64
Systematic Review: Pengaruh Senam Rematik Terhadap Skala Nyeri Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis
Chichi Hafifa Transyah, Delia Rahma
STIKes YPAK Padang, Program Studi Pendidikan Ners, Jl. Pemuda No 18 Padang.
Padang, 25136, Indonesia
[email protected], [email protected]
ABSTRAK
Indonesia mengalami peningkatan kejadian Rhematoid Arthritis dari tahun 2013 sebesar 45,59%.
Sumatera Barat juga mengalami peningkatan kejadian sebesar 34,5%. Salah satu tindakan terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi skala nyeri sendi akibat penyakit tersebut adalah senam rematik. Tujuan Sistematik Review untuk mengetahi pengaruh senam rematik terhadap skala nyeri pada lansia dengan rheumatoid arthritis. Metode yang digunakan yaitu dengan tinjauan sistematis melaui review jurnal mengenai pengaruh senam rematik terhadap skala nyeri pada lansia dengan rheumatoid arthritis. Pencarian artikel diakses dari database yaitu : directoryof open accessjournals dan googleschoolar dan ditemukan 20 artikel yang ada kaitannya dengan senam rematik terhadap skala nyeri pada lansia dengan Rheumatoid Arthritis. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat pengaruh senam rematik terhadap skala nyeri pada lansia dengan Rheumatoid Arthritis.
Diharapkan terapi ini bisa digunakan untuk lansia yang mengalami nyeri akibat Rhematoid Arthritis.
kata Kunci : Rhematoid Arthritis, lansia, senam, rematik ABSTRACT
Indonesia experienced an increase in the incidence of Rhematoid Arthritis from 2013 by 45.59%. West Sumatra also experienced an increase in the incidence of 34.5%. One of the non-pharmacological therapeutic measures that can be used to reduce the scale of joint pain due to the disease is rheumatic exercise. The purpose of a systematic review is to determine the effect of rheumatic exercise on pain scales in the elderly with rheumatoid arthritis. The method used is a systematic review through a journal review of the effect of rheumatic exercise on pain scales in the elderly with rheumatoid arthritis. The search for articles was accessed from the database, namely: directory of open access journals and googleschoolar and found 20 articles related to rheumatic exercise on pain scales in the elderly with Rheumatoid Arthritis. The results show that there is an effect of rheumatic exercise on the pain scale in the elderly with Rheumatoid Arthritis. It is hoped that this therapy can be used for the elderly who experience pain due to Rhematoid Arthritis.
Keywords: Rhematoid Arthritis, elderly, gymnastics, rheumatism
65 PENDAHULUAN
Arthritis Rheumatoid (RA) adalah penyakit autoimun sistemik kronik yang menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi. Penyebab RA tidak diketahui. Awitan RA biasanya tiba-tiba, meskipun mungkin akut, dipacu oleh stressor seperti infeksi, pembedahan, trauma. Faktor genetik dan lingkungan diyakini berperan dalam perkembangan penyakit ini (LeMone, 2017).
Tingginya angka kejadian rheumatoid arthritis dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu usia, jenis kelamin, genetik, hormone seks, serta imunitas (Nugroho, 2014). Jika hal tersebut bukan proses fisiologis yang terjadi pada lansia melainkan proses patologis dimana usia menjadi salah satu faktor terjadinya rheumatoid arthriti. Sebagian penderita mengeluh nyeri yang kronik dan hilang timbul, yang jika tidak segera diobati maka akan menyebabkan kerusakan jaringan, deformitas sendi atau bahkan berujung kematian (Nugroho, 2014).
Penyakit ini banyak terjadi pada dewasa akhir menuju lanjut usia. Penderita rematik tertinggi berada pada rentang usia 75 tahun keatas (33%) pada rentang usia 65-74 tahun sebanyak 25,2% lansia yang berusia 55- 64 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penderita rematik bertambah seiring dengan bertambahnya usia (Riskesdas, 2018).
Indonesia mengalami peningkatan kejadian rematik, pada tahun 2011 prevalensinya mencapai 29,35%, tahun 2012 sebanyak 39,47% dan tahun 2013 sebesar 45,59%. Berdasarkan data tahun 2013 prevalensi rematik Nasional mengalami peningkatan dari 32,2% menjadi 36,6%.
Sumatera Barat juga mengalami peningkatan kejadian rematik, pada tahun 2007 prevalensinya sebesar 33,0% dan tahun 2013 sebesar 34,5%. Kabupaten solok sendiri terletak di urutan ke 3 tertinggi yang didiagnosis atau dengan gejala rematik dari 19 Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat dengan prevalensi 26,3% dari Padang Pariaman (30,3) dan Pasaman Barat (29,5%). Jika dilihat dari data didiagnosis oleh tenaga kesehatan Kabupaten Solok terletak diurutan ke 1 kasus rematik dari 19 Kabupaten / Kota.
Nyeri pada rematik biasanya terjadi pada pagi hari sehingga menyebabkan
terganggunya pergerakan atau aktivitas pada lansia. Nyeri biasanya berlangsung seperempat jam atau lebih dan terkadang menurunkan rentang gerak tubuh. Nyeri yang dirasakan oleh lansia bersifat kronis atau menahun dimana hal tersebut berdampak ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan sering terjadinya nyeri ini lansia akan mengalami ketidaknyamanan dan membuat perasaan tidak aman dari hari ke hari (Ropei, 2018).
Menurut American Collage Rheumatologi, penanganan rematik dibagi menjadi terapi farmakologi, non farmakologi dan tindakan operasi. Untuk terapi farmakologi biasanya dikaitkan dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi obat-obatan analgetik, opoid, dan anti inflamasi non steroid (NSAIDs) sedangkan untuk terapi nonfarmakologi merupakan merupakan suatu terapi yang mengesampingkan pemberian obat dan biasanya menggunakan herbal ataupun latihan fisik. Terdapat banyak terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan dirumah dan merupakan salah satu usaha dalam pencegahan preventif dirumah. Beberapa diantaranya yaitu menggunakan teknik relaksasi, senam rematik, kompres panas/dingin, pijat, dan yang biasa dilakukanoleh lansia adalah dengan istirahat saja.
Untuk mempertahakan dan meningkatan status fungssional lansia dapat dilakukan tindakan prefentif dan promotif kebugaran. Pada lansia yang menderita nyeri akibat rematik, maka dengan mengurangi nyerinya diharapkan dapat membantu lansia mudah untuk melakukann actiity of daily libing (adl). Dalam mengurangi rasa nyeri sendi serta mencegah penyakit rematik menjadi lebih parah, dapat digunakan metode gerak tubuh yang dikenal dengan senam rematik..
Salah satu dari olahraga fisik yang sederhana dan mudah dilakukan adalah senam rematik (Nurhidayah, 2012). Senam rematik merupakan senam yang berfokus pada mempertahankan lingkup gerak sendi secara maksimal. Tujuan dari senam rematik ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan menjaga kesehatan jasmani penderita rematik. Keuntungan lain dari senam rematik yaitu tulang menjadi lebih lentur, otot tetap kencang, memperlancar peredaran darah, menjaga kadar lemak darah tetap normal, tidak mudah mengalami cidera,
66 dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih
baik (Heri, 2014).
Secara umum gerakan pada senam rematik dapat meningkatkan kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas aerobik, keseimbangan, biomedik sendi dan rasa posisi sendi. Senam ini konsentrasinya pada gerakan sendi dengan meregangkan ototnya dan menguatkan ototnya dan menguatkan ototnya, karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk menopang tobang. Dengan melakukan senam rematik diharapkan kualitas hidup lansia meningkat sehingga lansia dapat melakukan Activity of Daily Living (ADL) dengan maksimal dan tidak menjadi beban bagi orang lain.
Data awal yang diambil pada tanggal 12 Februari 2020 di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin yang merupakan salah satu tempat untuk merawat lansia di Sumatera Barat dimana jumlah lansia sebanyak 110 orang dengan mewawancara petugas dan observasi lansia didapatkan bahwa 20 orang lansia memiliki riwayat rematik khususnya rheumatoid arthritis.
Skala nyeri yang dialami lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin, 7 orang mengatakan nyeri ringan (2-4), 13 orang nyeri sedang (6-8). Dari 20 lansia tersebut mengatakan jika mereka merasakan nyeri akan meminum obat yang diberikan oleh dokter dan juga menggunakan terapi seperti mengoleskan balsem jika terasa nyeri.
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik melakukan sistematik review jurnal tentang ”Pengaruh Senam Rematik Terhadap Nyeri Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis”.
METODE PENELITIAN
Tinjauan sistematis melalui review jurnal mengenai pengaruh senam rematik terhadap skala nyeri lansia dengan rheumatoid arthritis. Artikel diakses dari database yaitu Googleschoolar dan Directoruof Open Access Journal (DOAC), jurnal kedokteran, jurnal Endurance, jurnal keperawatan, Jurnal Mitrasehat, jurnal husada mahakam, jurnal menara ilmu, dan jurnal Scientia. Hasil pencarian didapatkan 20 artikel yang dianggap sesuai dengan tujuan sistematika review dan dilakukan screening, sehingga didapatkan 8
jurnal keperawatan, 7 jurnal kesehatan, 1 jurnal husada mahakam, 1 jurnal menara ilmu, 1 jurnal scientia dan 2 jurnal internasional. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur adalah lansia, skala nyeri, rheumatoid arthritis dan senam rematik.
Artikel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu artikel yang berhubungan dengan senam rematik, dan skala nyeri pada rheumatoid arthritis. Literatur yang di diambil yaitu artikel yang dipublikasikan dari tahun 2010 sampai dengan 2020, artikel tersebut akan di bahas satu persatu tentang metode yang digunakan dalam artikel, karakteristik sampel, persamaan dan perbedaan masing-masing pada artikel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 20 artikel telah di kelompokan tujuan, metode, populasi, persamaan dan keunikan dari masing-masing artikel, 6 diantaranya sesuai dengan kriteria inklusi yaitu, senam rematik terhadap skala nyeri lansia dengan rheumatoid arthritis, 7 artikel membahas tentang senam rematik, 9 artikel membahas tentang rematik, 6 artikel membahas tentang pengaruh senam rematik terhadap nyeri pada rematik, 5 artikel membahas tentang senam lansia terhadap penurunan nyeri sendi, 1 artikel membahas tentang pelatihan intensitas tinggi terhadap pengurangan nyeri rematik. Dari penjelasan tersebut didapatkan 5 ide pokok yang akan dibahas pada review artikel ini.
Topik : Rhematoid Arthritis
Dari tabel diatas didapatkan artikel yang berhubungan dengan rematik sebagai berikut:
No Sumber / penulis dan tahun
Deskriptif topic/ isu yang sedang di review.
1. Jurnal Abdimas
Kesehatan (JAK) Vol 2, No. 1, Januari 2020 Doi : 10.36565/jak.v2i1.99 p-
Rematik
67 ISSN: 2655-9266 e-ISSN:
2655-9218 76
Tina Yuli
Fatmawati,Ariyano, 2020 2 Jurnal kesehatan Vol. 1
No. 2
Fakultas Ilmu Kesehatan ISBN 978-602-0791-41-8 3 Jurnal keperawatan Vol. 2
No. 2
4 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
5 ScientiaJournal Vol. 7 No. 2 Desember 2018
6 MENARA
Ilmu Vol. XII Jilid I No.79
Januari 2018
7 Jurnal Mitrasehat, Volume VII Nomor 2, November 2017
ISSN 2089-2551 8 Jurnal internasional
Volume 3, Number 2, December 2019, 89-97 9 Jurnal internasional
Vol. 39, No. 3, March 1996, pp 415-426, American
CollegeofRheumatology
Rheumatoid Arthtritis (RA) merupakan gangguan autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sendi, mengarah kepada peradangan, erosi (pengikisan), dan kelainan bentuk (Di etal.,
2016). Rheumathoid Arthtritis sendiri merupakan penyakit yang berada di peringkat ke-42 tertinggi yang dapat menyebabkan kecacatan, dengan morbiditas wanita dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki- laki (Darghametal., 2018).
Prevalensi penyakit Rheumatoid Arthtritis (RA) di seluruh dunia sekitar 0,5%
hingga 1% di antara orang dewasa (Handa etal., 2016). Menurut organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) pada tahun 2016 dalam Widiastuti (2017) dilaporkan bahwa angka kejadian Rheumathoid Arthtritis di dunia pada tahun 2016 mencapai 20% penduduk dunia dimana, 5-10 % adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun.
Para peneliti Rheumatoid Arthtritis telah mencatat bahwa prevalensi di Amerika Utara dan Eropa dapat lebih tinggi dibandingkan prevalensi di Asia. Tidak jelas apakah hasil prevalensi ini diakibatkan perbedaan letak geografis, genetik, faktor lingkungan atau metode penelitian yang digunakan (Handa etal., 2016).
Indonesia mengalami peningkatan kejadian rematoid , pada tahun 2011 prevalensinya mencapai 29,35%, tahun 2012 sebanyak 39,47% dan tahun 2013 sebesar 45,59%. Berdasarkan data tahun 2013 prevalensi rematik Nasional mengalami peningkatan dari 32,2% menjadi 36,6%.
Sumatera Barat juga mengalami peningkatan kejadian rematik, pada tahun 2007 prevalensinya sebesar 33,0% dan tahun 2013 sebesar 34,5%. Kabupaten solok sendiri terletak di urutan ke 3 tertinggi yang didiagnosis atau dengan gejala rematik dari 19 Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat dengan prevalensi 26,3% dari Padang Pariaman (30,3) dan Pasaman Barat (29,5%). Jika dilihat dari data didiagnosis oleh tenaga kesehatan Kabupaten Solok terletak diurutan ke 1 kasus rematik dari 19 Kabupaten / Kota.
Sejauh ini penyebab pasti dari RheumatoidArthtritis belum juga diketahui, tetapi faktor genetik dikaitkan dengan kondisi ini, serta tingkat keparahan penyakit, dan beberapa faktor lingkungan dan gaya hidup telah terbukti terkait dengan penyebab
68 perkembangan penyakit ini (Xu&Lin, 2017).
Obesitas , kondisi reproduksi pada wanita serta kekurangan vit D juga dinilai memiliki pengaruh dalam proses berkembangnya RheumatoidArthtritis (Elnoor, 2018).Terdapat beberapa fakor lain yang dikaitkan dengan terjadinya penyakit RheumatoidArthritis termasuk usia, status sosial ekonomi dan etnis (Darghametal., 2018).
Penurunan kemampuan pada sistem muskuloskeletal akibat digunakan secara terus- menerus menyebabkan sel tubuh lelah terpakai dan regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, seperti penurunan aliran darah ke otot, atropi dan penurunan massa otot, gangguan sendi, tulang kehilangan densitasnya, penurunan kekuatan dan stabilitas tulang, kekakuan jaringan penghubung yang menyebabkan hambatan dalam aktivitas seperti gaya berjalan.
Dampak penyakit dapat
mempersingkat hidup beberapa tahun pada
beberapa individu, meskipun
rheumatoidarthritis itu sendiri tidak fatal.
Secara umum, rheumatoidarthritis bersifat progresif dan tidak dapat disembuhkan dan bahkan jika terjadi kerusakan tulang dan ligamen serta perubahan bentuk, maka efeknya akan permanen.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan status fungsional lansia dapat dilakukan tindakan preventif dan promotif kebugaran. Pada lansia yang menderita nyeri akibat rematik, maka dengan mengurangi nyerinya diharapkan dapat membantu lansia
mudah untuk melakukan
ActivityofDailyLiving (ADL). Dalam mengurangi rasa nyeri sendi serta mencegah penyakit rematik menjadi lebih parah, dapat digunakan metode gerak tubuh yang dikenal dengan senam rematik.
Topik : Senam Rematik
Dari tabel diatas didapatkan artikel yang berhubungan dengan senam rematik sebagai berikut
N o
Sumber / penulis dan tahun Deskripti f topic/
isu yang sedang di review.
1. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 1, Mei 2014, hlm 1-6
Suhendriyo, 2014
senamre matik
2. Jurnal Husada Mahakam Volume IV No. 7 November
2018, Hal 410-418, Amelia Dinartika, Edi Purwanto, Indah Nur Imamah, 2018 3. Jurnal Keperawatan
Volume 11 No 3 September 2019, Hal 171 – 176
p-ISSN 2085-1049 e-ISSN 2549-8118
Rina Anggraeni, Riani Pradara Jati, Siti Rusmini, Siti Nur Latifah, 2019
4. Jurnal kesehatan, Vol. 3 No 3 Google Schoolar
Sri Desi Br Siregar, 2017 5. Jurnal Ners dan Kebidanan,
Volume 3, Nomor 3, Desember.
https://creativecommons.org/l icenses/by-sa/4.0/
Tri Susilowati, 2016 6. Jurnal keperawatan,
Volume 4 Nomor 2 Agustus 2016
Vivi Meliana Sitinjak, Maria Fudji Hastuti, Arina Nurfianti, 2016
7. Jurnal keperawatan Volume 4
69 No 12
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Muh. Wahid Sangrah, 2017
Senam rematik merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam rematik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakan nya dilakukan secara teratur dan terorganisasi bagi penderita rematik (Wahyudi Nugroho,2013).
Saat sekarang ini banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang senam rematik untuk mengatasi nyeri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Suhendriyo (2014), yang bertujuan Untuk mengetahui pengurangan rasa nyeri pada penderita osteoartritis lutut di Karangasem Surakarta. Dengan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemberian senam rematik terhadap pengurangan rasa nyeri pada penderita osteoartritis lutut.p = 0.005 pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan.
Penelitian juga dilakukan oleh beberapa penelitian lain seperti Amelia Dinartika, Edi Purwanto, Indah Nur Imamah (2018), Rina Anggraeni, Riani Pradara Jati, Siti Rusmini, Siti Nur Latifah (2019), Muh.
Wahid Sangrah (2017), Sri Desi Br Siregar (2017), Dyas ayu puspita sari (2018), Vivi Meliana Sitinjak, Maria Fudji Hastuti, Arina Nurfiantin (2016) yang melakukan penelitian tentang pengaruh senam rematik terhadap penyakit nyeri sendi dan rematik pada lansia.
Dengan dilakukannya senam rematik dapat mempermudah seseorang yang mengalami kekakuan dalam aktivitas fisik menjadi lebih mudah digerakkan dan sesuai dengan perkataan Ibnu qoyyim Al Jauziyah bagian organ mana saja yang banyak digerakkan maka akan kuat,sehingga mempermudah seseorang untuk beramal saleh dan beraktivitas didalam urusan agama dan urusan dunia seorang muslim.
Tujuan Senam Rematik adalah untuk mengurangi nyeri pada penderita rematik, menjaga kesehatan jasmani menjadi lebih baik.
Keuntungan Senam Rematik adalah tulang menjadi lebih lentur, otot-otot akan menjadi tetap kencang, memperlancar peredaran darah, memperlancar cairan getah bening, menjaga kadar lemak tetap normal, jantung menjadi lebih sehat, tidak mudah mengalami cedera, kecepatan reaksi menjadi lebih baik
Cara melakukan senam rematik Menurut Wahyudi Nugroho (2013), cara melakukan senam rematik adalah Gerakan Duduk Angkat kedua bahu keatas mendekati telinga, putar kedepan dan kebelakang.
Bungkukan badan, kedua lengan meraih ujung kaki lantai. Angkat kedua sisi sejajar dada, tarik kedepan dada, Angkat paha dan lutut secara bergantian, kedua lengan menahan tubuh. Putar tubuh bagian atas kesamping kanan dan kiri, kedua lengan diatas pinggang.
Gerakan berbaring atau tidur Bentangkan kedua lengan dan tangan, ambil nafas dalam- dalam dan hembuskan. Kedua tangan disamping tekuk siku dan tangan mengepal.
Tangan di luruskan keaatas lalu tepuk tangan Tekuk sendi panggul dan tekuk lutut dengan kedua tangan tarik sampai diatas dada. Pegang erat kedua tangan diatas perut, tarik kebelakang kepala dan kebawah. Angkat tungkai bawah bergantian dengan bantuan kedua tangan.
Topik : Senam rematik terhadap skor nyeri pada rematik
Dari tabel diatas didapatkan artikel yang berhubungan dengan senam rematik terhadap skor nyeri pada rematik sebagai berikut
No Sumber / penulis dan tahun
Deskriptif topic/ isu yang sedang di review.
1. Jurnal keperawatan Vol. 3 No. 2
Google schoolar Muthia Nanda Sari, Ramadhaniyati,dan Desy Wulandari, 2018
Senam rematik terhadap skor
nyeri pada rematik
70 2. Jurnal kesehatan Vol. 1
No. 2
Fakultas Ilmu
Kesehatan
ISBN 978-602-0791- 41-8
IdaSamidah, dan Murwati, 2019
3. Jurnal keperawatan Vol. 2 No. 2
Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Bela Arfitasari,2020 4. ScientiaJournal Vol. 7
No. 2 Desember 2018,
Erna Elfrida
Simanjuntak, 2018
5. MENARAIlmu Vol. XII Jilid I No.79
Januari 2018 RidhyallaAfnuhazi, 2018
6. Jurnal internasional Volume 3, Number 2, December 2019, 89-97, Fira Dewi Cahyani, Fajar Surachmi, Sri Eny Setyowati, 2019
Penyakit RheumatoidArthtritis umumnya disertai dengan rasa nyeri, peradangan dan kekakuan sendi pada pagi hari (Iltchevetal., 2016). Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY ( 2008 ) dalam Muhlisin (2015), prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai angka 23,6%
hingga 31,3%. Seiring berjalannya waktu penyakit RheumatoidArthtritis yang bertahun- tahun dapat menyebabkan kelemahan, kecacatan dan bahkan kematian di usia muda (Iltchevetal., 2016). Jika peradangan pada penyakit RheumatoidArthtritis tidak terkendali, maka dapat menyebabkan rusaknya tulang
rawan, jaringan elastis yang menutupi ujung tulang dalam sendi, serta tulang itu sendiri.
Seiring berjalannya waktu,
RheumatoidArthtritis juga dapat mengakibatkan rusaknya tulang rawan, jarak sendi antara tulang bisa menjadi lebih kecil, mengakibatkan rasa nyeri, gangguan mobilitas, Serta dapat mengakibatkan kelainan bentuk sendi yang tidak dapat kembali lagi (ArthritisFoundation, 2019).
Beberapa penelitian yang melakukan penelitian tentang pengaruh senam rematik terhadap skala nyeri pada pasien yang mengalami rematik seperti penelitian oleh Heri kuswanto (2014), dengan hasil Uji statistik menunjukan ada penurunan nyeri sendi yang signifikan (p<0,05); penelitian oleh Andi Arniyanti (2017) hasil pada pertemuan kedua dengan nilai p = 0,000 < α 0,05; penelitian yang dilakukan oleh Diah Kristiana dan Dewi Dian Prawesti (2013) dengan hasil uji Wilcoxon dengan tingkat signifikan α ≤ 0,05. P
= 0,000, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan skala nyeri sendi sebelum dan sesudah senam lansia; penelitian yang dilakukan oleh Suharjono, Joni Haryanto, Retno Indarwati (2013) Uji Mann Whitney U menunjukkan (p = 0,513); dan penelitian yang dilakukan oleh Purba, Yesi P (2018) dengan hasil p= 0.000, yang berarti nilai p > 0,05. Ada pengaruh senam lansia terhadap nyeri lutut lansia.
Di jaman yang semakin modern ini terapi guna mengurangi nyeri yang dialami penderita RheumatoidArthtritis dapat dilakukan secara non farmakologi, metode non farmakologi ini digunakan karena memiliki resiko yang lebih rendah digunakannya terapi non farmakologi ini sendiri bukan sebagai pengganti obat- obatan namun, terapi ini digunakan untuk mempersingkat episode nyeri yang dirasakan pasien (Andriani, 2016). Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien antara lain, kompres hangat, kompres dingin, relaksasi napas dalam, guideimagery serta senam rematik (Afnuhazi, 2018).
Senam rematik adalah metode gerak tubuh yang digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan status fungsional untuk
71 meningkatkan kebugaran dan mengurangi
nyeri pada penderita RheumatoidArthtritis.
Senam rematik adalah senam yang berfokus pada gerak sendi sambil meregangkan otot, dan menguatkan otot karena otot tersebut yang membantu sendi menopang tubuh (Afnuhazi, 2018).
Secara umum gerakan pada senam rematik dapat meningkatkan kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas aerobik, keseimbangan, biomedik sendi dan rasa posisi sendi. Senam ini konsentrasinya pada gerakan sendi dengan meregangkan ototnya dan menguatkan ototnya, karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk menopang tubuh. Dengan melakukan senam rematik diharapkan kualitas hidup lansia meningkat sehingga lansia dapat melakukan ActivityofDailyLiving (ADL) dengan maksimal dan tidak menjadi beban bagi orang lain.
Topik : Senam lansia terhadap penurunan nyeri sendi
Dari tabel diatas didapatkan artikel yang berhubungan dengan senam lansia terhadap penurunan nyeri sendisebagai berikut
No Sumber / penulis dan tahun
Deskriptif topic/ isu yang sedang di review.
1. Indonesian Trust
HealthJournal Volume 3, No.1 - April
2020 Cetak ISSN : 2620- 5564 Online ISSN : 2655- 1292
Resmi Pangaribuan, Nina Olivia, 2020
Senam lansia terhadap penurunan nyeri sendi
2. Jurnal Mitrasehat, Volume VII Nomor 2, November 2017 ISSN 2089-2551
Andi Arniyanti 2017 3. Jurnal kesehatan Vol. 6
No. 2, Desember 2013
Diah Kristiana dan Dewi Dian Prawesti, 2013 4. Jurnal keperawatan Vol. 3
No. 2
GooleSchoolar
Suharjono, Joni Haryanto, Retno Indarwati2013 5. Universitas Sumatera
Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Purba, Yesi P, 2018
Masalah muskuloskeletal seperti arthritis dan gangguan pada tulang menjadi masalah yang sering terjadi pada lansia karena memengaruhi mobilitas dan aktivitas yang merupakan hal vital bagi kesehatan total lansia.
Arthritis dan gangguan pada tulang menyebabkan munculnya nyeri sendi. Nyeri sendi merupakan nyeri yang dirasakan di
bagian persendian dan sekitarnya akibat proses inflamasi maupun terjadi secara idiopatik (Yatim, 2006). Nyeri sendi memiliki prevalensi nyeri muskuloskeletal yang paling banyak terjadi pada lansia. Fenomena ini terjadi karena lanjut usia merupakan usia yang paling rentan terkait dengan disabilitas dan perubahan degeneratif (Hardywinoto, 2005).
Nyeri sendi merupakan pengalaman subjektif yang dapat memengaruhi kualitas hidup lansia termasuk gangguan aktivitas fungsional lansia (Nurhidayah, 2012).
Penurunan aktivitas fungsional lansia menyebabkan penurunan lingkup gerak sendi (LGS) (Mirza, 2012). LGS merupakan gerakan pada bagian tubuh yang dilakukan oleh otot- otot yang menggerakkan tulang-tulang pada persendian dalam berbagai pola dan rentang gerak. Kekuatan otot- otot merupakan kekuatan yang berasal dari luar. Untuk mempertahankan LGS sendi pada keadaan normal, otot harus digerakkan secara optimal dan teratur. Aktivitas LGS juga dianjurkan sebagai terapi yang dapat mempertahankan pergerakan sendi dan jaringan lunak, mempertahankan pergerakan sendi dan
72 jaringan lunak, serta meminimalkan kontraktur
(Santoso, 2009).
Salah satu faktor pencetus nyeri sendi adalah osteoarthritis (OA) karena nyeri sendi merupakan keluhan utama yang muncul pada penderita OA (Felson&Schaible, 2010). OA merupakan salah satu jenis penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjut di lndonesia, berkisar 50-60%
(Muchid dkk., 2006). Nyeri sendi muncul dengan adanya hambatan pada sendi saat dilakukan gerakan.
Dengan keberadaan nyeri akibat OA lutut ini, lansia yang menderita kemudian membatasi pergerakan pada bagian yang nyeri sehingga luas gerak sendi ke semua arah berkurang. Bila gerakan pasif lebih dominan dari pada gerakan aktif dapat menyebabkan kekakuan dan gangguan pada otot sendi (Isbagio, 2005).Nyeri dan kaku sendi yang bertahan lama dapat menghentikan secara permanen fungsional sendi. Penghentian fungsional sendi ini dapat membatasi aktivitas fisik lansia, selanjutnya lansia mengalami penurunan dari qualityoflife (Hopman- Rocketal., 2007).
Kurang aktifitas fisik merupakan faktor risiko timbulnya berbagai penyakit pada populasi lansia, sementara itu jika terdapat peningkatan aktifitas fisik pada lansia dapat meningkatkan kesehatan, meningkatkan qualityoflife, serta menurunkan morbiditas dan mortalitas (Kliemanet al.,2011).
Nyeri sendi lutut yang terjadi pada lansia berasal dari kapsul sendi yang banyak dipersarafi oleh serat nyeri dan sangat peka terhadap regangan atau distensi mengalami inflamsi yang diakibatkan proses degeneratif yang terjadi pada lansia. Nyeri lutut yang terjadi dikarenakan sendi kekurangan cairan synovial yang menutupi ujung tulang yang akan bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan semakin menipis dan akhirnya menimbulkan nyeri.
Nyeri lutut yang dialami oleh lansia bukan penyakit berbahaya, tetapi berdampak buruk terhadap kualitas hidup dari lansia. Rasa nyeri yang setiap hari selalu lansia rasakan, dan terkadang rasa kaku, pembengkakan pada sendi, demam yang lansia alami, bentuk tubuh yang berubah, serta cara berjalan yang terlihat
menahan rasa nyeri yang lansia rasakan (Dewi dkk, 2013).
Tindakan untuk meredakan rasa nyeri yang dialami lansia yaitu dengan secara farmakologis dan non farmakologis. Tindakan farmakologi terdiri dari analgesik, AINS (anti inflamasi non steroid), obat penghambat penyakit, kortikosteroid. Sedangkan tindakan non farmakologi terdiri dari sentuhan terapeutik, akupresur, teknik imajinasi, bimbingan antisipasi, distraksi, biofeedback, hipnotis diri, mengurangi persepsi nyeri, stimulus kutaneus, relaksasi terdiri dari meditasi, yoga, latihan fisik (Perry dan Potter, 2008). Latihan fisik merupakan suatu program yang membantu tubuh tetap bergerak dan berfungsi, menaikkan kemampuan daya tahan tubuh, mencegah terjadinya cidera, dan mengurangi serta menghambat proses penuaan.
Salah satu contoh latihan fisik yaitu senam kebugaran lansia.Senamlansia adalah salah satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik lansia bila dilakukan dengan baik dan benar (Maryam, 2008).
Senam lansia yang dilakukan lansia penderita nyeri lutut sangat berdampak baik untuk lansia karena senam lansia sendiri dapat meningkatkan kecepatan metabolisme untuk memproduksi cairan synovial, sendi lebih fleksibel, gerakan lebih bebas, meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan mobilitas, dan meredakan nyeri.
Topik : pelatihan ketahanan progresif intensitas tinggi pada pasien rheumatoidarthritis
Dari tabel diatas didapatkan artikel yang berhubungan dengan pelatihan ketahanan progresif intensitas tinggi pada pasien rheumatoidarthritissebagai berikut
No Sumber / penulis dan tahun
Deskriptif topic/ isu yang sedang di review.
1. Jurnal internasional Vol. 39, No. 3, March
pelatihan ketahanan progresif
73 1996, pp 415-426,
American
CollegeofRheumatology laura c. rall, dkk, 2010
intensitas tinggi pada pasien rheumatoidarthri tis
Dari topik diatas membahas tentang pelatihan ketahanan progresif intensitas tinggi pada pasien rheumatoidarthritis. yang mana penelitian yang dilakukan oleh lauradkk, yang membandingkan tentang pelatihan ketahanan progresif intensitas tinggi pada pasien rheumatoidarthritis (RA) dibandingkan dengan subjek kontrol yang sehat. Hasil penelitian mengatakan bahwa Delapan subjek dengan RA, 8 subjek muda sehat, dan 8 subjek lansia sehat menjalani 12 minggu pelatihan ketahanan progresif intensitas tinggi, sedangkan 6 subjek lansia hanya melakukan latihan pemanasan. Kebugaran, komposisi tubuh, pengeluaran energi, fungsi, aktivitas penyakit, nyeri, dan kelelahan diukur pada awal dan tindak lanjut.
Hasil. Ketiga kelompok pelatihan menunjukkan peningkatan yang sama dalam kekuatan dibandingkan dengan perubahan di antara subjek kontrol (kelompok RA 57% [P
<0,00051, kelompok olahraga muda 44% [P
<0,011, kelompok olahraga lansia 36% [P
<0,051). Subjek dengan RA tidak memiliki perubahan dalam jumlah sendi yang nyeri atau bengkak tetapi mengalami penurunan signifikan pada skor nyeri yang dilaporkan sendiri (21% [P <0,051) dan skor kelelahan (38% [P = 0,06]), meningkatkan waktu berjalan 50 kaki (rata-rata * SD 10,4 f 2,2 detik versus 8,3 f 1,5 detik [P <0,005]), dan meningkatkan skor keseimbangan dan gaya berjalan (48,9 f 3,8 versus 50,4 f 2,0 [P = 0,071).
SIMPULAN
Kesimpulan penelitian bahwa senam rematik dapat menurunkan skala nyeri pada lansia yang mengalami arthritis remathoid.
Saran yang dapat diberikan untuk salah satu terapi non farmakologis dalam menurunkan skala nyeri pada lansia dengan arthritis remathoid adalah dengan melakukan senam rematik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kepada pihak panti Jompo Sabai Nan Alui Sicincin, karena telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian kepada lansia yang mengalami arthritis remathoid di panti tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N. (2016). Evaluasi Rasionalitas PenggunaanObatPadaPasien Rheumatoid Arthritis Di InstalasiRawatJalan RSUD DR. Moewardi Surakarta Tahun 2018.
JurnalSkripsi, 1--17.
Maola sabilajazmi. (2016). Faktor RisikoTerjadinya. Jazmi, Maola, 8–22.
Marvin, T. (2008). Jean toomer’skabnis.
Explicator, Vol. 67, pp. 43–45.
https://doi.org/10.3200/EXPL.67.1.43-45 Mengalami, Y., Artritis, R., Keperawatan, M.,
Kronis, N., Upt, D. I., Jember, P.,
…Jember, U. (2018).
AsuhanKeperawatanPadaLansiaNy.
Mózo, B. S. (2017).Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Sihite, S. D. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Personal Hygiene:
DefisitPerawatanDiri di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia. Repisitori USU.
Sağlam, M. (2019). FLEPS 2019 - IEEE International Conference on Flexible and Printable Sensors and Systems, Proceedings, 6(1), 1–46.
Cahyani, F. D., Surachmi, F., &Setyowati, S.
E. (2019). Effect on The Decrease Intensity Gymnastics Rheumatic Pain in Patients Gout Arthritis. Jendela Nursing Journal, 3(2), 89–97.
Meliny, D. (2018). Analisis Faktor Risiko Rematik Usia 45-54 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari
74
Tahun 2017.
JurnalIlmiahMahasiswaKesehatanMasya rakat, 2(2), 1–7.
Afnuhazi, R. (2018). Pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri rematik pada lansia. MenaraIlmu, XII(79), 80–93.
PurqanNur, M. (2019). Penerapan asuhan keperawatan dalam kebutuhan mobilitas fisik pada rheumatoid arthritis di puskesmastamalatemakassar. Journal of Health, Education and Literacy, 2(1), 47–51.
Nurhayati, E. L. (2018). ISSN 2599-1841
PENGARUH PEMBERIAN
BROMELAIN NANAS TERHADAP PENURUNAN DI PANTI JOMPO YAYASAN GUNA BUDI BAKTI MEDAN TAHUN 2018 Universitas Prima Indonesia
,FakultasKeperawatandanKebidanan , Jl . DanauSingkarakGg .Madrasah ,KelurahanSeiAgulKecamat. 3(2), 59–67.
Suryani, U. (2018). Hubungan Tingkat Kemandirian DalamAktivitasSehari-Hari Dengan Resiko Jatuh PadaLansia Di
PTSW Sabai Nan
AluihSicincinKabupaten Padang Pariaman. Kepemimpinan Dan PengurusanSekolah, 3(1), 89–98.
Suwarni, A., &Murtutik, L. (2017). Effektifitas senam rematik terhadap kemampuan berjalan dengan nyeri sendi untuk mencapai hidup yang sehat dan sejahtera padalanjutusia. JurnalIlmuKeperawatan, 10(1), 1–12.
Yogaswara, R., Hidayat, R., Muhadi, M., &
Rinaldi, I. (2018). Korelasi antara FaktorReumatoiddan Vascular Cell Adhesion Molecule-1 pada Pasien Artritis Reumatoid Tanpa Sindroma Metabolik. JurnalPenyakitDalam Indonesia, 5(2), 82.
Fatmawati, T. Y., &Ariyanto, A. (2020). PKM Kelompok Lanjut Usia dalam Penatalaksanaan Rematik di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 2(1), 76.
Rheumatoid, A. (2018). Volume 2 , Agustus 2018 Abu Bakar Sidik PENGALAMAN LANSIA DALAM MENGATASI NYERI ARTHRITIS RHEUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SUMATERA SELATAN TAHUN 2017 Abu Bakar Sidik STIK Bina Husada Palembang , Program StudiIlmuKeperawatan Volume 2 , Agustus 2. 2, 153–162.
Senam, P., Terhadap, R., Dalam, K., Activity, M., Living, D., Lansia, P., …Madiun, K.
(2018). SKRIPSI PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP KEMANDIRIAN DALAM MELAKUKAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA PENDERITA RHEUMATOID ARTRITIS DI POSYANDU ISMOYO KELURAHAN BANJAREJO KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN
Rawla, P., Sunkara, T., Gaduputi, V., Jue, T.
L., Sharaf, R. N., Appalaneni, V., … Abbas KS, Madbouly KM, Abbas MAS, E. D. A. (2018).
Baslund, Bo; Hansen-Nord, Gregers;
Stoltenberg, Michael Bo; Klamer, F.
(2011). Rheumatoid artritis.
Prawira, Y. (2019). SSRN Electronic Journal, 5(564), 1–19.