• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Study of the Palembang City Watershed Sub-Flood System's Management Priority Scale

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Study of the Palembang City Watershed Sub-Flood System's Management Priority Scale"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JCEBT, Vol 7 (No 1) Maret 2023 ISSN 2549-6379 (Print) ISSN 2549-6387 (Online)

JCEBT

(Journal of Civil Engineering, Building and Transportation)

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jcebt

Study of the Palembang City Watershed Sub-Flood System's Management Priority Scale

Joni Rahalsyah Putra 1), Anis Saggaff 2)*, Arie Setiadi Moerwanto3) & Kiagus Muhammad Aminuddin4)

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII1

Mahasiswa Ilmu Teknik, Program Doktor, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya2,4

Staff Khusus Kementrian PUPR Republik Indonesia3 Koresponden*, Email: [email protected]

Abstract

A complete watershed management solution and logical outcome is a watershed approach that takes into account watershed capabilities, such as environmental services in the fields of water management and flood prevention. With integrated planning and environmentally responsible, policy-based drainage, floods can be overcome. For spectators and scholars, the topic of flooding has long been of interest as they try to understand its causes and effects. According to studies done by earlier researchers, the city of Palembang has recently been particularly vulnerable to floods, thus it is important to investigate the priority scale of flood control examined for all states in the Palembang city water catchment area.

Surveys, field observations, measurements, and documentation are used as the main collecting tools, whilst study location maps are used for secondary data. The SWOT analysis method of scoring is used in the city of Palembang's priority analysis of flood management. According to the analysis's findings, the Bendung, Sekanak, and Buah watershed sub-systems have the greatest priority scales due to their extremely high priority values in comparison to the other watershed sub-systems. The Gandus watershed sub-system, the Gasing watershed sub-system, and the Aur watershed sub-system are the three least important watershed sub-systems that are not yet given priority.

Keywords: Watershed; Flood Management; Priority scale; SWOT analysis Abstrak

Pendekatan DAS yang mempertimbangkan kemampuan DAS, seperti jasa lingkungan di bidang pengelolaan air dan perlindungan banjir, merupakan solusi pengelolaan DAS yang lengkap dan konsekuensi logis. Mengatasi banjir dapat dilakukan dengan perencanaan terpadu dengan drainase yang ramah lingkungan dan berbasis kebijakan. Isu banjir selalu menjadi topik pembahasan dan perhatian para pemerhati dan peneliti untuk mengetahui penyebab dan akibat dari banjir. Dilihat dari kajian peneliti sebelumnya, kota Palembang sangat rawan banjir dalam beberapa tahun terakhir, sehingga perlu dikaji skala prioritas penanganan banjir yang dikaji untuk semua negara bagian daerah tangkapan air kota Palembang. Metode pengumpulan data primer menggunakan survei, observasi lapangan, pengukuran dan dokumen, sedangkan data sekunder berupa peta lokasi penelitian. Analisis prioritas penanganan banjir di kota Palembang menggunakan metode analisis SWOT cara skoring. Dari hasil analisis diketahui bahwa skala prioritas tertinggi adalah subsistem DAS Bendung, subsistem DAS Sekanak dan subsistem DAS Buah, karena memiliki nilai prioritas yang sangat tinggi dibandingkan subsistem DAS - lainnya. Sedangkan untuk sub sistem DAS yang belum menjadi prioritas dapat melihat pada nilai terkecil yaitu pada Sub sistem DAS Gandus, Sub sistem DAS Gasing dan Sub sistem DAS Aur.

(2)

179 PENDAHULUAN

Degradasi DAS yang terus-menerus berupa penggundulan lahan kritis dan erosi akibat penggunaan untuk pertanian atau tujuan lain seperti pemukiman dan pertambangan, mengabaikan potensi DAS itu sendiri. Pendekatan pengelolaan DAS yang memperhatikan potensi DAS, seperti jasa lingkungan untuk pengelolaan air dan perlindungan banjir, merupakan solusi pengelolaan DAS yang utuh dan konsekuensi logis (Setyawan, et al 2018).

Aktivitas manusia selalu dibarengi dengan perubahan struktur tanah, perusakan sumber daya alam dan perkembangan kota. Perkembangan kosmopolitan di permukaan DAS akan tercakup dalam peningkatan debit puncak dan volume limpasan DAS (Permatasari, et al 2017).

Banjir merupakan bencana alam yang terjadi di daerah yang dialiri oleh aliran sungai atau akibat ketidakmampuan saluran-saluran di daerah tersebut untuk menampung curah hujan yang melimpah dan banjir sungai di daerah tersebut yang disebabkan oleh pasang surut air laut.

Banjir juga bisa terjadi karena masyarakat tidak sadar akan masalah lingkungan seperti membuang sampah sembarangan dan penebangan liar (Andayani, et al 2017). Dalam menanggulangi permasalahan banjir dapat dilakukan dengan perencanaan terpadu dengan sistem drainase yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kebijakan (Safitri, et al 2022). Masalah banjir selalu menjadi bahan diskusi dan perhatian para pemerhati dan peneliti untuk mengetahui penyebab dan akibat dari banjir. Banjir yang kerap melanda kota Palembang mengkhawatirkan masyarakat dan makhluk hidup lainnya, terutama masalah kesehatan dan ekonomi. Kota Palembang sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Selatan, terletak pada posisi 104’ 37’ – 104’

52’ BT dan 2’ 52’ – 3’ 05’ LS. Posisi Kota Palembang tersebut sangat strategis karena dilalui jalur lintas nasional yakni

jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan dari bagian utara ke bagian Selatan Pulau Sumatera hingga ke Pulau Jawa, dengan demikian Kota Palembang merupakan pintu gerbang utama untuk memasuki wilayah Propinsi Sumatera Selatan. Kondisi topografi Kota Palembang yang relatif datar dengan ketinggian lahan rata-rata +8.0 mdpl.

Wilayah Kota Palembang Bagian Selatan mempunyai elevasi lahan lebih cenderung datar, sedangkan lokasi lebih tinggi terdapat di Wilayah Kota Palembang Bagian Utara. Akibat kondisi wilayah yang relatif datar ini, pada lokasi-lokasi tetentu seringkali mengalami banjir/genangan yang diakibatkan oleh aliran air hujan/run off yang tidak mampu ditampung saluran.

Selain itu pada lokasi-lokasi tetentu yang ada di Sepanjang Pinggiran Sungai Musi, banjir juga terjadi akibat limpasan banjir dari Sungai Musi. Peneliti terdahulu yang pernah melakukan kajian mengenai banjir yaitu Marlina, et al (2018) dengan menggunakan pendekatan hidrologi berupa debit banjir rancangan dengan model HSS, SCS-CN dan Snyder. Hasil yang diperoleh bahwa perbandingan debit kapasitas penampang Sungai Musi lebih kecil dari pada debit banjir rancangan sehingga berdampak menimbulkan banjir untuk periode ulang 25 tahun. Selain itu juga Andayani, et al (2021) menganalisis mengenai pengaruh pasang surut terhadap profil muka air Sungai Musi. Hasil penelitian ini menjadi rekomendasi untuk manajemen bank, seperti perlindungan banjir karena tipe pasang surut Sungai Musi terjadi satu kali dalam periode 24 jam 50 menit yang disebut dengan tipe pasang surut harian tunggal dengan tinggi terbesar 4,6 m. Melihat dari kajian peneliti terdahulu, Kota Palembang sangat rentan terhadap banjir untuk beberapa tahun ini, maka dari itu diperlukan penelitian mengenai skala prioritas penanganan banjir yang dikaji untuk seluruh sub sistem DAS yang ada di Kota Palembang.

(3)

METODE

Metode penelitian yaitu prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan tujuan penelitian yang dimaksudkan (Astuti,et al 2018). Lokasi penelitian berada di Kota Palembang yang berfokus pada sub sistem DAS. Metode pengumpulan data primer menggunakan cara survei, observasi lapangan, pengukuran dan dokumentasi, sedangkan data sekunder yang digunakan berupa peta lokasi penelitian. Untuk menganalisis skala prioritas penanganan banjir di Kota Palembang menggunakan metode analisa SWOT yaitu Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Faktor Pendukung) and Threat (Faktor Penghambat/Ancaman).

Setelah setiap faktor telah masuk dalam matriks SWOT, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah pembobotan atau penilaian atau penetapan skala untuk masing-masing kekuatan. Hal ini berguna dalam penetapan skala prioritas. Di dalam menentukan skala prioritas penanganan, diperlukan analisa prioritas atau penilaian dari berbagai aspek. Kriteria pemilihan adalah sebagai berikut:

A. Dampak (35%)

1. Jumlah Penduduk dengan pembobotan:

a) 0 sampai dengan 1000 jiwa = 0 - 10

b) 1000 sampai dengan 2000 jiwa = 10 - 20

c) 2000 sampai dengan 3000 jiwa = 20 - 30

d) Lebih dari 3000 jiwa = 30 – 40 2. Jumlah Bangunan dengan

pembobotan:

a) 0 sampai dengan 300 bangunan

= 0 - 10

b) 300 sampai dengan 600 bangunan = 10 - 20

c) Lebih dari 600 bangunan = 20 – 30

a) Rp 0,- sampai dengan Rp 750.000.000,- = 0 - 10

b) Rp 750.000.000,- sampai dengan Rp 1.500.000.000,- = 10 - 20 c) Lebih dari Rp 1.500.000.000,- =

20 – 30

B. Karakteristik Banjir (20%)

1. Tinggi genangan dengan pembobotan:

a) 0 sampai dengan 20 cm = 0 - 10 b) 20 sampai dengan 40 cm = 10 -

20

c) 40 sampai dengan 60 cm = 20 - 30

d) Lebih dari 60 cm = 30 - 40

2. Luasan genangan dengan pembobotan:

a) 0 sampai dengan 500 ha = 0 - 10 b) 500 sampai dengan 1000 ha = 10

- 20

c) Lebih dari 1000 ha = 20 - 30 3. Durasi genangan dengan

pembobotan:

a) 0 sampai dengan 180 menit = 0 - 10

b) 180 sampai dengan 360 menit = 10 - 20

c) Lebih dari 360 menit = 20 – 30 C. Lahan (45%)

1. Ketersediaan Lahan dengan pembobotan:

a) Tidak tersedia = 0 - 20

b) Tersedia (membutuhkan ganti rugi) = 20 - 40

c) Tersedia (milik negara / instansi pemerintahan) = 40 – 60

2. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) dengan pembobotan:

a) Rawa konservasi / belukar / lahan pertanian = 0 - 20

b) Pemukiman / Kawasan Industri / Kawasan Perkantoran = 20 – 40 Selanjutnya masing-masing kriteria diisi nilai skor pembobotannya dalam bentuk tabel sehingga lebih mudah untuk dilihat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(4)

181 A. Sub sistem DAS Sekanak

Di Sub Sistem / Sub Das Sekanak terdapat kolam retensi Siti Khodijah, Kambang Iwak Besak dan Kambang Iwak Kecik. Kolam-kolam retensi tersebut telah mengalami penurunan daya tampung, yang diakibatkan karena pendangkalan oleh pengendapan sedimen. Outlet dan inlet dari kolam retensi tersebut terlalu kecil, sehingga seringkali menghambat aliran menuju Kolam Retensi.

B. Sub sistem DAS Sriguna

Sub Sistem / Sub Das Sriguna dengan luas daerah tangkapan sekitar 410 ha terdiri dari saluran utama Sungai Sriguna yang sebagian sudah dilining (dinding saluran). Di lokasi ini fasilitas bangunan air seperti retensi belum ada. Sistem saluran yang ada di DAS Sriguna pada saluran sekunder beberapa arah aliran kurang tepat karena arah aliran lebih cenderung menuju ke arah hulu, hal ini dapat ditemukan pada saluran di Jalan Ahmad Yani. Pada sistem drainase sekunder secara fisik cukup baik namun ada beberapa titik yang membuat pengaliran menjadi terhambat. Sedimentasi tidak terlalu berat namun dibeberapa titik di Jalan Sriguna cukup menghambat pengaliran. Banjir yang terjadi lebih dominan diakibatkan oleh kapasitas saluran yang kurang, sehingga debit air akibat run-off tidak mampu ditampung oleh sungai.

C. Sub sistem DAS Buah

Sub Sistem / Sub Das Buah dengan luas daerah tangkapan sekitar 845 ha terdiri dari Sungai Buah yang merupakan sungai yang panjang dengan kondisi berkelok-kelok. Secara teknis kondisi seperti ini kurang menguntungkan, karena aliran air menjadi tidak lancar dan memakan waktu lebih lama menuju saluran pembuang yang lebih besar (Sungai

Musi). Akibat lainnya adalah terjadinya pengendapan di tikungantikungan sungai tersebut.

Sungai Buah sudah dibuat permanen dengan adanya turap di sisi-sisi sungai. Akan tetapi melihat daerah alirannya, jika dibandingkan dengan kapasitas dari Sungai Buah tersebut adalah tidak seimbang. Akibatnya sering terdapat luapan air baik dari saluran primer (Sungai Buah), maupun dari saluran sekunder yang menuju sungai Buah.

D. Sub sistem DAS Lawang Kidul

Sub Sistem / Sub Das Lawang kidul dengan luas sekitar 158 ha mempunyai dua buah drainase utama (main drain) yang kemudian bergabung menjadi satu, yaitu Sungai Jeruju dan Sungai Lawang Kidul.

Sungai Jeruju pada bagian hilir mempunyai lebar sekitar 5 meter dengan kedalaman sekitar 2-2.5 meter. Sungai ini jarang terkena banjir, pasang surut yang terjadi pun tidak sampai menimbulkan bencana banjir. Aliran sungai Jeruju masih cukup deras, sedangkan Sungai Lawang kidul mempunyai lebar yang kurang lebih sama dengan sungai Jeruju, yaitu sekitar 5 meter, tetapi lebih dangkal dengan kedalaman hanya sekitar 1.5-2 meter. Kedua sungai itu bertemu dan menjadi satu sungai. Setelah melewati jembatan di jalan perintis kemerdekaan kemudian sungai tersebut menjadi semakin kecil dengan lebar hanya kurang dari 2 meter.

E. Sub sistem DAS Lambidaro

Sub Sistem / Sub Das Lambidaro denga luas 6430 ha terdapat beberapa jenis saluran drainase. Ada saluran buatan yang dibuat lurus dan dimensi besar. Terdapat juga saluran yang merupakan saluran alam. Dan terakhir adalah alur sungai dalam rawa-rawa.

Pada bagian hilir, setelah semua anak sungai bersatu, dimensinya cukup

(5)

lebar sehingga masih bisa menjadi sarana transportasi menggunakan perahu. Sungai Lambidaro cukup panjang sampai pada pertemuan dengan sungai Gasing Darat di rawa- rawa yang sangat luas di daerah Gandus. Kemudian sungai tersebut sampai pada daerah kelurahan Talang Kelapa, dimana terdapat sebuah kolam retensi. Posisi sungai Lambidaro dan sungai Sekanak berdekatan, dan sungai Sekanak apabila diteruskan akan memotong di tengah salah satu cabang sungai Lambidaro yang sering disebut juga sebagai sungai Kedukan oleh masyarakat, karena dilakukan pelebaran dengan alat berat.

F. Sub sistem DAS Gandus

Sub Sistem / Sub Das Gandus dengan luas 852 ha memiliki banyak sungai yang langsung menuju ke sungai Musi.

Sungai-sungai tersebut kebanyakan tidak terlalu panjang dengan kondisi alami, dengan lebar bervariasi antara 3 sampai dengan 5 meter, dengan kedalaman sekitar 2 meter.

Permasalahan banjir yang terjadi adalah akibat pasang Sungai Musi.

Sedangkan daerah hulu Sub Sistem / Sub Das Gandus merupakan dataran tinggi atau bukit yang banyak digunakan untuk budi daya tanaman karet, jati dan sejenisnya. Daerah rawa juga masih banyak ditemui di Sub Sistem / Sub Das Gandus. Kawasan Sub Sistem / Sub Das Gandus berupa pemukiman penduduk yang terkonsentrasi pada jalan-jalan utama, dengan adanya bukit-bukit pada daerah hulu sungai. Pada Sub Sistem / Sub Das Gandus tidak terdapat kolam retensi. Tetapi masih banyak daerah rawa sebagai daerah genangan.

G. Sub sistem DAS Aur dan Kedukan Sub Sistem / Sub Das Aur mempunyai luas 265 ha. Sungai Aur berdimensi

Ahmad Yani. Semakin ke hulu sungai Aur hanyalah berupa alur rawa-rawa yang dangkal dan mengalir di bawah rumah-rumah Panggung penduduk.

Daerah hulu sungai Aur yang tidak berturap dan dangkal tersebut sering kali menjadi genangan. Sungai itu mengalir di bawah rumah-rumah panggung milik penduduk. Daerah hulu sungai Aur tersebut berdekatan dengan sungai yang dibesarkan dengan alat berat pada Sub Sistem / Sub Das Kedukan Ulu. Sub Sistem / Sub Das Aur juga memiliki sungai- sungai kecil yang terhubung langsung dengan sungai Musi, namun tidak terlalu panjang, dan umumnya berujung pada daerah rawa-rawa.

Sungai-sungai tersebut merupakan sungai pasang-surut dari sungai Musi.

Sub Sistem / Sub Das Kedukan Ulu mempunyai luas 257.8 ha menghubungkan sungai Musi dengan sungai Ogan. Dengan lebar sekitar 10- meter dengan dalam 2.5 meter menjadikan kawasan di sekitar sungai Kedukan Ulu aman dari banjir akibat air hujan maupun pasang. Pada daerah hilir di pertemuan dengan sungai Musi, pasang tertinggi yang terjadi pun tidak sampai melewati batas turap.

H. Sub Sistem DAS Kertapati

Sub Sistem / Sub Das Kertapati merupakan salah satu Sub Sistem / Sub Das yang berada di Kota Palembang dengan luasan sekitar 2353,7 Ha. Di dalam Sub Sistem / Sub Das ini terdapat sebuah saluran/sungai buatan (Sungai Kedukan) sebagaisaluran drainase utama yang bermuara langsung ke Sungai Ogan. Aliran pada Sub Sistem / Sub DasKertapati ini terbagi menjadi 2, dimana pada Sub Sistem / Sub Das Kertapati I arah aliran dari lahan mengarah langsung ke Sungai

(6)

183 Kertapati II aliran masuk ke dalam Sungai Kedukan. Pada bagian hulu Sub Sistem / Sub Das ini masih banyak terdapat lahan pertanian yang dikelola oleh warga setempat, dan juga terdapat pintu air PU (Pintu Air Sungki) yang berupa 4 buah pintu sorong dengan lebar masing-masing pintu sebesar 1,6 meter.

Pengoperasian pintu air ini dianggap sudah kurang bagus. Disamping itu keberadaan pintu air ini juga menjadi keluhan warga setempat, karena sejak berdirinya pintu air ini, menurut warga setempat, durasi banjir di bagian hulu menjadi lebih lama.

I. Sub Sistem DAS Kramasan

Sub Sistem / Sub Das Kramasan merupakan salah satu Sub Sistem / Sub Das yang berada di dalam wilayah administrasi Kota Palembang dengan luasan 2369 Ha. Di dalam Sub Sistem / Sub Das Kramasan ini terdapat banyak anak sungai, sebagian besar bermuara langsung ke Sungai Musi, dan sebagian lagi bermuara langsung ke Sungai Kramasan. Berdasarkan hasil investigasi di lapangan dan keterangan masyarakat setempat, permasalahan banjir berada di sekitar Sungai Parada Bungkuk yang bermuara langsung ke Sungai Kramasan. Banjir yang terjadi di lokasi ini disebabkan oleh air pasang dari Sungai Kramasan yang masuk melalui Sungai Parada Bungkuk dan melimpas ke lahan. Banjir yang terjadi memiliki ketinggian 0,4-0,9 meter dari muka tanah, dengan lama banjir sekitar 5-7 jam, dan dengan luasan banjir 240 Ha atau sekitar 10 % dari keseluruhan luasan Sub Sistem / Sub Das Kramasan.

J. Sub Sistem DAS Boang

Sub Sistem / Sub Das Boang berlokasi di dekat Jembatan Musi II, dan di dalamnya terdapat museum sejarah Kerajaan Sriwijaya, dan di sekitar lokasi museum tersebut

peruntukannya direncanakan sebagai kawasan wisata di Kota Palembang.

Sub Sistem / Sub Das ini memiliki luasan sekitar 845 Ha. Permasalahan Banjir yang terjadi Pada Sub Sistem / Sub Das ini terjadi karena pasang yang masuk dari Sungai Musi dan merambat masuk ke anak-anak sungai kemudian melimpasi lahan.

Ketinggian banjir dilokasi ini sekitar 0,4-1,2 meter di atas permukaan tanah, dengan lama banjir 5-7 jam, dan dengan luasan sekitar 110 Ha atau sekitar 13% dari keseluruhan luas Sub Sistem / Sub Das Boang.

K. Sub Sistem DAS Juaro

Sub Sistem / Sub Das Juaro berada di sebelah timur Sub Sistem / Sub Das Buah (studi terdahulu) dekat kompleks PUSRI. Sub Sistem / Sub Das ini memiliki luasan 925 Ha.

Berdasarkan ivestigasi di lapangan banjir yang terjadi dikarenakan luas penampang sungai/cross section Sungai Juaro dan gorong-gorong yang berada di bawah jalan JL. Mayor Zen yang tidak mampu mengakomodasi debit yang ada. Lokasi banjir terjadi di sisi utara Jl. Mayor Zen dengan kedalaman banjir: 0.4-1 meter, lama genangan: 4-6 jam, dan dengan luasan 4.5 Ha, atau sekitar 0,5% dari keseluruhan luas Sub Sistem / Sub Das Juaro.

L. Sub Sistem DAS Batang

Sub Sistem / Sub Das ini berbatasan langsung dengan sisi timur Sub Sistem / Sub Das Juaro dan memilikiluasan 425 Ha. Berdasarkan investigasi di lapangan banjir yang terjadi memiliki kedalaman: 0,4-0,6 meter, lama banjir:

46 jam, dan dengan luasan 38,5 Ha atau sekitar 12% dari luasan Sub Sistem / Sub Das Batang. Banjir ini terjadi karena kondisi penampang sungai yang kurang baik yang diakibatkan oleh sedimentasi dan keberadaan bangunan-bangunan

(7)

pemukiman yang masuk ke dalam daerah sungai.

M. Sub Sistem DAS Selincah

Sub Sistem / Sub Das ini berada di sisi timur Sub Sistem / Sub Das Batang dan di sisi selatan Sub Siste / Sub Das Nyiur. Sub Sistem / Sub Das Selincah memiliki luasan 422,52 Ha. Banjir terjadi di sisi utara jalan dan bagian muara sungai dengan kedalaman: 0.4- 1 meter, lama banjir: 4-6 jam, dan dengan luasan: 16,5 Ha, atau sekitar 3,9% dari luas Sub Sistem / Sub Das Selincah. Banjir terjadi akibat limpasan air pasang S.Musi.

N. Sub Sistem DAS Nyiur

Sub Sistem / Sub Das Nyiur merupakan salah satu Sub Sistem / Sub Das yang berada di 2 wilayah kota/kabupaten, yaitu berada di dalam wilayah administrasi Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin.

Sub Sistem / Sub Das Nyiur terletak di sisi utara Sub Sistem / Sub Das Selincah dan di sisi Timur Sub Sistem / Sub Das Borang. Luasan Sub Sistem / Sub Das Nyiur sekitar 2462,35 Ha.

Genangan terjadi di sekitar muara sungai dengan kedalaman sekitar 0,4- 1,1 meter, lama genangan: 6-12 jam, dan luas genangan: 335 Ha atau sekitar 13,6% dari luas Sub Sistem / Sub Das Nyiur. Genangan ini terjadi karena ketinggian lahan di sekitar bantaran sungai yang rendah.

O. Sub Sistem DAS Boang

Sub Sistem / Sub Das Borang berada di 2 wilayah administrasi Kabupaten/Kota, dimana pada bagian hulu sungai berada di dalam wilayah administrasi Kota Palembang dan bagian hilir berada pada wilayah administrasi Kabupaten Banyuasin.

Sub Sistem / Sub Das ini memiliki luasan 4427,08Ha. Genangan terjadi di bagian hulu S.Borang dan S.Sako dengan kedalaman: 0,4-1,2 meter,

20,15% dari keseluruhan luas Sub Sistem / Sub Das Borang. Genangan yang terjadi sebagian dikarenakan lahan di samping kanan kiri sungai yang rendah, sebagian lagi dikarenakan luas penampang anak Sungai Juaro yang tidak mampu menampung debit aliran yang melaluinya.

Analisis SWOT dalam Menentukan Skala Penanganan Prioritas

Penerapan kriteria strength di dalam pekerjaan ini adalah faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan permasalahan banjir di lokasi sehingga mendorong percepatan pelaksanaan penanganan penanggulangan banjir.

Kriteria strength di dalam pekerjaan ini adalah dampak materil (perikiraan kerugian) akibat terjadinya banjir dan genangan. Hal-hal yang menjadi pertimbangan mengenai besaran kerugian materil adalah sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk yang terkena dampak.

2. Jumlah bangunan dan infrastruktur yang terkena dampak.

Weakness berarti kekurangan-kekurangan yang berasal dari dalam objek itu sendiri.

Komponen ataupun faktor yang menghambat ataupun memberatkan objek itu sendiri. Di dalam pekerjaan ini faktor kelemahan (weakness) yang dianggap menjadi faktor hambatan ataupun beban untuk dilaksanakan adalah faktor biaya pelaksanaan pekerjaan. Opportunity merupakan faktor eksternal (dari luar) yang mendukung sebuah objek untuk segera dilaksanakan. Faktor opportinity di dalam penentuan prioritas penanganan banjir di Kota Palembang ini adalah faktor teknis mengenai karakteristik banjir:

1. Tinggi genangan.

2. Luasan genangan.

3. Durasi genangan.

Faktor eksternal yang harus diperhatikan

(8)

185 menimbulkan permasalahan ataupun hambatan secara perizinan maupun administratif adalah faktor kesesuaian pemanfaatan lahan yang direncanakan untuk dilakukan konstruksi terhadap:

1. Ketersediaan lahan.

2. Kesesuaian terhadap Peta Rencana Tata Ruang Wilayah.

Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 merupakan penilaian untuk masing-masing kriteria dimana rentang nilai yang diperoleh merupakan hasil kajian yang diperoleh dari lapangan maupun dari data sekunder.

Untuk rentang masing-masing indikator telah dijelaskan pada subbab sebelumnya.

Tabel 4 merupakan hasil akhir dari keselurahan penilaian skala prioritas yaitu dengan komposisi nilai kriteria Dampak (35%), kriteria Karakteristik Banjir (20%) dan kriteria Lahan (45%). Dari hasil perhitungan diperoleh skala prioritas diutamakan yang memperoleh 3 nilai terbesar yaitu Sub sistem DAS Bendung, Sub sistem DAS Sekanak dan Sub sistem DAS Buah. Sedangkan untuk sub sistem DAS yang belum menjadi prioritas dapat melihat pada nilai terkecil yaitu pada Sub sistem DAS Gandus, Sub sistem DAS Gasing dan Sub sistem DAS Aur.

Tabel 1. Matriks Penilaian untuk Kriteria Dampak No. Sub sistem DAS Penduduk yang

Terkena Dampak Bangunan yang

Terkena Dampak Perkiraan

Kerugian Jumlah Nilai

1 Gandus 0 0 0 0

2 Lambidaro 15 12 9 36

3 Boang 10 8 6 24

4 Sekanak 12 9 7 28

5 Bendung 19 15 11 45

6 Lawang Kidul 4 3 3 10

7 Buah 11 9 7 27

8 Juaro 2 1 1 4

9 Batang 6 5 4 15

10 Lincah 5 4 3 12

11 Sriguna 10 8 6 24

12 Aur 3 2 2 7

13 Kedukan 3 2 2 7

14 Jakabaring 0 0 0 0

15 Kertapati 7 5 4 16

16 Kramasan 2 1 2 5

17 Plaju 0 0 0 0

18 Rengas-Lacak 0 0 0 0

19 Gasing 0 0 0 0

20 Borang 1 1 1 3

21 Nyiur 0 0 0 0

Tabel 2. Matriks Penilaian untuk Kriteria Karakteristik Banjir

No. Sub sistem DAS Tinggi Genangan Luas Genangan Durasi

Genangan Jumlah Nilai

1 Gandus 50 0 13 63

2 Lambidaro 25 12 20 57

3 Boang 60 2 23 85

4 Sekanak 25 2 40 67

5 Bendung 20 3 17 40

6 Lawang Kidul 25 0 17 42

7 Buah 25 4 13 42

8 Juaro 50 0 20 70

9 Batang 30 0 20 50

10 Lincah 50 0 20 70

11 Sriguna 15 0 17 32

(9)

12 Aur 8 1 7 16

13 Kedukan 8 3 7 18

14 Jakabaring 20 1 40 61

15 Kertapati 40 5 23 68

16 Kramasan 45 0 23 68

17 Plaju - - - 0

18 Rengas-Lacak - - 33 33

19 Gasing - - - 0

20 Borang 60 1 20 81

21 Nyiur 55 1 40 96

Tabel 3. Matriks Penilaian untuk Kriteria Lahan

No. Sub sistem DAS Ketersediaan Lahan RTRW Jumlah Nilai

1 Gandus 24 7 31

2 Lambidaro 40 10 50

3 Boang 23 15 38

4 Sekanak 30 35 65

5 Bendung 38 35 73

6 Lawang Kidul 24 34 58

7 Buah 36 33 69

8 Juaro 24 28 52

9 Batang 26 19 45

10 Lincah 29 22 51

11 Sriguna 23 21 44

12 Aur 23 22 45

13 Kedukan 25 22 47

14 Jakabaring 39 34 73

15 Kertapati 21 26 47

16 Kramasan 26 18 44

17 Plaju 22 26 48

18 Rengas-Lacak 28 14 42

19 Gasing 28 21 49

20 Borang 22 9 31

21 Nyiur 23 10 33

Tabel 4. Jumlah Nilai Akhir pada Masing-masing Sub Sistem DAS Sub Sistem DAS Kriteria Dampak

(35%) Kriteria Karakteristik

Banjir (20%) Kriteria

Lahan (45%) Nilai Skala prioritas

Gandus 0 12.6 13.95 26.55 21

Lambidaro 12.6 11.4 22.5 46.5 4

Boang 8.4 17 17.1 42.5 6

Sekanak 9.8 13.4 29.25 52.45 2

Bendung 15.75 8 32.85 56.6 1

Lawang Kidul 3.5 8.4 26.1 38 10

Buah 9.45 8.4 31.05 48.9 3

Juaro 1.4 14 23.4 38.8 9

Batang 5.25 10 20.25 35.5 11

Lincah 4.2 14 22.95 41.15 7

Sriguna 8.4 6.4 19.8 34.6 13

Aur 2.45 3.2 20.25 25.9 18

Kedukan 2.45 3.6 21.15 27.2 16

Jakabaring 0 12.2 32.85 45.05 5

Kertapati 5.6 13.6 21.15 40.35 8

Kramasan 1.75 13.6 19.8 35.15 12

Plaju 0 0 21.6 21.6 20

(10)

187

Borang 1.05 16.2 13.95 31.2 15

Nyiur 0 19.2 14.85 34.05 14

KESIMPULAN

Penelitian mengenai analisis skala prioritas penanganan banjir di wilayah sub sistem DAS Kota Palembang telah selesai dilakukan. Adapun metode analisis yang digunakan mengembangkan cara SWOT dalam memilih komponen penilaian. Dari hasil analisis diperoleh bahwa skala prioritas terbesar yaitu Sub sistem DAS Bendung, Sub sistem DAS Sekanak dan Sub sistem DAS Buah karena memiliki penilaian yang sangat besar dari pada lainnya. Adapun langkah yang dapat digunakan dalam mengatasi penanganan banjir yaitu Pembuatan tanggul banjir, mempertahankan daerah resapan, normalisasi sungai, pembuatan kolam retensi di segmen hulu dan pemasangan peil banjir serta aplikasi penggunaan biopori pada daerah yang kurang memiliki daerah resapan (Ikhwan, et al 2021).

DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, A., Gunawan, T., Dibyosaputro, S., &

Giyarsih, S. R. (2019). Jasa Dan Etika Lingkungan Untuk Pengendalian Air Dan Banjir Sebagai Dasar Pengelolaan Das Serang. Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota, 14(4), 241-251.

Permatasari, R., Natakusumah, D. K., & Sabar, A.

(2017). Determining Peak Discharge Factor Using Synthetic Unit Hydrograph Modelling (Case Study: Upper Komering South Sumatera, Indonesia). Geomate Journal, 13(36), 1-5.

Andayani, R., Djohan, B., & Arlingga, K. A. (2017).

Penanganan Banjir Dengan Kolam Retensi (Retarding Basin) Di Kelurahan Gandus Kota Palembang. Jurnal Teknik Sipil, 7(1), 27-33.

Safitri, D., & Putra, R. A. (2022). Analisis Pola Aliran Banjir Pada Sungai Cimadur, Provinsi Banten Dengan Menggunakan Hec-Ras. Jice (Journal Of Infrastructural In Civil Engineering), 3(01), 19-30.

Marlina, A., & Andayani, R. (2018, July). Model Hidrologi Untuk Prediksi Banjir Kota

Palembang. In Seminar Nasional Hari Air Sedunia (Vol. 1, No. 1, Pp. 1-13).

Andayani, R., & Marlina, A. (2021). Pengaruh Pasang Surut Terhadap Profil Muka Air Banjir Bantaran Sungai Musi Kota Palembang. Cantilever: Jurnal Penelitian Dan Kajian Bidang Teknik Sipil, 10(2), 119-126.

Astuti, A. F., & Sudarsono, H. (2020). Analisis Penanggulangan Banjir Sungai Kanci. Jurnal Konstruksi Dan Infrastruktur, 7(3).

Latif, A., Musa, R., & Mallombassi, A. (2022). Kajian Pengendalian Banjir Sungai Kera Kabupaten Wajo. Jurnal Konstruksi: Teknik, Infrastruktur Dan Sains, 1(4), 37-48.

Andayani, R., & Marlina, A. (2020). Analisis Saluran Drainase Sekunder Kecamatan Ilir Timur I Palembang. Jurnal Deformasi, 5(2), 69-85.

Miftakhudin, S. (2021). Strategi Penanganan Banjir Rob Kota Pekalongan. Jurnal Litbang Kota Pekalongan, 19(1).

Auzaâ, F., Ikhwan, I., & Franchitika, R. (2021).

Rancang Ulang Saluran Drainase Kampung Lalang Dengan Metode Drainase Biopori Resapan. Journal Of Civil Engineering Building And Transportation, 5(2), 126-131.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pengukuran dan analisa simulasi ini adalah untuk membuktikan dan membandingkan hasil percobaan dengan hasil perancangan, sehingga dapat mengetahui bentuk

Window adalah sebuah area pada koordinat dunia yang dipilih untuk ditampilkan pada alat display; sedangkan Viewport adalah sebuah area pada alat display yang merupakan hasil

Pada bagian ini, investor dapat menilai dampak dari keputusan pendanaan suatu perusahaan, seperti berapa jumlah yang dipinjam, berapa jumlah yang telah dilunasi, berapa besar

Akuntasi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya produksi pada Perusahaan Rokok PT.Semanggimas Agung Tulungagung dapat dikatakan baik jika memenuhi 3 (tiga) syarat

Akta 1998 ini membenarkan kerajaan menyekat berita yang dianggap menimbulkan keraguan kepada masyarakat, tetapi pada 2016, badan peguam Malaysia menyatakan, ‘menimbulkan keraguan

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari penggunaan teknik dry-bonding, water wet- bonding dan ethanol wet-bonding pada restorasi Klas II resin komposit Nanohybrid

Peringkat selanjutnya, dilanjutkan dengan poin-poin yang berbentuk fitur dari produk, yaitu poin Z6 dan Z5 atau Fitur “Poin Solid” khusus untuk pengguna kartu LOOP

Pati si Kapitan Tiyago ay magiging excomulgado kung hindi niya sisirain ang kasunduan ng kasal nina Maria Clara at Ibara.. Ni hindi na maaaring kausapin ng binata si Maria