• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumbangan gagasan kasih dan kesetiaan Allah menurut Hosea untuk bahan katekese persiapan calon perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sumbangan gagasan kasih dan kesetiaan Allah menurut Hosea untuk bahan katekese persiapan calon perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan"

Copied!
278
0
0

Teks penuh

(1)

HOSEA UNTUK BAHAN KATEKESE PERSIAPAN CALON PERKAWINAN DI PAROKI MARGANINGSIH KALASAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

OLEH

OLEH : THERESIA SAKO

NIM : 101124016

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Roh Kudus mencari hati yang murah,

di mana Ia dapat membangun Kerajaan Cinta Kasih-Nya.

Hati yang murah adalah hati yang berelasi dengan Allah,

Sesama dan terhadap segala hal yang berkenan kepada Allah.

(Konstitusi SSpS 1891)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Allah Tritunggal Mahakudus yang telah menyertai seluruh perjalanan hidup panggilan

dan studi saya. Kasih dan kesetiaan-Nya tidak pernah terlambat padaku.

2. Para Suster SSpS Provinsi Maria Bunda Allah-Jawa, dan Komunitas SSpS Biara Roh

Suci Yogyakarta, yang telah memberi kepercayaan, perhatian, kasih, dukungan, doa

kepada saya.

3. Paroki Marganingsih Kalasan, Para Tim Pewartaan khususnya bagian Persiapan

Perkawinan, yang telah membantu saya dengan caranya masing-masing.

4. Almamaterku Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “SUMBANGAN GAGASAN KASIH DAN

KESETIAAN ALLAH MENURUT HOSEA UNTUK BAHAN KATEKESE PERSIAPAN CALON PERKAWINAN DI PAROKI MARGANINGSIH KALASAN”. Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis ketika belajar tentang Kitab Para Nabi, baik Nabi besar maupun Nabi kecil. Salah satu Nabi kecil yang menarik perhatian penulis adalah Nabi Hosea. Penulis mempunyai harapan agar para calon suami istri di Paroki Marganingsih Kalasan ini, dapat meneladani kasih dan kesetiaan Allah dalam hidup perkawinan menurut Nabi Hosea. Terutama pesan-pesan pewartaanya mengenai: Kasih dan kesetiaan, dosa dan pengampunan, perjanjian (janji Allah dengan Umat Israel), anugerah dan pertobatan. Beberapa kutipan dari Kitab Hosea yang ditafsirkan mengenai kasih dan kesetiaan Allah adalah : Hosea 1:2-12 ; 2:1-22; 3:1-5; 6:6; 10:9-15 ; 11:1-11; 12:1-15 dan 14:2-9. Semua kutipan-kutipan ini, mengungkapkan kasih dan kesetiaan Allah yang digambarkan sebagai Hosea dan Gomer digambarkan sebagai Israel (istri) yang tidak setia kepada Allah. Mengingat hidup perkawinan suami istri di zaman sekarang ini, mengalami tantangan dan banyak keluarga yang tidak harmonis, karena terjadi perselingkuhan, masalah ekonomi bahkan ada keluarga yang pada akhirnya berujung pada perceraian. Namun tidak dipungkiri bahwa masih banyak pasangan suami istri yang saling setia hingga saat ini.

(7)

vii

ABSTRACT

The title of this thesis is "The Contribution of the Concept of God‟s Love and

Faithfulness according to Hosea as a Material of Catechesis for Marriage Preparation

in Marganingsih Parish of Kalasan”. The knowledge of the author about the Prophets,

especially to Hosea, a Minor Prophet who proclaimed God‟s love and faithfulness, draws her to write this thesis. The goal is to portray this proclamation of Hosea, as a model to imitate for the couples in Marganingsih Parish of Kalasan.

Today couples are encountering many challenges like lack of harmony, infidelity, financial problems and even worse, divorces. That is why couples preparing for marriage should go deep into the message of Hosea, especially the messages on love and faithfulness, sin and forgiveness, covenant, grace and repentance. The messages

on God‟s love and faithfulness are found in Hosea 1:2-12; 2:1-22; 3:1-5; 6:6; 10:9-15; 11:1-11; 12:1-15 and 14:2-9. These texts express the greatness of God‟s love and faithfulness to Israel, his people. God with his love and faithfulness is figured in the Prophet Hosea and Gomer (the wife of the prophet) portrays the unfaithful people of Israel.

These messages of Hosea on God‟s love and faithfulness are emphasized by the

author as important materials in the catechesis of the preparation for a lifelong marriage. After analyzing the materials of catechesis for the preparation of marriage in the Marganingsih Parish of Kalasan, the author proposes the model of catechesis of

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Tritunggal Mahakudus karena atas kasih dan kesetiaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SUMBANGAN

GAGASAN KASIH DAN KESETIAAN ALLAH MENURUT HOSEA UNTUK

BAHAN KATEKESE PERSIAPAN CALON PERKAWINAN DI PAROKI

MARGANINGSIH KALASAN.

Skripsi ini diinspirasi oleh Kitab Nabi Hosea, realitas hidup perkawinan yang terjadi saat ini, dan dari berbagai sumber, khususnya pesan pewartaan Hosea yang menginspirasi penulis untuk mengevaluasi bahan katekese persiapan perkawinan yang digunakan di Paroki Marganingsih Kalasan. Maksud penulis mengevalusi bahan katekese persiapan perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan adalah agar pesan pewartaan Hosea dapat dijadikan sebagai bahan katekese persiapan perkawinan, sehingga para calon suami istri yang akan membentuk keluarga baru dapat meneladani kasih dan kesetiaan Nabi Hosea.

(9)

ix

sumbangan bahan katekese Kursus persiapan Perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, dari hati yang tulus dan iklas penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah Tritunggal Mahakudus yang selalu menjadi kekuatan, semangat dan menjadi inspirator utama bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Kongregasi SSpS (Suster-suster Misi Abdi Roh Kudus), yang mendukung penulis dengan doa, perhatian dan kasih.

3. Sr. Ines Setiono, SSpS, sebagai Provinsial Provinsi Maria Bunda Allah- Jawa, yang telah mempercayakan penulis untuk studi sampai pada penulisan skripsi ini.

4. Sr. Rosa Indrawikan, SSpS, selaku Pimpinan Komunitas, dimana penulis tinggal dan Para Suster SSpS di Biara Roh Suci Yogyakarta, yang telah dengan caranya masing-masing mendukung, menyemangati dan mendoakan penulis sampai selesainya skripsi ini.

5. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung SJ, M. Ed, selaku Kaprodi IPPAK Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah mendukung dan memotivasi penulis dalam proses penulisan skripsi hingga akhir penulisan skripsi ini.

6. Dr. V. Indra S. Tanureja, Pr, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, semangat, siap sedia untuk meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, setia memberi masukan, saran, sehingga penulis termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

(10)

x

8. F.X. Dapiyanta, SFK, M. Pd, selaku dosen penguji dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang selalu memberi dukungan dan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar sampai selesainya skripsi ini.

10.Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK beserta seluruh karyawan yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

11.Rm. Robertus Tri Widodo, Pr, selaku ketua pelaksana persiapan perkawinan Paroki Marganingsih Kalasan, beserta tim, yang telah membantu penulis dengan bahan-bahan katekese yang selama ini digunakan di Paroki Marganingsih Kalasan.

12.Br. Ferdinando Koesbijanto, SVD, yang telah membantu penulis dalam menterjemahkan beberapa bahan skripsi dari Bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

13.Bapak, Ibu, kakak, adikku yang mendukung penulis dengan doa, kekuatan, semangat selama penulis studi di Yogyakarta.

14.Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2010/2011 yang telah memberi dukungan dan perhatian, kegembiraan yang menguatkan penulis untuk menjadi pewarta kabar gembira di zaman sekarang.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul………....i

Halaman Persetujuan Pembimbing...………....ii

Halaman Pengesahan………....iii

Halaman Motto dan Persembahan………....iv

Pernyataan Keaslian Karya………....v

Abstrak………..vi

Abstract ……….…………..vii

Kata Pengantar………...viii Daftar Isi ………..……..….xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang………...1

B.Rumusan Masalah………13

C.Tujuan Penulisan………..13

D.Manfaat Penulisan………14

E. Metode Penulisan………14

(13)

xiii

BAB II KASIH DAN KESETIAAN ALLAH DALAM KITAB NABI HOSEA

A.Pengantar………17

B.Kitab Nabi Hosea-Latar Belakang………18

1. Konteks Sejarah………..18

2. Teks Kitab Nabi Hosea ……….21

3. Pengarang………23

4. Struktur………26

C.Pokok Pewartaan Nabi Hosea ………27

1. Kasih dan Kesetiaan Allah ………27

2. Dosa dan Pengampunan ………33

3. Perjanjian……….37

4. Anugerah dan Pertobatan ………..41

D.Rujukan………44

BAB III TAFSIRAN BEBERAPA KUTIPAN DARI KITAB HOSEA A. Pengantar………46

B.Hosea 1:2-12………47

1. Pembagian Teks………47

2. Analisis Bagian Teks………47

a. Hosea 1:1-9………..47

b. Hosea 1:10-12………..54

3. Kesimpulan………...57

C. Hosea 2:1-22………..59

1. Pembagian Teks………60

(14)
(15)

xv

c. Hosea 12:8-15...116

3. Kesimpulan……….………122

I. Hosea 14:2-9 ……….………123

1. Pembagian Teks ...124

2. Analisis Bagian Teks...124

a. Hosea 14:2-4...124

b. Hosea 14:5-9 ...127

3. Kesimpulan...129

J. Penutup………130 BAB IV ANALISIS TERHADAP BAHAN KATEKESE PERSIAPAN CALON PERKAWINAN DI PAROKI MARGANINGSIH KALASAN A.Pengantar……….134

B. Arti Katekese Persiapan Perkawinan………...136

C.Persiapan-Persiapan Perkawinan ...……...………...138

1. Persiapan Jangka Panjang...139

2. Persiapan Jangka Pendek………..….……….139

3. Persiapan Terakhir (Menjelang Perkawinan)……..………...………139 D. Tujuan Katekese Persiapan Perkawinan ...………...142

E. Analisis Bahan-Bahan Katekese Persiapan Perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan...145

(16)

xvi

BAB V SUMBANGAN GAGASAN BAHAN KATEKESE UNTUK

PERSIAPAN CALON PERKAWINAN SEBAGAI USAHA

MENEMUKAN PESAN KASIH DAN KESETIAAN ALLAH MENURUT HOSEA DI PAROKI MARGANINGSIH KALASAN

A. Pengantar ………..………....174 B. Katekese Persiapan Perkawinan Model Shared Christian Praxis sebagai

Usaha Menemukan Kasih dan Kesetiaan Allah Menurut Hosea...175 1. Komponen Shared Christian Praxis ...176 2. Langkah-langkah Katekese Model Shared Christian Praxis ...178 C. Usulan Bahan Katekese untuk Persiapan Calon Perkawinan di Paroki

Marganingsih Kalasan...181 1. Rumusan Tema Katekese Persiapan Perkawinan ...181 2. Persiapan Bahan Katekese ...186

BAB VI PENUTUP

A.Rangkuman………....205 B. Kesimpulan...208 C. Saran dan Usulan ……….…….211

(17)

xvii LAMPIRAN

1. Gender...(1)

2. Perkawinan dalam Pandangan Katolik...(4)

3. Moral Perkawinan...(17)

4. Psikologi Keluarga...(19)

5. Ekonomi Rumah Tangga...(22)

6. Komunikasi / Relasi Suami Istri...(25)

7. Faal Pria dan Wanita...(28)

8. Menyambut Permata Hati...(30)

9. Keluarga Berencana...(33)

10.Penyesuaian Seksualitas dalam Perkawinan...(39)

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

(19)

Konsili Vatikan II mengajak segenap lapisan jemaat supaya membaca dan merenungkan Alkitab serta memperdalam pemahamannya tentang firman Tuhan itu. Kristus hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja, seperti yang dinyatakan dalam Sacrosanctum Consilium(SC.7), maka kaum beriman perlu dipertemukan dengan sabda Tuhan yang tertulis, tidak hanya melalui ibadat saja tetapi mereka diajak supaya membaca dan mempelajari Kitab Suci dalam kehidupan hari dan ditanggapi dalam penghayatan hidup sehari-hari pula.1 Maka inilah yang menjadi alasan mengapa inspirasi Kitab Suci Perjanjian Lama, dalam hal ini pengalaman pribadi Nabi Hosea perlu masuk dalam kehidupan sebagai suami istri. Melihat kenyataan hidup sekarang, sudah menurun nilai kesetiaan sebuah perkawinan. Banyak kasus keruwetan perkawinan yang terjadi dan berujung pada perceraian, perselingkuhan, hidup bersama tanpa ikatan nikah. Dalam situasi seperti ini, Kitab Nabi Hosea dapat digunakan sebagai contoh hidup suami istri, atau teladan hidup bagi calon suami istri yang dalam proses persiapan perkawinan. Kesetiaan menjadi landasan kehidupan bersama yang amat penting peranannya bagi bangunan kehidupan berkeluarga.2

Nabi Hosea adalah seorang nabi yang berasal dari kerajaan utara yang diperintahkan Tuhan untuk pergi menikah dengan Gomer, seorang perempuan sundal (Hos 1:2). Sebagai orang Katolik yang normal pasti akan bertanya bagaimana

1 S. Leks, Inspirasi dan Kanon Kitab Suci, Kanisius, Yogyakarta. 1992, 66.

(20)

mungkin Tuhan memerintahkan Nabi Hosea untuk menikah dengan orang yang tidak benar hidupnya? Tetapi Hosea di sini bukan menggambarkan kita sebagai orang-orang Katolik dan Gomer bukan menggambarkan orang-orang-orang-orang yang tidak benar. Nabi Hosea menggambarkan Tuhan sendiri sedangkan Gomer menggambarkan kita sebagai umat-Nya, yang tidak setia kepada Tuhan. Kesalahan Israel adalah karena mereka tidak ada kasih dan kesetiaan pada Tuhan. Hubungan antara Allah bangsa Israel dengan umat-Nya adalah hubungan perjanjian. Demi perjanjian, Tuhan rela mengorbankan diri-Nya dan umat Israel merupakan umat pilihan Tuhan sendiri. Gambaran umat Tuhan adalah seperti perempuan yang dinikahi tetapi tidak setia dan berzinah dengan allah lain. Bahkan umat Israel menyembah kepada allah orang Kanaan dan mereka melakukan perzinahan secara terang-terangan.3

Kitab Nabi-nabi kecil mencatat bahwa pada waktu Hosea memulai pelayanannya, Israel sangat makmur dan berhasil yaitu pada masa pemerintahan raja Yerobeam II. Namun ketika Yerobeam meninggal dunia dan pemerintahannya yang dulu kuat, kini tidak terasa lagi maka timbullah kekacauan, pembunuhan, korupsi dan kemerosotan spiritual merajalela. Hal ini menyebabkan keadaan ekonomi dan moral bangsa Israel semakin memburuk. Keadaan tersebut membuka jalan pada

3

(21)

kejatuhan Israel. Selain itu, realitas sosial yang terjadi pada saat itu juga sangat memburuk.

Hosea telah mengalami banyak penderitaan dan rasa malu karena sikap istrinya. Pengalaman pahit ini telah menyiapkannya untuk memahami dukacita yang Allah rasakan atas kejahatan yang dilakukan bangsa Israel. Nabi Hosea juga menyadari bahwa dosa-dosa mereka bukan hanya pelanggaran terhadap Hukum Allah, melainkan juga merupakan penghinaan kepada-Nya dan kasih-Nya bagi mereka. Karena kasih Hosea yang rela mengampuni istrinya yang telah menyeleweng, maka hubungan dengan istrinya itu dipulihkan. Lewat pengalaman ini ia pun mengajak orang-orang Israel untuk bertobat dari perzinahan rohani yakni penyembahan berhala dan berbalik kepada Allah yang karena kasih dan kemurahan-Nya akan memulihkan dan berkat-kemurahan-Nya turun ke atas bangsa Israel. Hosea berarti

“tindakan penyelamatan atau penyelamat” Hosea menekankan cinta kasih Allah yang

akrab dengan Israel.4 Dapat dikatakan bahwa Allah membaharui ciptaan-Nya secara total, ciptaan jasmani diselamatkan dari malapetaka untuk berbahagia bersama-Nya.5

Kasih dan kesetiaan Allah dapat digambarkan seperti hubungan suami istri. Hal ini dapat dilihat dalam Kitab (Hosea 1-3). Bagaimanapun juga hubungan Allah dengan Israel memang tercermin dalam kehidupan keluarga Nabi Hosea. Tetapi Hosea mencoba menghayati kesetiaan seperti halnya Allah setia kepada bangsa yang

4 St. Darmawijaya, Pr., Seluk Beluk Kitab Suci, 195, F . M. Boyd, The books of the minor prophets, (Kitab Nabi-nabi kecil), Gandum Mas Malang 2006, 58-60

(22)

dikasihinya. Pernikahan antara Nabi Hosea dan Gomer merupakan sebuah gambaran bagaimana Allah mencintai dan memperjuangkan hubungan yang dekat dengan Israel (3:1-5). Hosea dalam hidupnya yang nyata adalah seorang suami yang setia dan Gomer adalah pelacur yang berdosa. Mereka yang dimaksud sebagai pelacur yang tidak setia adalah umat Israel yang tidak setia kepada Tuhan.6

Saat bangsa Israel melihat Nabi Tuhan menikahi perempuan yang tidak benar, bangsa Israel bisa melihat bahwa Nabi Hosea dipakai Tuhan secara ekstrim. Pernikahan ini digunakan Tuhan sebagai contoh hubungan antara Tuhan dengan bangsa Israel. Tuhan ingin menyadarkan bahwa bangsa Israel seperti Gomer, yang tidak setia pada Tuhan, tetapi Tuhan mau mengambil bangsa Israel menjadi istri-Nya. Umat Israel harus mengakui dengan jujur bahwa mereka adalah umat yang tidak setia, tetapi Tuhan mau berkorban bagi mereka. Tujuan penciptaan dari awal sampai akhir adalah Tuhan mengambil dan menyelamatkan umat-Nya. Umat Israel percaya bahwa mereka adalah kaum pilihan, tetapi seringkali umat pilihan ini kurang ajar sehingga Tuhan membiarkan umat-Nya. Seharusnya umat Israel yang adalah pilihan Tuhan harus hidup baik dan suci dihadapan Tuhan, tetapi nyatanya umat Israel seringkali berdosa, kembali ke dosa yang sama, tetapi Tuhan masih bersabar. Tuhan menebus umat-Nya dengan penghukuman, karena dosa tidak pernah

6

(23)

bisa diganti dengan perbuatan baik. Dalam Perjanjian Baru yang menanggung hukuman adalah Yesus Kristus (2 Tim 2:10).

Tuhan telah mengumpulkan, menyatukan, mencintai, dan menjadikan umat pilihan-Nya sebagai umat yang memperoleh kasih karunia yang berlimpah-limpah di dalam-Nya. Umat Israel bukan Hosea, umat Israel adalah Gomer yang seharusnya dibuang, tidak dikasihi, dan tidak dijadikan umat pilihan, sehingga setelah diselamatkan mempunyai tugas yaitu menjadi umat Tuhan, untuk memberitakan perbuatan-Nya yang sangat besar (1Ptr.2:9).7

Dalam bab 11-13 diungkapkan kesedihan Allah dan kasih Allah terhadap umat-Nya digambarkan dengan sangat indah dalam 11:1-9, Kasih itu merupakan jaminan bahwa pada akhirnya umat-Nya akan dipulihkan setelah masa hukuman (1:10-11). Israel menganggap diri makmur namun kemakmuran sejati hanya terdapat di dalam ketaatan kepada Allah yang telah diwahyukan kepada para nabi (12:1-15). Kecongkakan Israel dalam penyembahan berhala (13:1-3), walaupun Allah telah sekian lama membimbingnya dengan penuh cinta kasih (13:4-5), akan mengakibatkan kehancuran dan kesudahannya (13:6-14:1).

Hosea 11:1-11 mengungkapkan Kasih Tuhan pada umat Israel. Pada ayat pertama ditekankan bahwa Allah mengasihi si anak sebelum Israel mengetahui bagaimana menjawab (1 Yoh 4:7-11). Gambaran Israel disini berubah dari

7

(24)

pasangan yang berzinah ke anak haram. Di hati Hosea diungkapkan seperti sebuah pulau yang akarnya terbentang di bawah aliran sungai. Bab 11:1-7 menunjuk kepada penggembaraan Israel di gunung Sinai, ayat 8-11 menuju ke tempat tinggal Israel di Tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah kepada umat Israel, berlimpah susu dan madu serta memiliki masa depan yang cerah, meski perlu suatu tahap pertobatan.8

Hal utama yang ingin disampaikan oleh Nabi Hosea adalah menegaskan tiga kualitas yang harus dipedulikan Israel yaitu: kasih setia, belarasa, dan pengenalan akan Allah. Ketiga kualitas itu Hosea menekankan pengenalan akan Allah bukan dalam arti harus hafal rumusan perintah Allah dan hukum-hukumnya, melainkan intensitas hubungan personal dengan Allah dalam hidup bersama, seperti orang bicara tentang mengenal keluarga dan sanak-saudaranya. Realitas pengenalan akan Allah inilah yang menyebabkan Hosea menyampaikan kecaman keras atas para raja, pemimpin bangsa yang lain, para imam, dan nabi-nabi di lingkungan kerajaan agar mereka tanggap atau peka terhadap apa yang dikehendaki Yahwe. Inilah juga yang menyebabkan Hosea menyampaikan kritik tajam pada kenisah kosong, karena setiap pribadi terus menerus berdosa dan tidak beribadat secara benar.9

Perkawinan Nabi Hosea dengan Gomer merupakan suatu metafor. Metafor adalah simbol yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu dengan sangat dalam

8

I. Suharyo.Pr. Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama , Kanisius Yogyakarta, 1995, 100-101, St. Darmawijaya, Pr, Warisan Para Nabi, Kanisius, Yogyakarta, 1992,66.

(25)

(sesuatu yang kurang dikenal melalui sesuatu yang sudah dikenal dengan baik). Dalam hal ini metafor yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara Allah dan umat-Nya adalah gambaran seperti suami istri dan orangtua dengan anaknya. Hosea sangat menekankan bahwa hanya kasih setia dan belas kasihan Allah yang dapat mendatangkan anugerah bagi bangsa Israel. Namun, dosa membuat bangsa Israel mengalami hukuman dari Allah, yaitu hukuman yang bertujuan untuk mendisiplinkan umat Israel. Menurut Hosea hal ini terjadi, sebab Israel tidak sungguh-sungguh mengenal, memahami dan melakukan kehendak Allah, mereka hanya terjebak dengan pertobatan yang formalitas saja. Nubuat Hosea adalah usaha Allah untuk memanggil orang Israel supaya bertobat dari penyembahan berhala dan kefasikan mereka yang tak kunjung berakhir sebelum menyerahkan mereka kepada hukuman atas dosa-dosa mereka. Kitab Hosea ini ditulis untuk menyatakan bahwa Allah mempertahankan kasih-Nya kepada umat perjanjian-Nya dan dengan sungguh-sungguh ingin menebus mereka dari kejahatan mereka.10

Dalam kisah hidup Nabi Hosea, dapat dimengerti bahwa kehidupan Hosea sungguh dipenuhi oleh Allah. Dia menaati perintah Allah kepadanya dan tetap setia dan taat kepada-Nya. Kasih Hosea kepada Gomer juga bukan kasih yang dangkal, kasih yang dapat hilang begitu saja. Kasih tersebut berasal dari Allah. Dalam kehidupan Hosea, umat Israel juga dapat mengetahui betapa besar kasih Allah kepada mereka, walaupun Israel sering berpaling dan meninggalkan Allah, Allah

10

(26)

tidak membinasakan umat Israel dengan keadilan dan kekudusannya, akan tetapi Allah tetap menyayangi umat-Nya karena Ia adalah Allah yang pengasih dan penyayang. Allah mengasihi dan menyayangi umat-Nya seperti seorang ibu mencintai buah rahimnya sendiri. Walaupun anaknya berpaling dan tidak setia, seorang ibu tetap menyayangi anaknya dengan kasih-setia. Allah tetap

memperlakukan umat Israel sebagai “anak-Nya”. Oleh sebab itu, Allah akan

menyayangi kembali “Lo-ruhama” (yang tidak disayangi) 2:6 dan menyayangi lagi

“Lo-Ami” (yang bukan umat-Ku) 2:9. Hosea mengungkapkan situasi yang amat

gelap dalam kehidupan Israel sebagai bangsa beriman. Situasi moral dan sosial sangat diwarnai oleh kebobrokan. Namun dalam situasi seperti itu masih ada suara yang berani menyatakan pesan istimewa. Pesan itu muncul dari Kasih Ilahi yang dirasakan dalam lubuk hati manusia yang sangat mendalam.11

Unsur-unsur yang perlu diteladani sebagai suami istri adalah : Kasih, yang merupakan landasan yang kuat bagi suami istri agar tetap mempertahankan kasih dan kesetiaan itu sendiri sebagai suami istri, pengampunan, menerima dan mengambil kembali istrinya yang berzinah merupakan ungkapan nyata bagaimana Hosea mengampuni istrinya dengan kasih dan kesetiaan, pertobatan. Hosea 6:1 merupakan bab yang dapat dilihat sebagai suatu pertobatan. Bab ini pertama-tama dapat dilihat sebagai pertobatan sejati. Pertobatan bagi Nabi Hosea merupakan hal yang sukar.

11

(27)

Namun Hosea melihat bahwa pertobatan ini harus dilakukan dengan dengan sepenuh hati sebagai ungkapan akan kasih dan kesetiaannya pada Tuhan.12

Kasih dan kesetiaan Hosea menjadi ideal bagi hubungan suami istri, karena kasih sejati dalam keluarga merupakan kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga. Oleh karena itu suami istri perlu mewujudkan kasih dan kesetiaan melalui tindakan konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan keluarga. Kasih dan kesetiaan antara suami istri Katolik adalah kasih Kristus kepada Gereja, maka suami istri haruslah saling mengasihi seperti Kristus mengasihi Gereja-Nya (Ef 5:25-32). Persatuan mesra suami istri mengambil bagian dalam persatuan mesra antara Kristus dan Gereja. Kasih dan kesetiaan suami istri merupakan kekuatan keluarga yang utama karena kalau tidak demikian suami istri tidak akan mengalami, merasakan kebahagiaan, kesatuan yang mesra sebagai suami istri. Maka nilai kasih dan kesetiaan ini sangat baik dan sangat ideal untuk diwujudkan dalam kehidupan sebagai suami istri. Mengapa hal ini perlu diwujudkan? Melihat situasi perkembangan teknologi di zaman modern ini, selain memberi kemudahan, kenyamanan, kecepatan, juga menimbulkan dampak negatif bagi suami istri yaitu munculnya persoalan-persoalan besar yang mempengaruhi sikap, mentalitas, gaya hidup serta relasi suami istri. Salah satu contoh adalah ketidak

12

(28)

nyamanan dalam relasi, mendorong suami istri untuk melakukan perceraian.13 Kasih dan kesetiaan di zaman modern ini, seperti apapun bentuknya, entah itu dalam hubungan antar kawan, keluarga atau masyarakat, tampaknya menimbulkan persoalan besar. Misalnya dari lingkungan hidup berkeluarga, suami istri tidak saling setia satu sama lain sehingga terjadi perselingkuhan.14

Dengan melihat situasi yang terjadi seperti ini, maka perlu adanya katekese dengan melihat bahan kursus persiapan perkawinan, dan memasukan gagasan Hosea, untuk mendorong dan membantu calon suami istri tetap menghayati nilai kasih dan kesetiaan dalam perkawinan mereka. Bila calon suami istri memiliki kesetiaan pada janji perkawinan mereka yang akan mereka ucapkan, maka mereka akan mengalami kebahagiaan dalam hidup berkeluarga, namun bila tidak maka penderitaanlah yang akan mereka alami dalam hidup berkeluarga.

Bahan katekese persiapan calon perkawinan merupakan salah satu bentuk pembinaan iman suami istri untuk mewujudkan kasih dan kesetiaan Allah dalam kehidupan sehari hari. Realitas yang terjadi dan ditemui saat ini, banyak keluarga-keluarga dalam hal ini, suami istri yang tidak saling setia satu sama lain dan berakhir pada perceraian. Maka dengan demikian penulis akan menyumbangkan gagasan bahan katekese bagi calon persiapan perkawinan dengan memasukan gagasan Hosea

13

Dr. A. Purwa Hadiwardoyo, MSF, Perka winan dalam Tradisi Katolik, Kanisius,Yogyakarta, 1988,

24, Dr. T. I Ketut Adi Hardana, MSF, Kursus Persiapan Perkawinan, Obor, Jakarta 2010, 1-2.

(29)

yang akan digunakan di Paroki Marganingsih Kalasan, sebagai langkah pembinaan iman suami istri dalam menghayati kasih dan kesetiaan Allah seperti yang dihayati oleh Nabi Hosea.

Dengan demikian salah satu bentuk pendekatan agar umat beriman semakin menghayati sabda Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari adalah dengan berkatekese. Menurut Th. Huber, SJ, rujukan berkatekese berarti berusaha menerangi eksistensi manusia sebagai tindakan penyelamatan Allah dengan memberikan kesaksian akan rahasia Kristus dalam bentuk memaklumkan sabda, melalui seluruh eksistensi, kristiani, peri hidup kegiatan keterlibatan baik perorangan maupun seluruh komunitas demi penghayatan hidup iman yang dewasa. Sedangkan dalam PKKI II katekese merupakan komunikasi iman. Melalui katekese, umat dapat dibantu untuk memahami, menemukan dan menghayati sabda Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Hosea. Kasih dan kesetiaan Allah yang disampaikan oleh Nabi Hosea dapat menjadi usulan bahan katekese calon persiapan perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan.

Dengan demikian dari semua pemaparan yang telah penulis sampaikan itu,

maka Penulis sangat tertarik untuk menulis skripsi dengan judul : “SUMBANGAN

GAGASAN KASIH DAN KESETIAAN ALLAH MENURUT HOSEA UNTUK BAHAN KATEKESE PERSIAPAN CALON PERKAWINAN DI PAROKI

MARGANINGSIH KALASAN”.

(30)

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang muncul, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan kasih dan kesetiaan menurut Hosea? 2. Bagaimanakah menafsirkan dan menemukan pesan dari kisah Nabi Hosea? 3. Bagaimana memasukkan kasih dan kesetiaan Hosea untuk bahan katekese

kursus persiapan perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan?

4. Mengapa kasih dan kesetiaan Hosea perlu dimasukkan untuk bahan katekese kursus persiapan perkawinan?

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Memahami kasih dan kesetiaan Allah dalam Kitab Nabi Hosea.

2. Menafsirkan dan menemukan pesan dari kasih dan kesetiaan Allah dalam Kitab Nabi Hosea.

(31)

4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata I Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

D.Manfaat Penulisan

1. Para persiapan calon perkawinan mampu memahami kasih dan kesetiaan Allah menurut Hosea, agar dapat menghayatinya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2. Para persiapan calon perkawinan mampu menafsirkan dan menemukan pesan dari Kitab Nabi Hosea.

3. Para persiapan calon perkawinan mampu menemukan pesan Kitab Hosea dalam bahan katekese persiapan perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan. 4. Bagi penulis : Penulis semakin mengerti, memahami secara mendalam dan menghayati akan kasih dan kesetiaan Allah dalam hidup dan panggilan sebagai seorang religius.

E.Metode Penulisan

(32)

menggunakan historis kritis dalam mendekati kasih dan kesetiaan Allah menurut Hosea. Disebut historis karena metode ini mencoba menerangkan proses-proses historis yang memunculkan teks-teks biblis, suatu proses diakronis yang seringkali kompleks dan membutuhkan waktu yang lama. Disebut kritis karena metode ini bekerja dengan bantuan kriteria ilmiah untuk mencapai hasil seobjektif mungkin. Untuk menemukan realitas bahan katekese persiapan perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan, penulis mengumpulkan bahan yang selama ini digunakan di Paroki Marganingsih Kalasan dan penulis mendalami buku-buku yang digunakan sebagai bahan persiapan perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan. Bahan-bahan katekese yang digunakan di Paroki Marganingsih Kalasan ini, akan dianalisis berdasarkan pesan pewartaan Nabi Hosea.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan. Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

BAB II : Kasih dan kesetiaan Allah dalam Kitab Nabi Hosea.

(33)

BAB III : Tafsiran tentang Kitab Hosea

Berisi tafsiran perikop 1:2-12 ; 2:1-22; 3:1-5; 6:6; 10:9-15 ; 11:1-11; 12:1-15 dan 14:2-9.

BAB IV : Analisis Terhadap Bahan Katekese Persiapan Perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan. Berisi pengantar, arti katekese persiapan perkawinan, persiapan-persiapan perkawinan, tujuan katekese persiapan perkawinan, analisis bahan-bahan katekese persiapan perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan, kesimpulan.

BAB V : Sumbangan gagasan bahan katekese untuk calon persiapan perkawinan sebagai usaha menemukan pesan kasih dan kesetiaan Allah menurut Hosea di Paroki Marganingsih Kalasan. Berisi pengantar, persiapan katekese perkawinan model Shared Christian Praxis (SCP), usulan bahan katekese menutut Hosea bagi calon persiapan perkawinan di Paroki Marganingsih Kalasan.

BAB VI : Penutup

(34)

BAB II

KASIH DAN KESETIAAN ALLAH DALAM KITAB

NABI HOSEA

A.Pengantar

Di antara para Nabi dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Nabi Hosea lebih menekankan kasih dan kesetiaan Allah kepada umat Israel. Kasih dan kesetiaan Allah ini sungguh luar biasa bagi umat Israel. Ketika umat Israel meninggalkan Allah dengan menyembah allah lain (patung lembu emas, Baal), Allah tidak memperhitungkan kesalahan atau ketidaksetiaan mereka pada-Nya. Kasih dan kesetiaan Allah yang ada dalam Kitab Hosea digambarkan seperti hubungan kasih suami istri. Hubungan kasih suami istri menggambarkan hubungan dengan Allah sendiri, kesetiaan suami istri menyangkut kesetiaan pada Allah sendiri pula. Pengalaman Nabi Hosea dalam hidup berkeluarga, dalam hal ini menikah dengan wanita sundal, yang tidak setia dengan Hosea, namun Hosea tetap menerimanya sebagai istrinya.

(35)

mengasihi umat Israel dengan kasih yang sempurna. Allah menghukum umat Israel bukan untuk menyiksa atau menyengsarakan mereka tetapi mendidik, mengajar umat Israel untuk kembali dan percaya kepada Allah. Dalam bab II ini penulis akan menyampaikan tentang Kitab Nabi Hosea, latar belakang dan pokok pewartaan Kitab Nabi Hosea, serta ayat-ayat atau perikop-perikop yang ada dalam Kitab Nabi Hosea yang merupakan ungkapan kasih dan kesetiaan Allah kepada umat Israel. Ayat-ayat ini akan menjadi bahan tafsiran dalam bab III.

B.Kitab Nabi Hosea - Latar Belakang

1. Konteks Sejarah

Hosea berarti “tindakan penyelamatan” atau “penyelamat”. Hosea adalah anak dari Beeri s u k u Y a h u d a . Nama Beeri tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama sebagai nama diri, tetapi ada sebuah desa dekat Betel disebut dengan Beeri. Beeri

berarti “air mancurku” atau “O, air mancur”1

. Nabi Hosea mengawali karyanya sekitar tahun 750-an, di Kerajaan Utara pada zaman pemerintahan raja Yerobeam II. Dalam Kitab Hosea 1:1 disebutkan beberapa nama raja-raja Yehuda yang semasa dengan raja Israel yaitu Nabi Hosea berkarya sekitar zaman Uzia (781-740 SM), Yotam (740-736 SM), Ahas (736-716 SM), dan Hizkia (716-687 SM) raja Yehuda, yang sezaman dengan raja Israel, Yerobeam II (783-743 SM). Yang membedakan Amos dan Hosea sebagai nabi yang berkarya di Kerajaan Utara adalah : Amos

1 B. Dianne, CSA, R. J. Karris, OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Kanisius, Yogyakarta, 2002,

(36)

pendatang dari Tekoa, dan ia menekankan keadilan sosial. Sedangkan Hosea penduduk asli Kerajaan Utara, menekankan cinta kasih, sehingga kecaman terhadap situasi bangsa dan negaranya menjadi lebih berwarna belaskasih. Hosea lebih peka daripada Amos, kepekaan ini mirip dengan yang dimiliki oleh Yeremia pada zamannya. Yang khas pada Hosea dapat diamati dalam Kitab Hos 1-3, dimana digunakan bahasa yang beraneka warna, penuh puji, kutukan yang berasal dari hubungan perjanjian, suasana pengadilan dan terutama dalam bahasa perumpamaan yang menantang untuk direnungkan apa yang sudah dilakukan pada Allah. Kisah tragis kehidupan berkeluarga yang dilukiskan pada awal kumpulan itu menunjukkan bagaimana hubungan dengan Yahwe yang dikasihinya berkembang lewat percobaan yang menuntut perjuangan panjang dan berat.2

Permulaan pelayanan Hosea sebagai Nabi, ia bekerja bersama seorang temannya yang terkenal yaitu Amos, nabi gembala. Pelayanan Hosea lebih lama, dan hampir sampai kepada kejatuhan kerajaan Israel di Utara tahun 721 SM.

Oleh karena Hosea sezaman dengan Amos, maka latar belakang mereka itu serupa, tetapi dapat dibandingkan perbedaannya dalam II Raja-raja 14:23-17:41. Pada waktu itu Yerobeam II memerintah di Israel, dan Israel sangat makmur dan berhasil. Masa itu penuh kedamaian, kelimpahan,kemakmuran dan kemewahan, namun muncullah suatu penyembahan berhala yang hebat. Secara rohani dan jasmani bangsa Israel ini

2

(37)

lemah dan cabul. Ketika Yerobeam meninggal dunia, tangannya yang kuat yang telah mencegah pergolakan dan pelanggaran hukum bangsa Israel tidak terasa lagi, maka muncullah kekacauan, pembunuhan dan huru hara. Ciri khas bangsa Israel pada waktu itu adalah anarki, kerusuhan, permusuhan dan pengingkaran janji pada Yahwe.

(38)

mendengarkan Amos dan Hosea, namun Hosea tetap bertahan di Utara untuk mewartakan kasih dan kesetiaan Allah.3

2. Teks Kitab Nabi Hosea

Teks-teks Kitab Nabi Hosea menyajikan kepada kita informasi mengenai Nabi Hosea. Kedukaan, frustrasi dan pengharapan dari perkawinannya memberi sebagian besar gambaran dalam bab 1-3, mengenai dosa dan ketidaksetiaan Israel. Dalam diri Nabi Hoseapun muncul emosi yang kuat yang memberikan ciri dalam Kitab Hosea dan pribadi Nabi Hosea sendiri. Hal ini menonjol sekali seperti Allah berseru dengan

penuh perasaan : “Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu,

tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan (Hos 11:9). Pengharapan yang bercampur dengan belas kasih memaksa Hosea untuk melemahkan penghukuman dari Ulangan, Kitab yang dekat dengannya dalam hal semangat dan kata-kata.

Teks Ibrani Kitab Hosea tampaknya sangat kacau. Berbagai macam penjelasan ditemukan. Teks ini lebih mencerminkan gaya Utara daripada gaya Ibrani yang biasa di Yerusalem. Secara emosional, Nabi Hosea terganggu dan hal ini meninggalkan

3

(39)

bekas dalam Kitab atau penulis lain yang menganggap teks dengan cara yang tidak memuaskan.4

Ciri pribadi baik dari segi bahasa maupun dari segi gaya pewartaan sangat terasa. Gayanya bisa lembut, tetapi juga tegas. Bahasanya indah namun menyimpan teka-teki besar. Rumusannya pendek-pendek, ritmis, tetapi kerap kali kurang sambung. Dengan demikian memberi kesan seperti puisi ekspresionis. Dalam bahasa aslinya, Kitab Hosea sulit untuk dibaca.5

Pengaruh wawasan Nabi Hosea cukup kuat, terutama terasa pada Yeremia (Yer 2:2-3; bdk Hos 2:17). Gambaran Hosea mengenai hubungan Yahwe dengan umat Israel, yang dilukiskan dengan hubungan nikah, zina dan pelacuran, juga nampak kembali dalam Yer 2:23-24; 3:1; 30:14; 31:22 dan Yeh 16 dann 23; Yes 50:1; 54:4-7; 62:4-5. Gambaran ini berpengaruh dalam Kitab Perjanjian Baru, dimana melukiskan Yesus dengan umat-Nya, (Mrk 2:19-20; Ef 5:25). Bahkan Perjanjian Baru mengutip Hosea sebanyak 17 kali. Namun pengaruh Hosea tidak hanya ditentukan oleh kutipan dan gagasannya yang diulang kembali, tetapi hubungan Allah dengan umat-Nya yang dilukiskan sebagai hubungan kasih yang mesra. Kasih Allah tampak terutama dalam kepedulian-Nya terhadap umat, bagaikan seorang bapa, atau suami yang mencintai keluarganya. Allah dilukiskan sebagai Allah yang jatuh cinta. Nabi Hosea mengungkapkan tentang keinginannya, perasaan

(40)

dan gairahnya, tetapi juga mengungkapkan kemarahan dan kekecewaannya. Pesan utama yang disampaikan Nabi Hosea adalah Allah mau tinggal dalam hati umat Manusia. Hosea mempunyai misi yang lebih luas dan bukan sekedar kesetiaan.6

3. Pengarang

Kitab Hosea di dalam Alkitab ditulis oleh Nabi Hosea yang mempunyai nama lengkap Hosea Ben Beeri dan kemungkinan juga oleh para pengikutnya yang tidak diketahui namanya. Kitab ini merupakan salah satu Kitab dalam Perjanjian Lama yang termasuk dalam kitab nabi-nabi kecil. Kitab ini merupakan kitab pertama dari keduabelas kitab nabi-nabi kecil. Tempat penulisannya di daerah Samaria, sekitar 700 sM. Gaya penulisan Hosea, sesuai dengan kisah Hosea sebagai gambaran hubungan Allah dengan umat Israel. Nubuat yang disampaikan oleh Hosea adalah :

“Efraim, engkau tidak setia kepada Tuhan, seperti seorang istri yang tidak setia

kepada suaminya” dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan penulisan Kitab

Hosea ini adalah supaya seluruh umat dapat mengenal isi Kitab Hosea, mengerti akan kasih setia Allah yang selalu nyata kepada umat-Nya, walaupun umat-Nya tidak setia kepada Allah, serta mengerti betapa besar kebencian Allah terhadap umat-Nya yang berpegang pada penyembahan berhala. Kitab Nabi Hosea ada 14 bab yang

(41)

berisikan gambaran kehidupan bangsa Israel dalam hubungannya sebagai umat pilihan Allah.7

Kitab Hosea kemungkinan ditulis oleh para pengikut Nabi Hosea yang menyimpan pewartaan Hosea antara rentang waktu sekitar 45 tahun. Dari Kitabnya terungkap salah satu karakter utamanya adalah : Hosea disebut juga “Nabi dengan

hati yang hancur”. Sedangkan tempat penulisan adalah di Israel (Kerajaan Utara).

Maksud penulisan Kitab ini mulanya ditujukan kepada rakyat di Kerajaan Utara. Dan isinya adalah tentang kehidupan pribadi Hosea jelas sekali mengambarkan pesan kenabiannya. Sesuai perintah Allah, Nabi Hosea menikahi Gomer seorang pelacur, namun, bukannya menjadi setia kepada suaminya yang telah memaafkan dan mengasihinya. Gomer justru kembali pada para kekasihnya yang dulu. Meskipun demikian, Hosea adalah seorang yang tekun, dan iapun dengan penuh belas kasihan berusaha membawanya kembali. Pesan yang disampaikan Hosea juga dinyatakan melalui arti nama yang diberikan kepada ketiga anaknya : Yizreel, Lo-Ruhama, dan Lo-Ami. Sama dengan Gomer, Israel yang sama seperti perempuan jalang mengejar

“kasih” yang lain dan bukannya setia dalam “pernikahan” kepada Allah. Namun,

pemberontakan, kemurtadan, dan perzinahan Israel akhirnya memberi jalan bagi

7

(42)

kasih Allah. Akhirnya, Hosea menguraikan secara garis besar pemulihan atas Israel dan Perjanjian Pernikahan yang baru.8

Kitab Nabi Hosea ini termasuk dalam Kitab keduabelas nabi (nabi kecil). Kapan keseluruhan “kita keduabelas nabi” disusun dan dikumpulkan? Pertanyaan ini sukar untuk dijawab, tetapi pasti sudah cukup lama untuk menyusun dan mengumpulkannya sebelum tarikh masehi, karena di dalam Perjanjian Baru keduabelas itu sudah dikutip. Di dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama kedalam bahasa Yunani), yang mulai dikerjakan pada abad ke 2 SM, kitab-kitab nabi kecil mendahului kitab-kitab nabi besar. Apalagi urutannya tidak sama dengan yang ada dalam Alkitab Ibrani atau dalam terjemahan-terjemahan Kitab yaitu: Hosea, Amos, Micha, Yoel, Obaja, Yunus, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Pertimbangannya adalah Nabi Hosea dan Amos bertindak lebih dahulu daripada Nabi Yesaya, apalagi Nabi Yeremia dan Yehezkiel. Pada umumnya dapat dilihat kecenderungan dalam menyusun kitab para nabi itu secara kronologis menurut urutan waktu, tetapi dapat dilihat juga kecenderungan mengatur kitab para nabi menurut besarnya kitab masing-masing (dari yang besar sampai yang kecil).9

8

S. Natanael, “Kitab Hosea dalam Biblika”, Majalah 14 Desember 2010.

9

(43)

4. Struktur

Naskah dalam bahasa aslinya merupakan naskah yang paling jelek tersimpan dalam Perjanjian Lama, sehingga banyak kesulitan dalam menerjemahkan teks tersebut. Tiga bab pertama menunjukkan situasi yang paling baik dan merupakan satu kesatuan yang tersimpan rapi. Bab yang lain merupakan kumpulan berbagai nubuat yang sulit sekali untuk diikuti jalan pemikirannya. Berdasarkan pembagian ada 3 (tiga) bagian pokok utama dalam Kitab Hosea yaitu:

1. Hosea 1-3 : Menggambarkan keretakan rumah tangga Nabi Hosea sebagai lambang hubungan bangsa Israel dengan Yahwe. Keretakan keluarganya terlihat dalam Istri Hosea yang melakukan perzinahan melambangkan bangsa Israel yang melakukan penyembahan berhala. Nabi Hosea sebagai suami yang mengampuni perzinahan istrinya, melambangkan betapa Allah selalu mengampuni kesalahan (penyembahan berhala) bangsa Israel.

2. Hosea 4-13 : Merupakan kumpulan nubuat yang disampaikan Nabi Hosea selama ia berkarya.

3. Hosea 14 : Merupakan bagian penutup yang didalamnya menjanjikan harapan bagi masa depan Israel, (Janji pengampunan Allah terhadap pertobatan bangsa Israel).10

(44)

Dari beberapa sumber yang penulis temukan ada struktur dari Kitab Nabi Hosea yang pada umumnya hampir sama bentuk strukturnya, hanya ada yang menggunakan pembagian ayat-ayat dalam Kitab Nabi Hosea. Bagi penulis, tulisan dari Darmawijaya ini sudah mewakili dari tulisan-tulisan yang lainnya.

C.Pokok Pewartaan Nabi Hosea

1. Kasih dan Kesetiaan Allah

(45)

“Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini. Hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah. Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh penduduknya akan merana; juga binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di laut akan mati lenyap” (Hos 4:1-3).

Untuk menyatukan nubuat-nubuat singkat ini, Darmawijaya, tidak menemukan adanya kesepakatan, maka yang perlu diperhatikan adalah ayat-perayat sesuai dengan konteksnya. Dalam Hos 4:1, yang sangat menonjol adalah soal tuntutan pengadilan, dimana Israel dituntut untuk menjawab perkara, di depan hakim. Dalam hal ini bukan karena Israel melanggar kejahatan khusus, tetapi karena secara umum Israel pantas diadili. Hos 4:2, mengungkapkan kekurangan mutu penghayatan dan cara hidup yaitu menolak mengakui Allah sebagai sumber hidup Israel, yang terdiri dari kutukan, bohong, pembunuhan, pencurian dan kekerasan lainnya. Sedangkan dalam Hos 4:3, gejala alam yang terjadi dan manusia kurang peduli akan hidup sekelilingnya. Hal ini terlihat dimana binatang di padang mati, burung merana, ikan-ikan yang tercemar, semua ini memberi tanda bahwa manusia tidak peduli, tetapi Hosea peka dengan isyarat alam ini.

(46)

kurang beriman kepada Yahwe, kekejaman, pembunuhan dan tindakan kekerasan lainnya. Pada dasarnya Israel kehilangan semangat cinta kepada Yahwe yang sudah mereka hayati sejak keluar dari Mesir, (Hos 11;1-4; 13:4-8). Maka Hosea mewartakan kasih Allah kepada umat Israel yang tidak setia dengan perjanjian Allah, untuk kembali kepada Allah, sebagai umat yang disayangi-Nya.11 Allah adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan, Allah tidak menghitung-hitung lagi kesalahan umat Israel, tetapi Allah mencintai umat Israel dengan kasih dan kesetiaan-Nya.

“Aku adalah Tuhan Allahmu sejak di tanah Mesir” (Hos 13:4), dari Mesir

Kupanggil anak-Ku (Hos 11:1), ini merupakan penegasan yang terkait dengan arah utama untuk mengartikan cerita dan pewartaan yang disampaikan Nabi Hosea, secara teologis dan gagasan kenabian yang sangat menarik. Maksudnya dalam pewartaan Nabi Hosea ini ia berusaha memikat hati umat Israel untuk kembali ke Padang Gurun. Kembali ke Padang Gurun ini merupakan bagian dari tipologi pernikahan Hosea dan perjanjian antara Allah dan umat Israel. Padang Gurun merupakan tempat dimana terjadinya perjanjian antara Allah dan umat Israel yang berfungsi sebagai tempat masa depan pembaharuan pernikahan. Hal ini merupakan Eskatologi Hosea yang digunakan sebagai konsep tentang restorasi Israel di masa depan, yang berpola pada masa lalu.12

11 St. Darmawijaya Warta Nabi Abad VIII , 70-74.

12

(47)

Salah satu ayat kunci dalam Kitab Hosea yaitu Hosea 6:6. Ayat ini juga

mengulangi kembali atau menggemakan Mikha 6:8. Hosea menulis “sebab Aku

menyukai kasih setia dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah lebih daripada korban-korban bakaran”. Perkataan ini mengungkapkan hati Tuhan dan menunjukkan segala sesuatu yang ia cari dalam diri istrinya atau mempelainya. Hanya sayangnya Israel tidak pernah ingin mengenal Tuhan dan tidak peduli akan belas kasihan-Nya. Namun demikian Tuhan tetap mencintai umat Israel yang tidak setia Pada-Nya.13 Ciri khas dari pewartaan Hosea adalah menekankan

kasih Allah yang didasarkan pada perjanjian (“kasih setia” 2:18, 6:6, 10:12),

menekankan pengenalan akan Allah, yaitu kepercayaan akan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Tuhan pada masa yang lalu. Allah akan mengembalikan bangsa Israel kepada keadaan semula dimana akan muncul pengharapan baru (Hos 2:14) dan hubungan kasih antara Yahwe dan Israel akan pulih kembali (Hos 2:15), sehingga umat Israel akan mengenal Allah lagi.14 Dasar pemberitaan yang diwartakan Hosea

adalah “Kasih Allah yang dalam terhadap umat-Nya.15

Nabi Hosea juga menyampaikan tema pengadilan. Ia mengingatkan bangsanya akan bahaya yang mendekat (13:15), yang akan datang seperti angin berputar (8:7), dalam waktu singkat (10:15), membawa kehancuran (8:14 ; 12:12) dan kematian

13

M. Tabb, Taurat Nabi-nabi Sastra Injil Surat-surat, Yayasan Gloria, 2011, 119-120.

14

Dr. A. de Kuiper, Tafsiran Hosea, 14-15.

15

(48)

(14:1). Namun yang menjadi gagasan utamanya tetaplah kebaikan dan kemurahan hati Tuhan. Karena kebaikan Tuhan inilah bangsa Israel ada (11:1-9) dan menentukan keberadaan selanjutnya. Kebaikan Ilahi ini menuntut “Kasih setia dan

pengenalan akan Allah” (6:6). Agama yang benar menyangkut tindakan, menerima

Allah dalam kasih, hal ini menyangkut hati “

(49)

kekasih (2:16). Bahkan ia melangkah lebih jauh dan menjanjikan keselarasan yang dialami di taman firdaus (2:18). Kasih mereka akan menjadi mahkota cinta manusia

pertama : ”Aku akan menjadikan engkau istri-Ku selama-lamanya dan Aku akan

menjadikan engkau istri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan

kasih sayang” (2:18).16

Dalam Kitab Hosea 11:3-4 dilukiskan bagaimana Allah dengan setia selalu memberi makan kepada umat-Nya, seperti seorang ibu yang harus memelihara anaknya yang begitu sulit diurus. Gambaran-gambaran kasih Allah yang lain dalam Kitab Suci melukiskan Allah bagaikan seorang perempuan yang menggendong, memberi makan, melindungi, menyembuhkan, mendisiplinkan, (mendidik), menghibur dan menguatkan, mencuci serta mengenakan pakaian bagi anak-anak-Nya.17

Ketika penulis membaca Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru, penulis juga menemukan bagaimana Allah menggambarkan Kasih dan Kesetiaan-Nya kepada umat Israel. Nabi Yesaya 46:3-4, menggambarkan bagaimana Allah menggendong anak-anak-Nya, Yes 66 : 13-14, mengatakan bagaimana seorang ibu, Allah akan menghibur umat-Nya. Nabi Yehezkiel 36:25, diungkapkan bagaimana Allah membersihkan anak-anak-Nya dari segala macam kotoran. Kitab Kej 3:21, Allah yang membuat pakaian dari kulit binatang bagi Adam dan Hawa,

16

I. Suharyo, Pr, Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama, Kanisius, Yogyakarta, 1995, 100-101

(50)

serta mengenakannya pada mereka. Kitab Wahyu 21:4, menggambarkan bagaimana Allah menghapus segala air mata dari mata manusia. Dalam Injil Lukas 12:28, melukiskan bagaimana Allah yang mendandani rumput-rumput di ladang juga akan mendandani kita umat-Nya.

Tuhan mengasihi Israel, ketika ia masih muda (Hos 11:1) dan tetap mengasihinya dengan sukarela (Hos 14:5). Hosea adalah Nabi pertama yang berani mengatakan bahwa Allah tidak hanya mengenal dan memilih Israel tetapi juga mengasihi dan mencintainya (kata ahab mencakup kasih dan cinta). Ketidaksetiaan Israel dengan ikatannya pada Baal terjadi di masa lampau, sedangkan kini Tuhan memperhatikan kembali dengan penuh sayang “istri dan anak” yang kelak akan bersatu dengan Allah secara sempurna di tanah yang diberkati. Hukuman yang dinyatakan dengan sejelas-jelasnya dan Tuhan yang kudus mengasihi dan mengasihi umat-Nya serta menjanjikan hidup damai di tanah yang diberkati. Kasih Allah bagi Israel bagaikan anak-Nya.18

2. Dosa dan Pengampunan

Kesalahan Israel adalah karena mereka tidak ada kasih dan kesetiaan pada Tuhan. Hubungan antara Allah bangsa Israel dengan umat-Nya adalah hubungan perjanjian. Demi perjanjian, Tuhan rela mengorbankan diri-Nya dan umat Israel merupakan umat pilihan Tuhan sendiri. Gambaran umat Tuhan adalah seperti

(51)

perempuan yang dinikahi tetapi tidak setia dan berzinah dengan allah lain. Bahkan umat Israel menyembah kepada allah orang Kanaan dan mereka melakukan perzinahan secara terang-terangan.19

Dalam Hosea 1: 4 ditunjukkan hancurnya keluarga Yehu. Hal ini muncul dari awal kegiatan atau pewartaan Nabi Hosea. Sedangkan dalam Hos 5, menunjukkan adanya perang Syro Efraim (5:10), akhir kumpulan itu menyebut kehancuran Kerajaan Utara sudah dekat (Hos 13:9-14:1). Dalam berbagai situasi kehidupan sungguh sangat memprihatinkan baik terhadap situasi kehidupan Religius maupun situasi hidup moral bangsa yang mengalami kemerosotan atau kehancuran yang sangat besar.20

Kira-kira 732-7321 SM, Hosea berada pada masa kerajaan Asyur merebut tahkta dan ia tidak memiliki pilihan lain kecuali menyerah pada tuntutan Tiglat-Pileser untuk menyerahkan upeti. Beberapa waktu sesudah Salmaneser V, kira-kira 727-722 menggantikan Tiglat-Pileser, dan Hosea bangkit menentang Asyur dan meminta bantuan Mesir (2 Raja-raja 17:4). Salmaneser menyapa Israel dan membumi hanguskan Samaria. Dengan gaya profetik, ia melihat Asyur sebagai alat Allah belaka yang harus mengadili kebebasan Israel yang tidak terkendalikan dan kemerosotan moral spiritual yang tak pernah pulih. Sikap mereka menghina

19

St. Darmawijaya, Pr. Warta Nabi Abad VIII, 71.

20

(52)

perjanjian Allah yang tidak punya pilihan lain kecuali penghukuman, ini merupakan dosa politik yang terjadi dalam pemimpin pemerintahan. 21

Dalam Kitab Hosea 7:3-16, diungkapkan dengan lebih jelas tentang dosa Israel dibidang agama dan kenegaraan. Dosa yang dilakukan dalam bidang keagamaan adalah Israel melarikan diri dari Tuhan, pergi kepada Asyur dan menyembah kepada Baal sebagai allah mereka, inilah yang disebut dengan perzinahan rohani. Sedangkan dosa yang dilakukan umat Israel dalam bidang kenegaraan adalah mereka menyukakan raja dengan kejahatan mereka dan membohongi para pemuka. Kerajaan Asyur waktu ini sangat kuat, sehingga negara-negara kecil mendapat ancaman dari kekuatan mereka.

Karena dosa yang sudah diperbuat oleh umat Israel, maka Allahpun kecewa dan menghukum mereka karena ketidaktaatan dan ketidaksetiaan mereka kepada Allah. Allah menghukum mereka bukan karena Allah tidak mengasihi umat Israe lagi, tetapi Allah mau mendidik, umat Israel agar mereka kembali kepada Tuhan dan mengakui Allah sebagai Allah Israel yang telah menyelamatkan mereka dari Mesir. Dengan demikian umat Israel akan mengalami kehidupan baru atau pertobatan. Bagi penulis, dosa, pertobatan dan pengampunan tidak dapat dipisahkan dalam sejarah hidup umat Israel. Ada dosa, ada pertobatan, pasti ada pengampunan dari Tuhan dan ketika ada pengampunan dari Tuhan maka ada keselamatan dalam Tuhan pula.

21

(53)

Umat Israel tidak setia kepada Allah, menyembah berhala, berzinah, walaupun umat Israel berbuat dosa yang sangat besar, tetapi Allah tetap mengampuni mereka dan menerima kembali sebagai umat yang terpilih. Allah mencintai dan mengampuni orang yang mau bertobat, dan mohon pengampunan kepada-Nya, dan kembali kepada-Nya. Inilah yang dirindukan oleh Allah, kembali kepada-Nya dan memperoleh keselamatan daripada-Nya.

Nabi Hosea menjadi ”corong Allah” untuk mewartakan kesetiaan Allah kepada

bangsa-Nya, walaupun mereka tidak setia kepada-Nya. Israel yang menyimpang dari Allah ia gambarkan sebagai seorang istri yang tidak setia kepada suaminya.

(54)

bertobat. Allah mengampuni dan memberkati mereka merupakan ungkapan kasih dan kesetiaan Allah yang sungguh luar biasa.22

Dalam Kitab Hosea, tema kedaulatan Allah sangat kental terlihat yang dinyatakan dalam bentuk larangan terhadap penyembahan berhala karena hanya Allah satu-satunya Pribadi yang kudus (11:9), dengan demikian Israel yang menyembah berhala pada allah lain inilah dosa yang dibuat umat Israel.23

3. Perjanjian

Teologi Perjanjian Nabi Hosea, adalah menekankan kualitas perjanjian, yaitu perjanjian dalam kasih dan sifat dapat dipercaya yang kuat. Penekanan perjanjian ini mengingatkan kembali apa yang diucapkan Yahwe, ketika Musa berdiri diatas gunung Sinai dengan dua loh batu ditangannya (Kel 34:6-9). Pengalaman perkawinan yang pahit yang dialami oleh Nabi Hosea, ia mengubah kerangka yang agak berbau hukum dari perjanjian Musa, ke dalam persekutuan perkawinan yang akrab dan penuh kasih. Perjanjian memungkinkan Hosea untuk mengemukakan nilai belas kasih. Disamping itu juga menyajikan cara yang langsung untuk menyingkirkan permohonan maaf, yang menyebut dosa dengan nama yang sopan (sumpah, berbohong, pembunuhan, pencurian dan pelacuran). Nabi Hosea melihat bahwa hal inipun sedang terjadi.

22 A. Bakker, SVD. Ajaran iman Katolik I, Kanisius, Yogyakarta, 1988, 68-69.

23

(55)

Dosa-dosa Israel telah membawa kembali Israel ke Mesir (8:13;9:3; 11:5), tidak secara geografis karena mereka tetap tinggal di tanah suci atau dibawa menuju pembuangan di Timur laut, tetapi secara tipologis, Mesir adalah lambang atau tipe dari dosa dan perbudakan. Nabi Hosea mampu melihat nilai masa kini dalam tindakan penyelamatan Allah masa lalu. Hosea tidak dapat menyebut Allah begitu saja dan secara umum sebagai Allah. Paling sedikit ia menggunakan nama suci Yahwe (Kel 3:11-15), sebanyak 45 kali. Jika ia menunjuk kepada Allah sebagai

Elohim atau El, maka ini selalu sebagai “Allah-mu” atau Allah-ku.24

Wawasan teologis Hosea muncul secara kuat dari kepercayaanya bahwa Yahwe sangat mencintai, menyayangi umat Israel dan menyelamatkan mereka sejak Yahwe membimbing dan menuntun umat Israel keluar dari tanah Mesir, hingga saat ini. Perjanjian kasih Allah ini, bukan sekedar mengatur hubungan kasih dengan hukum serta pengerahan dari kedua pihak, tetapi merupakan suatu hubungan personal yang mendalam, penuh perhatian dan tanggungjawab. Hal ini sangat membutuhkan iman dan pengetahuan yang benar akan Allah dari umat Israel. Nabi Hosea menemukan peristiwa-peristiwa kelabu yang dialami oleh umat Israel sebagai bangsa beriman. Nabi Hosea mengingat kembali kejadian-kejadian masa lalu, yang melibatkan hidup umat Israel, sebagai bangsa yang terpilih dan Allah menyatakan

(56)

kasih-Nya kepada mereka, meskipun ada kegagalan masa lalu yang memalukan bangsa Israel.

Allah mencintai dan mengasihi umat Israel seperti suami atau bapa, yang dapat mendisiplinkan atau menertipkan istri dan anak-anaknya, agar kembali mencintainya. Diumpamakan seperti anak nakal atau anak yang keras kepala, yang tidak taat pada aturan di sekolah perluh diberikan hukuman padanya, namun hukuman itu dijatuhkan dengan rasa kasih, yang dapat membawa anak itu pada sebuah perubahan hidup atau menghantar dia pada pertobatan. Nabi Hosea memintah kepada umat Israel agar memanfaatkan kemungkinan, dalam hal bertobat agar Allah memulai sesuatu yang baru bagi umat Israel.

Dengan berani Nabi Hosea menggambarkan dan melukiskan dengan jelas pengalaman keluarganya yang hancur atau retak. Praktek persetubuhan bakti yang dilakukan di Kenisah Baal Kanaan oleh para imam-imam dengan pelayan bakti Kenisah, untuk memohon kesuburan tanah dan usaha peternakan. Cara hidup seperti ini dibutuhkan sebuah pertobatan hati.25

Tema paling penting dalam Kitab Hosea ini adalah perjanjian. Penekanan pada tema ini ditunjukkan melalui beragam cara. Yang pertama, kesamaan yang sangat dekat antara Kitab Hosea dan perjanjian di Sinai. Kesamaan ini mencakup kesamaan

(57)

kosa kata yang dipakai maupun jenis hukuman yang diberitakan. Douglas Stuart mengatakan:

“Understanding the message of the book of Hosea depends upon

understanding the Sinai covenant. The book contains a series of blessings and curses announced for Israel by God through Hosea. Each blessing or curse is based upon a corresponding type in the Mosaic law. Some blessings and curses so specifically parallel the pentateuchal formulations

that they border on “citation,” though citation per se was unknown in

ancient legal procedure; others, more generally, merely allude to the

pentateuchal wordings”.

Sebagai contoh, Stuart menyatakan bahwa berita penghukuman dalam Hosea 4:10-11a sama dengan hukuman kelaparan dan kemandulan dalam Ulangan 28:17-18; 32:24-28. Yang kedua, penggunaan perkawinan Hosea-Gomer sebagai gambaran ketidaksetiaan bangsa Yehuda. Kaitan antara perkawinan dan perjanjian sudah menjadi konsep yang umum dalam Alkitab (Kej 2:24; Mal 2:14-15). Ketika Allah menggambarkan ketidaksetiaan umat-Nya melalui keretakan perkawinan Hosea-Gomer, hal itu menyiratkan bahwa sebuah perjanjian telah dilanggar. Makna ini menjadi semakin terlihat jelas apabila dikaitkan dengan peringatan bahwa TUHAN tidak akan menganggap bangsa Israel sebagai umat-Nya dan Ia bukan Allah mereka (1:9). Ungkapan ini jelas merujuk pada relasi Allah dengan bangsa Israel dalam konteks perjanjian. Tema lain yang penting adalah nilai penting kesetiaan kepada perjanjian dan pengenalan kepada TUHAN.

(58)

inipun dikutip Yesus sebanyak 2 kali (Mat 9:13; 12:7). Dari teks ini terlihat bahwa bangsa Israel waktu itu sebenarnya tidak mendahulukan formalitas ibadah kepada TUHAN. Mereka masih mempersembahkan korban (5:6; 8:13). Bagaimanapun, ibadah ini tidak disertai dengan kesetiaan kepada perjanjian maupun pengenalan yang benar terhadap TUHAN. Jika mereka mengenal TUHAN, maka mereka tidak akan menyembah dewa lain (5:4) Menurut Nabi Hosea penyembahan berhala ini terjadi, sebab Israel tidak sungguh-sungguh mengenal, memahami dan melakukan kehendak Allah. Dengan demikian Nabi Hosea dipanggil untuk menghayati hidup yang secara mendalam dijiwai oleh perjanjian, ikatan antara Allah dan umat-Nya.26

4. Anugerah dan Pertobatan

Pertobatan berasal dari kata Tobat yang artinya sesal, menyesal akan dosanya dan berniat untuk memperbaiki hidupnya, mengaku salah dan ingin kembali

kepada Tuhan. ”Bertobat” dalam Alkitab berarti “berubah pikiran.” Alkitab juga

memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan perubahan tindakan (Lukas 3:8-14, Kisah Rasul 3:19). Kis 26:20 menyatakan, “Tetapi mula -mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Perjanjian Lama menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka cita penyesalan dan

(59)

perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa pun pertobatan yg sungguh kepada Allah mencakup merendahkan diri batiniah, perubahan hati yg sungguh, dan benar-benar merindukan Yahweh (Ul 4:29 ; 30:2, 10; Yes 6:9 ; Yer 24:7), disertai pengenalan yang jelas dan baru akan diri-Nya dan jalan-Nya (Yer 24:7; 2 Raj 5:15; 2 Taw 33:13).27

Hosea 6:1-3 merupakan respon yang Tuhan rindukan dari setiap manusia yang Dia kasihi. Bab ini pertama-tama dapat dilihat sebagai pertobatan sejati. Pertobatan bagi Nabi Hosea merupakan hal yang sukar. Hosea 5:15 mengatakan Aku akan pergi pulang ke tempat-Ku, sampai mereka mengaku bersalah dan mencari

wajah-Ku. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku” Mari berbalik kepada-Nya!

Itulah kerinduan Allah. Allah rindu dan Dia sudah mendisiplinkan, menghukum umat Israel, sehingga mereka tahu akan kesalahannya. Allah menghukum bukan karena Dia membenci umat-Nya, tetapi Allah tidak mau agar umat Israel hidup seterusnya dalam dosa. Allah rindu umat-Nya mengaku bersalah dan dalam kesesakannya merindukan Allah. Karena hanya orang yang merindukan Allah yang akan mengatakan :

"Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh

27St. Darmawijaya, Pr, Warta Nabi sebelum Pembuangan, Kanisius,

(60)

mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:1-3).

Tuhan menginginkan umat-Nya berbalik (return) kepada Dia. Berbalik bukan berarti umat Israel kembali ke posisi awal di mana mereka berdosa, tetapi Allah menginginkan mereka kembali ke titik di mana Israel menyesali apa yang sudah mereka perbuat. Allah ingin Israel berbalik dari kejahatan yang sudah dilakukan dengan penyesalan yang medalam. Hosea pun menekankan bahwa pertobatan merupakan hal yang sukar untuk dilakukan, sebab seseorang mungkin saja terjebak pada pertobatan formalitas saja.

(61)

(unconditional of love), Allah mengasihi karena hakikat-Nya. Dia adalah kasih (I Yoh. 4:8). Sehingga Allah tetap mengasihi dengan setia kepada umat yang sebenarnya tidak setia dan tidak mengasihi Dia. Semua yang diterima oleh Israel ini merupakan semata-mata adalah anugerah Allah.

Hosea sangat menekankan bahwa hanya kasih setia dan belas kasihan Allah yang dapat mendatangkan anugerah bagi bangsa Israel. Namun, dosa membuat bangsa Israel mengalami hukuman dari Allah, yaitu hukuman yang bertujuan untuk mendisiplinkan umat.

D.Rujukan

(62)

dengan kelembutan kasih-Nya mengajak umat Israel untuk kembali kepada-Nya dan mendapatkan kehidupan baru, harapan baru serta menerima kembali kasih dan keselamatan dari Tuhan yang sudah diterima pada masa yang lampau. Allah mengasihi umat pilihan-Nya dengan kasih yang tanpa batas.

(63)

BAB III

TAFSIRAN BEBERAPA KUTIPAN DARI KITAB HOSEA

A. Pengantar

Dalam Kitab Perjanjian Lama khususnya dalam Kitab Nabi Hosea diungkapkan kasih dan kesetian Allah, yang digambarkan dengan kasih dan kesetiaan suami istri. Suami yang setia merupakan gambaran Allah yang setia. Sedangkan istri yang tidak setia adalah gambaran umat Israel yang tidak setia pada Allah. Walau demikian Allah yang pada dasarnya adalah kasih tetap mengasihi Israel, walaupun Israel tidak setia pada-Nya. Untuk lebih memahami tentang kasih dan kesetiaan Allah itu, maka dalam bab III ini akan ditafsirkan beberapa kutipan dari Kitab Hosea yang menunjukkan kasih dan kesetiaan Allah kepada Israel, umat Allah yang tidak setia.

Menafsirkan Kitab Suci bukanlah sesuatu yang mudah. Maka penulis mengumpulkan gagasan-gagasan dari berbagai sumber yang memberikan inspirasi dan mendukung penulis dalam menafsirkan kasih dan kesetiaan Allah menurut Kitab Nabi Hosea. Beberapa kutipan dari Kitab Nabi Hosea yang akan ditafsirkan adalah : Hosea 1:2-12 ; 2:1-22; 3:1-5; 6:6; 10:9-15 ; 11:1-11; 12:1-15 dan 14:2-9.

Gambar

Gambar atau label KBA

Referensi

Dokumen terkait

Total Eksposur, termasuk dampak dari penyesuaian terhadap pengecualian sementara atas penempatan giro pada Bank Indonesia dalam rangka memenuhi ketentuan giro wajib minimum

contoh perbuatan melawan hukum yang dapat Notaris dan PPAT lakukan antara lain adalah pemalsuan akta otentik, membuat keterangan palsu atau merubah isi dalam perjanjian jual

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang dirumuskan dalam hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu, hasil pengujian menunjukkan bahwa

digunakan sebagai media pembelajaran. Flip book ini bisa digunakan secara individu maupun kelompok. Seperti halnya media pembelajaran lainnya, flip book mempunyai

petugas operator melakukan penyimpanan data sebagaimana dimaksud pada huruf f dan biodata penduduk Orang Asing ke dalam database Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;.. data

Konsentrasi merkuri yang tinggi dalam conto tailing pada umumnya disebabkan oleh proses amalgamasi yang tidak sempurna. Dari uji coba yang dilakukan di daerah Cineam

Maka dari itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf

(f) Belanja Aset Lainnya. 3) Belanja Lain-Lain/Belanja Tidak Terduga. Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya