1 Bidang Unggulan: Energi, Transportasi dan Lingkungan Kode/Nama Bidang Ilmu: 421/Teknik Sipil
LAPORAN AKHIR
HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA
JUDUL PENELITIAN
PENGARUH TULANGAN KEKANGAN PER SATUAN PANJANG TERHADAP KUAT REKATAN DAN PANJANG PENYALURAN TULANGAN YANG TERTANAM PADA BETON
KETUA TIM
Ir. Putu Deskarta MASc. 0025106101
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
3 PENGARUH LUAS TULANGAN KEKANGAN PERSATUAN PANJANG
TERHADAP KUAT REKATAN DAN PANJANG PENYALURAN TULANGAN YANG TERTANAM PADA BETON
Putu Deskarta
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Indonesia
pdeskarta@yahoo.com
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang mempelajari pengaruh luas tulangan kekangan pada balok
beton terhadap kuat rekatan dan panjang penyaluran tulangan yang tertanam pada beton
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola hubungan antara luas tulangan
kekangan persatuan panjang terhadap kuat rekatan dan panjang penyaluran dari tulangan,
yang kemudian dibandingkan dengan formula yang diberikan oleh SNI 03-2847-2002.
Diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya dapat memberikan informasi tambahan pada
formula SNI tersebut dalam menghitung panjang penyaluran tulangan pada elemen beton
bertulang.
Untuk itu dibuat benda uji pull-out berupa tulangan ulir diameter 13mm yang ditanam pada
balok beton ukuran penampang 150x150 cm dan panjang yang divariasikan sesuai dengan
panjang tulangan yang ditanam. Balok beton diberi sengkang dengan jarak yang sama yaitu
49mm namun luas yang bervariasi. Variasi luas tulangan sengkang dibuat dalam 4 kelompok
dengan rincian; kelompok 1 adalah benda uji tanpa sengkang, kelompok 2 dengan sengkang
dia. 4.7mm, kelompok 3 dengan sengkang dia. 5.3mm dan kelompok 4 dengan sengkang dia.
6.5mm. Setiap kelompok terdiri dari 5 benda uji dengan sengkang yang sama namun panjang
tulangan tertanam yang divariasikan mulai dari panjang 15 kali diameter tulangan (15d)
4 Hasil pengujian benda uji pull-out menunjukkan bahwa semua kelompok menunjukkan
hubungan antara tegangan rekatan terhadap panjang tulangan tertanam yang berbentuk kurva
asymtotis dimana nilai asymtot dari tegangan dicapai pada panjang tulangan tertanam yang
sama dengan angka panjang penyalurannya. Selanjutnya didapatkan nilai tegangan rekatan,
pada tulangan tertanam yang sama dengan panjang penyaluran, meningkat sebanding dengan
peningkatan luas tulangan kekangan persatuan panjang (A/s). Pada benda uji tanpa tulangan
sengkang didapat tegangan rekatan sebesar 2.8 MPa. dan pada benda uji dengan nilai A/s
sebesar 0.7 didapat tegangan rekatan 3.45 MPa. Perilaku sebaliknya terjadi pada panjang
penyaluran, yang mana nilainya berkurang seiring dengan bertambahnya nilai A/s. Pada
benda uji tanpa sengkang (A/s=0) didapat panjang penyaluran sebesar 33d dan pada benda uji
dengan A/s = 0.7 didapat panjang penyaluran sebesar 27d.
5 PRAKATA
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat Nya, sehingga kami
memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Selanjutnya kami tim peneliti
mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Rektor, Bapak Dekan Fakultas Teknik, dan
Bapak Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, yang telah memfasilitasi sehingga
kami mampu melakukan penelitian. Tak lupa kami sampaikan terimakasih pula pada para
pegawai lab material dan bahan yang telah memberikan bantuannya pada saat melakukan
penelitian. Semoga hasil penelitian ini bisa memberikan maanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pengerjaan struktur
beton bertulang. Kami mengharapkan penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi praktisi
teknik sipil untuk melakukan penelitian lanjutan yang sejenis guna mendapatkan hasil yang
lebih menyeluruh.
Bukit Jimbaran, November 2015
Hormat Kami
Putu Deskarta
7 DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 …………..……… 7
Tabel 4.1 Rincian Benda Uji ………..……… 13
Tabel 5.1 Data Pengujian Kubus Beton ……… 18
Tabel 5.2 Data Pengujian Tulangan ……… 19
Tabel 5.3 Data Pengujian Pull-out ……… 19
8 DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 …………..……… 6
Gambar 2.2 …………..……… 6
Gambar 2.3 …………..……… 6
Gambar 2.4 Hubungan tegangan versus slip ……… 8
Gambar 4.1 Benda uji pull-out ..……… 14
Gambar 4.2 Foto benda uji pull-out ……..……… 15
Gambar 4.3 Ilustrasi pengujian ..……… 16
Gambar 4.4 Foto pengujian pull-out ……..……… 17
Gambar 5.1 Kurva beban vs. L/d benda uji d-0 ..……… 20
Gambar 5.2 Kurva beban vs. L/d benda uji d-4.7 ..……… 20
Gambar 5.3 Kurva beban vs. L/d benda uji d-5.3 ..……… 21
Gambar 5.4 Kurva beban vs. L/d benda uji d-6.5 ..……… 21
Gambar 5.5 Kurva tegangan vs. L/d benda uji d-0 …..……… 21
Gambar 5.6 Kurva tegangan vs. L/d benda uji d-4.7 ……… 21
Gambar 5.7 Kurva tegangan vs. L/d benda uji d-5.3 ……… 21
Gambar 5.8 Kurva tegangan vs. L/d benda uji d-6.5 ……… 21
Gambar 5.9 Kurva tegangan vs. L/d semua benda uji ……… 22
Gambar 5.10 Kurva tegangan rekatan vs. L/d .……… 22
9 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pembangunan sebuah struktur beton bertulang pelaksana bangunan akan selalu
dihadapkan pada masalah penyambungan, penjangkaran maupun pengakhiran tulangan.
Kekurang pahaman terhadap perilaku tulangan pada beton akan dapat berakibat pada
runtuhnya bangunan saat pelaksanaan. Beberapa kasus keruntuhan bangunan gedung pada
saat pelaksanaan, setelah dilakukan penelitian, ternyata bukan karena jumlah tulangannya
yang kurang tapi karena sambungan tulangan tidak memiliki panjang overlapping yang
cukup. Ada pula keruntuhan yang diakibatkan karena tulangan tidak diberikan panjang
penjangkaran yang memadai. Pada kasus keruntuhan tersebut, kemungkinan pekerjanya tidak
memahami bahwa diperlukan tambahan panjang tulangan untuk overlapping atau
penjangkaran agar tulangan tersebut dapat terjepit atau terpegang pada beton saat menerima
beban.
Tulangan pada elemen struktur beton bertulang dapat memberikan kekuatan tarik jika terdapat
tulangan yang tertanam pada beton pada kedua arah ujungnya. Kekuatan tarik tulangan, pada
suatu batas tertentu, sebanding dengan panjang tulangan yang tertanam, sehingga arah ujung
yang memiliki panjang yang lebih kecil akan mementukan kekuatan tulangan. Oleh sebab itu
untuk mendapatkan kekuatan tarik dari tulangan pada suatu penampang diperlukan panjang
tulangan minimal yang dilewatkan dari penampang tersebut kearah ujung tulangan. Panjang
minimal yang diperlukan untuk mendapatkan kekuatan tarik yang sama dengan kekuatan
tulangan dinamakan panjang penyaluran.
Panjang penyaluran dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti; bentuk permukaan tulangan,
diameter tulangan, kait (tekukan ujung) tulangan, kekuatan beton, tebal selimut beton, dan
tulangan kekangan (sengkang) penampang. Penelitian yang membahas hal tersebut diatas
khususnya untuk kondisi material yang sesuai dengan kondisi di Indonesia masih sangat
terbatas. Karena panjang penyaluran berhubungan dengan kuat rekatan dari tulangan terhadap
10 terhadap kuat tekan beton. Sebagai contoh, Eligehausen et al.[1983] mendapatkan kuat
rekatan 2,6 √f’c dan Hawkins et al. [1982] mendapatkan nilai 5,0 √f’c untuk tulangan
permukaan bergerigi. Perbedaan nilai tersebut diakibatkan karena perbedaan panjang batang
tulangan yang dipakai pada penelitian. Eligehausen et al. menggunakan tulangan yang
panjang sedang Hawkins et al.menggunakan tulangan yang pendek.
Pada kedua penelitian diatas tulangan diletakkan pada tengah-tengah penampang sehingga
memiliki selimut beton yang besar (> 10 dia. tulangan). Akibatnya, kuat rekatan yang
diberikan akan maksimum. Akan tetapi, pada elemen struktur beton bertulang, baja tulangan
dipasang pada bagian tepi dengan tebal selimut beton yang terbatas, umumnya tidak lebih dari
50 mm. Dengan tebal selimut beton yang kecil, gaya kekangan yang diberikan oleh beton
tidak maksimal. Karena makin kecil tebal selimut beton, makin kecil pula gaya kekangan
yang terjadi pada tulangan. Karena gaya kekangan berhubungan langsung dengan kuat
rekatan, maka kuat rekatan dari tulangan, pada batas tertentu, juga akan sangat dipengaruhi
oleh tebal selimut betonnya. Makin tipis selimut betonnya, maka kuat rekatannya pun akan
semakin kecil. Namun bagaimana hubungan antara kuat rekatan tulangan terhadap ketebalan
selimut beton masih belum begitu jelas diketahui.
Pada tulangan bergerigi (deformed) bentuk gerigi dari tulangan umumnya berbeda antara
suatu produk dengan produk lainnya. Bentuk gerigi akan sangat berpengaruh terhadap kuat
rekatan atau panjang penyaluran dari tulangan. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, SNI
03-2847-2002, memberikan formula untuk menghitung panjang penyaluran. Sebagai contoh,
panjang penyaluran hasil dari formula tersebut, untuk tulangan berulir dengan fy = 360 MPa
dalam beton dengan f’c= 20 MPa adalah sebesar 40 kali diameter tulangan untuk tulangan tanpa kait dan 20 kali diameter untuk tulangan dengan kait. Sayangnya SNI 03-2847-2002
tidak memberikan ketentuan menghitung panjang penyaluran untuk tulangan polos, sehingga
timbul kesulitan dalam menentukan panjang penyaluran untuk tulangan tersebut. Selain itu
formula tersebut juga tidak menyertakan bentuk gerigi sebagai variabel, sehingga pengaruh
perbedaan dari bentuk gerigi ini terhadap kuat rekatan atau panjang penyaluran tidak dapat
11 Selain itu elemen struktur beton bertulang juga memiliki tulangan kekangan dalam bentuk
sengkang. Adanya tulangan kekangan ini memberikan peningkatkan kuat rekatan pada
tulangan. Eligehausen et al. [1983] melaporkan peningkatan kuat rekatan sebesar dua kali
lipat pada beton dengan tulangan kekangan, terhadap beton tanpa tulangan kekangan. Akan
tetapi sistem pengekangan yang dikerjakan pada penelitian Eligehausen et al. berbeda dengan
system pengekangan yang diberikan oleh sengkang elemen balok, sehingga pengaruh luas,
serta jarak sengkang terhadap kuat rekatan atau panjang penyaluran tulangan pada beton
masih belum jelas diketahui.
Ujung tulangan dari beton bertulang umumnya diberi kait untuk tulangan < 16mm dan tanpa
kait untuk tulangan >= 16 mm. Adanya kait akan memberikan tambahan kekuatan sambungan
atau penjangkaran. Ada berbagai jenis bentuk kait ujung yang dapat digunakan serta panjang
kait pun dapat dibuat bervariasi. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kekuatan
penjangkaran yang diberikan oleh kait tersebut. Pengaruh dari panjang serta bentuk kait
terhadap tambahan kekuatan sambungan atau kekuatan penjangkaran juga belum begitu
terinformasikan secara jelas. Untuk bisa merencanakan panjang penyaluran tulangan dengan
kait, maka perlu diketahui kuat rekatan baja tulangan pada balok tersebut serta gaya jangkar
yang diberikan oleh kait pada ujungnya.
1.2 Rumusan Masalah
SNI 03-2847-2002 memberikan formula untuk menghitung panjang penyaluran. Akan tetapi
formula pada peraturan tersebut tidak secara langsung memperhitungkan kuat rekatan
tulangan, walaupun sebenarnya panjang penyaluran merupakan fungsi dari kuat rekatan.
Sehingga untuk dapat menghitung panjang penyaluran tulangan maka perlu diketahui besar
kuat rekatan tulangan pada beton. Dari beberapa variable yang mempengaruhi kuat rekatan,
luas tulangan kekangan per satuan panjang adalah variable yang didapat dari hasil
perhitungan, variable yang lain nya biasanya dipakai sebagai konstanta. Untuk itu perlu
diketahui bagaimana pengaruh luas tulangan kekangan per satuan terhadap kuat rekatan dan
12 Data-data kuat rekatan yang saat ini bisa didapat adalah berdasarkan pada penelitian tulangan
tunggal yang ditanam pada tengah penampang beton sehingga memiliki selimut yang cukup
besar. Sedangkan kasus yang dihadapi pada sambungan adalah; tulangannya tidak tunggal
(melainkan overlap), terletak pada tepi penampang dengan tebal selimut beton yang terbatas,
serta memiliki tulangan sengkang sebagai pengekang. Dari semua variable yang
mempengaruhi kuat rekatan dan panjang penyaluran, variable luas tulangan kekangan sangat
penting untuk diketahui karena variabel ini menyatakan luas serta jarak sengkang yang selalu
merupakan hasil dari perhitungan. Variable yang lainnya umumnya berupa konstanta karena
merupakan persyaratan dan data yang dipakai pada perencanaan. Jadi permasalahannya
adalah bagaimana pengaruh luas tulangan kekangan terhadap kuat rekatan dan panjang
penyaluran tulangan yang tertanam pada beton.
1.3 Batasan Masalah
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kuat rekatan sambungan lewatan adalah bentuk permukaan
tulangan (polos atau berulir), jarak antar tulangan, kuat tekan beton, tebal selimut beton, serta
luas dan jarak tulangan sengkang. Karena terlalu banyaknya variable yang mempengaruhi
kuat rekatan, maka untuk itu penelitian ini di batasi hanya untuk jenis tulangan berulir.
Diameter tulangan kekangan hanya dibatasi untuk satu jenis diameter dengan jarak yang
divariasikan. Beton yang dipakai hanya satu jenis, yaitu beton dengan perbandingan volume
13 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Panjang Penyaluran
Agar tulangan pada beton bertulang dapat memberikan kekuatan penuh pada daerah dekat
ujung maka daerah tersebut harus memiliki panjang penyaluran yaitu panjang dari titik yang
ditinjau keujung tulangan paling sedikit harus sama dengan λd. SNI 03-2847-2002
memberikan rumus untuk menghitung λd , salah satunya, untuk tulangan horizontal berulir dia
≤ 19 mm, dengan jarak antara tulangan ≥ d, selimut beton ≥ d dan memiliki tulangan
sengkang sepanjang penyaluran dengan jarak tidak melebihi jarak minimum yaitu:
λd =
0,5 ��
�′ ………..(2.1)
Rumus yang hampir sama diberikan oleh peraturan Canada, CSA Satandard A23.3-94,yaitu:
λd =
0,468 ��
�′ ………..(2.2)
Untuk tulangan yang memiliki kait dengan kuat leleh 400 MPa, SNI dan CSA standard
memberikan rumus yang sama yaitu:
λd =100 / �′ ………..(2.3)
Dengan menggunakan formula SNI maka untuk tulangan dengan fy = 360 MPa dan beton
dengan f’c= 20 MPa didapat besar panjang penyaluran λd sebesar 40*db untuk tulangan
tanpa kait dan 20*db untuk tulangan dengan kait standar.
2.2 Panjang Lewatan
Pada balok dengan tulangan yang disambung dengan cara lewatan (overlapping), peraturan
SNI maupun CSA Standard menyarankan hal yang sama yaitu panjang lewatan sambungan
sebesar 1,3*λd untuk kondisi umum atau dapat dipakai sebesar 1,0* λd jika tulangan yang
dipakai ≥ 2 kali yang dibutuhkan pada daerah sambungan dan sambungan tidak dilakukan pada satu tempat.Jadi untuk mendapatkan kondisi kekuatan penuh pada sambungan lewatan
maka diperlukan panjang lewatan sebesar 52*db untuk tulangan tanpa kait dan 26*db untuk
tulangan dengan kait.Kedua peraturan diatas tidak memberikan penjelasan tentang berapa
14 2.3 Kuat Rekatan
Untuk dapat mengetahui panjang penyaluran yang diperlukan suatu tulangan maka perlu
diketahui terlebih dahulu bagaimana perilaku rekatan tulangan tersebut dalam beton dan
berapa besar kuat rekatannya. Ada dua definisi tentang kuat rekatan yaitu;
Pertama, tegangan rekatan rata-rata maximum pada permukaan tulangan, yaitu pada saat
beban mencapai maximum. Untuk mencapai ini diperlukan slip yang cukup besar dan kondisi
ini tidak mungkin diberikan oleh elemen beton bertulang karena panjang slip tidak lain adalah
lebar retak dari baloknya.
Kedua adalah tegangan rekatan kritis, yaitu tegangan rekatan rata-rata pada saat slip mencapai
slip maximum yang diijinkan pada saat struktur dinyatakan sudah hendak runtuh. Beberapa
peneliti menyarankan menggunakan nilai slip maximum yang diijinkan sebesar 0,25mm [1].
S.Pul [2010] meneliti hubungan antara kuat rekatan tulangan pada beton untuk beberapa
diameter tulangan polos dan tulangan berulir. Tulangan di tanam dalam kubus beton 15x25
cm dengan panjang 30 x diameter tulangan dan selanjutnya dilakukan uji tarik pada
tulangan.Beton yang dipakai memiliki kuat tekan cylinder karakteristik sebesar 35,6 MPa.
Hubungan antara tegangan rekatan dan slip yang terjadi di tampilkan dalam bentuk grafik,
salah satunya adalah seperti grafik pada gambar 2.1 dibawah ini. Selanjutnya nilai tegangan
rekatan maksimum dan tegangan rekatan pada slip 0,25mm untuk berbagai jenis tulangan
disimpulkan dalam bentuk tabel 2.1 berikut
Gambar 2.1
15
Tulangan yang ditanam dapat mengalami kegagalan atau keruntuhan akibat slip pada bagian
penyaluran nya jika beban yang bekerja melebihi kuat rekatan dari tulangan tersebut. Bentuk
keruntuhannya secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu jenis
keruntuhan untuk penyaluran yang pendek dan jenis keruntuhan untuk penyaluran yang
panjang. Untuk tulangan dengan panjang penyaluran yang pendek,akan terjadi slip pada
permukaan tulangan akibat hancurnya beton disekitar tulangan akibat tekan dan geser seperti
yang ditunjukan pada gambar 2.2. Sedangkan untuk tulangan yang panjang penyalurannya
panjang, keruntuhan terjadi akibat beton mengalami tarik radial dan retak sehingga
mengakibatkan tulangan kehilangan daya rekatannya seperti yang diilustrasikan pada gambar
2.3.
2.5 Pengaruh Tulangan Kekangan
Eligehausen et. Al. [1983] melakukan penelitian untuk mendapatkan hubungan antara
tegangan rekatan terhadap luas tulangan kekangan pada benda uji yang berperilaku seperti
tulangan balok yang mengangker pada kolom, seperti pada gambar 2.4. Tulangan kekangan
yang dimaksud adalah tulangan yang tegak lurus terhadap tulangan yang dilakukan penarikan
untuk mendapatkan kuat rekatannya. Luas tulangan kekangan divariasikan terhadap luas
tulangan yang diuji. Hasil pengujian disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara tegangan
rekatan terhadap slip pada ujung bebas untuk berbagai variasi luas tulangan kekangan seperti
pada gambar 2.5.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa luas tulangan kekangan pada benda uji mempengaruhi kuat
16 terhadap luas tulangan uji sebesar 25% memberikan kuat rekatan sekitar dua kali dari benda
uji yang tidak menggunakan tulangan kekangan. Akan tetapi pada nilai ratio 100% atau lebih,
kuat rekatan tidak bertambah lagi seiring dengan meningkatnya ratio. Artinya ada nilai
optimum untuk ratio luas tulangan kekangan.
Menurut ACI 408, 1992, pengaruh tulangan kekangan terhadap panjang penyaluran diberikan
dalam bentuk faktor Ktr , yang terdapat dalam persamaan, dimana Ktr menyatakan indeks
tulangan transversal yang dinyatakan dalam persamaan;
� = � ��
10 � ………..(2.4)
dimana; Atr : adalah luas total tulangan transversal dalam jarak s
fy : adalah tegangan leleh tulangan transversal
s : adalah jarak tulangan transversal
n : jumlah tulangan memanjang yang dipasang sepanjang ld
Dari persamaan 2.4 dapat dilihat bahwa indeks tulangan transversal berbanding terbalik
dengan jarak sengkang dan berbanding lurus dengan luas dan kuat leleh tulangan sengkang.
Ketebalan beton disekeliling tulangan bisa berupa tebal selimut beton dan jarak antara
tulangan. Karena gaya transfer dari tulangan akan menjadi gaya tarik radial disekitar tulangan Gambar 2.4 Hubungan antara tegangan rekatan terhadap slip
17 maka tebal beton disekeliling tulangan memainkan peran penting pada kuat rekatan.
Demikian pula dengan jarak antar tulangan, setiap tulangan dipegang oleh beton yang
mengelilinginya, makin besar jarak tulangan maka makin luas beton yang memegangnya,
sehingga jarak antar tulangan juga mempengaruhi kuat rekatan.
SNI 03-2847-2002 menyertakan faktor tebal selimut dan jarak antar tulangan dalam
perhitungan panjang penyaluran tulangan dalam bentuk persamaan;
�
=
1,2���′
�
( +� ) ………..(2.5)
Persamaan ini merupakan adopsi dari formula yang diberikan ACI 318, 08 dimana;
db : adalah diameter tulangan
: menyatakan faktor lokasi tulangan
: menyatakan faktor pelapisan tulangan
: menyatakan faktor ukuran tulangan
λ : menyatakan faktor jenis beton
c : menyatakan tebal selimut beton atau jarak tulangan (diambil yang terkecil)
Ktr : menyatakan faktor tulangan transversal
Dari persamaan 2.5 dapat dilihat bahwa faktor tebal selimut beton atau jarak tulangan
berbanding terbalik dengan panjang penyaluran sehingga atau berbanding lurus dengan kuat
18 BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Panjang penyaluran adalah panjang tulang tertanam terkecil yang memberikan kuat
penjangkaran setara dengan kuat leleh dari tulangan. Untuk mendapatkan nilai ini penelitian
harus dilakukan dengan memvariasikan panjang tulangan yang tertanam pada saat
mempelajari pengaruh variable-variabel lainnya seperti kuat tekan beton, diameter tulangan,
pengekangan dan lain-lainnya. Sejauh yang diketahui, belum didapat refrensi penelitian yang
memvariasikan panjang tulangan tertanam dalam meneliti pengaruh variable lainnya. Karena
itu, dipandang perlu untuk memvariasikan panjang tulangan tertanam dalam melakukan
penelitian variable lainnya.
Perilaku rekatan tulangan yang tertanam pada beton adalah sangat kompleks, selain betuk
tulangan, kuat tekan beton dan tulangan kekangan, rekatan sangat dipengaruhi oleh regangan
yang terjadi pada tulangan tersebut. Sedangkan regangan pada tulangan tidak seragam
sepanjang tulangan tetapi bervariasi sesuai dengan kedalaman dari tulangan yang tertanam.
Oleh sebab itu rekatan sepanjang tulangan juga tidak akan sama. Penelitian tentang tegangan
rekatan yang ada lebih banyak menggunakan tulangan yang tertanam di tengah penampang
beton. Akan tetapi pada kenyataannya tulangan dipasang pada tepi beton dengan ketebalan
selimut tertentu, sehingga hasil penelitian tidak memberikan informasi kuat rekatan tulangan
pada kenyataannya.
Selanjutnya, sudah umum diketahui bahwa tulangan kekangan memberikan pengaruh
terhadap kuat rekatan dari tulangan yang tertanam. Banyak penelitian yang telah membahas
tentang hal itu, namun seperti sebelumnya, tulangan utamanya diletakkan ditengah-tengah
penampang sehingga tidak merepresentasikan kondisi yang sebenarnya.
Oleh sebab itu dilakukan penelitian pengaruh tulangan kekangan per satuan panjang terhadap
19 bertujuan untuk mempelajari bagaimana pengaruh luas tulangan kekangan per satuan panjang
tersebut terhadap kuat rekatan dari tulangan tertanam dan selanjutnya bagaimana
hubungannya dengan panjang penyaluran dari tulangan yang tertanam pada beton tresebut.
Dengan diketahuinya data hubungan tersebut, akhirnya diharapkan dapat dibuat formula
untuk menghitung kuat rekatan dan panjang penyaluran terhadap variable luas tulangan
kekangan per satuan panjang.
3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah untuk mendapatkan hubungan antara luas tulangan kekangan
per satuan panjang terhadap kuat rekatan dan panjang penyaluran tulangan yang tertanam
pada beton. Dengan diketahuinya hubungan tersebut selanjutnya dapat dibuat sebuah formula
20 BAB 4
METODA PENELITIAN
4.1 Rancangan Benda Uji
Untuk mengetahui pengaruh tulangan kekangan terhadap kuat rekatan dan panjang
penyaluran tulangan pada beton maka dibuat dua jenis benda uji yaitu benda uji pull-out ,
benda uji material beton dan baja tulangan. Pada benda uji pull-out, sebuah tulangan ditanam
pada satu sisi balok beton dengan tebal selimut yang konstan akan tetapi panjang tulangan,
jarak sengkang dan kondisi ujung yang bervariasi. Dengan perkiraan memakai mutu beton f’c
25 Mpa dan mutu baja fy 330, maka panjang penyaluran berdasarkan rumus SNI
03-2847-2002 seperti pada sub bab 2.6 diperkirakan sebesar 31,7 d.
4.1.1 Benda Uji Pull-out
Pengujian pull-out adalah pengujian dengan menarik langsung tulangan yang tertanam pada
balok beton. Dari pengujian ini akan didapat data hubungan antara beban dan slip
(pergeseran) yang akan dipakai untuk mempelajari perilaku rekatan tulangan. Pada benda uji
ini, tulangan ditanam sedemikian rupa sehingga memiliki tebal selimut beton 3 kali diameter
tulangan. Balok beton yang dipakai berukuran penampang 150x150 mm dan panjang sesuai
dengan panjang tulangan yang ditanamkan. Untuk menghindari efek tepi, maka pada semua
benda uji pull-out, tulangan diberi daerah bebas rekatan sepanjang 30 mm pada kedua ujung
beton dengan cara membungkusnya dengan pipa plastic kedap sebelum beton dicor. Ilustrasi
dari benda uji pull-out ditunjukkan pada gambar 4.1.
Panjang penyaluran adalah panjang tulangan tertanam minimum yang memberikan kekuatan
penjangkaran setara dengan kuat leleh dari tulangan yang tertanam tersebut. Untuk bisa
mendapatkan panjang penyaluran tersebut, dari setiap variasi luas sengkang, maka panjang
tulangan yang tertanam pada beton harus divariasikan. Jadi variabel yang di jadikan perubah
dalam menentukan kuat rekatan ini adalah, jarak tulangan kekangan dan panjang tulangan
tertanam.
Dengan memakai variabel perubah seperti diatas maka akan dibuat benda uji pull-out yang
21 sengkang diameter 4,7 mm kelompok 3 mengunakan sengkang diameter 5,3 mm, dan
kelompok 4 mengunakan sengkang diameter 6,5 mm. Setiap kelompok terdiri dari 5 jenis
variasi panjang tulangan tertanam, sehingga total ada 20 buah benda uji. Semua benda uji
menggunakan tulangan utama yang sama yaitu diameter 13mm. Jarak sengkang untuk semua
benda uji tersebut sama sebesar 3 kali diameter tulangan utama.
Kelompok 1 terdiri dari 5 benda uji tanpa sengkang dengan tulangan utama diameter 13mm.
Panjang tulangan utama yang tertanam divariasikan mulai 21 kali diameter tulangan utama
(21d) sampai 33d. Perkiraan panjang penyaluran menurut rumus SNI untuk baja fy 330 Mpa
dan beton f’c 25 Mpa didapat 31,7 d. Mengingat bahwa rumus pada peraturan umumnya
konservativ maka panjang penyaluran maksimum yang dipakai diambil 33 d. Untuk itu dibuat
serial benda uji dengan panjang penyaluran mulai dari 21 d sampai 33 d.
Kelompok 2 terdiri dari 5 benda uji yang menggunakan sengkang diameter 4.7mm dengan
tulangan utama diameter 13mm. Panjang tulangan utama yang tertanam divariasikan mulai 18
kali diameter tulangan utama (18d) sampai 30d.
Kelompok 3 terdiri dari 5 benda uji yang menggunakan sengkang diameter 5.3mm dengan
tulangan utama diameter 13mm. Panjang tulangan utama yang tertanam divariasikan mulai 15
kali diameter tulangan utama (15d) sampai 27d.
Kelompok 4 terdiri dari 5 benda uji yang menggunakan sengkang diameter 6.5mm dengan
tulangan utama diameter 13mm. Panjang tulangan utama yang tertanam divariasikan mulai 12
kali diameter tulangan utama (12d) sampai 24d.
Tabel 4.1. Rincian benda uji
22
Gambaran benda uji ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut.
4.1.2 Benda Uji Material
batang tulangan dibuat 1 buah benda uji untuk setiap jenis tulangan. dengan menarik langsung
tulangan yang tertanam pada balok beton. Dari pengujian ini akan didapat data kuat tekan
beton kubus dan kuat leleh dari batang tulangan.
Gambar 4.1 Benda uji pull-out
Gambar perspektif tulangan
Gambar potongan
melintang Gambar perspektif benda uji
23 4.2 Pembuatan Benda Uji
Untuk membuat benda uji pull-out pertama-tama dipersiapkan cetakan, yang dibuat dari
multiplex 18mm, sesuai dengan bentuk benda uji. Batang tulangan dan sengkang kemudian
dirakit sesuai dengan jenis benda uji, dan untuk membuat rangkaian tulangan menjadi kokoh
di tambahkan tulangan pengaku diameter 6mm pada bagian atas. Gambaran bentuk rangkaian
tulangan dapat dilihat pada gambar 4.1. Posisi tulangan diletakan pada tengah penampang
dengan tebal selimut 30mm dari sisi bawah. Pada benda uji pull-out, tulangan dibuat bebas
rekatan beton sepanjang 30mm pada kedua ujung beton untuk menghindari pengaruh ujung
pada analisa data hasil pengujian.
Tulangan yang telah dirakit diletakkan didalam cetakan kemudian dilakukan pengecoran
beton, yang telah dibuat sesuai dengan campuran yang direncanakan. Posisi bekisting pada
pengecoran beton dalam keadaan rebah, sedemikian rupa sehingga tulangan utama berada
pada sisi bawah. Selain itu dari beton yang sama dicetak juga tiga beton kubus ukuran
150x150x150mm. Cetakan dibuka setelah beton berumur 1 hari dan selanjutnya dilakukan
perawatan dengan membungkus semua benda uji (termasuk kubus beton) dengan karung
basah. Satu hari sebelum pengujian karung basah pembungkus benda uji dilepaskan untuk
membuat benda uji menjadi kering. Foto-foto dari benda uji pull-out dan beam-splice
ditunjukan pada gambar 4.2.
24 4.3 Metode Pengujian
Untuk mendapatkan kuat rekatan dan panjang penyaluran maka dilakukan pengujian pull-out,
yaitu menarik ujung tulangan pada benda uji yang bertumpu pada tumpuan. Pengujian benda
uji pull-out dilakukan pada benda uji setelah berumur 28 hari. Pengujian dilakukan pada
mesin uji tarik dengan melakukan penarikan tulangan dan penekanan beton seperti yang
diilustrasikan pada gambar 4.3.
4.4 Pengujian Benda Uji
4.4.1 Pengujian Tulangan dan Kubus Beton
Pengujian tarik batang tulangan diameter 11mm dilakukan pada mesin Computer Servo
Hydraulic Universal untuk mendapatkan perilaku kekuatan tarik dari tulangan tersebut. Kedua
ujung dari tulangan dipegang oleh penjepit (grip) kemudian dilakukan penarikan tulangan
dengan kecepatan 0,1kN/sec. Panjang bersih, panjang batang antara kedua ujung penjepit,
dari batang yang ditarik adalah 150 mm. Benda uji tarik hanya satu buah karena dianggap
perilaku batang tulangan tidak bervariasi terlalu jauh. Data beban dan deformasi dari
pengujian langsung diplot dalam bentuk grafik hubungan beban terhadap deformasi.
Pengujian tekan dilakukan pada benda uji cylinder beton yang berumur 32 hari. Ada tiga buah
buah cylinder beton yang diuji. Sebelum pengujian, cylinder beton diberikan capping terlebih
dahulu untuk mendapatkan permukaan yang rata. Pengujian dilakukan pada mesin uji tekan
dengan kecepatan 10 kN/sec.
Gambar 4.3 Ilustrasi Pengujian
Ld
30mm
30mm
25 4.4.2 Pengujian Benda Uji Pull-Out
Pengujian benda uji pull-out dilakukan pada benda uji yang berumur 32 hari. Pengujian
dilakukan pada mesin uji tarik Computer Servo Hydraulic Universal dengan melakukan
penarikan tulangan dan penekanan beton seperti yang diilustrasikan pada gambar 4.2. Panjang
tulangan bebas yang berada diantara beton dan penjepit tulangan sebesar 260 mm. Photo dari
pengujian pull-out ditunjukan pada gambar 4.3. Data hasil pengujian berupa beban dan
deformasi dicatat secara langsung oleh computer yang terhubung dengan mesin uji.
26
Pengujian material beton dilakukan dengan memberikan uji tekan pada benda uji kubus
beton. Pengujian dilakukan di Laboratorium Material dan Bahan Prodi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Udayana. Hasil pengujian berupa data beban tekan hancur dari
masing-masing kubus beton yang ditampilkan pada tabel 5.1. Kuat tekan kubus didapatkan dari
membagi beban tekan dengan luas penampang kubus. Dan selanjutnya kuat tekan sylinder
didapat dengan mengalikan kuat tekan kubus dengan faktor 0,83. Berikut ini adalah hasil
pengujian kuat tekan kubus.
Tabel 5.1 Data Pengujian Kubus Beton
Benda Uji Luas
Kuat tekan cylinder rata-rata yang didapat adalah sebesar 24.6 Mpa. Nilai ini mendekati kuat
tekan yang direncanakan yaitu sebesar 25 Mpa.
B. Pengujian Kuat Tarik Leleh Batang Tulangan
Untuk memdapatkan kuat tarik leleh batang tulangan, dibuat benda uji berupa batang
tulangan dengan panjang 40 cm untuk masing-masing diameter tulangan. Kemudian
dilakukan pengujian tarik pada masing-masing benda uji tersebut dengan menggunakan mesin
27 Bahan Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana. Pengujian dilakukan dengan
menarik batang tulangan sampai putus. Selanjutnya beban leleh di cari dengan memplot
regangannya pada nilai offset 0,2%. Hasil pengujian berupa data beban leleh dari
masing-masing tulangan ditampilkan pada tabel 5.2. Selanjutnya tegangan leleh tulangan didapatkan
dari membagi beban leleh dengan luas penampang tulangan.
Tabel 5.2 Data Pengujian Tulangan
Benda Uji Luas Tampang Beban Leleh fy
5.1.2 Hasil Pengujian Benda Uji Pull-Out
Hasil pengujian benda uji pull-out untuk adalah berupa data berupa beban tarik maksimum
yang diberikan oleh benda uji. Selanjutnya beban tarik maksimum yang diberikan oleh
masing-masing benda uji dirangkum dan ditunjukkan dalam bentuk tabel. Selain itu di
perhatikan pula bagaimana mode keruntuhan dari benda uji pada saat beban maksimum
tersebut. Tabel 5.3 menunjukkan nilai beban maksimim dan moda keruntuhan dari
masing-masing benda uji pull-out.
Tabel 5.3 Data Pengujian Pull-Out
28
Untuk benda uji pull-out dengan panjang tulangan tertanam panjang penyaluran, maka pada
beban maksimum tulangan utama didalamnya akan mengalami keruntuhan akibat pergeseran
(slip), sehingga hasil pengujian benda uji akan memberikan nilai beban maksimum beban
leleh dari tulangan. Akan tetapi jika panjang tulangan tertanam > panjang penyaluran maka
gaya rekatannya akan lebih besar dari kuat leleh tulangan sehingga tulangan utama yang akan
mengalami keruntuhan tarik. Kondisi ini tidak diharapkan pada penelitian ini karena yang di
fokuskan adalah mencari panjang penyaluran tulangan yaitu panjang terkecil yang
memberikan kuat rekatan yang setara dengan kuat leleh dari tulangan. Hubungan antara
panjang tulangan tertanam dengan beban maksimum yang diberikan untuk masing-masing
kelompok benda uji ditunjukkan pada grafik 5.1 sampai dengan 5.4.
29 5.2.2 Tegangan Rekatan
Dari beban maksimum yang didapat, kemudian dihitung tegangan rekatan dari tulangan
yang tertanam yaitu dengan membagi beban terhadap luas permukaan tulangan. Selanjutnya
dibuat kurva hubungan antara tegangan rekatan terhadap panjang tulangan dari
30 Dari grafik hubungan antara panjang tulangan terhadap tegangan rekatan dari setiap
kelompok tulangan sengkang yang sama didapat bahwa nilai tegangan gesernya menurun
seiring dengan bertambah panjangnya tulangan dan mencapai nilai asymtotis pada panjang
tulangan yang sama dengan panjang penyaluran. Khusus untuk kelompok tulangan sengkang
dia. 5.7 dan 6.5 tidak didapat nilai beban maksimum yang mendekati kuat leleh tulangan yaitu
49 kN. Untuk itu dicari nilai extrapolasi beban maksimum dengan menggunakan nilai
tegangan geser terkecil (nilai asymtotis) yang didapat dengan pendekatan. Kemudian dari
tegangan geser tersebut dihitung panjang penyalurannya. Gambar 5.10 menunjukkan
hubungan antara tegangan rekatan terhadap A/s pada kondisi panjang penyaluran. Dari kurva
terlihat nilai mendekati asymtotis pada A/s lebih besar dari 0.7 yaitu sebesar 3.45 MPa.
0.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80
31 5.2.3 Panjang Penyaluran
Panjang penyaluran adalah panjang terkecil yang memberikan kuat lekatan tulangan yang
sama dengan kuat leleh dari tulangannya. Panjang penyaluran ini dihasilkan dari perkalian
luas permukaan terhadap kuat rekatan rata-rata dari tulangan. Selanjutnya kuat rekatan ini
dipengaruhi oleh tegangan kekangan yang diberikan oleh sengkang yang merupakan fungsi
dari luas tulangan sengkang dan jarak nya. Makin besar luas tulangan sengkang akan makin
besar pula tegangan kekang yang diberikan. Sebaliknya makin besar jarak sengkang, makin
berkurang tegangan kekangan yang diberikan. Oleh sebab itu nilai variable luas tulangan
sengkang per satuan jarak sengkang akan menentukan nilai panjang penyaluran. Untuk itu
dibuat kurva hubungan antara penjang penyaluran terhadap luas tulangan sengkang persatuan
panjang jarak sengkang (A/s) yang ditampilka pada gambar 5.11.
Dari kurva gambar 5.11 terlihat bahwa panjamg penyaluran pada beton tanpa tulangan
sengkang adalah 33d dan selanjutnya panjang penyaluran akan semakin berkurang dengan
memberikan tulangan sengkang. Kurva hubungan antara A/s terhadap panjang penyaluran
mendekati asymtotis pada nilai A/s yang besar. Pada nilai A/s lebih besar dari 0.7 nilai
panjang penyaluran akan konstan pada angka sekitar 27d.
32 Membandingkan formula pada SNI 03-2847-2002 yang menyertakan faktor tebal selimut dan
jarak antar tulangan dalam perhitungan panjang penyaluran tulangan dalam bentuk persamaan
2.4 dan 2.5 yaitu;
Dalam tabel tersebut juga dibandingkan dengan panjang penyaluran hasil experiment.
Tabel 5.4 Panjang Penyaluran Teoritis dan Experimen
Benda Uji Atr Fys s n Ktr c (c+Ktr)/d L/d
Dari tabel 5.4 terlihat bahwa hasil teoritis lebih besar sekitar 10% dibandingkan dengan hasil
experimen pada benda uji tanpa sengkang, namun pada benda uji dengan tulangan sengkang
hasil teorits lebih kecil antara 2% sampai 12% dari hasil experimen. Melihat batasan nilai
33 memberikan nilai L/d = 27.0 yaitu hamper sama dengan benda uji d-5.3. Nilai batasan ini
agak berbeda sedikit dengan batasan nilai (c+Ktr)/db yang tercantum dalam SNI yaitu sebesar
2.5. Perbedaan nilai teoritis dengan nilai experiment kemungkinan disebabkan karena pada
pengujian pull-out ada bagian selimut beton yang mengalami tekan akibat dari system
pengujian, sedangakan rumus teoritis dipakai pada keadaan tulangan diselimuti oleh beton
34 BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, pengolahan data dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tegangan rekatan dari tulangan sangat dipengaruhi oleh panjang tulangan yang
tertanam pada beton. Makin panjang tulangan tertanam, makin kecil tegangan
rekatannya. Tegangan rekatan tersebut akan menurun seirng dengan panjang tulangan
tertanam, dan mendekati nilai asymtotis pada panjang tulangan tertanam sebesar nilai
panjang penyaluran dari tulangan tersebut.
2. Tegangan rekatan pada kondisi panjang tulangan tertanam sama dengan panjang
penyaluran adalah sebesar 2.8 MPa. untuk beton tanpa sengkang dan 3.47 MPa. untuk
beton dengan luas sengkang per satuan panjang (A/s) = 0,7
3. Panjang penyaluran berbanding terbalik denga luas tulangan sengkang persatuan
panjang (A/s). Makin besar nilai A/s maka nilai panjang penyaluran akan berkurang.
Panjang penyaluran untuk beton tanpa tulangan adalah sebesar 33d kemudian mengecil
dengan adanya tulangan kekangan sehingga mencapai nilai 27d untuk tulangan
kekangan dengan A/s = 0,7.
4. Nilai panjang penyaluran yang didapatkan dari hasil penelitian cukup mendekati nilai
yang didapati dari hasil teoritis menggunakan formula SNI 03-2847-2002. Akan tetapi
hasil penelitian menunjukkan ada perubahan pada pemakaian batasan nilai (c+Ktr)/db
dari 2.5 menjadi 3.2. sehingga formula tersebut dapat dipakai untuk tulangan sengkang
yang lebih rapat dengan nilai (c+Ktr)/db sampai 3.2.
6.2 Saran-Saran
Setelah meninjau hasil-hasil dari penelitian ini beserta kesimpulannya maka berikut ini ada
beberapa saran yang di anjurkan bagi para praktisi teknik sipil sebagai berikut:
1. Pemakaian formula SNI 03-2847-2002 yang membahas perhitungan panjang
35 2. Karena system pengujian ini menyebabkan adanya tekan pada selimut beton yang
membuat hasilnya tidak sesuai dengan kondisi kenyataannya, maka perlu dilakukan
penelitian dengan menggunakan system dimana benda uji tidak sampai mengalami
36 DAFTAR PUSTAKA
Canadian Portland Cement Association, 1995, Concrete Design Handbook, 2nd edition
BSN, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Gedung, SNI 03-2847-2002
S. Pul, 2010, Loss of concrete steel bond strength under monotonic and cyclic loading of light
weight and ordinary concrete, Iranian Journal of Science and Technology, Vol 34, pp
397-406
S. Pul, Husem, M., Gorkem, S. E. & Yozgat, E. (2007). Lightweight and ordinary
concrete-steel bond strength.2nd. International Symposium on Connection between Steel and Concrete,
Proceedings book, Vol. 2, pp. 1141-1150, Stuttgart, Germany.
Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton