LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 315/Menhut-II/2004
TANGGAL : 25 Agustus 2004
KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN
USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM PT. ACRISINDO UTAMA
KETENTUAN I : TUJUAN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM
Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam bertujuan meningkatkan potensi dan produktifitas sumber daya hutan, serta kepentingan masyarakat, pembangunan industri dan eksport. Untuk mencapai tujuan tersebut maka “ PEMEGANG IZIN “ usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang meliputi penebangan kayu, permudaaan dan pemeliharaan hutan, perlindungan/pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan sesuai dengan RKUPHHK menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan asas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.
KETENTUAN II : PELAKSANAAN
PT. ACRISSINDO UTAMA sebagai pemegang IUPHHK pada hutan alam yang untuk selanjutnya disebut “ PEMEGANG IZIN”, melaksanakan kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam pada areal kerja yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan uraian sebagai berikut :
A. PERENCANAAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU 1. Inventarisasi Hutan
“ PEMEGANG IZIN” diwajibkan untuk melaksanakan inventarisasi hutan untuk memperoleh data/informasi yang akurat, terpercaya dan terbaru mengenai keadaan fisik daerah, flora dan fauna dari seluruh areal kerja IUPHHK pada hutan alam, RK, RKL, dan RKT pada hutan alam dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Penataan Hutan
a. “PEMEGANG IZIN” harus membentuk dan memanfaatkan seluruh areal kerjanya seluas
±....
± 40.570 ( empat puluh ribu lima ratus tujuh puluh ) hektar sebagai satu atau beberapa Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) atau bagian dari suatu KPHP yang akan ditetapkan lebih lanjut.
b. “PEMEGANG IZIN” harus melaksanakan tata batas dan pengukuran serta pemetaan terhadap seluruh areal kerjanya paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannnya izin dan diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) tahun dan selanjutnya ditetapkan areal kerjanya.
c. “PEMEGANG IZIN” harus melaksanakan pembagian areal kerjanya menjadi blok-blok, dan petak-petak kerja pemanenan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam dengan tanda-tanda batas yang jelas dan permanen yang dapat berupa batas-batas buatan serta pembukaan wilayah hutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
d. “PEMEGANG IZIN” harus bertanggung jawab untuk penyelesaian segala akibat yang timbul dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukannya atas tanah milik perseorangan atau tanah yang di bebani hak milik.
3. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) pada Hutan Alam
a. “PEMEGANG IZIN” harus melakukan usaha pemanfaatan hutan pada areal kerjanya sedemikian rupa sehingga setiap tahun selalu ada
kegiatan pembinaan, pemeliharaan, perlindungan/pengamanan hutan dan kegiatan usaha pemanfaatan hutan lainnya secara terus menerus setiap tahun selama jangka izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam berlaku.
b. “PEMEGANG IZIN” harus melaksanakan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam berdasarkan pada RKUPHHK pada hutan alam yang dinilai, disetujui, disyahkan oleh Departemen Kehutanan yang meliputi seluruh jangka waktu berlakunya izin, RKL dan RKT Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan alam.
c. “PEMEGANG IZIN” wajib menyusun RKUPHHK pada hutan alam selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah izin diberikan, berdasarkan hasil
penafsiran....
penafsiran potret udara/citra landsat, dan atau dari informasi penunjang lainnya, serta menyerahkan kepada Departemen Kehutanan untuk dinilai, disetujui, dan disyahkan.
Penyusunan dan penyerahan RKUPHHK pada hutan alam tersebut dilaksanakan sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan
d. Rencana Kerja Usaha Pemanfaaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan alam tersebut di atas secara keseluruhan merupakan satu kesatuan rencana yang saling kait mengkait dan menentukan serta disusun sesuai dengan pedoman penyusunan RKUPHHK pada hutan alam yang berlaku.
RKUPHHK pada hutan alam yang telah dinilai, disetujui, dan disahkan dapat direvisi dengan izin Departemen Kehutanan.
B. ORGANISASI DAN PERUSAHAAN
1. “PEMEGANG IZIN” diwajibkan menyusun Struktur Organisasi Perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Dalam waktu selama-lamanya 2 (dua) tahun sejak izin ini diterbitkan, harus sudah ada tenaga teknis kehutanan yang duduk sebagai salah satu Direksi dan atau Komisaris pada perusahaan.
C. ADMINISTRASI DAN TATA LAKSANA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN NON KAYU
1. Pungutan/Iuran
“ PEMEGANG IZIN” wajib membayar Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (d/h IHPH), dana Reboisasi, provisi Sumber Daya Hutan, serta iuran-iuran lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2. Pelaporan
“PEMEGANG IZIN” harus membuat laporan kegiatan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
3. “PEMEGANG IZIN” wajib memberikan semua data dan bantuan kepada petugas-petugas kehutanan atau pejabat-pejabat kehutanan yang berwenang melaksanakan pemeriksaaan.
KETENTUAN...
KETENTUAN III : KEWAJIBAN POKOK
A. PEMANFAATAN KAYU 1. Sistem Silvikultur
1. “PEMEGANG IZIN” harus melaksankan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia(TPTI) pada areal hutan seluas ± 40.570 (empat puluh ribu lima ratus tujuh puluh) hektar yang terletak di kelompok Hutan Sungai Randangan – Sungai Paguyaman, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, dengan benar dan bersungguh- sungguh, dan dengan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku. “Pemegang
IZIN” diwajibkan untuk merehabilitasi/melaksanakan penanaman hutan
pada areal bekas penebangan atau pada areal tidak berhutan/tidak produktif/semak belukar/tanah kosong melalui Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu(RKUPHHK) pada hutan alam yang telah disahkan Departemen Kehutanan.
2. Untuk tercapainya kelestarian hutan “PEMEGANG IZIN” diberikan Jatah Produksi Tahunan dengan Kisaran :
1. Etat luas maksimum = 702 hektar/tahun.
2. Etat volume maksimum (JPT) = 46.366 m3/tahun
3. Etat jumlah batang maksimum = 15.775 batang/tahun.
yang selanjutnya dapat ditetapkan sesuai RKUPHHK pada hutan alam yang didasarkan pada inventarisasi tegakan, potret udara atau citra satelit dan disyahkan oleh pejabat yang berwenang.
3. “PEMEGANG IZIN” harus mempergunakan cara- cara penebangan kayu dan atau mengangkut hasil hutan lainnya yang sesuai dengan keadaan wilayah kerjanya dengan tidak meninggalkan azas kelestarian hutan dan keseimbangan lingkungan.
4. Semua kegiatan pemanfaatan dan penebangan kayu harus dilaksanakan dengan cara yang tidak mengakibatkan adanya pemborosan dan kerugian- kerugian sumber daya alam.
5. “PEMEGANG IZIN”...
5. “PEMEGANG IZIN” tidak dibenarkan menebang jenis kayu yang dilindungi tanpa ijin khusus yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan.
6. “PEMEGANG IZIN” tidak dibenarkan menebang melampaui jatah tebang yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Tahunan.
7. “PEMEGANG IZIN” dilarang melaksanakan penebangan hutan diluar areal yang telah ditetapkan di dalam Rencana Kerja Tahunan yang telah disahkan.
8. “PEMEGANG IZIN” dilarang menebang diluar areal kerja izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam.
9. Hak pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu dari penduduk yang diterbitkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak adat setempat tetap berlaku dan wajib diindahkan oleh “PEMEGANG IZIN”.
2. Jaringan Jalan
“PEMEGANG IZIN” harus membangun dan memelihara jaringan jalan di dalam areal kerjanya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku tentang pembuatan jalan angkutan hasil hutan serta sesuai dengan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan alam yang telah disahkan. Jaringan jalan angkutan hasil hutan dalam areal kerja dibuat dengan ketentuan :
a. Jaringan jalan utama sejauh mungkin disesuaikan dengan rencana pembangunan jalan umum yang dilakukan oleh Pemerintah.
b. Pada daerah yang berawa, “PEMEGANG IZIN”
dibenarkan membangun jalan rel sebagai jaringan jalan utama.
c. “PEMEGANG IZIN” wajib tetap memelihara bekas jalan angkutan kayu dalam hal ini jalan utama dan jalan cabang dengan tujuan untuk dipertahankan sebagai jalan pengawasan dan pemeliharaan hutan.
d. “PEMEGANG IZIN” wajib mengatur penggunaan dan pemanfaatan semua jalan besar atau kecil dan jalan pengangkutan lainnya baik untuk keperluan sendiri, pihak lain, maupun masyarakat disekitarnya dengan sebaik-baiknya, dengan tetap memperhatikan
perlindungan...
perlindungan dan pengamanan areal kerjanya terutama dari pemcurian, perambahan hutan dan peladang berpindah.
3. Peralatan Logging
a. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan di areal kerjanya, “PEMEGANG IZIN” diwajibkan untuk memperoleh izin pemasukan dan penggunaan peralatan serta izin perpanjangan penggunaan peralatan dari Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
b. Setiap pemindahan peralatan yang digunakan ketempat lain diluar areal kerjanya perlu mendapat persetujuan dari Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Setiap peralatan yang tidak dipergunakan lagi dan atau direncanakan untuk dapat dihapuskan agar dibuat berita acara sebagai penghapusan peralatan.
d. “PEMEGANG IZIN” wajib melaporkan peralatan yang dipergunakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Penanaman Modal
a. Untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam, “PEMEGANG IZIN” akan menanamkan modalnya sebesar US$ 54.606.000 ( lima puluh empat juta enam ratus enam ribu US dolar)
b. Perubahan penanaman modal dilaksanakan sesuai dengan persetujuan Pemerintah.
c. “PEMEGANG IZIN” wajib menyampaikan laporan keuangan mengacu pada Pedoman Standart Akuntansi Keuangan No. 32 kepada Departemen Kehutanan selambat-lambatnya pada akhir semester pertama tahun berikutnya.
B. PENGOLAHAN
1. Untuk kepentingan industri pengolahan kayu secara nasional, “PEMEGANG IZIN” wajib meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktifitas industri pengolahan kayu yang telah dimiliki,
mengembangkan...
mengembangkan industri hilir dengan orientasi eksport dan membantu keperluan bahan kayu lainnya, serta berperan sebagai Bapak angkat bagi industri pendukung/terkait.
2. “PEMEGANG IZIN” wajib meningkatkan kemampuan rekayasa, rancang bangun, dan pengembangan perangkat lunak lainnya bagi peningkatan dan pengembangan Industri Pengolahan Kayu.
C. PEMASARAN
1. “PEMEGANG IZIN” diwajibkan memberikan informasi tentang data pemasaran setiap saat diperlukan Pemerintah
2. “PEMEGANG IZIN” harus selalu meningkatkan pengembangan pemasaran baik untuk dalam negeri maupun luar negeri dengan mengembangkan konsep, strategi dan perencanaan pemasaran dan harus berusaha memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan tingkat harga yang wajar.
3. “PEMEGANG IZIN” harus mendukung kebijaksanaan Pemerintah dalam pemasaran hasil hutan.
4. “PEMEGANG IZIN” harus mempekerjakan tenaga grader dan scaler secukupnya sebanding dengan volume hasil hutan yang dihasilkan.
5. “PEMEGANG IZIN” harus mentaati peraturan perundangan tentang hasil hutan yang diatur dalam Penata Usahaan Hasil Hutan.
6. “PEMEGANG IZIN” sejauh mungkin harus memiliki perwakilan di pusat-pusat pemasaran hasil hutan dan membantu Pemerintah dalam analisa perencanaan dan pelaksanaan pemasaran dalam rangka memantapkan pasaran hasil hutan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
D. PERMUDAAN DAN PEMELIHARAAN HUTAN
Berdasarkan komposisi jenis dan struktur tegakan hutan pada areal berhutan yang diusahakan dengan sistem silvikultur yang sesuai untuk mempertahankan meningkatkan kelestarian hasil, “PEMEGANG IZIN” harus melaksanakan :
1. Pengamanan tegakan tinggal dalam melaksanakan penebangan, penyaradan dan pengangkutan agar kerusakan tegakan yang ditinggal dan erosi sejauh
mungkin...
mungkin dapat dihindarkan, yaitu dengan cara :
a. Penandaan/penomeran pohon-pohon yang akan di tebang dan yang ditinggalkan sebagai pohon inti atau pohon induk.
b. Penebangan dilaksanakan hanya pada petak yang potensinya memenuhi ketentuan, serta pada pohon berdiameter minimal 60 (enam puluh) cm di hutan produksi terbatas dengan arah rebah yang tepat.
c. Penebangan pada sekitar daerah-daerah perlindungan dan sekitar daerah-daerah perlindungan dan sekitar daerah-daerah yang dinyatakan mempunyai nilai estetika atau ilmiah yang tinggi harus dibuat jalur penyangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Tempat pengumpulan kayu dan jalan sarad dibuat sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. “PEMEGANG IZIN” wajib melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan nilai hutan, melalui :
a. Melaksanakan penanaman, perkayaan, permudaan dan pemeliharaan hutan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dan sesuai dengan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan alam yang telah dinilai, disetujui, dan disahkan.
b. Membuat tanaman pada lahan yang tidak produktif dan pada tanah-tanah kosong terutama pada daerah-daerah rawan dan yang berbatasan dengan lahan penduduk di sekitarnya.
c. “PEMEGANG IZIN” harus melaksanakan rehabilitasi areal tidak produktif/tanah kososng minimal 300 ha/tahun dan sudah dapat diselesaikan dalam waktu 10 tahun.
3. “PEMEGANG IZIN” wajib membuat permanent plot untuk megukur pertumbuhan/riap tegakan hutan minimal 100 ha/RKL dan mengukur debet air serta mutu air sungai akibat dampak erosi.
4. “PEMEGANG IZIN”...
4. “PEMEGANG IZIN” wajib membuat kebun bibit seluas 100 ha/RKL disesuaikan dengan tanaman unggulan/andalan setempat, serta perlu mengadakan kebun pangkas.
5. “PEMEGANG IZIN” wajib menyediakan areal seluas 300 ha yang digunakan untuk menjaga dan melindungi plasma nutfah.
6. “PEMEGANG IZIN” wajib menanamkan modalnya dan menyisihkan sebagian dari keuntungannya untuk pembinaan, rehabilitasi dan pembangunan hutan baik di bekas areal tebangan TPTI maupun dikawasan tidak produktif untuk tanaman.
E. PENELITIAN
Dalam rangka pengembangan serta peningkatan pengusahaan perlu didukung oleh berbagai penelitian. Oleh karenanya“PEMEGANG IZIN” wajib :
1. Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan pelestarian alam, produktivitas produksi hasil hutan dan lain-lain yang berkaitan dengan usaha pemanfaatan hutannya.
2. Mendukung penelitian yang dilakukan oleh pihak lain dalam rangka peningkatan usaha pemanfaatan hutan.
F. PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN 1. Kebakaran Hutan
Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan,
“PEMEGANG IZIN” wajib:
a. Menyediakan sarana dan prasarana (biaya, tenaga-tenaga satpam, peralatan, menara pengawas, ilaran api) pencegahan kebakaran hutan pemadam kebakaran dalam jumlah yang memadai sesuai dengan luas dan keadaan areal kerjanya.
b. Ikut aktif melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di dalam areal kerjanya dan disekitarnya antara lain dengan mengamankan semua kegiatan eksploitasinya yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran serta mengamankan penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar.
c. Segera melaporkann pada instansi kehutanan setiap terjadinya kebakaran di areal kerjanya.
2. Perambahan...
2. Perambahan Hutan
a. “PEMEGANG IZIN” harus mencegah, menghindarkan dan menanggulangi terjadinya tindak pelanggaran oleh pihak lain yang menyebabkan kerusakan hutan dalam areal kerjanya, antara lain mencegah adanya perladangan berpindah dan penebangan liar.
b. Apabila terjadi perambahan hutan dan atau tebangan liar oleh pihak ke 3 (tiga) atau pihak lain, maka “PEMEGANG IZIN” bertanggung jawab dan segera melaporkan kepada pihak yang berwajib.
c. Untuk melaksanakan perlindungan hutan, perusahaan diwajibkan membentuk Satuan Pengamanan (SATPAM) dengan kwalifikasi terdidik dan dalam jumlah yang memadai.
3. Perlindungan terhadap Tumbuh-Tumbuhan
a. “PEMEGANG IZIN” tidak dibenarkan menebang pohon-pohon dan memungut tumbuh-tumbuhan lain yang ditetapkan sebagai jenis yang dilindungi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
b. “PEMEGANG IZIN” tidak boleh melakukan penebangan dengan radius atau jarak sampai dengan 500 m dari tepi waduk atau danau; 200 m dari tepi mata air dan kiri kanan sungai; 50 m kiri kanan tepi anak sungai; 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang; 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai, kecuali atas izin Menteri Kehutanan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
c. “PEMEGANG IZIN” harus aktif dalam pengembangan dan pelindungan sumber daya alam, dan harus mencegah terjadinya dampak negatif dan meningkatkan dampak positif dari kegiatan yang dilaksanakan dengan memperhatikan hasil-hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah disusun dan disetujui Komisi Pusat AMDAL Departemen Kehutanan/Daerah.
d. “PEMEGANG IZIN” segera melaporkan setiap terjadinya kerusakan dan gangguan hama penyakit terhadap hutan dan hasil hutan di areal kerjanya.
4. Perlindungan...
4. Perlindungan terhadap Satwa Liar
a. “PEMEGANG IZIN” tidak dibenarkan melakukan perburuan baik atas satwa-satwa liar dan atau satwa yang dilindungi yang terdapat di areal kerjanya tanpa izin.
b. “PEMEGANG IZIN” harus mencegah terjadinya perburuan liar di areal kerjanya.
c. Untuk menjamin dan memelihara terselenggaranya perlindungan terhadap satwa liar, usaha pemanfaatan hutan dilaksanakan sedemikian rupa sesuai peraturan perundangan yang berlaku sehingga tidak terdapat satwa liar yang terjebak didalam areal yang diusahakan.
5. Perlindungan terhadap Obyek-Obyek yang Bernilai Ilmiah dan Budaya
a. “PEMEGANG IZIN” harus mencegah atas terjadinya kerusakan-kerusakan terhadap obyek- obyek yang bernilai ilmiah dan budaya.
b. Pemegang harus melaporkan bila menemukan tempat-tempat yang bernilai ilmiah dan budaya.
c. Dalam areal kerja izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam berbatasan dengan hutan lindung dan/atau hutan konservasi, maka untuk menjamin dan memelihara terselenggaranya kelestarian hutan lindung, dan hutan konservasi tersebut, “PEMEGANG IZIN”
wajib menyediakan daerah peyangga yang berbatasan dengan kawasan tersebut, lebar daerah penyangga sbb :
1. 1.000 (seribu) meter dari batas luar hutan lindung dan atau/ hutan konservasi yang belum ditata batas.
2. 500 (lima ratus) meter dari batas luar hutan lindung dan/atau hutan konservasi yang sudah ditata batas.
Kegiatan yang diperbolehkan pada daerah penyangga tersebut hanya pembuatan jalan sarad.
KETENTUAN ....
KETENTUAN IV : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN
A. PEMBANGUNAN MASYARAKAT
1. Fasilitas pembangunan masyarakat, “PEMEGANG IZIN”
harus membantu Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan masyarakat di dalam dan di sekitar areal kerjanya seperti :
a. Pengadaan tempat-tempat ibadah b. Pengadaan fasilitas-fasilitas pendidikan c. Pengadaan fasilitas-fasilitas kesehatan
2. “PEMEGANG IZIN” diwajibkan melaksanakan pembinaan minimal 1 (satu) desa yang ada di dalam/sekitar areal kerja.
3. “PEMEGANG IZIN” diwajibkan membina dan mengembangkan Koperasi Karyawan dan/atau KUD atau Koperasi Primer lainnya yang ada di dalam/di sekitar areal kerjanya.
4. “PEMEGANG IZIN” wajib melakukan kerjasama dengan koperasi masyarakat setempat paling lambat 1 (satu) tahun setelah diterimanya izin. Bentuk kerjasama dapat berupa penyertaan saham dan atau kerjasama usaha pada segmen kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan alam
B. AKSES UNTUK PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DAN KAYU
“PEMEGANG IZIN” memberi kesempatan kepada masyarakat sekitar hutan untuk melakukan pemungutan hasil hutan bukan kayu dan kayu baik secara perorangan maupun koperasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. HAK ADAT
“PEMEGANG IZIN” wajib memberikan ijin kepada masyarakat hukum adat/masyarakat tradisional dan anggotanya yang berada di dalam areal kerjanya untuk memungut, mengambil, mengumpulkan, mengangkut dan menjual hasil hutan ikutan seperti : Rotan, Sagu, Madu, Damar, Buah-buahan, Getah-getahan, Rumput-rumputan, Bambu, Kulit kayu dan lain sebagainya sepanjang hasil hutan tersebut untuk memenuhi/menunjang kehidupan sehari-hari.
KETENTUAN V : A. PENGGUNAAN TENAGA KERJA
“PEMEGANG IZIN” harus menggunakan tenaga kerja Indonesia yang terlatih, terampil dan ahli dalam jumlah
yang...
yang cukup untuk semua bidang dan jenis pekerjaan dan jasa yang diperlukan. Untuk tenaga ahli kehutanan, minimal mempekerjakan tenaga-tenaga sarjana kehutanan bidang perencanaan dan penataan hutan, bidang pengelolaan hutan dan tenaga-tenaga ahli pengukuran dan pengujian kayu. “PEMEGANG IZIN” diwajibkan untuk mengajukan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Tahunan Kepada Departemen Kehutanan.
B. PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN TENAGA KERJA
“PEMEGANG IZIN” harus melaksanakan pendidikan dan latihan bagi sebanyak-banyaknya tenaga kerja Indonesia untuk membina, meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan dan keahliannnya, dan disamping itu
“PEMEGANG IZIN” diwajibkan mengikut sertakan tenaga kerja pada setiap pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh Pemerintah sepanjang menyangkut bidang kegiatannya.
C. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pada setiap terjadinya pemutusan hubungan kerja karyawan harus diperlakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. KESEJAHTERAAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 1. Fasilitas Pengobatan, Pemegang Izin :
a. Harus mendirikan klinik dengan kapasitas minimum 6 (enam) tempat tidur lengakap dengan tenaga medis yang cukup dan bekerja penuh untuk “PEMEGANG IZIN”
b. Harus menyediakan pelayanan pengobatan kepada seluruh karyawannya dan anak istrinya.
c. Memberikan kemudahan bagi anggota masyarakat setempat dapat turut menggunakan fasilitas klinik tersebut dengan biaya seringan mungkin d. Harus menyediakan pos-pos pertolongan pertama
pada tempat-tempat yang diperlukan.
2. Tempat Tinggal Karyawan dan Kegiatan Logging.
Dalam pelaksanaan pembangunan Base Camp,
“PEMEGANG IZIN” harus memenuhi ketentuan- ketentuan :
a. Pembangunan...
a. Pembangunan rumah/barak untuk karyawan harus memenuhi kelayakan ruang tempat yang sehat.
b. Penggunaan lahan hutan untuk pembangunan Base Camp harus sesuai dengan kebutuhan
c. Pembangunan Base Camp di areal izin pemanfaatan hasil hutan kayu perusahaan lain atau tanah milik orang lain, harus ada persetujuan tertulis dari yang bersangkutan atau pemilik tanah.
KETENTUAN VI : LAIN - LAIN
A. PERUBAHAN LUAS AREAL KERJA
Perubahan luas areal kerja dimungkinkan dan pelaksanaannya disesuaikan dengan perundang-undangan yang berlaku.
B. HAK-HAK LAIN
“PEMEGANG IZIN” tidak mempunyai hak-hak lain selain apa yang tercantum di dalam Keputusan Izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam dan kelengkapannya. Hak-hak lain yang dimaksud adalah meliputi hak pengolahan atas tanah hutan, hak-hak atas mineral, minyak bumi, gas alam, bahan-bahan kimia, batu-batu mulia atau setengah mulia, dan sumber-sumber alam lainnya
C. OBYEK BERNILAI SEJARAH DAN ATAU ILMIAH
“PEMEGANG IZIN” diwajibkan melakukan langkah-langkah yang perlu untuk melindungi obyek-obyek bernilai sejarah dan atau ilmiah dari kerusakan-kerusakan dan adanya penemuan baru kepada pemerintah.
D. FORCE MAJEUR
Apabila terjadi hal-hal diluar kemampuan “PEMEGANG IZIN” (Bencana Alam, Kerusuhan dll), maka semua akibat yang ditimbulkan oleh kejadian yang dimaksud bukan merupakan tanggung jawab “PEMEGANG IZIN” termasuk tidak terlaksananya kewajiban “PEMEGANG IZIN”.
KETENTUAN VII : PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PEMERINTAH
A. Pemerintah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan semua kegiatan usaha
Pemanfaatan...
pemanfaatan hutan baik mengenai pelaksanaan fisik
pemanfaatan hutan maupun semua administrasi.pembukuan dan surat menyurat mengenai
pengelolaan PERUSAHAAN.
B. “PEMEGANG IZIN” berkewajiban membantu sarana dan prasarana yang diperlukan oleh aparat Departemen Kehutanan yang ditugasi mengadakan pengawasan dan pembinaan di areal kerja perusahaan.
C. Dari hasil pengawasan dan pembinaan tersebut, maka kepada “PEMEGANG IZIN” dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
KETENTUAN VIII : PELANGGARAN/SANKSI A. Pengertian Pelanggaran
Tidak melaksanakan, mentaati dan atau tidak memenuhi persyaratan/kewajiban sebagaimana tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku adan atau Keputusan IUPHHK pada hutan alam beserta dokumen kelengkapannya.
B. Pengenaan Sanksi
Pelanggaran seperti tersebut pada butir A akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KETENTUAN IX : KONSEKWENSI TERHADAP PENCABUTAN DAN/ATAU PENYERAHAN KEMBALI IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM
A. Kewajiban “PEMEGANG IZIN” Setelah Terjadinya Pencabutan
Dalam hal dicabutnya izin ini, kepada “PEMEGANG IZIN”
tetap dibebankan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002.
B. Hak Milik “PEMEGANG IZIN” setelah habisnya jangka waktu izin, penyerahan kembali atau dicabutnya izin maka :
1. “PEMEGANG IZIN” harus menyerahkan dalam keadaan baik semua benda tidak bergerak seperti base camp, gedung, jalan, jembatan gudang, pelabuhan udara, pelabuhan sungai dan laut, dok dan lain-lain yang telah dibangun oleh “PEMEGANG IZIN” kepada Pemerintah tanpa adanya ganti rugi dari Pemerintah.
2. Barang...
2. Barang-barang persediaan yang berada didalam gudang dan benda-benda bergerak yang dipergunakan
“PEMEGANG IZIN” sehubungan dengan kegiatan usaha pemnfaatan hutan, tetap menjadi milik “PEMEGANG IZIN”.
3. Jika Izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam ini berakhir karena habis waktunya atau karena diserahkan kembali oleh “PEMEGANG IZIN” atau karena dicabut oleh Menteri Kehutanan maka :
3.1. Segala hak yang dimiliki “PEMEGANG IZIN”
berakhir.
3.2. Areal hutan yang dibebani izin kembali dan sepenuhnya dikuasai Negara.
3.3. “PEMEGANG IZIN” diwajibkan menyerahkan semua klise dan bahan-bahan serta peta, gambar-gambar ukuran tanah dan sebagainya kepada Departemen Kehutanan dengan tidak menerima ganti rugi.
3.4. “PEMEGANG IZIN” tetap dibebani/wajib menyelesaikan semua kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Keputusan Izin Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam beserta lampirannya yang belum terpenuhi.
4. Dalam hal “PEMEGANG IZIN” akan menyerahkan kembali izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam sebelum habis masa berlakunya, maka
“PEMEGANG IZIN” sebelumnya harus sudah menyelesaikan dan memenuhi semua kewajiban- kewajiban teknis dan finansial sebagaimana tercantum dalam izin ini.
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi, MENTERI KEHUTANAN, Ttd.
ttd.
Ir. S U Y O N O MUHAMMAD PRAKOSO NIP. 080035380