• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO KRITIK DALAM METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TENTANG MASALAH-MASALAH SOSIAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA VIDEO KRITIK DALAM METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TENTANG MASALAH-MASALAH SOSIAL."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ii UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

TENTANG MASALAH-MASALAH SOSIAL

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII-2 SMP Negeri 43 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Pia Alvi Laspari

1005525

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

ii Oleh

Pia Alvi Laspari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Pia Alvi Laspari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ii (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-2 SMP Negeri 43 Bandung)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

NIP. 195801051980021002 NIP. 197210012001122001

Pembimbing II

Drs. H. Eded Tarmedi, MA

Mengetahui

Dr. Nana Supriatna, M.Ed.

(4)
(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... .... i

LEMBAR PENGESAHAN ... .... ii

LEMBAR PENGUJI ... ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... .... iv

KATA PENGANTAR ... .. vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... .... ix

DAFTAR TABEL ... .... xiii

DAFTAR GAMBAR ... . xiv

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... 8

A. Media Pembelajaran IPS ...8

B. Video Kritik ... 11

C. Metode Debat ... 14

D.Berpikir Kritis ... 15

E. Masalah-masalah Sosial ... 18

F. Penelitian Terdahulu ...20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 22

B. Desain Penelitian ... 23

C. Fokus Penelitian ... 27

D. Setting Penelitian ... 30

(6)

F. IntrumenPenelitian ...40

G. TeknikPengumpulan Data ...45

H. TeknikAnalisis Data ...47

I. Validitas Data... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN ... ... 52

A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

1. Profile SMP Negeri 43 Bandung ...52

2. VisidanMisi SMP Neger 43 Bandung...53

3. Guru SMP Negeri 43 Bandung ...54

4. Profile mitra ...55

5. Profile Siswa ...55

B. DeskripsiHasilPenelitian ...56

1. ObservasiAwalPembelajaran IPS ...56

2.DeskripsiTahapanKegiatanSiklusPenggunaan Media Video KritikdalamMetodeDebatuntukMeningkatkanKemampuanBerpikir KritisSiswatentangMasalah-masalahsosial ...60

a. Tindakan Siklus Pertama ...60

b. Tindakan Siklus Kedua ...71

c. Tindakan Siklus Ketiga ...84

d. Tindakan Siklus Keempat ...97

e. Data Angket ...112

3. Analisis hasil Penelitian Penggunaan Media Video Kritik dalam Metode Debat untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang Masalah-masalah sosial ...123

a. Perencanaan ...123

b. Pelaksanaan ...125

c. Hasil Penilaian Siklus I - IV ...131

d. Kendala dan Solusi ...141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 144

(7)

1. Kesimpulan Umum ...144

2. Kesimpulan Khusus ...144

B. Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 148

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rubrik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...40

Tabel 4.2 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I ...63

Table 4.3 Hasil Penilaian Essai Siklus I ...65

Tabel 4.4 Hasil Keterlibatan Debat Siswa dalam Siklus I ...66

Tabel 4.5 Penilaian Aktivitas Guru Siklus I ...67

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II ...75

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Essai Siklus II ...76

Tabel 4.8 Hasil Keterlibatan Debat Siswa dalam Siklus II ...78

Tabel 4.9 Penilaian Aktivitas Guru Siklus II ...79

Tabel 4.10 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus III ...88

Tabel 4.11 Hasil Penilaian Essai Siklus III ...89

Tabel 4.12 Hasil Keterlibatan Debat Siswa dalam Siklus III ...91

Tabel 4.13 Penilaian Aktivitas Guru Siklus III ...92

Tabel 4.14 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus IV ...103

Tabel 4.15 Hasil Penilaian Essai Siklus IV ...105

Tabel 4.16 Hasil Keterlibatan Debat Siswa dalam Siklus IV ...106

Tabel 4.17 Penilaian Aktivitas Guru Siklus IV ...108

Tabel 4.18 Membangun Pengetahuan Siswa ...112

Tabel 4.19 Berbicara dengan Sopan dan Mampu Menghargai Perbedaan Pendapat ...115

Tabel 4.20 Pemahaman Terhadap Permasalahan Sosial ...116

Tabel 4.21 Penggunaan Fakta dalam Metode Debat ...117

(9)

Tabel 4.23 Motivasi Guru dalam Menumbuhkan Kemampuan Berpikir kritis Siswa ...119

Tabel 4.24 Penggunaan Video Kritik dalam Metode Debat dalam Pembelajaran IPS ...120

Tabel 4.25 Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada siklus I-IV ...133

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart ...23

Gambar 4.1 Posisi Duduk Debat Siklus I ...61

Gambar 4.2 Posisi Duduk Debat Siklus II ...73

Gambar 4.3 Posisi Duduk Debat Siklus III ...85

Gambar 4.4 Posisi Duduk Debat Siklus IV ...98

Gambar 4.5 Grafik Keterlibatan Siswa dalam Proses Debat ...131

Gambar 4.6 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...132

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang peneliti temukan dalam proses pembelajaran IPS dimana permasalahan tersebut adalah kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran dan kurangnya penerapan metode dan media yang inovatif dalam pembelajaran IPS. Judul dari penelitian ini adalah Penggunaan Media Video Kritik dalam Metode Debat untuk Meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang Masalah-masalah Sosial (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-2 SMP Negeri 43 Bandung). Adapun rumusan masalahnya yaitu 1) Bagaimana guru membuat perenanaan penggunaan media video kritik dalam metode debat sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis tentang masalah-masalah sosial peserta didik di kelas VIII- SMPN 43 Bandung pada pelajaran IPS. 2) Bagaimana penggunaan media video kritik dalam metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial. 3) Bagaimana kendala- kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta didik serta pemecahannya ketika menggunakan media video kritik dalam metode debat pada mata pelajaran IPS. 4) Bagaimana meningkatkan mampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial setelah penggunaan video kritik dalam model pembelajaran debat. Penelitian menunggunakan teknik pengumpul data observasi, dokumentasi, catatan lapangan, angket, essai dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS dapat meningkat yang dibantu dengan media video kritik dan metode debat. Hal tersebut dibuktikan dari hasil observasi pada tindakan siklus I sampai kepada tindakan siklus IV yang terus meningkat, kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat berkat penerapan media video kritik dan metode debat seeperti yang terdapat dalam hasil angket siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan media video kritik dalam metode debat di kelas VIII-2 . Pembelajaran IPS dengan menerapkan video kritik dan metode debat dapat diaplikasikan dengan mempertimbangkan kondisi kelas, fasilitas yag dimiliki sekolah, karakter siswa dan kreativitas guru. Hasil penelitian ini dapat menjadi saran bagi guru maupun bagi pihak sekolah dalam menciptakan suasana belajar yang memberikan kesempatan untuk siswa dalam membangun kemampuan berpikir kritisnya.

(12)

ABSTRACT

This background of the research was the problems found by that researcher during the social studies learning process, those are less active students and lack of the application of innovative methods and media in learning social studies. The title of this research is The Use of Critique Video as the Media in Debate Methods to Improve Students Critical Thinking Abilities of Social Issues (A Classroom Action Research in Class VIII-2 SMP Negeri 43 Bandung). The formulation of problems are: 1) How do teachers make the lesson plan in usingthe video critiqueas the media in the debate method as an effort to improve the critical thinking ability in the social issues of the students in class VIII-SMP 43 Bandung in social studies. 2) How is the application of video critique as the media in the debate methods to improve students' critical thinking ability in social issues. 3) How does the teachers and the students faced the challenges in using video critique as the media in the debate methods in social studies. 4) How to improve students' critical thinking ability in social issues after the application of the video critique as the media in debate learning model?. The technique used to gather the data in this research are observation, documentation, field notes, questionnaires, essays and interviews. Based on the observation result, the students' critical thinking skills inlearning social studies can increase bythe videocritiqueas the media and debate methods. This result is verified by the observation from the first cycle until the fourth cyclewhich showed improvement, the critical thinking skills of students can be increased by the application of the video critiqueas the media and debate methods as stated in the students’ questionnaire results. Based on these results, it can be concluded the students' critical thinking skills can be improved in social studies by using video critiqueas the media in the debate method in class VIII-2. Learning social studies by applying video critique and debate methods can be applied by considering the conditions of the class, school facilities, students’ character and the creativity of teachers. The results of this study can be used as a suggestion for the teachers and for the school to create a learning environment that provides the opportunities for students to build critical thinking skills.

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dikelas VIII-2 SMP Negeri 43 Bandung. Tentang pembelajaran IPS terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan didalam kelas, sebagai berikut: (1) Tidak ada rasa semangat terhadap proses pembelajaran terlihat ketika dalam proses pembelajaran siswa tidak antusias, siswa jarang bertanya, memberikan pendapat ataupun menyanggah pendapat siswa lain dan siswa tidak terbiasa dalam berargumen.

Didalam kelas siswa terlihat tidak menyimak apa yang sedang guru jelaskan atau yang temannya sedang presentasikan. (2) Siswa tidak aktif dalam bertanya ataupun berargumentasi, siswa mengajukan pertanyaan dengan pertanyaan yang terdapat didalam buku pelajaran pertanyaan belum dari hasil pemikiran siswa dan jawaban yang dikemukakan untuk menjawab pertanyaan masih sesuai dengan apa yang terdapat didalam buku belum hasil pemikiran siswa (3) Pembelajaran IPS di kelas masih memiliki kecenderungan guru yang aktif di dalam kelas (teacher center). Siswa hanya menerima informasi dari guru saja, sehingga pengembangan siswa untuk berpikir masih kurang. (4) Proses pembelajaran tidak menggunakan media atau metode yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak. (5) sejumlah siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPS itu merupakan mata pelajaran yang monoton, tidak menantang, dan kurang sesuai dengan kebutuhan hidup siswa. (6) pembelajaran belum pernah mengangkat masalah-masalah sosial masih sebatas apa yang ada dalam buku pegangan siswa.

Dengan kondisi siswa yang tidak memiliki keberanian dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat dan berargumen yang permasalah ini jelas mengindikasikan bahwa siswa kurang memiliki kemampuan berpikir kritis. Menurut Fisher (2009:65) berpikir kritis peserta didik dapat mengembangkan

(14)

langkah pokok pembelajaran IPS dimana siswa harus memiliki kemampuan Mengamati, Menanya, Mengeksperimen, Mengasosiasi dan Mengkomunikasikan. Kemampuan berpikir kritis tentunya harus dimiliki oleh setiap siswa, karena kemampuan berpikir kritis dapat berguna dalam kehidupan siswa, bila siswa memiliki kemampuan berpikir kritis maka siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapai oleh siswa.

Berpikir Kritis Menurut Ernis (dalam Ariani, 2013: 35) merupakan istilah yang digunakan untuk suatu aktivitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat keyakinan dan perilaku yang rasional. Pendapat lain dikemukakan oleh Fisher (2009:13) menyatakan berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang bisa

dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik itu kritis maupun berpikir kreatif dan yang secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau argumen yang disajikan untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan.

(15)

Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS, perlu adanya pemilihan metode yang tepat antara lain bisa digunakan dengan menggunakan metode debat. Debat merupakan proses komunikasi lisan yang dinyatakan dengan bahasa untuk mempertahankan pendapat. Sehingga pihak berdebat akan menyatakan argumen, memberikan alasan dengan cara tertentu agar pihak lawan berdebat atau pihak lain yang mendengarkan perdebatan menjadi yakin dan berpihak padanya (Jaelani, 2012: 7). Tujuan pembelajaran dengan motode debat adalah untuk memperoleh pandangan atau pendapat yang berlainan mengenai suatu isu kontroversial dan ikut beraksi terhadap pandangan tersebut

(Surjadi, 1983: 37). Pentingnya metode debat dikembangkan agar siswa dapat mengemukakan argumen berlandasakan sumber-sumber yang nantinya akan siswa gunakan dalam memahami perbedaan dan persamaan dari ide atau gagasan kearah yang spesifik. Siswa dapat menganalisis fakta dan bukan fakta dalam suatu

permasalahan, dapat memilih sumber yang jelas yang dapat dipertanggung jawabkan dan siswa dapat memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan menumbuhkannya ke arah yang lebih sempurna dengan menggnakan bahasa sendiri.

Masalah sosial yang akan diangkat dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat saja tidak akan lengkap, karena perlu adanya suatu media pengajaran yang di perlukan dalam pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran bisa meningkatkan pengetahuan siswa karena menurut Edgar Dale (Sanjaya, 2008: 206) pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal yang memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata-kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut yang nantinya menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Berdasarkan pendapat tersebut media memiliki tempat yang sangat penting dalam pembelajaran terutama dalam pencapaian suatu

(16)

Video Kritik merupakan jenis dari Audio Visual dimana Audio Visual adalah sebuah peralatan yang dipakai oleh guru dalam menyampaikan konsep, gagasan, dan pengalaman yang ditangkap oleh indra penglihatan dan pendengaran (Sudjana, 1989: 58). Seperti pendapat Sudjana bahwa audio visual dapat membuat siswa mampu mamahami sesuatu dengan menggunakan indera penglihatan dan indera pendengaran. Masalah sosial yang akan diperdebatkan dalam pembelajaran mustahil dapat di contohkan di dalam kelas maka dengan adanya media Audio Visual berupa video kritik ini bisa membantu siswa untuk memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi baru siswa akan memperdebatkannya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Media Video Kritik dalam Metode Debat untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang

Masalah-masalah Sosial (Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII-2 SMP Negeri 43 Bandung)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Tidak ada rasa semangat terhadap proses pembelajaan terlihat ketika dalam proses pembelajaran siswa tidak antusias, siswa jarang bertanya, memberikan pendapat ataupun menyanggah pendapat siswa lain dan siswa tidak terbiasa dalam berargumen. Didalam kelas siswa terlihat tidak menyimak apa yang sedang guru jelaskan atau yang temannya sedang presentasikan. Beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan menggunakan pertanyaan yang terdapat didalam buku Pelajaran pertanyaan belum dari hasil pemikiran siswa dan jawaban yang dikemukakan untuk menjawab pertanyaan juga masih sesuai dengan apa yang terdapat didalam buku belum hasil pemikiran siswa.

(17)

3. Pembelajaran belum pernah mengangkat masalah-masalah sosial masih sebatas apa yang ada dalam buku pegangan siswa.

Hasil identifikasi tersebut menghasilkan bahwa masalah utama yang akan

dibahas adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimana guru membuat perencanaan penggunaan media video kritik dalam metode debat sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis tentang masalah-masalah sosial peserta didik di kelas VIII-2 SMP

Negeri 43 Bandung pada pelajaran IPS.

2. Bagaimana penggunaan media video kritik dalam metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial.

3. Bagaimana kendala- kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta didik serta pemecahannya ketika menggunakan media video kritik dalam metode debat pada mata pelajaran IPS.

4. Bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial setelah penggunaan video kritik dalam metode debat.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana guru membuat perencanaan penggunaan media

(18)

2. Mengetahui bagaimana penggunaan media video kritik dalam metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial.

3. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh guru dan peserta didik serta pemecahannya ketika menggunakan media video kritik dalam metode debat pada mata pelajaran IPS.

4. Mengetahui bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial setelah penggunaan video kritik dalam model pembelajaran debat.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka harapan peneliti adalah penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:

1. Manfaat teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada lembaga-lembaga untuk meningkatkan Pembelajaran IPS pada siswa Sekolah Menengah Pertama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta didik, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas dan kelompok menjadi meningkat, keberanian siswa dalam mengemukakan ide, pendapat, pertanyaan dan saran menjadi meningkat.

b. Bagi pendidik, proses belajaran mengajar tidak lagi monoton dan ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, bersifat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

(19)

d. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dan masukan dalam mengembangkan penelitian melalui penggunaan video kritik dalam metode debat.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, bab ini secara garis besar penulis memaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan, tujuan dan

manfaat penelitian sera sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka, bab ini berisi pemaparan konsep-konsep yang mendukung penelitian yaitu terkait Video Kritik dalam Metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis tentang masalah-masalah sosial yang diambil dari berbagai

litelatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian. BAB III Metode Penelitian, bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari persiapan, prosedur, pelaksanaan, analisis data yang mencakup sumber data, teknik pengumpulan dan alat pengumpul data.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini , penulis menjabarkan metode perencanaan penelitian yang akan dilakukan. Komponen yang akan dijabarkan antarala lain, lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, definisi operasional, setting penelitian, siklus penelitian tindakan kelas, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan validitas data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 43 Bandung Jl. Kautaman

Isteri No. 31 Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena peneliti sedang melaksanakan Program Pengamalan Lapangan (PPL) di sekolah tersebut, dan dari hasil observasi awal, peneliti melihat bahwa siswa Kelas VIII-2 memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang dikarenakan dalam proses pembelajaran tidak menggunakan media atau metode yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga peneliti berkeinginan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan media video kritik dalam metode debat yang akan diterapkan di kelas VIII-2 SMP Negeri 43 Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yaitu pada bulan Februari – Mei. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal kegiatan pembelajaran IPS di kelas VIII-2.

2. Subjek Penelitian

(21)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan mengacu kepada model siklus Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh Sanjaya. Model ini, lebih menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti. Untuk lebih jelasnya penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart (dalam Sanjaya, 2012: 56)

Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Refleksi Awal Studi Pendahuluan

Perencanaan Tindakan

Implementasi 1

Observasi 1 Refleki 1

Perencanaan 2

Implementasi 2 Observasi 2

Refleki 2

Perencanaan 3

Implementasi 3

Observasi 3

(22)

1. Refleksi Awal

Kegiatan yang pertama dilakukan oleh peneliti adalah kegiatan refleksi awal, yakni kegiatan peneliti dalam memperlihatkan, mengamati, dan menganalisis kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan cara ini, maka peneliti dapat mengetahui masalah-masalah yang terdapat di dalam kelas tersebut.

2. Studi Pendahulu

Melakukan studi pendahulu dengan mengkaji litelatur dan melakukan konsultasi dengan siswa yang dianggap memiliki keahlian dalam proses pembelajaran. Studi pendahulu dilakukan untuk:

a. Mempertajam masalah

b. Mengkaji berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan

c. Merumuskan hipotesis tindakan 3. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, peneliti akan merencanakan tindakan yang akan dilakukan setelah mengetahui permasalahan yang ada dan mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan hasil konsultasi. Perencanaan tindakan disusun secara cermat dari tindakan pertama evaluasi, partisipatif dan kolaboratif antara peneliti dan guru mitra dengan cara melakukan kesepakatan bersama mengenai fokus observasi meliputi aspek yang diamatai, metode observasi, atau alat observasi dan cara pelaksanaannya.

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran beserta evaluasi proses pembelajaran yang menyusun pedoman observasi sebagai alat untuk memperoleh data kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Proses pembuatan

(23)

melalui kerjasama antara peneliti dan guru mitra. Pada tahap ini, perencanaan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Menentukan kelas penelitian

b. Meminta kesediaan pendidik untuk menjadi guru mitra peneliti dalam proses pembelajaran di dalam kelas

c. Peneliti melakukan kesepakatan dengan guru mitra mengenai penentuan waktu penelitian

d. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada saat penelitian

e. Menyusun alat ukur yang dapat mengukur tingkat keberhasilan belajar

peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat. f. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam

pembelajaran sehingga dapat mengukur proses dan hasil belajar peserta didik selama pembelajaran.

g. Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan antara peneliti dan mitra

h. Merencanakan pengelolaan data yang diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dapat dimulai setelah perencanaan pelaksanaan pembelajaran selesai disusun. Tahap ini merupakan tahap diterapkannya perencanaan yang akan disusun. Pada tahap ini, tindakan yang akan dilakukan penelitian meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan video kritik dalam metode debat

(24)

c. Melakukan diskusi bersama guru mitra untuk melihat efektivitas penerapan video kritik dalam metode debat

d. Membuat rencana perbaikan terhadap kekurangan dalam penerapan video kritik dalam metode debat.

5. Pengamatan

Proses pengamatan dilakukan bersama dengan tahap pelaksanaan atau dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Proses pengamatan yang dilakukan peneliti yaitu mengisi dan mencatat pedoman observasi lapangan seperti catatan lapangan,

lembar observasi dan sebagainya.Pada tahap ini, pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas penelitian

b. Mengamati efektivitas penerapan video kritik dalam metode debat c. Mengamati apakah penerapan video kritik dalam metode debat dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. 6. Refkelsi

Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis perubahan yang terjadi baik pada peserta didik, suasana kelas maupun pendidiknya sendiri. Pada tahap ini peneliti menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana dan sejauh mana intervensi menghasilkan suatu perubahan.

(25)

a. Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra mengenai efektivitas penerapan metode diskusi kelompok

b. Membuat keputusan bersama guru mitra apakah tindakan sudah dapat diberikan atau dilanjutkan ke tindakan berikutnya.

C. Fokus Penelitian

Agar tidak terjadi kesalah persepsi terhadap penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Video Kritik

Video kritik yang merupakan bagian dari media audio visual, menemukan

video kritik sungguh tidaklah sulit dikarenakan diera teknologi seperti ini bisa menemukan video kritik ini di internet. Penjelasan dari video kritik sendiri adalah sebuah video yang menyampaikan suatu pesan dari suatu kejadian atau peristiwa yang juga didalamnya terdapat suatu tanggapan dari para ahli mengenai kejadian atau suatu peristiwa tertentu. Penggunaan media video kritik dalam penelitian ini diharapkan dapat menigkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap masalah-masalah sosial.

Adapun tahapan penggunaan media video kritik dalam pembelajaran IPS dikembangkan sebagai berikut, pertama, video kritik dipilih sesuai dengan tema yang akan diangkat dalam proses debat. Kedua, guru mempersiapkan alat-alat yang akan dipergunakan seperti LCD, Proyektor, dan Speaker, alat- alat tersebut dibutuhkan dalam pelaksanaan debat dan setiap pelaksanaan tindakan haruslah tersedia. Ketiga, Video kritik ditayangkan diawal pelaksanaan proses debat atau diawal pembahasan tema.

(26)

2. Metode Debat

Metode debat pada dasarnya merupakan pengambilan sebuah keputusan, debat lebih menekankan pada mempertahankan pendapat mengenai suatu permasalahan. Pada pelaksanaan metode debat, debat dilaksanakan dengan memperdebatkan masalah-masalah sosial yang menetapkan kelompok pro dan kontra.

Tahapan penerapan metode debat dalam pembelajaran IPS dikembangkan

sebagai berikut, pertama, setiap pelaksanaan siklus guru memberikan tema permasalahan sosial. Kedua, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang nantinya memiliki beberapa perbedaan pandangan. setiap pelaksanaan kegiatan memiliki kelompok yang berbeda dan memiliki metode debat yang berbeda.

Ketiga, setelah penentuan tema debat dan pembentukan kelompok siswa ditugaskan untuk mencari sumber informasi yang relevan dengan tema yang akan diangkat dalam proses debat.

Selain tahapan penerapan metode debat terdapat syarat-syarat dari pelaksanaan debat yang harus dipenuhi oleh peserta didik, adapun syarat tersebut adalah sebagai berikut, peserta didik diharapkan mengetahui tema yang akan di debatkan. Peserta didik diharapkan menguasai tema yang akan diangkat dalam proses debat. Pada saat proses debat berlangsung pelaksanaan pokok bahasan tidak keluar dari tema yang sedang didebatkan.

Metode debat yang diharapkan akan mendukung kemampuan berikir kritis siswa yang dilihat dari penyampaian pendapatnya. Penyampaian pendapat yang diharapkan adalah pendapat yang didasari oleh sumber informasi yang mendukung dan dapat dipertanggung jawabkan, ini berfungsi agar siswa mampu mempertahankan pendapat bahkan mempengaruhi pandangan lawan debat.

Penerapan metode debat mengarahkan siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk mempertahakan pendapatnya. Kemampuan berpikir dalam menggunakan metode ini dapat dilihat dari penyampaian pendapat berdasarkan

(27)

pembelajaran diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

3. Berpikir Kritis

Permasalahan utama yang peneliti temukan di kelas yaitu mengenai kurangnya pratisipasi siswa dalam proses pembelajaran, pada saat pembelajaran tidak semua siswa aktif dalam proses pembelajaran seperti mengemukakan pertanyaan atau pendapat. Dari hasil penelitian awal peneliti mengindikasi bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang.

Kemampuan berpikir kritis siswa yang ingin dicapai dalam penelitian ini

dengan indikator sebagai berikut; siswa dapat memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, mengidentifikasi istilah dan pertimbangan suatu definisi dan berinteraksi dengan siswa lain. Kemampuan berpikir kritis siswa difokuskan pada kemampuan berpikir kritis tentang masalah-masalah sosial yang menjadi fokus utama pada saat pelaksanaan penelitian.

4. Masalah-masalah Sosial

Masalah sosial adalah suatu kesulitan atau ketimpangan yang bersumber dari dalam masyarakat sendiri dengan segera dan membutuhkan pemecahan dengan segera dan sementara itu siswa masih percaya akan masih dapatnya masalah itu dipecahkan. Maka masalah sosial adalah suatu permasalahan yang bersumber dari masyarakat yang membutuhkan suatu pemecahan masalah dan memang permasalahan tersebut dapat dipecahkan.

Penerapan masalah sosial dalam pembelajaran IPS sebenarnya bukan sesuatu yang sulit dikarenakan pembelajaran IPS tidak terlepas dari pembahasan

(28)

permasalahan sosial yang dibahas. Begitupun dalam penelitian ini menggunakan masalah sosial yang dekat dengan siswa dimana peneliti sebelumnya menentukan SK dan KD yang akan dilaksanakan kegiatan tindakan setelah itu mencari permasalah sosial yang cocok.

Pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang cocok untuk menerapkan tema permasalahan sosial karena SK dan KD bisa disangkutpautkan dengan permasalahan sosial tergantung bagaimana guru membuat SK dan KD menjadi menarik dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran IPS.

D. Setting Penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian tindakan dengan menggunakan model Kemmis dengan empat kegiatan pokok pada setiap tindakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

1. Perencanaan

(29)

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran didalam kelas merupakan sebuah implementasi dari perencanaan kegiatan yang telah dirumuskan dan dipikirkan dengan matang oleh peneliti. Pelaksanaan merupakan perlakuan kegiatan yang dilakukakan pendidik atau dalam hal ini peneliti untuk memecahkan permasalahan yang telah ditemukan sebelumnya dalam refleksi awal. Setiap kegiatan akan menggunakan metode debat dengan dibantu oleh video kritik, yang dalam prosesnya peneliti memfokuskan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang akan disesuaikan dengan materi yang sedang diberikan didalam kelas.

3. Pengamatan (Observasi)

Pada kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan metode debat. Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun data mengenai seluruh kegiatan yang dilakukan di dalam kelas pada saat berlangsungnya tindakan yang juga melakukan pengamatan mengenai perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk menghimpun semua data yang ada, peneliti telah mempersiapkan lembar observasi yang telah disusun sebelum tindakan dilakukan. Hasil dari pengamatan yang telah dilakukakan oleh guru mitra didalam kelas akan dijadikan sebagai sebuah bahan acuan untuk melakukan refleksi.

4. Refleksi

(30)

E. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Pada penelitian kali ini peneliti tindakan yang akan dilakukan dalam beberapa tahapan sampai data yang diperoleh terdapat suatu titik jenuh. Adapun tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tindakan I a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi awal yang telah dilakukan sebelum melakukan penelitian, peneliti yang menemukan sebuah masalah kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS. peneliti yang telah

memutuskan untuk penerapan video kritik dalam metode debat yang dianggap sebagai metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS. setelah itu peneliti menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disusun dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir kritis akan disesuaikan dengan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis, sehingga guru akan mengangkat permasalahan sosial. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disiapkan merupakan rambu-rambu dalam menerapkan media video kritik dalam metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial.

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan materi pembelajaran yang tengah berlangsung di dalam kelas. Adapun hal yang terdapat dalam penyususnan RPP yang digunakan adalah kegiatan, Media pembelajaran (Video kritik) dan sumber pembelajaran yang akan digunakan oleh guru, sampai kepada pengaturan waktu dan sebagainya. Lebih rincinya sebagai berikut:

1. Mempersiapkan materi tentang Kicauan Farhat Abbas di Twitter yang menghambat proses hubungan sosial

(31)

3. Melakukan proses debat yang terbagi ke dalam dua kelompok yang menyatakan setuju terhadap tindakan Farhat Abbas dan kelompok yang menyatakan tidak setuju dengan tindakan Farhat Abbas.

4. Mempersiapkan lembar kerja siswa dengan materi dan metode yang digunakan

Selain menyusun RPP, peneliti juga mempersiapkan instrumen khususnya lembar observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah diterapkannya video kritik dalam metode debat. Adapun untuk lebih rincinya tersusun sebagai berikut:

1. Mempersiapkan lembar observasi peserta didik mengenai kemampuan berpikir kritis

2. Mempersiapkan lembar observasi guru mengenai aktivitas guru selama menerapkan video kritik dalam metode debat

3. Mempersiapkan lembar catatan lapangan. b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada tindakan I dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan menerapkan video kritik dalam metode debat. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama dilakukan pendidik adalah memberikan tugas kepada siswa untuk mencari fakta-fakta dari kasus yang akan dibahas, guru menugaskan kepada siswa untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari Kicauan Farhat Abbas di Twitter

2. Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat kelompok dan melakukan sebuah perdebatan dimana terbagi menjadi kelompok pro dan kelompok kontra

(32)

4. Diakhir pembelajaran, guru mengajak seluruh siswa untuk menyimpulkan dari proses debat yang telah dilaksanakan

c. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan penerapan metode debat dengan menggunakan video kritik. Kegiatan ini akan dibantu oleh lembar observasi yang telah disiapkan untuk memperoleh data mengenai aktivitas peserta didik dan aktivitas guru selama proses tindakan berlangsung. Peneliti tidak hanya menggunakan lembar observasi saja tetapi juga menggunakan catatan lapangan dan video untuk menghimpun data mengenai aktivitas guru dan peserta didik dengan lebih rinci.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti menganalisis dan mendiskusikan bersama guru mitra terhadap seluruh data yang telah diperoleh dari lembar observasi, lembar catatan lapangan, dokumentasi yang diperoleh, dan dari hasil tes yang dilaksanakan peserta didik. Hasil dari analisis yang dilakukan akan diperoleh sebuah informasi mengenai kekurangan dan ketercapaian yang diperoleh selama tindakan I. Informasi tersebut dijadikan acuan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya.

2. Tindakan II a. Perencanaan

Perencanaan yang akan dilakukan oleh peneliti mengacu hasil refleksi pada tindakan I. Pada perencanaan tindakan II yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kendala yang muncul pada tindakan I

(33)

3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi Pengendalian Sosial

4. Mempersiapakan video kritik tentang masing-masing kasus

5. Menyusun beberapa pertanyaan dan merumuskan alternatif jawaban berdasarkan materi yang akan di bahas

6. Mempersiapkan pedoman observasi peserta didik menganai kemampuan berpikir kritis

7. Mempersiapkan lembar kerja siswa berupa Essai yang sesuai dengan materi

8. Mempersiapkan pedoman observasi pendidik mengenai aktivitas pendidik selama menerapkan video kritik dalam metode debat

9. Mempersiapkan lembar catatan lapangan. b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada tindakan II dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan menerapkan video kritik dalam metode debat. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama dilakukan pendidik adalah persepsi dengan menanyakan apakah siswa telah mencari tahu fakta-fakta tentang kasus yang akan didebatkan

2. Guru memotivasi siswa untuk mau mengemukakan pendapatnya 3. Guru memfasilitasi peserta didik untuk duduk dalam kelompok dan

melakukan sebuah perdebatan

4. Guru menayangkan video kritik tentang masalah sosial sesuai dengan tema, memberikan pertanyaan umpan sebagai pembuka proses perdebatan

5. Guru melihat kemampuan berpikir kritis siswa dari indikator-indikator yang telah disediakan selama proses debat berlangsung

6. Diakhir pembelajaran, guru mengajak seluruh siswa untuk

(34)

c. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada saat pengamatan tindakan II adalah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi sesuai dengan pedoman yang telah dipersiapkan oleh peneliti

2. Mencatat semua hal-hal penting yang terjadi selama pelaksanaan penerapan video kritik dalam metode debat pada saat berlangsung d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti menganalisis dan mendiskusikan bersama guru

mitra terhadap seluruh data yang telah diperoleh dari lembar observasi, lembar catatan lapangan, dokumentasi yang diperoleh, dan dari hasil tes yang dilaksanakan peserta didik. Hasil dari analisis yang dilakukan akan diperoleh sebuah informasi mengenai kekurangan dan ketercapaian yang diperoleh selama tindakan II. Informasi tersebut dijadikan acuan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya.

3. Tindakan III a. Perencanaan

Perencanaan yang akan dilakukan oleh peneliti mengacu hasil refleksi pada tindakan II. Pada perencanaan tindakan III yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kendala yang muncul pada tindakan II

2. Menyusun program tindakan III sesuai dengan poin rekomendasi dari hasil diskusi balikan

3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi Ketenagakerjaan

4. Mempersiapakan video kritik tentang masalah sosial

(35)

6. Mempersiapkan pedoman observasi peserta didik menganai kemampuan berpikir kritis

7. Mempersiapkan Lembar Essai yang sesuai dengan materi untuk dijawab siswa

8. Mempersiapkan pedoman observasi pendidik mengenai aktivitas pendidik selama menerapkan video kritik dalam metode debat

9. Mempersiapkan lembar catatan lapangan. b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada tindakan III dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan menerapkan video kritik dalam metode debat. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama dilakukan pendidik adalah persepsi dengan menanyakan apakah siswa telah mencari tahu fakta-fakta tentang kasus yang akan didebatkan

2. Guru memotivasi siswa untuk mau mengemukakan pendapatnya 3. Guru memfasilitasi peserta didik untuk duduk dalam kelompok dan

melakukan sebuah perdebatan

4. Guru menayangkan video kritik tentang masalah sosial sesuai dengan tema, memberikan pertanyaan umpan sebagai pembuka proses perdebatan

5. Guru melihat kemampuan berpikir kritis siswa dari indikator-indikator yang telah disediakan selama proses debat berlangsung

6. Diakhir pembelajaran, guru mengajak seluruh siswa untuk menyimpulkan dari proses debat yang telah dilaksanakan

c. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada saat pengamatan tindakan III adalah sebagai berikut:

(36)

2. Mencatat semua hal-hal penting yang terjadi selama pelaksanaan penerapan video kritik dalam metode debat pada saat berlangsung d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti menganalisis dan mendiskusikan bersama guru mitra terhadap seluruh data yang telah diperoleh dari lembar observasi, lembar catatan lapangan, dokumentasi yang diperoleh, dan dari hasil tes yang dilaksanakan peserta didik. Hasil dari analisis yang dilakukan akan diperoleh sebuah informasi mengenai kekurangan dan ketercapaian yang diperoleh selama tindakan III. Informasi tersebut dijadikan acuan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya.

4. Tindakan IV a. Perencanaan

Perencanaan yang akan dilakukan oleh peneliti mengacu hasil refleksi pada tindakan III. Pada perencanaan tindakan IV yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kendala yang muncul pada tindakan III

2. Menyusun program tindakan IV sesuai dengan poin rekomendasi dari hasil diskusi balikan

3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi Sistem Ekonomi

4. Mempersiapakan video kritik tentang materi yang akan dibahas

5. Menyusun beberapa pertanyaan dan merumuskan alternatif jawaban berdasarkan materi yang akan di bahas

6. Mempersiapkan pedoman observasi peserta didik menganai kemampuan berpikir kritis

7. Mempersiapkan lembar kerja siswa berupa Essai yang sesuai dengan materi

(37)

9. Mempersiapkan lembar catatan lapangan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada tindakan IV dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan menerapkan video kritik dalam metode debat. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1.Tahap pertama dilakukan pendidik adalah persepsi dengan

menanyakan apakah siswa telah membuat power point untuk di presentasikan. Sistem ekonomi yang akan di jelaskan sesuai dengan kesepakatan dalam pembagian kelompok.

2.Guru memotivasi siswa untuk bertanya kepada kelompok yang

presentasi dan untuk kelompok yang presentasi dalam menjawab pertanyaan diharapkan semua anggota kelompok dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

3.Guru memfasilitasi peserta didik untuk duduk bersama kelompoknya 4.Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengumpulan fakta tentang

sistem Ekonomi

5.Guru melihat kemampuan berpikir kritis siswa dari indikator-indikator yang telah disediakan selama proses debat berlangsung

6.Diakhir pembelajaran, guru mengajak seluruh siswa untuk menyimpulkan dari proses debat yang telah dilaksanakan

c. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada saat pengamatan tindakan IV adalah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi sesuai dengan pedoman yang telah dipersiapkan oleh peneliti

2. Mencatat semua hal-hal penting yang terjadi selama pelaksanaan

(38)

d. Refleksi

Tahap refleksi pada siklus IV mencakup:

1. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus IV berdasarkan data yang terkumpul

2. Membahas hasil evaluasi pembelajaran pada siklus IV 3. Membuat kesimpulan atas pelaksanaan dan pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian 1. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan alat pengumpul yang berisikan tentang

[image:38.595.107.517.535.747.2]

aktivitas guru dan kemmapuan berpikir peserta didik selama pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran IPS dengan menggunakan media video dalam metode debat. Data yang diperoleh berupa data komunikasi interaktif antara guru dan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangung. Interaksi yang terjadi diantara guru dan peserta didik yang diamati oleh guru mitra. Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti adalah lembar guru dan lembar observasi kemampuan berpikir siswa. Rubrik lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rubrik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No Indikator Berpikir Kritis

4 3 2 1

1 Kelancaran dalam berbicara Siswa lancar pada saat mengemu kakan pendapat Siswa lancar saat berbicara tetapi tidak semua yang dikemuka kan sesuai dengan tema Siswa masih kurang lancar saat berbicara Pada saat mengemuk akan pendapat siswa tidak menguasai tema dan tidak lancar dalam berbicara

(39)

memperta hankan pendapat dengan memiliki sikap tidak egois pendapatn ya benar at siswa sudah konsisten dalam memiliki sikap yang baik at siswa cukup konsisten pada saat mengemuk akan pendapat

3 Pertanyaan yang diajukan siswa sesuai dengan materi Pertanyaa n yang diajukan sesuai dengan materi dan kualitas pertanyaan sangat baik Pertanyaa n yang diajukan sesuai dengan materi dengan kualitas pertanyaan baik Pertanyaa n yang diajukan sesuai dengan materi dengan kualitas pertanyaan cukup baik Pertanyaan yang diajukan tidka sesuai dengan materi

4 Pertanyaan yang diajukan siswa

langsung pada intinya

Pertanyaa n yang diajukan langsung kepada inti dan sangat mudah dipahami Pertanyaa n yang diajukan langsung kepada inti dengan penyampai an yang baik Pertanyaa n yang diajukan masih belum memenuhi kritea Pertanyaan yang diajukan oleh siswa tidak jelas, tidak mudah dipahami dan tidak langsung kepada inti permasalah an

5 Siswa atau penyanya memahami apa yang ditanyakan Siswa memaham i dengan sangat baik apa yang ditanyakan Siswa memaham i pertanyaan dengan baik Siswa memaham i pertanyaan dengan cukup baik Siswa tidak memahami pertanyaan yang diajukan siswa

(40)

n yang sedang dibahas sedang dibahas sedang dibahas

7 Siswa memberikan contoh dari suatu penjelasan Pada saat menjelask an siswa mampu memberik an contoh dengan sangat baik dan contoh yang dikemuka kan sesuai dengan tema yang dibahas Pada saat menjelask an siswa sudah mampu memberik an contoh dengan baik Pada menjelask an siswa sudah mampu memberik an contoh permasala han dengan cukup baik Pada saat menjelaska n siswa masih belum mampu memberika n contoh

8 Argumen yang dikeluarkan siswa berdasarkan pada sumber yang jelas dan dapat dipercaya Argumen yang dikemuka kan berdasarka n sumber yang jelas dan dapat dipercaya ditambah penjelasan dengan mengguna kan bahasa yang mudah dimengerti Argumen yang dikemuka kan berdasarka n sumber yang jelas dan dapat dipercaya tetapi dalam penjelasan masih belum dapat dimengerti Argumen yang dikemuka kan berdasarka n sumber yang jelas dan dapat dipercaya Argumen yang dikemukak an belum berdasarkan sumber yang jelas dan dapat dipercaya dan penjelasan tidak sesuai dengan tema

9 Siswa memaparkan sumber sesuai dengan topik Sumber yang digunakan siswa sangat sesuai dengan topik Sumber yang digunakan sesuai dengan topik Sumber yang digunakan cukup sesuai dengan topik Sumber yang digunakan tidak sesuai dengan topik

(41)

sumber yang logis an alasan dengan mengguna kan sumber yang logis dan dapat dipecaya serta sesuai dengan tema yang akan dibahas an alasan dengan mengguna kan sumber yang dapat dipercaya an alasan tidak mengguna kan sumber yang dapat dipercaya n alasan tidak sesuai dengan materi yang dibahas dan tidak mengguank an sumber

11 Fakta digunakan oleh siswa sebagai landasan berargumen Siswa mengguna kan fakta pada saat berargume n dengan sangat baik Siswa mengguna kan fakta pada saat berargume n dengan baik Siswa mengguna kan fakta pada saat berargume n dengan cukup baik Siswa tidak menggunak an fakta dalam berargumen

12 Siswa membuat definisi dengan bahasanya sendiri Siswa mampu membuat definisi dengan bahasa sendiri dengan sangat baik Siswa mampu membuat definisi sendiri dengan baik Siswa masih belum bisa membuat definisi sendiri Siswa tidak dapat membuat definisi sendiri

(42)

baik 14 Siswa yang

berpendapat atau bertanya mengetahui alternatif jawaban lain dari yang dilontarkan

Siswa yang berpendap at atau bertanya mengetahu i alternatif jawaban lain dari yang dilontarka n dengan sangat baik Siswa yang berpendap at atau bertanya mengetahu i alternatif jawaban lain dari yang dilontarka n dengan baik Siswa yang berpendap at atau bertanya mengetahu i alternatif jawaban lain yang dilontarka n dengan baik Siswa tidak mengetahui alternatif jawaban dari pertanyaan atau pendapat yang dikemukak an siswa lain

15 Siswa mampu berbahasan dengan baik Bahasa yang digunakan oleh siswa sangat baik Bahasa yang digunakan oleh siswa baik Bahasa yang digunakan oleh siswa cukup baik Bahasa yang digunakan oleh siswa tidak baik

2. Lembar wawancara

Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan siswa dengan melakukan wawancara siswa mengenai pembelajaran IPS dengan penggunaan media video kritik dalam metode debat menanyakan tentang pendapat para siswa.

3. Catatan Lapangan

(43)

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan yang peneliti perlukan. Dokumen ini berkaitan dengan proses pembelajaran IPS. Dokumen yang peneliti gunakan berupa silabus RPP, dan foto-foto atau rekaman pada saat proses belajar berlangsung.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:

1. Observasi

Sanjaya (2012:86) observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan

alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati. Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dengan observasi, peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksikan secara sintesis terhadap kegiatan interaksi subjek penelitian (Burn dalam Baswori dan Suwandi, 2008:93).

Dari beberapa pendapat tersebut, observasi merupakan kegiatan mengamati, mencatat, mendokumentasikan dan merefleksikan secara sistematis terhadap subjek penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas, penelit i akan dibantu oleh mitra peneliti untuk mengetahui perkembangan dari penerapan video kritik dalam metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial.

2. Wawancara

Breg dalam Satori dan Aan K (2012: 129), membatasi wawancara sebagai suatu percakapan dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan informasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai

(44)

129) menjelaskan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak yang ditanya atau penjawab.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menimpulkan bahwa wawancara merupakan dialog yang dilakukan peneliti dengan pihak-pihak yang dianggap perlu guna mendapatkan, dan mengumpulkan informasi untuk selanjutnya diolah menjadi satu kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS.

3. Tes

Tes merupakan instrumen pengumpulan data yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi (Sanjaya, 2012:99). Dalam penelitian kali ini tes yang digunakan oleh peneliti adalah untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa, adapun tes

yang digunakan adalah tes esai. Tes Esai adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka, yaitu menjelasakan atau menguraikan melalui kalimat yang disusun sendiri (Sanjaya, 2012: 101).

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah kegiatan mencatat atau merekam kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau karya bentuk. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan setiap kejadian yang terjadi selama penelitian berlangsung, baik dalam perencanaan maupun penyampaian pembelajaran. Dokumentasi bertujuan untuk mengungkapkan fakta atau kenyataan pada saat pelaksanaan tindakan.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mendapat data yang utuh, lengkap dan tidak terdistorsi keterbatasan ingatan peneliti. Menurut Satori dan Aan K (2012:176), catatan lapangan merupakan bentuk lengkap dari rekaman data

(45)

berisikan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran dikelas. Hal-hal yang dicatat antara lain iklim belajar, interaksi siswa, Pengelolaan kelas.

6. Angket

Menurut Suherman (2003:56) angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh siswa yang akan dievaluasi (responden), angket berfungsi sebagai pengumpulan data. Data tersebut dapat berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap, pendapat

mengenai suatu hal. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan video kritik dalam metode debat.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas belajar dan hasil pembelajaran (Sanjaya, 2012: 106). Analisis data yang akan dilakukan berdasarkan data kuantitatif dan data kualitatif

1. Data kuantitatif

Pengelolaan data kuantitatif dilakukan untuk mengukur tingkat peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui sebuah penskoran. Data yang diperoleh berasal dari penilaian guru mitra terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik. Data kuantitatif dilakukan dengan dua tahapan:

(46)

Adapun kode nilai yang akan digunakan didalam lembar observasi adalah sebagai berikut:

Skor 4 = Sangat Baik Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup Baik Skor 1 = Kurang Baik

Sedangkan kategori dilakukan setelah peneliti melakukan penskoran data hasil observasi metode debat dan kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:

Sangat Baik 60 - 49

Baik 48 - 37

Cukup Baik 36 - 25 Kurang Baik 24 - 13

b. Selain menggunakan penskoran peneliti juga menggunakan pengolahan analisis data kuantitatif menggunakan rumus menurut Komalasari (2011:156) yang menuliskan cara untuk menghitung perolehan skor dapat dilakukan dengan rumus seperti di bawah ini:

Perhitungan rata-rata (presentase) = Jumlah Skor Kelompok X 100 Jumlah Skor Maksimal

Dengan Keterangan konversi rata-rata (Presentase)

Kurang: 0% - 33,3%

Cukup: 33,4% - 66,6%

Baik: 66,7 % - 100%

Presentase yang didapat merupakan presentase tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, keaktifan siswa dikelas dan penilaian aktivitas guru yang didapat dalam setiap proses tindakan yang memudahkan peneliti untuk mengetahui peningkatan atau

(47)

c. Menganalisis angket

Penilaian angket menggunakan penilaian dengan dua kriteria peskoran Selalu (S), Kadang (K) dan Tidak Pernah (T). Penskoran lainnya adalah dengan kriteria Sangat Setuju (SS), Setuju (S) dan Tidak Setuju (TS). Hasil jawaban siswa akan dirubah ke dalam bentuk presentasi dengan menggunakan rumus Sudjana (2001:19)

P= F X 100%

N Keterangan :

P = Frekuensi jawaban seluruh siswa F = Jumlah Jawaban

N = Jumlah Siswa

Setelah mendapatkan hasil frekuensi jawaban siswa peneliti melakukan interpretasi untuk mempermudah dalam mengambil kesimpulan dalam penyajian hasil penelitian.

2. Data Kualitatif

Adapun Langkah-langkah dalam menganalisis data secara kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data, merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai fokus permasalahan

b. Mendeskripsikan data, pendeskripsian data dilakukan agar data yang kita seleksi menjadi bermakna, pendeskripsian dapat dilakukan secara naratif, grafik maupun tabel

c. Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data, dalam proses penelitian, menganalisis dan menginterpretasikan data merupakan

(48)

I. Validitas data

Validitas data merupakan langkah yang diambil peneliti untuk menunjukan ketepatan pengumpulan data atau data yang telah dikumpulkan benar-benar sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Kegiatan yang bisa digunakan dalam meningkatkan validitas data yaitu:

1. Triangulasi

Triangulasi merupakan proses dalam melakukan sesuatu dari berbagai sudut pandang, dapat dilakukan melalui pengambilan data dari berbagai sumber, yaitu diskusi antara pendidik sebagai peneliti dan observer dengan

menggunakan metode pengumpulan data yang telah dirancang dan disepakati bersama. Menurut Sanjaya (2012: 112), terdapat beberapa cara dalam menggunakan triangulasi. Cara tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan waktu yang cukup dalam proses penelitian

b. Membandingkan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian c. Mencari data dari berbagai suasana, waktu dan tempat sehingga

peneliti dapat melakukan pengecekan atau dapat membandingkan data yang diperoleh

d. Mengamati objek yang sama dalam berbagai situasi e. Mencari data dari berbagai sumber

f. Menggunakan berbagai metode dan teknik analisis data 2. Member chek

(49)

3. Exper opinion

Expert opinion adalam meminta nasehat pakar. Pada penelitian tindakan kelas ini, expert opinion dilakukan dengan meminta saran dan nasehat dari dosen pembimbing.

4. Audit trail

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab akhir dari penulisan penelitian. Bab ini memaparkan mengenai kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian. Selain itu, dalam bab ini berisi pula saran untuk pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Saran tersebut bertujuan agar pihak bersangkutan yang ingin meemperbaiki proses pembelajaran IPS.

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Penggunaan Media Video Kritik dalam Metode debat mampu

mengingkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa dinilai mengalami peningkatan dalam kemampuan berpikir kritisnya, hal ini terlihat dari keterlibatan siswa dalam proses debat serta penilaian kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Kesimpulan Khusus

a. Perencanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan video kritik dalam metode debat sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis tentang masalah-masalah sosial dinilai “Cukup Baik” walaupun dalam pelaksanaannya seringkali menemukakan beberapa kendala dalam penentuan tema yang akan digunakan. Sebelum menerapkan pembelajaran menggunakan media video kritik dalam metode debat peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan SK dan KD, menentukan tema yang sesuai dengan SK dan KD dan memperhatikan aspek kemampuan siswa, mempersiapkan video kritik yang sesuai dengan tema,

(51)

Dengan melakukan perancanaan tersebut maka pelaksanaan siklus I sampai kepada siklus IV mengalami peningkatan penilaian keterlibatan siswa dalam proses debat. Meningkatnya keterlibatan siswa dalam proses debat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menentukan tema, alat-alat penunjang media pembelajaran, dan penyediaan sumber fakta untuk siswa. Siswa lebih aktif dalam proses debat sehingga siswa mampu berpikir kritis untuk memecahkan permasalahan yang diangkat.

b. Penggunaan media video kritik dalam metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosial Cukup Baik akan tetapi dalam penerapannya terdapat permasalahan-permasalahan

teknis yang terjadi. Penggunaan video kritik dalam metode debat dijadikan sumber informasi untuk siswa, video kritik membantu siswa yang sulit mengumpulkan informasi untuk memahami konteks yang akan dibahas dalam proses debat.

Data angket yang diberikan kepada siswa, banyak siswa yang menyatakan menyukai pembelajaran PS menggunakan media video kritik. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa mengalami suatu peningkatan pada setiap siklusnya. Penilaian kemampuan berpikir kritis siswa yang sebelumnya kurang menjadi “Cukup” sedangkan keterlibatan siswa dalam proses debat yang sebelumnya kurang menjadi “Baik”. Dengan demikian, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS bisa diterapkan pembelajaran dengan menggunakan metode debat serta dibantu oleh media video kritik.

c. Kendala yang dihadapi oleh guru ketika menggunakan media video kritik

(52)

dihadapi. Pemilihan tema yang sesuai dengan SK dan KD serta pemilihan video yang sesuai dengan tema. Kendala yang dihadapi siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran menggunakan video kritik. Siswa tidak mau mengumpulkan sumber informasi yang relevan dengan tema. Pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas VIII-2 dilaksanakan pada sianghari maka siswa seringkali kehilangan konsentrasi dan tidak fokus dalam pembelajaran.

Kendala yang dihadapi memiliki suatu pemecahan permasalahan yang digunakan oleh peneliti, pertama, permasalahan keterbatasan proyektor dan speaker, sebelum pelaksanaan tindakan peneliti meminjam alat0alat pendukung kepada pihak sekolah atau membawa peralatan milik pribadi

untuk digunakan pada saat pelaksanaan tindakan, maka pelaksanaan tindakan dapat terlaksana sesuai dengan yang sudah direncanakan. Permasalahan kedua, siswa tidak ma mengumpulkan informasi, membuat guru atau peneliti menyediakan sumber informasi yang bisa digunakan oleh siswa. Permasalahan ketiga, kurangnya konsentrasi siswa dikelas memerlukan kemampuan guru untuk memberikan motivasi kepada siswa, bagaimana guru membuat video kritik yang ditayangkan menjadi menarik dan dapat membuat siswa tetap berkonsentrasi dalam proses pembelajaran menggunakan metode debat.

(53)

siswa dalam siklus III mencapai tingkat “Cukup”, dan siklus IV mencapai tingkat “Baik”. Dengan demikian, penerapan video kritik dalam metode debat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari perningkatan-peningkatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan tindakan siklus.

B. Saran

Berdasarkan temuan penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan terdapat beberapa hal yang akan dijadikan rekomendasi bagi pihak terkait, diantaranya, pertama, penerpan video kritik dalam metode debat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis masalah-masalah sosial ini

dibuktikan dengana danya peningkatan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sampai mencapai tingkat selanjutnya yaitu Baik.

Kedua, hasil penelitian dapat dijadikan sebuah alternatif bagi sekolah, guru maupun praktisi pendidikan untuk memperbaiki pembelajaran IPS. Penulis menyarankan agar penerapan media video kritik dan metode debat dapat dikembangkan untuk diimplementasikan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPS sebagai proses dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang masalah-masalah sosia.

(54)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Kajarta: Bumi Aksara.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. (2010). Psikologis Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya.

Djamara, S. (2010). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga

Hassoubah, I. (2004). Developing Creatif and Critical Thinking Skill (Cara Berpikir Kreatif dan Kritis). Nuansa: Bandung.

Kochhar, S. (2008). Pembelajaran Sejarah Teaching of History. Jakarta: PT Grasindo.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasinya. Bandung: PT. Refika Aditama.

Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. UPI.

Sadiman, A. (1996). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, W. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Satori, Djam’an dan Aan. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, N. (1989). Media Pengajaran. Surabaya: Pustaka Dua.

Suprijanto. (2005). Pendidikan Siswa Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suryani, N dan Agung L. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Soetomo. (2010). Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soelaeman, M. (2001). Ilmu Sosial dasar teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

(55)

Tarigan, H. (2008). Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.

Uno, H. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Artikel, Skripsi dan Tesis

Abdulkarim, A. (2008). Model Keterampilan Berpikir Dalam Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 16 (30), hlm. 7-17.

Ariani, H (2013). Pengaruh Metode Inquiry Terhadap Kemampuan Bepikir Kritis Peserta Didik (Studi Quasi Eksperimen Terhadap Peserta Didik Di SMKN 1 Garut). Tesis Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ichtiara, I (2012). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads together (NHT) Terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah-masalah Sosial Siswa. Tesis Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Jaelani, J R. (2012). Penerapan Metode Debat Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas IX IPS 3 SMA Negeri 23 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Marsudi. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Lingkungan terhadap Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Geografi Kelas IX SMA Negeri 1 Lembang. Tesis Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan

Nugraha, F. (2012). Penggunaan Media Audio Visual untuk Meningkatkan

Gambar

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart (dalam Sanjaya, 2012: 56)
Tabel 3.1 Rubrik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Referensi

Dokumen terkait

pemerintah/pemerintah daerah pemberi bantuan. Untuk pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dari APBD atau anggaran pendapatan dan

Nah, tetapi di dalam Pasal 2 ayat (1) itu, perbuatan melawan hukum itu di sini, ada kata-kata dapat merugikan keuangan negara. Dapat di sini kan bisa diartikan belum terjadi ini.

• Synchronous motor memiliki kecepatan atau karakterisik torsi yang cocok untuk penggerak langsung dari mesin bertenaga kuda yang besar beban RPM rendah seperti bertenaga kuda

- Surat pernyataan yang telah ditandatangani pembimbing sejumlah yang disetujui tim keuangan - Form proposal bantuan yang telah ditandatangani pembimbing sejumlah yang

Berisi tentang kesimpulan dengan mengacu pada tujuan penelitian dan saran yang menunjang untuk pelaksanaan Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama

Kuitansi ambil di loker Bantuan Penelitian.. Kuitansi ambil di loker Bantuan

Suasana pencontrengan di TPS 11 atau TPS khusus di dalam Lapas kelas IIA yogyakarta tidak jauh berbeda dengan TPS yang lain // Kepala Lapas Klas II A yogyakarta / santosa

Seperti yang telah dituliskan pada penjelasan sebelumnya, bahwasanya ilmu tauhid adalah ilmu ketuhanan yang mengupayakan menyediakan penjelasan yang