laumbattus
Melakukan kecurangan kurang lebih sebesar $150,000 yang diperoleh dari setidaknya 12 investor
individual. Uang tersebut dijanjikan akan diinvestasikan di pasar modal.
Kenyataannya, perusahaan tidak pernah menginvestasikan uang tersebut, tapi digunakan untuk kepentingan pribadi.
25 Sumber: SEC (2008), http://www.sec.gov/divisions/enforce/friactions.shtml)
No. Nama Dugaan Kasus Instansi Sumber
1. Romli Atmasasmita (Mantan Dirjen AHU)
Syamsuddin M Sinaga (Dirjen AHU)
Korupsi
Sisminbakum di Dep. Hukum dan HAM
Mantan MenKeh &
HAM Yusril Ihza Mahendra sebagai Saksi
Tim Penyidik
Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung
Suara
Pembaharu- an
26
Contoh - Contoh Fraud
yang Terjadi di Indonesia
No. Nama Dugaan Kasus Instansi Sumber 2. Danny Setiawan
(Mantan Gubernur Jawa Barat)
Yusuf Setiawan
(Ketua Kadin Depok)
Dugaan Korupsi Pengadaan Alat Berat dan Mobil Pemadam
Kebakaran sebesar Rp. 56 Miliar
KPK Suara
Pembaharuan
27 3. Samsuri Apar
(Plt.Bupati Kukar Kutai Kartanegara – Kaltim
Setiabudi
(Ketua Panitia Urusan Rumah Tangga)
Didakwa melakukan tindak pidana korupsi
(menyalahguna kan APBD Kab.
Kukar 2005 &
2006) potensi kerugian
Negara Rp.
23.13 M
Pengadilan TPK
JPU KPK
Suara
Pembaharuan
No .
Nama Dugaan Kasus Instansi Sumber
4. Menteri Kehutanan MS Kaban
Korupsi Hutan
Disebut akan mendapat bagian
Pengadilan Khusus Tipikor
Kompas
5. Al Amin Nur Nasution (Anggota DPR)
Menerima suap
pengalihan fungsi hutan lindung di Kabupaten Bintan, menerima cek
terkait pelepasan kawasan hutan lindung Tanjung Pantai Air Telang
Kabupaten Banyuasin, serta meminta komisi kepada PT Almega
Goesistem dan PT Data Script
Pengadilan Khusus Tipikor
Litbang Kompas
28
No. Nama Dugaan Kasus Instansi Sumber 6. Syahril Sabirin (Mantan
Gubernur BI)
Saksi Aliran Dana BI
KPK Kompas
7. Burhanuddin Abdullah (Mantan Gubernur BI) Aulia Pohan
Rusli Simanjuntak Oey Hoey Tiong BunBunan Hutapea Maman H Soemantri Aslim Tadjuddin
Kasus
Penarikan dana Rp. 100 M dari YPPI
KPK Kompas
29
TANDA-TANDA TERJADINYA BRIBERY DAN KICKBACK
1. Meningkatnya pengeluaran untuk barang dan jasa.
2. Lambatnya pengiriman atau rendahnya kinerja dari standar seorang vendor.
3. Meningkatnya pembelian secara signifikan dari satu vendor.
4 Pembelian yang berlebihan atas barang atau jasa.
5. Tidak ada pemisahan personel untuk mengotorisasi vendor baru dan otorisasi pembelian.
6. Kontrak tertulis untuk membatasi kompetisi.
7. Vendor yang sama selalu memenangkan kontrak dengan margin yang rendah.
8. Kontrak selalu dimenangkan oleh peserta tender yang berpartisipasi paling akhir.
9. Memisahkan satu pembelian ke beberapa pembelian yang lebih kecil untuk menghindari proses otorisasi pembelian.
10. Membayar diatas harga pasar untuk barang dan jasa.
30
Tanda-tanda Terjadinya Fraudulent Disbursement
1. Meningkatnya pengeluaran ringan (misalnya, biaya konsultasi atau iklan).
2. Alamat rumah pegawai sama dengan alamat vendor.
3. Alamat vendor merupakan PO. BOX.
4. Nama vendor terdiri atas inisial huruf atau tujuan bisnis yang tidak jelas (pegawai kebanyakan
menggunakan inisial nama mereka untuk mendirikan perusahaan fiktif.
30
Tanda-tanda Terjadinya Skimming
1. Menurunnya kas dibandingkan dengan aktiva lancar.
2. Menurunnya rasio kas terhadap penjualan dengan menggunakan kartu kredit.
3. Penjualan tetap atau turun dengan harga poskok penjualan yang meningkat.
4. Meningkatnya piutang usaha dibandingkan dengan kas.
5. Tertundanya posting pelunasan piutang usaha.
31
Tanda-tanda Terjadinya Larceny
1. Tidak adanya penjelasan terhadap selisih kas yang terjadi.
2. Slip deposito yang diubah atau disalahgunakan.
3. Keluhan atas tagihan dan pembayaran dari pelanggan.
4. Meningkatnya setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada rekonsiliasi bank.
32
Suatu penelitian terhadap 100 kecurangan di perusahaan di Amerika menyimpulkan bahwa kecurangan yang
ditemukan oleh KAP dan internal auditor hanya 29%.
Beberapa penyebab terjadinya kecurangan antara lain:
HASIL PENELITIAN TENTANG FRAUD
1. Kelemahan pengendalian intern:
34
• tidak adanya job description sehingga terjadi perangkapan tugas.
• kurang baiknya sistem otorisasi.
• tidak berfungsinya bagian internal audit
• kurangnya pegawai yang kapable
• tidak adanya rotation of duties.
HASIL PENELITIAN
TENTANG FRAUD (Lanjutan)
2. Adanya conflict of interest dari pejabat perusahaan.
3. Perusahaan tidak mempunyai kebijakan tertulis mengenai "fair dealing".
3. Adanya pegawai dan pejabat perusahaan yang tidak jujur.
4. Tidak tegasnya sangsi yang diberikan kepada mereka yang melakukan kecurangan.
5. Manajemen terlalu yakin bahwa orang
kepercayaannya tidak mungkin berbuat curang,
padahal justru sering terjadi bahwa orang kepercayaan tersebut yang melakukan kecurangan.
35
HASIL PENELITIAN
TENTANG FRAUD (Lanjutan)
6.
Terlalu beratnya target yang ditentukan top manajemen , sehingga manajer pelaksana cenderung untuk melaporkan hasil kerja yang lebih baik dari yang sebenarnya.
7.
Bonus yang didasarkan pada performance akan menggoda manajer pelaksana untuk melakukan window dressing pada laporan divisinya.
8.
Adanya manajer yang ambisinya terlalu besar, sehingga sikut kiri kanan dan merugikan manajer lainnya.
36
Peranan Internal Auditor Dalam Investigasi Kecurangan
TANGGUNG JAWAB MENDETEKSI FRAUD
O Standards for the Professional Practice of Internal Auditing dari IIA menyebutkan bahwa internal auditor harus melakukan pemeriksaan internnya dengan
hati-hati dan menggunakan kemahiran jabatannya.
37
IV. PENGUNGKAPAN FRAUD
O Dalam hal ini internal auditor harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecurangan, kesalahan, manipulasi, inefisiensi, pemborosan, ketidak-efektifan dan conflict of interest. Mereka juga harus hati-hati terhadap kondisi dan kegiatan yang memungkinkan terjadinya irregularities.
38
Berarti auditor harus membuka mata lebar-lebar, memasang telinga dengan baik dan harus
mengetahui modus operandi terjadinya macam- macam kecurangan.
Adalah lebih baik mencegah terjadinya kecurangan daripada menangani kecurangan yang sudah
terjadi.
Namun demikian jika kecurangan sudah terjadi atau ada indikasi mengenai terjadinya kecurangan,
maka internal auditor harus turun tangan
39
Jika internal auditor menemukan indikasi dan
mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan, maka ia harus memberitahukan hal tersebut
kepada top manajemen. Jika indikasi tersebut
cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan investigasi. Tim tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer,
investigator, security dan spesialis dari luar atau dalam perusahaan (misalkan ahli komputer, ahli perbankan dan lain-lain).
40
Hasil investigasi tim harus dilaporkan secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta,
temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan.
Top Management setelah mempelajari laporan tersebut, akan memutuskan apakah kecurangan akan diselesaikan secara hukum (melalui kepolisian dan pengadilan).
Peran internal auditor dalam menemukan indikasi terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi terhadap kecurangan, sangat besar.
Untuk itu internal auditor perlu mengetahui Empat puluh macam bentuk "FRAUD" yang sering terjadi
41
1.
Sehat dan kuat, fisik dan mental,
2.
Cerdas, tidak telmi,
3.
Bermoral tinggi,
4.
Positive thinking,
5.
Rajin, jujur, dan penuh keingintahuan,
6.
Sopan, supel, dan bisa mengendalikan emosi,
7.
Bisa bersikap tegas, tidak mudah dipengaruhi orang lain.
42
Kriteria seorang Internal Auditor menurut
penulis adalah:
8.
Tidak mudah / cepat percaya, tidak juga terlalu / selalu mencurigai orang lain,
9.
Bisa bekerja cepat tapi teliti,
10.
Tulisan rapi dan bersih,
11.
Tidak tenggo,
12.
Memiliki sixth sense,
13.
Menguasai ilmu padi,
14.
Menguasai ilmu silat,
15.
Memiliki hati nurani.
43
Kriteria seorang Internal Auditor menurut
penulis adalah:
1. Lulusan S1 Akuntansi atau bidang yang berkaitan (lebih disukai MBA)
2. Akuntan Publik berpengalaman (dari Big Four) dengan latar belakang akuntansi dan keuangan
3. Pengalaman sebagai internal auditor antara 5 – 15 tahun
4. Memiliki sertifikasi CIA, CISA, CFE, CMA atau CFA
5. Berpengalaman dalam menangani / mengevaluasi internal control dan kepatuhan terhadap Sarbox
44
6. Memiliki computer skills yang kuat termasuk financial systems dan database, menguasai software akuntansi dan auditing
7. Berpengalaman dalam berinteraksi dengan top management, BOC dan Komite Audit
8. Memiliki Personality yang tinggi dan etika profesional
9. Mempunyai kemampuan untuk menangani dan memotivasi stafnya
10. Memiliki kemampuan menganalisis dan problem solving
11. Dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun melalui tulisan.
Sumber : Cynthia Harrington, Internal Audit’r New Role, 2004, Journal Accountancy.
45
CERTIFIKASI AUDITOR
NO. PROFESI SERTIFIKASI ASOSIASI
1. Internal Auditor CIA IIA 2. Internal Auditor QIA YPIA
3. IT Auditor CISA ACISA
4. Fraud Auditor CFE ACFE
5. External Auditor CPA AICPA 6. Akuntan Publik CPA IAPI
46
TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK
O Beberapa Statements on Auditing Standards (SAS) yang dikeluarkan oleh Auditing Standards Board (ASB) di Amerika Serikat yang cukup penting adalah:
O SAS No. 53 tentang “The Auditor’s Responsibility to Detect and Report Errors and Irregularities,” yaitu mengatur tanggung
jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan
adanya kesalahan (error) dan ketidakberesan (irregularities).
O SAS No. 55 tentang “Consideration of Internal Control in a Financial Statement Audit,” yang merubah tanggung
jawab auditor mengenai internal control. Statement yang baru ini meminta agar auditor untuk merancang pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai (internal control sufficient) dalam merencanakan audit. SAS No. 55 kemudian
diperbaharui dengan diterbitkan SAS No. 78 pada tahun 1997, dengan mencantumkan definisi ulang pengendalian intern
(redefined internal control) dengan memasukkan dua
komponen yaitu lingkungan pengendalian (control environment) dan penilaian risiko (risk assessment) yang merupakan usulan
dari the Treadway Commission. 47
TANGGUNG JAWAB
AKUNTAN PUBLIK (Lanjutan)
O SAS No. 61 mengatur tentang komunikasi antara auditor dengan komite audit perusahaan (Communication with Audit Committees).
Auditor harus mengkomunikasikan dengan komite audit atas
beberapa temuan audit yang penting, misalnya kebijakan akuntansi (accounting policy) perusahaan yang signifikan, judgments,
estimasi akuntansi (accounting estimates), dan ketidaksepakatan manajemen dengan auditor.
O SAS No. 82 “Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit”
dikeluarkan ASB pada Februari 1997. SAS no. 82 menyatakan bahwa auditor harus bertanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan adanya kecurangan (fraud) yang terjadi dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen. Selaij itu, SAS no. 82 juga menyatakan bahwa setiap melakukan audit auditor harus menilai risiko (assessment of risk) kemungkinan terdapat salah saji material (material misstatement) pada laporan keuangan yang
disebabkan oleh fraud. 48
TANGGUNG JAWAB
AKUNTAN PUBLIK (Lanjutan)
O SAS No. 99 “Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit”
merupakan revisi dari SAS No. 82 dan mulai diberlakukan efektif untuk audit laporan keuangan setelah tanggal 15 Desember 2002, penerapan lebih awal sangat dianjurkan. Auditor bertanggungjawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan memadai (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan (error) maupun kecurangan (fraud).
O SAS No. 110 “Fraud & Error” dinyatakan bahwa auditor harus dapat mendeteksi terhadap kesalahan material (material mistatement) dalam laporan keuangan yang ditimbulkan oleh kecurangan atau kesalahan (fraud or error). SAS 110 , paragraf 14 & 18 berbunyi sbb. :
“Auditors plan, perform and evaluate their audit work in order to have a reasonable expectation of detecting material misstatements in the financial statements arising from error or fraud. However, an audit cannot be
expected to detect all errors or instances of fraudulent or dishonest
conduct. The likelihood of detecting errors is higher than that of detecting fraud, since fraud is usually accompanied by acts specifically designed to
conceal its existence…” 49
INSTITUSI PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
O Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi:
O Tim Tindak Pidana Korupsi (Tastipikor)
O Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
O Kejaksaan
O BPKP
O Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW)
50
Kennish (1986) menyarankan beberapa
tindakan berikut dalam investigasi kecurangan:
O Pertama dan terutama lindungi yang tidak bersalah, kumpulkan fakta-fakta, pecahkan persoalannya, dan buatlah suasana menjadi tenang.
O Amankan lingkungan kejadian secepatnya untuk menghentikan kerugian yang mungkin terjadi.
O Tentukan elemen-elemen yang penting dari kecurangan tersebut untuk mendukung
keberhasilan tuntutan secara hukum.
51
V. INVESTIGASI KECURANGAN
O
Identifikasikan, kumpulkan, dan amankan bukti-bukti.
O
Identifikasikan dan wawancarai saksi-saksi.
O
Identifikasikan pola dan sifat kecurangan yang terjadi.
O
Tentukan motivasi dari kejadian tersebut yang seringkali bisa membantu dalam
mengidentifikasikan tersangka utama.
52
O Siapkan fakta yang akurat dan objektif sebagai
dasar pertimbangan mengenai disiplin, pemecatan atau penuntutan.
O Hitung kerugian yang terjadi dan kemungkinan
memperoleh kembali barang yang hilang atau ganti rugi.
O Identifikasikan kelemahan-kelemahan tersebut
dengan merevisi sistem dan prosedur yang berlaku atau menyarankan sistem dan prosedur yang baru dan jika memungkinkan gunakan peralatan
keamanan.
53
Bantuan kepolisian akan diperlukan jika top management memutuskan bahwa kecurangan yang terjadi akan
diselesaikan secara hukum (ada unsur pidana).
Untuk itu perusahaan harus membuat pengaduan ke pihak kepolisian yang akan membuat berita acara.
Selanjutnya pihak kepolisian akan melakukan
pengusutan dan penyidikan dan tindakan-tindakan lain, sesuai dengan prosedur yang berlaku di kepolisian.
Bantuan kepolisian juga dapat diminta, jika tersangka
melakukan ancaman-ancaman kepada manajemen atau pegawai lainnya.
Interview merupakan bagian yang sangat penting dalam proses investigasi kecurangan.
54
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam interview :
O Gunakan cara interogasi yang halus dan sopan, hindari kekerasan dan intimidasi.
O Gunakan azas praduga tak bersalah terhadap tersangka.
O Kemukakan fakta, bukan opini.
O Tugaskan dua orang interviewer, satu mengajukan pertanyaan dan satu lagi mendengarkan dan memperhatikan (menyaksikan) dan mencatat.
55
O Gunakan alat perekam.
O Dengarkan jawaban tersangka dengan penuh kesabaran, lakukan interupsi hanya untuk
memperjelas jawaban tersangka.
O Ajukan pertanyaan-pertanyaan atau kalimat-kalimat untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan
keberanian tersangka untuk menceritakan dengan kata-katanya sendiri kejadian yang sebenarnya.
56
O Walaupun sulit (hanya bisa dilakukan oleh interogator yang terlatih dan berpengalaman) coba untuk mengetahui apakah tersangka berbohong atau menjawab dengan jujur.
O Jangan perbolehkan tersangka kembali ke ruang kerjanya, untuk menghindari lenyapnya bukti-bukti yang diperlukan.
O Perhatikan "body language".
57
Di Amerika dikenal adanya UU Anti Korupsi (Foreign Corrupt Practice Act) yang mengatur sangsi untuk mereka yang melakukan korupsi, menerima atau
membayar uang sogokan. Di Indonesia juga ada UU Anti Korupsi, peraturan pemerintah mengenai
pengolahan limbah industri, UU lingkungan hidup dan lain-lain.
Internal Auditor juga harus memeriksa apakah semua peraturan pemerintah yang berlaku sudah ditaati oleh perusahaan, dengan melakukan compliance audit.
58
10 LANGKAH DALAM PERENCANAAN TINDAKAN ANTI FRAUD AUDIT
INTERNAL YANG EFEKTIF
PENGENDALIAN ANTI FRAUD
59
VI. PENCEGAHAN FRAUD
Step 1: Antisipasi adanya pertanyaan maupun permintaan dari Manajemen.
Auditor internal harus selalu siap dalam menjawab
pertanyaan dari manajemen, auditor eksternal maupun komite audit, seperti:
- Risiko apa saja yang terjadi atas fraud yang terjadi dalam perusahaan, dan bagaimana tingkat risiko tersebut?
- Program-program apa saja dan bentuk pengendalian
seperti apa yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi risiko ini?
- Apa yang dilakukan akan dan harus dilakukan auditor internal untuk mencegah dan mendeteksi setiap
terjadinya masalah agar tidak terjadi skandal korporat? 60
O Step 2: Menilai Pengendalian dan Program Antifraud yang telah ada.
Sebenarnya setiap perusahaan publik sudah memiliki komponen program antifraud. Namun demikian, dalam beberapa kasus, perusahaan masih memerlukan tindakan suplemen untuk mengantisipasi adanya kekurangan dan
kelemahan yang signifikan.
61
O Step 3: Memberikan Dukungan kepada Managemen dan Komite Audit
1.Intenal audit harus menyiapkan diri ketika
manajemen mendelegasikan kegiatan-kegiatan operasional penting yang terkait dengan upaya- upaya antifraud.
2. Mengembangkan dan memperkuat pengendalian dan program antifraud agar organisasi dapat
berjalan efektif.
62
O Step 4: Mengoptimalkan Keahlian/
pemahaman Mengenai Fraud didalam Departemen Internal Audit
Untuk dapat bersaing dalam lingkungan bisnis saat ini, perusahaan harus didukung dengan keahlian dan pengalaman yang luas yang dimiliki auditor intern khususnya tentang antifraud agar dapat mengurangi terjadinya risiko bisnis. Internal audit harus peduli dengan skema dan skenario penting yang dapat mempengaruhi industri dan pasar
dimana organisasi melakukan bisnisnya.
63
O Step 5: Mengelola Fraud dan Menilai Tingkat Risiko
Penilaian fraud dan tingkat risiko secara efektif akan dapat mengidentifikasi risiko yang tidak terdeteksi
sebelumnya dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk mencegah dan mendeteksi fraud dan misconduct. Proses identifikasi fraud dan penilaian risiko meliputi
beberapa tahap berikut ini:
1. Membuat penilaian melalui siklus bisnis pada siklus fraud yang terpisah.
2. Menentukan unit-unit dan lokasi-lokasi untuk menilai.
3. Mengidentifikasi skema dan skenario fraud dan misconduct potensial.
4. Menilai kemungkinan adanya fraud dan risiko yang signifikan.
64
O
Step 6: Menghubungkan Aktivitas- aktivitas Antifraud.
Auditor internal seharusnya dapat:
1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pengendalian yang dapat mengurangi terjadinya fraud.
2. Mengenali tingkat risiko yang kemungkinan terjadinya lebih besar dibanding kemungkinan terjadinya lebih kecil.
3. Mengidentifikasi akivitas antifraud yang saling berhubungan dibanding yang tidak saling
berhubungan.
65
O Step 7: Melakukan Evaluasi dan Pengujian Terhadap Efektifitas Desain dan
Pengendalian Operasi.
Apabila penilaian atas fraud dan risiko sudah lengkap, auditor internal perlu mengevaluasi efektifitas rancangan dan operasi pengendalian antifraud.
66
O Step 8: Perbaiki Audit Plan untuk
mengantisipasi adanya Risiko Residual dan Incorporate Fraud Auditing.
67
O Step 9: Menyusun sebuah Standar Proses untuk Menangani Dugaan Fraud atau Misconduct.
Diharapkan program antifraud ini dapat mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengan tindakan
fraud dan misconduct. Setiap organisasi seharusnya mengembangkan sebuah pedoman proses yang
terstandarisasi untuk merespon ketika muncul dugaan adanya fraud. Penyusunan standar ini seharusnya tidak menunggu sampai fraud
terdeteksi, kemudian baru mengembangkan sebuah proses investigasi.
68
O Step 10: Memperbaiki dan Mencegah Terjadinya Fraud.
Perbaikan umumnya meliputi 3 elemen:
1. Mengambil tindakan tegas dan tindakan hukum untuk menangani pelaku fraud ; 2. Melakukan pemulihan atas kerugian yang
disebabkan karena kerusakan maupun karena sebab lain.
3. Belajar dari peristiwa masa lalu untuk meningkatkan pengendalian dan mencegah agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.
69
PENDEKATAN AUDIT UNTUK
MENCEGAH DAN MENDETEKSI FRAUD
O Terapkan GCG
O Optimalkan Komite Audit Independen dan Komisaris Independen
O Optimalkan Internal Audit Department (Independent bergelar CIA, CFE, berpengalaman di KAP)
O Forensic and Fraud Audit
O Gunakan Analisa Ratio (Irrational Ratios Raise a Red Flag)
70
O When fraud occurs or is suspected, management is sometimes tempted to resolve the matter internally.
This may expose the organisation to significant risk.
When you become aware of incidents or suspicions of fraud in your organisation, we recommend that you consider the following:
71
Do not
O Respond emotionally or act hastily.
O Immediately confront the suspects.
O Damage or mark any evidence or potential evidence.
O Limit the scope of your concerns to a specific issue.
72
Do
O Be objective in your assessment.
O Limit the number of people with whom you discuss your suspicions.
O Carefully preserve any evidence by removing access to documents and electronic media.
O Call in the specialists.
73
Ten tips to prevent corporate fraud
1. OK and safe for employee & suppliers to report any questionable activities;
2. Ongoing communication about ethical behavior;
3. Establishing regular fraud detection procedures;
4. Have oversight of fraud risk by a senior management;
5. Have certified fraud examiners on staff;
6. Involve suppliers in fraud detection efforts;
7. Take all tips seriously and investigate them;
8. Decide who will be notified about tips;
9. Conduct background checks on all potential employees;
10. Set an ethical tone from the TOP.
74
75
76
Agoes, Sukrisno, (Auditing Pemeriksaan Akuntan) Auditing Pemeriksaan Akuntan Publik Jilid II, 2004, Lembaga Penerbit FE UI.
---, Bunga Rampai Auditing, 2009, Penerbit Salemba Emban Patria
---, Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi, Dosen Tamu Program Pascasarajana, Magister Akuntansi Universitas Mercu Buana, 2010, Jakarta
Arens, Alvin A., Elder, Randal J, Beasly, and Mark S, 2010, ”Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, 9th Edition,” Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Amilin, Disertasi Analisis Dampak Krakateristik Personal, Pengalaman Audit, dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Penerapan Etika Akuntan Publik dan Implikasinya Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Para Akuntan Publik di Indonesia), Bandung, 2010
Konrath, Larry F. 2002, Auditing A Risk-Analysis Approach, 5th Edition, South Western, Thomson, USAMcNamee, Kuliah Umum Universitas Widyatama, Pelaksanaan Audit yang BerKualitas untuk Mepertahankan Kelangsungan Hidup
Kantor Akuntan Publik, Bandung 2005
Moller, Robert R, Sarbanes-Oxley and the New Internal Auditing Rules, 2004, John Willey a Sons, Inc, New Jersey
Ratliff, Richard L, Wanda, (1996), Internal Auditing : Principles and Techniques, Florida: The Institute of Internal Auditors Rezaee, Zabihollah, Corporate Governance and Ethics, 2006
Sawyer, Lawrence, (2003), Internal Auditing, The Practice of Modern Internal Auditing, Revised and Enlarged, The Institute CFE Internal Auditors, Altamonte Springs, Florida
Seminar Nasional FE Ukrida, Pengendalian Anti Fraud Sebagai Alat Pencegahan Terjadinya Kecurangan, 18 Nopember 2008, Jakarta Seminar Audit FE Untirta, Peran Auditor dalam Mengungkapkan Fraud, Cilegon, 18 Maret 2010
SEC (2008), http://www.sec.gov/divisions/enforce/friactions.shtml)
Tuanakotta, Theodorus M., Akuntansi Forensik & Audit Investigasi, ed2, 2010, Salemba Empat, Jakarta Harian Kompas, 2008
Harian Suara Pembaharuan, 2008
PCW, 10 Steps to an Effective Internal Audit Antifraud Action, 2004, http://www.internalaudit.com Pusdiklatwas BPKP, Fraud Auditing (2002)
KPMG, Fraud Survey Report 2004, www.kpmg.com Association of Certified Fraud Examiners, Inc., 2008
ACFE, New Approaches for Fraud Deterrence, 2004, http://www.cfenet.com ACFE, Follow Fraud to the Likely Perp, 2001, http://www.cfenet.com
CFE, 2008 Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse, 2008, www.cfenet.com
IIA, Recognizing the Elements of Fraud,1995, http://IIA.com 77
DAFTAR PUSTAKA
Terima kasih
78