RIZKY GELAR PANGESTU 1087016
Indonesia merupakan negara agraris sehingga usaha di bidang agraria merupakan kegiatan perekonomian yang dominan dalam kehidupan masyarakat indonesia dalam memenuhi kebutuhan baik dari komoditasnya maupun dari segi perekonomiannya. Risiko-risiko usaha pertanian dari waktu ke waktu mengalami peningkatan jumlah jenis risiko pertanian, sehingga dibutuhkan adanya perlindungan khusus terhadap risiko-risiko usaha pertanian, asuransi pertanian sebagai sarana pengalihan risiko-risiko usaha tani dari petani ke perusahaan asuransi memberikan perlindungan bagi petani dari risiko-risiko usaha pertanian sehingga keberadaan dari asuransi pertanian sangat dibutuhkan. Persoalan pertanian memerlukan kajian tersendiri, khususnya asuransi pertanian yang dilakukan di Indonesia, kemudian untuk mengetahui batasan komoditas yang dapat dilindungi oleh asuransi pertanian dan kepastian hukum bagi pelaksanaan asuransi pertanian.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Penelitian hukum normatif menggunakan data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer berupa: Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Peraturan Perundang-Undangan yang sesuai dengan bahasan mengenai asuransi pertanian, Bahan Hukum Sekunder berupa: penjelasan undang-undang, rancangan undang-undang, literatur-literatur, disertasi-disertasi tentang asuransi pertanian, Bahan Hukum Tersier berupa: Bibliografi, Indeks kumulatif, dan
black’s law dictionary. Metode yuridis normatif dimulai dengan analisa terhadap konsep dan asas-asas hukum yang digunakan untuk mengatur perasuransian, khususnya yang digunakan sebagai kerangka dasar dalam UU Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Selanjutnya menganalisa substansi dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap permasalahan yang dibahas. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Asuransi Pertanian dapat diterapkan di Indonesia dengan catatan bahwa sebelumnya telah dilakukan perhitungan-perhitungan mengenai biaya premi, cakupan luas lahan dan persiapan-persiapan penunjang lainnya. Batasan komoditas pertanian yang dapat dilindungi oleh asuransi pertanian memerlukan Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih jelas, sehingga dalam pelaksanaan asuransi pertanian kedepannya akan menghasilkan kejelasan dan kepastian hukum.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani sebagai sarana mewujudkan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani khususnya pelaksanaan asuransi pertanian perlu dilakukan sosialisasi oleh Pemerintah sebagai wujud keterbukaan informasi, sehingga masyarakat khususnya Petani mengetahui bahwa petani dalam melakukan kegiatan perekonomian dilindungi oleh Peraturan Perundang-Undangan.
RIZKY GELAR PANGESTU 1087016
Indonesia is an agricultural country so that businesses in the field of agrarian economy is the dominant activity in the life of Indonesian peoples in fulfilling the the needs of the commodity or seen in terms of economy. Farm business risks from time to time encounter increase the number of types of agricultural risks, so it is necessary to have special protection against the risks of farming, agricultural insurance as a means of risk transfer from farmers to farm insurance company provides protection for farmers from risk that the existence of agricultural insurance is needed. The issue of agriculture requires a separate study, especially agricultural insurance in Indonesia, later to know the limits of commodities that can be covered by agricultural insurance and legal certainty for the implementation of agricultural insurance.
This research uses a normative legal research. Normative legal research using secondary data consisting of primary legal materials in the form of: Pancasila, the Constitution of 1945 and Regulation Legislation in accordance with the discussion of agricultural insurance, Secondary Legal Materials include: an explanation of laws, draft laws, literature, dissertations on agricultural insurance, a Tertiary Legal Materials: Bibliography, cumulative Index, and black's law dictionary. Normative method begins with an analysis of the concepts and principles of law that is used to regulate insurance, especially those used as the basic framework of Act Number 19 Year 2013 Regarding Protection and Empowerment of Farmers. Then further analyze the clauses in the legislation governing the subject matter covered. The results of this research it can be concluded that Based on Act Number 19 Year 2013 regarding Protection and Empowerment of Agriculture Farmers Insurance can be applied in Indonesia with a note that previous calculations have been done regarding the premi cost, wide coverage area and other auxiliary preparations. Limitation of agricultural commodities which may be covered by agricultural insurance requires government regulation governing clearer, resulting in the implementation of agricultural insurance in the future will result in clarity and legal certainty.
Act Number 19 Year 2013 Regarding the the Protection and Farmer Empowerment as a tool to realize the Protection and Empowerment of Farmers in particular the implementation of agricultural insurance should be socialized by the government as a form of information disclosure, so peoples especially the farmers know that the economic activity that is being conducted protected by Legislation .
Halaman
Pernyataan ... i
Pengesahan Pembimbing ... ii
Pengesahan Dewan Penguji ... iii
Persetujuan Panitia Sidang Ujian ... iv
Abstrak ... v
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Kegunaan Penelitian ... 11
E. Kerangka Pemikiran & Konseptual ... 11
1. Kerangka Pemikiran ... 11
2. Kerangka Konseptual ... 17
BAB II ASURANSI SEBAGAI PERJANJIAN ANTARA PENANGGUNG
DAN TERTANGGUNG ... 24
A. Tinjauan Pelaksanaan Asuransi Di Indonesia ... 24
1. Pengertian Asuransi ... 24
2. Tujuan Asuransi ... 28
3. Prinsip-Prinsip Asuransi ... 30
B. Perikatan Sebagai Hubungan Hukum Di Indonesia ... 31
1. Perjanjian Sebagai Dasar Hubungan Hukum Di Bidang Asuransi ... 31
2. Hak dan Kewajiban Penanggung ... 37
3. Hak dan Kewajiban Tertanggung ... 37
C. Prinsip Dan Risiko Asuransi ... 39
1. Prinsip-Prinsip Asuransi Pertanian ... 39
2. Risiko Asuransi Pertanian ... 44
BAB III IMPLEMENTASI DAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN ASURANSI PERTANIAN ... 48
A. Pelaksanaan Asuransi Pertanian ... 48
1. Pelaksanaan Asuransi Pertanian Di Indonesia ... 48
2. Pelaksanaan Asuransi Pertanian Setelah Adanya
Undang-Undang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani ... 60
C. Polis Asuransi Gagal Panen ... 63
1. Fungsi Polis Gagal Panen ... 63
2. Pembayaran Premi Asuransi Gagal Panen ... 65
3. Klaim Ganti Kerugiaan Asuransi Gagal Panen ... 66
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN ASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA ... 71
A. Penerapan Asuransi Pertanian Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani ... 71
1. Undang-Undang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Sebagai Sarana Mewujudkan Asuransi Pertanian Di Indonesia ... 71
2. Asuransi Pertanian Sebagai Acuan Memberikan Perlindungan Hukum Dalam Pelaksanaan Usaha Pertanian di Indonesia ... 76
... 87
2. Batasan Komoditas Yang Ideal Dilindungi Oleh Asuransi
Pertanian ... 91
C. Kepastian Hukum Yang Diperoleh Pelaku Usaha Pertanian
Melalui Asuransi Pertanian Dan Penerapan Peraturan
Pemerintah Sebagai Ius Constituendum di Bidang Asuransi
Pertanian ... 93
1. Undang-Undang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani
Sebagai Sarana Mewujudkan Kepastian Hukum Bagi
Pelaku Usaha Dalam Pelaksanaan Asuransi Pertanian
... 93
2. Polis Asuransi Pertanian Sebagai Bukti Otentik Dalam
Mewujudkan Kepastian Hukum Bagi Pihak Tertanggung
Maupun Penanggung ... 98
3. Peraturan Pemerintah Sebagai Acuan Dalam Pelaksanaan
Asuransi Pertanian ... 101
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ... 107
2. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 114
LAMPIRAN
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang potensi alamnya sangat
melimpah, sehingga usaha di bidang agraria khususnya pertanian begitu
dominan. Diversifikasi bidang agraria membuat usaha di bidang pertanian
menjadi suatu hal yang sangat memberikan dampak besar bagi masyarakat.
Para pelaku usaha pertanian ini atau petani sangat mengandalkan usahanya
untuk menyambung kehidupannya, begitu juga dengan masyarakat Indonesia
secara umum sangat bergantung sekali dengan hasil pertanian untuk konsumsi
sehari-hari. Hal ini menandakan bahwa produk pertanian sangat berperan
penting dalam kehidupan di negeri ini.
Produk pertanian indonesia yang dihasilkan sangat bergantung pada iklim.
Indonesia dengan iklimnya yang tropis memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Kedua musim tersebut sangat berpengaruh
sekali terhadap hasil pertanian. Bila cuaca mendukung, hasil pertanian akan
sangat bagus dan bila cuaca tidak mendukung atau kemarau dan hujan yang
berkepanjangan hal itu akan berpengaruh negatif terhadap hasil pertanian
bahkan para petani berisiko untuk gagal panen. Selain itu, hal-hal lain yang
berisiko terhadap pertanian adalah hama atau penyakit pertanian yang
menyerang pertanian. Risiko yang dialami oleh petani ini ditanggung sendiri
dengan berhutang uang kepada rentenir, tengkulak dan pihak-pihak lainnya.
Pembayaran utang-utang tersebut dipastikan selalu ditambah dengan bunga
yang pada kenyataannya hal ini membuat para petani berat dalam menghadapi
keharusan membayar pengembalian utang beserta bunganya tersebut.
Para petani sangatlah dirugikan oleh hal-hal yang disebutkan diatas. Maka
dalam hal ini diperlukan peran pemerintah dalam mengurangi kerugian petani
dalam menanggulangi risiko tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa sektor
pertanian itu mempengaruhi hajat hidup orang banyak, dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi :
“Untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat di atas
bahwa diperlukan peran langsung pemerintah dalam menanggulangi risiko
pertanian yang dampaknya berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak
untuk mewujudkan kemajuan kesejahteraan umum seperti yang disebutkan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat di atas.
Untuk mewujudkan penanggulangan risiko pertanian tersebut, peran
Asuransi seperti yang tercantum dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani yang berbunyi :
“ Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi
Pertanian.”
Dari penjelasan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani disebutkan bahwa Negara sebagai
penguasa cabang produksi pertanian ikut bertanggungjawab terhadap risiko
pertanian dengan memberikan fasilitas pembiayaan dan permodalan sebagai
upaya ganti rugi kepada petani yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (yang selanjutnya disingkat APBN) seperti yang tertera dalam
Pasal 66 ayat (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan Petani yang menyebutkan :
“Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban memfasilitasi pembiayaan dan permodalan petani.”
Namun pada kenyataannya ganti kerugian tersebut di lapangan banyak sekali
mendapatkan hambatan dikarenakan jumlah ganti rugi yang tidak sesuai atau
mekanisme ganti rugi yang tidak sesuai dengan petani. Hal ini juga menjadi
risiko negara dalam hal ganti rugi yang bersumber pada APBN. Untuk itu
diperlukan penanggulangan risiko yang tidak menimbulkan kerugian langsung
ganti rugi gagal panen ini diperlukan pihak lain yang dapat membantu
menanggulangi masalah ini, yaitu pengalihan risiko kepada perusahaan
asuransi.
Munculnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan Petani (yang selanjutnya disebut UU Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani) merupakan upaya pemerintah dalam membantu petani
dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana
produksi, kepastian usaha, resiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi
biaya tinggi dan perubahan iklim seperti disebutkan dalam Pasal 1 angka 1
Undang-Undang ini. Pengalihan risiko gagal panen kepada perusahaan asuransi
sudah tercantum dalam Undang-Undang ini dalam Pasal 7 ayat (2) yang
menyebutkan Strategi Perlindungan Petani dilakukan melalui :
“ a. prasarana dan sarana produksi pertanian; b. kepastian usaha;
c. harga komoditas pertanian;
d. penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi; e. ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa;
f. sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim;dan g. asuransi pertanian.”
Dalam Pasal 247 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (yang
selanjutnya disebut KUHD) pun menyebutkan beberapa jenis asuransi yaitu
asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi pengangkutan dan termasuk
asuransi pertanian. Dalam Pasal 247 KUHD ini terdapat kata “ antara lain “
yang menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak salah seorang pakar hukum
Universitas Gadjah Mada menyatakan secara yuridis tidak membatasi atau
masyarakat.45 Hal ini memungkinkan untuk mengadakan peralihan resiko
menurut kebutuhan masyarakat, karena dirasa lahan pertanian membutuhkan
penanggulangan kerugian atas resiko pertanian yang dialami.
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang
Usaha Perasuransian :
“ Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Pemerintah dalam hal ini mewacanakan Asuransi Pertanian yang
rencananya akan diwujudkan pada tahun 2014 ini, dalam hal ini diharapkan
dapat menumbuhkan kemandirian petani sehingga apabila terjadi kerugian
akibat gagal panen dapat ditanggulangi oleh klaim dari asuransi.
Asuransi pertanian di Indonesia sudah tercantum dalam Pasal 37
Undang-Undang nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan
Petani (Selanjutnya disebut Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani) disebut yang menyebutkan :
“(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi Pertanian.
(2) Asuransi Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melindungi Petani dari kerugian gagal panen akibat:
a. bencana alam;
b. serangan organisme pengganggu tumbuhan; c. wabah penyakit hewan menular;
d. dampak perubahan iklim; dan/atau
e. jenis resiko-resiko lain diatur dengan Peraturan Menteri.”
Disebutkan dalam penjelasan Pasal 37 ayat (2) huruf e adalah jenis
resiko-resiko lain diatur dengan Peraturan Menteri. Peraturan Menteri mengenai
Pedoman Pelaksanaan Asuransi Pertanian direncanakan baru akan
diundangkan pada Tahun 2014.
Pemerintah bersama perusahaan asuransi menggelar uji coba pemberian
fasilitas asuransi di bidang pertanian Kementerian Pertanian lakukan uji coba
program asuransi pertanian seluas 1.000 hektar di tiga propinsi yaitu Jawa
Barat, Jawa Timur dan Sumatera selatan. Hasilnya, Wakil Menteri Pertanian
(Wamentan) Rusman Heriawan mengungkapkan uji coba membuahkan hasil
yang baik tetapi membuat rugi perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi rugi
karena lahan petani yang menjadi anggota asuransi banyak yang mengalami
gagal panen. Kondisi ini membuat petani banyak mengajukan klaim kepada
pihak asuransi.46
Berdasarkan berita terbaru mengenai Rencana Pemerintah
menyelenggarakan program Asuransi Pertanian untuk sementara ditunda.
Seharusnya, program yang menjadi bidang garap Kementerian Pertanian
tersebut, dijalankan tahun 2014 ini setelah digodok sejak 2012 lalu. Program
46
yang sepenuhnya ditanggung APBN ini ditunda untuk sementara waktu.
Penerapan asuransi pertanian dengan menggunakan APBN ditunda. Ini tak
lepas dari keterbatasan fiskal pemerintah. Apalagi, makin luasnya wilayah
areal pertanian yang terdampak bencana sehingga dibutuhkan langkah
pemulihan segera.47
Untuk menghilangkan kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut
maka diperlukan pembatasan-pembatasan kerugian yang bisa diklaim kepada
perusahaan asuransi, sehingga asuransi pertanian bisa terwujud dengan baik
pada pelaksanaan sesungguhnya.
Menurut Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani
menyatakan bahwa rencana pemerintah menggulirkan program asuransi
pertanian membutuhkan kajian mendalam. Pasalnya, mayoritas kepemilikan
lahan yang diusahakan petani itu tidak ekonomis. Menurutnya, saat ini belum
ada standarisasi yang jelas terhadap produk pertanian yang dapat
diasuransikan. Lagipula, mayoritas lahan pertanian pada kisaran 0,3 hektare
(ha) itu dinilai tidak cukup ekonomis untuk dibiayai perbankan. Untuk
mendefinisikan komoditas pertanian pangan apa saja yang dapat diproteksi
dapat dilakukan kajian mendalam dengan melibatkan perusahaan swasta,
47
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai bapak asuh. Mereka dapat
menjadi sebagai penyedia sarana produksi atau penyuluh.48
Jika dikaji lebih mendalam mengenai peraturan menganai Asuransi
Pertanian yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani khususnya Pasal 39 ayat (2) huruf d
yang berbunyi :
“Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memfasilitasi
setiap Petani menjadi peserta Asuransi pertanian dengan memberikan bantuan pembayaran premi. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa bantuan pembayaran premi adalah pembayaran premi untuk membantu dan mendidik petani dalam mengikuti asuransi pertanian dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara. Bantuan premi asuransi berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, yang dibayarkan sampai dinyatakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah bahwa petani mampu membayar preminya sendiri.”
Dari keterangan di atas memunculkan permasalahan tersendiri bagi proses
pelaksanaan Asuransi Pertanian kedepannya, bahwa ukuran mampu membiayai
sendiri preminya sendiri itu seperti apa, dan dipertanyakan kembali adalah
bantuan pembayaran premi asuransi itu termasuk mendidik petani dalam
program pemberdayaan petani atau menjembatani petani dalam Gerakan
Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi ( selanjutnya disingkat
GP3K), tentunya hal ini harus dibedakan mengingat program GP3K yang
dicanangkan oleh kementerian pertanian ini sedang dalam tahap sosialisasi.
Adapun GP3K merupakan gerakan yang diprakarsai oleh Kementerian Badan
48
KEN:Asuransi pertanian bisa bangkrutkan negara; Online;
Usaha Milik Negara dan Kementerian Pertanian bekerjasama dengan
pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan produktivitas komododitas
pertanian terutama tanaman padi.49
Peraturan pelaksanaan Asuransi Pertanian merupakan das sollen yang
digunakan untuk menjamin kepastian hukum ganti rugi gagal panen. Aturan
pelaksana mengenai asuransi pertanian inilah yang dapat memperlihatkan
apakah secara yuridis asuransi pertanian di Indonesia dapat terlaksana dengan
baik.
Berdasarkan Latar Belakang ini, penulis tertarik untuk membuat usulan
penelitian dengan judul “ TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN
ASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA DIHUBUNGKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI.”
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Asuransi Pertanian yang berguna untuk menjamin lahan pertanian
(menutup kerugian) berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dapat diterapkan di
Indonesia ?
49
BUMN Optimis GP3K Pacu Surplus Padi; ros (Investor Daily);
2. Bagaimanakah batasan komoditas pertanian yang dapat diasuransikan untuk
menutup kerugian berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani ?
3. Bagaimana kepastian hukum yang diperoleh petani melalui Asuransi
Pertanian berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dan penerapan Peraturan
Pemerintah sebagai Ius Constituendum di bidang asuransi pertanian ?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas, tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Apakah Asuransi Pertanian dapat diterapkan di Indonesia
2. Menganalisa pembatasan komoditas pertanian yang berdasarkan
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
3. Untuk mengetahui kepastian hukum yang diperoleh petani apabila
mengikuti Asuransi Pertanian ditinjau dari Aturan
D.Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi petani sebagai bahan informasi tambahan apabila suatu saat nanti
mengalami gagal panen.
b. Bagi masyarakat luas sebagai salah satu bentuk sistem alternatif asuransi
khususnya asuransi pertanian.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis sebagai sarana pengembangan wawasan ilmu dalam
meninjau permasalahan hukum, khususnya di bidang hukum asuransi dan
umumnya di bidang hukum pertanian.
b. Bagi kalangan akademis dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan
penelitian ini lebih mendalam dan mengembang, sehingga penelitian
mengenai pengalihan resiko gagal panen tidak hanya sampai pada
penelitian ini saja.
E.Kerangka Pemikiran & Konseptual 1. Kerangka Pemikiran
Hukum yang lahir ditengah-tengah masyarakat memiliki beberapa tujuan
bermasyarakat. Nilai-nilai dasar hukum atau tujuan hukum menurut Gustav
Radbruch yaitu keadilan, kegunaan dan kepastian hukum.50
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa hukum memiliki tiga tujuan dimana
masing-masing tujuan berkedudukan sama, khususnya dalam penelitian ini
tujuan kegunaan harus diimbangi dengan keadilan dan kepastian hukum dalam
mengimplementasikan pengalihan risiko gagal panen. Dengan demikian, maka
tujuan serta fungsi hukum dapat dirasakan oleh masyarakat. Penyesuaian dan
perubahan dalam kerangka hukum di Indonesia sangat penting dan diharapkan
mampu memberikan kegunaan di masyarakat. Mengutip pernyataan Satjipto
Rahardjo yang menyatakan :51
“Peranan manusia, maupun masyarakat, ditampilkan kedepan, sehingga hukum lebih tampil sebagai medan pergulatan dan perjuangan manusia. Hukum dan bekerjanya hukum seyogianya dilihat dalam konteks hukum itu sendiri. Hukum tidak ada untuk diri dan keperluannya sendiri, melainkan untuk manusia, khususnya kebahagiaan manusia.”
Dari kutipan Satjipto Rahardjo diatas menggambarkan bahwa peranan manusia
harus ditampilkan paling utama untuk mengedepankan hukum yang
menggambarkan perjuangan hidup manusia, karena hukum ada untuk manusia
itu sendiri. Secara garis besar dalam penelitian ini peranan dari manusia itu
sendiri harus lebih menonjolkan sisi kemasyarakatannya, dimana dalam
pengalihan risiko gagal panen ini pun dalam mengimplementasikannya harus
ada dorongan dari masyarakatnya sendiri didukung oleh pemerintah sebagai
50
Satjipto Rahardjo. Sosiologi Hukum Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah. Genta Publishing: Yogyakarta, 2010, hlm. 7
51
tombak dalam usaha ini untuk melayani kepentingan masyarakat. Lebih lanjut
Eugen Ehlich dalam teorinya menyatakan bahwa :52
“hukum adalah hukum sosial. Ia lahir dalam dunia pengalaman manusia yang bergumul dengan kehidupan sehari-hari. Ia terbentuk lewat kebiasaan. Kebiasaan itu lambat laun mengikat da menjadi tatanan yang efektif . lalu kehidupan berjalan dalam tatanan itu. Kekuatan mengikat hukum yang hidup itu tidak ditentukan oleh kewibawaan negara. Ia tergantung pada kompetensi penguasa dalam negara. Memang semua hukum dalam segi ekstrennya dapat diatur oleh instansi-instansi negara, akan tetapi menurut segi internnya hubungan-hubungan dalam kelompok.” sosial tergantung dari anggota-anggota kelompok itu. Inilah living law.Hukum sebagai norma-norma hukum” (Rechtsnormen)
Teori diatas menegaskan bahwa hukum tumbuh dan berkembang di tengah
pergumulan masyarakat. Kekuatan mengikat hukum itu tergantung pada
kompetensi penguasa dalam negara. Dihubungkan dengan penelitian ini, bahwa
peranan pemerintah dalam mewujudkan pengalihan resiko gagal panen
bersama masyarakat harus saling berkaitan langsung dalam hal penetapan,
pengendalian serta pelaksanaannya di lapangan, karena untuk pengalihan
resiko gagal panen ini diperlukan penyesuaian premi asuransi yang ditentukan
bersama-sama oleh perusahaan asuransi beserta pemerintah agar biaya premi
asuransi gagal panen ini mudah dijangkau oleh masyarakat khususnya petani.
Secara garis besar Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap petani
merupakan langkah penting untuk mewujudkan ketahanan pangan yang
dicanangkan oleh Pemerintah. Upaya tersebut memang harus dilakukan untuk
meningkatkan jumlah hasil panen yang nantinya akan di distribusi kepada
masyarakat. Adapun jumlah hasil panen yang terjadi sekarang jumlahnya
semakin hari semakin sedikit yang diakibatkan oleh berbagai macam faktor
yang mengakibatkan pesimisme petani untuk melakukan aktivitas pertanian
kembali.
Secara hukum Perlindungan dan Pemberdayaan Petani sudah diatur
melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani yang salah satu caranya adalah ganti rugi gagal panen
melalui Asuransi Pertanian. Berdasarkan Asas Kehidupan Pertanian: Maju,
Ramah Ekologi, Berkelanjutan, Hukum harus mendorong serta mengarahkan
agar peri kehidupan pertanian secara teknis selalu menjadi lebih sempurna dan
menguntungkan semua pihak.53 Dengan adanya pengaturan mengenai asuransi
pertanian hendaknya akan mewujudkan peranan hukum dalam mewujudkan
kepastian hukum dalam kepada pelaku pertanian baik petani maupun pihak
penanggung yaitu perusahaan asuransi. Pada dasar nya petani itu adalah
produsen dengan segala hak dan kewajibannya sebagai pelaku ekonomi yang
bebas dan mandiri, maka berdasarkan asas Petani sebagai Subyek bebas dan
kemandirian petani harus dilindungi dan dihormati secara hukum untuk
mendukung pertanian yang berkelanjutan.54
Langkah untuk mewujudkan asas hukum pertanian diatas adalah dengan
memeriksa apakah peraturan perundang-undangan tersebut telah selaras dan
53
Koerniatmanto Soetoprawiro. Pengantar Hukum Pertanian.GAPPERINDO:Jakarta, 2013, hlm. 78
54
mendukung tercapainya asas hukum pertanian.55Dengan adanya penelitian ini
akan mencoba menemukan permasalahan mengenai keselarasan antara
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani dengan asas hukum pertanian khususnya mengenai
penyelenggaraan asuransi pertanian di Indonesia.
Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak salah seorang pakar hukum
Universitas Gadjah Mada menyatakan secara yuridis tidak membatasi atau
menghalangi timbulnya jenis – jenis pertanggungan lain menurut kebutuhan
masyarakat. Berdasarkan teori yang dikemukakan Emmy Pangaribuan
Simanjuntak dimungkinkan untuk melaksanakan Asuransi Pertanian di
Indonesia dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dalam hal ini
khususnya Petani. Dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 Tentang Usaha Perasuransian menyebutkan bahwa Asuransi mencakup 2
(dua) jenis asuransi yaitu :
a. Asuransi Kerugian (loss insurance), dapat diketahui rumusannya :
“untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukuin kepada pihak ketiga yang rnungkin akan diderita oleh
tertanggung”.
b. Asuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan
asuransi sosial, dapat diketahui dari rumusan:
55
“untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Dalam hubungannya dengan Asuransi Pertanian maka fokus pembahasan
diarahkan pada jenis asuransi Kerugian, karena dalam rumusannya mengatakan
bahwa “ memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan “. Kehilangan
keuntungan yang diharapkan akan diderita oleh petani apabila hasil tani yang
mereka tunggu-tunggu untuk diambil keuntungannya yang kemudian
mengalami kegegalan panen yang menyebabkan kerugian bagi petani. Definisi
inilah yang akan dijadikan titik tolak pembahasan asuransi pertanian
selanjutnya. Menurut Man S.Sastrawidjaja karena saat ini sudah semakin terasa
meningkatnya masalah-masalah sosial, sedangkan Indonesia merupakan negara
kesejahteraan, akan diperlukan jenis-jenis asuransi sosial yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan pula penggunaannya (tidak untuk semua
penduduk) yaitu salah satunya asuransi hasil pertanian (crop insurance).56
Berdasarkan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(selanjutnya disebut KUHD) bahwa asuransi adalah suatu perjanjian dimana
seorang penanggung dengan menikmati premi mengikatkan dirinya kepada
tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan,
kerusakan atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dideritanya
karena kejadian yang tidak pasti. Dikaitkan dengan rencana pelaksanaan
asuransi di Indonesia bahwa asuransi seperti yang disebutkan dalam pasal 246
56
KUHD diatas merupakan perjanjian antara pihak penanggung dengan pihak
tertanggung, maka disini diperlukan adanya perlindungan bagi pihak
penanggung maupun pihak tertanggung.
Berdasarkan keadaan saat ini dimana lahan-lahan pertanian telah banyak
mengalami gagal panen seperti lahan pertanian di daerah Gunung Sinabung,
Manado, Wilayah Pantai Utara Jawa dan daerah-daerah lainnya di Indonesia
yang terkena dampak bencana alam sehingga semakin terasa meningkatnya
kerugian bagi petani oleh hal tersebut maka diperlukan sekali suatu terobosan
mengenai penanggulangan kerugian gagal panen yang dialami oleh para petani.
2. Kerangka Konseptual
Hukum tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarat dengan
mengikuti perkembangan dari masyarakat itu sendiri. Pertanian sebagai
sumber kehidupan masyarakat memerlukan perhatian khusus terkait
risiko-risiko yang dihadapi yang kian berkembang bentuk risiko-risiko dari pertanian
khususnya dalam proses pengolahan pertanian. Dengan demikian,
langkah-langkah penegakan hukum harus didasarkan kepada keadaan-keadaan yang
mendasar yang ada di masyarakat, terutama dalam penanggulangan
kerugian petani.
Adapun untuk memperkuat pengetahuan kita mengenai asuransi
pertanian lebih lanjut, maka disini akan dijelaskan lebih terperinci mengenai
asuransi pertanian secara umum.
a. Pertanian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pertanian adalah
segala yang bertalian dengan tanam-menanam (pengusahaan tanah dan
mengambil hasil dari alam dan tanah tanpa usaha menyuburkan kembali
tanah untuk keperluan pengambilan pada kemudian hari. Secara
generatif pertanian adalah usaha yang memerlukan usaha pembibitan,
pengolahan, pemeliharaan (pada tanaman dan hewan).57
b. Asuransi
Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara
dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
c. Risiko
Berdasarkan artikel dari The Australian, Risiko adalah segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan.58
d. Asuransi Pertanian
Apabila kita rinci dari pengertian istilah-istilah sebelumnya, maka yang
dimaksud dengan asuransi pertanian adalah suatu pengalihan risiko atas
57
Diambil dari http://kbbi.web.id/tani
58“The chance of something happening that will have or impact upon objectives”. Diambil dari
usaha pengolahan pertanian atas dasar pengikatan diantara pihak
penanggung dan tertanggung.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan dalam suatu penelitian ilmiah. Penelitian
ilmiah ialah penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir atau logika yang
tertentu dan yang menggabungkan metode induksi (empiris), karena penelitian
ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian empiris dan
hipotesis-hipotesis atau teori yang disusun secara deduktif. 59
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif. Metode yuridis
normatif dimulai dengan analisa terhadap konsep dan asas-asas hukum yang
digunakan untuk mengatur perasuransian, khususnya yang digunakan sebagai
kerangka dasar dalam UU Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani. Kemudian secara lanjut menganalisa pasal-pasal dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap permasalahan yang
dibahas.60 Dengan menganalisa pasal-pasal dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur terhadap permasalahan yang dibahas, maka akan
dapat ditemukan hal-hal yang menjadi kendala dalam mewujudkan penelitian
ini, sehingga teori dan praktek bisa saling berkesinambungan. Penelitian
59
Sunaryati Hartono. Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20. Rineka Cipta: Bandung, 1994, hlm. 105.
60
Tentang Metode Penelitian; LP3M Adil Indonesia;
hukum normatif berdasarkan data sekunder dan menekankan pada
langkah-langkah mempertahankan konsistensi dari suaru peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan analisis normatif-kualitatif.61
Penelitian terhadap ganti rugi gagal panen dengan mekanisme pengalihan
resiko kepada perusahaan asuransi menggunakan metode yuridis normatif
dengan melakukanstudi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder
yang digunakan. Adapun Penelitian hukum dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan
dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya, sehingga diketahui
bahwa dapat ditemukan hal-hal yang sifatnya mendasar antara apa yang
ditentukan oleh undang-undang dengan apa yang sebenarnya terjadi di
lapangan.
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Tujuan penelitian deskriptif
adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau
kelompok tertentu.62 Yaitu menggambarkan asuransi gagal panen berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat memberikan
gambaran sejelas-jelasnya mengenai asuransi gagal panen di Indonesia yang
selama ini menjadi hal yang sangat baru dicanangkan.
61
J.Supranto. Metode Penelitian Hukum Dan Statistik. Pradnya Paramitha: Jakarta, 2003, hlm.3
62
2. Pendekatan Penelitian
Penulisan penelitian skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan konseptual (conceptual approach) dengan pendekatan
Undang-Undang (statute approach). Pendekatan konseptual digunakan berkenaan
dengan konsep-konsep yuridis yang berkaitan dengan prinsip hukum pertanian.
Pendekatan konseptual ini dilakukan dengan menguraikan teori-teori yang
mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan penulis dalam hal ini
adalah teori pertanggungan, teori tujuan hukum Jeremy Gustav Radbruch, teori
Hukum Progresif Satjipto Rahardjo, dan teori Hukum Pembangunan Mochtar
Kusumaatmadja. Pendekatan secara Undang-Undang digunakan berkenaan
dengan peraturan hukum yang mengatur pelaksanaan dan perlindungan
pengetahuan tradisional. Pendekatan tersebut dilakukan melalui
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian, serta Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
3. Jenis Data
Penelitian Yuridis-Normatif menggunakan data sekunder, terdiri atas:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan
yang diketahui maupun mengenai gagasan atau ide. Bahan hukum
primer mencakup:
“ 1) Norma Dasar Pancasila
2) Peraturan Dasar, Batang Tubuh UUD 1945, Ketetapan MPR 3) Peraturan Perundang-Undangan
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi
tentang bahan primer, terdiri atas penjelasan undang-undang, rancangan
undang-undang, literature-literatur, disertasi-disertasi tentang asuransi
pertanian, bahan-bahan seminar, dan diskusi panel.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberikan
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder atau dikenal pula
dengan bahan acuan atau rujukan bidang hukum, terdiri atas
Bibliografi, Indeks kumulatif, dan black’s law dictionary.63
4. Langkah Penelitian
Baik bahan hukum primer maupun bahan hukumsekunder dikumpulkan
berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan sistem
bola salju dan diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya untuk dikaji
secara komprehensif. Studi kepustakaan melalui data sekunder yang terdiri atas
peraturan perundang-undangan dibidang hukum positif maupun Pertanian.
Setelah seluruh bahan-bahan dikumpulkan maka dilakukan analisis mengenai
data-data yang telah ada agar dapat menjawab identifikasi masalah.
63Black’s. Black’s Law Dictionary, sixth edition. St. Paul Minn: West Publishing Co,. 1990,
G.Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dengan sistematika yang terbaagi dalam lima bab.
Masing-masing bab terdiri atas beberapa subbab guna lebih memperjelas ruang
lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan dan tata letak
masing-masing bab serta pokok pembahasannya adalah sebagai berikut.
Bab I : Isinya membahas mengenai latar belakang permasalahan
ganti kerugian gagal panen, Identifikasi Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran dan
Konseptual dan Metode Penelitian.
Bab II : Uraian mengenai teori asuransi secara umum dan asuransi
pertanian secara khusus pada proses ganti kerugian
pertanian.
Bab III : Uraian tentang asuransi pertanian yang dimungkinkan di
terapkan dalam menanggulangi kerugian petani.
Bab IV : Memuat bahasan-bahasan mengenai rumusan Identifikasi
Masalah, jawaban atas semua pertanyaan serta
permasalahan dari materi yang dibahas dalam skripsi ini.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, penulis
mengambil kesimpulan bahwa :
1. Asuransi Pertanian berdasarkan Pasal 7 ayat (2) huruf g
Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani merupakan salah satu
strategi perlindungan petani dimana sarana dan prasarana nya
disiapkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pelaksanaan
asuransi pertanian merupakan hal baru dalam kerangka perlindungan
petani di Indonesia, sehingga membutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung pelaksanaan asuransi pertanian. Dalam
pelaksanaan asuransi pertanian melalui pelaksanaan uji coba asuransi
usaha tanaman padi Pemerintah memberikan subsidi pembayaran
premi sebesar 80 persen dari biaya premi atau senilai Rp. 144.000
(seratus empat puluh empat ribu rupiah) dan petani hanya membayar
sisanya sebesar 20 persen atau senilai Rp. 36.000 (tiga puluh enam
ribu rupiah), namun dalam pelaksanaannya menyebabkan kerugian
bagi pihak penanggung yaitu perusahaan asuransi dikarenakan adanya
kesalahan perhitungan jumlah bilangan besar biaya premi asuransi,
asuransi pertanian. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya
perusahaan asuransi yang mau menjadi pelaksana asuransi pertanian.
Jadi asuransi pertanian dapat diterapkan di Indonesia dengan catatan
bahwa sebelumnya telah dilakukan perhitungan-perhitungan mengenai
biaya premi, cakupan luas lahan dan persiapan-persiapan penunjang
lainnya. Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
sebagai suatu aturan khusus yang mengatur mengenai asuransi
pertanian sebagai bentuk strategi perlindungan bagi petani belum
mengatur secara jelas mengenai aturan teknis pelaksanaan asuransi
pertanian agar berjalan lebih baik, sehingga dibutuhkan aturan
pelaksana mengenai asuransi pertanian sebagai pedoman menjalankan
kegiatan asuransi pertanian dalam tujuan melindungi petani dari risiko
usaha tani yang lebih baik.
2. Batasan-batasan komoditas yang dapat dilindungi oleh asuransi
pertanian hingga penelitian ini dibuat belum menemukan kejelasan
mengenai jenis komoditasnya. Berdasarkan Pasal 12 ayat (2)
Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani bahwa
batasan-batasan yang dapat dilindungi oleh asuransi pertanian tidak
menyebutkan objek yang dilindungi oleh asuransi pertanian dan hanya
menerangkan mengenai luas wilayah yang dijadikan usaha pertanian,
sehingga dengan demikian batasan komoditas yang dapat dilindungi
oleh asuransi pertanian perlu dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan
Berdasarkan uji coba Asuransi Usaha Tani Padi, komoditas yang
dinilai paling ideal dilindungi oleh asuransi pertanian adalah tanaman
padi, padahal jenis komoditas lain yang ada di Indonesia belum pernah
diadakan uji coba asuransi, sehingga mengenai komoditas yang ideal
dilindungi oleh asuransi pertanian hanya sebatas pada uji coba yang
pernah dilakukan. Sehingga untuk mengetahui komoditas yang dapat
dilindungi oleh asuransi pertanian perlu dilakukan uji coba terhadap
komoditas lainnya dan wilayah uji coba penerapan asuransi pertanian
perlu dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia untuk mengetahui
jenis-jenis risiko usaha tani lain, khususnya risiko terhadap komoditas
lainnya yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
3. Kepastian hukum bagi pelaku usaha tani khususnya petani dengan
adanya Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
belum jelas mengatur mengenai teknis pelaksanaan perlindungan dan
pemberdayaan petani khususnya penerapan asuransi pertanian.
Sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan aturan pelaksana
berupa Peraturan Pemerintah mengenai pelaksanaan Undang-Undang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang mengakomodir segala
sesuatu mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani umumnya
dan khususnya asuransi pertanian sebagai bagian dari strategi
perlindungan petani. Secara eksplisit mengenai hak dan kewajiban dari
para pihak yang mengadakan perjanjian asuransi hanya dipastikan
kepastian hukum bagi para pihak. Secara teknis dalam pelaksanaannya
dibutuhkan suatu aturan khusus mengenai prosedur-prosedur
pelaksanaan ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani yaitu diterbitkannya Peraturan Pemerintah
sebagai aturan pelaksana dari Undang-Undang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani sebagai aturan yang memberikan kepastian
hukum lebih lanjut pelaksanaan asuransi pertanian.
2. Saran
Dari apa yang telah diuraikan dalam Kesimpulan, penulis memberikan saran
bagi:
A. Akademisi
1. Sebagai langkah penyesuaian terhadap asuransi pertanian yang
merupakan strategi perlindungan petani yang baru diterapkan di
Indonesia, dari kalangan akademisi diperlukan penelitian-penelitian
lebih lanjut mengenai objek komoditas apa saja yang memiliki
prioritas untuk dilindungi oleh asuransi pertanian, sehingga dalam
pelaksanaan asuransi mewujudkan kepastian perlindungan
komoditas pertanian yang menjadi prioritas perlindungan asuransi
B. Pemerintah
1. Sebagai bentuk penyelarasan sarana dan prasarana penerapan
asuransi pertanian, Pemerintah perlu mengkaji ulang biaya premi
asuransi pertanian, luas lahan yang dilindungi serta
penunjang-penunjang lainnya sehingga dalam pelaksanaan asuransi pertanian di
kemudian hari dapat dilihat manfaatnya dan tidak menyebabkan
kerugian bagi para pihak yang menjalankan asuransi pertanian ini.
Kemudian mengingat asuransi pertanian merupakan strategi
perlindungan bagi petani yang baru dilaksanakan di Indonesia,
sebaiknya pemerintah menyiapkan terlebih dahulu sarana dan
prasarana asuransi pertanian seperti Peraturan Pemerintah pelaksana
asuransi pertanian dan struktur pelaksana yang mewakili Pemerintah
maupun Pemerintah daerah dalam pelaksanaan asuransi pertanian.
2. Untuk memberikan masukan mengenai batasan komoditas yang bisa
dilindungi oleh asuransi pertanian sebaiknya Pemerintah bersama
konsorsium asuransi pertanian melakukan uji coba asuransi
pertanian di berbagai daerah di Indonesia, sehingga diketahui
risiko-risiko pertanian serta jenis komoditas pertanian apa saja yang bisa
dilindungi oleh asuransi pertanian.
3. Mengenai kepastian hukum dari pelaku usaha tani khususnya petani,
Pemerintah sebaiknya secepatnya mengeluarkan Peraturan Menteri
sebagai aturan pelaksana Undang-Undang Perlindungan dan
dan Pemberdayaan Petani khususnya pelaksanaan asuransi pertanian,
sehingga pelaksanaan asuransi pertanian menemukan titik jelas
mengenai batasan-batasan komoditas serta hal-hal lain yang
menentukan mengenai kejelasan perlindungan komoditas pertanian
oleh asuransi pertanian.
C. Masyarakat
1. Sebagai wujud dukungan terwujudnya Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan
dalam hal memberikan masukan perihal kendala-kendala usaha
pertanian, objek-objek pertanian yang dapat menjadi prioritas
perlindungan asuransi pertanian dan hal-hal lainnya, sehingga
pemerintah sebagai penyusun regulasi mengenai pelaksanaan
asuransi pertanian dapat mempertimbangkan segala-segala masukan
tersebut dan kemudian dituangkan kedalam rancangan Peraturan
Pelaksana asuransi pertanian yang kemudian akan memberikan
kepastian hukum bagi pelaksanaan asuransi pertanian yang lebih
baik.
2. Selanjutnya dalam upaya mewujudkan Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani yang lebih baik, Masyarakat umumnya dan
khususnya petani ikut membantu Pemerintah menyediakan sarana
dampak dari Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dirasa sangat
DAFTAR PUSTAKA
Buku
A.Hamid S.Attamimi. Perbedaan Antara Peraturan Perundang-Undangan Dan Peraturan Kebijakan:Suatu Tantangan Bagi Peran Polri Dewasa Ini Dan Menghadapi PJPT II. Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 1992.
Abdulkadir Muhammad . Hukum Asuransi Indonesia. Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.
AT Mosher. Dua Abad Penguasaan Tanah Pola Penguasaan Tanah Di Jawa Dari Masa Ke Masa (Edisi Revisi), Penerbit Seri Reforma Agraria, Jakarta, 2008.
Bernard L.Tanya, Yoan Simanjuntak Dan Y.Hage Markus, Teori Hukum Stategi Tertib Manusia Lintas Ruang Dan Generasi, Penerbit Genta Publishing, Yogyakarta, 2010.
Djoko Prakoso. Hukum Asuransi Indonesia. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Elsi Kartikasari (eds). Hukum Dalam Ekonomi (edisi kedua). Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2008.
Ferdinan Silalahi. Manajemen Risiko Dan Asuransi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
Harsh S.B., L.J. Connor and G.D. Schwab. Managing the Farm Business. Penerbit Michigan State University Press, Michigan, 1981.
Hinsa Siahaan. Manajemen Risiko Pada Perusahaan Dan Birokrasi. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2009.
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Penerbit Prenada Media, Jakarta, 1997.
Koerniatmanto Soetoprawiro, Pengantar Hukum Pertanian, Penerbit GAPPERINDO, Jakarta, 2013.
________________ ,Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito dan Usaha Perasuransian, Penerbit Alumni, Bandung, 2010.
Maria Farida Indrati S. Ilmu Perundang-Undangan Proses dan Teknik Pembentukannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2007.
Mariam Darus Zaman. Kompilasi Hukum Perikatan. Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung. 2001.
Mochtar Kusumaatmadja. Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Penerbit Alumni, Bandung, 2006.
Muljadi,K., Widjaja. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2002.
Munir Fuady. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern Di Era Global. Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008.
R. Subekti. Aneka Perjanjian. Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.
Radiks Purba. Memahami Asuransi Di Indonesia. Penerbit Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1995.
Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum Perkembangan Metode, Penerbit Genta Publishing, Yogyakarta, 2010.
Soeisno Djojosoedarso. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Dan Asuransi. Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 1999.
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Penerbit Rineka Cipta, Bandung, 1994.
Supranto.J, Metode Penelitian Hukum Dan Statistik, Penerbit Pradnya Paramitha, Jakarta, 2003.
Literatur
Australian/. NZ Standard: Brisbane, 1999
Black’s, Black’s Law Dictionary, Penerbit West Publishing Co, St. Paul Minn, 1990.
Emmy Pangaribuan Simanjuntak. Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya, cet. 2. Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1982.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Lee W.F., M.D. Boehlje, A.G. Nelson and W.G. Murray. Agriculture Finance. Seventh Edition The Iowa State University Press Ames, 1980.
Sumaryanto Dan A.R. Nurmanaf. Simpul-Simpul Strategis Pengembangan Asuransi Pertanian Untuk UsahaTani Padi Di Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian: Bogor.
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010.
Turiman Fachturahman Nur, Pandangan Pemikiran Hukum Progresif Satjipto Rahardjo, Bahan Diskusi Mata Kuliah Ilmu Negara Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura Pontianak Kalimantan Barat, Pontianak, 2011
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Dasar 1945 yang telah diamandemen.
Kitab Undang-undang Hukum Dagang Untuk Indonesia.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Untuk Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi Republik Indonesia No. 422/KMK/06/2003
Rujukan Elektronik
http://lp3madilindonesia.blogspot.com/2011/01/divinisi-penelitian-metode-dasar.html , LP3M Adil Indonesia , Tentang Metode Penelitian, diposting pada
Jumat 21 Januari 2011.
http://www.bumn.go.id/perhutani/id/publikasi/berita/bumn-optimistis-gp3k-pacu-surplus-padi/ , Ros (Investor Daily) , BUMN Optimis GP3K Pacu Surplus Padi,
Selasa 18 Oktober 2011.
http://bisnis.liputan6.com/read/652093/uji-coba-asuransi-pertanian-sukses-tapi-bikin-tekor-perusahaan , Pebrianto Eko Wicaksono, Uji Coba Asuransi Pertanian
Sukses Tapi Bikin Tekor Perusahaan, 29 Juli 2013 Pukul 15.00 WIB.
http://kabarbisnis.com/read/2843387 , Online , KEN: Asuransi pertanian bisa
bangkrutkan negara, Rabu 18 Desember 2013 Pukul 20.49 WIB.
http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/m/edef-konten-view-mobile.asp?id=20100817083015253679355
https://www.academia.edu/4766244/ASURANSI_PERTANIAN_SEBAGAI_AL TERNATIF_MENGATASI_RISIKO_USAHA_TANI_MENUJU_PERTANIAN _BERKELANJUTAN#
http://diah_aryati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads
http://www.ppnsi.org/index2.php?option=com_content&task=view&id=82&pop= 1&page=0&Itemid=1, 5 juni 2013.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1539/file/Asuransi-Pertanian-Lindung.pdf ; diunduh pada 18 Agustus 2013.
http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/m/edef-konten-view-mobile.asp?id=20100817083015253679355 ; Diposting pada Selasa 17 Agustus Tahun 2010.
http://phillipsecuritiesindonesia.wordpress.com/2013/03/05/asuransi-pertanian-premi-kurang-memadai-jasindo-bumida-derita-kerugian/ ; diposting pada 5 maret 2013.
http://yancearizona.wordpress.com/2008/04/13/apa-itu-kepastian-hukum/, diposting pada tanggal 20 Oktober 2012, jam 11.00 WIB.
http://www.pertani.co.id/id/berita/232-rempah-rempah-indonesia-yang-memikat-dan-memiliki-peluang-pasar-di-pasar-dunia ; Debbie; Diposting pada Selasa 21 Januari 2014.
http://www.enciety.co/keterbatasan-fiskal-asuransi-pertanian-ditunda/ ; diposting pada 4 Februari 2014.