• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 222008021 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 222008021 Full text"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGY LIVELIHOOD

MASYARAKAT DESA PRAI PAHA

OLEH:

SERLY BANJA ORU NIM: 222008021

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI

: ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)

KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGY LIVELIHOOD

MASYARAKAT DESA PRAI PAHA

Oleh :

SERLY BANJA ORU NIM: 222008021

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI

: ILMU EKONOMI

Disetujui Oleh:

Marthen L Ndoen, SE, MS, Ph.D Pembimbing

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SERLY BANJA ORU

Nim : 222008021

Program Studi : ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi:

Judul : KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI LIVELIHOOD MASYARAKAT DESA PRAI PAHA Pembimbing : MARTHEN L NDOEN, SE, MS, Ph.D

Tanggal diuji : 23 AGUSTUS 2013 Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 12 Agustus 2013 Yang memberi pernyataan

(4)

Abstrak

(5)

Pendahuluan

Ketahanan pangan merupakan masalah yang sangat penting untuk dibahas secara terus menerus berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Kebutuhan pangan harus dipenuhi dengan dikonsumsi untuk dapat bertahan hidup. Ketidaktahanan pangan terjadi karena kurang memiliki bahan pangan untuk dikonsumsi, hal ini berkaitan erat dengan ketersediaan, distribusi agar kebutuhan pangan terpenuhi untuk dikonsumsi. Ketidaktahanan pangan terjadi di Kabupaten Sumba Timur setiap tahun disebabkan kegagalan panen,bahwa tidak memiliki budidaya pangan lokal untuk dijadikan cadangan pangan.

Peningkatan ketahanan pangan hampir diseluruh wilayah Indonesia, tetapi masih banyak wilayah yang masih berada ditingkat paling bawah dan rentan ketahanan pangan adalah Nusa Tenggara Timur terdapat enam Kabupaten, dan wilayah lainnya seperti Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan (Kompas, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa tidak memiliki ketahanan pangan, kekeringan yang mengakibatkan terjadi kelaparan setiap tahun karena curah hujan yang tidak merata. Kelaparan paling parah di Kabupaten Sumba Timur sejak tahun 2009 sebanyak 35 Desa yang mengalami kelaparan, sedang tahun 2010 naik menjadi 121 Desa dan tahun 2011 turun menjadi 74 Desa dari 156 Desa di Kabupaten Sumba Timur (kompas, 2011). Desa Prai Paha termasuk salah satu Desa yang mengalami kelaparan di Kabupaten Sumba Timur karena masyarakat tidak memiliki ketahanan pangan karena ketergantungan masyarakat konsumsi bahan pangan utama dari beras dan tidak memiliki cadangan bahan pangan lokal sehingga ketika terjadi gagal panen mengalami kelaparan. Desa Prai Paha termasuk salah satu Desa yang mengalami kelaparan setiap tahun.

1

Berdasarkan hal tersebuat diatas, bahwa ketahanan pangan penting untuk dibahas berkaitan dengan kelangsungan hidup dan solusi mendapatkan makanan yang cukup dan layak dikonsumsi. Ketahanan pangan juga penting dalam perekonomian suatu Negara atau daerah yang dapat menunjukkan perkembangan dan kemajuan dibidang ekonomi dan pertanian. Dalam hal ini

1Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Kristen Satya

Wacana.

Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat enam kabupaten yang mengalami rentan ketahanan pangan (kompas, 2010)

(6)

terbukti bahwa ketidaktahanan pangan dapat mengakibatkan kelaparan dan kemiskinan, sehingga kita perlu untuk terus membahas dan penulis ingin meneliti tentang ketahanan pangan masyarakat Desa Prai Paha untuk dapat mengetahui permasalah utama yang dapat menimbulkan kenapa masyarakat tidak memiliki ketahanan pangan dan bagaimana cara menghadapinya untuk bertahan hidup.

Strategi Livelihood merupakan suatu solusi yang dilakukan untuk dapat bertahan dan memperoleh bahan pangan saat menghadapi krisis. Hal yang dilakukan dalam mempertahankan ketahanan pangan adalah dengan bertani, mencari ubi hutan, kunyit dan hutang atau pinjam uang kepada pemilik penggiling untuk kembalikan pada saat selesai panen. Lahan yang kering dan keterbatasan lapangan pekerjaan, sehingga tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan untuk dapat bertahan hidup. Banyaknya kebutuhan, biaya hidup dan harga yang tinggi adalah suatu kesulitan tersendiri bagi masyarakat yang dalam menjalani kehidupan. Walaupun mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa beras miskin tetapi tidak bisa mencukupi kebutuhan konsumsi pangan. Kebutuhan pangan adalah sulitan yang paling besar dialami setiap masyarakat di Desa Prai Paha, kecuali bagi pemilik penggilingan yang memiliki modal. Dimana kebutuhan pangan, suatu hal harus dipenuhi dan tidak dapat ditunda karena berkaitan dengan kebutuhan konsumsi untuk dapat bertahan hidup.

Keterkaitan Strategi livelihood dengan ketahanan panganmemiliki peran yang sangat penting dalam mencapai ketahanan pangan. Strategi Livelihood merupakan cara yang dilakukan untuk dalam bertahan hidup, terutama dalam menghadapi kelaparan. Terjadinya kelaparan disebabkan karena masyarakat kurang memiliki sumber daya lain untuk memperoleh bahan pangan untuk dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut bahwa masyarakat Desa Prai Paha merupakan masyarakat miskin.

(7)

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan

Dampak yang dirasakan petani ketika mengalami perubahan iklim adalah kekeringan yang mengakibatkan rawan pangan. Banyak masyarakat yang mengalami gagal panen karena curah hujan yang tidak menentu dan kemarau yang panjang (UNDP, 2007). MasterAdmin (2011) berpendapat bahwa perubahan iklim dapat menimbulkan kemarau yang berkepanjangan yang dirasakan oleh masyarakat Desa Prai Paha dan berpengaruh pada produksi pangan masyarakat yang menurun. Lebih lanjut dinyatakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dibawa Pimpinan Kementrian Pertanian (2011), bahwa dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan dapat memberikan efek negatif kepada petani karena curah hujan yang tidak lancar sehingga masyarakat petani mengalami keterbatasan sumber daya bahan pangan untuk dikonsumsi dan mempertahankan kehidupan dalam menghadapi rawan pangan, serta penurunan produksi pangan yang terus menurun.

Dengan demikian, kelaparan (kekurangan pangan) merupakan suatu sebab akibat dari kemiskinan masyarakat. Kemiskinan yang terjadi bukan karena lahan yang sempit dan tidak memiliki lahan pertanian tetapi karena kondisi iklim yang sangat tidak mendukung. Kecukupan pangan merupakan suatu hal yang sangat strategis bagi masyarakat dalam bertahan hidup. Ketahanan pangan menjadi tuntutan agar seluruh rumah tangga petani dapat menjangkau kebutuhan pangannya dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu yang mengacu pada adanya kemampuan dalam mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat (Atmanti, 2010).

(8)

baru pada penanganan kelaparan yang bersifat sementara, belum ada kebijakan khusus dalam mengantisipasi kemungkin terjadi kelaparan dalam jangka panjang (Ayib, 2013).

Untuk lebih melihat mengenai hal tersebut diatas mengenai kemiskinan dinyatakan oleh Satriawan (2012) bahwa hal yang menyebabkan kemiskinan pada petani lokal akses input pertanian terbatas, ketersediaan teknologi terbatas, pengetahuan dan skill rendah, keterbatasan modal, harga yang terus meningkat, sedangkan pendapatan petani sebanding dengan pengeluaran yang dikeluarkan untuk pengolahan sawah. Hal tersebut yang dialami oleh masyarakat desa Prai Paha dan tetap berada dalam lingkaran kemiskinan.

(9)

Metode Penelitian Berdasarkan Pengalaman Lapangan

Penelitian dilaksanakan di Desa Prai Paha, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa ini masyarakatnya bertani, penghasilan utama dari hasil pertanian. Wawancara dilaksanakan terhadap perempuan yang merupakan ibu rumah tangga dan laki-laki yang berperan sebagai bapak kepala rumah tangga. Informasi dikumpulkan selama satu (1) bulan, pada bulan Juli 2012. Aspek yang ditanyakan antara lain mencakup ketahanan pangan, strategi livelihood yaitu ketersediaan pangan, cara bertahan hidup pada saat krisis, pengelolaan bahan pangan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengidentifikasi dan mengekstrapolasi ketahanan pangan dan livelihood dengan menggunakan teknik wawancara resmi dan pengamatan langsung dilapangan. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber data dengan menggunakan kuesioner sebagai

pedoman untuk wawancara. Data yang dikaji berdasarkan analisis percakapan. Jumlah responden yang diwawancarai secara keseluruh 28 responden, yang terdiri dari 10 orang laki-laki sebagai kepala keluarga dan 18 orang perempuan sebagai ibu rumah tangga.

Selain itu juga dilakukan wawancara secara mendalam dengan 5 respoden yang merupakan pemilik penggiling di Desa Prai Paha untuk mengetahui dengan lebih mendalam tentang pemberian pinjaman atau hutang yang merupakan alternatif bertahan hidup dan proses jual beli beras. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang menggambarkan fenomena yang ada dilapangan.

Tujuan penelitian penulis dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan setiap tahun, sehingga penulis ingin mengetahui ketahanan pangan dan strategi livelihood masyarakat Desa Prai Paha dalam menghadapi krisis setiap tahun.

Temuan Empirik

Perubahan Iklim Sebagai Penyebab Kelaparan

(10)

Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Masyarakat di Desa ini memiliki ketergantungan konsumsi terhadap beras dari padi yang sangat tinggi sedangkan lahan yang digunakan adalah lahan sawah tadah hujan dan hanya sebagian kecil yang mendapat irigasi dari kali besar yang bersumber dari mata air dan bendungan dekat hutan. Curah hujan yang tidak lancar sehingga dapat mempengaruhi hasil panen, menimbulkan terjadinya kemiskinan dan kelaparan yang tak dapat di hindari. Kelaparan yang terjadi di Desa Prai Paha merupakan sebuah fenomena yang terjadi setiap tahun. Kelaparan mulai dirasakan pada bulan September – Mei setiap tahun. Pada bulan Juni – Agustus dikenal dengan istilah musim panen (Musim Kering), sedangkan bulan September-Mei dikenal dengan musim lapar (wawancara dengan Ibu-ibu rumah tangga, pada tanggal 9 Juli 2012).

Masalah kelaparan merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi, meskipun masyarakat mengetahui bahwa akan terjadi kelaparan tetapi tidak memiliki cara lain untuk dapat mengantisipasi kelaparan. Pada bulan Desember-Februari panen jagung tetapi bahan makanan pokok masyakat adalah nasi, sedangkan jagung dan ubi-ubian hanya sebagai makanan sampingan, lebih mengutamakan untuk mengkonsumsi nasi di bandingkan dengan makanan lain, seperti jagung dan ubi-ubian, meskipun dalam kondisi ekstrim atau terjadi kelaparan dan krisis pangan, nasi dari beras tetap menjadi konsumsi utama. Nasi merupakan makanan pokok, sehingga selalu berusaha mencari beras bagaimanapun caranya, seperti mengambil pinjaman atau yang lebih dikenal dengan istilah hutang oleh masyarakat Desa. Hutang bagi masyarakat Desa berupa pinjaman uang bunga, padi, beras kepada orang Cina, pemilik penggilingan dan masyarakat Desa lainnya yang mampu mengeluarkan pinjaman pada bulan Desember dengan bunga pengembaliannya pada bulan Juni dua kali lipat. Lama masa pinjamannya harus dihitung selama enam bulan baru bisa dikembalikan baik berupa uang, beras, maupun padi.2

Ketahanan pangan sangat berpengaruh besar terhadap tingkat kesejahteraan hidup. Dimana pangan merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat yang harus di konsumsi sehari-hari. Pangan adalah kebutuhan yang harus di penuhi agar kelangsungan hidup masyarakat terjamin. Oleh karena itu, dengan begitu pentingnya kebutuhan pangan dalam kehidupan. Desa Prai Paha adalah salah satu Desa yang mata Pencahariannya tergantung pada sektor Pertanian. Masyarakat Desa Prai Paha memiliki lahan yang cukup luas, tetapi sebagian lahan besar lahan merupakan

2

(11)

lahan kering yang mengharapkan air hujan atau lahan tadah hujan. Kondisi iklim yang tidak dapat di prediksi sehingga mengalami kegagalan panen dan panen yang kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya irigasi dan curah hujan yang tidak lancar setiap tahun.Musim kering lebih panjang dibandingkan dengan musim Hujan.

Kondisi iklim yang ekstrim menghambat ketahanan pangan masyarakat Desa Prai Paha. Ketahanan pangan dapat menunjukkan kemandirian Desa dalam produksi bahan pangan untuk konsumsi sehingga dapat bertahan hidup yang di dukung oleh pangan yang cukup dan merata. Tetapi Desa Prai Paha kurang memiliki ketahanan pangan di karenakan lahan yang di jadikan lahan pertanian untuk menanam padi adalah sebagian besar lahan kering, tetapi setelah panen hanya di gunakan untuk mengikat ternak dan tempat untuk menggembala ternak seperti sapi, kebau dan kuda, hanya sebagian kecil masyarakat yang menanam kedelai dan padi kedua tetapi hasilnya kurang maksimal dan terkadang hanya kembali bibit atau modal sehingga masyarakat kurang berminat untuk menanam padi kedua. Meskipun, terdapat air kali dan mata air besar serta bendungan disekitar lahan yang dapat memberikan irigasi sebagian kecil lahan tetapi tidak menggunakan untuk menanam jenis tanaman lain yang berumur pendek untuk cadangan pangan dan konsumsi pada saat terjadi kelaparan. Hal tersebut sangat berdampak pada ketahanan pangan karena kurangnya jenis bahan pangan lain untuk dikonsumsi, sekalipun ada beberapa masyarakat yang memilki kebun tetapi ketergantungan pada nasi dari beras yang sangat tinggi sehingga mengalami kelaparan. Bahan pangan lokal ubi-ubian seperti ubi iwi (ubi Hutan), singkong, keladi, ubi manusia dan lain-lain hanya sebagai bahan pangan sampingan. Dalam hal konsumsi, jika masyarakat belum mengkonsumsi masih tetap merasa lapar dan belum cukup sehingga setiap hari harus mengkonsumsi nasi dari beras.3

Rawan Pangan adalah kondisi kekurangan bahan pangan bagi masyarakat Desa,dalam hal ini bahan pangan beras untuk dikonsumsi. Sehingga tidak heran banyak masyarakat mengonsumsi ubi iwi atau ubi hutan yang beracun dan sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan, apabila pengolahannya tidak maksimal maka dapat mengakibatkan mabuk. Hal ini sangat memperihatin karena yang seharusnya yang memproduksi bahan pangan adalah masyarakat petani tetapi tidak memiliki ketahanan pangan sendiri. Keterbatasan pangan ini sangat mempengaruhi tingkat

3

(12)

kesejahteraan masyarakat. Pangan merupakan hal yang sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat untuk dikonsumsi dan bertahan hidup. Masalah ketahanan pangan yang dihadapi masyarakat Desa Prai Paha, bukan hanya masalah iklim saja tetapi juga, serangan hama, penyakit, tidak memiliki bibit unggulan dan kurangnya pengetahuan untuk mengelolah lahan dengan baik. Oleh karena itu, Ilmu pengetahuan sangat penting dalam meningkat kualitas sumber daya manusia untuk bisa mencapai ketahanan pangan dan tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Prai Paha.

Desa Prai Paha kurang memiliki keanekaragaman pangan lokal yang dapat membantu ketika terjadi kelaparan. Kebutuhan pangan masyarakat lebih diutamakan pada pemenuhan pangan pokok yaitu berupa beras sehingga kurangnya budidaya pangan lokal untuk dijadikan bahan pangan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa beras yang sangat dominan dalam pemenuhan kebutuhan pangan sebagai makanan pokok. Produksi pangan selain Padi yaitu jagung, ubi dan kedelai sangat rendah, bahkan hampir tidak terlihat di Desa Prai Paha, jagung di tanam satu kali dalam setahun sama dengan tanaman padi tapi ketika habis panen jagung lebih banyak dijual untuk memenuhi kebutuhan lain dan membeli beras, dibandingkan dengan mengkonsumsi.4

Ketahanan pangan berkaitan dengan persediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Desa Prai Paha kurang memiliki persediaan beras untuk konsumsi sehingga ketersediaan bahan pangan sangat rendah di Desa Prai Paha, sedangkan pada kenyataannya, Desa ini merupakan salah satu Desa penghasil beras di Kabupaten Sumba Timur karena mata pencaharian utama dari sektor pertanian, tetapi tidak memiliki persediaan beras untuk mengantisipasi terjadinya kelaparan. Beras yang dihasilkan lebih banyak dijual kepada pemilik penggilingan dan pemilik penggilingan menjualnya ke Desa lain atau sekitar kota Waingapu. Desa yang produksi beras dan seharusnya memiliki ketahanan pangan tetapi mengalami kelaparan yang disebabkan karena kurang memiliki ketersediaan bahan pangan beras. Setelah panen masyarakat lebih banyak menjual hasil panen untuk memenuhi kebutuhan lain dan membayar hutang. Permasalahan distribusi bahan pangan yang dihadapi adalah prasarana distribusi darat dan antar pulau, kelembagaan dan keamanan jalur distribusi, serta bervariasinya kapasitas produksi antar wilayah dan antar musim. Distribusi pangan yang dimaksud adalah distribusi pangan yang berasal dari pemerintah seperti beras murah (Beras Miskin) dan beras bantuan khusus pada saat terjadi

4

(13)

kelaparan yang sering terlambat. Sedangkan permasalahan konsumsi adalah belum terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat Desa Prai Paha, karena kekurangan bahan pangan setiap tahun serta belum tercukupinya konsumsi energi, meskipun konsumsi protein sudah mencukupi serta konsumsi energi yang sebagian besar dari padi-padian yaitu beras. Ketahanan pangan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusia (Saleh dkk, 2011). Dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka akan meningkatkan produktifitas produksi bahan pangan. Individu dalam rumah tangga dapat memperoleh bahan pangan yang cukup, aman, dan bergizi. Sehubungan dengan hal tersebut tidak adanya pengembangan pengetahuan, seperti penyuluhan ketahanan pangan yang berbasis kearifan lokal.

Ubi Iwi, Kunyit, dan Hutang Sebagai Strategi Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Desa

Berbagai cara yang dilakukan masyarakat untuk dapat bertahan hidup yang merupakan strategi pemenuhan kebutuhandalam menghadapi ketidaktahan pangan. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Bapak Jefry Tai Kamangi yang merupakan seorang bapak kepala rumah tangga, pada tanggal 10 juli 2012, mengenai strategi pemenuhan kebutuhan masyarakat:

“Kalau musim hujan atau musim lapar biasa saya pinjam padi tiga-lima belek (satu belek ukuran sama dengan 10-12 kg beras bila padinya digiling menjadi beras) dan kemudian saya kembalikan pada saat panen dengan dua kali lipat dari yang saya pinjam. Sama halnya juga kalau saya pinjam uang bunga (Ndui Por) jika ada keperluan mendadak atau biaya kebutuhan anak-anak, pinjam Rp. 100.000 dan saya kembalikan Rp. 200.000 ketika saya habis panen. Kalau pinjam beras lipat juga sama 50 kg kembalinya dua kali lipat menjadi 100 kg”.

(14)

krisis pangan dan kelaparan. Untuk dapat bertahan hidup, maka tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan cadangan bahan pangan dengan terpaksa harus mengambil pinjaman kepada orang lain.5

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Bapak Kataucu Retang, yang merupakankan seorang kepala keluarga, pada tanggal 11Juli 2012, mengenai strategi pemenuhan kebutuhan:

“Saya pinjam uang, padi kalau musim hujan karena saya tidak ada pilihan lain untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya, walaupun habis panen padi saya habis untuk bayar utang mau bagaimana lagi, nanti cari lagi jalan lain untuk bisa makan, kalau tidak ada saya hutang lagi tidak apa-apa, begitu sudah hidup”.6

Strategi pemenuhan kebutuhan yang dilakukan dengan cara peminjaman atau hutang merupakan hal yang bisa dan sebagai salah satu alasan yang mendasar bagi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan bagi masyarakat Desa adalah sebuah solusi yang sangat tepat untuk mengatasi krisis pangan dan kelaparan yang terjadi pada bulan Desember-Mei setiap tahun. Krisis pangan sudah mulai dirasakan setelah sebulan habis panen. Hasil yang diperoleh gunakan untuk membayar hutang dan jual untuk memenuhi kebutuhan lain, sebagian dikonsumsi sehari-hari. Masyarakat bukan saja mengutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga untuk memberikan sumbangan kepada keluarga, saudara, tetangga yang mengadakan acara adat, pernikahan, mengalami duka. Hal ini dilakukan atas kepedulian sosial yang tinggi kepada orang lain. Sumbangan yang berikan berupa beras, kopi, gula, uang dan hewan, masyarakat merasa sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan setiap individu dan harus dibalas bagi pihak yang mengadakan acara. Dengan demikian dapat menyebabkan terjadinya krisis dan kelaparan bagi masyarakat Desa setempat karena ketika mereka tidak memikili dana, atau uang untuk sumbangan maka masyarakat terpaksa melakukan pinjam kepada orang lain yang memiliki dana. Sumbangan tersebut suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat dalam pergaulan untuk menjaga harga diri dan kehormatan yang sudah menjadi tradisi dan adat-istiadat masyarakat ian besar hanya digunakan untuk membayar hutang tersebut.

5

Hasil wawancara dengan bapak Jefri Tay Kamangi yang merupakan seorang bapak kepala rumah tangga pada tanggal 10 Juli 2012

6

(15)

Hal yang menarik bagi masyarakat desa adalah bahwa utang itu merupakan hal biasa karena krisis dan kelaparan terjadi setiap tahun sehingga masyarakat Desa mengganggap sesuatu hal yang biasa dan yang dialami setiap orang yang ada di Desa tersebut. Rata-rata semua masyarakat Desa mengalami yang namanya hutang karena mata pencaharian utama di Desa tersebut hanya dari bertani dan panen terjadi satu kali dalam satu tahun hasil panen yang sangat tergantung pada kondisi yang terjadi setiap tahun karena curah hujan yang kadang tidak maksimal, hama tikus dan penyakit.Solusi masyarakat untuk dapat keluar dari kondisi ekstrim seperti kelaparan yang dihadapi setiap musim hujan selain dengan cara hutang yaitu dengan mencari kunyit di hutang, kebun dan padang untuk dijual dengan harga Rp. 7000- Rp. 9000 per kg. Hasil yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk konsumsi, biaya sekolah anak dan memenuhi kebutuhan lain.7

Strategi pemenuhan kebutuhan tidak selama dilakukan setiap tahun karena sangat tergantung pada pembeli atau peluang pasar yang ada, jika ada permintaan pasar maka masyarakat akan mencari kunyit, mengolah dan menjual. Proses pengolahannya dengan cara mengiris tipis, lalu dijemur selama satu –dua hari hingga kering lalu dijual kepada pembeli lokal. Selain itu juga banyak masyarakat yang mengosumsi umbu Iwi untuk dapat mencukupi kebutuhan pangan. Jenis ubi ini sangat beracun dan beresiko, apabila proses pengolahannya tidak maksimal mengeluarkan racunnya. Pengolahan ubi ini di kupas, lalu diiris dan kemudian diremdam selama dua (2) minggu untuk mengeluarkan racunnya dan dijemur kembali hingga kering untuk siap di konsumsi, tetapi sebelum di konsumsi harus direndah lagi selama 1 malam.8

Kesulitan Pengelolaan Lahan atau Sawah Untuk Strategi Livelihood

Sistem pengelolaan sawah merupakan bagian strategi pemenuhan kebutuhan untuk memperoleh pendapatan dan bahan pangan konsumsi. Pendapatan masyarakat berasal dari hasil panen setiap tahun. Sawah yang di kelola terdapat sawah air dan sawah tadah hujan yang dapat dijadikan lahan pertanian untuk menanam padi. Sawah air merupakan sawah yang mendapat irigasi dari kali dan bendungan yang mengalir sepanjang musim. Bendungan dan kali ini cukup mampu

7

Hasil Wawancara dengan Bapak Dominggus Domu Wulang pada tanggal 11 Juli 2012

8

Hasil wawancara dengan bapak Yance pada tanggal 18 Juli 2012, Sebagian masyarakat yang telah diwawancarai

(16)

untuk memberikan irigasi sebagian kecil sawah tetapi selebihnya merupakan sawah tadah hujan. Meskipun sebagian kecil sawah mendapat irigasi yang cukup sepanjang musim, tetapi tetap menanam padi satu kali dalam setahun karena merasa lebih baik untuk menanam padi satu kali setahun karena hasil lebih baik atau maksimal. Jika menanam padi dua kali setahun, maka hasil yang di dapatkan kurang maksimal.

Sawah tadah hujan tidak digunakan untuk tanaman lain selain padi yang dapat mengakibat lahan sawah sangat kering. Setelah panen lahan sawah hanya digunakan untuk mengikat ternak dan dijadikan tempat penggembalaan ternak, hanya sebagian kecil masyarakat yang menanam kedelai dan padi kedua tetapi hasilnya tidak maksimal dan terkadang hanya kembali bibit atau modal sehingga banyak yang tidak mau menanam dan lebih memilih untuk tinggal dirumah. Meskipin terdapat air sungai dan mata air besar disekitar lahan sawah yang dapat memberikan irigasi sebagian kecil sawah tetepi masyarakat tidak digunakan untuk menanam jenis tanaman lain yang berumur pendek. Hal tersebut sangat berdampak pada ketahanan pangan masyarakat setempat karena masyarakat tidak memiliki jenis pangan lain, sekalipun memilki kebun, tetapi hanya di tanami jagung pada musim hujan, sangat tergantung pada nasi dari beras.

Pengelolaan sawah hanya merupakan solusi semata dalam memenuhi kebutuhan pangan. Masyarakat Desa Prai Paha tidak berarientasi pada pasar tetapi lebih konsumtif. Pada bulan Mei sampai Agustus adalah masa berkelimpatahan bahan pangan. Walaupun setelah panen akan menjual hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan lain, seperti biaya sekolah dan lain-lain yang merupakan kebutuhan ekonomi rumah tangga.

Jual Beli Beras Sebagai Pemenuh Kebutuhan

(17)

beras. Hasil ini tentu sangat tidak memuaskan atau tidak memcukupi kebutuhan hidup, karena hasil panen yang diperoleh belum tentu maksimal dan hasil panen yang diperoleh selain di jual untuk konsumsi sehari-hari. Sistem seperti ini yang terjadi dari tahun ke tahun yang tidak pernah berubah dan sudah menjadi suatu tradisi bagi masyarakat yang sulit untuk dirubah pemahaman dan pola pikir.Meskipun mengetahui bahwa mulai pada bulan Oktober dan bahkan sebulan setelah habis akan terjadi krisis pangan, tetapi tetap menjual beras atau hasil panen mereka dengan harga yang murah pada saat panen karena tidak memiliki pilihan lain. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan pemilik penggilingan, Ibu Marta Engalika, Bapak Dolop Mbiliyora, Ibu Hammu Landu Pari, pada tanggal 12 juli 2012, tentang jual beli Beras kepada masyarakat:

Saya membeli beras dengan harga Rp.5000 per kg dan jual di toko-toko beras di waingapu, Desa-Desa lain dan saya jual per karong Rp.300.000 berdasarkan pesanan, sisa sebagian saya simpan digudang untuk dijual nanti pada saat musim lapar, biasanya saya mulai menjual pada bulan Desember, lebih banyak saya jual pada musim lapar karena lebih dapat untung.

Pemilik penggilingan membeli beras dengan harga murah untuk dijual kembali ke Desa lain, kota Waingapu dan sebagiannya ditampung digudang untuk dijual pada musim hujan saat terjadi krisis pangan dengan harga yang lebih tinggi. Hal menimbulkan masyarakat terpaksa harus pinjam uang kepada pihak lain untuk membeli beras dan kebutuhan lain dan bahkan mengambil pinjaman langsung kepada pemilik penggilingan berupa uang beras yang akan dikembalikan dalam bentuk beras dan uang bunga yang dibayar dua kali lipat pada saat pengembaliannya, sehingga dapat bertahan hidup.

Masyarakat menjual beras bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja dan membayar hujam pinjaman saja, tetapi banyak juga masyarakat yang menjual hasil panennya hanya untuk mabuk-mabukan. Hal ini dapat mempengaruhi ketahanan pangan masyarakat sendiri karena tidak dapat mengelola pangan dengan baik.

(18)

pekerjaan terhadap masyarakat sehingga semakin terpuruk dalam menghadapi kemiskinan dan tidak dapat mengakses pangan yang cukup.9

Hasil Kebun Sebagai Penopang Kebutuhan Pangan dan Pemeliharaan Ternak Lebih di Utamakan untuk adat

Strategi pemenuhan kebutuhan masyarakat, selain dari hasil dari sektor pertanian, juga terdapat hasil dari kebun masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan pangan.Hasil kebun masyarakat yaitu ubi-ubian dan sayur-sayuran. Ubi-ubian seperti Singkong, ubi Petatas, ubi Talas, ubi Manusia, sedangkang sayuran berupa, sayuran daun singkong, Kacang Panjang, Buncis, Daun dan buah Labu. Hasil kebun tersebut hanya dikonsumsi sendiri oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak di jual. Tanaman ubi-ubian dan sayuran hanya tanam pada musim hujan karena pada musim kering masyarakat tidak memiliki akses irigasi untuk menanam tanaman sayuran dan ubi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sebagian besar masyarakat Desa Prai Paha, menyatakan bahwa mereka memelihara ternak seperti Sapi, Kuda, Kerbau, Babi, anjing dan ayam. Ternak seperti Sapi, Kuda, Kerbau, dan Babi, kebanyakan di pelihara hanya untuk upacara adat untuk membantu memenuhi kebutuhan dalam melaksanakan upacara adat dan masyarakat rata-rata memelihara satu sampai lima ekor dan di Desa Prai Paha tidak banyak yang memiliki ternak tersebut dalam jumlah yang banyak. Ayam di pelihara guna menjamu jika ada tamu yang datang berkunjung di rumah dan di jual jika ada keperluaan mendadak. Tetapi masyarakat yang diwawancarai hanya memelihara ayam satu ekor sampai sepuluh ekor. Bahkan ada masyarakat yang tidak memelihara ayam sama sekali dengan alasan karena jika ada ayam hanya untuk di konsumsi. Sedangkan Anjing dipelihara hanya untuk konsumsi sendiri dan menjaga rumah. Pelihara anjing bagi masyarakat Desa Prai Paha merupakan suatu kewajiban jika tidak ada Anjing yang menggonggong menganggapnya kurang baik bagi masyarakat Desa.10

9

hasil wawancara dengan pemilik penggilingan, Ibu Marta Engalika, Bapak Dolop Mbiliyora, Ibu Hammu Landu Pari, pada tanggal 12 juli 2012, tentang jual beli Beras kepada masyarakat

10

(19)

Arti Penting Ketahanan Pangan dan Strategi Livelihood Desa Prai Paha

Strategi Livelihood yang di lakukan oleh masyarakat Desa Prai Paha adalah kunci nafkah utama. Dharmawan (2007), Menyatakan bahwa kedua basis nafkah yang saling mengisi yaitu sektor pertanian dan non pertanian, menyebabkan keterlekatan warga komunitas pedesaan kepada dua sektor tersebut secara khas. Setiap lapisan menggandakan kegiatan ekonominya dikedua sektor tersebut. Dalam pemanfaatan peluang nafkah, setiap masyarakat menggunakan kombinasi modal dan usaha keras dalam mencari nafkah. Modal yang dimaksud adalah tanah, sedangkan usaha keras adalah fisik mental yang kuat dalam mencari ubi Iwi di Hutan dan kunyit di Padang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Ketahanan pangan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan Negara dan khususnya masyarakat Desa Prai Paha. Berdasarkan temuan empirik yang diperoleh dilapangan bahwa masyarakat Desa Prai Paha tidak memiliki ketahanan pangan yang disebabkan karena perubahan iklim yang sangat ekstrim dengan curah hujan yang kurang lancar setiap tahun. Curah hujan setiap tahun rata-rata terjadi selama bulan November sampai bulan Maret. Dengan perubahan iklim yang seperti ini dapat menimbulkan kerentanan pangan dan kelaparan yang berkepanjangan setiap tahun. Berdasarkan hasil penelitian lapangan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI mengatakan (2011), bahwa Perubahan iklim berdampak langsung pada ketahanan pangan yaitu berdampak pada kapasitas produksi pertanian dan ketersediaan pangan yang masih sangat bergantung pada iklim, bahwa Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki dua (2) adalah musim hujan dan musim kering. Oleh karena itu peran penting ketahanan pangan dalam kehidupan masyarakat pedesaan sehingga dapat membantu ekonomi rumah tangga masyarakat miskin. Prihatin, Hariadi dan Mudiyono (2012), Dalam penelitian mereka mengatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang utama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kerentanan pangan mengekibat rendahnya kualitas hidup masyarakat, baik pada aspek fisik, kesehatan, sosial maupun ekonomi.

Selain perubahan iklim dan cuaca yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu juga terjadi hal lain yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki akses pangan yang cukup yaitu

(20)

dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia dan pengetahuaan, sehingga pengelolaan bahan pangan yang diperoleh tidak digunakan dengan dengan baik yang dapat menunjang ekonomi rumah tangga. Kebanyakan masyarakat setelah panen selesai, hasilnya dijual dengan harga murah, bayar utang, jual, konsumsi dan sebagiannya hanya untuk berpesta pora dengan minum keras (mabuk-mabukan). Hal tersebut sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Desa Prai Paha, sehingga sulit untuk merubah pemahaman dan pola pikir masyarakat.

Ketika masyarakat tidak dapat mengakses pangan yang cukup, yang terjadi adalah kelaparan. Dengan demikian masyarakat harus mencari jalan keluar untuk dapat bertahan hidup. cara yang dilakukan adalah bertani, mencari ubi hutan untuk diolah jadikan bahan konsumsi, sedangkan kunyit, masyarakat mencari dipadang rumput atau hutan, bahkan masrakat rela pergi kelain Desa untuk mencari kunyit , lalu diiris tipis dan jemur hingga kering untuk dijual. Karena masyarakat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sehari-hari, sehingga terpaksa menjual dengan harga yang lebih murah kepada pembeli lokal.

Kelaparan terjadi setiap tahun di Desa Prai Paha karena masyarakat tidak memiliki bahan pangan lokal. Pangan lokal sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat yang berada dipedesaan untuk dijadikan bahan pangan cadangan yang dapat dikonsumsi sehari-hari dan dapat bertahan hidup dalam menghadapi kelaparan. Seperti yang di nyatakan oleh Rauf dan Sri Lestari (2009), bahwa pemanfaatan sumber pangan lokal yang merupakan sumber pangan alternatif bagi masyarakat yang harus dikembangkan dengan baik dari segi budidaya, maupun pengelolaan setelah panen. Jenis pangan lokal yang harus di kembangkan dan kelola dengan baik berupa umbi-umbian, buah-buahan, dan tanaman obat yang dapat menyediakan bahan pangan yang cukup bagi masyarakat pedesaan sehingga terhidar dari kekurangan gizi dan kelaparan. Hal ini juga dapat memberikan perubahan terhadap pemahaman masyarakat agar ketergantungan pola konsumsi masyarakat berubah dan memberikan kemajuan dalam ekonomi rumah tangga masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan.

(21)

nafkah memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat pedesaan dalam menghadapi kelaparan. Widodo (2011) mengatakan bahwa rendahnya pendapatan masyarakat yang bekerja disektor pertanian yang menyebabkan terjadinya kemiskinan rumah tangga petani. Strategi nafkah merupakan alternatif pendapatan untuk dapat bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan melakukan berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan, bahkan masyarakat rela mengonsumsi ubi iwi atau hutan yang sangat berbahaya atau berracun jika pengolahannya tidak maksimal, hutang dan mencari kunyit. Hal tersebut dikarenakan bahwa masyarakat tergolong sebagai masyarakat miskin. Strategi hutang yang dilakukan masyarakat menyebabkan terus berada dalam lingkaran garis kemiskinan. Karena hasil panen digunakan untuk membayar hutang dan sisanya dikonsumsi dan dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Strategi pemenuhan kebutuhan yang dilakukan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dengan cara tersebut diatas adalah yang disebut dengan istilah strategi livelihood.

Strategi pemenuhan kebutuhan yang dilakukan masyarakat Desa Prai Paha dengan cara menjual beras setelah habis panen merupakan cara yang kurang efektif. Kebanyakkan masyarakat menjual hasil panennya secara berlebihan sehingga yang sisa untuk konsumsi hanya sedikit.Sedangkan panen hanya satu (1) kali setiap tahun, lebih banyak masyarakat yang menganggur setelah panen. Dengan menjual hasil panen secara berlebihan juga dapat menyebabkan terjadinya kelaparan di Desa Prai Paha.

(22)

yang signifikan pada masyarakat Desa tersebut. Kebanyak program ini tidak berjalan dengan baik dan inovasi teknologi untuk dapat mendorong peningkatan produksi pangan lokal belum dilakukan. Inovasi teknologi merupakan hal yang sangat penting, hal ini juga dikemukakan oleh Yuliatmoko (2011), yang menyatakan bahwa produk pangan lokal belum mampu menarik minat konsumen untuk dikonsumsi dan memperoleh bahan pangan yang cukup bergizi dan mencapai ketahanan pangan masyarakat. Djaafar, Sarjiman, dan Pustika (2010) juga menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan tujuan dari pembangunan pertanian sehingga pangan lokal perlu untuk dilestarikan karena memiliki potensi sebagai pangan alternatif guna mendukung ketahanan pangan nasional. Hal tersebut dapat mengurangi ketergantungan masyarakat untuk mengonsumsi bahan pangan dari beras karena beras selalu mendominasi dan paling terutama untuk dikonsumsi. Oleh karena itu inovasi teknologi dan kreatifitas masyarakat harus dilakukan sehingga bahan pangan lokal dapat menarik minat konsumen untuk dikonsumsi. Dalam hal tersebut juga harus ditunjang dengan ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang berkualitas.

Kemiskinan yang terjadi di Desa Prai Paha, bukan karena masyarakat malas bekerja, tidak memiliki lahan sawah atau karena lahan yang sempit. Tetapi karena pola pikir dan hidup masyarakat yang tidak berubah serta pengelolaan bahan pangan yang kurang baik, sehingga tidak dapat mendukung ekonomi rumah tangga masyarakat. Hal yang penting dan harus dilakukan bagi masyarakat adalah perubahan terhadap pola pikir dan pengelolaan hasil panen yang agar dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Jika tidak melakukan perubahan maka akan terus berada dalam lingkaran kemiskinan dan bahwa keuntungan besar hanya diperoleh oleh Pemilik penggilingan yang memiliki modal.

(23)

terjadi setiap tahun dalam jangka panjang, meskipun selama ini peran pemerintah menangani kelaparan dalam bentuk uang tunai, beras miskin tetapi hanya bersifat sementara dalam jangka pendek. Tetapi belum ada penanganan dalam jangka panjang untuk mengantisipasi terulang terjadinya kelaparan. Kurangnya kebijakan lumbung Desa, penyuluhan dan budidaya pangan lokal yang menjadi cadangan pangan alternatif masyarakat.

Secara garis besar konsep ketahanan pangan dan strategi livelihood masyarakat Desa Prai Paha ditunjukkan melalui bagan sebagai berikut:

Berdasarkan bagan diatas bahwa ketahanan pangandan strategi livelihood masyarakat Desa Prai Paha memiliki keterkaitan, dimana ketika masyarakat kurang memiliki ketahanan pangan, maka cara utama yang dilakukan dalam memenuhi ketahanan pangan adalah strategi livelihood dengan bertani yaitu kebun, sawah, ternak, mencari ubi Iwi, mencari Kunyit dan hutang. Hasil sawah dan kunyit masyarakat menjualnya kepada pembeli lokal dengan harga yang lebih murah. Sedangkan jika masyarakat menjual langsung di kota waingapu maka harganya lebih tinggi di bandingkan kepada pembeli lokal. Sedangkan ternak masyarakat lebih banyak gunakan pada saat upacara adat, dan disana terdapat pasar dengan sistem barter untuk memenuhi kebutuhan upacara adat dan konsumsi sendiri. Sedangkan kebun dan hutang di lakukan pada saat musim hujan

Pasar

Musim Kering

Musim hujan

Sawah

Kunyit

Kebun

Ternak

Livelihood

Ubi Iwi

Hutang

Ketahanan

(24)

antara bulan Desember sampai bulan Maret yang merupakan strategi livelihood untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan konsumsi. Ubi iwi hanya untuk dikonsumsi oleh masyarakat sendiri dan menjadi cadangan bahan pangan lokal pada saat terjadi kelaparan di musim kering. Strategi Livelihood sangat berperan penting dalam mengatasi kelaparan tetapi harus membutuhkan kreativitas masyarakat Desa Prai Paha dalam sektor bisnis, sehingga dapat mendorong perekonomian. Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam mendorong kreatifitas. Kreatifitas dalam sektor bisnis masih sangat kurang sehingga kurangnya pendapatan selain dari sektor pertanian. Pengembangan kreatifitas dapat meningkatkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam menghadapi kerawanan pangan yang mengakibatkan kelaparan.

Kesimpulan

Perubahan iklim di Desa Prai Paha yang tidak dapat di prediksi setiap tahun mengakibatkan masyarakat tidak memiliki ketahanan pangan sehingga terjadi kelaparan setiap tahun. Hal ini terjadi bahwa masyarakat merupakan masyarakat miskin yang tidak memiliki sumber daya lain untuk dijadikan cadangan bahan pangan konsumsi. Selain itu juga kelaparan terjadi karena masyarakat kurang memiliki pengetahuan dalam pengelolaan hasil panen yang diperoleh setiap tahun.

Strategi livelihood merupakan solusi yang dianggap tepat bagi masyarakat Desa Prai Paha. Strategi yang dilakukan dalam mempertahankan kehidupan yaitu mencari ubi hutan, kenyit dipadang dan hutang. Ubi iwi (ubi hutan) merupakan cadangan pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat. Kunyit dijual kepada penmbeli lokal yang ada di Desa Prai Paha. Sedangkan hutang masyarakat melakukan pinjaman kepada masyarakat yang memiliki modal seperti uang, beras, dan padi. Menjual beras juga merupakan strategi pemenuhan kebutuhan tetapi strategi ini kurang efektif karena jika berlebihan dalam menjual hasil panennya maka tidak ada lagi bahan pangan untuk dikonsumsi sehingga dapat menyebabkan terjadinya kelaparan.

(25)

Perlu dilakukan adalah sistem pengelolaan hasil panen dan perubahan pola pikir masyarakat untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dalam menunjang ekonomi rumah tangga. Teknologi, ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang harus ditingkat.

(26)

Daftar Pustaka

Tambunan, 2008, Ketahanan Pangan di Indonesia, Inti Permasalahan dan Alternatif Solusinya,

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCgQFjAA&ur

l=http%3A%2F%2Fwww.kadinindonesia.or.id%2Fenm%2Fimages%2Fdokumen%2FKADIN-98291810062008.pdf&ei=kevTUZ6hIsfrrQfTzYDQCw&usg=AFQjCNHd1q9YG8kp

8n0HORXrKc53xz7ew&bvm=bv.48705608,d.bmk, di akses 3 Juli 2013.

Dharmawan, 2007, Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (livelihood Sosiology)

Mazhad Barat dan Mazhad Bogor,

http://www.google.com/search?hl=en&source=hp&q=sistem+penghidupan+dan+nafkah+pedesaan&gbv=2

&oq=sistem+penghidupan+dan+nafkah+pedesaan&gsl=heirloomhp56.3184.0.3772.7.7.0.0.0.0.0.0..0.0.0.1

c.1.fk8TiLQufbk, diakses 20 Maret 2013.

Purwaningsih, 2008, Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan

Masyarakat,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=masalah%20ketahanan%20pangan%20pdf&source

=web&cd=8&cad=rja&ved=0CEsQFjAH&url=http%3A%2F%2Fpub

likasiilmiah.ums.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F98%2F1.%2520Yunasti%2520Purwani

ngsih%2520(Ketahann%2520Pangan).pdf%3Fsequence%3D1&ei=HC3UUZT_FYSNrQfi3YC4Dw&usg=

AFQjCNFHWVmdJr-N5rW7lycgtMnLYkyr Wg&bv m=bv.48705608,d.bmk, Diakses 3 Juli 2013.

Kompas.com, 2010, Wilayah Indonesia Timur Rentan Pangan, http://bisniskeuangan.kompas

.com/read/2010/05/20/12342176/Wilayah.Indonesia. Timur.Rentan.Pangan.

Kompas.com, 2011, Kelaparan Melanda Sumba Timur, http://regional.kompasiana.com/2011

/09/20/kelaparan-melanda-sumba-timur-394976.html.

Ayip, 2013, Bergandengan Melawan Kerawanan Pangan di Sumba Timur,

http://kedaulatanpangan.net/2013/04/bergandengan-melawan-kerawanan-pangan-di-sumba-timur-bagian-1/

Saleh dkk, 2011, Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Melalui Kelembagaan Pangan

Lokal,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=strategi%20

peningkatan%20ketahanan%20pangan%20rumah%20tangga%20miskin%20melalui

%20kelembagaan%20pangan%20lokal&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%

2F%2Fdosen.narotama.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012

%2F03%2FStrategi-Peningkatan-

Ketahanan-PanganRumahtangga-Miskin-Melalui-Kelembagaan-PanganLokal.pdf&ei=mi3cUcP8GcKqrAfS44DAAQ&usg=AFQjCNF cBk42PTcef9

(27)

Widodo, Juli 2011, Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin Di Daerah Pesisr,

http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/view/890/849, Di akses 16 Maret 2013.

Widodo, Juli 2011, Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin Di Daerah Pesisr,

http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/view/890/849, Di akses 16 Maret 2013

Atmanti, 2010, Kajian Ketahanan Pangan di Indonesia,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&

q=ketahanan%20pangan%20pdf&source=web&cd=11&cad=rja&ved=0CCUQFjAAOAo&url=htt%3A%2

F%2Feprints.undip.ac.id%2F33749%2F1%2FKajian_ketahanan_pangan_.pdf&ei=DqTrUbDRFIKxrge2pI

CoDg&usg=AFQjCNFQsgupwtUFuHKuXdM2kxwlQieJBA&bvm=bv.49478099,d.bmk, dia akses 21 Juli

2013.

Prasodjo, 2011, Tingkat Ketahanan Pangan pada Rumah Tangga yang dikepalai Pria dan Rumah Tangga yang di

Kepalai Wanita,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=j

UNDP, 2007, Sisi Lain Perubahan Iklim, Mengapa Indonesia Harus Beradaptasi Untuk Melindungi Rakyat

Miskinnya,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurna

l%20dampak%20perubahan%20iklim%20iklim%20terhadap%20rawan%20pangan&source=web&cd=12&

cad=rja&ved=0CCoQFjABOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.undp.or.id%2Fpubs%2Fdocs%2FUNDP%2

520%2520Sisi%2520Lain%2520Perubahan%2520Iklim%2520ID.pdf&ei=abrvUb7CGIfqrQe5z4CQBw&u

sg=AFQjCNFTZD4-pH-BzxNwQ-BdlmNZkvpSdw&bvm=bv.49641647,d.bmk, diakses 24 Juli 2013

MasterAdmin (2011) Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Tanaman Pangan,

http://litbang.patikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=111:dampak-perubahan-

iklim-terhadap-produksi-tanaman-pangan&catid=124:dampak-perubahan-iklim-terhadap-produksi-tanaman-pangan&Itemid=109.

Satriawan dan Oktavianti, 2012, Upaya Pengentasan Kemiskinan Pada Petani Menggunakan Model Tidak Kolektif,

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal %20kemiskinan

(28)

likasiilmiah.ums.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F1732%2F07Bondan.pdf&ei=_vL1UcG9EYSPrg

f7x4B4&usg=AFQjCNFsnugKKgLO6idh_0biz5L4gOHa5g&bvm=bv.49784469,d.bmk.

Sudaryanto dan Rusastra, 2006, Kebijakan Strategis Usaha Pertanian Dalam Rangka Perningkatan Produksi dan

Pengentasan Kemiskinan,http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=jurnal%20kemiskinan%20petani%20lokal%20pdf&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CD

0QFjAD&url=http%3A%2F%2Fftp.pustakadeptan.go.id%2Fpublikasi%2Fp3254061.pdf&ei=_vL1UcG9E

YSPrgf7x4B4&usg=AFQjCNHw2MLakPWA3U2WArSFct1LY0ogGw&bvm=bv.49784469,d.bmk.

A. Wahid Rauf dan Martina Sri Lestari, 2009, Pemanfaatan Komoditas Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan

Alternatif di Papua,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=

jurnal%20ketahanan%20pangan%20di%20papua&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CD4QFjAE&url=h

ttp%3A%2F%2Fpustaka.litbang.deptan.go.id%2Fpublikasi%2Fp3282093.pdf&ei=toT3UbroLIKPrgesioG

QAw&usg=AFQjCNHGL8y7YR9ub1EPp_xsne4nD3c8QA&bvm=bv.49967636,d.bmk, diakses 30 juli

2013.

Titiek F. Djaafar, Sarjiman, dan Arlyna B. Pustika, 2010, Pengembangan Budi Daya Tanaman Garut dan Teknologi

Pengolahannya Untuk Mendukung Ketahanan Pangan.

Welli Yuliatmoko, 2011, Inovasi Teknologi Produk Pangan Lokal Untuk Percepatan Ketahanan

Pangan,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20ketahanan%20pangan%20di%20papua&sour

ce=web&cd=4&cad=rja&ved=0CDkQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.pustaka.ut.ac.id%2Fdev25%2Fp

dfprosiding2%2Ffmipa201120.pdf&ei=toT3UbroLIKPrgesioGQAw&usg=AFQjCNERbgE9vkZBhlFVoD

g7GGpYIEz87g&bvm=bv.49967636,d.bmk, diakses 30 juli 2013.

S. Djuni Prihatin, Sunarru Samsi Hariadi dan Mudiyono, 2012, Ancaman Ketahanan Pangan RumahTangga Petani,

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20pentingnya

%20ketahanan%20pangan%20&source=web&cd=10&cad=rja&ved=0CF4QFjAJ&url=http%3A%2F%2Fe

jurnal.ikippgrismg.ac.id%2Findex.php%2Fcivis%2Farticle%2Fdownload%2F446%2F427&ei=XML3UfiO

Referensi

Dokumen terkait

pada individu normal, walaupun pengenalan antigen sendiri oleh klon limfosit tidak terjadi, suatu respon autoimun yang merugikan tetap diawasi oleh mekanisme kontrol yang aktif

THB L 35 Karyawan Swasta Kawasan Kampung Melayu Batu Besar Nongsa Asimptomatik. Melakukan pemeriksaan SWAB/PCR mandiri

dapat ditekan sekecil mungkin dan tidak meningkat. Hal ini juga berlaku untuk wilayah dengan tingkat bahaya erosi berat yang mempunyai wilayah terluas yaitu

Model pendidikan kecakapan hidup yang dirumuskan adalah model pendidikan kecakapan hidup yang di- kembangan oleh Universitas Ohio di Amerika Serikat yaitu model 4-H (Head,

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah usaha atau keberhasilan sebagai muara kegiatan belajar yang merupakan cerminan

Rencana dari penerapan sistem yang akan dibangun ialah sebuah gagasan untuk memecahkan masalah yang dipaparkan diatas dengan membuat suatu aplikasi berbasis

Dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan melihat kenormalan data permintaan apakah jenis data tersebut berdistribusi normal atau tidak untuk itu