Pertanian Bantalan Resesi:
Resiliensi Sektor Selama Pandemi Covid-19
Prof. Dr. Bustanul Arifin
barifin@uwalumni.com
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA
Dewan Komisioner dan Ekonom Senior INDEF
Ketua Umum Pengurus Pusat PERHEPI
Kontribusi Substantif
dari “Pertanian Bantalan Resesi”
1. Pendahuluan
2. Transformasi Struktural Kembali Terganggu
3. Tantangan Perubahan Teknologi Pertanian
4. Antisipasi Krisis Pangan Nasional
5. Ujian Kemandirian Pangan
6. Stagnasi Produksi dan Produktivitas Padi
7. Dimensi Kebijakan Rencana Impor Beras
8. Penyelamatan Industri Gula Domestik
9. Kedelai dalam Pengembangan Agroindustri
10. Jagung sebagai Bahan Baku Pakan
11. Ujian Industri Perunggasan Era Pandemi
12. Stabilisasi Produksi-Konsumsi Daging Sapi
13. Biofuels pada Industri Sawit
14. Subsidi Pupuk Langsung kepada Petani
15. Korporatisasi Petani pada Sistem Agribisnis
16. Bisnis Hortikultura Berbasis Kemitraan
1.
Pendahuluan
: Pertanian jadi bantalan resesi
• Ekonomi pertanian pada Q2-2021 0,38% (y-on-y), lebih rendah dari ekonomi makro yang tumbuh 7%,
karena basis pertumbuhan pada Q2-2020 rendah. Sektor pertanian masih menjadi bantalan resesi.
• Covid-19 telah menaikkan angka kemiskinan sampai 27,55 juta (10,19%). Mayoritas orang miskin
tinggal di perdesaan (12,04 juta atau 7,88%), mereka petani, buruh tani, dll. Ada fenomena ruralisasi.
2. Transformasi Struktural Perekonomian Kembali Terganggu
Uraian
1975 1985 1995 2005 2010
2015
2020
Pangsa PDB (%)
▪
Pertanian
30,2
22,9
17,1
13,4
15,3
13,5
13,7
▪
Industri: Manufaktur-Tambang 33,5
35,3
41,8
38,5
36,0
28,6
26,3
▪
Jasa
36,3
42,8
41,1
48,1
48,7
57,9
60,0
Pangsa Tenaga Kerja (%)
▪
Pertanian
62,0
56,0
46,0
42,5
39,0
32,9
29,8
▪
Industri: Manufaktur-Tambang
6,0
9,0
12,8
13,0
14,5
14,7
14,7
▪
Jasa
32,0
35,0
43,2
44,5
47,5
52,4
55,5
Data
: Total Factor Producitivty (TFP) Pertanian di Asia
0 20 40 60 80 100 120 140 160 19 61 19 63 19 65 19 67 19 69 19 71 19 73 19 75 19 77 19 79 19 81 19 83 19 85 19 87 19 89 19 91 19 93 19 95 19 97 19 99 20 01 20 03 20 05 20 07 20 09 20 11 20 13 20 15 Agricul tu re T FP China Indonesia Malaysia Philippines Thailand Viet Nam IndiaPeriod
China
Indonesia
Malaysia
Philippines Thailand Viet Nam
India
1961-1970
1.03
2.04
2.75
0.39
0.87
-0.12
0.71
1971-1980
0.24
1.37
2.41
2.51
2.18
1.40
0.30
1981-1990
2.20
0.42
2.98
0.49
-0.62
1.71
1.48
1991-2000
3.93
0.75
1.98
1.14
2.86
2.00
0.92
2001-2015
3.22
2.32
2.50
1.13
1.69
2.06
1.59
Annual growth (%)Sumber: Dihitung dari Fuglie (2015)
4.
Antisipasi Krisis
Pangan Nasional
Dimensi Krisis Ekonomi Asia 1998 Krisis Pangan Global 2008 Krisis Pangan Covid-19
Drivers dan kondisi ekonomi global
• Nilai tukar dan pembayaran • Inflasi tinggi, daya beli turun • Pengangguran, kemiskinan • Akses pangan terganggu
• Keuangan & perbankan AS • Harga minyak bumi tinggi • Perubahan iklim memburuk • Harga pangan global tinggi
• Pandemi Virus Corona • Harga minyak bumi rendah • Stok pangan baik, panen OK • Lockdown: Akibat dan sebab Kinerja ekonomi
Indonesia
• Kurs Rp 2.450 → 16.650/$ • Laju inflasi 10,3% → 82,4% • Kemiskinan 50 juta (24,2%) • Cad Devisa US$ 17,4 miliar • Utang LN: 126% dari PDB • PDB 4,7% → minus 13,7%
• Kurs Rp 9.200 →12.650/$ • Laju inflasi 10,5% →12,2% • Kemiskinan 31 juta (13,3%) • Cad Devisa US$ 50,2 miliar • Utang LN: 13,7% dari PDB • PDB 6,3% → 6,1%
• Kurs Rp 12.000 → 14.500/$ • Laju inflasi 3,0% → 3,1% • Kemiskinan 9,2% → 10,2% • Cad Devisa: US$ 137 miliar • Utang LN: 38,5% dari PDB • PDB 5,0% → -2,07%
Faktor Eksternal • Kemarau Ekstrem El-Nino
• Impor beras 6 juta ton
• Lehman Brothers bangkrut • Presiden Obama menang
• Neo-proteksionisme baru • Presiden Trump bantu petani Kebijakan
Pemerintah
• Bantuan pangan, JPS dll • Likuidasi 16 bank masalah • Pembentukan BPPN
• Rekapitalisasi Rp 430 triliun • Intervensi IMF: Kontroversi
• Ada 3 Perppu dan 11 PBI • Bail-out Bank Century • BI naikkan BI rate ke 9,25% • BUMN valas di bank BUMN • Mengurangi PE CPO
• Perppu 1/2020 & PP 21 PSBB • Daerah usul, Pusat seetujui • Anggaran Covid Rp 405 triliun • Tidak menganjurkan mudik • UU 11/2020 Ciptaker disahkan
Kerusuhan sosial • Demonstrasi besar-besaran
• Presiden Seoharto berhenti
• Demonstrasi, terkendali • Presiden SBY terpilih lagi
• Buruh menolak RUU Ciptaker • Presiden Jokowi semangat ☺
Data
: Ikhtisar Hasil Analisis Resiliensi dan Risiko Pangan
Komoditas % Impor Resiliensi rantai nilai Risiko: Titik kritis pasokan Langkah Kebijakan
Beras 3-5 • Industri modern beras tumbuh,
relasi petani-pedagang kuat
• Musim kemarau panjang • Titik kritis Okt-Nov – Januari
• Impor beras menjadi opsi, tapi negara suplier makin sulit
Gula 60-70 • Gula rafinasi menjadi bantalan,
langsung ke pasar
• Fleksibilitas mengganggu petani • Modernisasi indusri lambat
• Penyederhanaan impor dan fleksibilitas gula rafinasi
Telur Ayam Ras 0 • Rantai nilai solid, relasi peternak
swasta-pedagang
• Titik kritis Ramadhan-HBKN. Tahun logistik bermasalah
• Intervensi sistem logistik, fasilitasi dialog kemitraan
Daging Ayam Ras 0 • Peran integrator, relasi
peternak-swasta-industri-pasar
• Titik kritis Ramadhan-HBKN. Tahun logistik bermasalah
• Intervensi sistem logistik, persaingan usaha sehat
Daging Sapi 70-75 • Penggemukan domestik • Ramadhan dan hari besar • Impor daging kerbau
Bawang Merah 10-20 • Rantai nilai alternatif via digital • Musim hujan, poduksi kecil • Perbaikan sistem distribusi
Bawang Putih 95-97 • Program pengembangan di
beberapa sentra produksi,
• Risko ketergantungan impor, impor terganggu, harga naik
• Sinkronisasi RIPH & SPI, review kebijakan wajib tanam
Minyak Goreng 0 • Luas lahan sawit sebagai bahan
baku masih bertambah
• Risiko logistik, CPO rendah, harga minyak bumi turun
• Kepastian pasokan insentif petani sawit, peremajaan dll
Cabai Merah 5-20 • Lahan pekarangan, industri naik,
permintaan naik.
• Musim panen, harga anjlok,
terjadi di akhir musim hujan • Stabilisasi harga antar-musimuntuk antisipasi inflasi
Cabai Rawit 5-15 • Pemanfaatan pekarangan, pada
skala rumah tangga .
• Musim panen, harga anjlok. Musim hujan, produksi turun
• Antisipasi dampak inflasi, perbaikan benih dan varietas
Sumber: Disintesis dari hasil-hasil studi dan berbagai sumber
6. Stagnasi Produksi dan
Produktivitas Padi
Konsumsi-Produksi
2018
2019
2020
2021
(Juni)
∆
2018-2019 (%)
∆
2019-2020(%)
Konsumsi (juta ton)
29,56
28,93
29,37
14,66
0,78
1,52
Produksi GKG (juta ton)
59,19
54,60
54,53
30,88
-7,76
0,08
Produksi Beras (juta ton)
33,94
31,31
31,33
17,70
-7,81
0,07
Luas Panen (juta ha)
11,38
10,68
10,66
6,01
-6,14
-0,19
Produktivitas (ton/ha)
5,20
5,11
5,13
5,14
-1,72
0,02
Sumber: BPS, Juli 2021
• Kemarau ekstrem 2019 sangat berdampak pada neraca dan pada rantai nilai beras secara keseluruhan.
• Produksi beras tahun 2020 belum mencapai kondisi 2018. Tahun 2021, produksi beras mulai membaik
• Harga beras rendah pada musim panen (Maret-April), tinggi pada musim tanam (Desember-Januari)
Tahun
Volume (kg)
Nilai CIF (US$ )
2014 (Q4)
503.324,559
239,439,407
2015
861.601,001
351,602,090
2016
1,283,178,527
531,841,557
2017
311,524,673
143,206,447
2018
2,253,824,445
1,037,128,214
2019
444,508,791
184,254,091
2020
356,286,276
195,409,001
2021 (s/d Q2)
201,271,565
91,665,199
Total Kumulatif
6.215.519.837
2.774.546.006
Data
: Nilai Impor Beras 2014-2021:
Rp 40 triliun
Sumber: BPS, s/d Juli 2021 (Data dari PIB Ditjen Bea Cukai, Kemenkeu
8. Penyelamatan Industri
Gula Domestik
• Produksi gula Indonesia 2,1 juta ton, lebih rendah dari konsumsi langsung 2,8 juta ton
dan kebutuhan industri 3,1 juta ton. Kebutuhan gula domestik dipenuhi dari impor.
• Kinerja industri gula menurun secara signifikan beberapa dekade terakhir. Industri
berbasis tebu semakin terancam. Industri gula rafinasi juga penuh dinamika;
9.
Kedelai
dalam Pembangunan Agroindustri
• Peningkatan produktivitas dan kualitas kedelai menggunakan varietas unggul
yang telah diadaptasi dengan kondisi iklim dan agro-ekosistem Indonesia.
• Fokus pada produksi kedelai kualitas tinggi, tidak head-to-head dengan
kedelai impor, yang memiliki efisiensi produksi lebih tinggi dan harga murah.
• Perbaikan sistem insentif ekonomi rantai nilai, dari sistem produksi di hulu,
distribusi, perdagangan dan jaminan kepastian pasar di hilir. Petani rasional
tidak menanam kedelai jika penerimaan ekonomi lebih rendah dari biaya;
• Pengembangan legum lain sebagai alternatif bahan baku tahu-tempe,
10.
Jagung
sebagai Bahan Baku Pakan
• Produksi pakan ternak naik pesat, dari 11,3 juta ton (2011) menjadi 21,7 juta ton (2020)
• Jagung merupakan komponen utama 50%– 60% dari pakan ternak, bahkan lebih.
• Kebutuhan jagung 8 juta ton/th atau 600 - 700 ribu ton/bulan untuk feedmill
• Peternak ayam petelur dan ayam broiler mandiri melakukan self-mixing
• Kebutuhan jagung feedmill dan self-mixing dipasok penuh dari dalam negeri.
• Harga melonjak: Rp 5.100 – 5.300/kg, walau KA >20% (di luar Permendag 07/2020)
• Harga jagung impor sekitar Rp 5.000/kg dengan KA 11% sesuai (SNI).
11. Ekonomi
Industri Perunggasan
: Sangat Dinamis
• Produksi daging unggas pada 2020 mencapai 3,48 juta ton, masih di atas
konsumsi 3,44 juta ton. Neraca awal unggas pada 2021 akan surplus 41 ribu
ton, yang mungkin berpengaruh pada dinamika ekonomi perunggasan
• Daging unggas adalah sumber protein murah, makin terjangkau masyarakat
menengah-bawah. Selama tiga dasar warsa terakhir, dengan sedikit intervensi,
sub-sektor perunggasan, telah memberikan kontribusi pada PDB Pertanian
• Pemerintah melakukan intervensi terlalu dalam, banyak distorsi ekonomi yang
ditanggung sub-sektor peternakan. Pemerintahperlu fokus pada upaya khusus
untuk merumuskan dan melaksanakan restrukturisasi industri perunggasan.
12.
Stabilisasi
Produksi-Konsumsi Daging Sapi
• Produksi daging sapi 422 ribu ton, konsumsi 500 ribu ton. Impor sapi hidup
700 ribu ekor (122 ribu ton daging), plus daging beku 100 ribu ton.
• Program inseminasi, bimbingan teknis, pemberian insentif, fasilitasi ekonomi
peternak perlu dilaksanakan serentak, memerlukan kemitraan peternak skala
rumah tangga dan usaha penggemukan sapi (feedloters).
• Penggemukan sapi, peningkatan produktivitas daging ada di perusahaan
feedloters, perlu inovasi khusus breeding di hulu pemotongan di hilir.
• Indonesia mengembangkan sekolah lapang peternakan rakyat (SLPR) untuk
meningkatkan kapasitas dna produktivitas peternak skala kecil.
13. Biofuels pada
Industri Sawit
• Kelapa sawit merupakan berkah Allah SWT yang tiada tara. Luas area kelapa sawit
2020 adalah 16,5 juta hektar, dan produksi 51,6 juta ton CPO.
• Kelapa sawit menghasilkan volume minyak nabati paling efisien dibandingkan
minyak nabati lain: minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak rapa dll
• Sertifikasi berkelanjutan global (RSPO, ISCC) bersifat sukarela dan nasional (ISPO)
bersifat wajib untuk membangun dayasaing keunggulan keberlanjutan
• Masa Pandemi Covid-19, harga CPO global turun signifikan. Indonesia memilih
kebijakan untuk menggenjot target B-30. Harga CPO Indonesia naik signifikan.
Namun, Program B-30 memiliki konsekuensi anggaran negara.
14. Subsidi Pupuk Langsung Kepada Petani
1. Kejelasan tujuan subsidi pupuk
2. Ketajaman sasaran Petani kecil
3. Verifikasi data petani pada Sistem e-RDKK
4. Validasi sistem e-RDKK secara otomatis
5. Insentif kartu tani yang digunakan
6. Alokasi pupuk subsidi dimasukkan ke dalam Kartu Tani
7. Kesiapan segmentasi pasar pupuk bersubsidi
8. Peningkatan kapasitas penyuluh pertanian lapang (PPL)
9. Pengurangan ketergantungan petani terhadap pupuk kimia
15.
Korporatisasi
: Sistem Agribisnis Terpadu & Modern
Sumber: Kementerian Peraanian 2021
Sistem Agribisnis
(Korporatisasi)
1.Input: SDM, lahan, air,
mekanisasi,
2.On-farm: Budidaya,
pertanian presisi
3.Off-farm: Panen dan
Pascapanen, sortasi
pengolahan, dll
4.Logistik: Distribusi,
Digitalisasi, market place,
value chains
5.Asuransi, sertifikasi,
investasi, regulasi
6.Inovasi, R&D, dll
16.
Bisnis Hortikultura
Berbasis Kemitraan
Kolaborasi ABGC
dari hulu ke hilir
1. Koordinasi & Fasilitasi seluruh mitra 2. Penyaluran KUR 3. pendampingan petani (advisory) 4. Penyediaan benih 5. Penyediaan pupuk 6. Penyediaan produk perlindungan tanaman 7. Digital Monitoring tools &
Literasi Digital
8. Pengumpulan hasil panen 9. Pengiriman hasil panen 10. Pembelian hasil panen
8 9 1 0 10 4 3 7 KEMITRAAN MODEL CLOSED LOOP 2 5 6 Sumber: Firdaus, 2021