Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan suatu kerangka konseptual, termasuk nilai, teknik dan metode, yang disepakati dan digunakan oleh suatu komunitas dalam memahami atau mempersepsi semesta. Maka fungsi utama paradigma adalah sebagai acuan dalam mengarahkan tindakan, baik tindakan sehari-hari maupun tindakan ilmiah.
Sebagai acuan, maka lingkup suatu paradigma mencakup berbagai asumsi dasar berkaitan dengan aspek ontologis, epistemologis, dan metodologis. Dengan kata lain, paradigma dapat diartikan sebagai cara berpikir atau cara memahami gejala fenomena semesta yang dianut oleh sekelompok masyarakat (Amien, 2005, p. 36- 37).
Pada penelitian ini paradigma yang digunakan adalah paradigma post- positivisme. Menurut Phillips dan Burbules dalam (Creswell, 2014, p. 8) yang menjadi inti dari paradigma post-positivisme yaitu bahwa tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. Sehingga bukti yang dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan logis. Dalam praktiknya peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrumen-instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh para
Maka pada paradigma post-positivisme dapat menekankan sikap objektif yaitu dengan menguji kembali metode dan kesimpulan yang sekiranya mengandung bias dan juga mampu mengembangan statemen yang relevan dan benar, statemen yang dapat menjelaskan situasi sebenarnya atau mendeskripsikan relasi sebab akibat dari suatu persoalan (p. 9).
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pandangan paradigma post-positivisme untuk menggambarkan keadaan yang terjadi di masyarakat. Pada mulanya berasal dari perkembangan teknologi yang mulai mempengaruhi aktivitas jurnalistik dari berbagai aspek, baik cara penyampaian berita ataupun bagaimana media tersebut melakukan pengoperasiannya. Untuk itu, peneliti memilih untuk meneliti berdasarkan data dan bukti yang telah ditemukan melalui narasumber dan juga melakukan observasi media yang menjadi objek dari penelitian dengan menggunakan metode studi kasus yang dinyatakan oleh Yin.
3.2 Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan jenis kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan untuk mengungkapkan gejala secara holistik- kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci (Sugiarto, 2017 p. 8).
Dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2013, pp. 374-375) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif akan terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian. Yang pertama masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul laporan penelitian sama. Yang kedua masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup disempurnakan. Yang ketiga masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus ganti masalah. Dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena ingin menggambarkan persepsi pelaku operasionalisasi dalam media yang tidak dapat diukur dengan prinsip penelitian kuantitatif. Selain itu peneliti juga ingin memaparkan pemahaman strategi serta pengelolaan media online Gatra.com sebagai instansi melalui pandangan para pengelola media tersebut.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Sebuah studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat berdasarkan pengumpulan data yang luas.
Studi kasus merupakan sebuah metode di mana pertanyaan “bagaimana” atau
“mengapa” diajukan dalam sebuah penelitian yang diarahkan ke serangkaian peristiwa kotemporer, di mana penelitiannya hanya memiliki peluang yang kecil sekali atau tidak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukankontrol terhadap suatu peristiwa (Yin, 2015, p. 13).
Menurut Yin (2015) studi kasus adalah satu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, di mana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan di mana multisumberr bukti dimanfaatkan (p. 18). Yin membagi studi kasus ke dalam empat tipe yaitu desain kasus tunggal holistik, desain kasus tunggal terjalin, desain multikasus holistik, dan desain multikasus terjalin (p. 46).
Pada desain kasus tunggal yang potensial yaitu penelitian studi kasus merupakan suatu desain yang cocok untuk beberapa keadaan. Hal yang pertama yaitu studi kasus analog dengan eksperimen tunggal, sebuah rasional untuk kasus tunggal adalah kasus tersebut penting dalam menguji suatu teori yang disusun dengan baik. Untuk memastikan, mengubah, atau mengembangkan teori tersebut, mungkin ada kasus tunggal yang sesuai untuk semua kondisi guna menguji teori yang bersangkutan (p. 47). Hal yang kedua yaitu untuk kasus tunggal yaitu kasus tersebut menyajikan suatu kasus ekstrem atau unik (p. 48), dan hal yang ketiga untuk studi kasus tunggal adalah hal yang menyikapi kasus itu sendiri. Hal tersebut hadir ketika peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati dan menganalisissuatu fenomena yang tidak mengizinkan penelitian ilmiah (p. 49).
Pada desain multikasus yang potensial yaitu penelitian yang mungkin berisi lebih dari sebuah kasus tunggal. Desain pada multikasus sebagai lawan desain kasus tunggal, karena desain multikasus memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri dibandingkan dengan desainkasus tunggal (pp. 54-55). Maka jenis studi kasus yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal holistik. Studi kasus tersebut memfokuskan penelitian pada deskripsi dari realitas yang ada yaitu pada portal berita online yang ada pada Gatra.com dengan menguji berdasarkan teori yang telah ditetapkan.
3.4 Key Informan dan Informan
Peneliti akan berfokus pada media Gatra khususnya pada Gatra.com. Maka penelitian ini membutuhkan narasumber untuk mendapatkan informasi terkait model bisnis yang ada pada media Gatra.com. Terdapatnya beberapa kriteria untuk memenuhi informasi terkait pada penelitian ini yaitu paham secara mendalam terkait pembuatan, distribusi, pemasaran dan pendapatan dari konten yang dipublikasikan melalui website Gatra.com.
Peneliti kemudian mencari data dan informasi melalui beberapa informan dari media Gatra yang sesuai dengan kriteria tersebut. Adapun informan tersebut adalah:
1. Mukhlison S. Widodo (Pemimpin Redaksi Gatra.com)
2. Gembong Wiroyudo (Advertising Sales Manager media Gatra)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Yin (2015, p. 118) menjelaskan tiga prinsip pengumpulan data. Yang pertama yaitu dengan menggunakan bukti dari berbagai sumber seperti dengan wawancara. Dalam buku Teori Wawancara Psikodiagnostik, Edi (2016, p. 19) memaparkan mengenai macam-macam wawancara di antaranya:
1. Wawancara Terstruktur yaitu pewawancara menentukan terlebih dahulu data yang diperlukan. Wawancara bentuk ini sangat terkesan seperti interogasi karena sangat kaku dan pertanyaannya harus diajukan dengan format dan urutan yang betul-betul sama kepada subjek
2. Wawancara Semi Terstruktur yaitu pewawancara menyusun pertanyaan yang bertujuan untuk menuntun dan bukan mendikte selama proses wawancara berlangsung. Metode ini tepat digunakan dalam penelitian kualitatif karena adanya kebebasan dalam mengatur setting wawancara
3. Wawancara Tidak Terstruktur yaitu wawancara memiliki kemiripan dengan wawancara semi terstruktur akan tetapi wawancara tidak terstruktur memiliki kelonggaran dalam banyak hal termasuk dalam pedoman wawancara
Nantinya penelitian ini akan menggunakan metode wawancara semi terstruktur dan mendalam untuk mendapatkan informasi dari narasumber untuk melengkapi penelitian ini.
Prinsip yang kedua yaitu menciptakan data dasar studi kasus. Hal ini berkenaan dengan cara mengorganisasikan dan mendokumentasikan data yang telah terkumpul. Dokumen yang dimaksudkan umumnya terdiri atas dua kumpulan yang terpisah, yaitu data atau bukti dasar dan juga laporan penelitian itu sendiri baik dalam bentuk artikel, laporan, atau buku. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi. Menurut Suwendra (2018, p. 65) melakukan observasi berguna untuk mengamati suatu kejadian atau peristiwa melalui panca indera atau memakai alat elektronik.
Kemudian data yang terkumpul dari berbagai macam teknik itu, dibandingkan, dicari persamaan dan perbedaannya, ditarik benang merahnya, dirumuskan makna yang terkandung dibalik peristiwa yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk menentukan kredibilitas, validitas, dan reliabilitas data penelitian (pp. 66-67).
3.6 Keabsahan Data
Pada keabsahan data, peneliti menggunakan validitas konstruk. Menurut Yin (2015, p. 39) validitas konstruk merupakan penetapan ukuran operasional yang
benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Uji validitas konstruk ini mencakup tiga taktik di antaranya;
1. Menggunakan multisumber sebagai bukti 2. Membangun rangkaian data
3. Membuat key informan meninjau ulang laporan penelitian yang bersangkutan
Peneliti menggunakan ketiga taktik tersebut, yang mana peneliti menggunakan multisumberr bukti yakni dari hasil wawancara untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan model bisnis yang selama ini diterapkan oleh Gatra dan juga hasil observasi secara langsung pada Gatra, selain itu juga melihat perkembangan peringkat Gatra.com di Alexa dan juga observasi dari website, aplikasi, hingga media sosial Gatra.com. Kemudian peneliti menyusun semua data tersebut yang disesuaikan dengan konsep yang digunakan. Terakhir peneliti meminta kepada key informan untuk meninjau kembali hasil penelitian yang sudah ada.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian, ataupun pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal suatu penelitian (Yin, 2014, p. 133). Menganalisis data studi kasus adalah dengan
memiliki suatu strategi umum untuk dianalisis. Dua di antaranya yaitu mendasarkan pada proposisi teoritis dan dengan pendekatan deskriptifterhadap kasusnya (p. 138).
Yusuf (2016, pp. 400-401) juga mengatakan analisis data merupakan suatu proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, observasi, catatan lapangan, dokumen, foto, dan material lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang data yang telah dikumpulkan, sehingga memungkinkan temuan penelitian dapat disajikan dan diinformasikan kepada orang lain. Analisis data diawali dengan penelusuran dan pencarian catatan pengumpulan data, dilanjutkan dengan mengorganisasikan dan menata data tersebut ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun pola, dan memilih yang penting dan esensial sesuai dengan aspek yang dipelajari dan diakhiri dengan membuat kesimpulan dan laporan.
Kemudian penelitian ini menggunakan analisis data yang menggunakan teknik penjodohan pola. Logika seperti ini membandingkan pola yang didasarkan atas data empirik dengan pola yang diprediksikan. Jika kedua pola tersebut memiliki persamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas internal studi kasus yang bersangkutan (Yin, 2015, p. 140).