• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIFFERENCE LEVEL ON TODDLER DEVELOPMENT AGED 3-4 YEARS Early Childhood Education (ECD) AND NON-ECD IN PUCANGSEWU VILAGE, PACITAN, EAST JAVA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIFFERENCE LEVEL ON TODDLER DEVELOPMENT AGED 3-4 YEARS Early Childhood Education (ECD) AND NON-ECD IN PUCANGSEWU VILAGE, PACITAN, EAST JAVA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 2 No.002 September 2011 DIFFERENCE LEVEL ON TODDLER DEVELOPMENT AGED 3-4 YEARS Early Childhood

Education (ECD) AND NON-ECD IN PUCANGSEWU VILAGE, PACITAN, EAST JAVA

*Novian Mahayu Adiutama**Sri Sayekti***Bambang Tutuko ABSTRACT

The toddler should have appropriate stimulation and directed in order to achieve an optimal growth.

Stimulation of targeted and appropriate for young children (toddlers) are included on the principles of early childhood education programs, so that early childhood education is very helpful in shaping the structure of a child's development. The purpose of this study was to analyze differences in the growth level of toddler’s development aged 3-4 years ECD and non-ECD in Pucangsewu, Pacitan, East Java. This study used a comparative design with cross sectional approach, the population was toddler aged 3-4 years in the Village Pucangsewu as many as 65, a sample of 56 toddlers were taken by using proportional random sampling technique. Measuring instruments used were DDST II. The data wasanalyzed by using the Mann-Whitney test statistic at 5% error level (α = 0.05). Based on the survey results revealed that the level of development of toddler aged 3-4 years which followed the Early Childhood Education program almost entirely in the normal category (86.9%), little bit was suspect (30,3%) and nobody was in unstable category. Level of toddler’s development aged 3-4 years who did not follow ECD mostly (60,6%) was in suspect category, (30,3%) was normal and (9,1%) was in unstable category. Results of Mann-Whitney test howed p = 0.000 (p <α) so H1 accepted. The results of this study can be concluded that there are differences in the level of development of toddler aged 3-4 years ECD and non-ECD in village Pucangsewu, Pacitan, East Java

Keywords : Child development, Early Childhood Education (ECD), Toddler aged 3-4 years.

PENDAHULUAN

Wacana PAUD mulai berkembang sejak tahun 2002. Pemerintah kemudian menuangkan hal tersebut dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 28 ayat (1) dinyatakan pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar [15]. Tiga tahun pertama kehidupan manusia perkembangan sel-sel otak sudah berlangsung cepat, sehingga terbentuk jaringan saraf yang kompleks, hal tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja otak anak dalam berkembang, mulai dari perkembangan kemampuan berjalan, belajar, berbicara, dan bersosialisasi [9]. Tingkat perkembangan pada anak tidak akan berlangsung melalui kematangan begitu saja, melainkan juga keterampilan itu harus dipelajari. Pencapaian tingkat perkembangan balita dipengaruhi berbagai stimulasi yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan dan motivasi. Berbagai stimulasi tersebut dapat diperoleh dalam Program PAUD [5].

Upaya yang dilakukan Pemerintah telah menunjukkan peningkatan APK PAUD dari 25,30% pada tahun 2007 menjadi 34,43% pada tahun 2011. Peningkatan tersebut masih sangat kurang, karena di dalam RPJM Nasional 2010- 2014 disebutkan bahwa harapan APK PAUD mencapai 72,9% (Kemendikbud, 2010). Survei

Sosial Ekonomi Nasional 2011 mencatat bahwa partisipasi untuk wilayah Provinsi Jawa Timur hanya sebesar 25,16%, di samping itu juga tampak bahwa kegiatan PAUD di pedesaan lebih rendah daripada di daerah perkotaan [15]. Menurut hasil pendataan yang dilakukan oleh Kelurahan Pucangsewu, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, tercatat hanya 82 dari 240 anak usia 0-6 tahun yang mengikuti program PAUD, jika rentang usia dipersempit menjadi 5-6 tahun tercatat 55 dari 67 anak mengikuti PAUD (TK), namun jika rentang usia dipersempit lagi menjadi 3-4 tahun, maka tercatat sedikit sekali anak pada kelompok usia ini yang mengikuti PAUD, yaitu hanya 27 dari 65 anak yang mengikuti program PAUD (Play Group). Tidak semua anak dapat mencapai tingkat perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2014 kepada 5 anak usia 3-4 tahun yang tidak mengikuti program PAUD dan 5 anak usia 3-4 tahun yang mengikuti PAUD di Kelurahan Pucangsewu, Pacitan melalui observasi perkembangan (DDST II), bahwa dari 5 anak yang tidak mengikuti PAUD terdapat 4 anak termasuk dalam kategori suspect, dan 1 anak termasuk dalam kategori untestable, sedangkan dari 5 anak yang mengikuti PAUD seluruhnya dalam kategori normal.

Melihat data dan uraian di atas, justru masih banyak dari masyarakat yang menyatakan bahwa

(2)

Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 2 No.002 September 2011 proses belajar anak baru mulai di sekolah dasar

dan pada masa balita tidaklah lebih daripada

“bermain saja”. Pernyataan ini keliru, karena pada usia balita kurang lebih 50% sel-sel otak berkembang tersambung-sambung. Proses penyambungan inilah yang menjamin luas dan kokohnya dasar bagi perkembangan anak selanjutnya, jika hal ini tidak dimanfaatkan akan banyak kesempatan emas yang hilang untuk selamanya. [9]

Anak dituntut mendapat perhatian dan bimbingan yang baik dan sesuai agar tingkat perkembangan anak berada pada tahap perkembangannya. Saat ini, program PAUD dianggap sebagai solusi yang paling tepat. Diperlukan kesadaran para orang tua untuk menghilangkan anggapan bahwa proses pembelajaran pada anak baru di mulai pada saat usia sekolah.Tujuan khusus dari penelitian ini adalahmengidentifikasi tingkat perkembangan balita usia 3-4 tahun yang mengikuti PAUD, mengidentifikasi tingkat perkembangan balita usia 3-4 tahun yang tidak mengikuti PAUD, dan menganalisa perbedaan tingkat perkembangan balita usia 3-4 tahun PAUD dan non PAUD.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pucangsewu, Pacitan, Jawa Timur. Populasinya adalah seluruh balita usia 3-4 tahun di Kelurahan Pucangsewu, Pacitan, dengan sampel yang diambil menggunakan tektik Purpotional Ramdom Sampling sebanyak 23 balita kelompok PAUD dan 33 balita kelompok Non PAUD.

Variabel Independent : Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sedangkan variabel Dependent : Perkembangan balita usia 3-4 Tahun.Pengumpulan data untuk tiap variabel menggunakan lembar interview yang berisi 4 pertanyaan karakteristik responden, dan lembar observasi perkembangan DDST II.

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan deteksi dini tingkat perkembangan kepada seluruh responden baik kelompok PAUD maupun Non PAUD, pada akhir penilaian nanti akan didapatkan informasi data, data-data tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui distribusi datanya.

Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dengan skala nominal dan ordinal, maka dilakukan uji statistik non parameterik Mann-Whitney pada tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5%

atau 0,05 untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok sampel, yaitu kelompok PAUD dan Non PAUD.

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 hari pada tanggal 16-17 Juni 2011. Hasil pengambilan data sebagai berikut:

Usia (Tahun)

Sumber : Data primer diolah oleh peneliti,2011

Usia Responden berkisar antara 3-4 tahun, lebih dari setengah responden berusia 4 tahun, yaitu sejumlah 29 balita (51,79%).

Jenis Kelamin

Sumber : Data primer diolah oleh peneliti,2011

Berdasarkan diagram di atas diketahui lebih dari setengah responden mempunyai jenis kelamin perempuan, yaitu sejumlah 31 balita (55,36%).

Keikutsertaan PAUD

Sumber : Data primer diolah oleh peneliti,2011

Diketahui lebih dari setengah responden tidak mengikuti Program PAUD. Jumlah responden yang tidak mengikuti Program PAUD sebanyak 33 balita (58,9%).

27 29

26 28 30

Usia Balita Usia Balita

3 Tahun 4 Tahun

25 31 0

20 40

Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

23 33 0

20 40

Keikutsertaan PAUD Keikutsertaan PAUD

PAUD

Non PAUD

(3)

Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 2 No.002 September 2011 Tingkat Perkembangan Balita PAUD

Sumber : Data primer diolah oleh peneliti,2011

Berdasarkan diagram di atas, setelah dilakukan evaluasi DDST II pada balita PAUD hampir seluruhnya termasuk dalam kategori normal yaitusejumlah 20 balita (86,9%).

Tingkat Perkembangan Balita Non PAUD

Sumber : Data primer diolah oleh peneliti,2011

Berdasarkan diagram di atas setelah dilakukan evaluasi DDST II pada balita non PAUD sebagian besar termasuk dalam kategori suspect dengan jumlah 20 balita (60,6%).

Perbedaan Tingkat Perkembangan Balita PAUD dan Non PAUD

Sumber : Data primer diolah oleh peneliti,2011

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa lebih dari setengah responden termasuk dalam kategori normal sejumlah 30 balita (53,5%), hampir dari setengahnya merupakan balita PAUD sejumlah 20 balita (35,7%), sedangkansebagian kecil dari responden yang termasuk dalam kategori normal

adalah balita non PAUD yaitu sejumlah 10 balita (17,8%). Hampir dari setengah responden termasuk dalam kategori suspect sejumlah 23 balita (41,1%), sebagian kecilnya adalah balita PAUD yang sejumlah 3 balita (5,4%), sedangkan hampir dari setengahnya terdiri dari balita non PAUD yang sejumlah 20 balita 35,7%). Sebagian kecil dari responden termasuk dalam kategori Untestable sejumlah 3 balita (5,4%) yang semuanya adalah balita non PAUD, dan tidak seorang pun responden dari kelompok PAUD yang termasuk dalam kategori untestable.Hasil uji Statistik Mann-Whitney pada taraf kesalahan 5%

didapatkan p value = 0,000. p value lebih rendah dari taraf kesalahan 0,05 atau (p < α), yang berarti H1 diterima atau ada perbedaan tingkat perkembangan balita usia 3-4 tahun PAUD dan non PAUD di Kelurahan Pucangsewu Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur.

PEMBAHASAN

Tingkat Perkembangan Balita PAUD

Setelah dilakukan evaluasi DDST II pada kelompok ini, hampir seluruhnya termasuk dalam kategori normal, sebagian kecil responden termasuk dalam kategori suspect, dan tidak seorang pun responden yang termasuk dalam kategori untestable. Tingginya angka normal menunjukkan bahwa hampir seluruhnya balita PAUD telah fokus dan berhasil menyelesaikan tugas-tugas/item test dalam lembar observasi DDST II.

Secara umum tingkat perkembangan balita yang mengikuti Program PAUD dapat dikatakan dalam kondisi yang baik. Hal ini dikarenakan balita yang mengikuti Program PAUD mendapatkan stimulasi- stimulasi yang lebih sesuai dan terarah. Clark (2003) menyatakan bahwa tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dan terarah dari lingkungan maupun pendidikan. Teori tersebut sejalan dengan apa yang dinyatakan Depdiknas (2007) bahwa tingkat perkembangan pada anak tidak akan berlangsung melalui kematangan begitu saja, melainkan juga keterampilan itu harus dipelajari. Pencapaian tingkat perkembangan balita dipengaruhi berbagai stimulasi yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan dan motivasi. Berbagai stimulasi tersebut dapat diperoleh dalam Program PAUD.

Tingkat Perkembangan Balita Non PAUD Setelah dilakukan evaluasi DDST II pada kelompok ini, sebagian besarnya termasuk dalam kategori suspect, sebagian kecil termasuk dalam 20

3 0

Tingkat Perkembangan Balita PAUD Balita PAUD Normal Suspect

10

20

3 Tingkat Perkembangan Balita Non PAUD

Balita Non PAUD Normal Suspect Untestable

PAUD Non PAUD

Normal 20 10

Suspect 3 20

Untestable 0 3

20

10 3

20

0

3 0

5 10 15 20 25

Tingkat Perkembangan Balita Usia 3-4 Tahun

(4)

Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 2 No.002 September 2011 kategori untestable, dan hampir dari setengahnya

dalam kategori normal. Berdasarkan data di atas secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat perkembangan balita yang tidak mengikuti Program PAUD/ non PAUD tidak dalam kondisi yang baik. Balita kurang fokus dalam menyelesaikan tugas-tugas/item tes dalam lembar observasi DDST II, sebagian besar balita masih kesulitan atau mengalami keterlambatan (delayed) dalam menyelesaikan tugas dari berbagai sektor yang meliputi perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, perkembangan bahasa, dan perkembangan personal sosial.

Ketidaksesuaian tingkat perkembangan atau tingginya angka suspect dalam kelompok ini dikarenakan adanya beberapa faktor, salah satunya yaitu kurangnya stimulasi yang diperoleh anak di lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, stimulasi-stimulasi yang diperoleh anak dari orang tuanya terkadang masih belum sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Mulyadi (2007) bahwa orang tua maupun warga masyarakat yang tidak mengetahui tentang perkembangan anak, seringkali mengalami kesulitan mendidik, mengasuh, maupun mengarahkan pendidikan untuk anak-anaknya.

Hal tersebut di atas sangat disayangkan karena pada usia 3-4 tahun merupakan masa-masa yang sangat berpengaruh bagi kemampuan anak dalam menjalani kehidupan di masa mendatang.

Pernyataan tersebut didukung oleh apa yang ditulis Nirwana (2011) dalam bukunya, bahwa ada sebagian dari masyarakat kita yang menyatakan bahwa proses belajar anak baru mulai di sekolah dan pada masa balita tidaklah lebih daripada

“bermain saja”. Pernyataan ini keliru, karena justru pada usia sampai balita, kurang lebih 50% sel-sel otak (neuron) berkembang tersambung-sambung.

Proses penyambungan inilah yang menjamin luas dan kokohnya dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Jika hal ini tidak deimanfaatkan maka akan banyak kesempatan yang baik yang hilang selama-lamanya.

Perbedaan Tingkat Perkembangan Balita Usia 3-4 Tahun PAUD dan Non PAUD di Kelurahan Pucangsewu Kabupaten Pacitan.

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dan hasil uji statistik di atas, bisa dikatakan terdapat perbedaan tingkat perkembangan balita usia 3-4 tahun antara balita yang mengikuti Program PAUD dengan yang tidak mengikuti Program PAUD. Secara umum pada balita yang mengikuti Program PAUD memiliki kondisi yang lebih baik dalam perkembangan personal sosial, motorik halus, motorik kasar, dan bahasa bila dibandingkan dengan balita yang tidak mengikuti Program

PAUD. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Juliansyah dkk. (2013) di Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan motorik anak usia 3-4 tahun. Dalam penelitian sebelumnya (Apriana, 2009) menyimpulkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah.

Perbedaan di atas dikarenakan tingkat stimulasi yang diterima oleh balita kelompok PAUD dan non PAUD juga berbeda. Di kelompok PAUD stimulasi yang diperoleh balita lebih terarah dan sesuai dengan tahapan tumbuh kembangannya, oleh karena itu tingkat perkembangan balita PAUD dalam kondisi yang lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok balita non PAUD. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Depdiknas (2007) bahwa terdapat tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan maupun pendidikan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Tingkat perkembangan balita usia 3-4 tahun yang mengikuti program PAUD di Kelurahan

Pucangsewu, Pacitan, JawaTimur hampir seluruhnya dalam kategori normal.

Tingkat perkembangan balita usia 3-4 tahun yang tidak mengikuti program PAUD (non PAUD) di Kelurahan Pucangsewu, Pacitan, JawaTimur sebagian besar dalam kategori suspect.

Ada perbedaan tingkat perkembangan balita usia 3-4 tahun PAUD dan non PAUD di Kelurahan Pucangsewu, Pacitan, JawaTimur.

Saran

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan kepada orang tua tentang pentingnya mengikutsertakan anak dalam PAUD untuk merangsang perkembangan anaknya pada sektor motorik kasar, motorik halus, bahasa, maupun personal sosial.Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dan bidan yang dibantu oleh kader-kader kelurahan lebih meningkatkan program deteksi dini perkembangan pada balita secara rutin setiap bulan di POSYANDU,

(5)

Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 2 No.002 September 2011 seghingga perkembangan balita yang suspect dapat

diantisipasi sedini mungkin dan tidak ada lagi balita yang untestable.Bagi pelaksana Program PAUD diharapkan dapat mempertahankan kualitasnya sehingga tingkat perkembangan balita PAUD yang sudah baik dapat dipertahankan.Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi ataupun data tambahan bagi peneliti lain yang akan meneliti lebih lanjut tentang tingkat perkembangan dan pendidikan pada anak usia dini.

KEPUSTAKAAN

Apriana,R.2009.Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Jurnal Penelitian.Semarang,Universitas

Diponegoro.

Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono,M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta:

Rineka.

Depdiknas.R.I.2007.Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Fisik/ Motorik.

Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Depdiknas.R.I.2007.Pusat Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Juliansyah,M.2010. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun di TK Riadhus Shalihin Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian.Kalimantan Selatan.

Kemendikbud.R.I.2010.RencanaStrategis

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2006-2010.Jakarta:MenteriPendidikan dan Kebudayaan.

Muslihatun,W.N. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Nirwana,A.D. 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo,S.2010.MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S.2010.MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Soetjiningsih,C.H. 2010. Perkembangan Anak.

Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP.

Satyanegara,S.,Widjaja,A.C. 2004. Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Acran.

Yusuf,A.H,dkk,2010. Profil Anak Indonesia 2010.

Jakarta:KPP&PA

(6)

Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 2 No.002 September 2011

Referensi

Dokumen terkait

Otot berperan dalam menjaga suhu tubuh secara keseluruhan, karena sistem otot dapat merespon jika tubuh mengalami penurunan dan peningkatan suhu tubuh, misalnya

Untuk pengukuran polarisasi, saat wireless USB adapter yang ada di dalam waveguide antena wajanbolic berada pada posisi vertikal dan antena pada access point juga pada

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan

Penelitian menggunakan 60 ekor ayam pedaging, dua puluh ekor ayam di awal penelitian diambil darahnya untuk pengamatan titer antibodi asal induk terhadap infeksi virus

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

Pertunjukan Nini Thowong merupakan salah satu kesenian yang ada di Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul.Pada awalnya warga sekitar mempunyai keyakinan bahwa

Menurut Soekartawi (1994) efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar- besarnya. Secara umum