• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI Hubungan Antara Pengawasan Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa Smp N 1 Selo Boyolali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI Hubungan Antara Pengawasan Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa Smp N 1 Selo Boyolali."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh: AYU PERMATASARI

F 100 100 129

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh: AYU PERMATASARI

F 100 100 129

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

v

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI

Ayu Permatasari Dra. Partini, M.Si Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Menyontek merupakan kata yang telah dikenal oleh sebagian besar siswa di sekolah dan ditemukan dalam setiap ujian. Guna memperlancar proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan, setiap siswa dibekali ilmu pengetahuan dan juga mereka diwajibkan membekali dirinya sendiri dengan ilmu pengetahuan yang untuk menembus persaingan yang semakin ketat dan memotivasi diri untuk lebih berkembang dan mendapatkan prestasi yang gemilang. Persaingan yang semakin ketat membuat siswa melakukan banyak cara untuk mendapatkan hasil maksimal, baik cara positif dan negatif. Pengawasan menjadi salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi perilaku menyontek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengawasan dengan perilaku menyontek pada siswa SMPN 1 Selo Boyolali. Hipotesis yang diajukan ada hubungan negatif antara pengawasan dengan perilaku menyontek.

Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP N 1 Selo Boyolali sebanyak 103 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Alat pengumpulan data menggunakan skala pengawasan dan skala perilaku menyontek. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi = -0,421; p untuk satu arah sebesar 0,000; (p<0,01). Sumbangan efektif pengawasan terhadap perilaku menyontek sebesar 17,7%. Pengawasan mempunyai rerata empirik 106,12 dan rerata hipotetik sebesar 85 yang berarti pengawasan pada subjek tergolong tinggi. Variabel perilaku menyontek mempunyai rerata empirik 50,10 dan rerata hipotetik sebesar 57,5 yang berarti perilaku menyontek pada siswa tergolong sedang. Kesimpulan penelitian ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pengawasan dengan sikap perilaku menyontek pada siswa-siswi SMP Negeri 1 Selo Boyolali.

(6)

1 PENDAHULUAN

Menyontek merupakan kata yang telah dikenal oleh sebagian besar siswa di sekolah. Dikenal karena ada yang melakukan atau hanya sebatas mengetahui perilaku itu dari teman-temannya. Perilaku yang sudah dianggap lazim oleh banyak pihak tersebut sebenarnya sudah ada sejak tiga dekade yang lalu. (Hartanto, 2012)

Ditemukan dalam setiap ujian, diri sendiri mungkin sudah pernah melakukan hal ini. Jika ada yang tidak pernah menyontek setidaknya pernah melihat temannya menyontek. Seseorang yang pernah melihat teman menyontek pasti akan merasa jengkel dan kecewa.

Guna memperlancar proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan, setiap siswa dibekali ilmu pengetahuan dan juga mereka

(7)

2 diberikan bapak atau ibu guru di sekolah dengan melihat catatan kecil atau melihat hasil jawaban teman yang lain

Peneliti kemudian tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Peneliti melakukan survei dengan berkunjung ke SMPN 1 Selo, Boyolali. Para siswa menyontek dikarenakan mereka ingin mendapatkan nilai bagus. Hampir seluruh siswa di kelas 8 membuat catatan kecil, yaitu sekitar 80% siswa dan melihat catatan dilakukan oleh hampir seluruh siswa, yaitu sekitar 95,8 %.

Kurangnya rasa percaya diri dan pengawasan yang longgar menjadi penyebab individu menyontek. Meskipun hal ini termasuk hal negatif, namun para siswa tidak menghiraukan hal tersebut. Individu termotivasi untuk

mendapatkan nilai bagus. Individu melakukan segala cara, entah itu merugikan atau tidak tetapi mereka tetap melakukan hal tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Peterson dan Seligman (2004) bahwa perilaku menyontek pada siswa terjadi karena guru membiarkan siswa dan tidak mengawasi dengan lebih baik.

(8)

3 Menyontek, secara sederhana dapat dimaknai sebagai penipuan atau melakukan perbuatan tidak jujur (Carpenter, 2006). Menyontek dapat dimaknai sebagai perilaku ketidakjujuran akademik (Carpenter, 2006). Menyontek atau ngepek menurut Kamus Bahasa Undonesia karangan Purwadarminta (2001) adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya

Definisi tentang menyontek karya akademis (academic cheating) sering dikaitkan dengan plagiarism. Menurut Taylor (2003) menyontek didefinisikan sebagai mengikuti ujian dengan melalui jalan yang tidak jujur, menjawab pertanyaan dengan cara yang tidak semestinya. Melanggar aturan dalam ujian ujian dan kesepakatan. Sementara itu plagiarism dapat dimaknai sebagai

mengambil atau menggunakan kata atau ide dari pekerjaan orang lain. Menurut Carol 2002 (dalam Abbi Flint , 2006) plagiarism merupakan bagian dari perilaku menyontek adalah plagiat (plagiat merupakan salah satu perilaku menyontek).

(9)

4 plagiat, membuat atau memalsukan karya yang telah dikerjakan atau dilakukan orang lain, dan/atau menyalin beberapa kalimat atau materi tanpa izin dari yang bersangkutan.

Aspek-aspek perilaku menyontek dapat diperoleh dari aspek perilaku itu sendiri dengan mengambil teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior) yang dikemukakan oleh Ajzen (2005), yaitu :

a. Sikap terhadap perilaku, yaitu keyakinan-keyakinan bahwa perilaku akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.

b. Norma subjektif, yaitu keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normative (yang diharapkan oleh orang lain) dan

motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif.

c. Perilaku kontrol, yaitu pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek perilaku menyontek adalah sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan perilaku kontrol.

Siagian (2000) mengatakan pengawasan adalah : “proses

pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Situmorang (2001) pengawasan adalah : “setiap usaha

(10)

5 mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai”.

Marullang (2002) menjelaskan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, member penilaian terhadap hasil pekerjaan tersebut, dan memberikan koreksi apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan terhadap hasil dari pekerjaan. Hal ini dimaksudkan supaya pelaksanaan perkerjaan dapat diselesaikan sesuai target dengan rencana dan target yang telah ditetapkan.

Situmorang dan Juhir (1998) mendefinisikan pengawasan sebagai usaha atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas dilaksanakan menurut

ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Gitosudarmo (1986) juga mendefinisikan pengawasan adalah usaha untuk mengetahui kondisi dari kegiatan yang sedang dilakukan apakah telah mencapai sasaran yang ditentukan.

Sujamto (1989) aspek pengawasan memegang peran penting dalam menegakkan peraturan perusahaan dan meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Tak jarang, karena pengaruh budaya “pekewuh”, sungkan, hutang budi di

masa lalu, seniorioritas, maka pengawasan jadi berjalan tidak efektif. Sujamto menyatakan bahwa setidaknya perlu diperhatikan 7 aspek penting dalam meningkatkan kinerja pengawasan :

(11)

6

pengetahuan dan

keterampilannya setiap tahun dengan berbagai pelatihan yang mendukung.

b. Pembaharuan Pelatihan (peraturan perusahaan, code of conduct, kode etik) secara perodek. Jauh lebih baik bila di-review dua tahun sekali.

c. Struktur laporan yang independen. Antara lain langsung melaporkan segala temuan ke pimpinan tertinggi organisasi. d. Mutasi/rolling pada petugas

pemeriksa (semisal Petugas Internal Audit Cabang, Pengawas Internal Cabang, Loss Prevention Regional) maksimal 4 tahun

sekali. Dengan tujuan agar pengawas tidak menjadi bersikap otoriter dan semena-mena terhadap pegawai.

e. Mekanisme pelaporan yang apik, efisien, dan efektif, antara lain dengan melakukan teknologi informasi yang dapat diakses oleh bagian Internal Audit, Risk Management, Hubungan Industrial, Direktur Risk Management, dan Audit Comitee.

f. Adanya perencanaan pengawasan per bulan secara spesifik dan pelaporan per 3 bulan kepada komisaris perusahaan.

(12)

7 dapat dideteksi, seberapa cepat masalah diselesaikan, dan service

level pengawasan

operasionalnya.

Berdasarkan pendapat dan ulasan yang telah dikemukakan para ahli sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan negatif antara

pengawasan dengan perilaku menyontek. Semakin ketat pengawasan maka semakin rendah munculnya perilaku menyontek. Begitu pula sebaliknya, semakin longgar pengawasan maka semakin tinggi perilaku menyontek yang dimiliki seseorang”.

METODE

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 1 Selo Boyolali yang berjumlah 103 siswa. Teknik pengambilan sampel

menggunakan stratified cluster random sampling. Alat pengumpulan

data menggunakan skala pengawasan dan skala perilaku menyontek. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan analisis Parametrik menggunakan Product Moment dari Pearson diperoleh nilai koefisien

(13)

8 Hasil ini sesuai dengan pendapat Mujahidah (2009) bahwa salah satu faktor yang berperan terhadap perilaku menyontek yaitupengawasan selama ujian.Jika susana pengawasan ketat, maka kecenderungan menyontek kecil, sebaliknya jika pengawasan longgar, maka kecenderungan untuk menyontek akan lebih besar. Para pelajar berfikir bahwa pengawasan yang longgar dan kemungkinan kecil akan diketahui oleh pengawas akan berpengaruh besar terhadap keputusan untuk menyontek. Menurut Carolli (2004) bahwa siswa menyontek karena perbuatannya tidak diketahui oleh pengawas. Menurut Haryono (2001), bahwa aspek perilaku menyontek antara lain adanya peluang karena adanya pengawasan yang kurang ketat.

(14)

9 sehingga membuat siswa kurang konsentrasi dan kemudian melakukan tindakan menyontek, Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat, Mencari jalan pintas, Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi kepada guru atau dosen lebih efektif daripada belajar serius, Penugasan guru atau dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa atau mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara, yakin bahwa guru atau dosen tidak akan memeriksa tugas yang diberikan berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan mengelabuhi dosen atau guru.

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali. Yang pertama dilakukan pada hari Senin, 1 September 2014 sebanyak 110 responden seluruh responden adalah siswa kelas XI A,XI B,XI D,XI E. Pada penelitian ini dari 29 aitem perilaku menyontek gugur 19 aitem, dari 30 aitem pengawasan gugur 17 aitem. Peneliti mengkolaborasi skala yang digunakan, dilakukan kembali penelitian yang kedua 29 aitem perilaku menyontek gugur 7 aitem, dari 29 aitem pada skala pengawasan gugur 8 aitem dari 42 aitem. Pada skala ini peneliti mengadopsi skala yang sudah ada. Penelitian ini menggunakan try out terpakai dengan alasan sekolah tidak mengijinkan untuk diadakan pengambilan data kembali.

(15)

10 antara pengawasan dengan perilaku menyontek yang sangat signifikan. Namun, penelitian ini tidak luput dari keterbatasan, antara lain :

1. Generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian dilakukan, sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

2. Alat ukur yang digunakan tidak memenuhi syarat sehingga harus melakukan try out ulang dan memperbaiki skala.

(16)

11 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pengawasan dengan sikap perilaku menyontek pada siswa-siswi SMP Negeri 1 Selo Boyolali. Semakin tinggi pengawasan maka semakin tinggi pulaperilaku menyontek, sebaliknya semakin rendah pengawasan maka semakin rendah pulaperilaku menyontek. 2. Tingkat pengawasan pada

siswa-siswi SMP Negeri 1 Selo Boyolali tergolong tinggi.

3. Tingkat perilaku menyontek tergolong sedang.

4. Sumbangan efektif pengawasan terhadap perilaku menyontek

sebesar 17,7%. Hal ini berarti masih terdapat 82,3% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku menyontek diluar variabel pengawasan.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu :

(17)

12 2. Bagi siswa-siswi SMP N 1 Selo

Boyolali diharapkan untuk lebih tegas mengingatkan bila ada teman yang menyontek dan supaya lebih giat lagi dalam belajar, sehingga apabila merasa diawasi ketika pengawasan ketat maupun longgar bisa mengerjakan soal-soal sendiri tanpa harus menyontek.

3. Bagi guru Bimbingan Konseling dan Wali Kelas diharapkan untuk terus melakukan tugasnya, yaitu memberikan informasi, mengarahkan siswanya pada budaya belajar, memotivasi siswa-siswanya, serta memberikan bimbingan dan konseling, dan sebagai pengawas dengan menjunjung tinggi peraturan pengawasan agar perilaku menyontek tetap bisa ditekan.

(18)

13 DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality, and behavior. England: Open University Press.

Alhadza, A.(2004). Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan.http://www.depdik nas.go.id/Jurnal/38/MASALA H_MENYONTEK_DI_DUNI A_%20 PENDIDIKAN.htm.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S.(2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_______.(2013). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Eko, M. 2008. Hubungan Antara Pengawasan Kerja Dengan Motivasi Kerja Pada Karyawan PT. Pos Indonesia Persero Surakarta. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Eric M. Anderman and Tamerra B

Murdock. (2007). Psychology of Academic Cheating. USA. Alfie Kohn All rights of reproduction in any form reserved www.scribd.com. Gitosudarmo, M. 1986. Pelaksanaan

Pengawasan Kerja Pada Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadi, (2000), Statistik, Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset Hadi, S. (2007). Analisis Regresi.

Yogyakarta: Ansi Offset

Irawati, I. (2008). Budaya Menyontek dikalangan Pelajar. [online]. Tersedia:

http://www.Kabarindonesia.co m/berita

Kelley R Taylor (Nov 2003). Bracing for cheating and plagiarism. The Education Digest; 69, 3; ProQuest Education Journals volume 3 pg. 54

Kristin Voelkl Finn; Michael R Frone. (2004). Academic Performance and Cheating: Moderating Role of School Identification and Self Efficacy. The Journal of Educational Research; ProQuest Education Journals volume 4 pg. 115 Lauster, Peter. 2002. Tes

Kepribadian. Jakarta: Gaya Media Pratama

Manullang, M. 2002. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Mujahidah (2009). Budaya

Menyontek di Dunia

pendidikan (dalam

http://syariffathuIhamdi.Blogsp

ot.com/, diakses 13 Desember

2012).

(19)

14 chool. The Educational Forum; Winter; ProQuest Education Journals volume 2 pg. 6

Putri, Pangestu P. (2014). Hubungan Antara Percaya Diri Dengan Intensitas Menyontek. Tesis. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarata.

Rajesh Iyer; Jacqueline K. Eastman (2006). Academic Dishonesty: Are Business Students Different From Other College Students. Journal of Education for Business; ProQuest Educaton Journals volume 8 pg. 101

Situmorang, Victor Mdan Juhir, Jusuf. 1998. Aspek Hukum Pengawasan Melekat. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan GA meningkatkan persentase tanaman berbunga dua sampai tiga kali lipat pada tanaman dari umbi yang divernalisasi, tetapi tidak berpengaruh pada tanaman dari

Di Daerah Otonomi Baru kinerja keuangan efisiensi dan Pengelolaan Belanja berpengaruh positif signifikan terhadap belanja operasi, sedangkan Kemandirian dan

Manfaat yang dapat dalam penulisan tugas akhir ini adalah.. memberi kemudahan dalam melakukan transaksi lelang

Adakah pengaruh yang signifikan motivasi berprestasi dan kepuasan atas reward yang diberikan oleh guru terhadap prestasi belajar matematika. Adakah pengaruh yang signifikan

Kerusakan tersebut tidak hanya disebabkan oleh tata ruang kota Jakarta yang tidak rapi, tetapi juga dinilai sebagai akibat semakin terkikisnya sumber-sumber resapan

Selanjutnya pengaruh temperatur pemasukan batang pengaduk terhadap terhadap harga faktor bentuk F butir α (Al) primer hasil rheocasting diperlihatkan pada Gambar 4..

[r]

Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui mutu dan daya simpan bahan sehingga terhindar dari pengaruh aktivitas mikroba serta digunakan sebagai koreksi rendemen minyak