• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU AJAR MANAJEMEN MUTU TERPADU. Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I. Dr. Abdul Rahmat, S.Sos.I., M.Pd.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU AJAR MANAJEMEN MUTU TERPADU. Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I. Dr. Abdul Rahmat, S.Sos.I., M.Pd."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU AJAR

MANAJEMEN MUTU TERPADU

Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I. Dr. Abdul Rahmat, S.Sos.I., M.Pd.

(2)

Buku Ajar

Manajemen Mutu Terpadu

Yogyakarta: Zahir Publishing, November 2017 ISBN: 978-602-5541-05-6

Penulis : Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I

Dr. Abdul Rahmat, S.Sos.I., M.Pd.

Tata Letak : Ismi Aziz

Design Sampul : Roslani Husen

Diterbitkan oleh:

ZAHIR PUBLISHING

Kadisoka RT.05 RW.02, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571

0857 2589 4940 E: zahirpublishing@gmail.com

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan petunjukNya sehingga penulisan buku Manajemen Mutu Terpadu dapat diselesaikan meskipun dalam bentuk yang sederhana.

Buku ini disusun sebagai bahan/materi mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu untuk membantu mahasiswa sebagai peserta kuliah tersebut sehingga mereka dapat melakukan aktivitas belajar lebih optimal.

Adapun isi buku ini disusun berdasarkan analisis instruksional dan GBBP serta SAP yang dapat menjadi pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam mempelajari Manajemen Mutu Terpadu. Akan tetapi masih banyak alternatif ataupun materi pengembangan yang dapat dilakukan melalui rujukan lain yang tersedia lengkap. Untuk itu mahasiswa dapat mengembangkan sendiri dan membandingkan serta melengkapi hal-hal yang masih kurang dari buku ini.

Penulis menyadari bahwa buku ini tidaklah luput dari berbagai kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.

(4)

Akhirnya penulis sampaikan terimaksih dengan harapan kiranya bahan ajar ini dapat bermanfaat.

Gorontalo, November 2017 Penyusun,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Deskripsi Singkat Materi ... 3

C. Manfaat Bagi Mahasiswa ... 3

D. Tujuan ... 4

E. Literatur/ Buku Bacaan Wajib ... 5

BAB II KONSEP DASAR MUTU ... 7

A. Konsep Mutu ... 7

B. Kontrol Mutu, Jaminan Mutu dan Mutu Terpadu ... 11

C. Produk dari Pendidikan... 14

D. Mutu Jasa (Service Quality) ... 14

E. Pendidikan dan Pelanggan ... 16

BAB III TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ... 19

A. TQM Beberapa Miskonsepsi ... 20

B. Perbaikan Terus Menerus ... 21

C. Kaizen ... 21

(6)

E. Mutu Pembelajaran ... 23

F. Mutu Menunjang Perbaikan Sekolah ... 24

BAB IV TOKOH-TOKOH MUTU ... 27

A. Filasafat Mutu Deming ... 27

B. Kegagalan Mutu ... 31

C. Manajemen Tahap Joseph Juran ... 33

D. 13 Langkah Crosby untuk Meraih Mutu . 34 BAB V KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN MUTU . 41 A. Pemimpin Pendidikan ... 41

B. Mengkomunikasikan Visi ... 43

C. Peran Pemimpin Dalam Mengembangkan Sebuah Budaya ... 44

D. Memberdayakan Para Guru ... 45

BAB VI KERJA TIM BAGI MUTU PENDIDIKAN .. 49

A. Pentingnya Kerja TIM dalam Pendidikan 49 B. Lingkaran Mutu ... 52

BAB VII RODA IMPLEMENTASI MMT DALAM PENDIDIKAN ... 55

A. Definisi Mutu ... 55

B. Prinsip dan Komponen MMTP ... 57

C. Langkah-Langkah Manajemen Mutu Terpadu ... 62

D. Hambatan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu ... 66

BAB VIII SIKLUS PEMECAHAN MASALAH ... 71

A. Mengorganisasikan Mutu ... 71

B. Perencanaan Mutu ... 75

C. Implementasi Mutu ... 75

(7)

BAB IX PERENCANAAN STRATEGI MUTU ... 85

A. Perencanaan Mutu ... 85

B. Manajemen Mutu Strategis ... 86

C. Visi, Misi, Nilai-Nilai dan Tujuan ... 87

D. Riset Pasar ... 90

E. Analisis SWOT ... 92

BAB X PERANGKAT DAN TEKNIK PEMECAHAN MASALAH... 95

A. Mengembangkan Fokus Costumer ... 96

B. Pernyataan Visi ... 98

C. Misi ... 99

D. Faktor-Faktor Penting Keberhasilan ... 99

E. Tujuan dan Sasaran ... 103

F. Pernyataan Manfaat Mutu ... 105

BAB XI PERBAIKAN BERKELANJUTAN ...107

A. Definisi Patok Duga dan Proses Patok Duga ... 107

B. Azas dan Generasi Patok Duga ... 110

C. Dasar Pemikiran Perlunya Patok Duga ... 112

D. Jenis-Jenis Patok Duga ... 113

E. Peranan Manajemen Dalam Patok Duga 114 F. Hambatan-Hambatan Terhadap Kesuksesan Patok Duga ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang dan satuan pendidikan, terutama pada pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, yaitu pengembangan kurikulum nasional dan lokal, kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan sekarang kurikulum baru, yang dinamakan kurikulum 2013, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan peralatan sekolah, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, serta peningkatan kualitas penye-lenggaraan sekolah. Namun demikian, dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian sekolah lainnya masih memprihatinkan.

Bervariasinya kebutuhan siswa, beragamnya kebutuhan guru dalam pengembangan profesionalnya, harapan orang tua akan pendidikan bermutu, serta tuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu, berdampak pada setiap warga sekolah sehingga mereka harus merespon kondisi tersebut

(10)

dalam proses pengambilan keputusan di sekolah. Di dalam proses pengambilan keputusan tersebut untuk peningkatan mutu sekolah; dapat digunakan beberapa teori dan kerangka acuan dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat yang peduli terhadap pendidikan. Hal ini mendorong munculnya pemikiran konsep Manajemen Peningkatan Mutu Terpadu yang diharapkan dapat memperbaiki mutu pendidikan secara total dan berkelanjutan, sehingga terus-menerus ada perbaikan yang signifikan terhadap kualitas pendidikan.

TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu institusi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota institusi (sumber daya manusianya) dan masyarakat. TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu institusi. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam institusi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). Tujuan utama Total Quality Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus. Dengan demikian, juga Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan secara terus-menerus. TQM adalah tentang usaha penciptaan sebuah kultur mutu, yang mendorong semua staf di sebuah institusi untuk memuaskan pelanggan. Konsep

(11)

TQM berusaha disesuaikan dengan perubahan harapan dan gaya pelanggan dengan cara mendesain produk/jasa yang memenuhi dan memuaskan harapan mereka (sell-on quality).

Tolakan awal dari hirarki di atas dalam sebuah institusi adalah ketetapan dari standar mutu yang telah ditentukan oleh institusi tersebut dalam rangka menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis untuk menghasilkan sebuah output berupa produk-produk atau layanan jasa untuk dapat digunakan oleh para pelanggan atau para stakeholder. Output yang dihasilkan agar memiliki daya tarik dan dibutuhkan oleh para pelanggan atau para

stakeholder yang menggunakan produk atau jasa layanan

Institusi tersebut, maka perlu ditetapkan tingkat derajat yang dicapai oleh karakteristik output tersebut akan kesesuaian memenuhi atau melebihi standar minimum.

B. Deskripsi Singkat Materi

Materi ini membahas total quality manajement, tentang: konsep dasar mutu, TQM dalam konteks pendidikan, Tokoh-tokoh mutu, Kepemimpinan pendidikan, Kerja tim bagi mutu pendidikan, Siklus pemecahan masalah, Perencanaan strategis mutu, Perencanaan dan teknik pemecahan masalah.

C. Manfaat Bagi Mahasiswa

Manfaat materi ini untuk diharapkan mahasiswa memiliki wawasan dan keterampilan secara komprehensif baik secara konseptual, praktis mengenai teori MMT serta dapat

(12)

meng-analisanya dan dapat mengimplementasikan, monitoring dan evaluasi (monev) pada jajaran pendidikan.

D. Tujuan

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Materi Manajemen Mutu Terpadu bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang konsep, perencanaan strategi, tehnik mutu dan pemecahan masalah serta perbaikan berkelanjutan agar mahasiswa diharapkan dapat memahaman dan membuka cakrawalanya berfikir dalam hal menerapkan MMT dilingkungan pendidikan.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu

1. Menjelaskan konsep dasar mutu

2. Menjelaskan TQM dalam konteks pendidikan vs MMT dalam pendidikan

3. Menjelaskan tokoh-tokoh mutu

4. Menjelaskan kepemimpinan pendidikan mutu 5. Menjelaskan kerja tim bagi mutu pendidikan

6. Menjelaskan roda implementasi MMT dalam pendidikan

7. Menjelaskan siklus pemecahan masalah 8. Menjelaskan perencanaan strategis mutu. 9. Menjelaskan perangkat dan teknik pemecahan

(13)

10. Menjelaskan perbaikan berkelanjutan

E. Literatur/ Buku Bacaan Wajib

1. Tunggal Wijaya Amin. 1993 Manajemen Mutu Terpadu, suatu pengantar, Jakarta: Rineka Cipata

2. Shigeo Shingo, 1986 (diterjemahkan oleh Andrew P.Dillon) Zero Quality Control, Source inspection and the Poka-Yoke System, Produktivity Press

3. Jr Taylor. 1989. Quality Control System, Prosedures for Planning Quality Programs, MC. Graw-hill inc.

4. Diana Anasta, Tjiptono Fandi, 2003, Total Quality Management Yogyakarta: Andi, Yogyakarta

5. Hardjo Soedarmo, Soewarso. 2004. Totatl Quality Management Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

6. Sallis, Edward, 2008. Total Quality Management in Education. Jogyakarta: IRCI SOD

7. Arcaro, Jeromes, 2005. Pendidikan Berbasis Mutu Penerjmah Yosal Iriyanto. 2005. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

(14)
(15)

BAB II

KONSEP DASAR MUTU

A. Konsep Mutu

Pengertian mutu adalah suatu produk atau jasa yang memenuhi syarat atau keinginan pelanggan, dimana pelanggan dapat menggunakan atau menikmati produk atau jasa tersebut dengan sangat puas dan ia menjadi pelanggan tetap.

Menurut Philip B. Crosby (1986), yang dimaksud dengan mutu adalah derajat kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kepuasan pemakai dan penghasilnya.

Mutu menyangkut 5 (lima) aspek utama (Bahar,1993), yaitu :

☑ Quality ( Q ): Mutu dari hasil produk atau jasa yang sesuai dengan persyaratan permintaan

☑ Cost ( C ) : Mutu dari biaya produk atau jasa.

☑ Delivery ( D ) : Mutu pengiriman atau penyerahan hasil produk atau jasa yang tepat waktu sesuai dengan permintaan.

☑ Safety ( S ) : Mutu keselamatan atau keamanan pemakaian produk atau jasa

☑ Morale ( M ): Mutu sikap mental sumber daya manusia. Secara umum ‘mutu’ dapat didefinisikan sebagai “karak-teristik produk atau jasa yang ditentukan oleh customer dan

(16)

diperoleh melalui pengukuran proses serta perbaikan yang berkelanjutan” (Soewarso, 1996: 7). Pendapat ini lebih menekankan kepada pelanggan yaitu, apabila suatu pelanggan mengatakan sesuatu itu bermutu baik, maka barang/jasa tersebut dapat dianggap bermutu.

Definisi lain untuk memahami mutu yaitu “….mutu adalah jasa pelayanan atau produk yang menyamai atau melebihi kebutuhan dan harapan pelanggan” (Margono, 2002: 5).  Konsep ini masih menekankan kepada pelanggan, yaitu dapat diartikan produk tersebut bermutu baik.  Sedangkan menurut Deming (1986), “the difficulty in defining quality is to translate

quality is to translate future needs of the user into measureable characteristics, so that a product can be designed and turned out to give satisfaction at a price that the user will pay”. Definisi ini

menekankan pada konteks, persepsi costumer dan kebutuhan serta kemampuan pelanggan. Artinya untuk mendefinisikan mutu, terlebih dahulu perlu dipahami karakteristik tentang mutu itu sendiri. Deming sebenarnya menekankan bagaimana suatu produk atau jasa itu dipersepsikan oleh pelanggan, dan kapan persepsi pelanggan itu berubah, dengan demikian semakin pelanggan merasa puas, maka selama itu pula produk/ jasa dianggap bermutu.

Definisi mutu menurut Field (1993) adalah “sebagai ukuran dari produk atau kinerja pelayanan terhadap satu spesifikasi pada satu titik tertentu”.  Pendapat ini lebih menekankan pada “ukuran”.  Ukuran di sini, tentunya bergantung pada jenis barang atau jasa yang dihasilkan sebagai hasil kinerja manusia, baik yang berupa benda maupun non-benda, yaitu berupa

(17)

jasa layanan, seperti halnya dalam bidang pendidikan, yang merupakan salah satu bentuk industri jasa atau pelayanan, yaitu pelayanan akademik.

Mutu merupakan gagasan yang dinamis. Sebagai contoh

perkembangan dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya pada bidang Teknologi Informasi (TI) yang semakin lama semakin canggih. Pada tahapan perkembangan komputer, sekitar tahun 2000-an muncul komputer dengan prosesor Pentium IV. Pada saat itu komputer dengan spesifikasi seperti sudah sangat canggih dan bermutu tinggi. Tetapi pada saat sekarang ini komputer dengan prosesor seperti itu sudah dianggap ketinggalan jaman, dimana sekarang ini yang berkualitas tinggi adalah komputer dengan prosesor Core i7, yang jauh lebih segalanya apabila dibandingkan dengan komputer Pentium 4.

Sedangkan Mutu dalam pendidikan merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga

mutu merupakan masalah pokok yang yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang semakin keras. Sumber mutu dalam pendidikan antara lain: sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunikasi lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian kepada pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

(18)

Kekuatan emosi dan moral yang dimiliki mutu membuatnya menjadi sebuah gagasan yang sulit diseragamkan. Mutu sebagai konsep yang absolut dapat dicontohkan dengan restoran yang

mahal, mobil mewah. Sedangkan mutu dalam sifat baik cantik, dan benar merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standard yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Produk-produk tersebut dapat membuat puas dan bangga para pemiliknya. Misalnya mobil yang bermutu adalah mobil hasil rancangan istimiwa, mahal dan mempunyai interior dari kulit. Dalam kasus ini mahal dan langka adalah nilai penting dalam definisi mutu. Contoh dalam pendidikan adalah sekolah elit. Hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan dengan “mutu tinggi (elit)” dan hanya sedikit peserta didik yang dapat pengalaman pendidikan tersebut (langka). Gagasan absolut tentang mutu tinggi hanya sedikit yang bersinggungan dengan TQM.

Pengertian mutu yang digunakan dalam TQM adalah

mutu sebagai konsep relatif. Definisi relatif memandang mutu

bukan sebagai sesuatu atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang berasal dari produk atau layanan tersebut. Sesuatu dikatakan mutu apabila produk terakhir sudah sesuai standard atau belum, tidak harus mahal dan eksklusif. Mutu harus mengerjakan apa yang harus dikerjakan dan mengerjakan apa yang diinginkan pelanggan atau harus sesuai dengan tujuan. Definisi relatif tentang mutu mempunyai aspek menyesuaikan

(19)

diri dengan spesifikasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Mutu sesungguhnya merupakan dasar sistem jaminan mutu yang dianggap sesuai dengan British Standard Institution dalam standard BS5750 atau standard international identik dengan ISO 9000.

Organisasi-organisasi yang menganut konsep TQM melihat mutu sebagai sesuatu yang didefinisikan oleh pelanggan-pelanggan mereka. Terkadang produk dan layanan yang menurut produsen sudah sempurna, sesuai standard dan bermanfaat tapi ditolak oleh konsumen. Produk yang memenuhi kualifikasi tidak menjamin jumlah penjualan. Tom Peters dalam Thriving On Chaos berpendapat bahwa mutu yang didefinisikan pelanggan jauh lebih penting dibandingkan harga dalam menentukan permintaan barang dan jasa.

B. Kontrol Mutu, Jaminan Mutu dan Mutu Terpadu

Ada perbedaan-perbedaan yang mendasar antara kontrol mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance) dan mutu terpadu (total quality).

1. Kontrol mutu

Kontrol mutu secara historis merupakan konsep

mutu yang paling tua. Ia melibatkan deteksi dan eliminasi komponen-komponen atau produk gagal yang tidak sesuai dengan standar. Ini merupakan sebuah proses pasca-produksi yang melacak dan menolak item-item yang cacat. Kontrol mutu biasanya dilakukan oleh pekerja-pekerja yang dikenal sebagai pemeriksa mutu. Inspeksi dan pemeriksaan adalah

(20)

metode-metode umum dari kontrol mutu, dan sudah digunakan secara luas dalam pendidikan untuk memeriksa apakah standar-standar dalam pendidikan telah dipenuhi atau belum. Kontrol mutu merupakan proses pasca produksi yang melacak dan menolak item-item yang cacat, digunakan secara luas dalam pendidikan untuk memeriksa apakah standard-standard telah dipenuhi atau belum.

2. Jaminan Mutu

Jaminan Mutu berbeda dari kontrol mutu, baik sebelum

maupun ketika proses tersebut berlangsung. Penekanan gagasan ini bertujuan untuk mencegah terjadi kesalahan sejak awal proses produksi. Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk menjamin bahwa proses produksi menghasilkan produk yang benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Tujuannya, dalam istilah Philip B. Crosby, adalah menciptakan produk tanpa cacat (zero defects). Jaminan mutu adalah pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang “selalu baik sejak awal (right first time every time)”. Jaminan mutu lebih menekankan tanggung jawab tenaga kerja dibandingkan inspeksi kontrol mutu, meskipun sebenarnya inspeksi tersebut juga memiliki peranan dalam jaminan mutu. Mutu barang atau jasa yang baik dijamin oleh sistem, yang dikenal sebagai sistem jaminan mutu, yang memposisikan secara tepat bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai dengan standar. Standar-standar mutu diatur oleh

(21)

prosedur-prosedur yang ada dalam sistem jaminan mutu. Jaminan mutu bertujuan mencegah kesalahan sejak awal produksi. Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk menjamin bahwa proses produksi menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Jaminan mtu adalah sebuah cara untuk memproduksi produk bebas cacat dan kesalahan, produk yang baik sejak awal. Jaminan mutu lebih menekankan tanggg jawab kepada tenaga kerja dibandingkan inspeksi kontrol.

3. Mutu terpadu

Mutu terpadu atau total quality management (TQM)

merupakan perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. Mutu terpadu adalah usaha menciptakan sebuah kultur mutu yang mendorong semua anggota pekerjanya untuk memuaskan para pelanggan. Dalam konsep mutu terpadu pelanggan adalah raja. Ini merupakan pendekatan yang dipopulerkan oleh Peters dan Waterman dalam In Search of Excellence, dan telah menjadi tema khas dalam tulisan-tulisan Tom Peters. Beberapa perusahaan, seperti Marks and Spencer, British Airways, dan Sainsburys telah mencari pendekatan ini dalam waktu yang cukup lama. Konsep ini berbicara tentang bagaiman memberikan sesuatu yang diinginkan oleh para pelanggan, serta kapan dan bagaimana mereka menginginkannya.

Konsep ini disesuaikan dengan perubahan harapan dan gaya pelanggan dengan cara mendesain produk dan jasa yang memenuhi dan memuaskan harapan mereka. Dengan memuaskan pelanggan, bisa dipastikan bahwa mereka akan

(22)

kembali lagi dan memberitahu teman-temannya tentang produk atau layanan tersebut. Ini disebut dengan istilah mutu yang menjual (sell-on quality). Persepsi dan harapan pelanggan tersebut diakui sebagai sesuatu yang bersifat jangka pendek dan bisa berubah-ubah. Demikian juga dengan organisasi, ia harus menemukan metode-metode yang tepat untuk mendekatkan diri dengan pelanggan mereka agar dpat merespon perubahan selera, kebutuhan, dan keinginan mereka.

C. Produk dari Pendidikan

Ada perbedaan pendapat tentang produk pendidikan. Lynton Gray mengungkapkan: “Manusia tidak sama, dan mereka berada dalam situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa disama-ratakan. Menilai mutu pendidikan sangat berbeda dengan memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa”. Ide pelajar sebagai produk menghilangkan kompleksitas proses belajar dan keunikan setiap individu pelajar. Menjawab pertanyaan apa produk pendidikan harus dilihat pendidikan sebagai sebuah jasa atau layanan dan bukan sebuah bentuk produksi.

D. Mutu Jasa (Service Quality)

Karakteristik mutu jasa jauh lebih sulit untuk didefinisi-kan dibandingdidefinisi-kan mendefinisididefinisi-kan mutu produk, karena karakteristik mutu jasa mencakup beberapa elemen subyek penting. Perbedaan antara mutu produk (barang) dan mutu jasa adalah:

(23)

1. Metode: Mutu jasa ditentukan oleh pelanggan dan pemberi jasa, karena jasa diberikan secara langsung dari orang ke orang. Produk tidak mempunyai karakteristik kedekatan pelanggan dengan produsen, tidak terdapat nilai konsistensi atau terjebak dalam homogenitas yang absolut dalam pemberian jasa. Dan biasanya pelanggan hanya dapat bertemu dengan pekerja yunior yang telah ditraining sedeikian rupa oleh pekerja senior.

2. Waktu: Jasa harus diberikan tepat waktu dan jasa digunakan atau dikomsumsi tepat pada saat jasa diberikan, maka kontrol mutu selalu datang kemudian. Untuk menilai pelanggan terpuaskan apa tidak dilakukan dengan memanfaatkan interaksi personal yang akrab dalam pemberian jasa sehingga pemberi jasa akan mendapatkan umpan balik dan evaluasi.

3. Pada jasa tidak bisa ditambal atau diperbaiki, sehingga standar jasa adalah baik sejak awal. Standard ini memang sulit tercapai, tapi harus selalu menjadi tujuan utama. 4. Jasa lebih cenderung mirip proses dari pada produk. Cara

jasa sampai ke tempat tujuan lebih penting dari pada apa jasanya.

5. Staf senior pada jasa biasanya jauh dari pelanggan.  Kebanyakan pelanggan tidak pernah memiliki akses kepada manajer senior (kepala sekolah). Mutu merupakan pandangan awal yang mewarnai pandangan pelanggan terhadap keseluruhan organisasi, dan kemudian organisasi harus menemukan cara untuk memotivasi pekerja garis

(24)

depan agar selalu menyampaikan hal terbaik kepada pelanggan.

6. Keberhasilan produktifitas dalam jasa sulit diukur. Satu-satunya indikator prestasi yang penting dalam jasa adalah kepuasan pelanggan. Indikator lunak (soft) seperti kepedulian, kesopanan, perhatian, keramahan, dan suka membantu merupakan hal terpenting dalam pikiran pelanggan. Indikator ini tidak bisa diraba, sehingga mempersulit jasa dalam melakukan evaluasi. Pelanggan akan menilai mutu dengan cara membandingkan apa yang mereka harapkan dengan apa yang mereka terima

E. Pendidikan dan Pelanggan

Beberapa pendidik mengungkapkan bahwa istilah pelanggan memiliki nada komersial yang tidak dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Mereka lebih suka menggunakan istilah “klien”. Ada juga yang memilih istilah pelajar atau murid dan menolak istilah klien. Ada yang mendiskrisikan klien adalah yang biasa menerima jasa pendidikan seperti beasiswa, dan pelanggan adalah yang membayar untuk mendapat pendidikan. Edward Sallis mengungkapkan: “Pelajar utama yaitu pelajar yang secara langsung menerima jasa, pelanggan kedua yaitu orang tua, gubernur atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi, pelanggan ketiga yaitu pihak yang memiliki peran penting, meskipun tak langsung, seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.

(25)

Bentuk pemasaran pendidikan yang paling baik adalah pemasaran yang dipilih oleh para pelajar untuk kepentingan mereka masing-masing. Kesuksesan pelajar adalah kesuksesan intitusi pendidikan.

☐ Pelanggan Internal dalam Pendidikan. Dalam TQM, setiap orang yang bekerja dalam institusi adalah pelanggan internal. Hubungan internal yang kurag baik akan menghalangi perkembangan institusi, dan akhirnya akan membuat pelanggan eksternal menderita.

☐ Mempertemukan Kebutuhan Pelanggan yang

Bervariasi. Pandangan dan kebutuhan pelanggan internal

dan eksternal akan selalu ada. Perbedaan tersebut dapat dipertemukan dengan mengenali eksistansi mereka dan mencari inti isu-isu yang besar. Seluruh pelajar mempunyai pandangan yang harus didengar dan ingin diperlakukan dengan adil. TQM memastikan bahwa proses intitusi harus menempatkan sudut pandang pelajar sebagai pusat dari setiap proses perencanaan strategis.

Kebutuhan dan gagasan para pelajar seharusnya menjadi fokus utama dari setiap institusi pendidikan, tetapi tidak berarti bahwa pandangan kelompok (faktor) lain diabaikan. Sering terjadi pada saat kebutuhan pelajar bertemu dengan mekanisme dana, institusi kesulitan untuk mendahulukan kebutuhan pelajar. Hal tersebut terjadi karena mekanisme dana menekankan efisiensi dalam mencapai mutu, sementara penilaian mutu menurut mekanisme dana tidak selamanya sesuai dengan umpan balik mutu yang dimaksud pelanggan.

(26)

Ini merupakan isu yang sulit dipecahkan dan TQM tidak memberikan jawaban yang siap pakai untuk itu.

Latihan

1. Jelaskan konsep mutu?

2. Jelaskan kontrol mutu, jaminan mutu, dan mutu terpadu? 3. Jelaskan produk dari pendidikan?

4. Jelaskan mutu jasa (service quality)? 5. Jelaskan pendidikan dan pelanggan?

Daftar Pustaka

http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/konsep-mutu-pendidikan/. Diakses 20 september 2013

(27)

BAB III

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

Konteks pendidikan, institusi pendidikan  harus dapat melaksanakan mekanisme hirarki mutu dengan baik agar institusi tersebut dapat memberikan mutu yang diharapkan dan selalu berupaya meningkatkan mutu yang telah dicapainya. Institusi harus menempatkan sudut pandang peserta didik sebagai pusat dari setiap proses perencanaan strategis. Karena peserta didik adalah alasan utama dalam berdirinya sebuah institusi pendidikan dan reputasi institusi pendidikan itu sendiri ada di pundak para peserta didik dengan melihat dari

output keberhasilannya. Institusi pendidikan yang berorientasi

pada mutu tentunya akan berfokuskan pada peserta didik dan bukan pada tataran internal yang ada di dalam. Proses pencegahan merupakan nilai utama dibandingkan proses deteksi dari suatu masalah yang ada. Institusi harus memiliki strategi mutu dengan menginvestasikan sumberdaya yang ada. Institusi harus dapat menyikapi komplain sebagai proses pembelajaran dan bukan menyikapi komplain sebagai suatu gangguan. Institusi harus dapat melakukan proses perbaikan mutu dengan melibatkan setiap orang di institusi bukan hanya melibatkan tim manajemen dalam setiap masalah. Staf harus diyakinkan memiliki peluang untuk menciptakan mutu dengan membangun nilai kreatifitas yang ada pada dirinya. Institusi

(28)

harus memiliki aturan dan tanggung jawab yang jelas serta memiliki strategi evaluasi yang jelas dan sistematis sehingga institusi melihat mutu sebagai cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

A. TQM Beberapa Miskonsepsi

TQM adalah suatu keinginan untuk mencoba mengerjakan segala sesuatu dengan ‘selalu baik sejak awal’. TQM tidak menyediakan kesempatan untuk memeriksa kalau ada yang salah. Pembicaraan TQM bukan mengenai bagaimana cara mengerjakan agenda orang lain, melainkan agenda yang telah ditetapkan oleh pelanggan dan klien. TQM bukanlah sebuah tugas yang hanya dikerjakan manajer senior yang selanjutnya memberikan arahan kepada bawahanya.

Kata ‘total’ (terpadu) dalam TQM menegaskan bahwa setiap orang yang berada di dalam organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus menerus. kata ‘manajemen’ dalam TQM berlaku bagi setiap orang, sebab setiap orang dalam sebuah institusi, apa bagi tanggung jawab masing –masing.

Program program TQM tidak harus menggunakan nama TQM. Beberapa organisasi memasukkan filosofi TQM dengan menggunakan nama yang mereka pilih. Boot the Chemist menyebut program mutu ekstensifnya dengan ‘assrud

(29)

B. Perbaikan Terus Menerus

TQM adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis dalam menjalankan roda organisasi yang memefokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan klienya. Tujuannya untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan merupakan sekumpulan slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untuk mencapai tingkatan kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi keinginan pelanggan. TQM dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut.

Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan sebuah organisasi, dari tujuan ’kelayakan’ jangka pendek menuju tujuan ’perbaikan mutu’ jangka panjang. Untuk menciptakan kultur perbaikan terus-menerus, seorang manajer harus mempercayai sifatnya dan mendelegesikan keputusan pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staf sebuah tanggung jawab untuk menyampaikan mutu dalam lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan tujuan organisasi yang sudah diketahui.

C. Kaizen

TQM diwujudkan dalam rangkaian proyek-proyek berskal kecil. Jepang memiliki satu kata dalam menjelaskan pendekatan perbaikan terus-menerus ini: Kaizen. Terjemahan

(30)

bebas dari istilah ini adalah perbaikan sedikit demi sedikit (step by step improvement). Filosofi TQM memang berskala besar, inspirasional dan menyeluruh, namun implementasi praktisnya justru berskala kecil, sangat praktis dan berkembang. Intervensi drastis tidak sesuai dengan semangat perubahan yang ada dalam TQM.

Esensi kaizen adalah proyek kecil yang berupaya untuk membangun kesuksesan dan kepercayaan diri, dan mengembangkan dasar peningkatan selanjutnya. Joseph Juran pernah berilustrasi tentang proyek ‘besar’ dan ‘kecil’. dia berpendapat bahwa metode yang paling baik untuk mengerjakan proyek besar adalah dengan memisahkanya ke dalam pekerjaan-pekerjaan kecil yang terkendali. Dia merekomendasikan sebuah tim kerja untuk memilah-milah proyek besar tersebut menjadi kerja kecil-kecil.

D. Profesionalisme dan Fokus Pelanggan

Ada dimensi lain tentang tenaga kerja profesional dalam pendidikan yang secara tradisional melihat diri mereka sendiri sebagai pelindung dari mutu dan standar institusi. Penekanan TQM pada kedaulatan pelanggan dapat menyebabkan konflik dengan konsep-konsep profesional tradisional.

Staf harus paham bagaimana mereka dan muridnya dapat memperoleh manfaat dari fokus terhadap pelanggan mutu terpadu bukan sekedar ‘membuat pelanggan senang dan tersenyum’. Mutu terpadu adalah mendengarkan dan berdialog tentang kekhawatiran dan aspirasi pelanggan. Aspek terbaik dari peran profesional adalah perhatian serta standar

(31)

akademik dan kejuruan yang tinggi. Memadukan aspek terbaik dari profesionalisme dengan mutu terpadu merupakan hal esensial untuk mencapai sukses.

E. Mutu Pembelajaran

Pendidikan adalah tentang pembelajaran masyarakat.Jika TQM bertujuan untuk memiliki relevansi dalam pendidikan, maka ia harus memberi penekanan pada mutu pelajar. Itu tidak akan terwujud jika TQM tidak memberi kontribusi yang substansial bagi mutu dalam pendidikan.

Semua pelajar berbeda satu sama lainnya, dan mereka belajar dengan model yang cocok dengan kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing. Institusi pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran untuk menciptakan strategi individualisasi dan diferensiasi dalam pembelajaran. Pelajar adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan individu masing-masing mereka, maka itu berarti bahwa institusi tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu terpadu.

Institusi pendidikan memiliki kewajiban untuk membuat pelajar sadar terhadap variasi metode pembelajaran yang diberikan kepada mereka. Masih banyak hal yang harus dilakukan menyangkut bagaimana menerapkan prinsip-prinsip TQM dalam ruang kelas. Masing-masing pelajar dapat merundingkan rencana aksi mereka untuk mendapatkan motivasi dan arahan.

(32)

Penciptaan rangkaian umpan-balik yang terus menerus merupakan elemen penting dalam proses jaminan mutu apapun. Evaluasi juga harus menjadi proses yang berkelanjutan dan tidak boleh tertinggal sampai akhir program studi. Hasil dari proses evaluasi harus dibicarakan dengan murid, dengan tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi.

Institusi pendidikan juga perlu menggunakan hasil pengawasan formal untuk menetapkan keabsahaan program-programnya. Yang perlu ditegaskan adalah langkah-langkah perbaikan tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi dan pengalaman praktek kepada para pelajar tentang penggunaan TQM yang dapat menyesuaikan diri dalam situasi apa pun.

F. Mutu Menunjang Perbaikan Sekolah

Sekolah sebagai institusi pelaksana pendidikan yang paling utama dengan berbagai keragaman potensi peserta didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, harus senantiasa dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan mutu pendidikan. Oleh karenanya, sudah sepatutnya sekolah diberikan kepercayaan untuk mengelola institusinya sendiri sesuai dengan kondisi realistis yang ada dan kebutuhan peserta didiknya. Untuk itu perlu adanya standar yang diatur dan disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator penilaian bagi  keberhasilan peningkatan mutu dari institusi tersebut.

Saat ini, pemerintah telah menetapkan standar tersebut dengan adanya 8 standar nasional pendidikan yang menjadi pijakan utama bagi sekolah dalam memberikan pendidikan

(33)

yang bermutu bagi peserta didik. Pemerintah memiliki peranan penting dalam mensosialisasikan konsep dasar mutu pendidikan bagi sekolah khususnya kepada masyarakat. Selain itu pemerintah harus dapat menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus menerus) pada tataran sekolah. Konsep penjaminan mutu berkembang didasarkan kepada suatu keinginan dan keharusan bagi sekolah untuk turut berpartisifasi langsung secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan proses manajemen terpadu (TQM). Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi segala kebijakan yang berhubungan dengan proses penjaminan mutu serta memahami bagaimana proses implementasinya yang kemudian melalui proses perencanaan, sekolah harus dapat memformulasikannya ke dalam kebijakan mutu melalui bentuk program - program prioritas yang harus dilaksanakan sehingga tercipta budaya mutu. Dengan demikian sekolah secara mandiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan nasional, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan dan peningkatan mutu pendidikannya.

Terdapat beberapa isu-isu yang menjadi perhatian khusus yang merupakan kunci utama dalam menciptakan stategi sekolah yang bermutu. Isu yang pertama berkaitan dengan visi dan misi sekolah. Sekolah harus mengetahui apa visi dan misi mereka, apakah tujuan yang akan mereka capai dan nilai-nilai apa yang akan mengarahkan mereka dalam

(34)

pencapaian mutu sekolah. Isu yang kedua adalah bagaimana sekolah mengenali para pelanggannya dengan baik. Siapakah pelanggan sekolah itu sebenarnya, apa yang diharapkan  dan dibutuhkan oleh para pelanggan dari sekolah. Sekolah harus melakukan apa untuk memenuhi harapan pelanggannya. Metode apa yang digunakan sekolah dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggannya. Isu yang ketiga adalah bagaimana caranya sekolah meraih sebuah kesuksesan. Untuk itu pihak sekolah harus mengetahui apa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi sekolah dalam upaya meraih kesuksesan tersebut.

Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan TQM dalam konteks pendidikan?

2. Bagaimana TQM dalam mutu pembelajaran pendidikan ? 3. Bagaimana penerapan TMQ dalam pendidikan?

Daftar Pustaka

Sallis,Edward.2012.Total Quality Management In Educatiaon

Manajemen Mutu Pendidikan.IRCiSoD:Jogjakarta

file:///C:/Users/Windows7/Downloads/Sistem%20 Penjaminan%20Mutu%20Pendidikan.htm

(35)

BAB IV

TOKOH-TOKOH MUTU

A. Filasafat Mutu Deming

Lahir tahun 1900 dan mendapat gelar Ph.D pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan.

Menurutnya, mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan

kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom.

Pendekatannya adalah bottom-up. Deming juga tokoh yang menelurkan prinsip Total Quality Management yang dipakai di seluruh dunia hingga sekarang.

W.Edwards Deming sangat prihatin terhadap kegagalan manajemen Amerika dalam merencanakan masa depan dan persoalan yang belum muncul. Menurut W. Edwards Deming, organisasi yang mengukur kesuksesan melalui indikator prestasi itu kurang baik tetapi untuk mengukur kesuksesan adalah kepuasan pelanggan.

Menurut Sallis (2010 : 97) bahwa : “Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Masalah utama dalam dunia industri adalah kegagalan manajemen

(36)

senior dalam menyususn perencanaan ke depan. Biasanya, perencanaan tersebut merupakan serangkaian langkah untuk menetapkan mutu, tapi lebih merupakan desakan serius terhadap manajemen.

Ada lima penyakit yang signifikan dan yang akan muncul dalam konteks pendidikan. Kelima faktor tersebut nanti akan dapat digunakan untuk mencegah munculnya pemikiran baru. Penyakit pertama adalah kurang konstannya tujuan. Penyakit kedua adalah pola pikir jangka pendek, penyakit

ketiga berkaitan dengan evaluasi prestasi individu, penyakit keempat adalah rotasi kerja yang terlalu tinggi, dan penyakit kelima adalah manajemen yang menggunakan prinsif angka

yang tampak.

Ada 14 point W. Edwards Deming yang termashur yang merupakan filsafat baru tentang mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya yaitu  :

1. Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. Kita harus memiliki rencana jangka panjang yang didasarkan pada visi masa depan dan ivovasi baru. Kita harus terus menerus berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.

2. Adopsi filsafat baru. Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing jika mereka terus menerus mempertahankan penundaan waktu, kesalahan, bahan-bahan cacat dan produk yang jelek. Kita harus mengadopsi metoda kerja yang baru.

(37)

3. Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu. Inspeksi tidak akan meningkatkan atau menjamin mutu. Tidak akan menginspeksi mutu ke dalam produk. W. Edwards Deming berpendapat bahwa manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan alat-alat statistik dan teknik-teknik yang dibutuhkan mereka untuk mengawasi dan mengembangkan mutu.

4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran mutu yang dijual. Praktik kontrak yang hanya cenderung pada harga yang murah dapat menggiring pada kesalahan yang mahal. Metode yang ditawarkan mutu terpadu adalah mengembangkan hubungan dekat dan berjangka panjang dengan mensuplai, dan sebaiknya pensuplai tunggal dan bekerja sama dengan mereka dalam mutu komponen. 5. Tingkatkan secara konsisten produksi dan jasa, untuk

meningkatkan mutu dan produktivitas, dan selanjutnya turunkan biaya secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuk mengarahkan proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikan yang berkelanjutan. 6. Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan terbesar dalam

sebuah organisasi adalah kekeliruan menggunakan keahliannya orang-orang secara tepat. Mempergunakan uang untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting, namun yang lebih penting lagi adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu.

(38)

7. Lembagakan kepemimpinan. Kerja manajemen bukanlah mengawasi melainkan memimpin. Makna dari hal tersebut adalah berubah dari manajemen tradisional yang selalu memperhatikan hasil – indikator – indikator prestasi – spesifikasi dan penilaian – menuju peranan kepemimpinan yang mendorong peningkatan proses produksi barang dan jasa lebih baik.

8. Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai. Pada hakekatnya semua orang ingin melakukan kerja dengan baik asalkan mereka bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong semangat mereka.

9. Uraikan kendala-kendala. Orang dalam tugas yang berbeda harus dapat bekerja sama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak boleh memiliki unit yang mendorong pada arah yang berbeda.

10. Hapuskan slogan, desakan, dan target, serta tingkatkan produktivitas tanpa menambah beban kerja. Tekanan untuk bekerja giat merepresentasikan sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer. Slogan dan target memiliki sedikit dampak praktis terhadap pekerja.

11. Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota

numeric. Mutu tidak dapat diukur dengan hanya

(39)

12. Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan sistem penilaian dan penghitungan jasa. 13. Lembagakan aneka program pendidikan yang

meningkatkan semangat dan peningkatan kwalitas kerja. Semakin tahu orang akan semakin giat bekerja. Staf yang berpendidikan baik adalah mereka yang memiliki semangat untuk meningkatkan mutu.

14. Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformation. Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah tugas setiap orang. Ia juga merupakan tugas terpenting dari manajemen.

B. Kegagalan Mutu

Untuk menyelesaikan masalah dengan baik diperlukan pemahaman terhadap penyebab-penyebabnya. Dan analisa terhadap kegagalan mutu merupakan salah satu hasil terpenting dari penelitian deming. Apabila memperhatikan secara seksama, suatu kegagalan mutu pasti ada sebab-sebabnya, maka kita harus memahami sebab-sebabnya. Deming membedakan sebab-sebab kegagalan menjadi dua bentuk yaitu umum dan khusus.

Sebab-Sebab Umum Kegagalan Mutu Dalam Pendidikan

Sebab-sebab umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan sistem. Masalah sistem ini merupakan masalah internal proses institusi. Masalah-masalah tersebut hanya

(40)

bisa diatasi jika sistem, proses dan prosedur institusi tersebut dirubah. Dalam pendidikan. Sebab-sebab rendahnya mutu pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampang, sumberdaya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Kesalahan yang sering kali terjadi dalam dunia pendidikan adalah kurangnya penelitian dan analisa terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat pencapaian tujuan, serta belum terwujudnya penelitian dan analisis tersebut sebagai subyek aksi manajerial.

Sebab-Sebab Khusus Kegagalan Mutu Dalam Pendidikan

Sementara sebab-sebab khusus melahirkan variasi-variasi yang non-acak di dalam sistem dan merupakan sebab-sebab eksternal. Sebab-sebab khusus kegagalan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-pahaman. Jika sebuah masalah disebabkan oleh sebab-sebab khusus, maka masalah tersebut bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau mendesain kembali sistem. Banyak masalah khusus dalam pendidikan muncul dari sejumlah kecil individu yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang guru yang efektif. Hanya manajemen yang memiliki otoritas untuk menemukan solusi yang tepat dalam masalah ini.

(41)

C. Manajemen Tahap Joseph Juran

Selain W. Edwards Deming ada juga tokoh mutu yang lainnya seperti Joseph Juran. Dia adalah seorang pelopor revolusi mutu di Jepang. Dia adalah penulis dan editor sejumlah buku di antaranya, Juran’s Quality Control Handbook, Juran on

Planning for Quality,dan Juran on Leadership for Quality.

Menurut Sallis (2010: 108 ) bahwa “ Dia terkenal dengan idenya, yaitu ‘kesesuaian dengan tujuan dan manfaat’. Ide ini menunjukkan bahwa produk atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi mungkin salah atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan.

Manajemen Mutu Strategis

Untuk membantu manajer dalam perencanakan mutu, Juran telah mengembangkan sebuah pendekatan disebut manajemen mutu strategi. Manajemen Mutu strategi adalah sebuah proses tiga-bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang member kontribusi unik terhadap peningkatan mutu.

Juran institute yang memberikan konsultan berdasarkan

prinsip-prinsip Juran, menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi tahap untuk menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu. Juran pernah mengatakan bahwa “semua bentuk peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi tahap dan tidak dengan cara lain”.

(42)

D. 13 Langkah Crosby untuk Meraih Mutu

Philip B. Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat menarik dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang pertama adalah ide bahwa mutu itu gratis dan yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk ini. Ini adalah gagasan ‘tanpa cacat’ yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia pendidikan.

Philip B. Crosby telah berusaha keras menekankan bahwa ‘tanpa cacat’ adalah sebuah hal yang dapat diwujudkan, meskipun memang sulit. Program peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan yang paling detail dan praktis. Tidak seperti pendekatan Deming yang cenderung lebih filosofis, pendekatan Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan.

Program peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan yang paling detail dan praktis. Crosby menguraikan pendapatnya bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang baik.

Tanpa Cacat (Zero Defects)

Tanpa cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan kontroversial tentang mutu. Ide ini adalah sebuah ide yang sangat kuat. Ide ini adalah komitmen untuk selalu sukses dan menghilangkan kegagalan. Bagi dia hanya ada satu standar, dan itu adalah kesempurnaan. Gagasannya

(43)

adalah pencegahan murni, dan ia yakin bahwa kerja tanpa salah adalah hal yang sangat mungkin. Teoritikus lain seperti Deming dan Juran tidak percaya jika hal tersebut merupakan tujuan yang mudah. Mereka berpendapat bahwa semakin dekat seseorang dengan ‘tanpa cacat’, maka akan semakin sulit ia menghilangkan kesalahan seperti yang dikemukan oleh Juran bahwa titik tertentu tahap penyesuaian diri adalah tahap yang dibutuhkan.

Dalam dunia pendidikan metode tanpa cacat meng-inginkan agar seluruh pelajar dan murid dapat memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi mereka. Tugas peningkatan mutu dalam pendidikan adalah membangun sistem dan struktur yang menjamin terwujudnya metode tersebut, memang ada banyak pihak yang menentang metode tanpa cacat, terutama sekali ujian normatif yang memustahilkan tujuan metode tersebut, dan di samping itu, muncul pandangan bahwa standard-standard metode tanpa cacat hanya bisa diperoleh setelah melalui tingkat kegagalan yang tinggi.

Mengaplikasikan konsep tanpa cacat pada industri layanan jauh lebih sulit dibandingkan pada industri produk. Dalam industri layanan, tanpa cacat adalah konsep yang sangat ideal. Namun kenyataannya, sulit sekali menjamin sebuah layanan tanpa cacat disaat peluang terjadi Human Error sangat besar.

Program Crosby

Cara untuk mencapai mutu dari produk atau jasa, menurut Crosby ada 13 langkah, meliputi:

(44)

1. Komitmen pada pimpinan. Inisiatif pencapaian mutu pada umumnya oleh pimpinan dan dikomunikasikan sebagai kebijakan secara jelas dan dimengerti oleh seluruh unsur pelaksana lembaga.

2. Bentuk tim perbaikan mutu yang bertugas merumuskan dan mengendalikan program peningkatan mutu.

3. Buatlah pengukuran mutu, dengan cara tentukan

baseline data saat program peningkatan mutu dimulai,

dan tentukan standar mutu yang diinginkankan sebagai patokan. Dalam penentuan standard mutu libatkanlah pelanggan agar dapat diketahui harapan dan kebutuhan mereka.

4. Menghitung biaya mutu. Setiap mutu dari suatu produk/ jasa dihitung termasuk di dalamnya antara lain: kalau terjadi pengulangan pekerjaan jika terjadi kesalahan, inspeksi/supervise, dan test/percobaan.

5. Membangkitkan kedaran akan mutu bagi setiap orang yang terlibat dalam proses produksi/jasa dalam lembaga. 6. Melakukan tindakan perbaikan. Untuk ini perlu

metodologi yang sistematis agar tindakan yang dilakukannya cocok dengan penyelesaian masalah yang dihadapi, dan karenanya perlu dibuat suatu seri tugas-tugas tim dalam agenda yang cermat. Selama pelaksanaan sebaiknya dilakukan pertemuan regular agar didapat feed

(45)

7. Lakukan perencanaan kerja tanpa cacat (zero defect

planning) dari pimpinan sampai pada seluruh staf

pelaksana.

8. Adakan pelatihan pada tingkat pimpinan (supervisor

training) untuk mengetahui peranan mereka

masing-masing dalam proses pencapaian mutu, teristimewa bagi pimpinan tingkat menengah. Lebih lanjut juga bagi pimpinan tingkat bawah dan pelaksananya.

9. Adakan hari tanpa cacat, untuk menciptakan komitmen dan kesadaran tentang pentingnya pengembangan staf. 10. Goal setting. Setiap tim/bagian merumuskan tujuan

yang akan dicapai dengan tepat dan harus dapat diukur keberhasilannya.

11. Berusaha menghilangkan penyebab kesalahan. Ini berarti sekaligus melakukan usaha perbaikan. Salah satu dari usaha ini adalah adanya kesempatan staf mengkomunikasikan kepada atasannya mana diantara pekerjaannya yang sulit dilakukan.

12. Harus ada pengakuan atas prestasi bukan berupa uang tapi misalnya penghargaan atau sertifikat dan lainnya sejenis. 13. Bentuk suatu Komisi Mutu, yang secara profesional

akan merencanakan usaha-usaha perbaikan mutu dan menoneter secara berkelanjutan.

Lakukan berulangkali, karena program mencapai mutu tak pernah akan berakhir.

(46)

Latihan

1. Bagaimana Tahap-tahap Manajemen yang dikemukakan oleh Joseph Juran ?

2. Uraikan 14 langkah Philip Crosby untuk meraih mutu ?

Daftar Pustaka

Salis ,Edward. 2010. Manajemen Mutu Terpada Pendidikan. Jogjakarta : IRCiSoD

Tjiptono Fandy, dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality

Management. Jogjakarta : ANDI

Ireztia. 2008. Perkembangan Mutu. dalam http://ireztia. com/2008/09/19/perkembangan-mutu-dan-tokoh-tokohnya/ Diakses September 2013

Muhajar. 2011. Manajemen Mutu. Dalam http:// dadangmuhajar.blogspot.com/2011/04/manajemen-mutu.html/ Diakses September 28 2013

Tidhituna. 2011. Kajian tentang ilmu yang diungkapkan. Dalam

http://tidhituna.blogspot.com/2011/02/kajian-tentang-mutu-yang-diungkapkan.html/ diakses September 2013

Jamin. 2013. Manajemen kualitas menurut deminng juran dan

Crosby. Dalam

http://riasangjamin.wordpress.com/2013/04/03/teori-manajemen-kualitas-menurut-deming-juran-dan-crosby/ Diakses September 2013

Sundoro. 2013. Kegagalan mutu dalam pendidikan. Dalam

(47)

http://sabisanasundoro.blogspot.com/2013/04/kegagalan-mutu-dalam- pendidikan.html#!/2013/04/kegagalan-mutu-dalam-pendidikan.html/ diakses september 2013

(48)
(49)

BAB V

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN MUTU

A. Pemimpin Pendidikan

Mutu terpadu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi organisasi yang menerapkannya. Peters dan Austin pernah meneliti karakteristik tersebut dalam bukunya A Passion

for Excellen. Penelitian tersebut meyakinkan mereka bahwa

yang menentukan mutu dalam institusi adalah kepemimpinan. Mereka berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu ~sebuah gaya yang mereka singkat dengan MBWA atau management by

walking about (manajemen dengan melaksanakan). Keinginan

untuk unggul tidak bisa dikomunikasikan dari balik meja. MBWA menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan proses institusi. Gaya kepemimpinan ini mementingkan komunikasi misi dan visi dan nilai-nilai institusi kepada pihak-pihak lain, serta berbaur dengan para staf dan pelanggan.

Peter dan Austin memandang bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif berikut ini: ☐ Visi dan simbol-simbol. Kepala sekolah harus

meng-komunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf, para pelajar dan kepala komunitas yang lebih luas.

(50)

☐ MBWA adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi institusi.

☐ ’Untuk para pelajar’. Istilah ini sama dengan ’dekat dengan pelanggan’ dalam pendidikan. Ini memastikan bahwa institusi memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan utamanya.

☐ Otonomi, eksperimentasi dan antisipasi tergadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus melakukan inovasi diantara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut. Menciptakan rasa ’kekeluargaan’. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan diantara para pelajar, orang tua, guru dan staf institusi.

☐ ’Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas dan antusiasme’. Sifat-sifat tersebut merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan. Tanpa kepemimpinan, pada semua level institusi, proses peningkatan tidak dapat dilakukan dan diwujudkan. Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi seorang pemimpin, karena TQM adalah proses atas ke bawah (top-down). Diperkirakan bahwa 80 persen inisiatif mutu gagal dalam masa dua tahun awal. Alasan utama kegagalan tersebut adalah bahwa manajer senior kurang mendukung proses dan kurang memiliki komitmen untuk inisiatif terebut. Biasanya, masalah peningkatan mutu ini merupakan hal yang amat sangat berat dilakukan oleh manajer senior, karena mereka beranggapan bahwa pelimpahan tanggungjawab pada para

(51)

bawahan akan ikut mempengaruhi wibawa mereka. Itulah sebab mengapa kepemimpinan yang kuat dan jauh ke depan diperlukan dalam kesuksesan peningkatan mutu.

Biasanya pemimpin organisasi non-TQM menghabiskan 30 persen waktu untuk menghadapi kegagalan sistem, komplain serta penyelesaian masalah. Sementara itu, manajer yang mengaplikasikan TQM tidak memiliki pemborosan waktu sedemikian sehingga mereka bisa mengalihkan 30 persen waktu tersebut untuk memimpin, merencanakan masa depan, mengembangkan ide-ide baru dan bekerja secara familiar dengan para pelanggan.

B. Mengkomunikasikan Visi

Manajer senior harus memberi arahan, visi dan inspirasi. Dalam orgainsasi TQM, seluruh manajer harus menjadi pemimpin dan pejuang proses mutu. Mereka harus mengkomunikasikan visi dan menurunkannya ke seluruh orang dalam institusi.

TQM mencakup perubahan dalam pola pikir manajemen serta perubahan peran. Peran tersebut berubah dari mentalitas ’Saya adalah bos’ menuju mental bahwa manajer adalah pendukung dan pemimpin para staf. Fungsi pemimpin adalah mempertinggi mutu dan mendukung para staf yang menjalankan roda mutu tersebut. Gagasan-gagasan tradisional tidak akan bisa berjalan berbarengan dengan pendekatan mutu terpadu. Karena TQM akan merubah institusi tradisional mulai dari pemimpin hingga para staf serta memutar-balikkan hirarki fungsi institusi tersebut. TQM memberdayakan para

(52)

guru dan memberikan mereka kesempatan yang luas untuk berinisiatif. Oleh karena alasan itulah seringkali dikatakan bahwa institusi TQM hanya membutuhkan manajemen yang sederhana dengan kepemimpinan yang unggul.

C. Peran Pemimpin Dalam Mengembangkan Sebuah Budaya

Peran pemimpin dalam sebuah institusi yang meng-usahakan inisiatif mutu terpadu tidak ada satu pun yang menyatakan hal itu secara keseluruhan, namun fungsi utama pemimpin adalah sebagai berikut:

Fungsi utama pemimpin adalah sebagai berikut : ☐ Memiliki visi mutu terpadu bagi institusi

☐ Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu

☐ Mengkomunikasikan pesan mutu

☐ Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi

☐ Mengarahkan perkembangan karyawan

☐ Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain Saat persoalan muncul tanpa bukti–bukti yang nyata. Kebanyakan persoalan yang muncul adalah hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staf :

(53)

☐ Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggungjawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat

☐ Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun kultural ☐ Membangun tim yang efektif

☐ Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.

D. Memberdayakan Para Guru

Spanbauer telah menyampaikan pengarahan bagi para pemimpin dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang baru. Dia berpendapat bahwa pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang serupa. Sikap tersebut mendorong terciptanya tanggungjawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja yang interaktif. Dia menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan dimana pemimpin “harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami bahwa perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta . “ Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerjasama dalam satu kelompok tim. Pada dasarnya, arahan Spanbauer tersebut sangat berkaitan dengan pentingnya kepemimpinan bagi pemberdayaan. Kesimpulan arahan tersebut para pemimpin harus :

(54)

1. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktivitas penyelesaian masalah, dengan menggunakan metode ilmiah dasar, prinsip-prinsip mutu statistik dan kontrol proses.

2. Memilih untuk meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana cara mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya mereka bersikap .

3. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan komitmen mereka.

4. Menanyakan pendapat staf tentang sistem dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada para pelanggan, pelajar, orang tua dan partner kerja.

5. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas ke bawah (top-down).

6. Memindahkan tanggungjawab dan kontrol pengembangan tenaga professional langsung kepada guru dan pekerja teknis.

7. Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu di antara setiap orang yang terlibat dalam sekolah.

8. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negosiasi dalam rangka menyelesaikan konflik.

(55)

9. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa rasa rendah diri. 10. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu seperti

membangun tim, manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan. Memberikan teladan yang baik, dengan cara memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan menggunakan waktu untuk melihat– lihat situasi dan kondisi institusi dengan mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lainnya.

11. Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos.

12. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko . 13. Memberikan perhatian yang berimbang dalam

menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal (pelajar, orangtua dan lainya) dan kepada para pelanggan internal (pengajar, anggota dewan guru, dan pekerja lainnya).

Latihan

1. Jelaskan yang dimaksud dengan pemimpin pendidikan? 2. Jelaskan bagaimana seorang pemimpin dapat mewujudkan

sebuah visi?

3. Bagaimana peran seorang pemimpin dalam mengembang-kan budaya?

4. Jelaskan bagaimana peran seorang pemimpin dalam memberdayakan para gurunya?

(56)

Daftar Pustaka

Tjiptono, Fandi & Anastasia Diana (2003). Total Quality

(57)

BAB VI

KERJA TIM

BAGI MUTU PENDIDIKAN

A. Pentingnya Kerja TIM dalam Pendidikan

Jika dalam sebuah organisasi tidak ada kerjasama, biasanya organisasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Sebelumnya sudah diketahui bahwa organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja bersama dalam suatu divisi untuk mencapai tujuan bersama (Schermerhorn, dkk., 1997:9). Sedangkan kerja sama adalah suatu proses untuk melakukan sesuatu dengan adanya tujuan yang sudah ditetapkan bersama atau tujuan yang sesuai dengan peraturannya.

Langkah awal tersebut memungkinkan institusi pendidikan memiliki pondasi kuat untuk membangun TQM. Untuk membangun kultur TQM yang efektif, kerja tim harus difungsikan dalam institusi dan harus mendapatkan kesempatan seluas-luasnya dalam situasi-situasi menentukan, seperti ketika harus membuat keputusan dan memecahkan masalah kerja tim juga harus ada di semua tingkatan dan harus melibatkan semua staf, akademik maupun pendukung. ☐ Tim Sebagai Dasar Bangunan Mutu

Peningkatan mutu adalah sebuah kerja keras dan mendapatkan dukungan semua pihak adalah pendekatan

(58)

terbaik dalam menangani hal tersebut. Sebagai contoh sebagian besar kejadian kerja-kerja peningkatan mutu dalam pendidikan terpusat pada pengembangan tim penyusun mata pelajaran, Strategic Quality Management yang dikembangkan Miller, Dower dan Inniss telah menjadikan tim penyusun mata pelajaran sebagai dasar bangunan yang penting untuk menyampaikan mutu dalam pendidikan. Tim tersebut dibentuk agar memiliki sejumlah fungsi penting yang mencakup :

1. Bertanggung jawab pada mutu pembelajaran

2. Bertanggung jawab pada pemanfaatan waktu para guru, material serta ruang yang di manfaatkan 3. Menjadi sarana untuk mengawasi, mengevaluasi dan

meningkatkan mutu

4. Bertindak sebagai penyalur informasi kepada pihak manajemen tentang perubahan-perubahan yang diperlukan dalam proses peningkatan mutu.

Tim merupakan kumpulan individu yang memiliki perbedaan kepribadian, ide, kekuatan kelemahan, tingkat antusiasme, dan kebutuhan terhadap kerjanya.

☐ Tahap-Tahap Formasi Tim

Tuckman menyebut tahap pertama dari yang dilalui tim dengan istilah “perkembangan”. Pada tahap ini tim belum lagi sebuah tim, ia hanyalah sekumpulan individu-individu. Ada beberapa tingkat emosi yang diasosiakan dengan tahap ini, dari kehebohan, optimisme, idealisme,

(59)

kebanggaan, dan antisipasi terhadap kekhawatiran, kecurigaan, dan kegelisahan.

Ketika tim terbentuk, maka mereka akan masuk pada tahap kedua yang lebih rumit lagi, yang dikenal sebagai tahap “tantangan”. Tahap ini biasanya merupakan periode yang paling tidak mengenakkan. Ini merupakan sebuah tahap di mana para anggota mulai menyadari skala tugas ke depan dan mereka bisa bereaksi negatif pada tantangan-tantangan yang datang dengan menempatkan agenda-agenda personal masing-masing.

Tahap selanjutnya adalah “penataan norma”, ia merupakan tahap dimana sebuah tim memutuskan dan mengembangkan metode-metode kerjanya. Tim tersebut mulai menetapkan peraturan dan norma, dan membagi-bagi peran yang harus dijalankan para anggota. Jika aturan didefinisikan dan dipahami dengan baik, maka tim memiliki kesempatan untuk memfungsikan masing-masing peran sebagai mana mestinya.

“Kerja keras” adalah tahap keempat dalam proses pembentukan tim menurut Tuckman, anggota tim saat ini telah mulai keluar dari perbedaan dan menentukan metode kerja serta mereka mampu memulai proses pemecahan masalah dan meningkatkan proses. Tim yang cukup matang dapat bekerjasama dan menghasilkan sinergi. Tim tersebut akan membangun sebuah identitas dan menentukan “kepemilikan” terhadap proses yang digunakan.

(60)

☐ Tim yang Efektif

Beberapa poin penting dalam meningkatkan tim yang efektif yakni :

1. Sebuah tim membutuhkan peran anggota yang telah didefinisikan secara jelas

2. Tim membutuhkan tujuan yang jelas

3. Sebuah tim membutuhkan sumberdaya-sumberdaya dasar untuk beroperasi

4. Sebuah tim perlu mengetahui tanggung jawab dan batas-batas otoritasnya

5. Sebuah tim memerlukan rencana kerja

6. Sebuah tim membutuhkan seperangkat aturan untuk bekerja

7. Tim perlu menggunakan alat-alat yang tepat untuk mengatasi masalah dan menentukan solusinya 8. Tim perlu mengembangkan sikap tim yang baik dan

bermanfaat.

B. Lingkaran Mutu

Lingkaran mutu merupakan ciri penting dari metode kontrol mutu terpadu (total quality control).

Dalam bukunya “What Is Total Quality Contro” Ishikawa menjelaskan lingkaran mutu sebagai kelompok kecil yang didasarkan pada saling percaya, yang dengan sukarela menyelenggarakan aktivitas kontrol mutu di tempat kerja, dan menggunakan tehnik dan metode kontrol mutu.

(61)

Tujuan dari lingkaran mutu yakni :

• Memberi kontribusi pada peningkatan dan pengembangan perusahaan

• Menghormati kemanusiaan dan membangun sebuah kebahagiaan yang layak serta wilayah kerja yang bermanfaaat

• Melatih kemampuan manusia secara maksimal, dan mengurangi kemungkinan yang tidak terbatas.

Satu-satunya perbedaan utama antara tim peningkatan mutu dan lingkaran mutu terletak pada paham kesukarelaan (volunttarism), karena paham tersebut merupakan sebuah prinsip fundamental sedangkan kesukarelaan berarti meng-hentikan sikap terlalu bergantung pada orang lain,

Latihan

1. Jelaskan pentingnya kerja tim dalam peningkatan mutu pendidikan?

2. Jelaskan lingkaran mutu dalam mengontrol dan membangun kerja tim?

Daftar Pustaka

http://pelajarpagu.blogspot.com

(62)
(63)

BAB VII

RODA IMPLEMENTASI MMT

DALAM PENDIDIKAN

A. Definisi Mutu

Secara umum, mutu mengandung makna derajat atau tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible (nyata) maupun

intangible (tidak nyata). Dalam konteks pendidikan, pengertian

mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.

1. Mutu Menurut Edward Salis (1993:24)

☑ Mutu Sebagai Sebuah Konsep yang Absolut

Beberapa kebingungan terhadap pemaknaan mutu bisa muncul karena mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep yang secara bersama-sama absolut dan relatif. Dalam percakapan sehari-hari, mutu sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil yang mewah. Sebagai suatu konsep yang absolut mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik dan benar merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan.

Dalam definisi yang absolut sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu

Referensi

Dokumen terkait