Iklan
› Buku › Mendengar Suara Anak Rohani...
TINJAUAN BUKU
Mendengar Suara Anak Rohani dan Kawan Seperjalanan Goenawan Mohamad
Tulisan GM menguak tragedi kemanusiaan yang kadang menyelinap di balik satu kata: kediktatoran. Buku tentang karya GM ini perlu ditelisik pembaca komunitas
akademik dan khalayak ramai agar mengenal GM lebih dekat.
Oleh NOVITA DEWI
19 Februari 2023 07:00 WIB · 5 menit baca Masukkan kata kunci pencarian...
Baca di Aplikasi
2
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses gratis per bulan.Daftar Sekarang
Berlangganan Masuk
https://www.kompas.id/baca/buku/2023/02/18/mendengar-suara-anak-rohani-dan-kawan-seperjalanan-goenawan-mohamad 2/14
Sampul depan buku Membaca Goenawan Mohamad.
Judul buku: Membaca Goenawan Mohamad
Penulis: Rizal Mallarangeng & Andy Budiman, Agus Sudibyo, Ni Made Purnama Sari, dkk
Editor: Ayu Utami
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia Tahun Terbit: Cetakan I, 2022
Tebal: x + 453 halaman
ISBN cetak: 978-602-481-944-6 ISBN digital: 978-602-481-931-6
Anda penggemar rubrik ”Catatan Pinggir”? Atau pengagum Goenawan Mohamad? Apakah Anda berseberangan dengan sosok yang acap dipanggil GM ini? Pertanyaan-pertanyaan serupa barangkali terjawab dalam buku Membaca Goenawan Mohamad. Buku kumpulan artikel ini lahir dari seminar gelaran Salihara dan Komunitas Utan Kayu pada 25-27 Maret 2022 dalam rangka merayakan milad ke-80 GM.
Tulisan GM menguak tragedi kemanusiaan yang kadang menyelinap di balik satu kata: kediktatoran. Agar posisi trisula GM sebagai ”sastrawan, wawasan, dan pejuang kebebasan” tidak diterima begitu saja, sebuah buku tentang karya-karya GM perlu ditelisik bagi pembaca di komunitas akademik dan khalayak ramai untuk mengenal GM lebih dekat. Sejauh mana ”emansipasi” yang oleh editor ditengarai sebagai roh perjuangan GM tertampakkan melalui pusparagam tulisan dalam buku suntingan Ayu Utami dan Alpha Hambally ini.
Bagian pertama berisi tujuh artikel dari generasi penulis yang dalam Pengantar disebut ”terinspirasi secara langsung” oleh GM dan
”menghidupi dunia kesusasteraan dan kewartawanan” (hlm ix) sebagaimana GM. Bagian II menghimpun sembilan artikel tentang penafsiran GM atas lsafat Barat sumbangan penulis-penulis yang menggeluti lsafat secara intens.
Baca di Aplikasi
2
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses gratis per bulan.Daftar Sekarang
Tulisan GM menguak tragedi
kemanusiaan yang kadang menyelinap di balik satu kata: kediktatoran.
Artikel Rizal Mallarangeng (wawancara dengan Andy Budiman)
membahas tulisan GM tentang wawasan kebangsaan sejumlah pemimpin bangsa yang lahir dari kebebasan, solidaritas sosial, dan nilai-nilai
manusiawi penyubur keindonesiaan. Rizal memandang GM sebagai manusia pembelajar khas Abad Pencerahan yang percaya pada
kebebasan. Sementara bagi Agus Sudibyo, praksis jurnalisme GM perlu dikontekstualisasikan dengan perjalanan sejarah politik Indonesia
beserta implikasinya terhadap bisnis media massa. Model jurnalisme GM melecut demokrasi dan deliberasi publik atau ”pilar keempat demokrasi”.
Tulisan Agus relevan dengan kemunculan pilar kelima seiring pesatnya teknologi, digitalisasi, jurnalisme data, dan perluasan platform media sosial sebagai sarana informasi.
Selanjutnya, Ni Made Purnama Sari membahas silang pendapat GM- Pramoedya Ananta Toer untuk menyimpulkan bahwa keduanya merawat kemanusiaan. Figurasi pengarang oleh Pram adalah pewarta humanisme yang otoritatif, sementara GM lebih percaya pada sastra sebagai saksi kemanusiaan. Masih berada dalam jalur serupa, Ayu Utami berpendapat bahwa puisi itu membebaskan bagi GM. Ia membebaskan manusia dari belenggu keutuhan.
Baca di Aplikasi
2
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses gratis per bulan.Daftar Sekarang
Berlangganan Masuk
https://www.kompas.id/baca/buku/2023/02/18/mendengar-suara-anak-rohani-dan-kawan-seperjalanan-goenawan-mohamad 4/14 KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA Sastrawan yang juga pendiri Komunitas Salihara, Goenawan Mohamad, di Salihara Arts Center, Jakarta, Jumat
(29/10/2022) malam.
Penciptaan karya sastra yang lebih cair ini diperjelas oleh artikel Nirwan Dewanto yang mencermati esai-esai GM sejak 1960-an. GM
mementingkan sentralitas tulisan dan kebebasan pembaca untuk
memberikan interpretasi. ”Cara menikmati puisi GM,” tulis Nirwan, ”ialah dengan jalan analitik, yaitu dengan mengurai unsur-unsurnya untuk mengenali keretakannya, dan melarasnya lagi, demi integritasnya” (hlm 84). Senada dengan Nirwan, Triyanto Triwikromo meneroka tulisan- tulisan GM tentang hakikat teori sastra. Kesimpulannya, teori GM mengandung teka-teki dan bersifat terbuka. Bayang-bayang Roland Barthes dalam artikel ini ditutup dengan ajakan untuk selalu menyoal tulisan-tulisan GM.
Transkrip presentasi Ulil Abshar-Abdalla menutup Bagian I. Dibesarkan dalam tradisi keagamaan yang sering dikritik oleh GM, Ulil mengakui keindahan tulisan GM yang metaforik namun diwarnai ambiguitas.
“Catatan Pinggir” kerap mengangkat bahaya hipokrisi agama dan GM tidak menawarkan solusi tetapi mengajak pembaca berpikir.
Baca di Aplikasi
2
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses gratis per bulan.Daftar Sekarang
Setyo meyakini bahwa GM adalah pembaca, penyerap, dan penebar ide-
ide lsafat melalui tulisan-tulisannya yang sastrawi.
Meneroka pemikir-pemikir kontemporer
Bahwa GM memanfaatkan pendekatan loso s diulas tuntas pada Bagian II oleh para akademisi yang umumnya bera liasi dengan STF Driyarkara.
YD Anugrahbayu mengawali bincang safat dengan menyoroti kecintaan GM pada puisi meskipun lsafat menggenangi hampir setiap tulisannya.
Yulius Tandyanto menyimak tafsir GM tentang Friedrich Nietzsche dan menyimpulkan bahwa manusia dumadi GM diterangi oleh konsep
Übermensch Nietzsche.
A Setyo Wibowo menyumbang dua tulisan yang tidak bisa diringkas tanpa menjadi reduksionis. Setyo meyakini bahwa GM adalah pembaca, penyerap, dan penebar ide-ide lsafat melalui tulisan-tulisannya yang sastrawi. Berdasarkan empat buah artikel GM, Setyo membentangkan Nietzsche menurut tafsir GM disertai catatan dan alternatif pembacaan guna lebih memperkaya kajian Nietzsche di dan untuk Indonesia. Melalui teropong Nietzshe, misalnya, seorang fanatik terobsesi dan butuh
kebenaran melebihi takaran. Ia digondeli roh memberat karena merasa dirinya mengambang. Alhasil, ia galau dan tergiur oleh ekstremisme.
Baca di Aplikasi
2
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses gratis per bulan.Daftar Sekarang
Berlangganan Masuk
https://www.kompas.id/baca/buku/2023/02/18/mendengar-suara-anak-rohani-dan-kawan-seperjalanan-goenawan-mohamad 6/14 KOMPAS/ADITYA DIVERANTA Budayawan Goenawan Mohamad saat menanggapi buku Disensus: Demokrasi sebagai Perselisihan Menurut Jacques Ranciere di Teater Utankayu, Jakarta Timur, Jumat (27/7/2019). Menurut dia, buku ini penting sebagai pengingat, ada hal-hal yang tidak pernah selesai dalam demokrasi. Hal yang dia maksud adalah perjuangan kesetaraan.
Selain Nietzsche, para penulis mengulas tulisan GM dengan mengelaborasi sejumlah pemikir kontemporer, seperti Martin
Heidegger, Emmanuel Levinas, Jacques Derrida, dan terutama, Theodor Adorno dan Jacques Rancière. Bambang Sugiharto dan Fitzerald
Kennedy Sitorus berpendapat bahwa GM, meski tidak sepaham dengan pandangan Adorno, mengamini dialektika non-identitas dan sama-sama menolak idealisme.
Donny Danardono, Sri Indiyastutik, dan Setyo Wibowo membahas Rancière untuk membaca gagasan GM seputar politik, demokrasi, dan emansipasi. Ketiganya dengan cermat menggeluti pemikiran lsuf Perancis kelahiran Aljazair ini ketika mendiskusikan isu kesetaraan
dalam tata kelola pemerintahan dan berkesenian; serta bersetuju dengan diksi yang dipakai GM, turah, untuk menyebut kaum yang
termarjinalkan/the Other/Sang Liyan.
Baca di Aplikasi
2
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses gratis per bulan.Daftar Sekarang
Sementara itu, Martin Suryajaya memanfaatkan metode yang lazim dipakai dalam digital humanities untuk menjelajahi korpus tulisan GM 1964-2011 seputar marxisme dan seni. Re eksi Martin: Masih relevankah membaca marxisme sebagai humanisme ketika manusia sudah dikepung oleh teknologi informasi dan dilumpuhkan oleh big data?
Selain Nietzsche, para penulis mengulas tulisan GM dengan mengelaborasi sejumlah pemikir kontemporer, seperti
Martin Heidegger, Emmanuel Levinas, Jacques Derrida, dan terutama, Theodor
Adorno dan Jacques Rancière.
Akhir kata, buku kenangan ini beraroma prosiding. Bagian pertama
Membaca Goenawan Mohamad menampilkan tulisan-tulisan bestari yang mengalir, riang, dan membumi. Bagian kedua membawa pembaca
menuju ke ruang kuliah lsafat untuk berpikir keras dan merenung di sana. Penjabaran lsafat Barat disampaikan oleh kesembilan artikel yang mengisi 70 persen dari ketebalan buku. Analitis, kritis, dialogis, dan sekaligus anggun. Ini tidak berarti bahwa sebaiknya bagian kedua diterbitkan secara terpisah.
Keenam artikel pilihan yang tersajikan pada bagian pertama telah menyediakan karpet merah bagi pembaca untuk melihat bagaimana penelaahan lsafati dapat memperjelas realitas dari berbagai sudut
pandang. Buku ini berguna untuk pembaca yang sudah, belum, atau akan menjelajahi cakrawala pemikiran Goenawan Mohamad sambil belajar (mendalami) ilmu lsafat.
Novita Dewi,Guru Besar Sastra Universitas Sanata DharmaBaca di Aplikasi
2
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses gratis per bulan.Daftar Sekarang
Berlangganan Masuk
https://www.kompas.id/baca/buku/2023/02/18/mendengar-suara-anak-rohani-dan-kawan-seperjalanan-goenawan-mohamad 8/14 KOMPAS Novita Dewi
Editor: SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN Bagikan
buku goenawan mohamad resensi buku penerbit buku kepustakaan populer gramedia resensi resensi buku novita dewi membaca goenawan mohamad
Baca di Aplikasi
2
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses gratis per bulan.Daftar Sekarang
1