• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku dan Materi Budidaya Ikan lele publish

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Buku dan Materi Budidaya Ikan lele publish"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SAMBUTAN

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan hidayahNya serta kerja keras penyusun telah

berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para

penyuluh dan pelaku utama maupun pelaku usaha. Oleh karena itu, kami

mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah mencurahkan pikiran,

waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini siap untuk digunakan.

Materi Penyuluhan merupakan salah satu bagian yang penting

dalam penyelenggaraan suatu penyuluhan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan

baik dan tujuan dapat tercapai. Kami berharap materi ini akan memberikan

kontribusi yang positif terhadap pencapaian tujuan dari Penyelenggaraan

Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan materi penyuluhan ini

masih banyak kekurangan. Kritik, usul, atau saran yang konstruktif

sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaannya di

masa mendatang.

Jakarta, Nopember 2011

Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

(2)

ii PENGANTAR

Salah satu visi KKP adalah peningkatan produksi budidaya perikanan dari tahun 2009 – 2014 ditargetkan meningkat 395% yaitu dari 1.305.000 ton (2009) menjadi 5.153.300 ton (2014). Komoditas ikan budidaya yang dipacu terutama adalah ikan lele, ikan patin, ikan bandeng dan ikan kerapu. Ikan lele disebut pertama, artinya ikan lele diberi beban terbesar untuk mencapai target tersebut.

Ikan lele menjadi tumpuan harapan utama karena tersedianya komoditas unggul yang oleh para peneliti kita selalu diupayakan untuk lebih unggul lagi dan adanya hubungan kerjasama dengan Kenya sehingga kita mendapat kemudahan untuk mendapatkan induk lele Afrika yang menjadi induk penjenis lele dumbo Clarias gariepenus.

Penemuan kolam terpal juga mempengaruhi pesatnya usaha budidaya lele. Terpal bekas spanduk/banner/baliho pemilu dari legislatif, presiden gubernur sampai bupati/walikota bisa bertahan hingga 5 tahun, lebih awet dan lebih mudah daripada terpal tenda yang hanya 1-2 tahun saja.

Semoga lele dapat menjadi pendukung utama Indonesia menjadi produsen terbesar perikanan dunia.

Jakarta, Nopember 2011

Penulis

(3)

iii

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

INFORMASI VISUAL ...

PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ... B. Deskripsi Singkat ... C. Tujuan Pembelajaran... D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... MATERI POKOK I : PEMBENIHAN ...

A. Lokasi ... B. Induk ... C. Bak Pemijahan ... D. Teknik Pemijahan ... E. Pemijahan Alami ... F. Rangsangan Pemijahan Dengan Penyuntikan Hormon ... G. Pemijahan Setelah Penyuntikan hormon ... H. Pendederan ... I. Simulasi Usaha Pembenihan ... J. Latihan ... K. Rangkuman ... L. Evaluasi Materi Pokok I ... MATERI POKOK II : PEMBESARAN DI KOLAM TANAH DAN KOLAM TEMBOK ...

A. Pembesaran di Kolam Tanah ... B. Pembesaran di Kolam Tembok ... C. Pemberian Pakan ... D. Pakan Buatan ... E. Pakan Alternatif ... F. Penanggulangan Hama dan Penyakit ... G. Latihan ... H. Rangkuman ... I. Evaluasi Materi Pokok II ...

(4)

iv

MATERI POKOK III : PEMBESARAN DI KOLAM TERPAL ...

A. Lokasi Untuk Kolam Terpal ... B. Membuat Kolam ... C. Konstruksi Kolam ... D. Pemberian Pakan ... E. Simulasi Usaha ... F. Latihan ... G. Rangkuman ... H. Evaluasi Materi Pokok III ... PENUTUP ...

DAFTAR PUSTAKA ...

KUNCI JAWABAN ... 31

(5)

v

INFORMASI VISUAL

Halaman

Tabel 1. Negara Tujuan Ekspor Berdasarkan jenis Produk ...…………... 1

Tabel 2. Parameter dan Kisaran Optimum Kualitas Air ……….... 4

Tabel 3. Pusat Pengembangan Induk Ikan Lele (Puslena) ... 5

Tabel 4. Proses Produksi Induk Ikan Lele Dumbo ... 5

Tabel 5. Krriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi ………... 6

Tabel 6. Ciri-ciri dan Cara Menentukan induk Matang Gonad ...………... 6

Gambar 1. Proses Pe ijaha ...………... 7

Tabel 7. Kriteria Kualitatif Benih ikan Lele Dumbo ... 16

Tabel 8. Proses Produksi Benih Ikan Lele Dumbo Pada Setiap Tingkatan Pemeliharaan ... 16

Gambar 2. Perbedaa Lele Ja ta da Beti a ………... 19

Gambar 3. Penyuntikan Hormon dan Pemasangan Kakaban ... 20

Gambar 4. Pembuatan Kolam dan Kolam Tanah ... 29

Gambar 5. Kolam Tembok ... 30

Tabel 9. Kelebihan dan Kelemahan Bentuk dan Bahan Kolan terpal ... 36

Tabel 10. Jumlah Pakan yang Diberikan pada ikan lele ... 40

Tabel 11. Syarat Mutu Pakan Lele Dumbo ... 41

Gambar 6. Kolam Terpal ... 44

Gambar 7. Kolam Terpal dengan Berbagai Kerangka Penahan ... 45

Gambar 8. Minapadi ... 47

Gambar 9. Akuaponik Lele ... 47

Gambar 10. Kombinasi Dengan Sapi ... 48

(6)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lele adalah komoditas budidaya perikanan global. Lele diekspor ke seluruh dunia dalam bentuk daging sayat (fillet), utuh (whole around) tanpa kepala (head less) tanpa insang dan isi perut (whole gill gutted/GG) dan daging halus (surimi). Permintaan pasar ekspor adalah lele berukuran sekitar 500 g/ekor (2 ekor/kg)

Tabel 1. Negara Tujuan Ekspor Berdasarkan Jenis Produk

No. Negara Jenis produk Ukuran (g/ekor)

1 Taiwan Surimi Semua ukuran

2 Singapura Fillet 300 – 700

3 Hongkong Fillet dan whole gill and gutted (GG)

300 – 700

4 Jepang Fillet dan surimi 300 – 800

5 Belanda Fillet 300 – 700

6 Perancis Fillet 300 – 700

7 Italia Fillet 300 – 700

8 Spanyol Fillet 300 – 700

9 USA Fillet 300 – 700

10 Turki Fillet 300 – 700

11 Emirat Arab GG 200 – 800

12 Afrika Selatan GG 200 – 800

Mahyudin (2008)

Di dalam negeri warung tenda pecel lele telah merambah ke seluruh pelosok tanah air dari Aceh hingga Papua, restoran franchise (waralaba) lele tersebar di berbagai kota besar, umumnya disajikan dengan digoreng utuh ukuran 100 g – 125 g (8 – 10 ekor/kg). Pecel lele menjadi menu harian rakyat, dari pilot odong-odong sampai pilot pesawat terbang dari mantri hingga menteri, semua suka. Restoran lele bersaing bukan dari rasa lelenya saja tapi juga dari lalapan dan sambalnya yang sedap tanpa micin. Makan lele sangat disukai karena praktis bisa pakai tangan, tidak banyak duri dan pasti masih sangat segar. Oleh karena itu, pangsa pasar lele selalu meningkat.

Momentum ini harus benar-benar dimanfaatkan oleh pembudidaya karena budidaya lele sangat mudah sebab kemampuan lele untuk bertahan hidup sangat tinggi oleh adanya alat bantu pernapasan labirin (aboresen) yaitu dapat mengambil oksigen langsung dari udara dan pakan yang tidak pilih-pilih.

Permasalahan budidaya lele bukan pada ketahanan pangan (food security) tetapi lebih kepada keamanan pangan (food safety) dan citra pangan (food image).

Pada kondisi permintaan seperti sekarang ini budidaya lele tidak boleh dilakukan dengan : - Kolam comberan

(7)

2

- Memberi pakan bangkai, kotoran hewan dan lain-lain secara langsung tanpa melalui proses keamanan pakan dan kesehatan terlebih dahulu.

Jenis lele yang ada di pasaran saat ini ada beberapa macam yaitu :

- Lele lokal (Clarias batrachus): biasanya tangkapan dari alam, hasil dari budidaya jumlahnya sangat sedikit.

- Lele dumbo : hasil kawin silang antara lele Afrika Clarias gariepenus dengan lele Taiwan Clarias fuscus.

- Lele phyton : hasil kawin silang lele dumbo F2 betina dari Thailand (F2d89CPP) dengan lele dumbo F6 jantan asal indonesia.

- Lele sangkuriang 1 : hasil kawin silang lele dumbo F2 betina indonesia dengan F6 jantan Indonesia menghasilkan F2 F6 jantan, selanjutnya F2 F6 jantan dikawinkan dengan F2 betina lain, anaknya disebut lele sangkuriang. Tetapi lele sangkuriang jantan dikawinkan dengan sangkuriang betina hasilnya sudah bukan lele sangkuriang lagi.

- Lele sangkuriang 2 : dirilis tahun 2012 sama dengan lele sangkuriang 1 tetapi induk pokoknya asli Clarias gariepenus yang dikirim langsung dari Kenya tanpa dikawin silangkan dengan lele Taiwan (Clarias fuscus), tetapi dengan induk sesama Clarias gariepenus. Sangkuriang 2 ini pertumbuhannya lebih cepat daripada lele sangkuriang 1.

B. Deskripsi Singkat

Materi budidaya ikan lele ini menjelaskan tentang pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan lele diberbagai bentuk wadah dengan metode pemeliharaan sesuai standar yang berlaku.

C. Tujuan Pembelajaran

Pembenihan lele sebenarnya mudah dilakukan tetapi karena lele dumbo berasal dari luar negeri, maka kecermatan dan kemampuan telusur induk yang akan dipijahkan harus benar-benar dikuasai oleh pelaku utama agar tidak terjadi penurunan kualitas benih. Pelaku utama budidaya juga harus memahami kualitas benih yang dibesarkan agar tidak mengalami kerugian usaha. Pembesaran lele juga harus dilakukan di wadah dan pemberian pakan yang standar agar citra lele dimata konsumen akhir tetap tinggi.

D. Materi pokok dan Sub Materi Pokok

1. Pembenihan a. Lokasi b. Induk

c. Bak Pemijahan d. Teknik Pemijahan e. Pemijahan Alami

f. Rangsangan Pemijahan Dengan Penyuntikan Hormon g. Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon

(8)

3 i. Simulasi Usaha Pembenihan

2. Pembesaran di Kolam Tanah dan Kolam Tembok a. Pembesaran di Kolam Tanah

b. Pembesaran di Kolam Tembok c. Pemberian Pakan

d. Pakan buatan e. Pakan alternatif

f. Penanggulangan hama dan penyakit

3. Pembesaran di Kolam Terpal a. Lokasi Kolam Terpal b. Membuat Kolam c. Pemberian Pakan

(9)

4

MATERI POKOK 1.

PEMBENIHAN

A. Lokasi

Usaha budidaya lele tidak memerlukan persyaratan yang ketat seperti untuk ikan lain. Sebagai indikator kalau lahan itu bisa digunakan untuk pembenihan ikan lain, untuk ikan lele pasti bisa digunakan.

Namun demikian, agar usaha dapat berkesinambungan, hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan :

1. Lokasi berada pada daerah yang bebas banjir dan bebas pengaruh pencemaran.

2. Tanah dasar kolam merupakan tanah yang stabil warna kehitaman yang memiliki tekstur 50 – 60% lempung, lebih kecil dari 20% pasir dan sisanya serbuk bahan organik.

3. Keasaman (pH) tanah lebih dari 5.

4. Sumber air tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.

Untuk membangun kolam (wadah budidaya) konstruksi pematang harus kuat dibuat dari tanah, tembok atau dilapis terpal. Luas kolam disesuaikan dengan padat tebar. Kedalaman air antara 0,75 m – 1,5 m. harus diperhatikan bahwa wadah harus dapat dikeringkan.

Kualitas air yang diperlukan sebaiknya pada kisaran kualitas pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter dan Kiasaran Optimum Kualitas Air

No. Parameter Satuan Kisaran optimum

1 Suhu 0C 25-30

2 Nilai pH - 6,5-8,5

3 Oksigen terlarut mg/l > 4

4 Kecerahan cm 25-30

5 Amoniak (NH3) mg/l < 0,01

(SNI : 01-6484.3-2000)

B. Induk

(10)

5

Tabel 3. Pusat Pengembangan Induk Ikan Lele (Puslena)

No. Instansi Telepon

1 BBPBAT Sukabumi 0266 – 225240

0266 – 225211 0266 – 221762

2 BRPBAT Bogor 0251 – 8313200

Fax. 0251 – 8327890 3 LRPTPBAT Sukamandi 0260 – 520500

0260 – 520663 Fax. 0260 – 520662

4 PBIAT Ngrajek 0293 – 788306

5 BPBAT Cijengkol 0260 - 520084

Proses produksi induk yang berkualitas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Proses Produksi Induk Ikan Lele Dumbo

Wadah

Penebaran Pemberian Pakan Waktu pemeliha raan (hari) Pemanenan Kepad atan (ekor/ m3)

Ukur an (g) Dosis (% bobot biom as) Freku en si (kali/h ari ) Sinta san (%) Bobo t (g) Panja ng stand ar (cm) Kolam Pembesa

ran 1 10-15

10-15 4-5 2-3 90-100 80

100-150 25-30 Pembesa

ran 2 3-5

100-150 3-4 2-3 150-175 80-90

500-750 40-45 SNI 01-6484.1-2000

Penggunaan bahan :

 Pakan : pellet (dosis dan frekuensi pemberian lihat Tabel 4)

 Obat-obatan dan bahan kimia : antibiotik (jika diperlukan, oksitetrasiklin dengan dosis 5 mg/l-10 mg/l), kalium permanganat 1 mg/l-3 mg/l, formalin 25 ppm, garam 500 mg/l-1.000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam.

 Pupuk organik dengan dosis 500 g/m2

(11)

6

1. Persyaratan Induk

1) Kriteria kualitatif

a. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar. b. Warna : bagian atas kepala berwarna hijau kehitaman, bagian punggung atas sampai

pangkal ekor berwarna hijau kecoklatan dengan loreng berwarna coklat kehitaman, mulai kepala bagian bawah sampai ke pangkal ekor berwarna putih keruh.

c. Bentuk tubuh : begian kepala pipih horizontal, bagian badan bulat memanjang dan bagian ekor pipih vertikal.

d. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli jasad pathogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tutup berlendir.

e. Gerakan : lamban dan jinak

2) Kriteria kuantitatif

Kriteria kuantitatif sifat reproduksi seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi

Kriteria Satuan Jenis kelamin

Jantan Betina

1. Umur induk bulan 8-12 12-15

2. Panjang standar cm 40-45 38-40

3. Bobot badan pertama matang gonad

g/ekor 500-750 400-500

4. Fekunditas butir/kg bobot tubuh

- 50.000-100.000

5. Diameter telur mm - 1,4-1,5

(SNI : 01-6484.1-2000)

2. Pemijahan Induk

Pemijahan induk bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad. Ciri-ciri induk yang siap memijah pada Tabel 6.

Tabel 6. Ciri-ciri dan Cara Menentukan Induk Matang Gonad

Betina Jantan

- Perut membesar/buncit dan terasa lembek jika diraba.

- Pergerakan lamban dan jinak.

- Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar (bengkak)

- Alat kelamin memerah.

- Alat kelamin tampak jelas dan meruncing.

- Tubuh ramping dan gerakannya lincah.

(12)

7 dilakukan dengan meraba bagian perut dan pengamatan bagian anus.

- Matang gonad ditunjukkan dengan bagian perut membesar lunak kalau diraba.

- Bagian anus menonjol kemerahan

serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor.

Mahyudin (2008) dan SNI : 01-6484.1-2000

C. Bak Pemijahan

Bak pemijahan sebaiknya dari semen, fiber glass, atau terpal agar mudah dibersihkan. Bak pemijahan biasanya berukuran panjang 2 – 3 m, lebar 1 – 2 m dan tinggi 1 m. setelah bak dikeringkan dan dijemur, diisi air bersih setinggi 40 – 70 cm.

Bak pemijahan dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk yang dijepit dengan bambu. Kakaban disusun secara teratur agar berada antara 5 – 10 cm dibawah permukaan air.

D. Teknik Pemijahan

Pada dasarnya semua biota dewasa akan berusaha untuk berkembang biak. Jadi kalau manusia menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai untuk terjadinya pemijahan pada ikan lele yang telah matang gonad, proses pemijahan terjadi secara alami. Namun demikian pada ikan yang telah matang gonad tetapi tidak mau memijah, pemijahan bisa dilakukan dengan menyuntikkan hormon perangsang memijah. Secara garis besar proses pemijahan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses Pemijahan

E. Pemijahan Alami

Pemijahan alami tidak menggunakan tambahan obat-obatan untuk merangsang pemijahan. Pemijahan alami masih banyak diterapkan oleh para pembudidaya lele saat ini. Mereka beranggapan

Induk Matang Gonad (Jantan dan Betina)

 Penyiapan sarana dan prasarana pemijahan

 Manipulasi lingkungan

Suntik Hormon 1. Hormon alamiah (hipofisa) 2. Hormon buatan/sintetis

(Ovaprim, HCG, LHRH)

Memijah Memijah

(13)

8

bahwa hasil yang diperoleh dengan teknik buatan belum tentu lebih baik dari teknik pemijahan alami. Cara pemijahan alami pun diyakini lebih baik daripada menggunakan teknik pemijahan buatan karena tidak terlalu memaksa indukan untuk mengeluarkan telurnya. Jika induk ini telah siap memijah maka setelah induk jantan dan betina disatukan, diharapkan akan terjadi pemijahan.

Berikut langkah-langkah untuk melakukan pemijahan secara alami :

1. Siapkan kolam pemijahan dengan membersihkannya terlebih dahulu. Setelah itu masukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur. Untuk kolam berukuran 2 m x 2 m x 1 m, dibutuhkan kakaban sebnayak 10-12 buah. Kakaban diletakkan di dasar dan diberikan pemberat berupa batu. Kakaban disusun berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak menempel.

2. Isi kolam dengan air hingga ketinggian sekitar 40 cm.

3. Lakukan seleksi induk untuk mendapatkan induk yang siap memijah dan memiliki gonad yang berkualitas dan berpotensi menghasilkan banyak telur.

4. Setelah wadah terisi air, masukkan induk yang telah diseleksi ke dalamnya dengan perbandingan satu ekor jantan dan dua ekor betina. Biasanya, induk dipindahkan ke dalam wadah pemijahan pada sore hari sekitar pukul 15.00 – 17.00. Pemindahan dari kolam indukan ke kolam pemijahan dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan seser atau serokan.

5. Biarkan induk dalam kolam selama satu malam. Secara umum, lele akan memijah pada malam hari sekitar pukul 22.00 – 02.00. Pada proses pemijahan, betina akan mengeluarkan telur dan dibuahi oleh sang jantan.

6. Lakukan pengecekan pada pagi harinya. Jika pemijahan berlangsung lancar, pada pukul empat pagi telur-telur akan memenuhi kakaban.

7. Pindahkan kakaban yang telah ditempeli telur secara hati-hati ke dalam kolam penetasan. Jika induk baru memijah pada pagi hari maka pemindahan kakaban dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 14.00 – 16.00. Setelah itu, tinggal menunggu telur menetas.

8. Selanjutnya, pindahkan indukan yang telah memijah dari kolam pemijahan ke kolam pemeliharaan induk. Induk betina dapat dipijahkan kembali setelah tiga minggu sampai satu bulan masa istirahat. Sedangkan induk jantan memerlukan waktu 1-2 minggu masa istirahat.

F. Rangsangan Pemijahan dengan Penyuntikan Hormon

Kebutuhan benih lele yang sangat besar tidak mungkin dapat dicukupi hanya oleh induk-induk yang memijah secara alami. Penyuntikan hormon mutlak diperlukan.

(14)

9

1. Penyuntikan hormon alamiah (hipofisa)

Hormon ini diambilkan dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak kecil. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil.

Untuk penyuntikan, diperlukan kelenjar hipofisa yang diambil dari donor, sedangkan penerimanya disebut resipien. Sebagai donor dapat dipilihkan lele, ikan mas (tombro, karper, Cyprinus carpio), atau lele lokal (Clarias batrachus). Hormon yang berasal dari ikan jenis lain tidak cocok. Karena hormon untuk keperluan penyuntikan ini diambil dari hipofisa maka tindakan penyuntikan untuk merangsang pemijahan ini disebut juga hipofisasi.

a. Dosis hipofisa

Banyaknya kelenjar hipofisa yang perlu disuntikkan kepada induk lele adalah 3 dosis. Artinya ikan yang beratnya 0,5 kg, misalnya, memerlukan kelenjar hipofisa yang berasal dari donor yang berat badannya 1,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu dapat terdiri dari 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapat juga dipakai seekor yang beratnya 1,5 kg.

Sebagai donor sebaiknya dipilihkan ikan yang sudah dewasa, jantan maupun betina sama saja. Apabila dipilihkan ikan belum dewasa kadar hormon dalam hipofisanya sedikit.

b. Pengambilan hipofisa dan pembuatan ekstrak

Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut : 1) Siapkan ikan (lele/mas) yang akan dijadikan donor.

2) Pegang bagian kepalanya bila licin, badannya dapat dibungkus dengan lap. Sementara bagian kepala dipegang, bagian badan diletakan diatas talenen. Kepala ikan dipotong dibagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.

3) Setelah terpotong, sisir tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya terbuka dan otaknya kelihatan.

4) Singkap otaknya menggunakan pinset, tepat dibagian bawah otak akan terlihat kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butiran kacang hijau.

5) Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakan ke dalam cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang melekat hilang. Cara membersihkannya dengan disemprot aquades menggunakan pipet.

6) Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, lalu masukan ke dalam tabung penggerus (dapat menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.

(15)

10

8) Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap didasar. Cairan dibagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk disuntikan pada ikan.

c. Penyuntikan ekstrak hipofisa

Induk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam hapa. Induk tersebut dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya tidak licin. Hormon didalam spuit disuntikan didekat sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular). Setelah disuntik, induk betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Biarkan lele dalam keadaan tenang.

2. Penyuntikan hormon buatan

Hormon sintesis (buatan) kini dapat dibeli di toko-toko obat perikanan, yaitu hormon yang disebut Ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk lele yang beratnya 1 kg. induk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon ovaprim 0,15-0,25 ml.

Penyuntikan menggunakan hormon Ovaprim sangat praktis sebab sudah berupa larutan sehingga tinggal disuntikan saja, hormon sisa di dalam ampul dapat disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung (suhu kamar), dalam ruang ini, Ovaprim tahan hingga 3-4 bulan.

Urutan pemijahan lele dengan hormon buatan adalah sebagai berikut : a. Siapkan kolam pemijahan

1. Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan. 2. Cuci dan jemur kakaban dengan jumlah cukup menutupi 75% dasar kolam.

3. Pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakan kakaban itu 5-10 cm diatas dasar kolam. Gunakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnya. Diatasnya juga ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser.

4. Menjelang dilakukan penyuntikan, kolam tersebut diisi dengan air sampai kakaban terendam air 5 cm-10 cm.

b. Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah 1. Pada pagi hari, tangkap induk lele betina dan jantan.

2. Pilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi kalau diurut tidak dapat keluar telurnya.

3. Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat dari alat kelaminnya (perut tetap langsing) kalau diurut juga tidak dapat mengeluarkan sperma. Oleh karena itu, lele disuntik dengan hormon.

4. Pisahkan induk jantan dan betina didalam wadah atau hapa tersendiri sambil menunggu saat disuntik.

c. Siapkan alat dan hormon Ovaprim untuk disuntikan

(16)

11 d. Timbang induk betina dan tentukan dosis ovaprim

1) Induk yang beratnya 1 kg, dosis hormon ovaprim 0,3-0,5 cc. bila beratnya 0,5 kg maka dosis yang diperlukan setengahnya, yakni 0,15-0,25 cc ( sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).

2) Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml. setelah itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aquades atau larutan garam fisiologis 0.7% sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.

e. Cara penyuntikan

1) Seorang membantu memegang ikan lele yang hendak disuntik ( ikan betina lebih dulu) dengan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakan ikan tersebut sambil terus dipegang diatas meja yang sudah disiapkan dan diberi alas handuk/lap bersih.

2) Seorang lainnya menyuntikan hormon yang sudah disiapkan kedalam daging lele dibagian punggung. Sebanyak setengah dosis disebelah kiri sirip punggung dan stengah dosis lagi disebelah kanan.

3) Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum dicabut, lalu bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.

4) Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

f. Siapkan kolam penetasan telur

1) Kolam penetasan telur dapat berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2. Beberapa hari sebelumnya, kolam mini sudah dikeringkan/dijemur dan dibersihkan dari segala hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum digunakan. 2) Kolam penetasan telur dapat juga berupa kolam berlapis plastik, ukuran lebar 2-3 m

dan panjang 8-10 m. Selama dua hari sebelum digunakan, kolam telah dibersihkan, lalu diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air langsung dari sungai kurang baik untuk penetesan telur, karena mengeluarkan jamur atau bakteri yang menyerang telur.

Pengalaman dari pembudidaya, air untuk pembenihan disediakan dari sumur bor yang disimpan didalam tandon besar ( 3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam kasar ( tanpa iodium ) sebanyak 100 gr setiap 1 m3 air, lalu diaduk dan diendapkan. Ternyata dengan perlakuan tersebut, penetesan dan pemeliharaan benih lancar serta tak pernah menderita kematian karena jamur dan bakteri.

G. Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon

Setelah hormon disuntikan, induk lele siap dipijahkan. Pemijahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan pengurutan (striping)

1. Pemijahan secara alami

(17)

12

hormon yang telah disiapkan (cara penyiapan sama seperti untuk penyuntikan induk betina ). Selang waktu itu diberikan karena reaksi terhadap hormon pada induk jantan lebih cepat dari pada induk betina. Dengan demikian, induk betina dan induk jantan akan memijah bersamaan.

Kolam pemijahan untuk sepasang induk sebaiknya berukuran minimum 6 m2 atau 2x3 m. Kolam dapat berupa kolam tanah atau kolam semen dengan kedalaman air kurang dari 75 cm. bila kolam pemijahan terlalu sempit, induk betina dapat menderita luka-luka karena perilaku pejantan yang terlalu kuat atau ganas.

Setelah mendapatkan suntikan hormon, induk jantan dimasukan kedalam kolam pemijahan bercampur dengan induk betina yang telah disuntik lebih dahulu. Menurut pengalaman, induk lele biasanya disuntik pada pukul 15.00. Pada malam hari sekitar pukul 19.00, induk lele sudah mulai berkejaran tanda hendak memijah (kawin). Sekitar pukul 24.00, bila dilihat dengan lampu senter, induk sudah tenang kembali pertanda pemijahan sudah selesai. Saat itu telur- telur ikan terlihat banyak sekali melekat pada kakaban.

Keesokan harinya, antara pukul 08.00 – 09.00, tampak telur-telur melekat pada kakaban. Telur yang dibuahi berbentuk bulat dan jernih berwarna abu-abu sedikit kekuningan. Bila telur tidak terbuahi, akan berwarna putih dan akan ditumbuhi jamur atau dimakan bakteri. Telur yang mati tersebut sedapat mungkin segera dibuang agar tidak menular telur yang dibuahi.

Kakaban yang telah diletaki telur dipindahkan kedalam kolam/bak penetasan yang telah dibersihkan dan diisi air sedalam 20 – 30 cm. kolam pemijahan diberi atap dari plastik yang tembus cahaya agar tidak terkena hujan maupun panas matahari langsung. Kolam penetesan juga berlanjut menjadi kolam pendederan sampai burayak berumur 12 – 15 hari.

Setelah 30 – 40 jam, telur lele akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban dikeluarkan dari dalam kolam penetasan untuk dicuci, lalu dijemur agar dapat digunakan lagi. Anak lele yang baru menetas (burayak) masih membawa kantung kuning telur dan gerak renangnya masih lambat. Kadang kala katak juga bertelur didalam kolam penetasan tersebut sehingga telur-telur katak harus dibuang secepat mungkin sebelum menetas agar berudunya tidak menggangu burayak lele. Supaya katak yang dapat memangsa burayak lele tersebut tidak dapat masuk kedalam kolam penetasan maka kolam/bak harus diberi penutup dari kawat anyaman kandang ayam.

Pada hari ke-2 setelah menetas burayak lele mulai makan sehingga harus diberi pakan berupa kutu air yang kecil (Rotifera dan daphnia). Hari ke-4 mulai diberi cacing sutera. Sebagai tambahan, dapat juga diberi tepung ikan yang disaring lembut. Pemberiannya sedikit saja dengan cara dipercikan dibeberapa tempat. Pemberian tepung ikan jangan berlebihan Karena sisa yang tidak termakan dapat membusuk.

(18)

13

2. Pembuahan Telur melalui Pengurutan (Stripping)

Alternatif lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melakukan pengurutan (stripping). Setelah hormon disuntikan dan induk siap memijah, disaat yang tepat dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan dalam suatu wadah agar terjadi pembuahan secara buatan didalam baskom.

Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya lebih banyak karena segalanya lebih terkontrol. Namun, proses ini memerlukan teknisi pelaksana yang mempunyai keterampilan lebih baik.

Beberapa keuntungan cara pengurutan ini antara lain seperti berikut. a) Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis (lebih ilmiah) b) Jumlah telur yang dibuahi oleh sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.

c) Dapat dilakukan pengaturan waktu, misalnya waktu pengurutan, waktu mendapatkan burayak, dan pengaturan waktu lainnya.

Telur dalam wadah yang dibuahi lalu diteteskan didalam hapa dengan diairi air bersih terus menerus sampai 2 minggu lamanya dengan diberi pakan zooplankton dan serbuk pakan yang mencukupi.

a. Cara pengeluaran telur

Setelah disuntik dengan hormon Ovaprim atau hormon dari hipofisa, induk jantan maupun induk betina dipisahkan, masing-masing diletakan di dalam hapa yang telah dipasng dikolam yang airnya jernih dan tenang. Sekitar 10 jam setelah disuntik, diperkirakan telur sudah dapat diurut. Namun, sebelumnya induk lele tersebut perlu diperiksa dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya antara lain.

1) Induk lele ditangkap menggunakan serok. Badannya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit kearah dubur.

2) Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dada kearah dubur. Telur yang keluar ditampung dalam sebuah baskom yang bersih dan kering.

3) Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk lele tersebut dikembalikan kedalam hapa penampungan lagi. Selanjutnya, perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit, barang kali telur sudah siap dikeluarkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai berikut:

1) Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu diurut.

2) Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan bersih karena kotoran dapat mempengaruhi proses pembuahan.

b. Cara mengeluarkan sperma

(19)

14

1) Induk jantan dibedah perutnya lalu seluruh kantong sperma diambil.

2) Kantung sperma dipotong dengan gunting yang bersih, kemudian dicampur dengan 100-200 ml larutan garam fisiologis ( larutan NaCL 7%). Kantung sperma tersebut dijepit dengan pinset (atau dengan jari tangan yang bersih), lalu diremas-remas agar sel-sel sperma keluar kedalam larutan NaCl tersebut. Tidak ada ketentuan khusus tentang banyaknya larutan garam fisiologis yang digunakan untuk mencampur sperma. Namun, umumnya setengah gelas (100 ml) cukup untuk kantung sperma dari seekor lele jantan. Hal yang perlu diketahui bahwa manfaat larutan garam 7% adalah 1) untuk mengencerkan sperma agar telur yang akan terbuahi semakin banyak dan 2) untuk memperpanjang umur sperma setelah keluar dari kantung sperma. Jika didalam air tanpa garam NaCl, sperma lele hanya tahan hidup sekitar 3 menit, sedangkan didalam larutan garam tersebut, dapat hidup sampai 60 menit.

c. Cara melakukan pembuahan

Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan. Caranya adalah sebagai berikut :

1) Telur ditampung dalam baskom. Sperma didalam cawan tadi dituangkan kedalam telur lalu diaduk menggunakan bulu ayam yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan sebelumnya.

2) Campurkan telur dan sperma tersebut lalu diaduk selama 2-3 detik, lalu dituangi air bersih (air sumur atau air dari mata air) sebanyak 1-2 liter, penuangan air dilakukan secara perlahan-lahan sambil terus diaduk selama 2 menit. Menurut pengalaman, saat ini semua telur telah terbuahi oleh sperma.

3) Telur dicuci atau dibilas dengan air bersih lebih banyak lagi agar sperma yang tersisa dapat terbuang karena sperma adalah protein yang mudah membusuk yang dapat berakibat buruk bagi telur.

4) Selanjutnya, telur yang telah terbuahi itu ditebarkan dalam suatu tempat penetasan yang berbentuk nampan dari kain kelambu atau dari kain jaring yang diapungkan didalam bak berisi air bersih dengan aliran air jernih perlahan-lahan.

5) Telur akan menetas dalam waktu 36-40 jam pada suhu air 26-28oC. telur yang tidak terbuahi akan mati dan warnanya berubah menjadi putih dan akhirnya ditumbuhi jamur. Oleh karena itu, telur yang telah berwarna putih harus segera dibuang.

H. Pendederan

a. Pendederan pertama (P I)

Pemeliharaan benih dari tingkat larva sampai ke tingkat benih ukuran 1 cm – 3 cm. b. Pendederan kedua (P II)

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 1 cm – 3 cm sampai ke tingkat benih ukuran 3 cm – 5 cm.

(20)

15

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 3 cm – 5 cm sampai ke tingkat benih ukuran 5 cm – 8 cm.

d. Pendederan keempat (P IV)

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 5 cm-8 cm sampai ke tingkat benih ukuran 8 cm-12 cm.

1. Klasifikasi

Benih ikan lele dumbo kelas benih sebar digolongkan dalam 1 (satu) tingkatan mutu berdasarkan kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif.

2. Persyaratan

a. Kriteria kualitatif

1) Larva

a) Asal : hasil penetasan telur dari pemijahan induk kelas induk pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan

b) Warna : coklat-hitam, bergantung warna wadah c) Bentuk tubuh : belum sempura

d) Gerakan/perilaku : berenang aktif dan tidak bergerombol 2) Benih P I

a) Asal : larva dari pemijahan induk kelas induk pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan

b) Warna : bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap. c) Bentuk tubuh : menyerupai bentuk dewasa

d) Gerakan/perilaku : berenang lambat di permukaan tepi wadah, gerakan vertikal saat mengambil oksigen ke atas permukaan air, setelah berumur 10 hari.

3) Benih P II

a) Asal : hasil P I dari pemijahan induk kelas induk pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan

b) Warna : bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap. c) Bentuk tubuh : menyerupai bentuk dewasa

d) Gerakan/perilaku : berenang menyebar dengan aktif, sesekali gerakannya vertikal saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.

4) Benih P III

a) Asal : hasil P II dari pemijahan induk kelas induk pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan

b) Warna : bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap hijau, kelabu dan ekor berwarna terang bersinar

(21)

16

d) Gerakan/perilaku : berenang menyebar dengan aktif, sesekali gerakannya vertikal saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.

5) Benih P IV

a) Asal : hasil P III dari pemijahan induk kelas induk pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan

b) Warna : bagian perut berwarna kuning, bagian punggung berwarna gelap hijau, kelabu dan ekor berwarna terang bersinar

c) Bentuk tubuh : menyerupai bentuk dewasa

d) Gerakan/perilaku : berenang menyebar dengan aktif, sesekali gerakannya vertikal saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.

b. Kriteria kuantitatif

Kriteria kuantitatif benih ikan lele dumbo kelas benih sebar (lihat tabel 7)

Tabel 7. Kriteria Kualitatif Benih Ikan Lele Dumbo

No Kriteria Satuan Larva Pend. I Pend. II Pend. III Pend. IV

1 Umur hari 3 20 40 54 75

2 Panjang cm 0,75-1,0 1-3 3-5 5-8 8-12

3 Bobot gram 0,5 10 25 50 100

4 Keseragaman

ukuran % > 90 > 75 > 75 > 75 > 75

5 Keseragaman

warna % 100 >90 >90 >90 >98

Tabel 8. Proses Produksi Benih Ikan Lele Dumbo pada Setiap Tingkatan Pemeliharaan

No Kriteria Satuan P I P II P III P IV

1 Pupuk organik g/m2 500 200 200 150

2 Kapur tohor g/m2 50 50 50 50

3 Ukuran benih cm 0,75-1,00 1-3 3-5 5-8

4 Padat tebar ekor/m2 100 50 25 20

5 Pakan

- Tingkat pemberian

- Frekuensi pemberian

% bobot biomasa kali/hari

20

2

10

3

5

3

3-4

3

6 Waktu pemeliharaan hari 20 40 54 75

7 Sintasan % 60 70 80 80

8 Ukuran panen cm 1-3 3-5 5-8 8-12

(22)

17

I. Simulasi Usaha Pembenihan

Simulasi usaha pembenihan lele yang dilakukan di kolam terpal dengan kolam perawatan induk dari tembok adalah sebagai berikut :

a) Luasan lahan

- Lahan kolam perawatan induk 30 m2. - Lahan kolam pemijahan 30 m2. - Lahan kolam pendederan 40 m2. b) Wadah pembenihan

Kolam pembenihan dari terpal dengan ukuran 2 m x 3 m x 0,6 m. Terdiri dari : - Kolam pemijahan ada 5 unit kolam.

- Kolam pendederan ada 6 unit kolam. c) Sarana dan prasarana

 Prasarana

- Pengadaan induk 30 pasang. - Perbaikan/pembuatan kolam. - Pengadaan peralatan :

o Kakaban dari ijuk minimal 20 buah.

o Thermometer, pH meter, water heater.

o Pompa air, aerator.

 Sarana

- Pakan induk berupa pellet dengan kandungan protein 28-30%. Pakan diberikan sebanyak 2-3% berat ikan dengan frekuensi 3 kali sehari.

- Pakan larva berupa suspensi kuning telur selama 5 hari. Satu butir telur untuk 100.000 larva. Setelah unur 4-5 hari setelah menetas, larva mulai diberikan pakan alami, seperti moina, daphnia, larva nyamuk, dan cacing sutera.

- Pakan benih umur 10-15 hari berupa tepung pellet.

d) Tenaga kerja yang digunakan 1 orang dan ditambah tanaga dari keluarga jika dibutuhkan.

e) Jumlah induk jantan 30 ekor dan induk betina 30 ekor. Induk lele dumbo jantan yang dipersiapkan berumur 8-12 bulan dengan berat 500-750 gr, sedangkan betina umur 12-15 bulan dengan berat 400-500 gr. Pemijahan lele dumbo dapat dilakukan secara alami atau menggunakan hormone (hipofisa). Perbandingan bobot atau jumlah antar induk jantan dan betina 1 : 1.

f) Frekuensi pemijahan. Recovery gonad induk lele 1-2 bulan. Jadi, lele dalam 1 tahun dapat dipijahkan 4-6 kali.

g) Jumlah benih yang dihasilkan dari 20 induk yang dapat menghasilkan telur masing-masing 20.000 butir dan setahun 4 kali pijah dengan SR 80% adalah 20 x 20.000 x 4 x 80% = 1.280.000 ekor per tahun.

h) Siklus periode pembenihan ikan lele 2-3 bulan.

J. Latihan

(23)

18

2. Bagaimana cara menentukan induk matang gonad jantan dan betina? 3. Bagaimana proses pemijahan lele?

4. Ada dua macam hormon perangsang pemijahan, sebutkan. 5. Apa yang biasa digunakan untuk penempelan telur? 6. Pendederan bisa dilakukan dalam berapa tahap?

K. Rangkuman

Pemilihan lokasi pembenihan perlu mempertimbangkan : bebas banjir dan bebas pencemaran, tekstur tanah 50-60% lempung, pasir kurang dari 20%, sisanya bahan organik, pH tanah lebih dari 5, sumber air tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun. Proses pemijahan dapat terjadi dengan dua cara yaitu alami dan suntik hormon. Hormon diperoleh dari kelenjar hipofisa ikan donor (hormon alamiah) atau hormon buatan (sintetis). Untuk penempelan telur digunakan kakaban yang terbuat dari ijuk dijepit kayu/bambu. Kegiatan pendederan melalui empat tahap yaitu : Pendederan (P) I : Larva sampai 1-3 cm. PII : 1-3 cm sampai 3-5 cm. PIII : 3-5 cm sampai 5-8 cm dan PIV : 5-8 cm sampai 8-12 cm.

L. Evaluasi Materi Pokok 1.

A. Pilih b bila pernyataan benar dan s bila salah

1. Pemilihan lokasi pembenihan sebaiknya bebas banjir dan bebas pencemaran b / s

2. Lele dumbo adalah lele asli Indonesia b / s

3. Salah satu tanda lele betina matang gonad adalah: alat kelamin tampak jelas dan meruncing.

b / s

4. Kelenjar hipofisa adalah hormon buatan b / s

5. Perlakuan stripping terhadap induk jantan dan betina adalah sama saja. b / s

B. Pilih jawaban yang benar

6. Kakaban umumnya terbuat dari :

a. plastic c. handuk

b. terpal d. ijuk

7. Pilih pernyataan yang paling benar a. Kelenjar hipofisa bisa dibeli ditoko

b. Hipofisa dan Ovarium sama-sama hormon alami

c. Ovarium, HCG dan LHRH adalah contoh nama dari hormon buatan d. Hipofisa adalah penyuntikan hormon buatan

8. Ikan yang diambil kelenjar hipofisanya disebut ikan :

(24)

19

b. Resipien d. Matang gonad 9. Pemijahan dengan stripping adalah :

a. Induk betina dibiarkan bertelur sendiri

b. Induk betina diurut induk jantan memijah sendiri c. Induk betina dan jantan sama-sama diurut d. Induk betina diurut induk jantan dibedah

10. Pendederan dari padat tebar/m2 pertam (PI) sampai PIV sebaiknya

a. Sama saja c. Menurun

b. Meningkat d. Terserah kita sendiri

(25)

20

(26)

21

MATERI POKOK 2.

PEMBESARAN DI KOLAM TANAH DAN KOLAM TEMBOK

Pembesaran ikan merupakan suatu tahapan kegiatan budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan lele konsumsi. Pembesaran lele dapat dilakukan di kolam tanah dan kolam tembok.

A. Pembesaran di Kolam Tanah

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembesaran adalah persiapan kolam. Kolam disiapkan untuk wadah pembesaran hingga nantinya didapatkan lingkungan yang optimal bagi kehidupan ikan. Tujuan akhirnya agar ikan lele dapat hidup dan tumbuh maksimal.

Persiapan kolam pembesaran lele pada umumnya meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, pengangkatan lumpur hitam, perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam.

1. Pengeringan

Pengeringan kolam bertujuan untuk membasmi hama dan penyakit, menghilangkan senyawa atau gas-gas beracun, serta untuk mengistirahatkan lahan. Proses pengeringan/penjemuran di dasar kolam dilakukan selama 3 – 7 hari, tergantung kondisi dan cuaca dan keadaan tanah. Pengeringan kolam dianggap selesai jika tanah dasar kolam menjadi retak-retak.

2. Pengolahan dasar kolam

Selesai pengeringan, dasar kolam tanah perlu diolah. Pengolahan dasar kolam bertujuan untuk menggemburkan tanah, memungkinkan proses pengudaraan dalam tanah berlangsung sempurna, mempercepat berlangsungnya proses penguraian senyawa-senyawa organik dalam tanah, dan membuang gas-gas beracun supaya terlepas ke udara.

3. Pengangkatan lumpur hitam

Tanah dasar kolam yang berlumpur, berbau busuk dan menyengat, serta berwarna hitam pekat, sebaiknya diangkat dan dibuang karena tiap tanah yang demikian itu sudah sangat asam. Lapisan tanah dasar kolam yang berwarna hitam tersebut dicangkul sedalam 5 – 10 cm, lalu diangkat dan dipindahkan ke pematang atau tempat lain di luar kolam.

4. Perbaikan pematang dan saluran air

(27)

22

5. Pengapuran

Pengapuran bertujuan membunuh hama, parasit, dan penyakit ikan. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran adalah kapur pertanian (CaCO3) atau dolomit dalam bentuk CaMg (CO3)2. Pemberian kapur disebar merata di permukaan tanah dasar kolam. Setelah pengapuran selesai, tanah dasar kolam dibalik dengan menggunakan cangkul. Jumlah kapur sekitar 60 – 200 gram/m2, tergantung kondisi pH tanah. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur semakin banyak.

6. Pemupukan

Pemupukan berguna untuk menyediakan media tempat tumbuh pakan alami dan unsur hara bagi plankton yang menjadi pakan bagi ikan lele. Pupuk yang sering digunakan terdiri dari kotoran yang sudah kering dari ternak besar (sapi, domba, atau kerbau) dengan dosis 150 g/m2, pupuk urea 15 g/m2, dan TSP 10 g/m2. Dosis tersebut disesuaikan dengan kesuburan kolam.

7. Pengisian air kolam

Pengisian air kolam dilakukan setelah kegiatan pengapuran dan pemupukan selesai. Pengisian air kolam dilakukan dengan ketinggian air mencapai 40 – 50 cm dari dasar kolam. Waktu penebaran benih ikan, air kolam tetap dipertahankan pada ketinggian semula karena ukuran benih masih kecil. Ketinggian air kolam dinaikkan seiring dengan bertambahnya ukuran dan berat lele hingga ketinggian 100 – 150 cm, tergantung konstruksi dan ketinggian kolam.

Setelah melalui tahapan persiapan kolam diatas, selanjutnya dilakukan penebaran benih. Padat penebaran benih yaitu jumlah ikan yang ditebarkan per satuan luas atau volume. Semakin tinggi padat penebaran benih, semakin intensif pemeliharaannya. Padat tebar benih lele di kolam tanah disesuaikan dengan ukuran kolam. Idealnya, untuk benih ukuran 3 – 5 cm kepadatan tebaran benihnya 500 – 1.000 ekor/m2. Untuk benih ukuran 5 – 8 cm bisa ditebarkan dengan kepadatan 200 – 500 ekor/m2. Sementara itu, benih ukuran 8 – 12 cm bisa ditebarkan dengan kepadatan 100 – 200 ekor/m2.

B. Pembesaran di Kolam Tembok

Persiapan awal kolam tembok sebelum digunakan meliputi pengeringan, pembersihan lumpur dan kotoran, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam. Pengeringan untuk kolam tembok dianggap selesai jika dasar dan dinding kolam sudah kering dan tidak basah. Pengeringan dilakukan dengan menjemur kolam dibawah sinar matahari kira-kira 2 – 3 hari.

(28)

23

C. Pemberian Pakan

Untuk hidup dan menjadi besar lele memerlukan pakan. Jenis, ukuran, dan jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran dan jumlah lele yang dipelihara. Ada dua jenis pakan yang paling disukai lele, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam air, seperti plankton, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia atau pabrik. Meskipun demikian, pakan alami dapat dibuat dengan cara membudidayakannya. Disamping pakan tersebut, ada satu lagi jenis pakan yang dapat diberikan, yakni pakan alternatif. Pakan alternatif yang dapat diberikan kepada lele antara lain ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah tidak layak konsumsi manusia, limbah peternakan ayam, limbah pemindangan ikan, dan daging bekicot atau daging keong mas.

Karena lele tergolong karnivora atau pemakan daging, pakan yang diberikan, baik buatan maupun alai, harus mengandung daging. Pakan buatan seperti pellet biasanya telah mengandung daging yang berasal dari tepung ikan, dengan kandungan protein tidak kurang dari 30%. Pakan buatan dalam bentuk pellet diberikan pada lele yang telah berukuran agak besar, yakni 30 gram ke atas. Sementara itu, lele yang berukuran lebih kecil dapat diberi pelet, tetapi dalam bentuk tepung atau crumble yang ukurannya lebih besar daripada tepung. Ukuran pakan buatan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut lele. Semakin kecil bukaan mulut, semakin kecil ukuran pakan yang diberikan.

Setiap hari pakan yang diberikan sebanyak 3-6 % bobot total ikan. Menjelang panen pakan dikurangi menjadi 2-3 %.

Cara pemberian pakan ditaburkan secara merata agar semua ikan memiliki peluang yang sama. Frekuensi pemberian pakan 3-4 kali sehari. Pemberian pakan pada sore atau malam hari sebaiknya diberi porsi pakan yang lebih banyak.

D. Pakan Buatan

Jika bahan baku cukup tersedia sepanjang tahun, petani bisa membuat pakan sendiri secara perorangan atau kelompok. Pakan buatan yang dikeluarkan oleh pabrik dengan harga yang bervariasi dan tergantung dari kandungan proteinnya.

1. Buatan pabrik

Pakan yang diproduksi oleh pabrik dikenal dalam bentuk pellet dengan ukuran yang bervariasi. Saat ini negara kita cukup banyak pabrik yang memproduksi pelet. Protein yang terkandung dalam pelet juga bermacam-macam, tergantung dari pabrik yang memproduksinya dan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pelet tersebut. Ada dua macam pelet, yakni pelet terapung dan pellet tenggelam. Pelet terapung adalah pelet yang jika diberikan kepada ikan, beberapa saat akan terapung di atas air kolam, sedangkan pelet tenggelam jika diberikan kepada ikan biasanya langsung tenggelam atau melayang beberapa saat di dalam air.

2. Buatan sendiri

(29)

24

pencetak atau penggiling daging yang diputar dengan tangan. Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan harus mengandung protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Protein dapat berasal dari dedak halus atau ampas tahu. Vitamin dan mineral jumlahnya tidak terlalu banyak dan bisa diperoleh di toko-toko yang menjual pakan ternak.

E. Pakan Alternatif

Pakan alternatif adalah pakan jenis lain yang dapat diberikan kepada ikan lele pada kegiatan pembesaran. Pakan tersebut bukan makanan buatan pabrik atau buatan petani, tetapi pakan yang dibuat dengan memenfaatkan sisa-sisa industri peternakan, limbah pemindangan, ikan rucah, atau berupa hama-hama yang menyerang tanaman padi, seperti keong mas. Kelemahan pakan alternatif terdapat saat pemberiannya, yakni kurang praktis jika dibandingkan dengan pakan buatan seperti pellet.

1. Limbah peternakan

Bagi para petani lele yang lokasi budidayanya dekat dengan usaha peternakan ayam atau budidaya tersebut terpadu, yakni antara budidaya lele dan ayam, usaha pembesaran lele akan sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan pakan yang dibutuhkan lele cukup dengan memanfaatkan limbah peternakan ayam tersebut. Pakan berupa bangkai ayam sebaiknya tidak diberikan secara langsung. Bulu-bulu ayam harus dibuang dengan cara dibakar atau direbus. Jika ayam yang akan diberikan terlebih dulu dibakar, dikhawatirkan bagian dalam perut daging ayam tidak akan masak, tetapi jika direbus, semua organ ayam akan masak, termasuk bagian dalamnya. Jika pakan banyak yang tersisa dan membusuk, kualitas air bisa menurun.

2. Ikan rucah

Ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang tidak dikonsumsi manusia merupakan salah satu pakan yang disukai lele. Ikan rucah banyak sekali ditemui di daerah pantai, terutama di daerah yang dekat dengan pelelangan ikan. Harga ikan ini relatif murah dan terjangkau para pembudidaya lele. Jika berukuran kecil dan tidak banyak mengandung duri atau tulang, ikan rucah dapat diberikan langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Namun, jika banyak mengandung tulang atau duri, sebelum diberikan ikan rucah harus direbus terlebih dahulu setengah masak untuk memisahkan daging dengan tulang atau durinya. Dedak halus dapat ditambahkan untuk menambah gizinya. Pakan selanjutnya ditebarkan secara langsung atau dengan cara disimpan menggunakan wadah, seperti ayakan yang ditempatkan beberapa buah di bawah permukaan air.

3. Mogot

(30)

25

4. Keong mas atau bekicot

Pakan alternatif lain yang dapat diberikan kepada lele adalah daging keong mas atau daging bekicot. Kedua jenis hewan tersebut umumnya merupakan musuh para petani, karena menyerang tanaman padi milik para petani. Dengan demikian, sebetulnya memanfaatkan keong mas sebagai makanan ikan lele berarti ikut pula membantu petani dalam memberantas hama tanaman padi.

Keong mas atau bekicot tidak dapat diberikan langsung, tetapi harus dipisahkan daging dengan cangkangnya terlebih dulu. Caranya cukup mudah, yakni dengan merebus keong mas beberapa menit di dalam wadah tertentu, kemudian satu per satu dagingnya dicongkel menggunakan alat yang runcing, sehingga terpisah dari cangkangnya. Cara lainnya dengan memecahkan cangkangnya, kemudian mengambil dagingnya.

F. Penanggulangan Hama dan Penyakit

Salah satu kendala yang sering dihadapi petani dalam budidaya lele adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Para petani yang baru bergerak dibidang budidaya lele, tentu akan mengalami kesulitan dalam menanggulangi serangan hama dan penyakit. Karena itu perlu tindakan pencegahan serangan hama dan penyakit.

1. Penanggulangan Hama

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh, dan mempengaruhi produktivitas, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama ini biasanya memangsa telur hingga lele dewasa. Hama masuk ke dalam kolam lewat tiga cara, yakni lewat air (ikan liar, belut, katak), lewat darat (ular, katak), dan lewat udara (burung).

Beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah serangan hama :

a. Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperharikan atau dipatuhi.

b. Pada pintu pemasukan dipasang saringan atau kain kasa agar hama tidak masuk ke dalam kolam.

c. Untuk hama yang masuk lewat udara, pencegahannya dilakukan dengan memasang jaring di atas kolam.

Selain hama, gulma yang tumbuh di permukaan air kolam juga harus dibersihkan karena bisa menjadi saingan dalam memperebutkan unsur hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton. Selain itu, gulma juga menghalangi masuknya sinar matahari dan menyulitkan saat pemanenan.

2. Penanggulangan Penyakit

(31)

26

besar kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk dapat disebabkan berbagai hal, seperti terjadinya perubahan lingkungan secara mendadak yang membuat lele mengalami stress atau terjadi luka dan pendarahan pada tubuhnya.

Luka dan pendarahan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik, terutama saat panen dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian halnya dengan kondisi lingkungan. Jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen di kolam rendah, ada gas beracun, atau terjadi pencemaran baik oleh limbah industri maupun rumah tangga.

a. Penyakit akibat bakteri

Bakteri yang menyerang lele dumbo adalah bakteri Aeromonas dan bakteri Pseudomonas. Kedua bakteri yang bentuknya menyerupai batang berukuran sangat kecil ini menempel di kulit, mulut, dan sirip. Gejala penyakitnya adalah muncul luka di kulit dan lama-kelamaan akan bernanah. Lele yang terserang bakteri selalu muncul kepermukaan air dalam posisi vertikal atau tubuhnya berputar-putar dalam air. Jika tidak ditanggulangi, penyakit akibat bakteri bisa menyebabkan kematian massal.

Pengendalian penyakit akibat bakteri dilakukan dengan mencampur pakan dengan antibiotik seperti Chloramphe-nicol, Terramycin atau Oxsytetracycline. Dosisnya sebanyak 5-7,5 gram/100 kg pakan. Pemberian pakan yang telah dicampur antibiotik dilakukan selama 5-15 hari. Selain itu, penanggulangan penyakit akibat bakteri juga bisa dilakukan dengan menaburkan Furaltadone sebanyak 50 ppm/jam. Furaltadone sangat efektif karena cepat diserap oleh kulit dan insang sehingga bisa digunakan untuk pencegahan ataupun pengobatan lele dumbo yang terserang bakteri.

b. Penyakit akibat jamur

Jamur Saprolegnia dan jamur Achyla sering tumbuh pada lele yang terluka. Kedua jamur ini bisa menyerang telur, larva, benih, dan lele dewasa. Gejala serangan jamur dapat diketahui dan tumbuhnya serabut seperti kapas di telur atau larva. Pada benih lele dumbo dewasa, serabut seperti kapas ini tumbuh di kulit, mulut, dna kumis. Gejala lele yang terserang jamur terlihat sering berputar-putar saat berenang.

Untuk benih dan lele dumbo dewasa, pengendalian penyakit akibat jamur dilakukan dengan mencampurkan fungisida Malachite Green Oxalate sebanyak 0,05-0,1 ppm ke dalam air kolam. Sementara itu, untuk mencegah serangan jamur pada telur dan larva dilakukan dengan merendam induk betina ke dalam larutan Wescodyner dengan dosis 25 ppm. Perendaman dilakukan selama 5-10 menit, satu jam setelah induk betina di-stripping. Selain itu, perendaman juga bisa dilakukan menggunakan Malachite Green Oxalate yang bebas seng dengan dosis 0,10-0,20 ppm selama satu jam, atau dengan dosis 5-10 ppm selama 15 menit.

c. Penyakit akibat parasit

(32)

27

penyakit sering terlihat muncul ke permukaan air dengan posisi vertikal atau terlihat menggesek-gesekkan tubuh dan kepalanya ke pinggiran kolam. Penyakit akibat parasit bisa menyebabkan kematian massal pada lele dumbo. Penanggulangannya dilakukan dengan mencampurkan formalin sebanyak 25 ppm ke dalam air kolam.

G. Latihan

1. Dalam mempersiapkan kolam pembesaran, apa saja yang perlu dilakukan? 2. Ada dua macam pakan yang bisa diberikan, sebutkan?

3. Pakan buatan bisa didapat dari mana? 4. Apa saja yang termasuk pakan alternatif

5. Untuk mencegah serangan hama hal-hal apa yang perlu di;akukan? 6. Ada berapa macam penyakit?

H. Rangkuman

Kegiatan awal pembesaran baik di kolam tanah maupun tembok prinsipnya adalah sama yaitu : pengeringan kolam, pengolahan tanah dasar kolam, penangkapan lumpur hitam, perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran, pemupukan dan pengisian air kolam. Pakan yang diberikan dalam bentuk pakan buatan. Pakan buatan bisa dibeli dari pabrik atau buatan sendiri. Pakan alternatif misalnya limbah peternakan, ikan rucah, limbah pemindangan, keong mas dan bekicot. Penanggulangan hama bisa dilakukan dengan : pengeringan dan pengapuran, pemasangan saringan dan memasang jarring. Penyakit bisa disebabkan oleh bakteri, jamur dan parasit.

I. Evaluasi Materi Pokok 2.

A. Pilih jawaban yang paling benar

1. Langkah awal persiapan kolam tanah untuk budidaya lele adalah :

a. Pengeringan, pengolahan dasar kolam, dan pengangkatan lumpur hitam b. Pengeringan, pemupukan dan pengisian air

c. Perbaikan pematang dan pengisian air d. Pengapuran dan pemupukan

2. Kapur yang sering digunakan untuk pengapuran kolam lele adalah : a. Kapur pertama aatau dolomit atau kapur tohor

b. Kapur apa saja c. Kapur bubuk

d. Sama dengan kapur papan tulis

3. Prosentase pakan yang diberikan pada ikan lele makin dewasa sebaiknya a. Makin turun c. makin tinggi

b. Sama saja d. Tergantung situasi 4. Berikut ini adalah contoh pakan alternative, kecuali :

a. Ikan rucah c. Keong mas

b. Magot d. Pelet

(33)

28

a. Lebih kuat c. Pematang lebih kecil b. Lele tidak bisa membuat lubang d. Mahal

B. Pilih b (benar) atau s (salah) pada pernyataan berikut.

6. Pakan bangkai tidak layak diberikan kecuali diolah/dimasak terlebih dahulu b / s

7. Karena lele pemakan segala, tidak masalah bila dikolam lele dibangun jamban atau mengalirkan air comberan kedalam kolam

b / s

8. Pakan alternatif adalah termasuk pelet b / s

9. Pakan buatan bisa dibuat sendiri atau oleh pabrik b / s

(34)
[image:34.595.56.428.31.497.2]

29

(35)
[image:35.595.107.520.50.542.2]

30

(36)

31

MATERI POKOK 3.

PEMBESARAN DI KOLAM TERPAL

Teknologi kolam terpal berkembang dari budidaya lele. Kolam terpal pertama kali ditemukan dan diujicobakan pada tahun 1999 oleh Bapak Mujarob, seorang petani di Bekasi, Jawa Barat. Tujuannya adalah apabila banjir ikan tidak hilang hanyut terbawa banjir. Kini, budidaya terpal telah berkembang di beberapa daerah dan penggunaanya tidak lagi terbatas pada komoditas ikan lele, tetapi juga gurame (Osphronemus gouramy), patin (Pangasius nilotica), belut (Monopterus albus), lobster air tawar (Cherax sp), dan berbagai ikan hias.

A. Lokasi untuk Kolam Terpal

Kolam terpal merupakan salah satu alternatif teknologi budidaya yang diterapkan pada lahan sempit, lahan minim air, atau lahan yang tanahnya porous, terutama tanah berpasir. Artinya kolam terpal merupakan salah satu solusi untuk pengembangan budidaya ikan di lahan kritis dan sempit.

Manfaat lahan sempit atau kritis untuk pembangunan kolam terpal perlu beberapa pertimbangan, antara lain :

1. Pertimbangan teknis

Kolam terpal dapat dibangun di beberapa tempat, termasuk di halaman rumah, bekas garasi mobil, atau bekas gedung. Beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan dalam membangun kolam terpal adalah sebagai berikut :

a) Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber air tersebut dapat berasal dari air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain yang layak digunakan. Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan dari sungai, saluran irigasi, waduk, atau danau. b) Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk budidaya ikan

lele, ketinggian yang cocok adalah 0-700 m dpl (diatas permukaan .

c) Ukuran ikan lele yang hendak dipelihara perlu diperhatikan karena terkait dengan kedalaman air di dalam kolam, misalnya benih lele cocok dipelihara pada kedalaman air 30-40 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm.

d) Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula kerangka yang digunakan tidak berbahaya tajam yang dapat membuat terpal sobek. Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dari pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain berfungsi meratakan tanah, kedua bahan dapat menstabilkan suhu.

(37)

32

2. Pertimbangan sosial-ekonomi

Budidaya ikan lele di kolam terpal juga perlu pertimbangan faktor sosial- ekonomi, antara lain : a) Lokasi yang dipilih untuk memelihara lele dengan kolam terpal bukanlah lokasi sengketa.

Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan dipindahkan, namun sebaiknya lokasi yang dipersengketakan tidak dipilih karena dapat merugikan.

b) Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan lele sehingga memudahkan memperoleh induk atau benih.

c) Tersedia sarana dan prasaran trasportasi yang memadai untuk memudahkan pengadaan alat, bahan, trasportasi benih, hasil panen dan lain-lain.

d) Adanya alat dan bahan disekitar lokasi atau pengadaanya mudah.

e) Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik baik pasar lokal maupun pasar ekspor, serta harga yang cukup memadai.

f) Lokasi cukup aman dari berbagai gangguan, baik hewan-hewan liar maupun gangguan manusia (pencurian). Atau ada cara efektif untuk mengatasi gangguan tersebut.

g) Adanya sumber energi listrik untuk penerangan dan kebutuhan lainya.

h) Adanya dukungan dari pihak-pihak terkait, misalnya permodalan dan lain-lain. Untuk petani ikan kecil, dukungan juga dapat berupa penyuluhan teknis dan pemasaran hasil.

B. Membuat Kolam

Sesuai dengan namanya, kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan bentuknya dari bagian dasar hingga sisa-sisa dindingnya menggunakan bahan utama berupa terpal. Selain berbentuk kolam tanah atau kolam tembok, kolam terpal juga dapat berbentuk bak, tetapi disokong dengan kerangka dari bambu, kayu, atau besi.

Jika dibandingkan dengan kolam lain (misalnya, kolam tembok), kolam terpal lebih praktis, harganya terjangkau, dan dapat dipindahkan karena tidak permanen. Sewaktu-waktu, pemilik kolam atau pemilik tanah juga dapat mengalihfungsikan lokasi tersebut. Biaya pembongkaran kolam terpal juga tidak mahal dan mudah membongkarnya.

1. Jenis kolam terpal

Berdasarkan peletakannya, kolam terpal terdiri dari : a. Kolam terpal di atas permukaan tanah.

Kolam terpal di atas permukaan tanah adalah kolam yang di bangun/dibuat diatas permukaan tanah tanpa menggali atau melubangi permukaan tanahnya. Kolam terpal jenis ini lebih cocok dibangun di lahan yang miskin air, di tanah relatif datar, dan di tanah berpasir, tetapi luasnya mencukupi. Konstruksi kolam yang dibangun di atas permukaan tanah dapat menggunakan kerangka dari bambu, kayu, pipa besi, atau batako/batu bata.

b. Kolam terpal di bawah permukaan tanah

(38)

33

batu bata untuk menyangga sisi atau tepi kolam. Jika kolam ditanam seluruhnya dalam tanah maka terpal harus diikat dengan pasak di sepanjang tepian lubang atau pada ujung terpal dilipat dan ditindih dengan batu bata, kayu, atau pot tanaman. Kolam terpal di bawah permukaan tanah, selain berfungsi menghemat air agar tidak merembes, juga mencegah berbagai organisme tanah yang melubangi kolam. Suhu air pada kolam terpal yang dibangun di bawah permukaan tanah juga lebih stabil. Berdasarkan bahan dan cara membuatnya, terutama dinding atau kerangka kolam, ada beberapa jenis kolam terpal, antara lain :

a. Kolam terpal dengan kerangka bambu, kayu, atau besi. b. Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata. c. Kolam terpal dengan dinding tanah.

d. Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.

Kolam 1 dan 2 merupakan kolam di atas permukaan tanah, kolam 3 adalah kolam di bawah permukaan tanah, sedangkan kolam 4 dapat beruba kolam di bawah permukaan tanah atau di atas permukaan tanah.

2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan untuk membangun/membuat kolam terpal mudah didapatkan di toko bahan bangunan. Demikian pula alat-alat tersebut merupakan alat-alat yang umum digunakan dalam rumah tangga. Berikut beberapa bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat kolam terpal.

a. Plastik terpal

Bahan utama dalam membangun/membuat kolam terpal adalah plastik terpal. Jenis terpal yang digunakan untuk membangun kolam terpal adalah terpal untuk atap tenda, terpal untuk menutup barang di atas mobil, atau plastik yang sering digunakan petani untuk menjemur padi dan jagung. Prinsipnya, terpal atau plastik yang dipilih haruslah memiliki ketebalan yang memadai dan mampu menahan tekanan air. Ketebalan terpal yang biasa digunakan adalah berukuran A5 dan A6 dengan masa pemakaian mencapai 5 tahun.

b. Kayu, bambu, atau pipa

Untuk membuat kerangka kolam,terutama kolam terpal yang dibangun di atas permukaan tanah, dibutuhkan kayu, bambu, atau pipa. Bambu sudah umum digunakan sebagai kerangka kolam terpal. Untuk tiang, sebaiknya digunakan bambu bulat, sedangkan untuk penyangga horisontal dapat berupa bambu yang dibelah.

c. Papan, seng, atau asbes

Pembuatan kolam terpal memanfaatkan berbagai bahan yang tersedia sehingga melahirkan berbagai bentuk/model kolam sesuai dengan bahan tersebut. Ada kolam yang seluruh kerangkanya, baik tiang tegak maupun horisontal berupa bambu atau kayu. Ada juga kolam yang tiang kerangka dari kayu, kemudian dengan menggunakan papan membuat dinding kolam. Dinding kolam juga dapat menggunakan bambu, seng bekas, atau asbes.

d. Pipa paralon

(39)

34

saluran. Untuk kolam terpal berukuran 4 x 6 m, dapat menggunakan pipa paralpon berdiameter 4 inci. Bila kolam yang dibangun lebih kecil, cukup menggunakan pipa paralon 2 atau 3 inci. Paralon sebaiknya dilengkapi dengan bengkokan pipa (knee)

e. Paku kawat, dan tali

Paku, kawat, dan tali berfungsi sebagai bahan untuk menyambung atau memperkuat kerangka kolam pada saat di bangun.

f. Alat kerja

Untuk membuat kolam terpal, dibutuhkan berbagai peralatan sesuai kebutuhan, seperti gergaji, parang, pahat, palu dan gunting. Untuk menggali tanah saat membangun kolam terpal di bawah permukaan tanah, di butuhkan cangkul, sekop, dan linggis.

C. Kontruksi Kolam

Membuat kolam terpal sangat praktis dan biasanya pun murah karena kolam terpal yang dibangun tersebut hanya membutuhkan waktu beberapa jam dan tenaga yang sedikit. Bahan untuk kolam terpal dapat diperoleh seluruhnya di toko bangunan. Artinya, untuk membuat kolam terpal, cukup mendatangi salah satu toko bangunan.

1. Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu

Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah kolam terpal yang dibuat diatas permukaan tanah. Ukuran kolam disesuaikan denagan luas lahan yang tersedia. Umumnya, kolam yang dibuat disesuaikan dengan ukuran terpal, misalnya ukuran kolam 2 x 3 x 1 m, 4 x 5 x 1 m, 6 x 4 x 1 m, atau 4 x 8 x 1 m. Langkah-langkah pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah sebagai berikut :

a. Persiapan lahan untuk kolam terpal, bersihkan dari benda-benda yang menggangu (misalnya, rumput dan pepohonan yang rimbun), dan ratakan tanah.

b. Jika tanah tidak rata karena miring maka tanah diratakan dengan menggunakan pelepah pisang atau sekam padi. Selain dapat berfungsi untuk meratakan tanah, kedua bahan tersebut juga dapat menstablikan suhu.

c. Siapkan tonggak/tiang dari bambu atau kayu, kemudian tancapkan tiang utama disetiap sudut kolam.

d. Untuk pembuatan kerangka, bambu atau kayu yang telah dipilih dapat di potong-potong sesuai ukuran kolam terpal yang akan dibuat. Untuk menyatukan kerangka ke tiang, digunakan paku beruku

Gambar

Tabel 1. Negara Tujuan Ekspor Berdasarkan Jenis Produk
Tabel 3. Pusat Pengembangan Induk Ikan Lele (Puslena)
Tabel 5. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi
Gambar 1. Proses Pemijahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun demikian, perlu diperhatikan adanya bahaya pencemaran racun yang bisa muncul, misalnya racun bekas semprotan ( fogging) Demam Berdarah Dengue (DBD). Maka

Hasil penelitian menunjukkan penebaran ikan nila pada kolam budidaya ikan lele sistem heterotrofik mengalami dinamika kadar fosfat dan klorofil dimana terjadi

Pembenihan dan pembesaran ikan lele dumbo di kolam terpal merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan akan produk perikanan yaitu Ikan Lele dan juga

Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman karet adalah antara 6-700 m dpl.. Kebutuhan sinar matahari juga cukup tinggi,

Pembenihan dan pembesaran ikan lele dumbo di kolam terpal merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan akan produk perikanan yaitu Ikan Lele dan juga

Usaha pembesaran yang akan dilakukan adalah pembesaran ikan lele, dengan menghasilkan ikan lele yang berkualitas baik yang tentunya akan mencoba memenuhi

Usaha pembesaran yang akan dilakukan adalah pembesaran ikan lele, dengan menghasilkan ikan lele yang berkualitas baik yang tentunya akan mencoba memenuhi

Berdasar uji ANOVA dapat dilihat bahwa ikan lele (C. gariepinus) tahap pembesaran yang dipelihara dalam sistem budidaya yang berbeda, berpengaruh nyata (p&lt;0,05)